bab 2 tinjauan pustaka 2. 1 konsep stroke 2.1.1 ... - opendl
Post on 17-Oct-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Konsep Stroke
2.1.1 Pengertian Stroke
Stroke adalah gangguan fungsi otak yang terjadi dengan cepat (tiba-
tiba) dan berlangsung lebih dari 24 jam karena gangguan suplai darah
ke otak. Dalam jaringan otak, kekurangan aliran darah menyebabkan
serangkaian reaksi bio-kimia yang dapat merusakkan atau mematikan
sel-sel otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya
fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu (Wiwit, 2010).
Stroke adalah keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian
jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita
kelumpuhan atau kematian (Batticaca, 2008).
Stroke, atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian
otak (Suddarth, 2001).
Stroke adalah suatu sindroma yang mempunyai karakteristik suatu
serangan yang mendadak, nonkonvulsif yang disebabkan karena
gangguan peredaran darah otak non traumatik (Tarwoto, 2007).
Serangan stroke bisa menimbulkan kecacatan yang dapat berdampak
pada penurunan kualitas hidup (Nadesul, 2011).
6
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan stroke
merupakan suatu serangan mendadak yang terjadi karena adanya
gangguan peredaran darah di otak yang mengakibatkan gangguan
fungsi otak.
2.1.2 Klasifikasi Stroke
a. Klasifikasi Stroke Berdasarkan Penyebabnya
1. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke karena pecahnya pembuluh
darah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah
merembes ke dalam suatu daerah otak dan merusaknya. Stroke
hemoragik biasanya terjadi akibat kecelakaan yang mengalami
benturan keras di kepala dan mengakibatkan pecahnya pembuluh
darah di otak. Stroke hemoragik lebih berbahaya daripada stroke
iskemik karena akibat yang ditimbulkan dapat terjadi secara akut
atau mendadak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik diderita
oleh penderita hipertensi.
Penyebab lain dari stroke hemoragik yaitu adanya
penyumbatan pada dinding pembuluh darah yang rapuh
(aneurisma), mudah menggelembung, dan rawan pecah, yang
umumnya terjadi pada usia lanjut atau karena faktor keturunan.
Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
7
a) Stroke hemoragik intraserebral (SHI)
Stroke hemoragik intraserebral yaitu perdarahan yang
terjadi di dalam jaringan otak. Penyebab utama dari SHI pada
lansia yaitu hipertensi, robekan pembuluh darah, rusaknya
formasi/bentuk pembuluh darah, tumor, gangguan pembekuan
darah, dan sebab lain yang tidak diketahui. Pada perdarahan
intracranial bisa terjadi penurunan kesadaran sampai koma,
kelumpuhan pada salah satu atau kedua sisi tubuh, gangguan
pernapasan atau gangguan jantung, atau bahkan kematian.
Dapat juga terjadi kebingungan atau hilang ingatan pada usia
lanjut.
b) Perdarahan subarakhnoid (PSA)
Perdarahan subarakhnoid merupakan perdarahan yang
akut, perdarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak). Dampak yang paling berbahaya dari PSA
yaitu apabila perdarahan pembuluh darah itu menyebabkan
cairan yang mengelilingi otak akan mengalir mengelillingi
otak dan mengakibatkan pembuluh darah sekitarnya menjadi
kejang, sehingga menyumbat pasokan darah ke otak. Oleh
karena itu, PSA dapat meninggalkan dampak kelumpuhan
yang sangat luas, bahkan risiko kematianya sekitar 50%.
8
2. Stroke Iskemik
Sekitar 80% - 85% kasus stroke yang terjadi adalah stroke
iskemik. Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi karena
tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke
otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh
aterosklerosis yaitu penumpukan kolesterol pada dinding
pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu
pembuluh darah ke otak. Penyumbatan biasanya terjadi di
sepanjang jalur pembuluh darah arteri menuju ke otak.
