analisis faktor-faktor yang mempengaruhi …elibrary.unisba.ac.id/files2/11.12.06003.pdf · bab iv...
Post on 06-Feb-2018
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
NON PERFORMING FINANCING
DI BPR SYARIAH BERKAH AMAL SALMAN BANDUNG
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana
Ekonomi Islam pada jurusan Keuangan dan Perbankan Syari’ah
Universitas Islam bandung
Oleh :
ANNISA RESTU KRISNASARI
10010206003
PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2011 M/1432 H
PERSETUJUAN
Disetujui Oleh:
Pembimbing II
(Dewi Rahmi. SE, M.Si)
Pembimbing I
(Zaini Abdul Malik, S.Ag., MA)
Mengetahui :
Dekan Fakultas Syariah Ketua Program Studi Keuangan
Dan Perbankan Syariah
(H. AsepRamdan H. Drs. M.Si) (Zaini Abdul Malik, S.Ag., MA)
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dimunaqasahkan oleh tim penguji skripsi pada 16 Agustus 2011 dan telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Syariah
Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah Universitas Islam Bandung.
Bandung,16 Agustus 2011 M
16 Ramadhan 1432 H
PANITIA UJIAN MUNAQASAH
Ketua Sekretaris
H. Asep Ramdan Hidayat. Drs., M.Si Zaini Abdul Malik, S.Ag., MA
TIM PENGUJI
1. H.M, Zainuddin, Drs., Lc., Dipl., MH _____________________________
2. H.A Rifa’i Hasbi, Drs., M.Ag _____________________________
3. H. Abdurrahman. Drs ______________________________
MOTTO
“…PuaslahDenganApa Yang
KauMiliki Dan TerimalahDenganApa
Yang KauPunya…”
“Dengan segala kerendahan hati,
Kupersembahkan karya kecil ini untuk,
Papaqu yang sangat aku sayangi dan
Mamaqu yang sangat aku cintai”
ABSTRAK
ANNISA RESTU KRISNASARI,NPM 10010206003:“ANALISIS FAKTOR-FAKTORYANG MEMPENGARUHI TINGKAT NON PERFORMING FINANCING DI BPRSYARIAH BERKAH AMAL SALMAN BANDUNG.
(Studi Kasus pada PT BPR Syariah Berkah Amal Salman 2008-2010)”
Dalam setiap melakukan kegiatan usaha pembiayaan di BPR Syariah tidak terlepas pula daririsiko seperti pembiayaan bermasalah. Bank Perkreditan Rakyat Syariah Berkah Amal Salmanmempunyai produk-produk pembiayaan diantaranya produk pembiayaan sepeda motor denganakad murabahah dan pembiayaan modal usaha dengan akad mudharabah. Dalam menjalankantugasnya sebagai penyalur pembiayaan BPR Syariah Berkah Amal Salman juga tidak terlepasdari resiko pembiayaan bermasalah (non performing financing). Berdasarkan uraian tersebut,poin masalah yang dirumuskan dan ingin diketahui dalam penelitian ini adalah : Faktor-faktorapa yang menyebabkan non performing financing pada pembiayaan sepeda motor dan modalusaha di BPR syariah Berkah Amal Salman Bandung?
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nonperforming financing pada pembiayaan sepeda motor dan modal usaha di BPR Syariah BerkahAmal Salman.
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif-analisis yaitu menelitistatus kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatukelasperisti wapada masa sekarang dengan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dataadalah wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang diperoleh dari Faktor-faktor yangmenyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah pada PT.BPR Syariah Berkah Amal Salmanadalah faktor eksternal dan faktor Internal. Faktor internal berupa : manajemen pengelolaankeuangan yang belum optimal dan kinerja tim survey bank yang kurang baik. Faktor Eksternal,masih kurangnya pengetahuan nasabah tentang pembiayaan, hal ini mencangkup anggaranpendapatan dan informasi tentang angsuran.
KATA PENGANTAR
Assalaamu'alaikum Wr. Wb
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, Penguasa
Tertinggi Alam Semesta, yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran kepada penulis,
shalawat dan salam semoga Allah melimpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW.
Semoga Rahmat dan AmpunanNya dilimpahkan kepada umatnya sepanjang masa. Amin.
Alhamdulillah, berkat Rahmat dan Ridho yang Maha Kuasa penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Non
Performing Financing Di BPR Syariah Berkah Amal Salman”. Meskipun masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini banyak memperoleh bantuan dari
semua pihak yang telah membantu, baik berupa fasilitas, dorongan, bimbingan, koreksian, dan
pengarahan. Untuk itu tiada kata yang diucapkan hanya terima kasih sedalam-dalamnya yang
penulis haturkan kepada yang terhormat:
1. Papaku dan Mamaku yang sangat aku sayangi dan aku cintai,, terimakasih atas doa,
dukungan, serta nasehat yang selalu di berikan untuk Nisha, semoga Allah SWT selalu
menyayangi Papa dan Mama
2. Adik kecilku Muhammad Hilmy Musthafa, yang selalu menjadi keceriaan dan
kebahagiaan di keluarga ini, dan menjadi obat setres buat teteh haha cepatlah tumbuh
besar dee, “semoga cita-cita dan impianmu tercapai dan jadilah anak yang sholeh yahhh”
amien.
3. Adeku Taufiq Adi Nugroho terimakasih untuk doanya,, sing semangat kuliahnya.
4. Untuk yang selalu di hati “Adi Ramadhan” terimakasih selama 3 tahun ini telah
menemaniku, banyak cerita dan kenangan indah yang telah terukir, yang selalu setia
menemaniku, mendengar curhatku, dan menjadi penyemangat untukku “hohoho”,
semoga Allah menyayangimu selalu…. MARI BERJUANG SAMA-SAMA MENCARI
PEGANGAN UNTUK MASA DEPAN!!!!!!
5. Untuk kedua sahabatku “faradhita dan daniar” walawpun jauh tapi dekat di hati
hehe,,terimakasih doa dan supportnya ya untukku.
6. Budeku tercinta terimakasih untuk doanya yaahh budeee,,, semoga Allah selalu
memberikan kesehatan buat budeeeeee
7. Bapak Prof. DR.dr.M.Thaufiq Shiddiq Boesoirie, M.S.,Sp THT KL (K)., selaku Rektor
Universitas Islam Bandung.
8. Bapak H. Asep Ramdan H. Drs. M.Si., selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam
Bandung dan selaku Dosen Wali.
9. Bapak Zaini Abdul Malik, S. Ag., MA selaku pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
10. Ibu Dewi Rahmi, SE., MSi. Selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan
waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
11. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan ilmu
pengetahuannya pada penulis.
12. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung yang selalu
memudahkan pelayanan.
13. Seluruh staf dan karyawan BPR Syariah Berkah Amal Salman, khususnya buat Ka
Samson terimakasih yah memberikan bantuan dan masukkan dalam penulisan skripsi ini,,
jangan bosen di maintain tolong nisha terus yahhh hahaha
14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2006 Program Studi Keuangan dan Perbankan
Syariah yang tidak bisa penulis sebut satu persatu, untuk perjuangan yang tak kenal lelah.
Kawan semoga Allah memudahkan jalan-jalan kita. Amin.
15. Adik angkatan Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah dan seluruh angkatan
Peradilan Agama. SEMANGAT BUAT SKRIPSINYA YAHHH.
16. Berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhiirul kalaam, penulis mengucapkan syukur atas nikmat yang telah
diberikanNya. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan senantiasa
melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya kepada kita semua. Amin yaa Rabbal Alamin.
Wassalaamu’alaikum, Wr. Wb
Bandung, 16 Agustus 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN .............................................................................................. …... i
PENGESAHAN ……………………………………………........................... …… ii
MOTTO …………………………………………………………………………… iii
ABSTRAK ....................................................................................................... …… iv
KATA PENGANTAR...................................................................................... …… v
DAFTAR ISI..................................................................................................... …… ix
DAFTAR TABEL…. ....................................................................................... …… xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ ……… xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………… 4
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………. 4
D. Kerangka pemikiran ………………………………………………………….. 4
E. Metode dan Tekhnik Penelitian …………………………………………… 13
F. Sistematika Pembahasan …………………………………………………… 17
BAB II BANK SYARIAH DAN KESEHATAN BANK
A. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah…………………………………………….. 18
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah ………………………………………. 23
3. Dasar Hukum Bank Syariah ………………………………………….. 24
a. Al-Quran …………………………………………………………… 24
b. Hadits ………………………………………………………………. 25
c. Ulama ……………………………………………………………… 25
d. Undang-Undang …………………………………………………… 25
4. Tujuan Bank Syariah…………………………………………………… 26
5. Prinsip-Prinsip Bank Syariah……….………………………………… 27
6. Produk-produk Bank Syariah………………………………………….. 28
a. Pendanaan…………………………………………………………. 28
b. Pembiayaan………………………………………………………... 30
B. Kesehatan Bank
1. Pengertian Kesehatan Bank …………………………………………… 55
2. Aturan Kesehatan Bank ……………………………………………….. 56
3. Aspek-aspek penilaiankesehatan Bank ……………………………….. 58
4. Pengertian NPF (non performing financing)…………………………... 60
5. Faktor-Faktor NPF (non performing financing) ……………………….
62
BAB III PROFIL BPR SYARIAH BERKAH AMAL SALMAN BANDUNG
A. Gambaran Umum dan Sejarah Singkat BPR Syariah BERKAH AMAL SALMAN
BANDUNG …………………………………………………… 66
B. Struktur Organisasi BPR Syariah BERKAH AMAL SALMAN BANDUNG
…………………………………………………………………………….. 69
C. PRODUK PEMBIAYAAN BPR SYARIAH BERKAH AMAL SALMAN
BANDUNG………………………………………………………………. 70
BAB IV ANALISIS FAKTOR-FAKTOR NON PERFORMING FINANCING DI
BPR SYARIAH BERKAH AMAL SALMAN BANDUNG
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Non Performing Financing Pada Pembiayaan Sepeda
Motor dan Modal Usaha di BPR Syariah Berkah Amal
Salman……………………………………………………….. 86
a. Faktor Internal BPRS Berkah Amal Salman …………………… 86
b. Faktor Eksternal BPRS Berkah Amal Salman …………………. 90
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………… ...... …... 114
B. Saran ……………………………………………………………………………….. 115
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………. 117
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Tingkat Pembiayaan Mudharabah Murabahah ................................... 3
Tabel 2 Bagi Hasil Deposito Mudharabah....................................................... 71
Tabel 3 Jumlah Responden. ............................................................................. 111
Tabel 4 Nilai rata-rata dari jawaban responden ............................................... 111
Tabel 5Tingkat validitasi data pertanyaan kuesioner....................................... 113
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Skema Pembiayaan Mudharabah …………………………………… 42
Gambar 2 Skema Pembiayaan Musyarakah ……………………………………. 50
Gambar 3 Skema Pembiayaan Murabahah …………………………………….. 54
Gambar 4 Struktur Organisasi BPR Syariah Berkah Amal Salman ……………. 69
Gambar 5 Alur Pengajuan Pembiayaan di BPR Syariah Berkah Amal Salman .. 77
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank merupakan salah satu institusi yang beroperasi di sektor keuangan, dan suatu lembaga
yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang
berfungsi memperlancar dalam lalu lintas pembayaran. Dalam operasionalnya di Indonesia, bank
syariah memiliki beberapa jenis tingkat kelembagaan. Berdasarkan UU No.21 Tahun 2008,
perbankan syariah memiliki tiga jenis kelembagaan yaitu Bank Umum Syariah, Bank umum
yang memiliki Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Berdasarkan aturan
tersebut, maka Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan salah satu jenis bank yang
diizinkan beroperasi dengan sistem syariah di Indonesia.
Peranan BPR Syariah sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah
pembiayaan. Besarnya jumlah pembiayaan yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank.
Agar dana yang dihimpun dari masyarakat tersebut menghasilkan pendapatan (produktif) bagi
bank sebagai suatu badan usaha, maka bank harus menyalurkannya kepada anggota masyarakat
yang membutuhkan antara lain dalam bentuk pembiayaan. Dari pembiayaan yang diberikan
tersebut, bank memungut imbalan yang sebelumnya telah disepakati oleh kedua belah pihak,
yaitu berupa bagi hasil yang jumlahnya tentu harus lebih besar dari imbalan yang dibayarkan
kepada para penyimpannya.
Dalam setiap melakukan kegiatan usaha pembiayaan di BPRSyariah tidak terlepas pula dari
risiko seperti pembiayaan bermasalah.Non Performing Finance atau Pembiayaan bermasalah
secara umum adalah Pembiayaan yang tidak lancar atau Pembiayaan yang debiturnya
tidakmemenuhi persyaratan yang diperjanjikan, misalnya persyaratan mengenai pengembalian
pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pembagian nisbah bagi hasil, pengikatan dan
peningkatan agunan dan sebagainya.
PT. BPRS Berkah Amal Salman (BPRS Salman) semula bernama PT. BPRS Berkah Amal
Sejahtera (BPRS Beras, salah satu BPRS pertama di Indonesia pada tahun 1992). BPRS Salman
merupakan BPRS hasil akuisisi yang dilakukan oleh beberapa alumnus aktivis Masjid Salman
ITB, yang mempunyai cita-cita membangun masyarakat ekonomi lapisan bawah dengan
pelayanan perbankan yang bernuansa dan berkarakter ke Islaman.
Bank Perkreditan Rakyat Syariah Berkah Amal Salman mempunyai produk-produk
pembiayaan diantaranya produk pembiayaan sepeda motor dengan akad murabahah dan
pembiayaan modal usaha dengan akad mudharabah.Dalam menjalankan tugasnya sebagai
penyalur pembiayaan BPR Syariah Berkah Amal Salman juga tidak terlepas dari resiko
pembiayaan bermasalah (non performing financing). Berikut adalah tabel pembiayaan
bermasalah (non performing financing) di BPR Syariah Berkah Amal Salman periode 2008-2010
:
Tabel 1
Tingkat pembiayaan Murabahah dan Mudharabah
Tahun BulanTotal Pembiayaan
RASIO (dalam persentase)
NPF(%)
Murabahah Mudharabah
2008
Maret 150.000.000 92.54 3.33 46.66%
Juni 180.000.000 92.74 2.73 44.44%
September 250.000.000 92.85 3.29 34%
Desember 300.000.000 92.53 1.08 36%
2009
Maret 450.000.000 92.95 3.92 14.22%
Juni 500.000.000 92.6 1.24 12.80%
September 550.000.000 92.36 4.29 11.63%
Desember 600.000.000 91.3 2.2 10.66%
2010
Maret 685.000.000 93.26 3.51 9.34%
Juni 700.000.000 93.03 3.06 8.85%
September 875.000.000 92.35 1.7 6.85%
Desember 1.000.000.000 91.8 2.03 46.66%
Sumber:Laporan keuangan BPRS Berkah Amal Salman yang sudah di up date
Berdasarkan data nilai NPF (non performing financing) diatas terlihat bahwa perubahan nilai
NPF yang cukup signifikan.Perubahan ini terjadi akibat adanya faktor yang mempengaruhi nilai
NPF tersebut.Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menganalisa faktor-
faktor yang mempengaruhi perubahan NPF (non performing financing) dengan judul “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT NON PERFORMING FINANCING DI
BPR SYARIAH BERKAH AMAL SALMAN BANDUNG”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
Faktor-faktor apa yang menyebabkan tingkat non performing financing pada pembiayaan
sepeda motor dan modal usaha di BPR syariah Berkah Amal Salman Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan dari penelitian
ini adalah untuk:
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi non performing financing pada
pembiayaan sepeda motor dam modal usaha di BPR Syariah Berkah Amal Salman.
D. Kerangka Teori
Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan
hukum Islam.Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menurut Undang-Undang perbankan No.21
tahun 2008, adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk
deposito berjangka tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan
menyalurkan dana sebagai usaha BPRS. Sedangkan pada Undang-Undang Perbankan No.21
tahun 2008, disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan
kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
Sepanjang yang menyangkut ketentuan-ketentuan mengenai BPRS yang melakukan
kegiatan berdasarkan prinsip syariah diatur dalam Undang-Undang itu telah memperoleh
peraturan pelaksanaan berupa surat Direksi Bank Indonesia No.32/36/KEP/DIR tentang Bank
Pembiayaan Rakyat berdasarkan prinsip syariah tanggal 12 Mei 1999. Maka dalam teknisnya
BPR Syariah bisa diartikan lembaga keuangan sebagaimana BPR konvensional yang
operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah.
Adapun tujuan yang dikehendaki dengan berdirinya BPR syariah adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarkat golongan
ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan
2. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat mengurangi
arus urbanisasi
3. Membina semangat Ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai.
Untuk mencapai tujuan operasionalnya BPR syariah tersebut diperlukan strategi
operasional sebagai berikut :
1. BPR syariah tidak bersifat menunggu terhadap datangnya permintaan fasilitas, melainkan
bersifat aktif dengan melakukan sosialisasi atau penelitian kepada usaha-usaha yang
berskala kecil yang perlu dibantu tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis
yang baik
2. BPR syariah memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka pendek dengan
mengutamakan usaha skala menengah dan kecil
3. BPR syariah mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat kompetitifnya
produk yang akan diberi pembiayaan.
Pembiayaan merupakan aktivitas yang sangat penting karena dengan pembiayaan akan
diperoleh dari sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang kelangsungan usaha bank.
Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan menimbulkan permasalahan dan berhentinya
usaha bank. Oleh Karena itu diperlukan adanya suatu manajemen pembiayaan syariah yang
baik sehingga penyaluran atau dalam hal ini pembiayaan kepada nasabah bisa efektif dan
efisien sesuai dengan tujuan dari perusahaan maupun syariat Islam itu sendiri.
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan
oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas
berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang
lain.Menurut M. Syafi’I Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu
tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak
yang merupakan deficit unit. (Antonio, Muhammad Syafi’i, 2001, 45).
Sedangkan menurut UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan menyatakan
“ Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yangdipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank denganpihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihantersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil “.
