auditing 2
Post on 11-Jan-2016
13 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1. Jenis Aktiva Tetap
- Fixed tangible assets (aktiva tetap yang mempunyai wujud/bentuk)
a. Tanah (land) yang diatasnya dibangun gedung, kantor, dll.( menurut SAK
dan Peraturan Pajak, tanah tidak disusutkan)
b. Gedung (Building, termasuk pagar, lap.parkir, taman, mesin, furniture,
peralatan)
c. Natural Resource (Sumber Alam, termasuk pertambangan minyak,
batubara, emas, marmer dan hak pengusahaan hutan (HPH)).
• Harus dideplesi saat sumber alam tersebut mulai menghasilkan,
bukan disusutkan.
- Fixed intangeble assets (aktiva tetap yang tidak mempunyai wujud/bentuk)
a. Hak Paten
b. Hak Cipta
c. Franchise
d. Goodwill
e. Pre operating expenses (biaya yang dikeluarkan sebelum perusahan
berproduksi secara komersial, termasuk biaya pendirian)
2. Jenis Transaksi
Jenis transaksi aset tetap yang mungkin terjadi antara lain :
- Perolehan aset tetap secara tunai atau dengan alat nonomoneter lainnya
- Penghapusan aset tetap melalui penjualan, pertukaran, pemberhentian,
pemakaian atau pembuangan
- Penyusutan aset tetap selama umur ekonomisnya
- Penyewaan aset tetap
3. Merancang tes substantif atas saldo aktiva tetap
3.1 Menentukan Risiko Deteksi
Pengujian substantif yang dilakukan auditor akan jauh akan lebih ekstensif dalam
audit pertama atas seorang klien dibandingkan dengan penugasan yang berulang. Dalam
penugasan yang berulang, auditor akan memusatkan perhatian pada transaksi tahun
berjalan. Biasanya proporsi terbesar dari aktiva tetap adalah aktiva yang ada pada awal
tahun yang sebelumnya telah diaudit. Karena itu, akan lebih murah untuk memusatkan
perhatian pada populasi yang lebih kecil dari transaksi tahun berjalan.
Ketika menentukan risiko deteksi, auditor harus mempertimbangkan sejauh mana
klien mempunyai aktiva konstruksi, lease modal yang signifikan, dan penambahan serta
penarikan yang signifikan dari aktiva-aktiva itu. Auditor juga perlu mengevaluasi asumsi-
asumsi kunci yang bertalian dengan estimasi akuntansi atas beban penyusutan. Akhirnya,
risiko deteksi dalam penugasan yang berulang seringkali tergantung pada pengendalian
internal atas siklus pengeluaran.
3.2 Merancang Pengujian Substantif
Pengujian substantif yang mungkin dilakukan atas saldo aktiva tetap dalam
penugasan yang berulang dan tujuan audit atas saldo akun spesifik yang bertalian dengan
pengujian itu dijelaskan sebagai berikut
Prosedur Awal
Suatu prosedur awal yang penting termasuk mendapatkan pemahaman tentang
bisnis dan industribersangkutan. Prosedur ini juga memberikan sarana untuk mengevaluasi
kelayakan bukti yang diperoleh pada tahap audit berikutnya dan juga melaksanakan
prosedur awal atas saldo dan catatan aktiva tetap yang akan mendapat pengujian lebih
lanjut.
Prosedur Analitis
Suatu bagian yang penting dari siklus investasi adalah menentukan bahwa
informasi keuangan yang akan diaudit konsisten dengan ekspektasi auditor. Ketika
melaksanakan prosedur analitis, auditor harus mempertahankan tingkat skeptisisme
profesional yang layak dan menyelidiki hasil-hasil yang tidak normal. Jika hasil prosedur
analitis konsisten dengan ekspektasi auditor maka strategi audit dapat dimodofikasi untuk
mengurangi luas pengujian rincian transaksi dan saldo.
Pengujian Rincian Transaksi
Pengujian substantif ini mencakup tiga jenis transaksi yang berkaitan dengan aktiva
tetap:
- Memvouching penambahan aktiva tetap
Semua penambahan yang normal harus didukung oleh dokumentasi berupa
otorisasi dalam notulen rapat, voucher, faktur, kontrak dan cek-cek yang dibatalkan.Jumlah
yang dicatat harus divouching untuk mendukung dokumentasi.
