adon referat keracunan metanol
Post on 01-Dec-2015
30 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Dari tahun ke tahun kasus minuman oplosan sering terjadi, baru-baru ini
seorang backpacker muda asal Inggris meninggal setelah minum metanol beracun
yang saat liburan di Indonesia. Laporan kasus oleh C. Cursiefen dan A. Bergua di
Jerman menyebutkan bahwa keracunan metanol dapat menyebabkan gangguan
penglihatan berat bahkan kematian, sedangkan dalam dalam jumlah kecil
menyebabkan kerusakan sistem saraf pusat. Campuran yang digunakan sebagai
minuman oplosan bermacam-macam, salah satu diantaranya yaitu metanol,
metanol sering digunakan sebagai campuran minuman oplosan dikarenakan harga
metanol yang relatif lebih murah, produk seperti ini disebut alkohol denaturasi.1,2
Metanol merupakan alkohol yang paling sederhana, dengan rumus kimia
CH3OH. Metanol dapat diabsorbsi ke dalam kulit, saluran pernafasan atau
pencernaan dan didistribusikan ke dalam cairan tubuh. Mekanisme utama metanol
di dalam tubuh manusia adalah dengan oksidasi menjadi formaldehida, asam
format dan CO2. Metanol juga dapat disingkirkan dengan membuat muntah, dan
dalam jumlah kecil diekskresikan melalui pernafasan, keringat, dan urin.
Keracunan akibat metanol biasanya terjadi karena overdosis yang secara sengaja
atau tidak sengaja tertelan sehingga menyebabkan asidosis metabolik. 3,4
Berdasarkan tingkat bahaya yang ditimbulkan oleh metanol bila
dikonsumsi secara signifikan sehingga memberikan dampak yang negatif pada
kesehatan manusia, maka diharapkan tenaga kesehatan mampu melakukan
diagnosa suatu keracunan metanol hingga mampu memberikan penatalaksanaan
yang adekuat demi menyelamatkan jiwa.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Metanol (methyl alcohol = wood alcohol) merupakan cairan tidak
berwarna, mudah menguap dalam suhu kamar dan merupakan bahan yang banyak
dipakai dalam industri sebagai bahan yang banyak dipakai dalam industri sebagai
bahan pelarut, seperti pembersih kaca, pembersih cat. Bahan ini juga sering
dipakai pengganti alkohol oleh pecandu-pecandu alkohol, karena harganya relatif
murah. Meskipun bahan ini utamanya hanya menimbulkan gangguan kesadaran
(inebriation), bahan metabolitnya sendirin dapat menimbulkan asidosis metabolik,
kebutaan, dan kematian setelah periode laten selama 6-30 jam.4
2.2 Absorbsi dan Distribusi Metanol
Metanol diserap tubuh penyerapan rata-rata 5 menit. Tergantung pada ada
atau tidak adanya makanan dalam saluran pencernaan, puncak terjadinya
penyerapan dalam waktu 30-60 menit. Seperti pelarut organik lainnya relatif baik
diserap melalui kulit. Metanol dapat diserap melalui inhalasi, dengan rata-rata
penyerapan 0,80 jam ketika seseorang menghirup metanol 200 ppm selama 4
jam.Error: Reference source not found
Pada seseorang yang mengonsumsi metanol memiliki waktu distribusi
rata-rata 8 menit. Penyerapan cepat dan distribusi hasil metanol dalam konsentrasi
puncak dalam terjadi dalam 30 – 60 menit.Error: Reference source not found
2.3 Metabolisme Metanol
Metanol lebih bersifat toksik dibandingkan dengan etanol. Toksisitas
metanol semakin meningkat disebabkan oleh stukturnya yang tidak murni.
Metanol diekskresikan secara lambat di dalam tubuh dan kemudian secara
kumulatif metanol dapat bersifat toksik di dalam tubuh. Selama penelanan
metanol secara cepat diabsorbsi dalam traktus gastrointestinal dan dimetabolisme
dihati. Pada langkah pertama dari degradasi, metanol diubah menjadi formaldehid
oleh enzim alkohol dehidrogenase. Reaksi ini lebih lambat dari reaksi kedua,
oksidasi dari formaldehid menjadi asam format oleh enzim aldehid dehidrogenase.