Stroke iskemik dibagi lagi berdasarkan lokasi penggumpalan,
yaitu:
a) Stroke iskemik trombotik
Okulsi trombotik yaitu stroke yang disebabkan oleh
timbunan lemak (plak) yang terbentuk pada dinding pembuluh
darah arteri yang mengalirkan darah ke otak. Proses
pembentukan berlangsung lambat, sehingga sumbatan yang
terjadi berlangsung secara bertahap, sampai akhirnya
pembuluh darah arteri akan tersumbat total.
b) Stroke iskemik embolik
Okulsi embolik disebabkan oleh karena bekuan darah atau
plak yang terbentuk pada pembuluh darah di tempat lain, yang
kemudian terlepas dan mengenbara bersama dengan aliran
9
darah, sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah otak. Saat
mengembara, bekuan darah atau plak disebut dengan embolus.
b. Klasifikasi Stroke Berdasarkan Perjalanan Penyakit
1. Transient Iskemic Attack (TIA)
Merupakan gangguan neurologi fokal yang timbul secara tiba-
tiba dan menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
Gejala yang muncul akan hilang secara spontan dalam waktu
kurang dari 24 jam.
2. Progresif (Stroke In Evolution)
Perkembangan stroke terjadi perlahan-lahan sampai akut,
munculnya gejala makin memburuk. Proses progresif beberapa
jam sampai beberapa hari.
3. Stroke Lengkap (Stroke Complete)
Gangguan neurologik yang timbul sudah menetap atau
permanen, maksimal sejak awal serangan dan sedikit
memperlihatkan perbaikan.
2.1.3 Etiologi Stroke
a. Thrombosis serebral
penyebab paling umum dari kejadian stroke adalah adanya
bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher. Penyebab
utama terjadinya thrombosis serebral ini adalah karena aterosklerosis
serebral dan perlambatan sirkulasi serebral. Tanda–tanda thrombosis
serebral bervariasi, sakit kepala adalah gejala yang tidak umum.
10
Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif atau
kejang.
b. Embolisme serebral
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau
cabang–cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral. Awitan
hemiparesis atau hemiplegia tiba – tiba dengan atau tanpa afasia atau
kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau
pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.
c. Iskemia serebral
Iskemia serebral merupakan terjadinya penurunan aliran darah ke
area otak. Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak)
terutama karena kontraksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah
ke otak.
d. Hemoragi serebral
Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral
dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Hemoragik ini dapat terjadi di luar durameter (hemoragik ekstradural
atau epidural), di bawah durameter (hemoragik subdural), di ruang
subarachnoid (hemoragic subarachnoid), atau didalam substansi otak
(hemoragik intraserebral).
2.1.4 Faktor Resiko Stroke
a. Usia, semakin bertambah usia resiko terjadinya stroke semakin
tinggi, hal ini berkaitan dengan elastisitas pembuluh darah.
11
b. Jenis kelamin, laki-laki mempunyai kecenderungan lebih tinggi.
c. Hipertensi, menyebabkan aterosklerosis pembuluh darah serebral
sehingga lama-kelamaan akan pecah dan menimbulkan perdarahan.
d. Penyakit jantung, pada fibrilasi atrium menyebabkan penurunan
cardiac output, sehingga terjadi gangguan perfusi serebral.
e. Diabetes mellitus, pada penyakit diabetes mellitus terjadi gangguan
vaskuler, sehingga terjadi hambatan dala aliran darah ke otak.
f. Polisitemia, kadar hemoglobin yang tinggi menimbulkan darah
menjadi lebih kental dengan demikian aliran darah ke otak menjadi
lebih lambat.
g. Merokok, asap rokok menimbulkan plas pada pembuluh darah
sehingga terjadi aterosklerosis.
h. Alkohol, pada alkoholik dapat mengalami hipertensi, penurunan
aliran darah ke otak.
i. Peningkatan kolesterol, kolesterol dalam tubuh menyebabkan
aterosklerosis.
j. Obesitas, pada obesitas kadar kolesterol darah meningkat dan terjadi
hipertensi.
2.1.5 Patofisiologi Stroke
Setiap kondisi yang menyebabkan perfusi darah pada otak akan
menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat
menyebabkan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang
singkat kurang dari 10–15 menit dapat menyebabkan defisit sementara
12
dan bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam
waktu yang lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan
mengakibatkan infark pada otak.
