bab 1-bab 3
Post on 09-Dec-2015
255 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB IPendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis atau yang sering disingkat TB adalah penyakit menular yang masih
menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia maupun di Indonesia. Tingginya prevalensi
penyakit tuberkulosis disebabkan oleh berbagai faktor resiko, salah satunya adalah
defisiensi mikronutrien yaitu Seng (Zn) terutama pada anak-anak. Menurut data dari
Perkumpulan Pemeberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) tahun 2010 menyatakan 1
orang pasien TB dengan BTA positif bisa menularkan kepada 10-15 orang disekitarnya
setiap tahun. (1). Menurut laporan global report WHO tahun 2011 bahwa angka kematian
akibat TB sebesar 27 kasus per 100.000 penduduk (2). Di Indonesia kasus tuberkulosis
sendiri masih terbilang tinggi, walaupun terjadi penurunan total angka kejadian kasus TB
dimana sebelumnya indonesia yang berada pada urutan ke-3 kini turun menjadi urutan ke-5
dengan jumlah 0,34 - 0,52 juta setelah India (1,6 – 2,4 juta), Cina (1,0 – 1,6 juta), Afrika
Selatan (0,38 - 0,57 juta), dan Nigeria (0,37 - 0,55 juta). (3)
Penyakit Tuberkulosis pada anak merupakan 5-15% dari seluruh kasus TB yang sampai
saat ini masih belum dapat diberantas sepenuhnya, dimana hampir 75000 anak meninggal
akibat TB. Tingginya angka kematian akibat TB pada anak di sebabkan kurangnya
perhatian terhadap pemberantasan penyakit karena dianggap penyakit TB anak tidak
menular dan jarang ditemukan kuman TB pada sputum anak. Defisiensi zat gizi mikro
diduga memiliki keterkaitan dengan meningkatnya kasus infeksi Tuberkulosis walaupun
belum sepenuhnya diketahui. Penelitian mengenai kadar seng plasma pada pasien TB
dewasa telah banyak dilakukan, namun penelitian serupa pada pasien TB anak masih
sedikit dilakukan, maka penelitian ini bertujuan mencari hubungan skor tuberkulosis pada
anak dengan kadar seng serum.
1
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng
(Zn) serum?
1.3 Hipotesis
Ada hubungan antara skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng (Zn) serum.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara skor tuberkulosis paru anak dengan kadar seng (Zn)
serum.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. menentukan jumlah skor tuberkulosis paru anak
2. mengukur kadar seng (Zn) serum
3. menganalisis hubungan antara skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng
(Zn) serum
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat bagi Pendidikan
Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang peranan seng terhadap
tuberkulosis pada anak.
1.5.2 Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan
Memberikan informasi yang bermanfaat tentang peranan seng terhadap
tuberkulosis sehingga dapat memberikan penambahan suplemen seng pada terapi
pengobatan tuberkulosis pada anak.
1.5.3 Manfaat bagi peneliti
Sebagai titik tolak penelitian lebih lanjut.
2
BAB IITinjauan Pustaka
2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini bisa menyerang semua umur walaupun pada
umumnya lebih banyak terkena pada anak-anak usia 1-14 tahun dan orang dewasa hingga
tua yang berusia 15-64 Tahun. Perbedaan kategori usia ini menyebabkan penanganan kasus
TB pada anak akan berbeda dengan kasus TB pada orang dewasa. Penyakit TB pada anak
biasanya tidak menular tetapi pengendaliannya juga sangat penting karena tidak jarang
kasus TB dewasa merupakan aktivasi kembali dari kasus TB anak yang belum sepenuhnya
sembuh, hal inilah yang ditakutkan bahwa tuberkulosis anak dapat menjadi titik tolak
sumber penularan TB saat dewasa .(4)
2.1.2 Epidemiologi Tuberkulosis
WHO (World Health Organization) memperkirakan sekitar sepertiga dari populasi
manusia di dunia terinfeksi Mycobacterium tuberkulosis, dimana sebanyak 9 juta kasus
baru dengan angka kematian 2 juta orang akibat penyakit TB diberbagai kalangan usia. Di
Indonesia terdapat lima provinsi dengan angka morbidity TB tertinggi yaitu Jawa Barat
(0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%), Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%) dan Papua
Barat (0.4%). (5)
Tuberkulosis anak salah satu jenis tuberkulosis yang sangat memprihatinkan dimana
Lebih dari 70.000 anak-anak meninggal karena TB setiap tahun. Sekitar 70-80% anak-anak
yang terinfeksi TB, memiliki penyakit pada paru-paru mereka (pulmonary TB). Sisanya
dipengaruhi oleh penyakit TB di bagian tubuh yang lain (extrapulmonary TB, hal ini terjadi
karena kurangnya perhatian yang mendalam pada kasus penyakit ini, sulitnya mendeteksi
sputum pada anak menyebabkan pemeriksaan mungkin hanya dilakukan melalui uji
tuberkulin yang ternyata masih sering memberikan hasil positif palsu, diperkirakan 11%
dari seluruh total kasus TB terjadi pada anak di bawah usia 15 tahun dengan prevalensi
kurang dari 1 tahun 0,47%, 1–4 tahun 0,76% dan antara 5–14 tahun 0,53%. (6)
3
2.1.3 Patogenesis Tuberkulosis
Penularan kasus Tuberkulosis pada anak paling banyak melalui saluran nafas dalam
bentu percik renik (droplet nuclei) dimana ukurannya < 5 μm terhirup dan mencapai
alveolus. Beratnya derajat penyakit tuberkulosis sangat bergantung dari sistem imun anak.
Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis
nonspesifik, sehingga tidak terjadi respons imunologis spesifik tetapi pada saat daya tahan
tubuh anak menurun, maka makrofag akan sulit untuk menghancurkan kuman TB dan
menyebabkan kuman ini berkembang biak di dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan
lisis makrofag. Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang dinamakan
fokus primer Ghon. Setelah terbentuk fokus primer ghon, kuman TB akan menyebar secara
limfogen dan hematogen. (7)
2.1.3.1 Penyebaran Kuman TB secara Hematogen
Kuman TB yang masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh
menyebabkan gejala sistemik. Kuman ini menyebar secara sporadik dan perlahan sehingga
tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di
seluruh tubuh, bersarang di organ yang mempunyai vaskularisasi baik, paling sering di
apeks paru, limpa, dan kelenjar limfe superfisialis. Selain itu, dapat juga bersarang di organ
lain seperti otak, hati, tulang, ginjal, dan lain-lain. Pada umumnya, kuman di sarang
tersebut tetap hidup, tetapi tidak aktif (tenang), demikian pula dengan proses patologiknya.
