addison
Post on 29-Jan-2016
12 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Addison adalah kelainan endokrin atau hormon yang terjadi pada semua
kelompok umur dan menimpa pria-pria dan wanita-wanita sama rata. Penyakit
dikarakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot, kelelahan, tekanan darah
rendah, dan adakalanya penggelapan kulit pada kedua-duanya yaitu bagian-bagian tubuh
yang terbuka dan tidak terbuka.
Gejala-gejala dari ketidakcukupan adrenal biasanya mulainya secara berangsur-
angsur. Karakteristik-karakteristik dari penyakit adalah:
• kelelahan yang memburuk kronis.
• kelemahan otot.
• kehilangan nafsu makan.
• kehilangan berat badan.
Kira-kira 50 persen dari waktunya, seseorang akan mencatat:
• mual.
• muntah.
• diare
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana ASUHAN KEPERAWATAN pada penyakit addison??
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang penyakit addison.
2. Untuk digunakan sebagai pengetahuan dalam proses keperawatan.
3. Untuk diterapkan dalam praktek keperawatan.
1
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormon yang terjadi pada
semua kelompok umur dan menimpa pria – pria dan wanita – wanita sama rata.
Penyakit di karakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot,
kelelahan, tekanan darah rendah dan adakalanya penggelapan kulit pada kedua –
duanya yaitu bagian – bagian tubuh yang terbuka dan tidak terbuka.
(http:/www.total kesehatan nanda.com/Addison 4html)
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon – hormon korteks
adrenal (soediman,1996)
Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau
atrofik, biasanya auto imun atau tuberkulosa (baroon, 1994)
Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal
(keperawatan medical bedah, bruner, dan suddart edisi 8 hal 1325)
Penyakit Addison adalah kekurangan partikal ssekresi hormon korteks adrenal.
Keadaan seperti ini terlihat pada hipoado tironisme yang hanya mengenal zona
glomeruluna dan sakresi aldosteron pada sindrom adrenogenetal dimana
gangguan enzim menghambat sekresi steoid (Patofisiologi Edisi 2 Hal 296)
2.2 Etiologi
Penyakit ini dapat disebabkan oleh penyakit tuberculosis, histoplasmosis. Tetapi
penyebab yang tersering adalah kesalahan sistem imun sehingga menyerang organ
fisiologis dalam tubuh, dalam hal ini adalah kelenjar adrenal. Beberapa penyebab dari
penyakit addison :
a. Tuberculosis.
b. Histo plasmosis.
2
c. Koksidiodomikosisd.
d. Kriptokokissie.
e. Pengangkatan kedua kelenjar adrenal.
f. Kanker metastatik (Ca. Paru, Lambung, Payudara, Melanoma, Limfoma).
g. Adrenalitis auto imun.
2.3 Epidemiologi
Penyakit addison jarang dijumpai dan memiliki prevalensi 4 dari 100.000 orang ; 2/3
pasien adalah perempuan.diagnosis ditegakan antara usia 20 dan 50 tahun. Dahulu,
tuberkulosis adalah penyebab utama penyakit addison. Saat ini dengan kemoterapi yang
lebih baik,hanya sedikit pasien tuberkulosis yang mengalami insufesiensi adrenal.
2.4 Faktor predisposisi.
penyakit addison atau insufiensi adrenal dapat terjadi ketika seseorang menghentikan
penggunaan obat steroid,atau karena trauma ,pembedahan atau gabungan dari beberapa
stres fisiologis ,penurunan cadangan glikokortikoid pada seseorang dengan hipofungsi
adrenal.