Setiap defisit fokal permanen akan berlangsung pada daerah otak
mana yang terkena. Daerah otak yang terkenan akan menggambarkan
pembuluh darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling sering
mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis
interna. Defisit fokal permanen dapat diketahui jika klien pertama kali
mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau
emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai okigen ke jaringan otak.
Kekurangan oksigen dalam satu menit dapat menunjukkan gejala yang
dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan
oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis
mikroskopik neuron – neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut
infark.
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada
metabolisme sel – sel neuron, dimana sel – sel neuron tidak mampu
menyimpan glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari
glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri – arteri yang menuju otak.
Perdarahan intrakaranial termasuk perdarahan ke dalam ruang
subarachnoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi
mengakibatkan timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh darah
13
yang dapat menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan
menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta
iritasi pada pembuluh darah otak.
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh
fibrin trombosit dan oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu darah
mulai diabsorbsi. Ruptur ulangan merupakan risiko serius yang terjadi
sekitar 7–10 hari setelah perjalanan pertama.
Ruptur ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah ke bagian
tertentu, menimbulkan iskemik fokal, dan infark jaringan otak. Hal
tersebut dapat menimbulkan gegar otak dan kehilangan kesadaran,
peningkatan tekanan cairan serebrospinal (CSS), dan menyebabkan
gesekan otak (otak terbelah sepanjang serabut). Perdarahan mengisi
ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan otak.
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat
meningkatkan tekanan intracranial yang membahayakan jiwa dengan
cepat. Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum. Disamping itu, terjadi
bradikardi, hipertensi sitemik, dan gangguan pernapasan.
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi
hemodialisa, darah dapat mengiritasi pembuluh darah, meningen, dan
otak. Darah dan vasoaktif yang dilepas mendorong spasme arteri yang
berakibat menurunnya perfusi serebral. Spasme serebri atau vasospasme
bisa terjadi pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah terjadinya
14
perdarahandan menyebabkan terjadinya kontriksi arteri otak.
Vasospasme merupakan komplikasi yang mengakibatkan terjadinya
penurunan fokal neurologis, iskemik otak, dan infark.
2.1.6 Manifestasi Klinis Stroke
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder
atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik
sepenuhnya.
Tabel 2.1 Defisit Neurologik Stroke
Defisi Neurokogik Manifestasi
Defisit Lapang Penglihatan
Hemominus hemianopsia
(kehilangan setengah lapang
penglihatan)
- Tidak menyadarai orang atau
objek di tempat kehilangan
penglihatan
- Mengabaikan salah satu sisi
tubuh
- Kesulitan menilai jarak
Kehilangan penglihatan perifer - Kesulitan melihat pada malam
hari
- Tidak menyadari objek atau
batas objek
Diplopia - Penglihatan ganda
Defisit Motorik
Hemiparesis - Kelemahan wajah, lengan, dan
kaki pada sisi yang sama
(karena lesi pada hemisfer yang
berlawanan)
15
Hemiplegia - Paralilis wajah, lengan dan kaki
pada sisi yang sama (karena lesi
pada hemisfer yang
berlawanan)
Ataksia - Berjalan tidak mantap, tegak
- Tidak mampu menyatukan
kaki, perlu dasar berdiri yang
luas
Disatria - Kesulitan dalam membentuk
kata
Disfagia - Kesulitan dalam menelan
Defisit Sensori
Parestesia (terjadi pada sisi
berlawanan dari lesi)
- Kebas dan kesemutan pada
bagian tubuh
- Kesulitan dalam propiosepsi
Devisit Verbal
Afasia ekspresif - Tidak mampu membentuk kata
yang dapat dipahami; mungkin
mampu bicara dalam respons
kata – tunggal
Afasia reseptif - Tidak mampu memahami kata
yang dibicarakan; mampu
bicara tapi tidak masuk akal
Afasia global - Kombinasi baik afasia reseptif
dan ekspresif
Defisit Kognitif - Kehilangan memori jangka
pendek dan panjang
- Penurunan lapang pengllihatan
- Kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi
- Alas an abstrak buruk
- Perubahan penilaian
Defisit Emosional - Kehilangan control – diri
16
- Labilitas emosional
- Penurunan toleransi pada
situasi yang menimbulkan
stress
- Depresi
- Menarik diri
- Rasa takut, bermusuhan, dan
marah
- Perasaan isolasi
2.1.7 Komplikasi Stroke
Menurut Laila Henderson (2002) pada stroke berbaring lama dapat
menyababkan masalah emosional dan fisik, diantaranya:
1. Bekuan darah
Mudah terbentuk pda kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan
cairan, pembengkakan selain itu juga menyebabkan embolisme paru
yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam suatu arteri yang
mengalirkan darah ke paru.