Sarang di apeks paru disebut dengan fokus Simon, yang di kemudian hari dapat mengalami
reaktivasi dan terjadi TB apeks paru saat dewasa. (7)
Kuman TB juga dapat menyebar secara hematogen generalisata akut (acute
generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman TB masuk dan
beredar di dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya
manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang disebut TB diseminata. Tuberkulosis
diseminata ini timbul dalam waktu 2−6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit
bergantung pada jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya
penyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya sistem imun pejamu
(host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada anak bawah lima tahun (balita) terutama
di bawah dua tahun. (7)
2.1.3.1 Penyebaran Kuman TB secara limfogen
4
Kuman TB yang masuk melalui saluran limfe akan menuju kelenjar limfe regional.
Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di
kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di lobus bawah atau
tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus (perihiler),
sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar
paratrakeal. Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan
kompleks primer (primary complex). Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB
hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Hal
ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang
diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TB
bervariasi selama 2−12 minggu, biasanya berlangsung selama 4−8 minggu. Selama masa
inkubasi tersebut, kuman berkembang biak hingga mencapai jumlah 103–104, yaitu jumlah
yang cukup untuk merangsang respons imunitas selular. (7)
Pada saat terbentuknya kompleks primer, TB primer dinyatakan telah terjadi.
Setelah terjadi kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap TB terbentuk, yang dapat
diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu uji tuberkulin
positif. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Pada sebagian besar individu
dengan sistem imun yang berfungsi baik, pada saat sistem imun selular berkembang,
proliferasi kuman TB terhenti. Akan tetapi, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup
dalam granuloma. Bila imunitas selular telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke
dalam alveoli akan segera dimusnahkan oleh imunitas selular spesifik (cellular mediated
immunity, CMI). (7)
Setelah imunitas selular terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya akan
mengalami resolusi sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah terjadi nekrosis
perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan
enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan
paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini,
tetapi tidak menimbulkan gejala sakit TB. (7)
2.1.4 Diagnosis Tuberkulosis
5
2.1.4.1 Tanda dan Gejala Tuberkulosis pada anak
Gejala tuberkulosis pada pasien TB dewasa dan TB anak sering berbeda dimana ada
beberapa kasus TB anak yang tidak ditemui gejala spesifik TB pada orang dewasa
ditambah lagi sulitnya anak mengeluarkan dahak menjadi salah satu alasan mengapa perlu
perhatian yang khusus untuk melihat apakah anak tersebut positif tuberkulosis. Menurut
petunjuk teknis manajemen TB anak (7) untuk dapat menegakkan diagnosis pada TB anak
dapat dilihat berdasarkan tanda dan gejala berikut ini :
A. Tanda-tanda tuberkulosis anak
1. Anak yang kontak erat dengan pasien TB menular.
Yang dimaksud dengan kontak erat adalah anak yang tinggal serumah atau sering
bertemu dengan pasien TB menular. Pasien TB menular adalah terutama pasien TB
yang hasil pemeriksaan sputumnya BTA positif dan umumnya terjadi pada pasien
TB dewasa.
2. Anak yang mempunyai tanda dan gejala klinis yang sesuai dengan TB anak.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi sistemik dan organ yang paling sering
terkena adalah paru. Gejala klinis penyakit ini dapat berupa gejala sistemik/umum
atau sesuai organ terkait. Perlu ditekankan bahwa gejala klinis TB pada anak tidak
khas, karena gejala serupa juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit selain TB.
3. Terdapat reaksi kemerahan setelah penyuntikan BCG dalam 3 sampai 7 hari
B. Gejala TB anak
B.1 Gejala sistemik/umum TB anak adalah sebagai berikut:
1) Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan
adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang
baik
2) Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas(bukan demam
tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam pada TB anak
umumnya tidak tinggi. Jarang ditemukan adanya keringat malam.
3) Pada TB anak gejala respiratorik tergantung kelompok usia, biasanya yang masih
dibawah tiga tahun tidak selalui disertai batuk, dahak dan hemoptisis (batuk
berdarah) seperti pada orang dewasa. Sedangkan pada anak yang sudah berumur
6
lima tahun biasanya gejala sudah menyerupai TB pada orang dewasa yaitu Batuk
lama ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau intensitas
semakin lama semakin parah), berdahak dan dapat pula terjadi hemoptisis (batuk
berdarah).
4) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure to
thrive).
5) Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
6) Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku
diare.
B.2 Gejala klinis pada organ yang terkena
1) Tuberkulosis kelenjar (terbanyak di daerah leher atau regio colli) ditandai dengan
adanya Pembesaran Kelenjar Getah Bening multipel (>1 KGB), diameter ≥1 cm,
konsistensi kenyal, tidak nyeri, dan kadang saling melekat atau konfluens.
2) Tuberkulosis otak dan selaput otak
a. Meningitis TB dapat dilihat dengan adanya gejala-gejala meningitis akibat
keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena.
b. Tuberkuloma otak dimana tampak adanya lesi desak ruang.
3) Tulang belakang (spondilitis) ditandai dengan adanya Penonjolan tulang belakang
(gibbus) dan Tulang panggul (koksitis), gangguan berjalan, atau tanda peradangan
di daerah panggul.
4) Skrofuloderma ditandai adanya ulkus disertai dengan jembatan kulit antar tepi ulkus
(skin bridge).
5) Tuberkulosis mata seperti pada Konjungtivitis fliktenularis (conjunctivitis
phlyctenularis), Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi).
6) Tuberkulosis organ-organ lainnya, misalnya peritonitis TB, TB ginjal dicurigai bila
ditemukan gejala gangguan pada organ-organ tersebut tanpa sebab yang jelas dan
disertai kecurigaan adanya infeksi TB.