Allah SWT berfirman dalam surat An-nisa ayat 12 :
“ Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu,jika mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamumendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang merekabuat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yangkamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak.jika kamu mempunyai anak, Maka Paraisteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiatyang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu.jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapimempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibusaja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jikasaudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertigaitu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengantidak memberi mudharat (kepada ahli waris) ” (QS. An-nisa: 12). (Departemen Agama RI,2003 :145 ).
Selain itu, Rasulullah SAW bersabda dalam hadistnya yang berbunyi sebagai berikut:
أحدھما یخن لم ما الشریكین ثالث أنا لیقو اللھ إن « قال رفعھ ھریرة أبى عن
رواه أبو داود .» بینھما من خرجت خانھ فإذا صاحبھ
“ Dari Abu Hurairah, rasulullah SAW bersabda : ” Sesungguhnya Allah SWT berfirman
: “Aku pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah satunya tidak
menghianati temannya,” (H.R. Abu Dawud No. 2936, dalam kitab Al Buyu dan Hakim).
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan
kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus
dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri,
pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan
distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri
maupun ekspor.
Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia,
tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya :
1. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi hasil yang
tidak memberatkan debitur.
2. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional karena tidak
mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank konvensional.
3. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh rentenir dengan
membantu melalui pendanaan untuk usaha yang dilakukan (manajemen pembiayaan
syariah-Muhammad Mujahidin Blog).
A. Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan :
1. Character, yang dimaksud dengan ‘character’ di sini ialah karakter dari peminjam.
Integritas dan kejujuran dari peminjam merupakan faktor yang paling menentukan,
karena itu harus diberi bobot yang paling banyak.
2. Capacity, yang dimaksud dengan kapasitas atau capacity ini ialah kemampuan
pimpinan perusahaan yang mengajukan permohonan kredit dalam mengelola
perusahaannya. Kalau kemampuan dalam mengelolanya baik, maka laba yang
diperoleh perusahaan akan besar.
3. Capital, Perusahaan dengan modal yang besar menunjukkan besarnya kemampuan
perusahaan untuk dalam keadaan terpaksa melikuidasi kekayaannya guna melunasi
kewajiban-kewajiban perusahaan.
4. Collateral, yang dimaksud dengan pengertian collateral ialah jaminan dalam bentuk
aktiva, dalam artian bahwa apabila pihak peminjam tidak mampu memenuhi
kewajibannya, maka aktiva yang digunakan sebagai jaminan dijual dan hasil
penjualannya dipergunakan untuk memenuhi kewajiban tersebut.
5. Conditions, yang dimaksud dengan conditions di sini ialah apa yang biasa disebut
suasana dunia usaha atau ‘business conditions’, yaitu istilah lain untuk keadaan
perekonomian, khususnya dilihat dengan menggunakan kacamata perusahaan. Dalam
mengambil keputusan apakah permohonan kredit investasi dikabulkan atau tidak,
bank perlu memperhatikan apakah perekonomian menghadapi keadaan resesi atau
bahkan depresi, ataukah ekspansi.
Di dalam melakukan suatu pembiayaan BPR Syariah tidak terlepas dari resiko kredit
macet atau Non Performing Financing (NPF). Baik pembiayaan murabahah maupun
mudharabah tidak akan terlepas dari resiko Non-Performing Financing itu sendiri. Non
Performing Financing atau Pembiayaan macet secara umum adalah Pembiayaan yang tidak
lancar atau Pembiayaan dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan,
misalnya persyaratan mengenai pengembalian pokok pinjaman, peningkatan margin
deposito, pembagian nisbah bagi hasil, pengikatan dan peningkatan agunan dan sebagainya.
NPF (non performing financing) merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset
bank dalam mengelola penyaluran pembiayaan. Penilaian kualitas aset merupakan penilaian
terhadap kondisi aset Bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Menurut peraturan Bank
Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 april 2004 tentang sistem penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum dan Bank Syariah, semakin tinggi nilai NPF (di atas 5 %), maka
bank tersebut tidak sehat.
Faktor-faktor penyebab Non Performing Finance (NPF) atau kredit macet adalah sebagai
berikut:
1. Faktor internal BPR Syariah
a. Penyimpangan pemberian Kredit,
b. Lemahnya sistem informasi kredit
c. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit.
d. Itikad kurang baik pemilik atau pengurus dan pegawai bank.
e. Bank tidak berhasil menguasai jaminan secepatnya, ketika mereka mencium
tanda-tanda bahwa kredit yang diberikan berkembang ke arah kredit bermasalah
2. Faktor eksternal BPR Syariah
a. Kegagalan usaha debitur
b. Faktor internal nasabah
c. Kebijakan ekonomi
d. Kondisi pasar nasabah
NPF yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh Bank,
penurunan laba mengakibatkan dividen yang dibagikan juga semakin berkurang sehingga
pertumbuhan tingkat return saham atau keuntungan bank akan mengalami penurunan.
Dalam hal ini terdapat 4 (empat) risiko yang menjadikan tingkat NPF tinggi diantaranya
adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, dan risiko likuiditas. Dari keempat risiko
tersebut hasil riset menyebutkan bahwa risiko yang terbesar yang dialami oleh pihak
perbankan adalah risiko kredit sehingga sangat wajar jika risiko kredit menempati urutan
pertama yang mendapat perhatian. Dalam upaya untuk menurunkan tingkat NPF (non
performing financing) ini manajemen bank syariah harus memiliki keahlian dan kompetensi
yang memadai, sehingga berbagai risiko yang berpotensi muncul dapat diantisipasi dari awal,
dan dicari cara penanganannya secara lebih baik. Dan bank syariah pun harus dapat
meminimalisir faktor-faktor yang menyebabkan tingkat NPF itu naik seperti faktor internal
BPR Syariah, faktor internal nasabah, faktor eksternal, faktor kegagalan bisnis yang
disebabkan oleh analisis 5C yang kurang optimal, dan faktor ketidakmampuan manajemen di
BPR syariah itu sendiri.
E. Metode Penelitian dan Tekhnik Penelitian
a. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara atau suatu teknik yang digunakan dalam penelitian untuk
mencari jawaban dari masalah yang dikaji. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah
metode deskriptif analisis. Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain (Sugiyono, 2004:11), sedangkan
menurut Mohammad Nasir : “suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang”. (Nasir, 1983 : 61).
Di mana data yang diperoleh selama penelitian ini akan diolah, dianalisis, dan diperoleh
lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari.
b. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber yaitu hasil penelitian
langsung dilapangan (data primer), maupun data yang telah tersedia (data sekunder), jenis
data tersebut yaitu:
1. Data Primer, adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu
organisasi atau perseorangan langsung dari objeknya (suliyanto,2005:6). Pada
penelitian ini, data primer diperoleh secara langsung dengan cara membagikan
kuesioner kepada nasabah BPRS Berkah Amal Salman di bandung untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi non performing financing (kredit
macet) tersebut serta hasil wawancara langsung dengan pihak bank, khususnya
bagian Account Officer dan Komite Pembiayaan serta debitur/nasabah
pembiayaan pada BPRS Salman.
2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah
dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya dalam bentuk publikasi
(Suliyanto,2005:6). Dalam penelitian ini data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui
studi pustaka terhadap literatur, jurnal dan artikel yang berkenaan dengan hal-hal yang
menyangkut penelitian ini dan data-data dari perusahaan. Pengumpulan data sekunder
merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk seperti tabel, grafik,
diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif oleh pihak lain dan
dikumpulkan untuk membantu menjawab rumusan masalah melalui data-data yang
dikeluarkan.
c. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nasabah Pembiayaan di BPRS
Salman. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu : “Sebuah sampel
yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari
populasi mempunyai kesempatan yang sama dipilih sebagai sampel” (Masri Singarimbun,
1990:155).
Untuk menentukan sampel dari suatu populasi, dapat digunakan rumus Slovin (1960)
sebagai berikut:
21 Ne
Nn
Dimana :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = 10% kelonggaran (standard error) yang bisa ditolelir
Misalnya, diketahui dari data observasi, jumlah nasabah yang termasuk pembiayaan
bermasalah di PT BPRS Berkah Amal Salman adalah 150 orang. Standard error 10 % sesuai
dengan rumus penarikan Slovin, maka jumlah sampel yang diambil adalah :
n = 150
1 + (150) (0,1)²
= 60
Dengan demikian sampel yang akan diambil sebagai responden dalam penelitian ini
adalah sebanyak 60. Populasi dari penelitian ini adalah pembiayaan yang disalurkan BPRS
Salman.
d. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah :
1. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan pembicaraan dan
dengan orang-orang yang terlibat dalam proses penyaluran pembiayaan di BPRS
Salman yaitu pimpinan perusahaan dan bagian Account Officer serta
debitur/nasabah BPRS Salman.
2. Dokumentasi, yaitu cara pengumpulan data dengan mengumpulkan dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Dokumen tersebut merupakan
dokumen yang membahas tentang kebijakan pembiayaan yang diterapkan PT.
BPRS Salman dalam menyalurkan pembiayaan.
3. Studi Kepustakaan, yaitu penelitian yang dilaksanakan memakai bahan-bahan
yang diambil dari perpustakaan dan literatur lainnya, seperti buku-buku yang
membahas teori-teori yang berhubungan dengan pembiayaan dan pembiayaan
bermasalah (NPF).
F. Sistematika Pembahasan
BAB I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kerangka pemikiran, metode dan tehnik penelitian, dan sistematika
pembahasan.
BAB II Tinjauan Konseptual, meliputi pengertian BPRS, Produk BPRS, Murabahah,
mudharabah, Pelaksanaan Pembiayaan konsumtif dengan model akad Murabahah pada
BPRS, pelaksanaan pembiayaan modal kerja dengan menggunakan akad mudharabah
pada BPRS, faktor-faktor non performing financing.
BAB III Objek Penelitian, meliputi sejarah tentang BPR Syariah Berkah Amal Salman,
visi dan misi, produk-produk pembiayaan di BPR Syariah Berkah Amal Salman,
pelaksanaan pembiayaan di BPR Syariah Berkah Amal Salman.
BAB IV PEMBAHASAN, meliputi pelaksanaan pembiayaan sepeda motor dengan akad
murabahah BPRSyariah Berkah Amal Salman, pelaksanaan pembiayaan modal usaha
dengan akad mudharabah BPRSyariah Berkah Amal Salman, kondisi NPF pada
pembiayaan sepeda motor dan modal usaha, sertaanalisis faktor-faktor non performing
financing di BPR Syariah Berkah Amal Salman Bandung
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lain
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Secara umum berdasarkan jenisnya,
di Indonesia terdapat dua jenis bank yaitu bank konvensional atau bank yang melakukan
usaha secara konvensional dan bank syariah atau bank yang melakukan usaha dengan
berdasarkan prinsip syariah.
Secara bahasa, kata bank berasal dari banque dalam bahasa Perancis, dan dari kata banco
dalam bahasa Italia, yang berarti peti/ lemari atau bangku. Kata peti atau lemari meyiratkan
fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti
uang, dan sebagainya. (Zainul Arifin, 2005 : 1)
Sedangkan pengertian bank secara istilah menurut Kasmir diartikan sebagai “Lembaga
Keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.”
(Kasmir, 2006: 11)
Menurut schaik (2001:45-52) bank syariah adalah sebuah bentuk dari bank modern yang
didasarkan pada hukum Islam yang sah, dikembangkan pada abad pertama Islam,
menggunakan konsep berbagi resiko sebagai metode utama, dan meniadakan keuangan
berdasarkan kepastian serta keuntungan yang ditentukan sebelumnya.
Bank syariah adalah bank yang menggunakan prinsip bagi hasil secara adil, berbeda
dengan bank konvensional yang bersandarkan pada bunga. Bank syariah juga dapat diartikan
sebagai bank yang dalam prinsip, operasional, maupun produknya dikembangkan dengan
berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung didalam Al-Quran dan petunjuk-petunjuk
operasioanl hadist Muhammad Rasulullah SAW.
Menurut ensiklopedi Islam, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam.
Secara lebih spesifik, menurut Antonio dan Perwataatmadja, dua pengertian mengenai
bank syariah atau bank Islam, yaitu menyangkut bank Islam dan bank yang beroperasi
dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah Islam dan tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran
dan Hadis. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang
dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam. Khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.
Dari pernyataan di atas ditarik kesimpulan pula bahwa bank merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah
bidang keuangan, yaitu:
1) Menghimpun dana
2) Menyalurkan dana dan
3) Memberikan jasa bank lainnya
Dalam operasionalnya di Indonesia, bank syariah memiliki beberapa jenis tingkat
kelembagaan. Berdasarkan UU No.21 Tahun 2008, perbankan syariah memiliki tiga jenis
kelembagaan yaitu Bank Umum Syariah, Bank umum yang memiliki Unit Usaha Syariah,
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Berdasarkan aturan tersebut, maka Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) merupakan salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan
sistem syariah di Indonesia.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menurut Undang-Undang perbankan No.21
tahun 2008, adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk
deposito berjangka tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan
menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Sedangkan pada Undang-Undang Perbankan No.21
tahun 2008, disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan
kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
Sepanjang yang menyangkut ketentuan-ketentuan mengenai BPR yang melakukan
kegiatan berdasarkan prinsip syariah diatur dalam Undang-Undang itu telah memperoleh
peraturan pelaksanaan berupa surat Direksi Bank Indonesia No.32/36/KEP/DIR tentang Bank
Pembiayaan Rakyat berdasarkan prinsip syariah tanggal 12 Mei 1999. Maka dalam teknisnya
BPR Syariah bisa diartikan lembaga keuangan sebagaimana BPR konvensional yang
operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah.
Mekanisme operasional BPR Syariah tunduk pada peratuan BI Nomor 6/17/PBI/2004.
Dalam aturan ini usaha BPR Syariah adalah
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk antara lain :
(1) Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ahataumudharabah
(2) Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah
(3) Bentuk lain yang mengunakan prinsip wadi’ah atau mudharabah
b. Menyalurkan dana dalam bentuk antara lain :
(2) Transaksi jual beli berdasarkan prinsip murabahah, isthisna dan salam
(3) Transaksi sewa menyewa dengan prinsip ijarah
(4) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabahdan musyarakah
(5) Pembiayaan berdasarkan prinsp qadrh
c. Melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan Undang-undang Perbankan dan
prinsip syariah.
Adapun tujuan yang dikehendaki dengan berdirinya BPR syariah adalah :
4. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarkat golongan
ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan
5. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi
6. Membina semangat Ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai.
Untuk mencapai tujuan operasionalnya BPR syariah tersebut diperlukan strategi
operasional sebagai berikut :
4. BPR syariah tidak bersifat menunggu terhadap datangnya permintaan fasilitas,
melainkan bersifat aktif dengan melakukan sosialisasi atau penelitian kepada
usaha-usaha yang berskala kecil yang perlu dibantu tambahan modal, sehingga
memiliki prospek bisnis yang baik
5. BPR syariah memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka pendek
dengan mengutamakan usaha skala menengah dan kecil
6. BPR syariah mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat
kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan.
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Fungsi dan peran bank syariah tercantum dalam pembukaan stndar akuntansi yang
dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Financial Institution)
yang dikutip oleh Heri Sudarsono, sebagai berikut:
a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.
b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun
dana nasabah yang dipercaya kepadanya.
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat
melakukan kegiatan-kegiatan jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.
d. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat sebagai entitas lembaga
keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan
mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta
dana-dana sosial lainnya. (Heri Sudarsono, 2003: 39).
3. Dasar Hukum Bank Syariah
a. Al-Quran
Dasar hukum terbentuknya bank Islam Bersumber dari adanya larangan Riba di
dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 275 :
…”Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”(DepartemenAgama RI, 1993 : 86)
Dalam suatu riwayat dikemukakan: terdapat orang-orang yang berjual beli dengankredit. Apabila telah tiba waktunya pembayaran dan tidak membayar maka bertambahbunganya, dan ditambah pula jangka waktu pembayarannya maka turunlah surat Ali-Imron ayat 130 sebagai larangan atas perbuatan tersebut (Warkum Sumitro, 1996: 9) :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipatganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapatkeberuntungan”(Departemen Agama RI, 1993:122).
b. Hadits
Di dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda:
رواه ابن( للبیت ال للب البیع إلى أجل والمقارضة وخلط البر بالشعیر: ثالث فیھن البركة
) مجة
“Tiga perkara yang mengandung berkah adalah jual beli yang ditangguhkan,melakukan qirodh (memberi modal kepada orang lain) dan yang mencampurkan gandumdengan jelas untuk keluarga, bukan untuk diperjual belikan”. (Muhammad Yazid AlQuzwaini/Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah Kitabul Ahkam, Hadis no. 2422, 1980 H : 15).
c. Ulama
Pendapat para ulama ahli fiqh bahwa bunga yang dikenakan dalam transaksi
pinjaman (utang-piutang, al- qardh, al-qardh wa al-iqtiradh) telah memenuhi kriteria riba
yang diharamkan Allah SWT, seperti dikemukakan antara lain oleh :Al-Nawawi berkata,
al-Mawardi berkata: Sahabat- sahabat kami (ulama mazhab Syafi’i) berbeda pendapat
tentang pengharaman riba yang ditegaskan oleh Al-Qur’an. Pendapat para ulama ini pada
intinya mengharamkan riba dan tetap mengacu kepada Al-Quran dan Hadits.
d. Undang-Undang
Dalam Undang-undang nomor 21 tahun 2008 pasal 1 memberikan penjelasan dan
pengertian, “Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencangkup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”.
4. Tujuan Berdirinya Bank Syariah
Setelah di dalam perjalanan sejarah bank-bank yang telah ada (bank konvensional)
dirasakan mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi utamanyauntuk menjembatani
antara pemilik modal atau kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, maka di
bentuklah bank Islam dengan tujuan-tujuan sebagai berikut(Warkum Sumitro, 1996: 9).