2.5 Manifestasi Klinik.
a. Gejala awal : kelemahan, fatique, anoreksia, hausea, muntah, BB menurun,
hipotensi, dan hipoglikemi.
b. Astenia (gejala cardinal) : pasien kelemahan yang berlebih.
c. Hiperpiqmentasi : menghitam seperti perunggu, coklat seperti terkena sinar
matahari, biasanya pada kulit buku jari, lutut, siku.
d. Rambut pubis dan aksilaris berkurang pada perempuan.
e. Hipotensi arterial (td : 80/50 mmHg/kurang).
f. Abnormalitas fungsi gastrointestinal
2.6 Patofisiologi.
Antigen adrenal spesifik yang autoantibodinya meliputi 21-hidroksilase
(CYP21A2) dan enzim pemecah rantai mungkin bertanggung jawab atas serangkaian
proses yang menyebabkan insufisiensi meskipun tidak diketahui apakah antibody ini
3
secara signifikan dapat menyebabkan insufisiensi kelenjar adrenal. Beberapa antibody
menyebabkan insufisiensi adrenal dengan memblok proses pengikatan ACTH dengan
reseptornya.
2.7 Komplikasi.
a. Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam).
b. Kolaps sirkulasi.
c. Dehidrasi.
d. Hiperkalemiae.
e. Sepsis.
f. Ca. Paru.
g. Diabetes melitus
2.8 Pemeriksaan Penunjang.
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Penurunan konsentrasi glukosa dan natrium (hipoglikemia dan hiponatrium)
- Peningkatan konsentrasi kalium serum (hiperkalemia)
- Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
- Penurunan kadar kortisol serum
- Kadar kortisol plasma rendah.
b. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi diadrenal.
c. CT Scan.
Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive hubungannya dengan
insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltrasi malignan dan non
malignan dan hemoragik adrenal.
d. Gambaran EKG
4
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal
sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik.
e. Tes stimulating ACTH.
Cortisol adarah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari
ACTH diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendek cepat.
Penyukuran cortisol dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit setelah suatu
suntikan ACTH adalah suatu kenaikan tingkatan – tingkatan cortisol dalam darah
dan urin.
f. Tes Stimulating CRH.
Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH
“Panjang” diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak cukupan adrenal.
Pada tes ini, CRH sintetik di suntikkan secara intravena dan cortisol darah diukur
sebelum dan 30, 60 ,90 dan 120 menit setelah suntikan. Pasien – pasien dengan
ketidak cukupan adrenal seunder memp. Respon kekurangan cortisol namun tidak
hadir / penundaan respon – respon ACTH. Ketidakhadiran respon – respon ACTH
menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ; suatu penundaan respon ACTH
menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.
2.9 Penatalaksanaan
a. Medik:
1. Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu
dosis 12,5 – 50 mg/hr.
2. Hidrkortison (solu – cortef) disuntikan secara IV.
3. Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti
kortisol.
4. Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline.
5. Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral
5
b. Keperawatan:
1. Pengukuran TTV.
2. Memberikan rasa nyaman dengan mengatur / menyediakan waktu istirahat
pasien.
3. Menempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai
ditinggikan.
4. Memberikan suplemen makanan dengan penambahan garam.
5. Fallow up : mempertahankan berat badan, tekanan darah dan elektrolit yang
normal disertai regresi gambaran klinis.
6. Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala yang
menunjukan adanya krisis Addison.
2.10 Merawat Penyakit Addison.
Perawatan penyakit Addison melibatkan penggantian, atau substitusi, hormon-
hormon yang sedang tidak dibuat kelenjar-kelenjar adrenal. Cortisol digantikan secara
oral dengan tablet-tablet hydrocortisone, glukokortikoid sintetik, yang dikonsumsi
sekali atau duakali sehari. Jika aldosteron juga tak mencukupi, ia digantikan dengan
dosis-dosis oral dari mineralocorticoid yang disebut fludrocortisone acetate (Florinef),
yang dikonsumsi sekali sehari. Pasien-pasien yang menerima terapi penggantian
aldosteron biasanya dinasehati oleh seorang dokter untuk meningkatkan pemasukkan
garam mereka. Karena pasien-pasien dengan ketidakcukupan adrenal sekunder secara
normal mempertahankan produksi aldosteron, mereka tidak memerlukan terapi
penggantian aldosteron. Dosis-dosis dari setiap obat-obat ini disesuaikan untuk
memenuhi keperluan-keperluan dari pasien-pasien perorangan.