2.1.4.2 Sistem Skoring Tuberkulosis pada Anak
Diagnosis pasti TB ditegakkan berdasarkan pemeriksaan yang terdiri dari beberapa cara
yaitu pemeriksaan mikroskopis apusan langsung atau biopsi jaringan untuk menemukan
BTA dan pemeriksaan biakan kuman TB sulit dilakukan pada anak karena sulitnya
7
mendapatkan spesimen berupa dahak atau sputum. Sedangkan Pemeriksaan serologi yang
sering digunakan tidak direkomendasikan oleh WHO dan kementrian kesehatan nasional
berdasarkan Surat Edaran pada bulan Februari 2013 tentang larangan penggunaan metode
serologi untuk penegakan diagnosis TB. Sehingga dibuatlah suatu cara yang cukup praktis
untuk mendiagnosis TB pada anak yaitu melalui sistem skoring tuberkulosis pada anak
Sistem skoring tuberkulosis ini sebgai suatu pendekatan diagnosis kasus TB anak
terutama di wilayah yang memilliki keterbatasan sarana dan prasarana diagnostik. Sistem
ini dikembangkan diuji coba melalui tiga tahap penelitian oleh para ahli yang UKK
Pulmonologi PP IDAI, Kementrian kesehatan Republik Indonesia, Stegen dan Jones dan
didukung oleh WHO dan disepakati sebagai cara untuk mempermudah penegakan
diagnosis TB anak terutama di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan juga membantu
tenaga kesehatan agar tidak terlewat dalam mengumpulkan data klinis maupun pemeriksaan
penunjang sederhana sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya underdiagnosis
maupun overdiagnosis TB. (8)
Tabel 1 Sistem Skoring Tuberkulosis Anak
GEJALA 0 1 2 3 SKOR
Kontak Tidak jelas - BTA (-) BTA (+)Tes Tuberkulin - - - PositifBB Bbm
BBGizi buruk
-
Panas Penyebab tdk jelas
- -
Batuk < 3 mg ≥ 3 mgPembesaran kelenjar
> 1 kel≥ 1 cm tdksakit
Tulang / Sendi BengkakFoto thorax Normal Sugestif
TOTAL
CATATAN UNTUK SISTEM SKORING IDAI
Diagnosis oleh dokter
Perhitungan BB saat pemeriksaan
Demam dan batuk yang tidak respons terhadap terapi baku
Foto Rontgen bukan alat diagnostik utama pada anak
8
Reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring
Total nilai diagnosis TB >6
Total nilai 4 pada anak balita atau dengan kecurigaan besar sebaiknya dirujuk ke
rumah sakit
Profilaksis INH diberikan pada anak dengan kontak BTA (+) dan total nilai <5
2.1.4.3 Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang cukup sensitif dan bermanfaat untuk
menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan sering digunakan
dalam “Screening TBC” terutama pada TB yang menyerang anak. Efektifitas dalam
menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90% dan keefektivitasan
dan kespesifikan uji ini akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif
100%, umur 1–2 tahun 92%, 2– 4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%.
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux
lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada 1⁄2 bagian atas
lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Uji tuberkulin
sebaiknya diulang 1-2 minggu kemudian untuk memastikan ada tidaknya infeksi
tuberkulosis dan mencegah efek booster. (8) Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam
setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi:
1) Uji mantoux negatif bila pembengkakan (Indurasi) setelah disuntikkan protein
tuberkulin sebesai 0-4 mm menandakan tidak ada infeksi Mycobacterium
tuberculosis. (7)
2) Uji mantoux meragukan jika pembengkakan sebesar 5-9 mm. hal ini bisa
dikarenakan kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium atipical dengan
vaksin BCG karena imunisasi BCG juga dapat menyebabkan uji tuberkulin positif
namun reaksinya tidak kuat. (7)
3) Uji mantoux positf bila pembengkakan (Indurasi) setelah dilakukan uji tuberkulin
sebesar ≥ 10 mm yang berarti sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis, pembesaran yang melebihi 15 mm harus dicurigai adanya superinfeksi
alami basil TB. (7)
9
2.2 Seng (Zn)
2.2.1 Definisi Seng (Zn)
Seng ( Zinc = Zn ) merupakan mikronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh manusia,
memegang peranan esensial dalam fungsi tubuh sebagai bagian dari berbagai aspek
metabolisme, yaitu sintesis karbohidrat, protein, lipid, asam nukleat, dan vitamin A. Semua
aspek itu sangat berpengaruh pada masa pertumbuhan. Seng juga berperan dalam fungsi
kekebalan tubuh, pembentukan kulit, penyembuhan luka, dan pengembangan fungsi
reproduksi laki-laki. 3,4. Seng berperan dalam sistem imun, dari barier kulit hingga
pengaturan dalam limfosit. (9)
2.2.2 Absorbsi dan Metabolisme Seng (Zn)
Penyerapan atau absorbsi seng (Zn) berlangsung di usus halus yaitu di duodenum,
jejunum dan, ileum (terutama di Jejenum).(11) Mekanisme absorbsi dapat di tingkatkan oleh
adanya ligan–ligan dengan berat molekul yang rendah seperti asam amino dan asam–asam
organik lainnya dengan cara meningkatkan daya larut dan sedangkan sistein dan methionin
meningkatkan kemampuan absorbsi seng dengan cara membentuk kompleks yang stabil
dengan seng. Senyawa–senyawa dengan berat molekul yang besar seperti filtrat dan
mineral lain seperti Fe, Cu, Ca dan Mn. Khususnya Besi, fitat, dan seng bersaing pada
binding site di enterosit sehingga menghambat absorbsi seng yang berikatan di enterosit
dapat menurunkan kecepatan absorbsi seng. .(12) Selama proses pencernaan, enzim
mengeluarkan seng dari makanan dan seng endogenous dari bermacam–macam ligan.
Setelah seng diabsorbsi di sepanjang usus halus selanjutnya di sirkulasi akan berikatan
dengan albumin (80%), alfa-2 makroglobulin (15%), protein molekul rendah dan dengan
tranferin dan histidin, kurang dari 100% berkaitan dengan asam amino atau metaloenzim.
Kemudian seng akan masuk kedalam enterosit, seng diikat oleh suatu protein intestinal
yang kaya sistein (CRIP =Cystein–Rich Intestinal Protein) yang kemudian memindahkan
seng ke metallothionin atau melintasi sisi basolateral enterosit untuk berikatan dengan
albumin serta dibawa ke darah portal (13)
Pada bagian perifer seng akan diambil oleh sel hepatosit, fibroblast, dan sel–sel
asini pankreas yang menggunakan seng untuk membuat beberapa enzim pencernaan.
Sekresi pankreas adalah sumber seng endogenous yang utama , sedangkan sumber seng
yang berasal dari telur, daging unggas, daging sapi, tiram, kepiting, dan kacang-kacangan .