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam, khusunya
muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek
riba atau jenis-jenis usaha atau perdagangan lain yang mengandung unsur gharar
(tipuan), di mana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah
menimbulkan dampak negativ ekonomi umat.
2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan amat besar
antara pemilik modal (orang kaya) dengan pihak yang membutuhkan dana (orang
miskin).
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang berusaha
yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan
usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian berusaha (berwirausaha).
4. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan
program utama dari Negara-negara yang sedang berkembang.
5. Untuk menjaga kestabilan ekonomi moneter pemerintah. Dengan aktivitas-aktivitas
bank Islam yang diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat penerapan sistem
bunga, menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan,
khususnya bank dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam maupun luar negeri.
6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non Islam
(konvensional) yang menyebabkan umat Islam berada di bawah kekuasaan bank,
sehingga umat Islam tidak bisa menjalankan ajaran agamanya secara penuh,
terutama di bidang kegiatan bisnis dan perekonomiannya
5. Prinsip-Prinsip Bank Syariah
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
sesuai dengan syariah (www.wikipedia.com). Beberapa prinsip atau hukum yang dianut oleh
sistem perbankan syariah antara lain:
1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman
dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil
usaha institusi yang meminjam dana.
3. Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya
merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai
intrinsik.
4. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak
harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.
5. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam
islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.
6. Produk-produk Bank Syariah
a. Penghimpunan Dana Bank Syariah
Bagi bank konvensional, selain modal, sumber dana lainnya cenderung bertujuan
untuk “menahan uang”. Hal ini sesuai dengan pendekatan yang dilakukan Keynes yang
mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan: transaksi,
cadangan, dan investasi. Oleh karena itu, produk penghimpunan dana pun disesuaikan
dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan, dan deposito (Muhammad
Syafi’I Antonio,2001: 146).
1. Giro
Pada umumnya, bank syariah menggunakan akad al-wadi’ah pada rekening
giro.Nasabah yang membuka rekening giro berarti melakukan akad wadi’ah “titipan”.
Dalam fiqh muamalah, wadi’ah dibagi menjadi 2 macam: wadiah yad al-amanah dan
wadiah yad adh-dhammanah. Akad wadiah yad al-amanah adalah akad titipan yang
dilakukan dengan kondisi penerima titipan (dalam hal ini bank) tidak wajib mengganti
jika terjadi kerusakan.Biasanya, akad ini diterapkan bank pada titipan murni, seperti safe
deposit box.Dalam hal ini, bank hanya bertanggung jawab atas kondisi barang (uang)
yang dititipkan.
Adapun wadiah yad adh-dhamanah adalah titipan yang dilakukan dengan kondisi
penerima titipan bertanggungjawab atas nilai (bukan fisik) dari uang yang dititipkan.
Bank syariah menggunakan akad wadiah yad adh-dhamanah untuk rekening
giro(Muhammad Syafi’I Antonio,2001: 155).
2. Tabungan
Bank syariah menerapkan dua akad dalam tabungan, yaitu wadiah dan
mudharabah.Tabungan yang menerapkan akad wadiah mengikuti prinsip-prinsip wadiah
yad adh-dhamanah seperti yang telah dijelaskan diatas. Artinya, tabungan ini tidak dapat
mendapatkan keuntungan karena ia titipan dan dapat diambil swaktu-waktu dengan
menggunakan buku tabungan atau media lain seperti kartu ATM. Tabungan yang
berdasarkan akad wadiah ini tidak mendapatkan keuntungan dari bank karena sifatnya
titipan. Akan tetapi, bank tidak dilarang jika ingin memberikan semacam bonus/hadiah.
Tabungan yang menerapkan akad mudharabah mengikuti prinsip-prinsip akad
mudharabah.Diantaranya sebagai berikut. Pertama, keuntungan dari dana yang
digunakan harus dibagi antara shahibul maal (dalam hal ini nasabah) dan mudharib
(dalam hal ini bank). Kedua, adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan
pembagian keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan memutarkan dana itu
diperlukan waktu yang cukup (Muhammad Syafi’I Antonio,2001: 156).
3. Deposito
Bank syariah menerapkan akad mudharabah untuk deposito. Seperti dalam tabungan,
dalam hal ini nasabah (deposan) bertindak sebagai shahibul maal dan bank selaku
mudharib. Penerapan mudharabah terhadap deposito dikarenakan kesesuaian yang
terdapat diantara keduanya. Misalnya, seperti yang dikemukakan diatas bahwa akad
mudharabah mensyaratkan adanya tenggang waktu antara penyetoran dan penarikan agar
dana itu bisa diputarkan. Tenggang waktu ini merupakan salah satu sifat deposito, bahkan
dalam deposito terdapat pengaturan waktu, seperti 30 hari, 90 hari, dan
seterusnya(Muhammad Syafi’I Antonio,2001: 157).
B. Pembiayaan Bank Syariah
1. Pengertian Pembiayaan
Mengenai pengertian pembiayaan, dalam buku “Manajemen Pembiayaan Bank
Syariah”, Mohammad menguraikan pendapatnya mengenai pengertian pembiayaan
tersebut sebagai berikut : ”Pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang diberikan
oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik yang dilakukan sendiri maupun lembaga”. (Mohammad, 2005:17).
Sedangkan pengertian pembiayaan berdasarkan UU No. 21 tahun 2008 tentang
Perbankan pasal 1 ayat (12) : “Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil”.
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas
penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
Menurut Saad Al Haran (1996 : 7) dalam buku “Islamic Finance : Partnership
Financing” mengemukakan bahwa pembiayaan dalam perbankan syariah dapat dibagi
tiga golongan yaitu :
a. Return bearing financing, yaitu bentuk pembiayaan yang secara komersial
menguntungkan, ketika pemilik modal mau menanggung risiko kerugian dan
nasabah juga memberikan keuntungan.
b. Return free financing, yaitu bentuk pembiayaan yang tidak untuk mencari
keuntungan yang lebih ditujukan kepada orang yang membutuhkan (poor),
sehingga tidak ada keuntungan yang dapat diberikan.
c. Charity financing, yaitu bentuk pembiayaan yang memang diberikan kepada
orang miskin dan membutuhkan, sehingga tidak ada klaim terhadap pokok dan
keuntungan.
Dari definisi pembiayaan di atas sangat jelas bahwa pembiayaan sangat bermanfaat
baik bagi nasabah atau bagi bank. Dibawah ini, menurut Sinungan (1983) yang dikutip
oleh Muhammad menyebutkan beberapa fungsi dari pembiayaan yaitu :
a. Meningkatkan daya guna uang
Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan, dan
deposito. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh
bank guna suatu usaha peningkatan produktivitas.
b. Meningkatkan daya guna barang
Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat mengubah bahan mentah
menjadi barang jadi, sehingga utility dari bahan tersebut meningkat. Selain itu
produsen juga dengan bantuan pembiayaan tersebut dapat memindahkan barang
dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat.
c. Meningkatkan peredaran uang
Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran pengusaha
menciptakan pertambahan peredaran uang giral seperti cek, bilyet giro, wesel,
promes, dan sebagainya.
d. Menimbulkan kegairahan berusaha
Bantuan pembiayaan yang diterima pengusaha digunakan untuk memperbesar
volume usaha dan produktivitasnya, sehingga hal ini menimbulkan kegairahan
yang meluas di masyarakat untuk meningkatkan produktivitas.
e. Stabilitas ekonomi
Stabilitas ekonomi diarahkan untuk usaha-usaha pengendalian inflasi,
peningkatan ekspor, rehabilitasi prasarana, dan pemenuhan kebutuhan rakyat
untuk menekan arus inflasi dan usaha pembangunan ekonomi yang di dalamnya
pembiayaan memegang peranan penting.
f. Jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
Para pengusaha yang mendapatkan pembiayaan akan berusaha untuk
meningkatkan usahanya, sehingga sehingga pendapatan akan terus bertambah
dan pajak pun akan bertambah. Hal ini menyebabkan pertambahan devisa Negara
(Muhammad, 2005: 19).
2. Dasar Hukum Pembiayaan
Islam menganjurkan kepada manusia agar saling membantu atau kerja sama dalam
kebaikan atau kegiatan usaha yang mendatangkan manfaat bersama serta kemaslahatan.
Hal ini sebagaimana yang termaktub dalam Q.S Al Maidah ayat 2 sebagai berikut :
.و تعاونوا على البر و التقوى وال تعاونوا على اإلثم و العدوان…
“…Bertolong-tolonglah (kerja sama) kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan janganlahbertolong-tolong dalam dosa dan permusuhan”. (Depag RI, 2005 : 106
Kerjasama yang dijalin antara sesama pelaku usaha sangat dianjurkan. Hal ini
berdasarkan hadist Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud mengenai kerjasama
di bidang usaha sebagai berikut :
ریكین ما لم یخن أحدھما عن أبي ھریرة رفعھ قال إن اللھ یقول أنا ثالث الش
.صاحبھ
“Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jallaberfirman, ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidakmengkhianati yang lainnya” (HR. Abu Dawud dan disahihkan oleh Hakim).(Abu BakarMuhammad, 1995: 226).
Hadits di atas menjelaskan kecintaan Allah terhadap orang-orang yang berserikat
dalam melakukan kegiatan usaha selama mereka saling menjunjung tinggi amanat
kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan.
Dalam tatanan hukum positif di Indonesia, mengenai pembiayaan hal ini diatur dalam
UU Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan. Dalam Pasal 1 ayat (12) undang-undang
tersebut mengatakan :“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil”. Adapun mengenai ketentuan-ketentuan yang berlaku dengan hal-hal yang
terkait masalah teknis pembiayaannya, hal ini diatur dalam peraturan Bank Indonesia
sebagaimana yang dijelaskan dalam UU Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Pasal
11 ayat (1) sebagai berikut :
Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kreditatau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan, penempatan investasiSurat Berharga, atau hal lain yang serupa yang dapat dilakukan oleh Bank kepadapeminjam atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan Bank yang bersangkutan. (Sutan Remi,1999 : 254).
Kemudian regulasi atau ketentuan Bank Indonesia mengenai pembiayaan, hal ini
diatur dalam beberapa Peraturan Bank Indonesia, antara lain adalah :
1. Peraturan Bank Indonesia No. 8/13/PBI/2006 5 Oktober 2006 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 Tentang Batas Maksimum
Pemberian Kredit Bank Umum
2. Peraturan Bank Indonesia No. 8/1/PBI/2006 3 Januari 2006 Tentang Fasilitas
Pembiayaan Darurat
3. Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/63/DPBPR 30 Desember 2005 Tentang Sistem
informasi Debitur dan lampiran, buku pedoman.
4. Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/58/DPBPR 23 Desember 2005 Tentang
Penilaian dan Pengenaan Sanksi atas Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dan
Kewajiban Lain Terkait dengan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
dan lampiran
5. Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/57DPbS 22 Desember 2005 Tentang
Hubungan Antara Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah, Kantor Akuntan Publik, Akuntan Publik, Dewan Pengawas Syariah dan
Bank Indonesia dan lampiran.
3. Jenis-jenis Pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan
dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Menurut sifat
penggunannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut (Muhammad Syafi’I
Antonio,2001: 160):
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha
produksi, perdagangan, maupun investasi.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
3. Pembiayaan menurut jangka waktu
Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi :
Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu satu
bulan sampai dengan satu tahun. Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang
dilakukan dengan waktu satu tahun sampai dengan lima tahun. Pembiayaan jangka waktu
panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan lebih dari lima tahun.
4. Jenis-jenis pembiayaan pada bank syariah adalah sebagai berikut :
a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan
prinsip ini meliputi :
1. Mudharabah( مضاربة )
Secara bahasa menurut Abdurrahman Al-Jaziri yang dikutip oleh Helmi
Karim mudharabah berarti, “ungkapan terhadap pemberian harta dari seorang
kepada orang lain sebagai modal usaha, di mana keuntungan yang diperoleh akan
dibagi di antara mereka berdua, dan bila rugi akan ditanggung oleh pemilik
modal.” (Helmi Karim, 1993: 11)
Sedangkan secara istilah syarak menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah
jilid 13 mudharabah berarti, “akad antara dua pihak untuk bekerja sama dalam
usaha perdagangan di mana salah satu pihak memberikan dana kepada pihak lain
sebagai modal usaha dan keuntungan dari usaha itu akan dibagi antara mereka
berdua sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.” (Sayyid Sabiq, 1987: 31)
Dasar hukum mudharabah adalah sebagaimana firman Allah SWT dalam Al
Qur'an surat Al Hadid ayat 11 :
“ siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka
Allah akan melipat gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia akan
memperoleh pahala yang banyak”(Departemen agama RI 2007:1073) .
Kemudian hadis yang berkaitan dengan kegiatan mudharabah adalah
sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dari Shuhaib bahwa
Rasulullah SAW bersabda :
ال بر بالشعیر للبیتالبیع إلى أجل والمقارضة وخلط ال: ثالث فیھن البركة
.)رواه ابن مجة. (للبیع
“Tiga perkara yang mengandung berkah adalah jual beli yang ditangguhkan,melakukan qirodh (memberi modal kepada orang lain) dan yang mencampurkangandum dengan jelas untuk keluarga, bukan untuk diperjual belikan”.(Muhammad Yazid Al Quzwaini/Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah Kitabul Ahkam,Hadis no. 2422, 1980 H : 15).
Syarat-syarat dalam perjanjian Mudharabah:
1. Perjanjian mudharabah dapat dibuat secara formal maupun informal,
secara tertulis maupun lisan. Namun, mengingat ketentuan surat Al-
Baqarah ayat 282-283 yang menekankan agar perjanjian-perjanjian
pinjaman dibuat secara tertulis, maka sebaiknya perjanjian mudharabah
dibuat secara tertulis dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang memenuhi
syarat dan dirumuskan secara tegas untuk menghindari salah tafsir yang
secara lebih lanjut dapat menimbulkan salah pengertian yang dapat
menimbulkan perbedaan pendapat yang tidak perlu diantara shahibul al-
maal dan mudharib.
2. Perjanjian mudharabah dapat pula dilangsungkan antara beberapa shahibul
maal dan satu mudharib atau antara shahib al-maal dan beberapa
mudharib.
3. Pada hakikatnya kewajiban utama shahib al-mal ialah menyertakan modal
mudharabah kepada mudharib. Bila hal itu tidak dilakukan, maka
perjanjian mudharabah tidak sah.
4. Yang terkait dengan orang yang melakukan transaksi haruslah orang yang
cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wakil.
5. Shahib al-mal berkewajiban menyediakan dana yang dipercayakan kepada
mudharib untuk membiayai suatu proyek atau suatu kegiatan usaha.
Mudharib berkewajiban menyediakan keahlian, waktu, pikiran, dan upaya
untuk mengelola proyek atau kegiatan usaha tersebut dan berusaha untuk
memperoleh keuntungan seoptimal mungkin (Sutan Remy Sjahdeini,
2005:30).
Pembiayaan Mudharabah lebih memiliki manfaat bagi pemilik modal maupun
pengelola sepeti yang dikemukakan oleh Muhammad Syafi’I Antonio (2001:97)
bahwa terdapat beberapa manfaat pada pembiayaan mudharabah diantaranya
adalah :
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank
sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spreed.
3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan denagn cash flow atau arus
kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-
benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret
dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga
tetap di mana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) yaitu
jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah,
sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi
Dalam pembiayaan ini, bank sebagai pemilik modal memberikan modal
kepada nasabah sebagai pengelola dana untuk menjalankan usaha tertentu dengan
bagi hasil yang disepakati bersama. Untuk mempermudah pemahaman mengenai
mudharabah, berikut skema mudharabah pada gambar 1.
Gambar 1.
Skema Pembiayaan Mudharabah
Secara umum, menur
menjadi dua jenis yaitu, mu
Mudharabah Muthalaq
Yang dimaksud mudh
shahibul maal dan mudhar
spesifikasi jenis usaha, wak
Mudharabah Muqayyad
Mudharabah Muqayya
mudharib dibatasi denga
l
n
hh n
%
Bagi Hasi
Keuntunga
i
n
Proyek
ut Syafi’I Antonio
dharabah mutlahqah
ah
arabah muthlaqah a
b yang cakupannya
tu, dan daerah bisnis
ah
dah adalah kebalik
batasan jenis usa
l
Bank Syaria
Nasaba%
Moda
Perjanjian
Bagi Hasil
Modal
100%
Keahlia
(2001:97
dan mudh
dalah “be
sangat luas
.” (Syafi’I
an dari m
ha, wakt
Pengembali
an modal
pokok
Nisbah Y
Nisbah X) mudharabah terbagi
arabah muqayyadah:
ntuk kerja sama antara
dan tidak dibatasi oleh
Antonio, 2001:97)
udharabah muthlaqah,
u, atau tempat usaha.
Berdasarkan prinsip ini, dalam kedudukannya sebagai mudharib, bank
menyediakan jasa bagi para investor berupa :(Syafi’i Antonio, 2001:97)
- Rekening Investasi Umum
- Rekening Investasi Khusus
- Tabungan Mudharabah
Berikut penjelasan dari penyediaan jasa bagi investor bank :
a) Rekening Investasi Umum
Rekening investasi umum adalah bank menerima simpanan dari
nasabah yang mencari kesempatan investasi atas dana mereka dalam
bentuk investasi berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. Simpanan
diperjanjikan untuk jangka waktu tertentu
(1, 3, 6, 12, 24 bulan dan seterusnya).” (Muhammad, 2005:120)
Dalam hal ini, bank bertindak sebagai Mudharib dan nasabah
bertindak sebagai Shahibu al-Mal, dengan bagi hasil sesuai kesepakatan.