- Memvouching pelepasan aktiva tetap
Bukti-bukti tentang penjualan, penarikan, dan tukar tambahharus tersedia bagi
auditor dalam bentuk nota pembayaran kas , otorisasi tertulis, dan perjanjian penjualan.
Dokumentasi tersebut harus ditelaah secara seksama untuk menentukan ketepatan dan
kelayakan catatan akuntansi termasuk pengakuan keuntungan atau kerugian.
Mereview ayat jurnal ke beban reparasi dan pemeliharaan
Tujuan auditor dalam melaksanakan pengujian ini adalahuntuk menentukan
kelayakan dan konsistensi pembebanan ke beban reparasi.Kelayakan meliputi
pertimbangan meliputi pertimbangan mengenai apakan klien telah melakukan pembedaan
yang tepat antara pengeluaran modal dan pendapatan.
Pengujian Rincian Saldo
- Menginspeksi Aktiva Tetap
Inspeksi aktiva tetap akan memungkinkan auditor untuk mendapatkan pengetahuan
pribadi yang langsung mengenai eksistensinya. Dalam penugasan yang berulang, inspeksi
yang terinci dapat dibatasi pada pos-pos yang tercantum pada skedul penambahan aktiva
tetap.Akan tetapi, auditor harus mengunjungi aktiva tetap lainnya sambil tetap waspada
terhadap bukti relevan lainnya tentang aktiva tetap.
- Memeriksa Dokumen dan Kontrak Hak Kepemilikan
Kepemilikan atas kendaraan dapat ditetapkan dengan memeriksa sertifikat hak
(BPKB), sertifikat pendaftaran (STNK), dan Polis Asuransi.Untuk peralatan, perabotan,
dan furniture, faktur yang telah “dibayar” mungkin merupakan bukti terbaik mengenai
kepemilikan.Bukti tentang kepemilikan dalam industri real estatedapat ditemukan dalam
akte pembelian, polis asuransi pemilikan, tagihan pajak property, tanda terima pembeyaran
hipotek, dan polis asuransi kebakaran.
Pengujian Rincian Saldo : Estimasi Akuntansi
- Review Penyisihan Untuk Penyusutan
Dalam pengujian ini, auditor mencari bukti tentang kelayakan, konsistensi, dan
ketetapan beban penyusutan.Titik tolak yang asensial bagi auditor dalam melakukan
pengujian ini adalah memastikan metode penyusutan yang digunakan oleh klien selama
tahun yang sedang diaudit.
- Penurunan Nilai Aktiva Tetap
Auditor harus mengevaluasi apakan klien telah memperhitungkan secara layak
penurunan nilai (impairment) aktiva tetap apabila terjadi perubahan yang material
bagaimana suatu aktiva digunakan, atau apabila terjadi perubahan yang material dalam
lingkungan bisnis. Bukti untuk mengevaluasi penurunan nilai ini didasarkan pada estimasi
arus kas masa depan yang belum didiskontokan dari aktiva itu.
Perbandingan Penyajian Laoran Dengan GAAP
Persyaratan penyajian laporan aktiva tetap dalam keuangan bersifat ekstensif
(PD1,2,3). Sebagai contoh, laporan keuangan harus memperlihatkan beban penyusutan
selama tahun berjalan, biaya dan nilai buku kelas utama aktiva tetap, serta metode
penyusutan yang digunakan.
Properti yang digadaikan sebagai jaminan atas pinjaman harus diungkapkan.
Kelayakan pengungkapan klien yang berkaitan dengan aktiva menurut lease dapat
ditentukan dengan melihat kembali ke pengumuman akuntansi atoritatif dan perjanjian
lease yang berkaitan.
AUDIT PROGRAM
NAMA PERUSAHAAN :
PERIODE :
AKUN : AKTIVA TETAP
TUJUAN PEMERIKSAAN :
1. Meyakinkan bahwa aktiva tetap benar-benar ada, dimiliki dan atas nama perusahaan.2. Meyakinkan bahwa aktiva tetap tersebut dijaminkan atau tidak dijaminkan.3. Meyakinkan apakah penilaian dan metode penyusutan telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang diterima
Umum, serta dilaksanakan secara konsisten.