Pengaturan homeostasis seng dilakukan dalam saluran pencernaan. Mekanisme yang
terlibat didalamnya adalah absorbsi seng dan sekresi endogenous. (14)
10
2.2.3 Fungsi Seng
Seng memegang peranan esensial dalam banyak fungsi tubuh antara lain :
a. Sebagai kofaktor pada kegiatan lebih dari tujuh puluh dimana seng akan mengikat
residu histin dan sistein dan dalam waktu yang sama menstabilkan serta membuka
tempat/sisi aktif dari enzim – enzim ini sedemikian rupa sehingga katalis dari reaksi
dapat berjalan. (14)
a. Pada aspek metabolisme, seperti reaksi-reaksi yang berkaitan dengan sintesis dan
degradasi karbohidrat, protein, lipida dan asam nukleat. Sebagai bagian dari enzim
peptidase karboksil yang terdapat di dalam cairan pankreas, seng berperan dalam
pencernaan protein. (14)
b. Sebagai bagian dari enzim kolagenase, seng berperan pula dalam sintesis dan degradasi
kolagen. Dengan demikian, seng berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme
jaringan ikat dan penyembuhan luka. (14)
c. Sistem kekebalan dan terbukti bahwa seng merupakan mediator potensial pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Limfopenia, konsentrasi dan fungsi limfosit T dan B menurun,
menurunnya fungsi leukosit seringkali ditemukan pada penderita defisiensi seng. (14)
d. Berbagai fungsi dalam metabolisme vitamin A. Retinal dehidrogenase di dalam retina
yang mengandung seng berperan dalam metabolisme pigmen visual yang mengandung
vitamin A. Di samping itu seng diperlukan untuk sintesis alat angkut vitamin A protein
pengikat retinol (Retinol Binding Protein/RBP) di dalam hati. dengan terkaitnya seng
dengan metabolisme vitamin A, berarti seng terkait dengan berbagai fungsi vitamin A. (14)
e. metabolisme tulang, transpor oksigen, dan pemunahan radikal bebas, pembentukan struktur
dan fungsi membran serta proses penggumpalan darah. (14)
2.2.4 Kebutuhan Seng yang Dianjurkan
Kadar seng normal dalam serum 80 – 110 mikrogram/dl, dalam darah mengandung
20 kali lipat karena adanya enzim karbonik anhidrase dalam eritorsit, rambut mengandung
125 – 250 mikrogram/dl, muskulus 50 mikrogram/dl . (15) Penentuan defisiensi ringan atau
berat berdasarkan kadar seng < 40 ug/dl maka disebut defisiensi berat dan jika berkisar
antara 40-60 ug/dl maka disebut defisiensi ringan. Pemenuhan kadar seng yang normal
sangat di pengaruhi oleh kebutuhan tubuh dan faktor-faktor lain seperti usia, jenis kelamin,
bioavailabilitas seng dari makanan dan keadaan fisiologi tertentu seperti kehamilan dan
11
menyusui.
Tabel 2. Kebutuhan seng menurut umur berdasarkan Nasional Pangan dan Gizi (16)
Kelompok
UmurKecukupan Seng Kelompok Umur Kecukupan Seng
Anak : Wanita :
0-6 bln 1,3 10-12 thn 12,6
7-11 bln 7,5 13-15 thn 15,4
1-3 thn 8,2 16-18 thn 14,0
4-6 thn 9,7 19-29 thn 9,3
7-9 thn 11,2 30-49 thn 9,8
Pria : 50-64 thn 9,8
10-12 thn 14 >65 thn 9,8
13-15 thn 17,4 Hamil:(tambahan)
16-18 thn 17 Trimester I 1,7
19-29 thn 12,1 Trimester II 4,2
30-49 thn 13,4 Trimester III 9
50-64 thn 13,4 Menyusui :
>65 thn 13,4 6 bulan pertama 4,6
6 bulan kedua 4,6
Status seng pada tubuh dapat ditentukan dengan pengukuran konsentrasi seng
serum, konsentrasi seng eritrosit, leukosit, netrofil, dan konsentrasi seng pada rambut. Seng
serum adalah indikator yang secara luas sering dipakai untuk menentukan status seng saat
ini, namun tidak selalu menggambarkan secara tepat kadar seng dalam tubuh karena seng
berikatan terutama dengan albumin, sehingga akan berubah bila kadar albumin berubah.
Pada beberapa kasus, kadar seng dapat diukur dari rambut hal ini disebabkan bila
12
dalam tubuh terjadi defisiensi seng maka seng rambut akan diambil sebagai seng endogen
untuk mencukupi kebutuhan seng, maka akan mempengaruhi pertumbuhan rambut. Pada
seseorang dengan defisiensi seng berat, konsentrasi seng rambut akan rendah. (16)
2.2.5 Defisiensi Seng
Seng adalah zat gizi mikro yang berarti hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh
tubuh tetapi karena fungsinya yang esensial sehingga jika terjadi defisiensi akan membawa
perubahan pada beberapa sistem organ seperti sistem saraf pusat (malformasi permanen,
pengaruh terhadap neuromotor dan fungsi kognitif), saluran pencernaan, sistem reproduksi,
dan fungsi pertahanan tubuh baik pertahanan spesifik maupun non spesifik. (17)
Tabel 3 Gejala Defisiensi Seng (Zn) pada bayi dan anak
Masa timbul gejala Bayi Anak
Gejala Anoreksi Pincang, gangguan
pengecap dan penciuman
Gagal tumbuh Keterlambatan tinggi
badan
Tremor Depresi, mood yang labil
Dermatitis Ataxia
Stomatitis Photopobia
Distropi kuku Kelambatan pubertas
Diare, malabsorbsi
Rentan terhadap infeksi
2.2.6 Faktor Predisposisi Defisiensi Seng (Zn)
Ada 3 faktor yang berperan dalam terjadinya defisiensi seng :
1. Absorbsi yang inadekuat yaitu Keadaan malnutrisi, vegetarian, pemberian nutrisi
enteral dan parenteral / diet untuk mengatasi inborne error metabolism, infestasi
intestinal, interaksi zat gizi antara komponen diit dan obat – obatan.
13
2. Maldigesti dan malabsorbsi: mekanisme abosorbsi karena imaturitas, akroder-
matitis, enterohepatika, pembedahan lambung / reseksi usus dan enteropati
3. Pembuangan yang meningkat: keadaan katabolisme, enteropati dengan loss protein,
gagal ginjal, renal dialysis, terapi diuretik, chelating agent (spesifik dan
nonspesifik), dermatosis eksfoliatif.
2.3 Seng dan Tuberkulosis
2.3.1 Defisiensi Seng dan Penyakit Infeksi
Defisiensi seng akan mengganggu fungsi Limfosit T dan B serta produksi sitokin.
Bentuk ekstrim dari defisiensi seng adalah atrofi timik dan infeksi bakeri, virus dan jamur.
Penurunan kadar seng serum ditemukan pada penderita penyakit infeksi atau radang kronik,
hal ini dapat dilihat dari redistribusi seng serum ke dalam hepar yang terikat pada
metallothionein karena peningkatan produksi sitokin proinflamasi, khususnya factor
nekrosis tumor-α (TNF-α) dan interleukin-6 (IL-6), sehingga seng pada plasma berkurang
karena di ambil oleh hepar. Penurunan kadar seng plasma transiem pada saat infeksi juga
disebabkan oleh peningkatan sekresi send dalam urin.
14
2.4 Kerangka Teori
Bagan 1. Kerangka Teori
15
2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori akan diwujudkan dalam bentuk hubungan antara
variabel yang secara teoritis mempengaruhi variabel terikat (variabel dependen) yaitu
Tuberkulosis pada anak dan variabel bebas (variabel independen) adalah kadar seng serum
dan variabel pengganggu (variabel confounding) adalah status gizi, kadar Hemoglobin, dan
kadar ferritin. Tapi pada penelitian ini tidak membahas mengenai variabel pengganggu.