Prinsip ini dikembangkan dalam bentuk produk simpanan Deposito
Mudharabah.
b) Rekening Investasi Khusus
Rekening investasi khusus, biasanya ditujukan kepada para
investor dan intuisi yang lebih besar. Perbedaan rekening ini dan dan
rekening investasi umum adalah bahwa investasi khusus berhubungan
dengan suatu proyek tertentu, dan investor punya pilihan untuk
menanamkan langsung dalam proyek yang disukainya yang dijalankan
oleh bank. (Mervin K. Lewis & Latifa M. Algaoud, 2007: 85).
c) Tabungan Mudharabah
Prinsip mudharabah digunakan pula untuk pengelolaan rekening
tabungan. Tabungan mudharabah tidak dapat diambil sewaktu-waktu
sebagaimana tabungan wadiah. Dengan demikian, tabungan
mudharabah biasanya tidak diberikan fasilitas ATM, sehingga penabung
tidak dapat menarik dananya dengan leluasa. Hal tersebut karena dalam
melakukan investasi dengan memutarkan dana tersebut diperlukan
waktu atau periode tertentu. (Muhammad, 2005:121).
2. Pembiayaan Musyarakah ( مشركة )
Al-Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau
amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Muhammad Syafi’I
Antonio,2001:90).
Musyarakah adalah kemitraan antara bank dan nasabah untuk bersama-sama
memberikan modal dengan cara membeli saham untuk membiayai suatu investasi
(Sutan Remy Sjahdeini,2005:57).
Sedangkan pengertian Al-Musyarakah, menurut Sunarto Zulkifli (2007:53)
yaitu : “Akad kerja sama atau percampuran antara dua pihak atau lebih untuk
melakukan suatu usaha tertentu yang halal dan produktif dengan kesepakatan
bahwa keuntungan akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang disepakati dan
resiko akan di tanggung sesuai dengan porsi kerja sama”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Al-Musyarakah merupakan
suatu akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu
dengan kesepakatan bahwa apabila mengalami keuntungan ataupun resiko akan di
tanggung bersama.
Dasar hukum musyarakah adalah sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Shaad ayat 24 yang berbunyi sebagai berikut:
“Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu denganmeminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. danSesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagianmereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yangberiman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini". danDaud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepadaTuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat (Departemen Agama RI2005:454).
Ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa adanya pengakuan Allah SWT akan
adanya perserikatan dalam kepemilikan harta yang terjadi karena adanya akad
(ikhtiyari). Sedangkan hadist yang dapat dijadikan sebagai landasan syariah
mengenai pembiayaan musyarakah diantaranya adalah :
عن أبي ھریرة رفعھ قال إن اللھ یقول أنا ثالث الشریكین ما لم یخن
.أحدھما صاحبھ
“Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda, “Sesungguhnya Allah Azzawa Jalla berfirman, ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salahsatunya tidak mengkhianati yang lainnya” (HR. Abu Dawud dan disahihkan olehHakim).(Abu Bakar Muhammad, 1995: 226).
Hadist diatas menjelaskan kecintaan Allah SWT terhadap orang-orang yang
berserikat selama mereka saling menjunjung tinggi amanat kebersamaan dan
menjauhi pengkhianatan, karena pembiayaan musyarakah dilakukan diatas dasar
kepercayaan antara pihak yang terlibat.
a. Jenis-Jenis Pembiayaan Musyarakah
Terdapat dua jenis Al-Musyarakah yaitu musyarakah kepemilikan dan
musyarakah akad. Menurut Muhammad Syafi’I Antonio (2001:91) jenis-jenis Al-
Musyarakah sebagai berikut :
1. Musyarakah Pemilikan, Musyarakah Pemilikan tercipta karena warisan,
wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan kepemilikan satu asset oleh
dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau
lebih berbagi dalam sebuah asset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang
dihasilkan asset tersebut.
2. Musyarakah Akad, Tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau
lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.
Mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.
Musyarakah akad terbagi menjadi: Al-Inan, Al-Mufawadhah, Al-A’maal, Al-
wujuh, dan Al-Mudharabah. Para Ulama berbeda pendapat tentang Al-
Mudharabah karena memenuhi rukun dan syarat sebuah akad (kontrak)
musyarakah. (Muhammad Syafi’I Antonio, 2001:92)
a. Syirkah Al-Inan, jenis kemitraan ini terjadi bila dua pihak atau lebih turut
memberikan modal, baik dengan uang, pikiran atau kerja (tenaga). Kedua
mitra berbagi keuntungan dengan cara yang disepakati dan menanggung
kerugian sesuai dengan proporsi kontribusi modal mereka. (Mervin K. Lewis
& Latifa M. Algaoud, 2007: 86)
b. Syirkah Mufawadhah, atau kemitraan tidak terbatas, tidak tertutup dan sejajar.
Setiap mitra sama-sama punya kewajiban menyumbang modal, dan punya hak
dalam manajemen dan pengaturan usaha. (Mervin K. Lewis & Latifa M.
Algaoud, 2007: 85)
c. Syirkah Maal, Adalah kontrak kerja sama antara dua orang se profesi untuk
menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan
itu. Misalnya, kerja sama dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek,
atau kerja sama dua orang penjahit untuk menerima order pembuatan seragam
sebuah kantor. Al-Musyarakah ini kadang-kadang di sebut musyarakah abdan
atau sanaa’i. (Muhammad Syafi’I Antonio, 2001:93)
d. Syirkah Wujuh, Adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki
reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang
secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai.
Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada
pensuplai yang disediakan oleh pihak mitra. Jenis Al-Musyarakah ini tidak
memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasar pada jaminan
tersebut. Karenanya, kontak ini pun lazim di sebut sebagai musyarakah
piutang. (Muhammad Syafi’I Antonio, 2001:93).
Musyarakah hampir sama dengan pola mudharabah, bedanya adalah dana
yang disediakan tidak hanya dari bank tetapi juga oleh pengusaha. Jadi,
perusahaan itu dibiayai dan diurus oleh bank dan pengusaha, atau pihak yang
bekerjasama sesuai kesepakatan. Untuk mempermudah pemahaman mengenai
musyarakah, berikut skema musyarakah pada gambar 2.
Gambar 2
Skema Pembiayaan Al-Musyarakah
Sumber :Bank Sya
3. Pembia
Menuru
dapat diarti
secara term
murabahah
1. Men
deng
h h
Nasabariah dari Teori ke Pr
yaan Murabahah (
t Rachmat Syafei (
kan sebagai pertuk
inologi, para ul
(jual beli) tersebut.
urut Ulama Hana
an harta berdasarka
n
%
Bagi Hasil sesuai
dengan nisbah
ak
ة
20
ar
am
fia
n
Keuntunga
ti
بح
0
a
a
h
c
Proyek
k (Muhammad Syafi’I Ant
مرا )
4:73), secara etimologi m
n sesuatu dengan sesuatu
berbeda pendapat da
, jual beli adalah pertu
ara khusus (yang dibolehk
Bank Syaria
%
Nisbah X Nisbah Yonio, 2001:94)
urabahah (jual beli)
(yang lain). Namun
lam mendefinisikan
karan harta (benda)
an).
2. Menurut Imam Nawawi, dalam Al-Majmu yang dimaksud dengan jual beli
adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan
3. Menurut Ibnu Qudamah, dalam kitab Al-Mugni, yang dimaksud dengan
jual beli adalah pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan
milik.
Al-Murabahah didefinisikan oleh para fuqaha sebagai penjualan barang
seharga biaya/harga pokok (cost) barang tersebut ditambah margin keuntungan
yang disepakati” (Wiroso, 2005 : 13).
Menurut Syafi’i Antonio Murabahah yaitu ”akad jual beli barang pada harga
asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.” (Syafi’i Antonio, 2001: 101)
Dalam produk perbankan syariah, pembiayaan murabahah adalah perjanjian
jual beli antara bank dan nasabah di mana bank syariah membeli barang yang
diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang
bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang
disepakati antara bank syariah dengan nasabah dengan pembayaran ditangguhkan.
Pembiayaan murabahah ini diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan
investasi/barang modal, pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja dan
pembiayaan ekspor.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 275, yang berbunyi :
“…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Depag RI,
1994:69).
Berdasarkan ayat tersebut, seluruh kaum muslimin sepakat atas
diperbolehkannya jual-beli. Selain itu, terdapat hikmah yang menuntut
kebolehannya karena kebutuhan manusia berhubungan dengan apa yang ada
ditangan saudaranya, dan saudaranya tidak memberikannya tanpa barang lain
yang ditukarkan. Sehingga melalui persyaratan jual-beli, terdapat sarana untuk
merealisasikan tujuan setiap individu dan memenuhi keinginannya. Manusia
adalah mahluk sosial, yang tidak bisa hidup adanya kerjasama dengan orang lain.
Dalam Islam, kegiatan jual-beli atau perdagangan dan perniagaan selalu
dihubungkan dengan nilai-nilai moral, sehingga transaksi bisnis yang
bertentangan dengan kebajikan tidaklah bersifat Islami.
Dalam hadits disebutkan:
������˴ϙ˶έϮѧ˵Α�Ύѧ˴Ϩϴ˴Α˴ϭ�Ύ˴ϗ˴Ϊѧ˴λ �˸ϥ˶Έѧ˴ϓ�Ύѧ˴ϗή˴ϔ˴Θ˴ϳ�ϰΘ˴Σ�˴ϝΎ˴ϗ�˸ϭ˴�Ύ˴ϗή˴ϔ˴Θ˴ϳ�˸Ϣ˴ϟ�Ύ˴ϣ�˶έΎ˴ϴ˶Ψ˸ϟΎ˶Α�˶ϥΎ˴όϴ˴Β˸ϟ
لھما في بیعھما وإن كتما وكذبا محقت بركة بیعھما
(Al-Bukhari, t.t. : 135
“Pembeli dan penjual berhak untuk membatalkan perjanjian mereka, selamamereka tidak terpisah.Apabila mereka itu berbicara benar dan menjalankannya,maka transaksi itu akan diberkahi, tetapi bila mereka saling menyembunyikannyadan berdusta, maka berkah atas transaksi itu akan hilang”.
Adapun Rukun Murabahah (jual beli) menurut jumhur ulama ada 4 (empat)
diantaranya ialah:
a. Ba’I (penjual)
b. Mustari (pembeli)
c. Shigat (ijab dan qabul)
d. Ma’qud’alaih (benda atau barang)
Syarat Al-Murabahah
a. Mengetahui harga pertama (harga pembelian)
b. Mengetahui besarnya keuntungan
c. Modal hendaklah berupa komoditas yang memiliki kesamaan dan sejenis
d. Sistem al-murabahah (kontraknya) harus bebas dari riba dan
e. Transaksi pertama haruslah sah secara syara’.
Bank dalam hal ini membelikan barang yang dibutuhkan nasabah dan
menjualnya kepada nasabah dengan harga plus keuntungan. Jadi dari produk ini
bank menerima laba atas jual beli. Harga pokoknya sama-sama diketahui kedua
belah pihak. Untuk mempermudah pemahaman mengenai murabahah, berikut
skema murabahah pada gambar 3.
Gambar 3
Skema Pembiayaan Al-Murabahah
Sumber
3. Keseha
1. Pengert
Kesehat
bagi manus
kemampuan
menjaga ke
dalam mela
Bank y
lain. Penilai
masyarakat
h hi
Bank Syaria
:Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Muhammad Sya
tan Bank
ian Kesehatan Bank
an merupakan hal yang paling penting di dalam ber
ia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan m
kerja serta kemampuan lainnya. Sama seperti haln
sehatannya, perbankan juga harus selalu dinilai ke
yani para nasabahnya (www.dostocs.com/docs/34023
ang tidak sehat, bukan hanya membahayakan dirin
an kesehatan bank amat penting disebabkan karena
yang dipercayakan kepada bank.
Supplier
Proyek
g
Nasaba
2. Akad Jual bel6. Bayar
4. Kirim
3. Beli Baran
fi’I Anto
bagai bi
eningka
ya manu
sehatan
174/kes
ya send
banyak
5. Terima
barang
dan
1. Negoisasi dan
persyaratan
nio, 2001:107)
dang kehidupan, baik
tkan gairah kerja dan
sia yang harus selalu
nya agar tetap prima
ehatan-bank).
iri, akan tetapi pihak
mengelola dana dari
Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi.Penilaian ini
bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat,
kurang sehat, atau tidak sehat.
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya
dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Pengertian kesehatan bank diatas merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena
kesehatan bank memang mencakup untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha
perbankannya, kegiatan tersebut meliputi:
a) Kemampuan menghimpun dana masyarakat dari lembaga lain maupun dari modal
sendiri.
b) Kemampuan mengolah dana
c) Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
d) Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal dan
pihak lain
e) Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
2. Aturan Kesehatan Bank
Berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang
No.7 tahun 1992 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank
Indonesia. Undang-Undang tersebut lebih lanjut menetapkan
bahwa(www.dostocs.com/docs/34023174/kesehatan-bank) :
1. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan
prinsip kehati-hatian.
2. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak
merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada
bank.
3. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan
mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
4. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada serta wajib memberikan bantuan
yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan,
dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.
5. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun
setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik
untuk dan atas nama bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank
tersebut.
6. Bank wajib menyampaikan perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta
laporan berkala lainnya dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh bank
Indonesia.
3. Aspek-Aspek Penilaian Kesehatan Bank
Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya menggunakan berbagai alat
ukur. Salah satu alat ukur yang utama digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank
dikenal dengan nama analisis CAMEL. Analisi ini terdiri dari aspek capital, asset, modal,
earning, dan liquidity. Hasil dari salah satu aspek ini kemudian akan menghasilkan kondisi
bank.
a. Aspek Permodalan (Capital)
Penilaian pertama adalah aspek permodalan, dimana aspek ini menilai permodalan
yang dimiliki bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum
bank. Penilaian tersebut didasarkan paa CAR (Capital Adequacy Ratio) yang
ditetapkan BI, yaitu perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko.
b. Aspek Kualitas Aktiva Produktif (Asset)
Aktiva produktif atau Productive Assets atau sering disebut dengan Earning Assets
adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk dapat
memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Ada empat macam jenis aktiva
produktif yaitu :
a. Kredit yang diberikan
b. Surat berharga
c. Penempatan dana pada bank lain
d. Penyertaan
Penilaian aset, sesuai dengan Peraturan BI adalah dengan membandingkan
antaraaktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif.Selain itu juga
rasiopenyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang
diklasifikasikan. Klasifikasi aktiva produktif merupakan aktiva produktif yang telah
dilihat kolektabilitasnya, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.
c. Aspek Kualitas Management (Management)
Aspek ketiga penilaian kesehatan bank meliputi kualitas manajemen bank. Untuk
menilaikualitas manajemen akan mengajukan 250 pertanyaan yang menyangkut
manajemen bank yang bersangkutan. Kualitas ini juga akan melihat dari segi
pendidikan serta pengalaman para karyawannya dalam menangani bebagai kasus
yang terjadi.
d. Aspek Rentabilitas (Earning)
Penilaian aspek ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
meningkatkan keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Penilaian ini meliputi ROA atau
Rasio Laba terhadap Total Aset, dan Perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional(BOPO).
e. Aspek Likuiditas (Liquidity)
Aspek kelima adalah penilaian terhadap aspek likuiditas bank.Suatu bank dikatakan
likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu membayar semua hutangnya,
terutama hutang-hutang jangka pendek. Selain itu juga bank harus mampu memenuhi
semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Penilaian dalam aspek ini meliputi :
Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap Aktiva Lancar, Rasio kredit terhadap
dana yang diterima oleh bank seperti Giro,Tabungan, deposito dan lain-lain.
4. Pengertian NPF (Non Performing Financing)
Setiap usaha yang dilakukan oleh manajemen perbankan memiliki suatu problem loan
yang berdampak terhadap tingkat likuiditas, kecukupan modal, efisiensi serta pengaruh
inflasi, para analis keuangan juga perlu memberikan perhatian yang cukup terhadap resiko
yang timbul.
Pembiayaan atau kredit yang merupakan salah satu bentuk aktiva produktif bank syariah
yang memiliki kegagalan, tidak ketagihan kembali pembiayaan yang telah disalurkan.
Menurut Muhammad (2002:301), resiko pembiayaan muncul manakala bank-bank tidak
dapat memperoleh kembali tagihannya atas pinjaman yang diberikan atau investasi yang
sedang dilakukan.
Menurut Muhammad Syafi’I Antonio (2001:301), resiko kredit mucul jika bank tidak
bisa memperoleh kembali cicilan pokok atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau
investasi yang sedang dilakukannya.
Non-Performing Financing atau Pembiayaan macet secara umum adalah Pembiayaan
yang tidak lancar atau Pembiayaan dimana debiturnya tidakmemenuhi persyaratan yang
diperjanjikan, misalnya persyaratan mengenai pengembalian pokok pinjaman, peningkatan
margin deposito, pembagian nisbah bagi hasil, pengikatan dan peningkatan agunan dan
sebagainya.
NPF (non performing financing) merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset
bank dalam mengelola penyaluran pembiayaan.Penilaian kualitas aset merupakan penilaian
terhadap kondisi aset Bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Menurut peraturan Bank
Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 april 2004 tentang sistem penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum dan Bank Syariah, semakin tinggi nilai NPF (di atas 5 %), maka
bank tersebut tidak sehat.
Menurut PSAK No. 31 (Revisi 2000), disebutkan bahwa kredit non performing financing
adalah :
Kredit yang pembayaran angsuran pokok dan atau bunganya telah lewat 90 hari ataulebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangatdiragukan.Secara luas non performing financing didefinisikan sebagai suatu kredit di
mana pembayaran yang dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi kewajibanminimal yang ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk memperoleh pelunasanatau bahkan tidak dapat di tagih.
Sedangkan menurut Dahlan Siamat (www.rasiam.multiply.com) Problem Loan
yaitu:Pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor internal
yaitu adanya kesengajaan dan faktor eksternal yaitu suatu kejadian di luar kemampuan
kendali kreditur.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa problem loan adalah
pinjaman atau kredit yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibanya kepada bank.
5. Faktor-Faktor NPF (Non Performing Financing)
Menurut Mahmoedin (2004:52), non performing financing pada dasarnya disebabkan
oleh faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut tidak dapat dihindari mengingat
adanya kepentingan yang saling berkaitan sehingga mempengaruhi kegiatan usaha bank.
