139709699 refrat jurnal b
Post on 26-Oct-2015
8 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Rossy Marlina Ngahu G0006Nur Ain binti G0006Hida Fitriana RP G9911112Elsa Rosalina G9911112061
Dika Ambar Kusuma G9911112Indana Zulfa Zakiah G9911112Adelia Kartikasari G9911112Anisa Prastiwi G9911112
Referensi Artikel
Depresi yang resisten terhadap pengobatan dan mortalitas setelah
sindrom koroner akut
Oleh:
Kepaniteraan Klinik SMF/ Bagian Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran UNS/ RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
Robert M. Carney, Kenneth E. Freedland
Dipublikasikan di:Am. 17 Maret 2012; 379(9820): 1045–1055
Depresi yang resisten terhadap pengobatan dan mortalitas setelah
sindrom koroner akut
terutama setelah sindrom koroner akut
faktor risiko morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan penyakit jantung koroner,
Depresi
Arah untuk
penelitian di masa datang
Perhatian khusus pada usaha-usaha untuk menjelaskan mekanisme yang
mendasari
Mengembangkan pengobatan efektif dalam menangani
depresi pada pasien-pasien dengan
penyakit jantung koroner.
Kumpulan keterangan dari beberapa studi terbaru
menyarankan
adanya kemungkinan depresi utama yang resisten
pengobatan
mungkin merupakan bentuk depresi yang jelas memiliki risiko tinggi
pada pasien-pasien setelah sindrom koroner akut
50% dari pasien depresi memiliki respon yang adekuat pada terapi
15% memiliki respon partial
20% - 35% diklasifikasikan sebagai
tidak berespon
Beberapa pasien menjadi depresi yang lebih berat setelah diberikan terapi
inisiasi
Terdapat jangkauan yang luas dari respon
pengobatan depresi, meluas mulai dari remisi
penuh hingga respon partial, tidak berespon, atau deteriorasi
Pendekatan yang bervariasi untuk
mengatasi resisten terhadap
pengobatan
Uji Sequenced Treatment
alternatives to Relieve Depression
(STAR*D)
• Terapi sekuensial• Terapi kombinasi • Terapi tambahan
• usaha yang paling luas dalam mengidentifikasi strategi-strategi yang efektif
• untuk mengatasi depresi yang sukar disembuhkan pada kondisi-kondisi yang serupa yang dijumpai pada praktek klinis
hubungan yang kuat antara terapi yang tidak berespon dan kematian diantara pasien pada
kelompok intervensi yang menerima baik sertraline dan CBT dibandingkan mereka yang hanya
menerima CBT.
Uji klinis, multisenter, acak, terkontroldirancang untuk menentukan apakah mengatasi depresi dan
dukungan sosial yang rendah mengurangi risiko rekurensi infark dan kematian setelah serangan infark miokard akut.
meyakinkan bahwa paparan pada intervensi ENRICHD mengidentifikasi pasien-pasien dengan
risiko tinggi berdasarkan sub tipe depresi, misalnya depresi yang tidak berespon dengan standar terapi
antidepresan
diantara pasien-pasien pada kelompok perawatan yang mengambil bukan studi antidepresan,
terdapat perbedaan dua kali lipat pada mortalitas diantara mereka yang menunjukkan respon terbaik
dan terburuk
Pasien Sampel (diuji selama 6 bulan)
Intervensi Perawatan Biasa
15% menerima pengobatan
Mengalami perbaikan
Tidak mengalami perbaikan
85% tidak menerima pengobatan
Bila mendapat pengobatan
Mungkin tidak bisa mencapai
remisi
Mungkin berespon
sangat baik
Meskipun ukuran contoh kelompok sedikit dan efeknya tidak signifikan
terdapat hubungan yang kuat antara terapi yang tidak berespon dan kematian