Bagan 2. Kerangka Konsep
Bagan 2. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Variabel confounding
16
BAB IIIMetodologi Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Observational analitik dengan jenis penelitian case
control yaitu suatu penelitian yang mengkaji hubungan kasus dengan faktor risiko
kemudian akan dilakukan analisis. Kasus kontrol pada penelitian ini adalah pasien anak
yang datang dengan keluhan lemas, batuk yang disertai demam terus menerus, dan
penurunan berat badan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian di lakukan di Poliklinik Spesialis Anak RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu
Ciumbuleuit, Bandung, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa
rumah sakit ini memiliki bagian khusus yang menangani pasien tuberkulosis dan sesuai
data epidemiologi provinsi jawa barat terdaftar sebagai wilayah dengan kasus Tuberkulosis
anak tertinggi di indonesia. Waktu penelitian dilakukan selama 5 bulan, dari bulan April
2015 sampai dengan September 2015
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Target
anak berumur 1 tahun sampai 4 tahun
3.2.2 Populasi Terjangkau
17
Anak berumur 1 tahun sampai 4 tahun yang datang ke Poliklinik Spesialis
Anak RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu
3.2.3 Sample Penelitian
Anak yang berumur 1 tahun sampai 4 tahun yang datang ke Poliklinik
Spesialis Anak RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu dengan keluhan lemas, batuk
yang disertai demam terus menerus, dan penurunan berat badan. yang
memenuhi kriteria penelitian sebagai berikut
3.2.3.1 Kriteria inklusi
1. Berumur 1 sampai dengan 4 tahun pada saat penelitian berdasarkan keluhan
dan hasil anamnesis serta pemeriksaan fisik dicurigai penyakit tuberkulosis
2. Belum pernah mendapat suplementasi seng
3. Tidak menderita penyakit diabetes melitus, gangguan faal hepar (nilai
SGPT/SGOT), gagal ginjal kronik (nilai ketatinin) dan keganasan.
4. Tidak ada trauma sedang sampai berat atau mengalami pembedahan beberaoa
bulan terakhir
3.2.3.2 Kriteria eksklusi
1. Sudah menjalani pengobatan TB
2. Mencabut Kesediaan Mengikuti Penelitian
3.2.3.3 Besar sampel
Besar sampel minimal yang hars diambil oleh peneliti dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan :
N : Besar Populasi (303 Kasus)
n : Besar Sampel
Z : Confidence Interval (CI) 95% = 1,96
d : Prediksi Beda Jarak Nilai P yang Bermakna = 0,1
P : Dugaan Nilai Proporsi sebesar 21% (0,21)
18
Berdasarkan data dari laporan riset kesehatan dasar tahun 2010 diketahui proporsi
pasien tuberkulosis yang mengalami defisiensi seng adalah 21 % (P), maka sampel yang
dibutuhkan untuk penelitian ini berdasarkan rumus tersebut adalah sebesar 59 orang.
3.2.3.4 Cara sampling
Pemilihan sampel penelitian dilakukan secara konsekutif, yaitu memilihi setiap pasien
yang datang untuk di lakukan skrining tuberkulosis dan memenuhi kriteria penelitian
sampai tercapai jumlah hesampel sesuai besar sampel yang ditentukan.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah kadar Seng (Zn) serum.
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah Skor Tuberkulosis Paru.
3.5 Definisi Operasional
Tabel 4. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Skala
1 Variabel
Tergantung
(Dependen)
Skor TB
Pada anak
Penyakit bakterial kronis yang
disebabkan infeksi kompleks
Mycobacterium tuberkulosis,
yang ditegakkan berdasarkan
sistem skor diagnosis
tuberkulosis. Skor TB 1-14
Kategori skor TB menjadi
1). Skor TB < 6
2). Skor TB ≥ 6
Ordinal
19
2 Variabel
Bebas
(Independen)
Kadar Seng
(Zn) Serum
Kadar seng adalah kadar seng
serum yang diperiksa dengan
menggunakan metode pemanasan
basah dari AAS (Atomic
Absorbent Spectrofotometer).
Kategori kadar seng serum
- Normal : > 60 g/dl.
- Defisiensi ringan : 40 – 60 ug/dl.
- Defisiensi berat : < 40 g/dl
Interval
3.6 Cara Memperoleh Data
3.6.1 Data PrimerData primer digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
diperoleh melalui observasi langsung kepada responden (responden pada penelitian
adalah orang tua dari subyek penelitian) dengan menggunakan kuesioner. Hasil uji
laboratorium tentang kadar Seng serum serta uji tuberkulin pada subyek penelitian
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder berupa penetapan subyek penelitian (kasus dan kontrol) diperoleh
dari data rekam medis Poliklinik Spesialis Anak RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu. Selain itu
data juga diperoleh dari buku, makalah, laporan, jurnal, referensi-referensi lain yang
berkaitan erat dengan tujuan penelitian yaitu hubungan antara skor tuberkulosis pada anak
dengan kadar seng (Zn) serum .
3.7 Cara Pengumpulan data
3.7.1 Instrumen (alat pengumpulan data)
A. Data primer menggunakan:
a. Kuesioner (terlampir)
b. Uji laboratorium Seng Serum
Tabung elenmeyer 50 cc
labu ukur 10 cc, corong
penjepit / crustang
pipet automatic 1 cc, pipet pasteur
botol penampung 15 cc, kompor listrik
AAS / Atomic Absorption Spectrophotometer
20
c. Uji Tuberkulin
1 cc/spuit tuberkulin 1 buah.
Jarum no. 26/27 1 buah.
0,1 ml PPD 5 – TU/ PPD – RT 23-2 TU
Kasa.
Aquades
3.8 Prosedur Penelitian
1. Setelah diberi penjelasan secara terperinci mengenai maksud, tujuan dan segala hal
yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, orangtua
menandatangani surat persetujuan anak mengikuti penelitian.
2. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dan setuju, akan
dilakukan anamnesis meliputi nama, usia, tanggal lahir, jenis kelamin, dan alamat.
3. Responden mengisi kuesioner yang berhubungan dengan tujuan penelitian
4. Penilaian skor tuberkulosis dengan cara melakukan uji tuberkulin.
1. Sebelum melakukan uji tuberkulin sebelumnya permukaan lengan volar
lengan bawah dibersihkan dengan menggunakan alcohol pada daerah 2-3
inch di bawah lipatan siku dan biarkan mengering.