Oksidasi ini berlangsung cepat sehingga hanya sedikit formaldehid yang
2
terakumulasi dalam serum. Hal ini menjelaskan latensi dari gejala antara
penelanan dan timbulnya efek. Waktu paruh dari formaldehid adalah sekitar 1-2
menit.5
Asam format kemudian dioksidasi menjadi karbondioksida dan air oleh
tetrahidrofolat. Metabolisme dari asam format sangat lambat sehingga dapat
terakumulasi di dalam tubuh yang menimbulkan asidosis metabolik. Asam format
juga menghambat respirasi seluler sehingga terjadi asidosis laktat.Error:
Reference source not found
Metanol yang telah diabsorbsi, dimetabolisme di dalam tubuh di hepar
melalui proses oksidasi. Jika dikonsumsi berlebihan, konsentrasi metanol dalam
darah akan meningkat dan orang tersebut akan mulai menunjukkan keluhan dan
gejala keracunan alkohol, kecuali orang tersebut telah mengalami toleransi
terhadap metanol. Metanol dalam jumlah yang maksimum yaitu 300 ml metanol
murni, dapat dimetabolisme dalam tubuh dalam 24 jam. Keracunan metanol dapat
menyebabkan gangguan pada hepar dan ginjal.5
Gambar 1. Metabolisme Metanol
2.4 Diagnosis
2.4.1 Manifestasi Klinis
Gejala awal yang timbul setelah keracunan metanol adalah gejala yang
terjadi karena depresi sistem saraf pusat seperti sakit kepala, pusing, mual,
koordinasi terganggu, kebingungan dan pada dosis yang tinggi tidak sadarkan diri
dan kematian. Gejala awal ini lebih ringan dari yang terjadi pada keracunan
etanol.4
3
Bila gejala awal telah dilalui rangkaian kedua dari gejala akan terjadi 10-
30 jam setelah paparan awal terhadap metanol. Akumulasi asam format pada saraf
optik dapat menyebabkan penglihatan kabur. Hilangnya penglihatan secara total
dapat disebabkan oleh berhentinya fungsi mitokondria pada saraf optik dimana
terjadi hiperemi, edema dan atropi saraf optik. Demielinisasi saraf optik juga
dapat terjadi karena penghancuran mielin oleh asam format. Akumulasi asam
format didalam darah dapat menyebabkan asidosis metabolik. Interval antara
masuknya racun sampai timbulnya gejala berhubungan dengan volume metanol
yang tertelan. Kadar metanol dalam darah mencapai puncaknya setelah 30-90
menit. Dosis letal minimal adalah 1 mg/kg bb. Asidosis merupakan faktor primer
dari keracunan metanol dan depresi dari sistem saraf pusat adalah faktor yang
minor.4,5
Ketika metabolime metanol telah berlangsung asidosis metabolik dengan
anion gap yang berat akan terjadi. Asidosis metabolik yang berat yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan adalah tanda dari keracunan metanol.
Pasien biasanya mengalami penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau perubahan
dari persepsi warna. Bisa juga terjadi pengecilan lapangan pandang dan terkadang
kehilangan penglihatan secara total. Tanda khas dari disfungsi penglihatan
termasuk dilatasi pupil dan hilangnya reflek pupil.5
Tanda dan gejala lebih lanjut dapat terjadi pernafasan dangkal, sianosis,
takipneu, koma, kejang, gangguan elektrolit dan perubahan hemodinamik yang
bervariasi termasuk hipertensi dan cardiac arrest. Dapat juga terjadi gangguan
memori yang ringan sampai berat, agitasi yang dapat berlanjut menjadi stupor dan
koma sejalan dengan memberatnya asidosis. Pada kasus yang berat dapat terjadi
kematian. Pasien yang bertahan dapat menderita gejala sisa seperti kebutaan yang
permanen atau defisit neurologis yang lain.5
2.4.2 Pemeriksaan lab
Pemeriksaan lab pada ginjal didapatkan rendahnya kadar bikarbonat serum
karena terjadi asidosis metabolik. Peningkatan anion gap disebabkan karena
peningkatan kadar laktat dan keton, hal ini dapat terjadi kemungkinan karena
akumulasi asam format. Dapat juga terjadi peningkatan osmolar gap, hal ini bukan
merupakan temuan yang spesifik karena menunjukkan adanya suatu larutan
4
dengan berat molekul rendah seperti etanol, alkohol lain, mannitol, glisin, lemak
atau protein. Diagnosis definitive dari keracunan metanol dapat dilihat dari
peningkatan kadar metanol serum yang dapat diukur dengan gas chromathography
namun hal ini tidak berkorelasi dengan tingkat keracunan dan merupakan
indikator yang baik untuk prognosis.5
2.5 Penatalaksanaan Keracunan Metanol
Keracunan metanol berat dijumpai pada pecandu alkohol kronis dan
mungkin tidak dapat dikenal kecuali dijumpai gejala yang khas. Karena metanol
dan metabolit formatnya merupakan toksin yang lebih kuat dari etanol, maka
penting bahwa pasien yang keracunan metanol dikenali dan diobati secepat
mungkin.5
Gejala awal yang penting dari keracunan metanol ialah gangguan visual,
sering kali dijelaskan sebagai “berada dalam badai salju”. Gangguan visual
merupakan keluhan umum epidemis keracunan metanol. Keluhan penglihatan
kabur dengan kesadaran relatif baik merupakan suatu petunjuk kuat untuk
keracunan metanol. Dalam kasus-kasus berat, bau formaldehid tercium melalui
pernafasan dan urin. Timbul bradikardia, koma yang lama, kejang, dan asidosis
yang menetap.5
Hasil pemeriksaan fisik pada keracunan metanol biasanya tidak spesifik.