1. Faktor Eksternal
Faktor dari debitur
Tidak semua debitur mempunyai itikad baik pada saat mengajukan kredit
ataupun pada saat kredit yang diberikan sedang berjalan.Itikad tidak baik inilah
memang sulit untuk diketahui dan dianalisis oleh pihak bank, karena hal ini
menyangkut soal moral ataupun akhlak dari debitur. Bisa saja debitur saat
mengajukan kredit menutup-nutupi kebobrokan keuangan perusahaannya dan
hanya mengharapkan dana segar dari bank, atau debitur memberikan data
keuangan palsu atau berbagai tindakan-tindakan lainnya.
Kegagalan usaha debitur
Kegagalan usaha debitur dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdapat
dalam lingkungan usaha debitur. Faktor-faktor tersebut dapat berupa krisis
moneter, kegagalan produksi, distribusi, pemasaran maupun regulasi terhadap
suatu industri.
Ketidakinginan nasabah dalam menyetor langsung angsuran piutang pembiayaan ke
kantor BPR Syariah Berkah Amal Salman, hal ini disebabkan karena proses
prinsip analisa 5C tidak diterapkan secara optimal oleh karyawan dan bagian
Account officer tidak sering meneliti status kredit.
2. Faktor Internal
Itikad kurang baik pemilik atau pengurus dan pegawai bank
Sering kali pemilik atau pengurus dan pegawai bank memberikan kredit kepada
debitur yang sebenarnya tidak bankable. Kegiatan usaha yang tidak bankable
tersebut antara lain kegiatan-kegiatan yang kurang jelas tujuannya selain kurang
jelas debiturnya (debitur fiktif) yaitu penggunaandana yang sebenarnya berbeda
dengan yang tercantum pada bukti-bukti yang ada.
Penyimpangan pemberian Kredit
Bank-bank pada umumnya telah memiliki pedoman dan tata cara pemberian
kredit, namun dalam pelaksanaannya seringkali tidak dilakukan dengan patuh
dan taat. Penyimpangan pemberian kredit terhadap prosedur atau kebijakan
yang ada pada umumnya disebabkan olerh kurangnya kuantitas maupun kualitas
pejabat-pejabat pemberi kredit selain disebabkan oleh adanya dominasi
pemutusan kredit oleh pejabat tertentu pada bank yang bersangkutan.
Lemahnya sistem informasi kredit
Bank cenderung melaporkan gambaran kredit yang lebih baik dari keadaan yang
sebenarnya kepada Bank Indonesia dengan tujuan mendapatkan penilaian
kesehatan yang lebih baik. Untuk menghindari hal ini, secara intern bank perlu
mengadministrasikan dan memiliki informasi kredit bermasalah yang sama
dengan yang dilaporkan kepada Bank Indonesia. Apabila hal ini tidak dilakukan
maka bank tidak memiliki yang akurat mengenai keadaan kredit bermasalah
yang sebenarnya sehingga tidak dapat mengambil langklah-langkah pencegahan
lebih dini.
Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit.
Sistem administrasi dan pengawasan kredit yang lemah menyebabkan
pemantauan terhadap performance kredit tidak dapat dilakukan sebagaimana
mestinya.Dengan demikian permasalahan yang dapat menimbulkan kredit
bermasalah tidak dapat terdeteksi secara dini dan hal ini dapat menimbulkan
kerugian.
Faktor internal Bank Syariah
Ketidakadanya kesesuaian komunikasi antar pegawai (bagian operasional dan
marketing), sehingga hal ini menyebabkan adanya ketidakakuratan pengimputan
data.
BAB III
PROFIL BPR SYARIAH BERKAH AMAL SALMAN BANDUNG
A. Profil BPR Syariah Berkah Amal Salman
1. Sejarah Singkat BPRS Berkah Amal Salman
PT. BPRS Berkah Amal Salman (BPRS Salman) semula bernama PT. BPRS Berkah Amal
Sejahtera (BPRS Beras, salah satu BPRS pertama di Indonesia pada tahun 1992). BPRS Salman
merupakan BPRS hasil akuisisi yang dilakukan oleh beberapa alumnus aktivis Masjid Salman
ITB, yang mempunyai cita-cita membangun masyarakat ekonomi lapisan bawah dengan
pelayanan perbankan yang bernuansa dan berkarakter keIslaman.
BPRS Salman didirikan pada 10 Agustus 1990 dengan Akta Pendirian No. 27 dibuat
dihadapan notaris Muchlis,SH diBandung dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI
melalui Surat No. C2-887.HT.01.01.TH.91 tertanggal 16 Maret 1991.
Pada tahun 1998 sejalan dengan krisis multi dimensi yang terjadi, maka pada tanggal 17 Juli
2002 dengan Akta No. 58 dihadapan Notaris Dr. Wiratni Ahmadi, SH, maka beberapa alumni
aktifis Masjid Salman dan Yayasan Pembina masjid Salman mengambil alih kepemilikan dan
management BPRS Berkah Amal Sejahtera pada saat itu.Dokumen yang berkaitan dengan proses
pendirian dan operasional adalah :
a. Persetujuan Akuisisi No. 4/675/DPBPR/IDBPR/Bd tertanggal 4 Juli 2002 dari Bank
Indonesia
b. Akta Keputusan Rapat No. 58 tanggal 17-7-2002 dihadapan Notaris Dr. Wiratni Ahmadi,
SH.
c. Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas No. C-19240
HT.01.04.TH.2002 tertanggal 7 Oktober 2002 dari Departemen Kehakiman dan HAM
Republik Indonesia.
d. Persetujuan Pemindahan Lokasi Kantor Pusat BPRS No. 4/1023/DPBPR/IDBPR/Bd
tertanggal 26 November 2002 dari Bank Indonesia Bandung.
e. Akta Keputusan Rapat No. 27 tanggal 22-7-2003 dihadapan Notaris Dr. Wiratni Ahmadi,
SH.
f. Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas No. C-27504
HT.01.04.TH.2003 tertanggal 17 November 2003 dari Departemen Kehakiman dan HAM
Republik Indonesia.
g. Persetujuan perubahan nama dari Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Pemimpin
Bank Indonesia No.5/15/SK.PBI/2003 tertanggal 31 Desember 2003.
Sampai dengan Juli 2005, pemegang saham PT. BPRS Berkah Amal Salman sebanyak 25
orang dengan jumlah saham sebanyak 64.795 lembar dengan nominal sebesar Rp. 647.950.000,-
( enam ratus empat puluh tujuh juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah ). Kemudian sampai
dengan Juni 2007, pemegang saham PT. BPRS Berkah Amal Salman sebanyak 27 orang dengan
jumlah saham sebanyak 100.000 lembar dengan nominal sebesar Rp. 1.000.000.000,- ( satu
milyar rupiah ).
Keragu-raguan masyarakat untuk memanfaatkan jasa-jasa perbankan saat ini masih melekat,
terutama karena kekhawatiran akan bunga bank yang sering diartikan sebagai riba. PT. BPRS
Salman saat ini hadir untuk menjawab keragu-raguan itu dengan menjalankan mu’amalah dalam
operasional perbankan yang berdasarkan kepada Syariah Islam. Dengan sistem operasional yang
Insya Allah bebas riba ini, diharapkan BPRS Salman dapat memberikan kontribusi yang nyata
bagi pengembangan masyarakat dan pembangunan peradaban yang islami sesuai dengan visi dan
misi Masjid Salman sebagai cikal bakal berdirinya BPRS ini.
Selain itu, keberadaan BPRS Salman diharapkan dapat meningkatkan kualitas perekonomian
ummat dan mempererat tali silaturahmi antar sesama muslim melalui jalinan kerjasama dalam
bidang usaha untuk kemaslahatan bersama.
B. Struktur Organisasi di BPRS Berkah Amal Salman
Gambar 4. Struktur Organisasi BPR Syariah Berkah Amal Salman
I
Dewan Komisaris
S
O
DIREKS
Auditor Internal
g
Tim MarketinDP
Ka.Bag.
perational
Account Officer
Teller
Customer Service
Adm. PembiayaanAccounting
Saat ini (Desember 2010), jumlah karyawan perseroan berjumlah 10 orang, tingkat
pendidikan karyawan, sarjana 6 orang, diploma 1 orang dan 1 orang setingkat SMA.
Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan diberikan dalam bentuk inhouse training maupun
mengikutsertakan karyawan dalam program pelatihan yang diselenggarakan Bank Indonesia
maupun lembaga-lembaga lainnya.
2.Visi dan Misi
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Berkah Amal Salman adalah organisasi yang
bergerak dibidang perbankan, hadir untuk membantu masyarakat luas dalam meningkatkan taraf
hidup masyarakat melalui jasa-jasa keuangan, terumuskan dalam :
1. Visi
Menjadi Lembaga Keuangan yang mandiri sebagai wadah untuk meningkatkan kualitas
perekonomian ummat dan mempererat tali silaturahmi antara sesama muslim melalui jalinan
kerjasama usaha.
2. Misi
a. Membangun masyarakat ekonomi lapisan bawah dengan pelayanan perbankan yang
bernuansa dan berkarakter keislaman.
b. Meciptakan suasana kehidupan usaha yang islami.
c. Mengembangkan model masyarakat pengusaha yang islami sesuai dengan tuntutan
perkembangan jaman.
d. Memberikan pelayanan jasa keuangan yang perpedoman pada prinsip syariah islam.
C. Produk-produk pembiayaan
Produk Pendanaan
Produk pendanaan di PT BPRS Berkah Amal Salman secara umum terbagi ke dalam dua
bentuk pendanaan yaitu :
a. Deposito
Bentuk pendanaan deposito di PT BPRS Berkah Amal Salman adalah deposito dengan
akadmudharabah dengan jangka waktu penyimpanan dana yang variatif antara lain, 3 bulan,
6 bulan, 1 tahun dan maksimal 2 tahun. Berikut ini adalah bagan skema bagi hasil dalam
produk Deposito Mudharabah di PT BPRS Berkah Amal Salman :
Tabel 2. Bagi Hasil Deposito Mudharabah
b. Tabungan
Kemudian bentuk pendanaan yang lain di PT BPRS Berkah Amal Salman adalah tabungan.
Terdapat 3 (tiga) jenis jenis produk tabungan di PT BPRS Berkah Amal Salman, yaitu :
NominalBagi Hasil
Nasabah Bank
1 Bulan 35 65
3 Bulan 35 65
6 Bulan 45 55
12 Bulan 50 50
Salman 50 50
1) Tabungan Madani
Dalam produk tabungan ini PT BPRS Berkah Amal Salman menerima tabungan (saving
account) dari nasabah dalam bentuk tabungan bebas.Sedangkan akad yang diikat oleh
bank dengan nasabah dalam bentuk wadiah. Titipan nasabah tersebut tidak menanggung
resiko kerugian, dan pihak bank dalam hal ini PT BPRS Berkah Amal Salman
memberikan bonus kepada nasabah. Bonus itu diperoleh bank dari bagi hasil dan
kegiatan pembiayaan kredit kepada nasabah lainnya.Bonus tabungan wadiah itu dapat
diperhitungkan secara harian dan dibayarkan kepada nasabah pada setiap bulannya.
2) Tabungan Beramal
Tabungan Beramal merupakan produk simpanan pada PT BPRS Berkah Amal Salman
berupa Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) yang dikelola secara profesional oleh bank. Bank
menyalurkan dana ZIS tersebut kepada mustahiq dengan memberi motivasi dan
membimbing kewirausahaan mustahiq. Bentuk perjanjiannya adalah wadiah, yaitu titipan
yang tidak mengandung resiko.
3) Tabungan Salman
Tabungan Salman merupakan produk tabungan pada PT BPRS Berkah Amal Salman
(saving account) dari nasabah dalam bentuk tabungan bebas.Sedangkan akad yang diikat
oleh bank dengan nasabah dalam bentuk mudharabah. Nisbah bagi hasil adalah 20 (bank)
: 80 (nasabah).
D. Produk Pembiayaan
a. Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah yang dilakukan di PT BPRS Berkah Amal Salman yaituakad
kerjasama antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah sebagai
pelaksana usaha (mudharib) untuk mengelola usaha yang produktif dan halal, dan akan
mendapatkan bagi hasil yang telah disepakati bersama.
b. Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah yang ada di BPR Syariah Berkah Amal Salman adalah akad kerjasama antara
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Misalnya, BPR Syariah menyimpan modal
300.000.000 dari total modal 100.000.000, maka BPR Syariah Berkah Amal Salman
memperoleh keuntungan modal yang di tanam sebesar 30% dari laba usaha dan di bagi sesuai
dengan porsi keuntungan.
c. Pembiayaan Murabahah
Piutang Murabahah yang ada di PT BPRS Berkah Amal Salman merupakan akad jual beli
barang antara nasabah dan bank dengan menyatakan harga perolehan/harga beli dan
keuntungan (margin) yang disepakati kedua belah pihak.Bank membiayai (membelikan)
kebutuhan nasabah, yang kemudian dijual kepada nasabah dengan harga pokok ditambah
keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama.Nasabah melakukan pembayaran dengan
mengangsur selama jangka waktu tertentu. Adapun jenis-jenis produk yang menggunakan
skim murabahah di PT BPRS Berkah Amal Salman adalah sebagai berikut :
1) Pembiyaan Modal Usaha dan Konsumtif
Pembiayaan ini adalah pembiayaan yang diperuntukkan bagi pelaku usaha mikro dengan
maksimal plafon Rp. 25.000.000,- dalam jangka waktu maksimal 2 tahun atau 24 bulan.
Sedangkan syarat pembiayaan ini adalah dengan menggunakan agunan berupa SHM,
BPKB tahun 2000 ke atas, atau biliyet Deposito.
2) Pembiayaan Sepeda Motor Baru
Pembiayaan ini adalah pembiayaan yang diperuntukkan bagi semua lapisan masyarakat
di wilayah Bandung Raya (Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan
Kabupaten Bandung Barat) yang akan membeli secara mengansur sepeda motor baru.
3) Pembiayaan Bagi Guru-guru Lembaga Pendidikan Islam
Pembiayaan ini adalah pembiayaan yang hampir sama peruntukkannya dengan jenis
pembiayaan Modal usaha dan konsumtif. Hanya membedakan adalah dari sisi agunan
yaitu cukup ijazah terakhir dan SK tugas dari institusi bersangkutan, dan jumlah plafon
maksimal Rp. 5.000.000,- dengan jangka waktu maksimal 2 tahun.
1. Pelaksanaan Pembiayaan di BPR Syariah Berkah Amal Salman
Sebagai lembaga perantara keuangan, PT BPRS Berkah Amal Salman memperhatikan pula
kebijakan-kebijakan yang akan diikuti dalam operasionalnya. Sehubungan dengan pelaksanaan
pembiayaan di PT BPRS Berkah Amal Salman, terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian,
yaitu :
a. Kebijakan Umum Pembiayaan di PT BPRS Berkah Amal Salman
Untuk pemilihan sektor-sektor pembiayaan, hal ini diterapkan secara bersama oleh Dewan
Komisaris, Direksi serta Dewan Pengawas Syariah, baik mengenai jenis maupun besarnya
jumlah pembiayaan yang akan disalurkan, sehingga atas pilihan-pilihan yang ditentukan
diharapkan dapat memenuhi aspek syari’i di samping aspek ekonomisnya. Sektor-sektor
pembiayaan yang termasuk kategori yang dimaksud adalah :
a. Golongan nasabah
Golongan nasabah PT BPRS Berkah Amal Salman diklasifikasikan menjadi :
1) Kelompok usaha nasabah yang memiliki usaha dalam bentuk koperasi dan menengah
(memiliki penghasilan/omset rata-rata Rp.50.000.000,- sampai Rp.100.000.000,-per
tahun).
2) Kelompok usaha nasabah yang diklasifikasikan sebagai pengusah kecil (memiliki
penghasilan/omset rata-rata Rp. 10.000.000,- sampai Rp. 50.000.000,- per tahun).
b. Penggunaan
Dilihat dari penggunaan pembiayaannya, maka pembaiayaan UKM di PT BPRS Berkah
Amal Salman dapat digunakan untuk :
1) Modal kerja
2) Investasi
3) Konsumtif
c. Sektoral
Dilihat dari sektor yang dibiayai oleh PT BPRS Berkah Amal Salman, maka
pembaiayaan di PT BPRS Berkah Amal Salman dapat dialokasikan untuk yang bergerak di
bidang usaha :
1) Pertanian
2) Perdagangan
3) Industri kecil (Home Industry)
Alur Pengajuan Pembiayaan di BPR Syariah Berkah Amal Salman adalah sebagai berikut:
Gambar 5. Alur Pengajuan Pembiayaan
Nasabah
Pembiayaan di terima
Pengiriman motor
Kepada nasabah
Survey
Pengajuan pembiayaan
BPRS.Salman
(AO)
Comitte
(ACC)
pembiayaan
Bag.Administrasi
input data
pembuatan PO
(purchase
order)
.
Dealer
1. Produk pembiayaan syariah kepemilikan sepeda motor (PSKSM) dipasarkan oleh BPRS
Salman yaitu Account Officer, dan Customer Service.
2. Dealer yang bekerjasama dengan BPRS Salman adalah sebagai supplier barang (sepeda
motor) yang bersedia mengantar sampai tujuan yang diperintah oleh BPRS Salman
dengan dasar purchase order (PO).
3. Calon Nasabah :
a. Calon Nasabah memberi persyaratan langsung kepada BPRS Salman atau kepada
Customer Service (CS) selanjutnya diberi kepada Account Officer untuk ditindak
lanjuti (Disurvey) atau,
b. Nasabah diwajibkan membuka rekening tabungan di BPRS Salman.
c. Memberikan langsung persyaratan kepada Account Officer (AO).