2. Melakukan penyuntikan 0,1 ml PPD ke dalam disposable spuit ukuran 1 ml
(3/8 inch 26-27 gauge) secara intrakutan dengan lubang jarum mengarah ke
atas. Suntikan yang benar akan menghasilkan benjolan pucat, pori-pori
tampak jelas seperti kulit jeruk, berdiameter 6-10 mm
3. Apabila penyuntikan tidak berhasil (terlalu dalam atau cairan terbuang
keluar) ulangi suntikan pada tempat lain di permukaan volar dengan jarak
minimal 4 cm dari suntikan pertama.
4. Jangan lupa mencatat lokasi suntikan yang berhasil tersebut pada rekam
medis agar tidak tertukar saat pembacaan. Tidak perlu melingkari benjolan
dengan pulpen/spidol karena dapat mengganggu hasil pembacaan.
5.Pengambilan seng serum dilakukan dengan mengambil darah yang akan
disentrifugasi.
1. Sebelum melakukan penilaian status seng maka anak-anak berpuasa 12 jam
untuk pengambil darah.
2. Mengambil darah sebanyak 5 ml vena puasa diambil oleh petugas masing-
masing sebanyak 5 mL mengenakan sarung tangan polietilen steril sekali
21
pakai, bebas dari bedak atau pelapis lainnya, menggunakan jarum baja
stainless Vacutainer dengan penggunaan minimal torniket yaitu dalam satu
menit oleh tenaga terlatih untuk pemeriksaan kadar seng serum.
3. Darah yang diambil dimasukkan ke dalam tabung bebas trace elemen yang
telah didemineralisasi dengan asam nitrat 30% satu hari sebelumnya, dan
dibilas dengan aqua yang telah di-demineralisasi untuk menghindari
kontaminasi mineral lain, tabung dievakuasi tanpa anti-koagulan,
menggunakan sumbat silicon.
4. Darah ditempatkan pada es sampai Pemisahan dalam waktu dua jam dan
dipisahkan antara plasma dan serum aliquoted dalam tabung reaksi
Eppendorf.
5. Semua parameter darah dianalisis sesuai dengan protokol standar dan semua
peralatan yang digunakan didekontaminasi sebelum digunakan. Setelah
disentrifugasi, ambil bagian bening (serum) sebanyak 1 cc uuntuk
pemeriksaan seng dalam serum. Anak-anak kemudian diberi sarapan segera
setelah pengumpulan darah.
6.Pemeriksaan seng serum akan dilakukan di Laboratorium prodia bandung.
1. Prosedur pemeriksaan seng serum yaitu 1 cc serum ditambah HNO3 pro
analise di masukkan kedalam labu elemeyer. Panaskan diatas kompor sampil
digoyang hingga cairan berwarnacoklat jernih, lalu dinginkan dalam suhu
ruangan.
2. Tambahkan HClO3 1 ml kemudian panaskan diatas kompor hingga keluar
uap (kabut) putih dan cairan menjadi jernih, lalu dinginkan dalam suhu
ruangan.
3. Tambahkan aquabides add 10 ml, seelanjutnya dibaca Atomic Absorbtion
Spectrophotometer
4. Semua data yang terkumpul akan dianalisis dengan komputer.
3.9 Etika Penelitian
Setiap subyek penelitian dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dari
rekam medik dengan tidak menuliskan nama pasien tapi hanya berupa inisial.
Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan meminta izin pada instansi
terkait untuk pengujian kode etik penelitian.
22
Sebelum melakukan penelitian maka peneliti juga akan melakukan inform consent
serta menjelaskan tujuan serta resiko penelitian kepada subyek penelitian dan orang tua dari
subyek penelitian pada sebuah surat yang dibubuhi tanda tangan.
3.10 Alur Rencana Penelitian
3.10.1 Rencana Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan
program SPSS windows versi 11,5. Prinsip pengolahan data dari kuesioner yang telah
dikumpulkan adalah sebagai berikut :
1) Cleaning, yaitu data yang telah diperoleh dikumpulkan untuk dilakukan
pembersihan data yaitu mengecek data yang benar saja diambil sehingga tidak
terdapat data yang meragukan atau salah.
2) Editing, yaitu memeriksa hasil wawancara yang telah dilaksanakan untuk
mengetahui kesesuaian jawaban responden.
3) Coding, yaitu pemberian tanda atau kode untuk memudahkan analisa.
4) Tabulating, menyusun dan menghitung data hasil pengkodean untuk disajikan
dalam tabel.
5) Entry, yaitu data yang sudah diseleksi dimasukkan ke dalam komputer untuk
dilakukan pengolahan lebih lanjut.
Analisis data pada penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis bivariate untuk
mengetahui besar hubungan skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng (Zn) serum.
3.10.2 Rencana Kegiatan Penelitian
Tabel 5. Rincian Rencana Kegiatan Penelitian
Kegiatan PenelitianWaktu (Bulan)
3 4 5 6 7 8 9
Penyusunan Proposal
Revisi Proposal
Pemilihan Subyek
Penelitian
Pengumpulan data
Pengukuran data
Analisis data
23
Penyusunan laporan
3.10.3 Rencana Dana Penelitian
Tabel 6. Rincian Rencana Dana Penelitian
24
No. Rincian Dana Jumlah
1 Survei Lapangan Rp. 250.000.00
2 Penyusunan Proposal
Izin Penelitian
Rp. 50.000.00
Rp. 100.000.00
3 Pengumpulan Data
Uji Tuberkulin untuk 59 Sampel Penelitian
Pemeriksaan Kadar Seng Serum 59 Sampel
Penelitian
Rp. 590.000
Rp. 885.000
4 Pengukuran Data
Pemeriksaan di Laboratorium Prodia Bandung Rp. 1.770.000.00
5 Pengolahan dan Analisis Data Rp. 500.000.00
6 Foto Copy Informed Consent
Fotocopy Kuesioner
Rp. 35.400.00
7 Administrasi dan Birokrasi Rp. 750.000.00
8
9
Souvenir Alat Tulis
Dana Tidak Terduga
Rp. 590.000.00
Rp. 500.000.00
Jumlah dana yang dibutuhkan Rp. 6.770.400.00
DAFTAR PUSTAKA
1. Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI). 2010. Buku Saku
PPTI. Jakarta : PPTI
2. World Health Organization. Global Tuberculosis Report [serial online]. WHO:
2012 [Jakarta, 11 februari 2015]. Diakses dari: URL:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/75938/1/9789241564502_eng.pdf
3. Kementreian kesehatan RI. 2012. Laporan Situasi Terkini Perkembangan
Tuberkulosis di Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kemenkes [Jakarta, 11 februari
2015]. Diaksess dari : URL:
http://www.tbindonesia.or.id/pdf/2011/IndonesiaReport2011.pdf
4. Amin, Z, & Bahar, A. 2009. Tuberkulosis Paru. In A. S. Sudoyo, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 5th ed (pp. 2230-2239). Jakarta: Interna Publishing.