Midriasis yang menetap merupakan tanda keracunan berat. Atropi saraf optik
merupakan tanda lanjut. Penyebab kematian dalam kasus fatal ialah berhentinya
pernafasan secara mendadak. Hal yang sangat penting yakni menentukan kadar
metanol dalam darah secepat mungkin bila diduga suatu keracunan metanol. Bila
dugaan klinik keracunan metanol cukup kuat, pengobatan tidak boleh terlambat.5
Kadar metanol lebih dari 30 mg/dL, merupakan indikasi mutlak untuk
hemodialis dan pengobatan dengan etanol meskipun kadar format dalam darah
merupakan indikasi yang lebih baik. Hasil laboratorium tambahan termasuk
asidosis metabolik dengan peningkatan anion gap dan osmolar gap. Penurunan
serum bilirubin merupakan gambaran yang seragam dari keracunan metanol
berat.4
Pengobatan pertama untuk keracunan metanol, seperti pada keadaan kritis
keracunan, ialah untuk mengatasi problem pernafasan, dengan melakukan
5
trakeotomi bila perlu. Pengeluaran isi lambung dengan muntah, pada pasien yang
tidak koma, tidak mengalami kejang, dan tidak kehilangan refleks muntah. Bila
salah satu dari kontraindikasi ini ada, maka harus dilakukan intubasi endotrakeal
dan bilasan lambung dengan selang berdiameter besar setelah saluran nafas
terlindungi.4
Ada tiga cara yang spesifik untuk keracunan metanol berat; penekanan
metabolisme oleh alkohol dehidrogenase untuk pembentukan produk-produk
toksiknya, dialisis untuk meningkatkan bersihan metanol dan produk toksiknya,
serta alkalinasi untuk menetralkan asidosis metabolik.5
Karena etanol berkompetisi untuk membentuk alkohol dehidrogenase,
yang bertanggung jawab untuk memetabolisme metanol menjadi asam format,
perlu untuk menjenuhkan enzim ini dengan etanol yang kurang toksik.
Metabolisme etanol yang dicirikan tergantung pada dosis dan variabilitas yang
disebabkan oleh asupan etanol kronis memerlukan pemantauan yang berulang-
ulang untuk meyakinkan konsentrasi alkohol yang tepat. Etanol diberikan secara
intravena sebagai larutan 10%. 4-Metilpirazol, suatu penghambat alkohol
dehidrogenase yang kuat, dapat berguna sebagai penunjang dalam keracunan
metanol bila tersedia penuh untuk digunakan manusia.5
Dengan dimulainya prosedur dialisis, maka etanol akan hilang dalam
dialisat. Dialisis direkomendasikan untuk pasien yang mengalami gangguan
penglihatan, kadar metanol dalam darah 20 mg/dL atau lebih, menelan lebih dari
30 ml metanol dan asidosis berat yang tidak dapat dikoreksi dengan bikarbonat.5
1. Hemawati, Retno. Keracunan Metanol, Backpacker Inggris Meninggal di Indonesia (serial online). 2013 [cited: 2013 Mei 20] May 18. Available from: http://www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/05/18/912/154739/Keracunan-Metanol-Backpacker-Inggris-Meninggal-di-Indonesia-2. Cursiefen C, Bergua A. Acute bilateral blindness caused by accidental metanol intoxication during fire "eating". Br J Ophthalmol [serial on the internet]. 2002 [cited 2013 May 18]; 86: 1064-1065. Available from: http://bjo.bmj.com/content/86/9/1064.extract
3. Katzung, Bertram G. Alkohol. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VI. EGC: Jakarta. hal. 369-379. 1998.