4. Account Officer : Menerima berkas persyaratan :
a. Survey ke tempat tinggal, dan atau
b. Survey ke tempat usaha, dan atau
c. Survey ke tempat dinas / kerja *(apabila dibutuhkan)
d. Account Officer mengisi Form survei dan ditandatangani oleh Account Officer dan
oleh yang memberi rekomendasi.
e. Account Officer mengisi form denah lokasi tempat tinggal nasabah.
f. Calon nasabah dengan Account Officer sepakat menandatangani persetujuan
pembiayaan kepemilikan sepeda motor (SP3) intinya calon nasabah setuju dengan
harga dan kesepakatan ini bukan suatu keputusan yang mutlak akan tetapi akan
dilanjuti oleh Account Officer kepada Team Komite Pembiayaan.
g. Nasabah dan pasangannya atau nama di STNK tanda tangan pada form pemberian
jaminan pembiayaan secara fiducia.
h. Kwitansi bermaterai cukup ditandatangani atas nama di STNK.
i. Calon Nasabah dan pasangannya tandatangan pada form perjanjian pembiayaan Al-
Murabahah.
j. Calon nasabah/nama di STNK tanda tangan pada form surat pernyataan belum
menikah*(apabila dibutuhkan).
5. Admin BPRS Salman, input data nasabah pada FORM DATA NASABAH PSKSM.
a. Cetak rincian angsuran.
b. Cocokan hasil cetak rincian angsuran dengan memorandum pembiayaan.
c. Tidak sama/ Tidak cocok----kembalikan kepada Account Officer.
d. Cetak rincian angsuran----hasilnya sama, maka dilanjutkan.
6. Admin memerintahkan dilakukan pengkreditan ke tabungan nasabah bersangkutan.
7. Admin BPRS Salman cetak Purchase Order (PO).
a. Purchase Order (PO) ditandatangani dan minta tandatangan kepada pejabat yang
berwenang.
b. Puschase Order (PO) diberi stempel.
c. Purchase Order (PO) dan KTP atas nama di STNK dikirim melalui mesin fax.
d. Lakukan konfirmasi kepada Dealer, bahwa Purchase Order (PO) dan KTP diterima
dengan baik.
8. Admin BPRS Salman menerima Tagihan Dealer, berupa kwitansi pelunasan dari dealer.
a. Admin input data nasabah PSKSM pada IBS (sistem).
b. Admin konfirmasi kepada Nasabah “Apakah sepeda motor sudah diterima dengan
baik”? dan nasabah diberitahukan tanggal valuta, jumlah angsuran tiap bulannya.
c. Apabila ada permasalahan, Dropping ditunda.
d. Apabila tidak ada permasalahan, dilakukan Dropping.
e. Cetak Memorandum Dropping.
f. Memorandum Dropping ditandatangani serta minta tanda tangan kepada pejabat yang
berwenang.
g. Admin mencetak pada IBS PSKSM :
Memo Pembayaran Sepeda Motor.
SPPA.
Memo Pendebetan.
Ditandatangani serta minta tanda tangan kepada pejabat yang berwenang.
h. Admin menyerahkan Memo kepada bagian operasional cabang diantaranya :
Memorandum Dropping, (hasilnya dicetak dari IBSS).
Memo Pembayaran Sepeda Motor. (hasilnya dicetak dari IBS PSKSM).
Memo pendebetan. (Hasilnya dicetak dari IBS PSKSM).
i. Admin konfirmasi kepada bagian operasional mengenai pembayaran dealer dan minta
foto copy pembayaran/ transfer.
j. Admin konfirmasi kepada Dealer bahwa sepeda motor sudah dilakukan pembayaran
dan bukti pembayaran di fax dan disertai dengan data nasabah yang telah dibayarkan
sepeda motor tersebut.
k. Admin mengirim SPPA kepada Asuransi melalui mesin Fax :
Konfirmasi “apakah SPPA sudah diterima”?
Meminta kepada Asuransi bahwa SPPA yang didaftarkan sudah disetujui dan
dikomentar penanggung dengan bukti SPPA diterima kembali dari Asuransi.
l. Admin menerima Polis Asuransi :
Cetak memo, ditandatangani dan minta tandatangan kepada pejabat yang
berwenang.
Serahkan memo kepada bagian operasional cabang.
m. Admin BPRS Al Salaam menyerahkan Polis Asuransi kepada nasabah melalui BPRS
Salman via AO.
9. Admin BPRS Salman menerima berkas Polis Asuransi.
10. Admin BPRS Berkah Salman mengirim Berkeas kepada Nasabah :
a. Copy Perjanjian Murabahah (Jual Beli)
b. Copy Polis Asuransi
c. Copy Persetujuan Pembiayaan Kepemilikan Sepeda Motor.
d. Copy Pemberian Jaminan Secara Fiducia.
e. Kartu Angsuran.
11. Nasabah membayar angsuran tiap bulan ke escrow (pembayaran langsung) account di
BPRS Salman.
2. Pengambilan Keputusan Pembiayaan
Dalam realisasi pembiayaan di PT BPRS Berkah Amal Salman secara inherent terdapat
risiko yang melekat yakni pembiayaan yang bermasalah dan berportensi menimbulkan kondisi
yang terburuk yaitu mengalami kemacetan. Guna menghindari risiko demikian, maka dalam
pengambilan keputusan suatu permohonan pembiayaan diPT BPRS Berkah Amal Salman
melibatkan sutu tim khusus atau yang disebut dengan Komite Pembiayaan, yang terdiri dari
Komisaris, Direksi, dan Staf Account Officer.
3. Kelayakan Pemberian Pembiayaan
Proses pembiayaan diPT BPRS Berkah Amal Salman kepada nasabah-nasabahnya, sangat
memperhatikan aspek-aspek tekhnik administratif. Adapun aspek-aspek yang angat diperhatikan
atau yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan pembiayaan adalah :
a. Surat permohonan pembiayaan
Dalam surat permohonan berisikan jenis atau produk pembiayaan yang diminta nasabah,
untuk berapa lama, limit plafon yang diminta, serta sumber pelunasan pembiayaan berasal
dari mana. Di samping itu, surat tersebut dilampiri dengan dokumen pendukung seperti
identitas pemohon, legalitas (akta pendirian atau perubahan, jika ada) dan perjanjian-
perjanjian lainnya, serta bukti kepemilikan agunan (jika diperlukan).
b. Proses evaluasi
Dalam penilaian suatu permohonan, PT BPRS Berkah Amal Salman tetap berpegang
pada prinsip kehati-hatian serta aspek lainnya, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil
analisa yang cermat dan akurat. Proses penilaian yang dimaksud meliputi :
1) Didasarkan pada surat permohonan yang lengkap
2) Proses penilaian, yang hal ini dilakukan melalui tahapan kantorPT BPRS Berkah Amal
Salman.
4. Proses Administrasi Pembiayaan
Pembiayaan yang disalurkan PT BPRS Berkah Amal Salman proses administraisnya
dilakukan secara tertib. Hal ini dimaksudkan agar proses penyalurannya berjalan dengan baik.
Untuk itu, terdapat beberapa tahapan administrasi yang harus dilalui dalam proses pembiayaan
diPT BPRS Berkah Amal Salman, yaitu tahapan :
a. Penerimaan keputusan
Penerimaan keputusan ini dapat diperoleh dari kantor pusat atau cabang yaitu PT BPRS
Berkah Amal Salman.
b. Penerusan kepada nasabah pemohonan
1) Macam keputusan ; ditolak atau disetujui
2) Penyampaian kepada nasabah
Atas permohonan yang ditolak, keputusan ini diberitahukan kepada pemohonnya. Sedangkan
bagi nasabah yang permohonannya disetujui, maka tahap selanjutnya dibuatkan surat
persetujuan yang memuat berbagai persyaratan klausula.
c. Penandatanganan akad
Apabila surat persetujuan tersebut nasabah pemohon menyanggupinya, maka pemohon
melakukan penandatanganan akad di hadapan administrasi/legal.
5. Pengamanan Pembiayaan
Dari hal mengenai risiko yang diterima oleh bank sebagai lembaga komersil, pembiayaan
diPT BPRS Berkah Amal Salman pula tidak akan selamanya berjalan lancar dan juga berpotensi
menimbulkan pembiayaan bermasalah. Oleh karena itu, apabila terdapat pembiayaan
bermasalah, maka PT BPRS Berkah Amal Salman melakukan upaya pengamanan pembiayaan
baik sebelum maupun sesudah realisasi pembiayaan dilakukan. Pengamanan pembiayaan di PT
BPRS Berkah Amal Salman dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Sebelum realisasi pembiayaan
Dalam tahapan ini berdasarkan persetujuan nasabah tersebut, PT BPRS Berkah Amal
Salman melakukan penutupan asuransi dan pengikatan agunan. Setelah hal ini dapat
diselesaikan, baru pembiayaan dapat dicairkan.
b. Setelah realisasi pembiayaan
Bagi PT BPRS Berkah Amal Salman, pencairan adalah akhir episode permohonan yang
selnjutnya awal pemeliharaan dan pemantauan pembaiayaan. Dalam tahap awal pencairan,
dana diarahkan pada pembiayaan sebagaimana diajukan dalam permohonan atau persetujuan
bank, dan jangan sampai “bocor” dalam arti lari ke hal-hal lain di luar kesepakatan.
Selanjutnya, bank melakukan pembinaan dan kontrol atas aktivitas bisnis atau usaha nasabah
tersebut.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Faktor-Faktor Non Performing Financing Tahun 2008-2010 di BPR Syariah Berkah
Amal Salman Bandung.
1. Faktor Internal BPRS Berkah Amal Salman
Semakin luasnya ruang lingkup kegiatan perusahaan perbankan, mengakibatkan manajemen
tidak dapat melakukan pengawasan secara langsung terhadap jalannya pembiayaan, sedangkan
tanggung jawab yang utama untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan dan untuk
mencegah kesalahan-kesalahan dan kecurangan-kecurangan, terletak di tangan manajemen oleh
karena itu pimpinan perusahaan melimpahkan segala tugas, wewenang, dan tanggung jawab
kepada bawahannya.
Dengan adanya sebagian pelimpahan tugas, wewenang, dan tanggung jawab tersebut,
pimpinan perusahaan membutuhkan suatu alat yang dapat memberikan efektivitas dan efisiensi
operasi perusahaan, memberikan laporan keuangan yang dapat diandalkan, dan dapat
memberikan ketaatan terhadap kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. Oleh karena itu
pimpinan perusahaan perlu menetapkan suatu strategi yang memadai (Marbun, 2006).
Strategi adalah rencana jangka panjang yang diikuti oleh tindakan-tindakan yang
dilaksanakan oleh dewan komisaris, manajemen, dan pimpinan yang berada di bawah mereka
untuk memberikan kepastian yang layak yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
menetapkan suatu strategi, PT BPRS Berkah Amal Salman perlu memperhatikan faktor kondisi
internal BPR yang meliputi pemasaran dan distribusi, penelitian dan pengembangan, manajemen
produksi dan operasi, sumber daya dan karyawan perusahaan serta keuangan dan akuntansi. Hal
tersebut penting agar strategi yang dihasilkan memiliki reliability of financial reporting
(keandalan laporan keuangan), efficiency and effectiveness of operation (operasi yang efektif dan
efisien) and compliance with applicable laws and regulations (ketaatan pada hukum dan
peraturan) sehingga dapat mengurangi terjadinya kecurangan dan kesalahan seminimal mungkin,
sehingga apabila terjadi kecurangan dan kesalahan dapat diketahui dan diatasi dengan cepat dan
baik.
Terkait masalah di atas mengenai faktor-faktor penyebab tingkat NPF (Non Performing
Financing) atau pembiayaan bermasalah di BPRS Berkah Amal Salman, untuk mengetahui
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pembiayaan bermasalah, penulis melakukan survey
berupa pertanyaan yang diberikan kepada para responden dan juga wawancara kepada pihak
manajemen di BPRS Berkah Amal Salman, berdasarkan hasil wawancara penulis kepada pihak
manajemen BPRS Berkah Amal Salman maka diperoleh hasil berupa:
1. Kondisi NPF (non performing financing) BPRS Berkah Amal Salman belum sesuai dengan
standard yang ditetapkan oleh regulasi BI, hal ini disebabkan karena terjadinya
penyimpangan pembiayaan yang diberikan dan nasabah yang mempunyai kredit macet pun
banyak, sehingga kondisi NPF BPRS Berkah Amal Salman berada diatas 10%. Misalnya,
alokasi untuk pembiayaan produktif 50% dari anggaran pembiayaan, akan tetapi melihat
kenyataan dilapangan alokasi untuk pembiayaan produktif sebesar 30%, sedangkan untuk
konsumtif 70% hal ini mengindikasikan adanya penyimpangan penggunaan alokasi
pembiayaan.
2. Pihak manajemen BPRS Berkah Amal Salman melakukan tindakan yang sesuai dengan
kesepakatan nasabah apabila terjadi kredit macet. Tindakan yang dilakukan oleh pihak
manajemen BPRS Berkah Amal Salman bila nasabahnya pailit adalah penyitaan aset-aset
pribadi nasabah selain barang yang dijadikan jaminan, yang mana nilai taksasinya tidak turun
untuk dijual kembali.
3. Penyelesaian NPF (non performing financing) sesuai dengan kebijakan manajemen,
kebijakan yang dikeluarkan oleh BPRS Berkah Amal Salman berupa penambahan jangka
waktu pengembalian pembiayaan dan keringanan angsuran pembiayaan yang diberikan
(reschedule).
4. Kinerja tim survey sesuai dengan standard kebijakan manajemen, dalam melakukan survey
lapangan, standard 5C di jadikan sebagai acuan utama dalam memberikan pembiayaan
kepada nasabah.
5. Masih terjadi penyimpangan pada pemberian pembiayaan, penyimpangan yang sering terjadi
pada syarat-syarat pembiayaan, penyimpangan terjadi karena kurang telitinya pihak
marketing dalam menyeleksi nasabah dan adanya hubungan kedekatan personal antara
marketing dengan calon nasabah.
6. Seluruh informasi tersistem dengan cukup kuat, hal ini dikarenakan sebagian sistem input
data masih dilakukan secara manual.
7. Mekanisme alur pembiayaan sesuai dengan standar regulasi BI: persyaratan, nominal modal
usaha untuk diberikan kepada nasabah, asset BPRS Berkah Amal Salman, dan tingkat NPF
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh BI. Apabila kenaikkan NPF pada BPRS tinggi,
maka BI hanya boleh mengizinkan memberikan proporsi pinjaman setengah dari nilai yang
diajukan nasabah.
8. Penyampaian informasi terkait pembiayaan bermasalah dapat diakses tim penurunan NPF
dengan melakukan penelitian data-data nasabah yang terkait dengan masalah kredit macet,
lalu apabila masih terdapat nasabah yang pembiayaannya macet maka pihak BPRS
melakukan tindakan dengan cara:
1. Menelepon nasabah untuk melakukan konfirmasi pembiayaan bermasalah
2. Mengirim pesan pendek (short message sending)
3. Melakukan kunjungan ke tempat nasabah
4. Melakukan penyitaan harta benda nasabah
9. Fungsi pengawasan bank terhadap nasabah belum cukup optimal, hal ini terjadi karena masih
kurangnya sumber daya manusia di BPRS, sehingga untuk melakukan pengawasan terhadap
jalannya pembiayaan belum cukup terkendalikan atau terkontrol dengan baik.
10. Kunjungan terhadap nasabah rutin dilakukan pihak manajemen, kunjungan dilakukan setelah
adanya konfirmasi dari bagian administrasi bahwa nasabah yang bersangkutan mengalami
masalah kredit macet. bila nasabah sudah tidak bisa melakukan kewajiban pembayaran
angsurannya maka pada saat kunjungan pihak BPR melakukan penyitaan terhadap barang2
jaminan nasabah.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa penyebab non
performing financing di dalam lingkup internal BPRS Berkah Amal Salman adalah :
1. Masih terjadi penyimpangan pada pemberian pembiayaan
2. Sistem informasi yang belum tersistem dengan cukup baik
3. Pengawasan terhadap nasabah yang belum optimal
4. Kurangnya sumber daya manusia di BPRS Berkah Amal Salman
5. Pihak manajemen BPRS yang masih belum optimal dalam mengelola pembiayaan-
pembiayaan yang bermasalah.
Dengan demikian jelaslah bahwa kondisi internal PT BPRS Berkah Amal Salman merupakan
faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan strategi penyaluran pembiayaan
yang baik untuk menghindari terjadinya kemacetan pembiayaan atau pembiayaan bermasalah.
2. Faktor Eksternal BPR Salman
Salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam menghindari pembiayaan
bermasalah, adalah faktor Nasabah. Faktor Kondisi Nasabah umumnya dikategorikan
berdasarkan 5C:
1. Character adalah data tentang kepribadian dari calon pelanggan seperti sifat-sifat pribadi,
kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang keluarga maupun
hobinya. Character ini untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini jujur
berusaha untuk memenuhi kewajibannya dengan kata lain ini merupakan willingness to
pay (kesediaan untuk membayar).
2. Capacity merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya yang dapat
dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelola usaha (business record) nya, sejarah
perusahaan yang pernah dikelola (pernah mengalami masa sulit apa tidak, bagaimana
mengatasi kesulitan). Capacity ini merupakan ukuran dari ability to play atau
kemampuan dalam membayar.
3. Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelolanya. Hal ini
bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba, struktur permodalan, ratio-ratio keuntungan
yang diperoleh seperti return on equity, return on investment. Dari kondisi di atas bisa
dinilai apakah layak calon pelanggan diberi pembiayaan, dan beberapa besar plafon
pembiayaan yang layak diberikan.
4. Collateral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon pelanggan
benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini diperhitungkan paling
akhir, artinya bilamana masih ada suatu kesangsian dalam pertimbangan-pertimbangan
yang lain, maka bisa menilai harta yang mungkin bisa dijadikan jaminan.
5. Condition, pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi
yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Ada suatu usaha yang sangat
tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi
dengan usaha calon pelanggan.
Penerapan 5C bagi nasabah besar (biasanya oleh bank umum) bisa berbeda dengan
penerapannya bagi nasabah mikro, kecil, dan menengah karena masalah teknis. Misalnya,
ketidaktersediaan laporan keuangan, dan pengelolaan keuangan yang tidak terpisah antara
keuangan usaha dan keuangan rumah tangga sedangkan faktor di luar pihak bank dan debitur
pada dasarnya dapat dimasukkan ke dalam komponen condition. Termasuk ke dalam faktor ini
adalah persaingan usaha, kondisi ekonomi, dan faktor alam sehingga mempengaruhi kondisi
usaha dari debitur.