PETUNJUK PEMERIKSAAN :
Dibuat tanggal ........................
Keterangan Estimasi Actual Selisih Paraf1. Lakukan penelusuran saldo
aktiva tetap yang tercantum dalam neraca saldo ke dalam buku besarnya.
2. Periksa penambahan dan pengurangan aktiva tetap, serta penambahan dan pengurangan akumulasi penyusutan.
3. Periksa jenis-jenis aktiva tetap yang diasuransikan (jika ada)
4. Hubungkan pemeriksaan aktiva tetap dengan pemeriksaan beban, dalam hubungannya dengan kebijakan kapitalisasi dan beban penyusutan.
5. Lakukan analisis terhadap rekening beban reparasi dan pemeliharaan.
Total
Temuan/Komentar :
___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Sumber : KAP Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali (dbsd&a) Malang
4. Pengenalan terhadap perhitungan PSAK 24
Apa itu PSAK 24 ?
PSAK 24 adalah mengatur pernyataan akuntansi tentang imbalan kerja di
perusahaan. Latar belakang Penerapan PSAK 24 tentang Imbalan Kerja adalah:
Undang-Undang Ketenagakerjaan (UUK) Nomor 13 Tahun 2003 mengatur secara
umum mengenai tatacara pemberian imbalan-imbalan di perusahaan, mulai dari
imbalan istirahat panjang sampai dengan imbalan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK). Imbalan-imbalan di UUK tersebut dapat diatur lebih lanjut di Peraturan
Perusaaan (PP) atau di Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Perusahaan dan
Serikat Pekerja dan tentu saja merujuk kepada ketentuan di UUK.
untuk mengantisipasi kemungkinan terganggunya cash flow karena
ketentuan UUK tersebut perusahaan akibat dari ketentuan dalam UU No. 13 tahun
2003 tersebut, maka PSAK No. 24 mengharuskan perusahaan untuk membukukan
pencadangan atas kewajiban pembayaran pesangon/imbalan kerja dalam laporan
keuangannya.
Imbalan Kerja
Imbalan kerja (employee benefits) adalah seluruh bentuk imbalan yang
diberikan suatu entitas dalam pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau
untuk pemutusan kontrak kerja.
Jika dilihat dari jenis imbalan kerja yang termasuk kedalam definisi imbalan
kerja di PSAK-24 adalah sebagai berikut:
1. Imbalan kerja jangka pendek
Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya kurang dari 12 bulan. Contoh dari
Imbalan Kerja Jangka Pendek ini adalah; Gaji, iuran Jaminan Sosial, cuti tahunan,
cuti sakit, bagi laba dan bonus (jika terutang dalam waktu 12 bulan pada periode
akhir pelaporan), dan imbalan yang tidak berbentuk uang (imbalan kesehatan,
rumah, mobil, barang dan jasa yang diberikan secara cuma-cuma atau memalui
subsidi).
2. Imbalan kerja jangka panjang
Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya lebih dari 12 bulan. Contoh dari
Imbalan Jangka Panjang ini adalah: Cuti besar/cuti panjang, penghargaan masa
kerja (jubilee) berupa sejumlah uang atau berupa pin/cincin terbuat dari emas dan
lain-lain.
3. Imbalan pasca kerja
Yaitu imbalan kerja yang diterima pekerja setelah pekerja sudah tidak aktif
lagi bekerja. Contoh dari Imbalan Pasca Kerja ini adalah : Imbalan Pensiun,
Imbalan asuransi jiwa pasca kerja, imbalan kesehatan pasca kerja. Imbalan
pemutusan kontrak kerja.
4. Imbalan pemutusan kontrak kerja
Yaitu imbalan kerja yang diberikan karena perusahan berkomitmen untuk:
(1) Memberhentikan seorang atau lebih pekerja sebelum mencapai usia pensiun
normal, atau (2) Menawarkan pesangon PHK untuk pekerja yang menerima
penawaran pengunduran diri secara sukarela (golden shake hand). Imbalan ini
dimasukan kedalam pernyataan PSAK-24, jika dan hanya jika perusahaan sudah
memiliki rencana secara jelas dan detail untuk melakukan PKK dan kecil
kemungkinan untuk membatalkannya.