Pasien intervensi
Sertraline + CBT CBT
Meskipun ukuran contoh kelompok sedikit dan efeknya tidak signifikan
terdapat hubungan yang kuat antara terapi yang tidak berespon dan kematian
Perbandingan Mortalitas pada pasien perawatan biasa
Berespon terbaik (2)
Berespon terburuk (1)
MIND-IT(24 minggu)
Perawatan biasa Mirtazapine placebo
+ CITALOPRAM YANG DIBUKA LABELNYA (untuk pasien yang tidak berespon
terhadap pengobatan)
De Jonge et.al
MIND-IT (24 minggu)
Berespon(perbaikan ≥ 50%
pada HAM-D)
Tidak berespon(perbaikan < 50%
pada HAM-D)
De Jonge et.al
MIND-IT (18 bulan)
berespon
Insidensi penyakit jantung 7%
Tidak berespon
Insidensi penyakit jantung 26%
Tidak menerima pengobatan
Insidensi penyakit jantung 11%
MIND-IT
Berespon Tidak berespon
• Umur• Fraksi ejeksi ventrikel sinistra
• kelas Killip• Charlson Comorbidity index• Prevalensi penyakit diabetes,
CVD, peripheral vaskuler, hiperkolesterolemia• Prevalensi merokok
Tidak berbeda dalam hal :
MHART ( intervensi)
Hubungan antara perubahan BDI dari awal hingga 3 bulan dengan kebertahanan hidup selama 5 tahun tidak pada perawatan biasa
6% pasien yg BDInya meningkat meninggal dalam tahun pertama
17% pasien yg BDInya rendah meninggal di tahun pertama
MHART (perawatan biasa)Perbaikan depresi pada perawatan
biasa
Berhubungan dengan
Tingkat kematian jantung yang < pada pasien depresi
ringan
Tidak berhubungan dengan
Tingkat kematian jantung pada pasien depresi sedang
hingga berat
SADHARTSertraline vs Plasebo
Tidak berbeda pada HAM-D secara keseluruhan
Secara statisik ada perbedaan signifikan
pada HAM-D outcome
Terdapat tren angka kejadian penyakit
jantung yang lebih sedikit
Pada subgrup dg depresi mayor
parah dan berulang
Investigasi SADHART
Follow up (rata-rata 6,6 tahun)
Menemukan Hubungan signifikan antara perbaikan depresi
selama 24 minggu pengobatan dan survival
pada ikelompok sertraline dan plasebo walau setelah + faktor risiko kematian lainnya
Investigasi SADHART
Follow up (rata-rata 6,6 tahun) pada kelompok sertraline dan plasebo
Perbaikan tertinggi rasio kematian rendah
Perbaikan sedang 22,5 % meninggal
Perbaikan rendah 28,4% meninggal
Dengan skala CGI
• Tidak seperti ENRICHD dan MHART kelompok kontrol menunjukkan hubungan antara perbaikan depresi dengan survival
• HAM-D perbedaan nilai HAM-d antara sertraline dengan plasebo hanya 2 poin
• Dari 248 pasien dengan PJK perbaikan depresi pada pasien dengan pengobatan klinik > pasien pengobatan klinik + interpersonal psikoterapi
SADHART
Penelitian Milani dan Lavie
Tingkat kematian pasien dengan depresi yang mengikuti latihan aerobik sampai selesai tetapi tetap depresi → 22%
Tingkat kematian pasien yang moodnya membaik setelah program latihan → 8%
Tingkat kematian pasien yang tidak mengalami depresi → 5%
522 pasien penyakit jantung
koroner di program
rehabilitasi jantung dengan latihan aerobik
KesimpulanRisiko kematian pasien
yang tetap depresi setelah program latihan
lebih besar 3-4x
Oleh karena itu latihan aerobik dapat dimasukkan ke dalam daftar intervensi pada
pasien depresi
Secara keseluruhan, temuan dari percobaan
klinis klinis ENRICHD, MIND-IT, SADHART, dan
MHART, menunjukkan bahwa pengobatan
depresi yang tidak berhasil setelah rawat inap
pada sindrom koroner akut merupakan
subkelompok yang beresiko tinggi.