2. Dekubitus
Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi
kaki dan tumit bila memar ini tidak bisa dirawat bisa menjadi infeksi.
3. Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
menyebabkan cairan berkumpul di paru – paru dan selanjutnya
menimbulkan pneumonia.
4. Atrofi dan kekakuan sendi
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan mobilisasi
17
Komplikasi lain dari stroke adalah :
1. Disritmia
2. Peningkatan tekanan intra cranial
3. Kontraktur
4. Gagal nafas
5. Kematian
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
Pasien yang koma dalam pada saaat masuk rumah sakit
dipertimbangkan mempunyai prognosis buruk. Sebaliknya, pasien sadar
penuh menghadapi hasil yang lebih dapat diharapkan. Fase akut
biasanya berakhir 48 sampai 72 jam. Dengan mempertahankan jalan
napas dan ventilasi adekuat adalah prioritas dalam fase akut ini.
a. Pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan
kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral
berkurang.
b. Intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik perlu untuk pasien
dengan stroke masif, karena henti pernafasan biasanya faktor yang
mengancam kehidupan pada situasi ini.
c. Pasien dipantau untuk adanya komplikasi pulmonal (aspirasi,
atelektasis, pneumoni), yang mungkin berkaitan dengan kehilangan
refleks jalan napas, immobilitas, atau hipoventilasi.
d. Jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan irama seta
tanda gagal jantung kongestif.
18
2. 2 Konsep Dukungan Keluarga
2.2.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan eosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga
(Friedman, 1998).
2.2.2 Tipe Keluarga
Dukungan keluarga terhadap seseorang dapat dipengaruhi oleh tipe
keluarga. Menurut Suprajitno (2004), pembagian tipe keluarga
tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan.
Secara tradisional tipe keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi
atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih memiliki hubungan darah seperti
kakek, nenek, paman dan bibi.
Menurut Friedman (1998), individu yang tinggal dalam keluarga
besar (extended family) akan mendapatkan dukungan keluarga yang
lebih besar dibandingkan dengan individu yang tinggal dalam keluarga
inti (nuclear family).
19
2.2.3 Fungsi Pokok Keluarga
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat
melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan
rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi
dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi (Friedman, 1998).
2.2.4 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. 5 tugas
keluarga dala bidang kesehatan yang dapat dilakukan yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
20
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga.
c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan.
e. Mempertahankan hubungantimbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
2.2.5 Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga
terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional,
dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional.
Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal
yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota
keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan
(Friedman, 2010).
Studi-studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi
dukungan keluarga sebagai koping keluarga, baik dukungan-dukungan
yang bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat
(Friedman, 1998).
Terdapat 4 jenis dukungan keluarga, yaitu:
a. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber
pertolongan praktis dan konkrit seperti pertolongan dalam hal
pengawasan dan kebutuhan individu.
21
b. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah
kolektor dan disseminator (penyebar informasi). Bantuan informasi
yang disediakan keluarga dapat digunakan oleh individu dalam
mengatasi persoalan-persoalan yang sedang dihadapi.
c. Dukungan penilaian, yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah
umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan
sebagai sumber dan validator identitas keluarga. Dukungan dan
perhatian dari keluarga merupakan bentuk penghargaan positif yang
diberikan kepada individu.
d. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang
aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu
penguasaan terhadap emosi.