Salah satu ketentuan di UUK adalah mengenai imbalan pasca kerja, yaitu
imbalan yang harus diberikan perusahaan kepada karyawan ketika karyawan sudah
berhenti bekerja (pasca kerja=setelah kerja).
Ada 4 (empat) imbalan pasca kerja yang dihitung untuk di cadangkan dalam
PSAK-24, yaitu:
1. Imbalan pasca kerja karena karyawan pensiun
2. Imbalan pasca kerja karena karyawan sakit berkepanjangan
3. Imbalan pasca kerja karena karyawan meninggal dunia
4. Imbalan pasca kerja karena karyawan mengundurkan diri
Keterkaitan profesi auditor (kantor akuntan publik) dengan PSAK 24
Pihak yang terkait dalam proses perhitungan beban imbalan kerja PSAK 24
adalah auditor, biasanya eksternal auditor (Kantor Akuntan Publik-KAP). Seperti
yang telah diketahui setiap perusahaan akan menyusun laporan keuangan di akhir
tahun buku, maka pihak KAP akan melakukan audit diperusahaan. Pada proses
audit tersebut lah hasil laporan PSAK 24 yang telah dihitung akan di cek validasi
nya. Apakah sudah sesuai dengan PSAK 24 yang di keluarkan oleh DSAK-IAI atau
belum.
Oleh karena itu penerapan PSAK 24 dianjurkan kepada perusahaan, Kalau
tidak menerapkan PSAK ini, maka auditor akan memberikan pendapat wajar
dengan pengecualian PSAK 24. Artinya, semua akun di laporan keuangan adalah
wajar, bebas dari salah saji material, kecuali salah satu akun sehubungan dengan
PSAK 24, karena perusahaan tidak mengikuti Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
yang berlaku di Indonesia.
5. Menghitung Pesangon PHK & Pensiun sesuai UU 13-2003
Pasal 156 UU No. 13 tahun 2003, ayat 1 menyebutkan, "Dalam hal terjadi
pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar pesangon dan atau
uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya
diterima."Ingat Perhitungan dibawah ini adalah berdasarkan Undang-Undang
Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003. Jika formula perhitungan pesangon dan
penghargaan yang diatur pada Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama
(PKB) lebih baik dari pada yang diatur dalam UU No. 13/2003, maka yang
digunakan adalah formula yang dipakai pada Peraturan Perusahaan atau Perjanjian
Kerja Anda.Pasal 157 ayat 1 menyebutkan bahwa komponen upah yang dijadikan
dasar dalam perhitungan pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang
penggantian hak terdiri atas :
a. Upah Pokok
b. Segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap
Tabel 1. Uang Pesangon ( UP )
Pasal 156, ayat 2 menyebutkan, "Perhitungan pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit sebagai berikut:
Tabel 2. Uang Penghargaan Masa Kerja ( UPMK )
Pasal 156, ayat 3 menyebutkan, "Perhitungan uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:
Hati-hati dengan tabel di atas.
Itu adalah tabel secara umum.
Untuk kasus PHK yang
lebih rinci, berikut
adalah besar uang pesangon
dan/atau penghargaan yang akan diterima.
Tabel 5. Pesangon & Penghargaan Setelah Digabung
Selain uang pesangon dan penghargaan, Anda masih berhak untuk uang cuti tahunan yang belum diambil, ongkos pulang ke tempat di mana Anda direkrut, penggantian perumahan dan kesehatan, dan hak-hak lain seperti diatur dalam Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama.
Pasal 156, ayat 4 menyebutkan, " Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
1. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;2. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat dimana
pekerja/buruh diterima bekerja;3. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima belas
perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat;
4. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Ingat ! Pesangon & Penghargaan Dipotong Pajak
Misalkan pada usia pensiun masa kerja Anda 10 tahun, gaji pokok adalah Rp 5.000.000 dan Anda sudah mengambil seluruh cuti Anda, tidak ada penggantian hak yang patut diperhitungkan dan tidak ikut program pensiun. Sesuai dengan UU NO. 13 tahun 2003, Pasal 167 ayat 5, maka perhitungan uang pesangon dan penghargaan Anda adalah sebagai berikut:
top related