Karakteristik Pasien yang Tidak Berespon pada Pengobatan
Kesalahan diagnosis
Pengobatan yang kurang optimal
Intoleransi terhadap efek samping obat
Buruknya kepatuhan terhadap
pengobatan
Faktor-Faktor yang Berdampak Negatif pada Pengobatan
• Disfungsi kognitif• Penyalahgunaan zat• Gangguan kecemasan• Gangguan kepribadian
Komorbiditas Psikiatri
• Disfungsi tiroid• Arthritis Reumatoid
Komorbiditas Medis
Hal-Hal yang Berkaitan dengan Rendahnya Respon Pengobatan
Peningkatan mediator inflamasi
• Respon imunologi fase akut • HPA aksis• Gangguan regulasi sistem saraf otonom
Rendahnya tingkat hormon tiroid
Rendahnya tingkat asam lemak bebas omega-3 plasma
Kelainan Tidur
Kualitas tidur yang
buruk
Sleep apnea
Singkatnya fase REM
laten
Hal-Hal yang Berkaitan dengan Rendahnya Respon Pengobatan
Penelitian lain tentang Hubungan antara Faktor Risiko Penyakit Jantung dengan Depresi Tahan Pengobatan pada
Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner oleh Shimbo
Penelitian dilakukan selama 3 bulan
Pasien dengan sindrom koroner akut
Pasien yang tidak memiliki gejala
depresi (≤ 4 pada BDI)
Pasien dengan gejala depresi ringan (BDI ≥
10)
Peningkatan C-Reaktif Protein
Pasien yang tetap merasa depresi setelah 3 bulan
(95%)
Pasien yang tidak pernah depresi
(73%)
Pasien yang mengalami
perbaikan (79%)
Hasil Penelitian Shimbo
Harapan dari Penelitian Shimbo
Melihat perbedaan yang lebih besar
antara
C-reactive protein pada pasien yang
tidak berespon terhadap pengobatan
C-reactive protein pada pasien yang
depresinya membaik dengan pengobatan.
C-reactive protein pada pasien yang resisten terhadap pengobatan > tinggi dibandingkan pada pasien yang berespon terhadap pengobatan
Depresi Vaskuler
Neuroimaging memperparah menyebabkan
Cerebrovascular disease
DepresiAbnormalitas struktur dan fungsi otak
ENRICHD Study
Tidak ada perbedaan
antara kelompok depresi yang mengalami
perbaikan atau tidak,
berdasarkan :
Usia saat mengikuti penelitian
Riw. Hipertensi atau stroke
Usia episode depresi pertama
kali (rata-rata pertengahan 30an)
Jumlah episode depresi mayor
Durasi episode depresi saat ini
Proporsi pasien dengan riwayat keluarga depresi
Peringkat terapi ENRICHD
Kemampuan fisik pasien untuk berpartisipasi&mendapat intervensi selama
penelitian
Tidak ada perbedaan kemampuan fisik antara kelompok responsive dan non responsive
terhadap terapi depresi
Faktor Risiko
Terdeteksi Tidak terdeteksi
Penurunan fungsi jantung
- Buruknya respon pengobatan depresi- Kematian
Episode Pertama Depresi Berat vs Episode Depresi Berulang
Terapi depresiSurvival rate
setelah sindrom koroner akut
Episode pertama depresi
Episode depresi berulang
Sebelum ACSSetelah ACS
PENELITIAN
PENELITIAN
Sindrom Koroner Akut
Episode pertama depresi yang muncul setelah serangan ACS lebih dapat memprediksi mortalitas dan morbiditas
Episode pertama depresi 18,4%
Episode depresi berulang
11,8%
Merespon Sentraline lebih baik daripada episode depresi yang pertama (awitan ) (Glassman, et al)
Tidak depresi3,4%
Sehingga, respon terapi dan survival rate dapat berkaitan apakah episode depresi berulang atau episode pertama depresi berat
Analisa ENRICHD Clinical Trial
Tidak ada hubungan antara peningkatan skor BDI pada pasien episode depresi berulang dengan
episode depresi pertama kali
Penelitian lebih lanjut tentang respon pengobatan, riwayat depresi, survival rate
Arah Masa DepanPJK dengan depresi
Gejala hipotiroid subklinis
Resistensi terapi depresi
Pemberian suplemen T3
Petanda biologis faktor risiko PJK
1. Mengobati faktor risiko
2. Terapi depresi dengan
modifikasi faktor risiko
Anti depresan baru
Teknik baru terapi depresi
Peningkatan sitokin pro inflamasi
Anti inflamasi
Antagonis sitokin spesifik
bersamaan dengan
pemberian antidepresan
top related