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2010.
Laporan Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2010, Jakarta : Kemenkes RI.
6. Kementerian kesehatan RI. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta:
Kemenkes RI 2012 [Jakarta, 11 februari 2015]. Available from: URL: HIPERLINK
http://www.depkes.go.id/PROFIL DATA KESEHATAN INDONESIA.pdf
7. Pelatihan Manajemen Tuberkulosis Anak. 2007. UKK Respirologi PP.IDAI. Jawa
Tengah : IDAI
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004. Standar Pelayanan Medis Anak. Badan
Penerbit IDAI.
9. Prasad AS.2008. Zinc in Human Health : Effect of Zinc on Immune Cells. Mol Med.
2008;14:353-357
10. Armin SA. 2005. Zat gizi mikro zink, dari aspek molekuler sampai pada program
kesehatan masyarakat. Sari Pediatri. Jakarta ; 26:h. 29-33.
11. Almatsier S. 2001. Zink mineral. Dalam Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama 2001;h.247-250 Suryani. 2005. Zink pada program kesehatan
masyarakat. Jurnal Kedokteran. Jakarta ;.26.h.29-34
12. RINK, L and H. Haase. 2007. Zinc homeostasis and immunity. Trends Immunol.
28: 1 – 4.
25
13. Hambidge M. 2000. Human zinc deficiency. Am J Clin Nutr 2000;45:1344S- 1349S
14. Hambidge M. 2003. Biomarker of trace mineral intake and status. American
Society for nutritional science ; 2003 : hal. 948-955
15. Klevay, L, M, Christopherson, D, M, Shuler, T., R .2004. Hair as Biopsy Material:
Trace Element Data on One Man Over Two Decades. European Journal of Clinical
Nutririon 58(10): 1359-1364.
16. Nasar SS. 2003. Masalah defisiensi mikronutrien pada anak. Dalam : Kumpulan
makalah Kongres Nasional II Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia
(BKGAI); : hal. 215 – 223.
26
Lampiran 1. Formulir Informed Consent
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Tempat, Tanggal/ Bulan/ Tahun
Kami meminta anak Bapak/Ibu untuk turut mengambil bagian dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia yang berjudul “Hubungan antara skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng (Zn) serum“.
Seng memiliki manfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh, defisiensi seng dapat menyebabkan anak rentan untuk terkena penyakit
Bapak/Ibu diharapkan memahami informasi berikut ini dan menanyakan hal-hal yang belum dimengerti sebelum bapak/ibu memutuskan untuk ikut serta dalam penelitian ini.
A. INFORMASI/PENJELASAN
1) TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng (Zn) serum
2) PROSEDUR Apabila anak Bapak/Ibu ikut serta dalam penelitian ini, maka prosedur yang akan dilakukan pada anak adalah :
a. Bapak/Ibu mengisi kuesioner yang diberikan peneliti untuk pengumpuan data penelitian
b. Uji Tuberkulin untuk melihat skor tuberkulosis pada anak c. Pengambil darah subyek penelitian untuk pemeriksaan kadar seng serum
Satu hari sebelum pengambilan subjek darah, anak-anak berpuasa 12 jam.
Pengambil darah vena puasa diambil oleh petugas masing-masing sebanyak 5mL mengenakan sarung tangan polietilen steril sekali pakai, bebas dari bedak atau pelapis lainnya, menggunakan jarum baja stainless Vacutainer dengan penggunaan minimal torniket yaitu dalam satu menit.
Darah yang diambil dimasukkan ke dalam tabung bebas trace elemen yang telah didemineralisasi dengan asam nitrat 30% satu hari sebelumnya, dan dibilas dengan aqua yang telah di-demineralisasi untuk menghindari kontaminasi mineral lain, tabung dievakuasi tanpa anti-koagulan, menggunakan sumbat silicon
27
Pada saat dan setelah pengambilan darah akan menimbulkan sedikit rasa sakit/nyeri dan apabila terjadi perdarahan/biru-biru karena tindakan ini maka akan dilakukan pertolongan medis.
Sampel darah akan diperiksa di laboratorium prodia bandung dengan diberi kode pada setiap sampel sehingga kerahasiaan terjamin. Pengambilan sampel dilakukan oleh tenaga laboratorium terlatih.
d. Publikasi hasil penelitian dilakukan di forum ilmiah dengan tetap merahasiakan identitas anak.
3) KEUNTUNGAN / MANFAAT
Apabila anak Bapak/Ibu ikut serta dalam penelitian ini, akan mendapatkan manfaat antara lain :
1. Mengetahui status seng serum pada anak 2. Mengetahui skor tuberkulosis pada anak dan derajat keparahan penyakit
4) RISIKO
Apabila bapak/ibu dan anak ibu ikut serta dalam penelitian ini, tidak akan mengalami risiko yang membahayakan dikarenakan dalam penelitian ini tidak ada tindakan yang akan menyakitkan bagi bapak/ibu maupun anak bapak/ibu.
5) KERAHASIAAN
Catatan mengenai informasi bapak/ibu dan hasil penilaian pada anak akan dirahasiakan.Kalaupun dikaji kembali oleh badan-badan kesehatan pemerintah, bapak/ibu dan anak hanya akan dikenal dengan sebuah nomor saja, dan tidak akan diketahui siapa yang turut atau tidak turut mengambil bagian dalam penelitian ini.
6) DENTITAS PENELITI
Apabila bapak/ibu ada pertanyaan mengenai penelitian ini, bapak/ibu dapat menghubungi Shanaz Novriandina dengan NIM: 1361050248 melalui telepon 091293621797 atau di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
7) PARTISIPASI SUKARELA
Keikutsertaan anak Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat SUKARELA, sehingga anak Bapak/Ibu tidak dapat dan tidak akan dipaksa untuk ikut serta dalam penelitian ini bila Bapak/Ibu tidak menghendakinya. Bapak/Ibu dan anak hanya boleh ikut mengambil bagian atas kehendak Bapak/Ibu sendiri. Bapak/Ibu berhak untuk sewaktu-waktu menolak melanjutkan partisipasi tanpa perlu memberikan suatu alasan. Bila Bapak/Ibu memutuskan untuk berhenti berpartisipasi, tak seorangpun boleh memaksa Bapak/Ibu untuk berubah pikiran. Segera sesudah berhenti berpartisipasi, tak seorangpun boleh melakukan
28
diskriminasi apapun terhadap anak Bapak/Ibu. Peneliti dapat memutuskan bahwa Bapak/Ibu dan anak tidak boleh lagi ikut serta dalam penelitian ini, terlepas dari keinginan untuk tetap berpartisipasi atau tidak. Keputusan ini diambil dengan selalu memperhatikan hal yang terbaik bagi anak bapak/ibu. Selanjutnya setiap pasrtisipan akan mendapatkan kenang-kenangan berupa seperangkat alat tulis.