Menurut House (Smet, 1994) setiap bentuk dukungan sosial
keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain:
a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat
digunakan oleh seseorang dalam menggulangi persoalan-persoalan
yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide
atau informasi lainnya yang dibutuhkan.
b. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan
afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan
empati, cinta dan kepercayaan serta penghargaan. Dengan
demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya
22
tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang
memperhatikan.
c. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk
mempermudah seseorang dalam melakukan aktivitasnya berkaitan
dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, misalnya dengan
menyediakan peralatan lengkap yang memadai bagi penderita.
d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan
seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari
penderita. Penilaian ini bias positif dan negatif yang mana
pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang.
Adapun manfaat dukungan keluarga terhadap kesehatan dan
kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, dukungan
keluarga yang adekuat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Menurunkan mortalitas
b. Lebih mudah sembuh dari sakit
c. Meningkatkan fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi
d. Pengaruh positif dukungan keluarga adalah pada penyesuaian
terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stres
(Perilaku adaptasi).
2.2.6 Sumber Dukungan Keluarga
Menurut Root & Dooley (1985) ada 2 sumber dukungan keluarga
yaitu natural dan artifisial. Dukungan keluarga yang natural diterima
seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan
23
dengan orang-orang yang berada disekitarnya. Dukungan keluarga ini
bersifat non formal. Sedangkan dukungan keluarga artifisial adalah
dukungan yang dirancang kedalam kebutuhan primer seseorang
misalnya dukungan keluarga akibat bencana alam melalui berbagai
sumbangan.
2.2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
a. Faktor Internal
1) Tahap Perkembangan
Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam
hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan , dengan
demikian setiap rentang usia memiliki pemahaman dan respon
terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
2) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk
oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar
belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu
3) Faktor Emosi
Seseorang yang mengalami respons stress dalam setiap
perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap barbagai tanda
sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa
penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.
24
4) Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang
menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang
dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan
kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.
b. Faktor Eksternal
1) Praktik di Keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.
2) Faktor Sosioekonomi
Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan
dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan
kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat
ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap
terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga ia akan segera
mencari bantuan.
3) Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan
kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara
pelaksanaan kesehatan pribadi
25
2. 3 Konsep Kualitas Hidup
2.3.1 Pengertian Kualitas Hidup
Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu dari posisi
mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai di
mana mereka tinggal dan dalam hubungannya dengan tujuan mereka,
harapan, standar dan kekhawatiran (WHO, 1996).
2.3.2 Definisi Model Health-Related Quality of Life (HRQOL)
Health-Related Qualit of Life adalah bagian dari kualitas hidup yang
mempresentasikan perasaan, sikap atau kemampuan untuk mencapai
kepuasan dalam domain kehidupan sebagai kepentingan personal yang
terganggu akibat proses penyakit atau defisit fungsi kesehatan (Peterson
&Bredow, 2004).
2.3.3 Model Konsep Health-Related Quality of Life (HRQOL)
Gambar 2.1 Model Konsep Health-Related Quality of Life
Karakteristik
Individu
Faktor
biologi dan
fisiologi
Status
gejala
Status
fungsional
Persepsi
kesehatan
umum
Kualitas
hidup
Karakteristik
Kelompok
26
1) Faktor biologi dan fisiologi
Faktor biologi dan fisiologi merujuk pada perubahan fungsi sel,
jaringan, organ, dan sistem organ. Faktor ini dikaji melalui
pemeriksaan diagnostik, dapat berupa pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan fungsi tubuh dan pemeriksaan fisik general.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan adanya perubahan
biologi dan fisiologi yang berpotensi mempengaruhi HRQOL. Pada
pasien paska stroke, faktor biologi dan fisiologi merujuk pada defisit
fungsi persarafan yang menyebabkan berbagai disabilitas fisik.
2) Status gejala
Gejala adalah keluhan subjektif yang dirasakan oleh pasien
terkait dengan kondisi kesehatannya. Gejala menyangkut perubahan
status fisik dan psikologi sehingga individu dikatakan abnormal.
Pada pasien paska stroke, status gejala terjadi akibat gangguan
fungsi persarafan. Gejala yang dialami pasien antara lain hemiparese
atau hemiplegia, afasia, disartria, gangguan menelan, gangguan
penglihatan dan gangguan memori.
3) Status fungsional
Status fungsional dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
melakukan tugas spesifik. Status gejala adalah suatu faktor penting
yang mempengaruhi status fungsional.