Selama krisis addisonian, tekanan darah rendah, glukosa darah yang rendah,
dan tingkatan-tingkatan potassium yang tinggi dapat mengancam nyawa. Terapi
standar melibatkan suntikan-suntikan intravena dari hydrocortisone, saline (air
garam), dan dextrose (gula). Perawatan ini umumnya membawa perbaikan yang
cepat. Ketika pasien-pasien dapat mengkonsumsi cairan-cairan dan obat-obatan secara
6
oral (mulut), jumlah hydrocortisone dikurangi hingga dosis pemeliharaan tercapai.
Jika aldosterone tak mencukupi, terapi pemeliharaan juga memasukkan dosis-dosis
oral dari fludrocortisone acetate.
Pasien-pasien dengan ketidakcukupan adrenal yang kronis yang memerlukan
operasi dengan pembiusan umum dirawat dengan suntikan-suntikan hydrocortisone
dan saline. Suntikan-suntikan mulai pada malam hari sebelum operasi dan berlanjut
hingga pasien-pasien sadar sepenuhnya dan mampu meminum obat melalui mulut.
7
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Identitas
Penyakit Addison bisa terjadi pada laki – laki maupun perempuan yang mengalami krisis
adrenal
3.2. Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh kelemahan, fatique, nausea dan muntah.
3.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita tuberkulosis, hipoglikemia maupun ca paru,
payudara dan limpama
3.4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala awal :
kelemahan, fatiquw, anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan hipoglikemi,
astenia (gejala cardinal). Pasien lemah yang berlebih, hiperpigmentasi, rambut pubis dan
axila berkurang pada perempuan, hipotensi arterial (TD : 80/50 mm)
3.5. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama /
penyakit autoimun yang lain.
3.6. Pemeriksaan Fisik ( Body Of System)
a. Sistem Pernapasan
8
I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot bantu
pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung
P : Terdapat pergesekan dada tinggi
P : Resonan
A : Terdapat suara ronkhi, krekels pada keadaan infeksi
b. Sistem Cardiovaskuler
I : Ictus Cordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra
P : Redup
A : Suara jantung melemah
c. Sistem Pencernaan
· Mulut dan tenggorokan : nafsu makan menurun, bibir kering
· Abdomen : I : Bentuk simetris
A: Bising usus meningkat
P : Nyeri tekan karena ada kram abdomen
P : Timpani
d. Sistem muskuluskeletal dan integumen
Ekstremitas atas : terdapat nyeri
Ekstremitas bawah : terdapat nyeri
Penurunan tonus otot
9
e. Sistem Endokrin
Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab. Diagnostik ACTH
meningkat
Integumen à Turgor kulit jelek, membran mukosa kering, ekstremitas dingin,cyanosis,
pucat, terjadi piperpigmentasi di bagian distal ekstremitas dan buku –
buku pad ajari, siku dan mebran mukosa
f. Sistem Eliminasi Uri
Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi dan krakteristik urin
g. Eliminasi Alvi
Diare sampai terjadi konstipasi, kram abdomen
h. Sistem Neurosensori
Pusning, sinkope, gemetar, kelemahan otot, kesemutan terjadi disorientasi waktu,
tempat, ruang (karena kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka
rangsangan, cemas, koma ( dalam keadaan krisis)
i. Nyeri / kenyamanan
Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang belakang, abdomen, ekstremitas
j. Keamanan
Tidak to0leran terhadap panas, cuaca udaha panas, penngkatan suhu, demam yang
diikuti hipotermi (keadaan krisis)
k. Aktivitas / Istirahat
Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap hari), tidak mampu
beraktivitas / bekerja. Peningkatan denyut jantung / denyut nadi pada aktivitas yang
minimal, penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.
10
l. Seksualitas
Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda – tanda seks sekunder
(berkurang rambut – rambut pada tubuh terutama pada wanita) hilangnya libido
m. Integritas Ego
Adanya riwayat – riwayat fasctros stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik atau
pembedahan, ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.
3.7 Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan cairan
melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran GIT ( karena kekurangan aldosteron).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual, muntah,
anoreksia) defisiensi glukontikord.
3. Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan
karakteristik tubuh.
4. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi ditandai dengan anxietasIntervensi
11
3.8 Intervensi
No
DX
Tujuan Kriteria Hasil Tindakan
Keperawatan
Rasional
1. Setelah diberikan
tindakan kep
selama ....x24
jam diharapkan
volume cairan
terpenuhi.
1)pengeluaran urine
yang adekuat (batas
normal) tanda-
tanda vital stabil
tekanan nadi perifer
jelas,turgor kulit
baik,pengisiian
kapiler baik,dan
membran mukosa
lembab/basah.
MANDIRI :
1) pantau tanda
vital,catat perubahan
tekanan pada
perubahan posisi,
kekuatan dari nadi
perifer.
2)ukur dan timbang
berat badan setiap
hari
3) auskultasi bising
usus(peristaltic
usus). Catat dan
laporkan adanya
mual,muntah dan
diare
4) pertahankan
kenyamanan
lingkungan .lindungi
pasien dari cahaya
dengan selimut atau
MANDIRI:
1) hipotensi pastural
merupakan bagian
hipovolemia akibat
kekurangan hormone
aldesteron dan
penurunan curah
jantung sebagai akibat
dari penurunan
kortisol.
2) memberikan
perkiraan kebutuhan
akan penggantian
volume cairan dan
keefektifan
pengobatan
3) kerusakan fungsi
saluran cerna dapat
meningkatkan
kehilangan cairan dan
elektrolit dapat
12
sejenisnya
KOLABORASI:
1)berikan cairan
NACL 0.9 %
( normal saline)
mempengaruhi cara
untuk pemberian
cairan dan nutrisi
4) menghindari panas
berlebihan akan dapat
meningkatkan
kehilangan cairan
KOLABORASI :
1)dengan pemberian
NaCl 0.9% melalui
IV sebanyak 500-
1000ml/jam dapat
mengatasi kekurangan
natrium yang telah
terjadi.
2. Setelah diberikan
tindakan kep
selama ....x24
jam diharapkan
pemenuhan
nutrisi pasien
terpenuhi.
1)berat badan
pasien
meningkat,nafsu
makan meningkat .
MANDIRI:
1) auskultasi bising
usus dan kaji apakah
ada nyeri perut, mual
atau muntah
2) pantau pemasukan
makanan dan
timbang berat badan
tiap hari.
3) berikan atau bantu
perawatan mulut
MANDIRI :
1) kekurangan kortisol
dapat menyebabkan
gejala gastrointestinal
berat yang
mempengaruhi
pencernaan dan
obsorpsi dari makanan
2) anoreksia,
kelemahan dan
kehilangan pengaturan
metabolism oleh
kortisol terhadap
makanan dapat
mengakibatkan
penurunan berat
13
KOLABORASI :
1)Berikan glukosa
intravena dan obat
obatan sesuai
indikasi
badan dan terjadinya
malturasi yang serius.
3) mulut yang bersih
dapat meningkatkan
nafsu makan
KOLABORASI:
1)memperbaiki
hipoglikemia,memberi
sumber energi untuk
fungsi seluler,
3. Setelah diberikan
tindakan kep
selama ....x24
jam diharapkan
pasien dapat
mengungkapan
penerimaan
terhadap keadaan
diri sendri
diungkapkan
secara verbal.
1)pasien dapt
menunjukan
kemampuan
beradaptasi
terhadap perubahan
yang terjadi
ditandai dengan
merencanakan
tujuan yang realistik
dan berpartisipasi
dlam bekerja
bernain dan
berhubungan
dengan orang lain.
MANDIRI :
1) dorong pasien
untuk membuat
pilihan dan
berpartisipasi dalam
perawatan diri
sendiri.
2) mengajari teknik
relaksasi dan
member bimbingan
imajinasi
KOLABORASI :
1)rujuk kepelayanan
sosial,konseling dan
MANDIRI:
1) dapat membantu
peningkatan rasa
percaya
diri,memperbaiki
harga diri,
menurunkan
pemikiran terus
menerus terhadap
perubahan, dan
meningkatkan
perasaan terhadap
pengendalian diri
2) meminimalkan
perasaan stress,
frustasi, dan
meningkatkan
kemampuan untuk
14
kelompok
pendukung sesuia
kebutuhan .
mengendalikan diri
KOLABORASI :
1)pendekatan secara
konperehensif dapat
membantu memenuhi
kebutuhan pasien
untuk memelihara
tingkah laku koping.