Kami ucapkan terima kasih telah bersedia membaca penjelasan ini. Apabila kurang jelas dapat ditanyakan langsung kepada peneliti.
B. PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
Formulir Persetujuan untuk Peserta Sukarela
Saya telah membaca, atau dibacakan kepada saya apa yang tertera diatas ini, dan saya telah diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan membicarakan penelitian ini dengan para anggota tim penelitian. Saya memahami maksud, risiko, lamanya waktu, dan prosedur penelitan ini. Dengan ini saya:
Nama : ...................................................... Umur : ....................................................... Alamat : .......................................................
Dengan membubuhkan tandatangan saya dibawah ini,saya menegaskan keikutsertaan saya sebagai responden penelitian dan anak saya secara sukarela dalam proyek penelitian ini. Saya telah menerima tembusan dari surat persetujuan ini.Nama Peserta : ____________________________
Tanda tangan Peserta : ____________________________Tanggal : _____ / _____ / _____
Tandatangan Saksi (Jika peserta tidak dapat membaca dan menulis)Saya telah menyaksikan pembacaan penjelasan dari peneliti kepada peserta sukarela, dan peserta telah mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Saya menyatakan bahwa peserta telah menyatakan persetujuannya secara sukarela untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Tanda tangan saksi
(Nama Saksi) ( cap jempol peserta )
29
Formulir untuk Peneliti
Tempat, Tanggal/ Bulan/ Tahun
Peneliti telah memberikan penjelasan kepada peserta sukarela, dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Peserta.
Peneliti yakin bahwa peserta telah memahami informasi dalam lembar Persetujuan setelah penjelasan ini, dan dengan sukarela bersedia ikut serta dalam penelitian ini.Nama Peneliti : Shanaz Novriandina
Tanda tangan Peneliti
(Shanaz Novriandina)
30
Lampiran 2. Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA SKOR TUBERKULOSIS PADA ANAK DENGAN KADAR
SENG SERUM
Dengan hormat bapak/ibu, nama saya Shanaz Novriandina, mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Saat ini saya sedang melakukan penelitian
tentang Hubungan antara skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng serum di
Poliklinik Spesialis Anak RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu Ciumbuleuit, Bandung, Jawa Barat.
Kami sangat mengharapkan Bapak/Ibu/Saudara/I agar bersedia mengisi daftar pertanyaan
berikut ini sesuai dengan pendapat masing-masing. Atas bantuannya kami ucapkan terima
kasih.
PETUNJUK PENGISIAN
1. Isilah identitas anda pada bagian yang telah disediakan
2. Bacalah dengan sebaik-baiknya setiap pertanyaan dan setiap alternatif jawaban yang
diberikan.
3. Pilih alternatif jawaban yang paling sesuai menurut anda dan berikan tanda silang
(x) pada salah satu jawaban yang menurut anda benar
4. Jika terjadi salah pengisian, berilah tanda (O) pada jawaban yang salah tersebut
1. Identitas Responden
1. Nama Responden :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Latar Belakang Pendidikan :
5. Pekerjaan :
II. Pertanyaan Mengenai Riwayat Penyakit
31
1. Apakah anak anda pernah dirawat di rumah sakit, jika ya dikarenakan peyakit apa?
☐ Ya, karena penyakit :
☐ Tidak pernah
2. Apakah anak anda mempunyai riwayat penyakit keluarga yang dapat
mempengaruhi kesehatan anak anda? jika ya sebutkan penyakit turunan tersebut.
a. Iya,
b. tidak ada
c. tidak tahu
III. Pertanyaan Mengenai Tuberkulosis
3. Menurut Anda, apakah pengertian dari penyakit Tuberkulosis?
a. penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
b. penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus tuberculosis
c. penyakit yang tidak dapat disembuhkan
4. Menurut anda, apakah ada perbedaan tuberkulosis pada orang dewasa dan
tuberkulosis pada anak?
a. iya, ada perbedaan
b. tidak, tidak ada perbedaan
c. tidak mengetahui
5. sebagai orang tua, apakah anda mengetahui cara mencegah penyakit tuberkulosis?
a. Iya, tau dengan cara imunisasi BCG
b. Iya, tau dengan cara memberikan obat anti tuberkulosis
c. Tidak tau
6. menurut anda, mengapa anak rentan tertular penyakit tuberkulosis?
a. karena anak-anak suka jajan sembarangan
b. karena anak-anak suka main diluar tanpa menggunakan sendal
32
c. karena anak-anak tidak menjaga kebersihan diri
II. Pertanyaan Mengenai Asupan Mineral Seng
7. apa yang anda ketahui tentang seng?
a. Seng adalah vitamin
b. Seng adalah mineral
c. Seng adalah enzim
8. Sebutkan apa yang anda ketahui tentang peranan zat seng bagi tubuh?
a. berperan dalam pertahanan tubuh, tumbuh kembang anak, dan proses
mengingat
b. berperan untuk meningkatkan
c. berperan untuk meningkatkan daya pendengaran
9. sebagai orang tua, Darimana saja anak dapa memperoleh zat seng didapatkan
a. telur, daging unggas, daging sapi
b. ikan salmon, ikan gurame
c. cumi-cumi, gurita
10. Menurut anda perlu tidak penambahan suplemen seng pada asupan dan pola makan
anak anda?
☐ Ya, harus selalu menambah suplemen seng pada asupan makan anak
☐ Ya, jika anak terlihat kekurangan kadar seng
☐ Tidak, karena didalam semua makanan mengandung seng
33
Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. KETERANGAN PERORANGAN
1. Nama Lengkap : Shanaz Novriandina
2. NIM : 1361050248
3. Tempat Lahir : Makassar (Sulawesi Selatan)
4. Tanggal lahir : 14 November 1995
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Agama : Islam
7. Alamat : Jalan Malaga Nomer 68 Tangerang Selatan 15326
8. Nomor Handphone : 081293621797
9. E-mail : Nana.nna14@gmail.com
10. Orang Tua
a. Nama Ayah : Afrizal
b. Nama Ibu : Adelena Soviane
II. PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : SDN. Mangkura 3 Makassar
Sekolah Menengah Pertama : SMP. Islam Athirah Makassar
Sekola Mengengah Atas : SMAN 2 Kota Tangerang Selatan
Universitas Kristen Indonesia : Fakultas Kedokteran Umum
III. PENGALAMAN ORGANISASI
Ketua Pelatihan Pramuka MPK SMP Islam Athirah
Sekertais Umum PMR SMAN 2 Kota Tangerang Selatan
Bendahara TBM Atlas Universitas Kristen Indonesia
34
35
top related