Pada prakteknya kelima (5) komponen C tersebut diterjemahkan ke dalam pembiayaan
rating atau credit scoring sehingga PT BPRS Berkah Amal Salman dapat menilai risiko yang
akan ditanggungnya pada saat menyalurkan pembiayaan kepada nasabah-nasabahnya.
Dengan demikian, PT BPRS Berkah Amal Salman dapat memutuskan pemberian
pembiayaan ke nasabah yang bersangkutan, mengenai jumlah pinjaman, margin, dan jatuh
tempo, berdasarkan rating atau scoring tersebut juga menegaskan bahwa pada saat memberikan
pembiayaan, bank harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar
kembali kewajibannya. Setelah pembiayaan diberikan, bank wajib melakukan pemantauan
terhadap penggunaan pembiayaan serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi
kewajibannya.
Kemudian pihak PT BPRS Berkah Amal Salman melakukan peninjauan, penilaian dan
pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan. Oleh karena pemberian
pembiayaan yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan, suatu lembaga pembiayaan akan
memberikan pembiayaan kepada nasabah jika dia betul-betul merasa yakin bahwa nasabah yang
akan menerima pembiayaan itu mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah
diterimanya. Dari faktor kemampuan tersebut, menyatakan bahwa keuntungan atau profitability
merupakan tujuan dari pemberian pembiayaan yang terjelma dalam bentuk margin keuntungan
atau laba yang diterima serta keamanan atau safety yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas
yang diberikan harus benar-benar terjamin pengembaliannya, sehingga tujuan profitability benar-
benar tercapai tanpa hambatan-hambatan yang berarti.
1. Pendapatan yang dimiliki oleh Nasabah
Tabel 4.1
Pendapatan Anda Cukup Untuk Membayar Angsuran Pembiayaan Yang
Diajukan Setiap Bulannya
JawabanJumlah
RespondenProsentase
Sangat Setuju - -
Setuju 20 33,33%
Cukup 30 50,00%
Tidak Setuju 10 16,67%
Sangat Tidak Setuju - -
Total 60 100%
Mengenai pendapatan perbulan dari nasabah di PT BPRS Berkah Amal Salman, berdasarkan
tabel di atas dapat dikatakan bahwa sebagaian besar sebanyak 50.00% menyatakan cukup dalam
memenuhi besarnya angsuran utang pembiayaan. Kemudian sebesar 33.33% menyatakan setuju,
hal ini dapat diasumsikan bahwa sebesar 33.33% pendapatan perbulan dari nasabah yang
bersangkutan secara tingkat kapsitasnya cukup untuk membayar angsuran utang pembiayaan.
Dan sebesar 16.67% menyatakan tidak setuju karena penghasilan yang di dapat oleh nasabah
terkadang digunakan untuk keperluan keluarga yang mendadak, sehingga uang yang seharusnya
digunakan nasabah untuk membayar angsuran pembiayaan lebih diutamakan kepada kepentingan
keluarga dahulu ketimbang digunakan untuk membayar angsuran pembiayaannya. Ada beberapa
nasabah yang termasuk dalam kategori cukup, namun mereka mengalokasikan dana untuk
pendidikan anak-anak dan kebutuhan rumah tangga sehingga pendapatan mereka tidak cukup
untuk membayar angsuran pembiayaan yang diajukan.
Tabel 4.2
Keadaan Modal Stabil Setelah Mendapatkan Pembiayaan
Jawaban Jumlah Responden Prosentase
Sangat Setuju - -
Setuju 10 16,67%
Cukup 30 50,00%
Tidak Setuju 20 33,33%
Sangat Tidak Setuju - -
Total 60 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat sebagian besar responden menilai bahwa keadaan
modal nasabah cukup stabil setelah mendapatkan pembiayaan dari PT BPRS Berkah Amal
Salman. Jumlah responden yang tidak setuju sebesar 33,33%, berdasarkan wawancara kepada
responden, ternyata faktor utama yang menyebabkan ketidakstabilan modal adalah
ketidakmampuan dalam mengelola laporan keuangan. Seperti sebagian para responden tidak
mengetahui bagaimana cara menyusun laporan keuangan yang baik sehingga tidak bisa
membedakan antara keuntungan, modal yang dikeluarkan, dan kebutuhan yang dikeluarkan.
Tabel 4.3
Besaran Angsuran Pembiayaan Setiap Bulannya Sesuai dengan Kemampuan Nasabah
Jawaban Jumlah Responden Prosentase
Sangat Setuju 5 8,33%
Setuju 20 33,33%
Cukup 30 50,00%
Tidak Setuju 5 8,33%
Sangat Tidak Setuju - -
Total 60 100%
Mengenai besarnya angsuran, hal ini sebagaimana dengan tabel sebelumnya yaitu tabel 4.8
bahwa sebagian besar pihak nasabah pembiayaan di PT BPRS Berkah Amal Salman tidak
keberatan dengan besar angsuran yang ditetapkan pihak bank. Dengan kata lain, para nasabah
pembiayaan di PT Berkah Amal Salman memiliki tingkat capacity yang baik. Sebesar 8.33%
menyatakan keberatan dengan besar angsuran yang ditetapkan oleh pihak PT BPRS Berkah
Amal Salman, hal ini menunjukkan bahwa potensi kemacetan pengembalian angsuran
pembiayaan berada pada kisaran 8.33%, hal ini juga didasari oleh pengeluaran yang tidak
terduga oleh nasabah setiap bulannya, sehingga mempengaruhi kemampuan nasabah untuk
membayar angsurannya.
Tabel 4.4
Nasabah Telah Memperhitungkan Tingkat Pendapatan dengan Jumlah Angsuran SetiapBulannya:
Jawaban Jumlah Persentase
a. Ya 36 60%
b. Tidak 24 40%
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar nasabah di PT BPRS Berkah Amal
Salman (60%) sudah mengetahui tingkat pendapatan dengan jumlah angsuran piutang
pembiayaan pada setiap bulannya. Hal ini mengindikasikan bahwa nasabah PT BPRS Berkah
Amal Salman telah melakukan pertimbangan dari sisi keadaan keuangan terlebih dahulu, dalam
melakukan proses pengajuan pembiayaan kepada pihak PT BPRS Berkah Amal Salman.
Sebagian besar nasabah yang melakukan hal ini merupakan nasabah-nasabah dari golongan
pekerja/karyawan dilingkungan pegawai negeri dan pegawai swasta. Sedangkan 40% sisanya
tidak melakukan pertimbangan dari sisi keuangan karena nasabah tersebut tidak memiliki
penghasilan tetap sebagaimana dari golongan karyawan/pegawai, karena penghasilan yang
didapat oleh nasabah yang pekerjaannya (wirausaha) tidak tetap dan cenderung fluktuatif.
Tabel 4.5Pola Konsumsi Sesuai dengan Pendapatan Setiap Bulannya
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 17 28,3%
Tidak 43 71,7%
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dikatakan bahwa nasabah di PT BPRS Berkah Amal
Salman memiliki sifat yang cenderung konsumtif.
2. Manajemen Pengelolaan Usaha Nasabah
Tabel 4.6
Kondisi Usaha Anda Cukup Berkembang Setelah Mendapat Pembiayaan
Jawaban Jumlah Responden Prosentase
Sangat Setuju - -
Setuju - -
Cukup 30 50,00%
Tidak Setuju 30 50,00%
Sangat Tidak Setuju - -
Total 60 100%
Berdasarkan pada tabel di atas, setengah dari total responden meyatakan bahwa usahanya
mengalami tingkat perkembangan yang cukup setelah mendapat pembiayaan dari PT BPRS
Berkah Amal Salman. Dan sebagian lagi menyatakan bahwa pembiayaan yang disalurkan oleh
PT BPRS Berkah Amal Salman tidak mempengaruhi kegiatan usaha yang dilakukan oleh
nasabah. Hal ini mencerminkan bahwa pembiayaan yang disalurkan PT BPRS Berkah Amal
Salman secara umum cenderung tidak mempengaruhi kondisi usaha nasabahnya. Meskipun para
nasabah telah mendapatkan pembiayaan akan tetapi dari sisi manajemen nasabah tersebut masih
belum bisa meningkatkan kondisi usaha nasabah dari segi keuangan. Sebagian responden
sebesar 50% menjawab tidak setuju, hal ini berdasarkan kenyataan bahwasanya dalam
penggunaan pembiayaan itu sendiri nasabah tidak sepenuhnya mengalokasikan dana tersebut
untuk modal usaha. Hasil pembiayaan modal usaha yang di terima oleh nasabah sering kali
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari nasabah itu sendiri. Kondisi usaha tidak berkembang
dikarenakan ketidakkonsistenan nasabah itu sendiri dalam mengelola dananya.
Tabel 4.7
Kesulitan Lain yang Dialami Selain Dari Kesulitan Modal
Jawaban Jumlah Responden Prosentase
Sangat Setuju - -
Setuju 20 33,33%
Cukup 20 33,33%
Tidak Setuju 20 33,36%
Sangat Tidak Setuju - -
Total 60 100%
Mengenai hal lain disamping kesulitan modal terkait pembiayaan yang disalurkan PT BPRS
Berkah Amal Salman, hanya sebesar 33.33% menyatakan setuju. Responden yang menjawab
setuju tersebut adalah responden dari golongan nasabah pelaku usaha yang pembiayaannya
dialokasikan kepada sektor produktif. Kesulitan lain yang dialami nasabah adalah pemasaran
dalam produk, penjualan yang fluktuatif. Pemasaran produk misalnya: para pelaku usaha tidak
menguasai strategi pemasaran yang sesuai dengan produknya, sehingga produk mereka tidak
terjual sesuai target. Penjualan yang fluktuatif misalnya: seperti nasabah BPRS Berkah Amal
Salman yang mempunyai usaha berjualan sayur di pasar batu jajar dimana harga sayur yang
setiap harinya tidak menentu, dan pendapatan yang diterima pun terkadang tidak sesuai yang
diharapkan.
Sebagian besar responden menyatakan cukup dan bahkan tidak setuju. Hal ini terkait dengan
alokasi dana yang disalurkan pihak PT BPRS Berkah Amal Salman yang memang sebagian
besar dialokasikan kepada sektor konsumtif, karena sebagian besar nasabah PT BPRS Berkah
Amal Salman bukan pelaku usaha tetapi karyawan atau pegawai baik di lingkungan pegawai
negeri maupun swasta. Sehingga pertanyaan kuisioner pada tabel 4.3 memang dikhususkan
kepada responden atau nasabah pelaku usaha.
3. Kemampuan Nasabah Dalam Mengelola Pembiayaan
Tabel 4.8
Syarat Pengajuan Pembiayaan Tidak Memberatkan Nasabah
Jawaban Jumlah Responden Prosentase
Sangat Setuju 30 50,00%
Setuju 30 50,00%
Cukup - -
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Total 60 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dikatakan bahwa secara umum persyaratan pembiayaan yang
ditetapkan pihak PT BPRS Berkah Amal Salman dapat diterima pihak nasabah (konsumen).
Tabel 4.9
Jangka Waktu Pembayaran Angsuran Pembiayaan Sesuai dengan
Tingkat Kemampuan Nasabah
Jawaban Jumlah Responden Prosentase
Sangat Setuju 20 33,33%
Setuju 20 33,33%
Cukup 20 33,33%
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju -- -
Total 60 100%
Mengenai jangka waktu pembayaran angsuran dengan tingkat kemampuan nasabah, pada
tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian besarnya angsuran dengan jangka waktu
pembiayaan yang disalurkan PT. BPRS Berkah Amal Salman. Hal ini menunjukkan bahwa pihak
nasabah PT BPRS Serkah Amal Salman tidak keberatan dengan jangka waktu pembiayaan yang
memiliki implikasi terhadap besarnya angsuran utang pembiayaan setiap bulannya. Sebesar
16.67% menyatakan tidak setuju, artinya hanya sebesar 16.67% nasabah PT BPRS Berkah Amal
salman yang keberatan dengan jangka waktu pembiayaan yang memiliki implikasi terhadap
besarnya angsuran utang pembiayaan setiap bulannya.
Tabel 4.10
Plafond Pembiayaan di BPRS Berkah Amal Salman Sesuai dengan Kebutuhan yang
Diajukan Nasabah
Jawaban JumlahResponden
Prosentase
Sangat Setuju 10 16.67%
Setuju 30 50.00%
Cukup 20 33.33%
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Total 60 100%
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (50.00% yang menyatakan setuju dan 16.37% yang
menyatakan sangat setuju) dari responden menyatakan bahwa plafon pembiayaan yang didapat
dari PT BPRS Berkah Amal Salman sesuai dengan kebutuhan yang diajukan oleh nasabah.
Adapun yang menyatakan cukup (sebesar 33.33%), hal ini menunjukkan bahwa plafon
pembiayaan yang disalurkan tidak sesuai dengan pengajuan pembiayaan, akan tetapi secara
nominal jumlah pembiayaannya, dapat diterima pihak nasabah.
Tabel 4.11
Margin yang Ditentukan Dalam Pembiayaan Konsumtif Sesuai Dengan Kesepakatan Nasabah
Jawaban Jumlah Responden Prosentase
Sangat Setuju 40 66,67%
Setuju 10 16,67%
Cukup 10 16,67%
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Total 60 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat di katakana bahwa secara umum margin yang telah
ditentukan dalam pembiayaan konsumtif adalah hasil dari kesepakatan dengan nasabah, artinya
bahwa nasabah tidak keberatan dengan margin yang telah ditentukan pihak bank.
Tabel 4.12
Jaminan yang Dimiliki Sesuai dengan Standar yang Ditentukan
BPRS Berkah Amal Salman
Jawaban Jumlah Responden Prosentase
Sangat Setuju - -
Setuju 30 50,00%
Cukup 30 50,00%
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Total 60 100%
Sebagaimana tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa secara umum nasabah pembiayaan di PT
BPRS Berkah Amal Salman telah sesuai standarnya dalam memberikan jaminan pembiayaan.
Hal ini menunjukkan bahwa unsur collateral dalam prinsip 5C pada pembiayaan di PT BPRS
Berkah Amal Salman tergolong baik.
Tabel 4.13
Tempat Usaha Nasabah yang Strategis
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 24 40%
Tidak 36 60%
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas, mengenai tempat kegiatan usaha yang dilakukan nasabah di PT
BPRS Berkah Amal Salman sebagian besar (60%) mengakui tidak memiliki tempat yang
strategis bagi kegiatan usahanya. Dalam menyikapi fenomena ini, PT BPRS Berkah Amal
Salman tidak memiliki program khusus, karena untuk penentuan lokasi kegiatan usaha,
seluruhnya merupakan otoritas nasabah.
Tabel 4.14
Jarak Antara Tempat Tinggal dan Kantor BPRS Berkah Amal Salman Bukan Hambatan DalamMelakukan Pembayaran angsuran
Jawaban Jumlah Responden Prosentase
Sangat Setuju 40 66,67%
Setuju 15 25,00%
Cukup 5 8,33%
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Total 60 100%
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, sebagian besar responden 66.67% menyatakan bahwa jarak
antara tempat tinggal dengan kantor BPRS Berkah Amal Salman tidak menjadi hambatan dalam
melakukan pembayaran angsuran utang pembiayaan. Hal ini menunjukkan bahwa nasabah
pembiayaan di PT BPRS Berkah Amal Salman memiliki jarak tempat tinggal yang relatif dekat
dengan kantor BPRS Berkah Amal Salman.
4. Penggunaan Modal Pembiayaan yang digunakan oleh Nasabah
Tabel 4.15
Pembiayaan yang Diajukan Nasabah Digunakan untuk Modal Usaha
Jawaban Jumlah Responden Prosentase
Sangat Setuju - -
Setuju 20 33,33%
Cukup 10 16,67%
Tidak Setuju 30 50,00%
Sangat Tidak Setuju -
Total 60 100%
Dari keterangan tabel 4.15 di atas, dapat dinyatakan bahwa sebagian besar nasabah
pembiayaan di PT BPRS Berkah Amal Salman tidak mengalokasikan dana pembiayaan kepada
sktor usaha atau sektor produktif. Hal ini dapat menyatakan pula bahwa sebagaian besar nasabah
pembiayaan di PT BPRS Berkah Amal Salman mengalokasikan dana pembiayaan kepada sektor
konsumtif (pembelian barang). Hanya sebesar 33.33% yang mengalokasikan dana pembiayaan
kepada sektor produktif, dan sisanya sebesar 16,67% menyatakan bisa dikategorikan ke dalam
sektor produktif maupun konsumtif, responden yang menjawab tidak setuju sebesar 50%, karena
pembiayaan yang diajukan untuk sektor konsumtif seperti pengadaan kendaraan sepeda motor.
Tabel 4.16
Pembiayaan yang Diajukan Nasabah Digunakan Untuk Konsumtif
Jawaban Jumlah Responden Prosentase
Sangat Setuju 29 48,33%
Setuju - -
Cukup 10 16,67%
Tidak Setuju 21 35%
Sangat Tidak Setuju - -
Total 60 100%
Sebagaimana dengan tabel sebelumnya (4.15) yang menyatakan bahwa sebagian besar
nasabah mengajukan pembiayaan untuk sektor modal usaha (konsumtif). Pada tabel ini di
kuatkan kembali pernyataan responden atas penggunaan pembiayaan yang di ajukannya, hasil
persentase yang menjawab setuju sebesar 48,33% untuk pengajuan pembiayaan konsumtif.
Responden yang menyatakan tidak setuju sebesar 35%, hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 21
orang responden menggunakan pembiayaannya untuk sektor produktif.