4. Setelah diberikan
tindakan kep
selama ....x24
jam diharapkan
pasien dapat
mengungkapkan
pemahamnya
tentang
penyakit ,progno
sis dan
pengobatanya
1)pasien dapat
mengidentifikasikan
tanda dan gejala
pada proses
penyakit dan
penyebabnya
MANDIRI :
1) menjelasan
kepada pasien
tentang penyakit
yang diderita.
2) sarankan pasien
untuk tetap
mempertahankan
secara aktif jadwal
yang teratur dalam
makan, tidur dan
latihan
MANDIRI :
1) memberikan
pengetahuan pasien
yang dapat memilih
berdasarkan informasi
2) membantu untuk
perasaan
menyenangkan,sehat
dan untuk memahami
bahwa aktivitas fisik
yang tidak teratur
dapat meningkatkan
kebutuhan hormone
15
3.9 Evaluasi
No.dx Evaluasi
1. pengeluaran urine pasien adekuat (batas normal) tanda tanda vital stabil
tekanan nadi perifer jelas,turgor kulit baik,pengisiian kapiler baik,dan
membran mukosa lembab/basah.
2. berat badan pasien meningkat,nafsu makan meningkat .
3. pasien dapt menunjukan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi ditandai dengan merencanakan tujuan yang realistik dan
berpartisipasi dlam bekerja bernain dan berhubungan dengan orang lain.
4. pasien dapat mengidentifikasikan tanda dan gejala pada proses penyakit dan
penyebabnya
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit Addison dapat menyebabkan sifat lekas marah (mudah terangsang)
dan depresi. Karena kehilangan garam, permintaan untuk makanan-makanan
bergaram juga adalah umum. Hypoglycemia, atau glukosa darah yang rendah, adalah
lebih berat/parah pada anak-anak daripada pada dewasa-dewasa. Pada wanita-wanita,
periode-periode menstrual mungkin menjadi tidak teratur atau berhenti.Karena gejala-
gejala majunya secara perlahan, mereka umumnya diabaikan hingga kejadian yang
penuh stress seperti penyakit atau kecelakaan menyebabkan mereka menjadi lebih
buruk. Ini disebut krisis addisonian, atau ketidakcukupan adrenal yang akut. Pada
kebanyakan kasus-kasus, gejala-gejala cukup berat sehingga pasien-pasien mencari
perawatan medis sebelum krisis terjadi. Bagaimanapun, pada kira-kira 25 persen dari
pasien-pasien, gejala-gejala pertama kali nampak selama krisis addisonian.
Gejala-gejala dari krisis addisonian termasuk:
• nyeri menembus yang tiba-tiba pada punggung bawah, perut, atau kaki-kaki.
• muntah dan diare yang berat.
• dehidrasi.
• tekanan darah rendah.
• kehlangan kesadaran.
Ditinggalkan tidak dirawat, krisis addisonian dapat menjadi fatal.
17
DAFTAR PUSTAKA
Adnan HM. Artritis Reumatoid. Dalam Suparman dkk, eds. Ilmu Penyakit Dalam. Persatuan Ahli
Penyakit Dalam Indonesia, Edisi Pertama, Jakarta, 1989; Jilid I : 694-713.
Anderson RJ. Rheumatoid arthritis. Clinical features and laboratory. Dalam : Schumacher Jr. HR,
Klippel JH. Koopman WJ, ads. Primer on the Rheumatic Diseases. The Arthritis Foundation,
Atlanta, 1993; 90-95.
Keliigren JH. Heberden Oration, 1963. The epidemiology of rheumatic diseases. Ann Rheum Dis
1964; 23: 109-22.
Tulaar ABM. Rehabilitasi pada rheumatoid arthritis. Bul Reum ind 1994; 1 (3): 7-8.
Nanda ,diagnosa keperawatan,definisi dan klasifikasi 2005-2006
Doenges E. Marilynn dkk,2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
18
top related