4. Korabathina, Kalyani. Methanol Toxicity Treatment & Management. 2009 [Updated 2009 Nov 9 ; cited 2013 May 18] Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1174890-overview
6
Alkalinisasi adalah terapi yang paling lama dipakai bertujuan untuk
mengatasi asidosis dan diperlukan dosis yang sangat besar dari sodium
bikarbonat. Karena sistem-sistem yang bergantung pada folat bertanggung jawab
dalam oksidasi pembentukan asam format menjadi CO2 pada manusia, maka
mungkin berguna untuk memberikan asam folat kepada pasien-pasien yang
keracunan metanol, meskipun belum pernah diuji secara lengkap dalam uji klinik.5
7
BAB III
KESIMPULAN
Keracunan metanol merupakan suatu keracunan yang menimbulkan
kegawatan medis yang akut, dan sering terjadi di negara kita yang dapat
menyebabkan morbiditas dan bahkan kematian. Metanol mempengaruhi berbagai
sistem organ di dalam tubuh. Metanol dapat diabsorpsi ke dalam kulit, saluran
pernafasan atau pencernaan dan didistribusikan ke dalam cairan tubuh.
Mekanisme utama metanol di dalam tubuh manusia adalah dengan oksidasi
menjadi formaldehid, asam format, dan CO2.
Metanol mempengaruhi berbagai sistem organ di dalam tubuh. Gejala
awal berupa depresi sistem saraf pusat seperti sakit kepala, pusing, mual,
koordinasi terganggu, kebingungan dan pada dosis yang tinggi tidak sadarkan diri
dan kematian. Gejala lebih lanjut berupa gangguan penglihatan, asidosis sampai
dapat terjadi pernafasan dangkal, sianosis, takipneu, koma, kejang, gangguan
elektrolit dan perubahan hemodinamik yang bervariasi termasuk hipertensi dan
cardiac arrest. Diagnosis dini serta penanganan yang tepat dan cepat dapat
memberikan prognosis yang baik.
Berdasarkan tingkat bahaya yang ditimbulkan oleh metanol bila
dikonsumsi secara signifikan sehingga memberikan dampak yang negatif pada
kesehatan manusia, maka diharapkan tenaga kesehatan mampu melakukan
diagnosa suatu keracunan metanol hingga mampu memberikan penatalaksanaan
yang adekuat demi menyelamatkan jiwa.
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Hemawati, Retno. Keracunan Metanol, Backpacker Inggris Meninggal di Indonesia (serial online). 2013 [cited: 2013 Mei 20] May 18. Available from: http://www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/05/18/912/154739/Keracunan-Metanol-Backpacker-Inggris-Meninggal-di-Indonesia-
2. Cursiefen C, Bergua A. Acute bilateral blindness caused by accidental metanol intoxication during fire "eating". Br J Ophthalmol [serial on the internet]. 2002 [cited 2013 May 18]; 86: 1064-1065. Available from: http://bjo.bmj.com/content/86/9/1064.extract
3. Katzung, Bertram G. Alkohol. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VI. EGC: Jakarta. hal. 369-379. 1998.
4. Korabathina, Kalyani. Methanol Toxicity Treatment & Management. 2009 [Updated 2009 Nov 9 ; cited 2013 May 18] Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1174890-overview
5. Barceloux, Donald G et al. American Academy of Clinical Toxicology Practice Guidelines on the Treatment of Methanol Poisoning. American Academy of Clinical Toxicology, 40(4), 415–446 (2002). cited 2013 May 18. Available from: http://www.med.ut.ee/orb.aw/class=file/action=preview/id=1058561/2002-Methanol+poisoning+Treatment+guidelines-Barceloux-ClinTox.pdf
9
5. Barceloux, Donald G et al. American Academy of Clinical Toxicology Practice Guidelines on the Treatment of Methanol Poisoning. American Academy of Clinical Toxicology, 40(4), 415–446 (2002). cited 2013 May 18. Available from: http://www.med.ut.ee/orb.aw/class=file/action=preview/id=1058561/2002-Methanol+poisoning+Treatment+guidelines-Barceloux-ClinTox.pdf
10
top related