27
4) Persepsi kesehatan secara umum
Persepsi kesehatan secara umum menggambarkan integrasi dan
ekspresi subjektif individu terhadap faktor gejala dan status
fungsionalnya. Persepsi kesehatan secara umum dipengaruhi oleh
kemampuan individu melakukan tugas spesifik, karakteristik
individu dan karakteristik lingkungan. Berkurangnya status
fungsional cenderung menyebabkan persepsi individu yang negatif
terhadap kesehatannya secara umum juga merupakan faktor penentu
perilaku sehat sehingga mempengaruhi kualitas hidup secara
keseluruhan.
5) Kualitas hidup
Kualitas hidup merujuk pada ekspresi subjektif individu terhadap
gejala yang dialami dan kemampuannya melakukan tugas spesifik
dalam kehidupan.
6) Karakteristik individu dan lingkungan
Karakteristik individu meliputi usia, pengalaman sakit dimasa
lalu, pekerjaan dan status sosial ekonomi. Sedangkan karakteristik
lingkungan meliputi dukungan psikologis, dukungan ekonomi, dan
dukungan keluarga. Karakteristik individu dan lingkungan
mempengaruhi koping pasien terhadap masalah sehingga
mempengaruhi persepsi kesehatan dan kualitas hidup secara umum.
28
2.3.4 Indikator Kualitas Hidup
Kualitas hidup menurut WHOQOL Group (1998) terdiri atas 4
indikator, yaitu:
a. Kesehatan fisik, mencakup kemampuan dalam beraktivitas sehari-
hari, ketergantungan dengan obat, energi dan kelelahan, tidur dan
istirahat, mobilitas, kapasitas atau kemampuan kerja, sakit dan
ketidaknyamanan.
b. Psikologis, terdiri dari pandangan diri, perasaan negatif, perasaan
positif, spiritualitas, kognitif (berfikir, ingatan, belajar, konsentrasi),
harga diri.
c. Hubungan sosial, terkait dengan hubungan interpersonal, dukungan
sosial, aktivitas seksual.
d. Lingkungan, mencakup keuangan, kebebasan dan kenyamanan
fisik, kesehatan dan kepedulian sosial dari orang lain terhadap
dirinya, lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan
informasi dan keahlian, lingkungan fisik.
Menurut Juczynski (2006), Health-Related Qualit of Life atau
kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan memiliki tiga
elemen, yaitu:
a. Fungsi kapabilitas seorang individu, yaitu kemampuan untuk
memuaskan kebutuhannya sehari-hari, mengambil atau
menjalankan peran sosial, intelektual dan efisiensi emosi.
29
b. Cara seseorang menanggapi situasi atau kondisi dalam hidupnya,
tingkat kepuasan dalam mengisi kehidupan.
c. Gejala dari penyakit, dan tingkat kesehatan berdasarkan usia.
2.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Berdasarkan definisi WHOQOL (1998) yang menyatakan bahwa
persepsi individu mengenai kualitas hidupnya dipengaruhi oleh konteks
budaya dan sistem nilai dimana individu tinggal. Faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kualitas hidup adalah:
a. Gender
Gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup. Secara umum kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak
jauh berbeda, akan tetapi perempuan lebih banyak terkait dengan
aspek hubungan yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan
tinggi pada laki-laki terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan
yang baik.
b. Usia
Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup. Individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih
tinggi pada usia dewasa madya.
c. Pendidikan
Kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya
tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu.
30
d. Pekerjaan
Status pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik pada
pria maupun wanita, karena terdapat perbedaan kualitas hidup
antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, pekerja, dan orang
yang tidak bekerja.
e. Status pernikahan
Individu dengan status menikah akan memiliki kualitas hidup
yang lebih tinggi.
f. Penghasilan
Kontribusi yang cukup signifikan dari faktor penghasilan dapat
meningkatkan kualitas hidup seorang individu.
g. Hubungan dengan orang lain
Pada saat hubungan dekat akan hubungan dekat dengan orang
lain terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan yang saling
mendukung maupun melalui pernikahan, manusia akan memiliki
kualitas hidup yang lebih baik secara fisik maupun emosional.
top related