Tabel 4.17
Pembiayaan Konsumtif Dialokasikan Untuk Pembelian Barang-Barang yang Sesuai denganSyariat Islam
Jawaban Jumlah Responden Prosentase
Sangat Setuju 60 100%
Setuju - -
Cukup - -
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Total 60 100%
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, terlihat bahwa seluruh nasabah pembiayan di PT BPRS
Berkah Amal Salman sangat setuju dengan pembiayaan pada sektor konsumtif yang diajukan
dialokasikan kepada pembelian barang-barang yang diperbolehkan secara syariat islam atau telah
dipastikan barang tersebut tergolong barang yang halal.
5. Program Pembinaan Yang dilakukan oleh BPRS Berkah Amal Salman
Tabel 4.18
Tanggapan Nasabah Terhadap Program Pembinaan yang Diadakan
oleh BPRS Salman
Jawaban Jumlah Persentase
A. Ya 60 100%
B. Tidak - -
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dikatakan bahwa terdapat program pembinaan khusus
yang diadakan oleh pihak bank kepada nasabahnya. Selama pengolahan data-data yang didapat
dari keterangan para nasabah dan pihak PT BPRS Berkah Amal Salman pada saat periode
penelitian, penulis menyimpulkan bahwa bentuk program yang dilakukan PT BPRS Berkah
Amal Salman adalah kunjungan silaturahmi yang diisi sharing serta tukar pendapat mengenai
masalah yang dihadapi nasabah dalam melakukan kegiatan usahanya. Pihak BPRS Berkah Amal
Salman memberikan pengarahan dan masukan seputar masalah tersebut serta mengadakan
chanelling atau mediasi bagi nasabah yang bersangkutan dengan nasabah lain yang memiliki
kegiatan usaha sama. Tujuan dari mediasi tersebut lebih kearah perbandingan usaha dan berbagi
informasi peluang usaha antar nasabah.
Tabel 4.19
Efektifitas Dari Program Pembinaan yang Diadakan olehBPRS Berkah Amal Salman
Jawaban Jumlah Persentase
A. Ya 43 71,7%
B. Tidak 17 28,3%
Jumlah 60 100%
Mengenai tingkat efektifitas dari program pembinaan yang dilakukan PT BPRS Berkah Amal
Salman kepada para nasabahnya, berdasarkan tabel di atas relative cukup efektif. Hal ini terbukti
dari laporan keuangan PT BPRS Salman selama periode penelitian menunjukkan penurunan
tingkat NPF (non perfoming financing) yang signifikan.
Tabel 4.20
Program Pembinaan yang Dilakukan oleh BPRS Salman Terhadap Pembiayaan
yang Bermasalah
Jawaban Jumlah Persentase
A. Ya 50 83,4%
B. Tidak 10 16,6%
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas, kuantitas kunjungan dari program pembinaan yang dilakukan PT
BPRS Berkah Amal Salman relative rutin. Hal ini mengindikasikan bahwa PT BPRS Salman
sangat serius dalam melakukan proses penurunan tingkat pembiayaan bermasalah (NPF).
Tabel 4.21
Jangka Waktu Dilaksanakannya Program Pembinaan yang Dilakukan
oleh BPRS Salman
Jawaban Jumlah Persentase
a. 6 Bulan 1 kali - -
b. 3 Bulan 1 kali 36 60%
c. 1 Bulan 1 kali 24 40%
d. 2 minggu 1 kali - -
Jumlah 60 100%
Jangka waktu kunjungan dalam rangka program pembinaan yang dilakukan oleh PT BPRS
Berkah Amal Salman sebagaimana tabel di atas menunjukkan bahwa kunjungan rutin dilakukan
tidak melebihi tiga bulan. Hal ini terjadi karena jarak tingkat kolektibilitas antara pembiayaan
lancar dengan tidak lancar adalah tiga bulan sesuai dengan standar NPF (Non Performing
Financing) Bank Indonesia.
Tabel 4.22
Pendapat Nasabah Terhadap Penyelenggaraan Program Pembinaan Untuk MenghindariPembiayaan Bermasalah
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 48 80%
Tidak 12 20%
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dikatakan bahwa program pembinaan yang dilakukan
oleh PT BPRS Berkah Amal Salman, seperti kunjungan silaturahmi atau sharing masalah seputar
kegiatan usaha nasabah untuk menghindari pembiayaan bermasalah dapat mempengaruhi pihak
nasabah yang bermasalah menjadi lancar dalam memenuhi angsuran utang pembiayaan kepada
pihak bank. Dengan demikian, secara umum, tingkat kapasitas atau pada unsur capacity pada
prinsip 5C dalam pembiayaan di PT BPRS Berkah Amal Salman dinyatakan cukup.
6. Dampak Kenaikkan Harga
Tabel 4.23Dampak Kenaikan Harga Barang Terhadap Harga Jual Dari Kegiatan Usaha Nasabah
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 60 100%
Tidak 0 -
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas, seluruh nasabah pelaku usaha di PT BPRS Berkah Amal Salman
menaikan harga jual barang pada kegiatan usahanya dikarenakan terjadinya kenaikan harga
bahan baku untuk kegiatan usahanya tersebut. Dari hasil pengolahan data selama periode
penelitian kepada para responden dari pernyataan kuesioner di atas, maka penulis menyimpulkan
bahwa omset penjualan barang dari kegiatan usaha nasabah sebagai pelaku usaha, PT BPRS
Berkah Amal Salman tidak mengalami perubahan signifikan dan cenderung statis dikarenakan
terjadinya kenaikan harga bahan baku untuk kegiatan usaha nasabah.
Tabel 4.24Dampak Penurunan Jumlah Konsumen, Setelah Menaikkan Harga Jual Produk
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 15 25%
Tidak 45 75%
Jumlah 60 100%
Mengenai tingkat konsumen dari kegiatan usaha yang dilakukan nasabah PT BPRS Berkah
Amal Salman, dari dampak kenaikan harga bahan baku bagi kegiatan usahanya, berdasarkan
tabel di atas tidak berpengaruh terhadap tingkat fluktuasi jumlah konsumen. Dari hasil
pengolahan data selama periode penelitian kepada para responden dari pernyataan kemampuan
daya beli usaha, terhadap tingkat harga bahan baku yang naik, maka penulis menyimpulkan bahwa
daya beli konsumen pada kegiatan usaha nasabah relatif statis atau tidak mengalami fluktuasi.
Tabel 4.25
Pengaruh Kenaikan Harga Terhadap Tingkat Perolehan Laba Dari
Kegiatan Usaha Nasabah
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 55 91,7%
Tidak 5 8,3%
Jumlah 60 100%
Faktor ekonomi pasar mempengaruhi kegiatan usaha nasabah yang berimplikasi terhadap
pembayaran angsuran piutang pembiayaan kepada pihak PT BPRS Berkah Amal Salman,
sebagaimana data dari tabel di atas. Kenaikan harga bahan baku untuk kegiatan usaha nasabah
mengakibatkan menurunnya tingkat perolehan laba usaha nasabah tersebut.
Tabel 4.26
Faktor yang Menyebabkan Pembiayaan Bermasalah Menurut Pendapat Nasabah
Jawaban Frekuensi Persentase
a. Musibah atau force majure 15 25%
b. Kegagalan usaha 17 28,33%
c. Manajemen keuangan nasabah 20 33,33%
d. Penerimaan pasar yang fluktuatif 5 8,33%
e. Lain-lain (sebutkan) 3 5
Jumlah 60 100%
Faktor penyebab pembiayaan bermasalah yang paling dominan di PT BPRS Berkah Amal
Salman sebagaimana tabel di atas adalah kurang optimalnya manajerial usaha yang dilakukan
nasabah dalam melakukan kegiatan usahanya. Selain itu kegagalan dalam usaha (rugi) menjadi
penyebab utama kedua setelah masalah manajemen keuangan nasabah, seperti pembukuan pada
laporan keuangan usaha nasabah yang tidak sesuai, kurangnya kehandalan pengelolaan
administrasi dan keuangan, dan terlalu banyak menyerahkan tanggung jawab penuh kepada
orang lain untuk mengelola keuangan pribadi. Adapun faktor ketiga yaitu karena musibah,
seperti kebakaran, korban pencurian dan sebagainya, hal ini tidak dapat diprediksi
kedatangannya. Namun pihak PT BPRS Berkah Amal Salman memiliki program khusus bagi
nasabah pembiayaan bermasalah yang disebabkan faktor force majour, yaitu dengan
dikeluarkannya dana zakat dari pos ZIS dalam laporan keuangan perusahaan. Adapun faktor
keempat yaitu kegagalan usaha nasabah, seperti kurangnya pengalaman dan strategi pemasaran
yang dimiliki oleh nasabah, kurangnya kehandalan pengelolaan modal dan kendali kredit, dan
nasabah tidak memiliki rencana darurat untuk menghadapi masalah ekonomi yang sulit.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari kuesioner untuk nasabah maka dapat
disimpulkan, bahwa faktor eksternal BPRS Berkah Amal Salman yang mempengaruhi NPF
adalah :
1. Manajemen keuangan nasabah, kurang optimalnya pengelolaan usaha yang dilakukan
nasabah dalam melakukan kegiatan usahanya.
2. Kegagalan usaha, kurangnya pengetahuan nasabah dalam membaca peluang dan strategi
pemasaran, kurangnya kehandalan pengelolaan modal dan kendali kredit dan nasabah tidak
memiliki rencana darurat untuk menghadapi masalah ekonomi yang sulit.
3. Musibah atau force majure, yang mana tidak dapat di prediksi kedatangannya.
4. Kondisi pasar yang fluktuatif
5. Ketidakkonsistenan nasabah dalam mengelola keuangan usahanya masih menjadi penyebab
utama yang mempengaruhi perkembangan usaha.
6. Masih terdapat nasabah yang belum memiliki keadaan modal yang stabil setelah
mendapatkan pembiayaan, hal ini terjadi akibat ketidakmampuan nasabah dalam mengelola
keuangannya.
7. Pengeluaran yang tidak terduga oleh nasabah setiap bulannya mempengaruhi kemampuan
nasabah untuk membayar angsuran.
8. Masih terdapat nasabah yang belum memiliki penghasilan tetap.
9. Kenaikan bahan baku sangat mempengaruhi tingkat penurunan laba dan jumlah konsumen,
sehingga hal ini berdampak pada pembayaran angsuran atas pembiayaan yang telah
diajukan nasabah.
Untuk mengolah data dari tabel-tabel di atas, maka dengan menggunakan software SPSS 17
For Windows, di dapat analisa tabel sebagai berikut :
Tabel 3
Jumlah Responden
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 60 100.0
Excludeda
0 .0
Total 60 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Berdasarkan tabel di atas, kuesioner disebar kepada 60 responden dari sampel penelitian
mengenai pembiayaan bermasalah di PT BPRS Berkah Amal Salman.
Tabel 4
Nilai rata-rata dari jawaban responden
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
51.3333 99.548 9.97738 14
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari bobot nilai jawaban responden dari
kuisioner yang disebar adalah 51.33. Kemudian Untuk melakukan analisis deskriptif digunakan
nilai indeks. Nilai indeks ini berguna untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi responden atas
item-item pertanyaan yang diajukan.
Dengan menggunakan kriteria three box method maka sebagai dasar interpretasi nilai indeks
adalah sebagai berikut :
10.00 – 40.00 = rendah
40.01 – 70.00 = sedang
70.01 – 100.00 = tinggi
Pada tabel di atas nilai rata-rata dari bobot nilai jawaban responden dari kuisioner yang
disebar adalah 51.33. Hal ini menunjukkan bahwa bobot penilaian berkisar pada kategori sedang.
Kemudian untuk mengukur tingkat validitas pertanyaan kuisioner yang diajukan kepada
responden, penulis menentukan terlebih dahulu tingkat t tabel yaitu df = 60-2=58, a = 5%, maka
diperoleh t tabel = 2.9. untuk melihat tingkat validitasi pertanyaan kuisioner, maka hal ini dapat
diketahui dengan melihat tabel berikut ini :
Tabel 5
Tingkat validitasi data pertanyaan kuesioner
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 47.5000 87.542 .889 . .975
VAR00002 47.5000 80.085 .950 . .975
VAR00003 47.9167 87.027 .836 . .976
VAR00004 46.8333 90.650 .900 . .976
VAR00005 48.5000 83.814 .900 . .975
VAR00006 47.6667 74.802 .952 . .978
VAR00007 48.1667 87.768 .870 . .976
VAR00008 46.8333 90.650 .900 . .976
VAR00009 48.3333 84.463 .952 . .974
VAR00010 46.7500 89.004 .831 . .976
VAR00011 48.1667 82.853 .963 . .974
VAR00012 47.8333 90.650 .900 . .976
VAR00013 48.5000 87.542 .889 . .975
VAR00015 46.8333 86.921 .838 . .976
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dikatakan bahwa pada tingkat signifikan 5%, ternyata
15 butir pertanyaan di atas nilainya lebih besar dari t tabel dan semuanya bertanda positif.
Dengan demikian seluruh pertanyaan dalam kuisioner di atas dinyatakan valid.
BAB V
SIMPULAN DAN PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengemukakan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah pada PT.BPR Syariah
Berkah Amal Salman :
a) Faktor Internal,
1. Masih terjadi penyimpangan pada pemberian pembiayaan
2. Sistem informasi yang belum tersistem dengan cukup baik
3. Pengawasan terhadap nasabah yang belum optimal
4. Kurangnya sumber daya manusia di BPRS Berkah Amal Salman
5. Pihak manajemen BPRS yang masih belum optimal dalam mengelola pembiayaan-
pembiayaan yang bermasalah.
b) Faktor Eksternal
1. Manajemen keuangan nasabah, kurang optimalnya pengelolaan usaha yang dilakukan
nasabah dalam melakukan kegiatan usahanya.
2. Kegagalan usaha, kurangnya pengetahuan nasabah dalam membaca peluang dan
strategi pemasaran, kurangnya kehandalan pengelolaan modal dan kendali kredit dan
nasabah tidak memiliki rencana darurat untuk menghadapi masalahe konomi yang
sulit.
3. Musibah atau force majure, yang mana tidakdapat di prediksi kedatangannya.
4. Kondisi pasar yang fluktuatif
5. Ketidak konsistenan nasabah dalam mengelola keuangan usahanya masih menjadi
penyebab utama yang mempengaruhi perkembangan usaha.
6. Masih terdapat nasabah yang belum memiliki keadaan modal yang stabil setelah
mendapatkan pembiayaan, hal ini terjadi akibat ketidakmampuan nasabah dalam
mengelola keuangannya.
7. Pengeluaran yang tidak terduga oleh nasabah setiap bulannya mempengaruhi
kemampuan nasabah untuk membayar angsuran.
8. Masih terdapat nasabah yang belum memiliki penghasilan tetap.
9. Kenaikan bahan baku sangat mempengaruhi tingkat penurunan laba dan jumlah
konsumen, sehingga hal ini berdampak pada pembayaran angsuran atas pembiayaan
yang telah diajukan nasabah.
Menurut pengamatan penulis selama penelitian dilakukan, faktor-faktor yang menyebabkan
non performing financing di BPR Syariah Berkah Amal Salman adalah :
a. Faktor Internal, manajemen pengelolaan keuangan yang belum optimal dan kinerja tim
survey bank yang kurang baik.
b. Faktor Eksternal, masih kurangnya pengetahuan nasabah tentang pembiayaan, hal ini
mencangkup anggaran pendapatan dan informasi tentang angsuran.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran yang diharapkan
dapat dijadikan sebagai masukan bagi PT BPRS Berkah Amal Salman dalam menurunkan
tingkat pembiayaan (NPF) bermasalah sebagai berikut :
1. Agar diperoleh strategi pemberian kredit yang efektif dan efisien maka pihak BPRS
Berkah Amal Salman tersebut harus melakukan analisis secara mendalam mengenai
kondisi internal BPRS itu sendiri.
2. Memperbaiki strategi pemberian atau penyaluran pembiayaan. Hal yang harus dilakukan
adalah menganalisis Kondisi Nasabah dengan mengoptimalkan analisa pada unsur5C
(character, capacity, capital, collateral, dan condition).
3. Menambah sumber daya manusia, agar dapat mengurangi permasalahan pada rangkap
jabatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. AndriSoemitra, M.A., Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Prenada Media Group,
2009
2. Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2006 hal 14-15
3. Adiwarman A Karim, 2007. Bank Islam edisi ketiga- Analisis Fiqh dan Keuangan.
Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada
4. Heri Sudarsono, 34: 2004-Lembaga keuangan dan Bank Syariah
5. http.//shariaeconomy.com/2008/07/Muhammad syarif subakti Se. Msi. html-Faktor-faktor
NPF
6. Irham Fahmi, S.E., M.Si., Manajemen Risiko, Alfabeta CV. 2010
7. Muhammad Syafe’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke praktek, 2001, PT. Gema
Insani, Press.
8. Muhammad Yazid Al Quzwaini/Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah Kitabul Ahkam, Hadis
no. 2422, 1980 H : 15
9. Muhammad Mujahidin Blog-manajemen pembiayaan syariah
10. Prof. Dr.H.Buchari Alma. Manajemen Bisnis Syariah,.2009, PT. Alfabeta cv Bandung
11. Prof.Dr.Sutan Remy Sjahdeini, S.H. Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata
Hukum Perbankan Indonesia, 2005 halaman-21, PT.Pustaka Utama Grafiti Jakarta
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor.7 Tahun 1992, Tentang Prinsip-Prinsip
Pemberian Kredit
13. Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor.10 Tahun 1998, Tentang Perbankan
14. Warkum Sumitro, SH, MH. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait,
1996, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta
15. www.BPRSyariah.com
16. www.dostocs.com/docs/34023174/kesehatan-bank
17. www.google.com, manajemen pembiayaan syariah-Mujahidin Blog
18. www.google.com-mengenal BPR Syariah
19. www.google.com-undang-undang tentang perbankan syariah
20. www.Republika-Non Performing Financing (NPF)
21. www.scrib.com-Sistem Bagi Hasil Dalam Perbankan Syariah
22. www.wikipedia.com-Prinsip Bank Syariah
23. www.zonaeksis.com-karakteristik pemberian pembiayaan
top related