amk klp 3 logam berat

14

Click here to load reader

Upload: west-waisnawa

Post on 22-Jun-2015

72 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Pharmacy

TRANSCRIPT

Page 1: Amk Klp 3 Logam Berat

ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

ANALISIS KANDUNGAN CEMARAN LOGAM BERAT (ARSEN,

KADMIUM, TIMBAL, DAN MERKURI) DALAM KOSMETIKA

OLEH:

KELOMPOK 3

I NYOMAN GDE WAISNAWA (1108505016)

EVI SAVITRI (1108505029)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2014

0

Page 2: Amk Klp 3 Logam Berat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang digunakan pada bagian luar tubuh

manusia (epidermis, rambut, kuku, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan

mukosa mulut terutama dimaksudkan untuk membersihkan, mewangikan,

mengubah penampilan, memperbaiki bau badan, melindungi atau memelihara

tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2003). Tujuan awal penggunaan kosmetika

adalah mempercantik diri, yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih

disukai orang lain. Namun sayangnya, tidak semua kosmetik memenuhi kaidah

farmasetika yang aman, berkhasiat, dan berkualitas (Wasitaatmadja, 1997).

Kosmetik yang diproduksi dapat mengandung cemaran logam berat seperti

arsen, kadmium, timbal, dan merkuri. Kosmetik yang rentan mengandung logam

berat adalah kosmetik yang mengandung pewarna dan mineral. Pewarna dan

mineral dalam kosmetik biasanya merupakan partikel yang diambil dari kerak

bumi sehingga cemaran dalam jumlah sangat kecil dari logam berat dapat terjadi

(Charter et al, 2011).

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia

Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang Cemaran Mikroba dan

Logam Berat telah membatasi kadar cemaran logam berat arsen, kadmium, timbal,

dan merkuri yang diizinkan terkandung dalam kosmetik. Kosmetik yang

mengandung cemaran logam berat melebihi persyaratan dapat merugikan dan/atau

membahayakan kesehatan. Logam berat yang terakumulasi dalam tubuh dapat

menyebabkan kanker, gangguan syaraf, darah, sistem imun, ginjal, dermatitis, dan

kerontokan (Charter et al., 2011).

Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif

kandungan logam berat (arsen, kadmium, timbal, dan merkuri) dalam kosmetik

untuk menjamin keamanan pemakaian kosmetik.

1

Page 3: Amk Klp 3 Logam Berat

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka didapatkan rumusan masalah yaitu

adanya cemaran logam berat tidak dapat dihindarkan dalam kosmetik sehingga

diperlukan analisis kualitatif dan kuantitatif kandungan logam berat (arsen,

kadmium, timbal, dan merkuri) dalam kosmetik untuk menjamin keamanan

pemakaian kosmetik.

1.3 Tujuan

Untuk melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif kandungan cemaran logam

berat (arsen, kadmium, timbal, dan merkuri) dalam kosmetik untuk menjamin

keamanan pemakaian kosmetik.

2

Page 4: Amk Klp 3 Logam Berat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetika

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.

HK.03.1.23.07.11.6662 tahun 2011 kosmetika adalah bahan atau sediaan yang

dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,

rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran

mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah

penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara

tubuh pada kondisi baik. (BPOM, 2011)

Penggolongan kosmetik Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI dibagi

menjadi 13 kelompok, yaitu :

1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi.

2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule.

3. Preparat untuk mata, misalnya mascara, eye shadow.

4. Preparat untuk wangi – wangian, misalnya parfum, toilet water

5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray.

6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut.

7. Preparat make up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik.

8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes.

9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant.

10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, lotion kuku.

11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab pelindung.

12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur.

13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation.

(Tranggono, 2004).

2.2 Logam Berat

Cemaran adalah sesuatu yang masuk ke dalam produk secara tidak sengaja

dan tidak dapat dihindari yang beerasal dari proses pengolahan, penyimpanan

dan/atau terbawa dari bahan baku. Salah satu jenis cemaran adalah logam berat,

3

Page 5: Amk Klp 3 Logam Berat

yaitu merkuri, timbal, dan arsen. Batas – batas logam berat ini dalam kosmetik

tercantum pada tabel 1.

Tabel 1. Persyaratan cemaran logam berat

Jenis Cemaran Persyaratan

Merkuri (Hg) Tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1 mg/L (1 ppm)

Timbal (Pb) Tidak lebih dari 20 mg/kg atau 20 mg/L (20 ppm)

Arsen (As) Tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/L (5 ppm)

(BPOM, 2011)

Logam berat yang terakumulasi dalam tubuh dapat menyebabkan kanker,

gangguan syaraf, darah, sistem imun, ginjal, dermatitis, dan kerontokan. (Erin, et

al., 2011)

2.2.1 Arsen

Arsen (As) memiliki berat molekul 74,9; tidak berbau; dan berwarna

abu – abu padat. Memiliki titik leleh 817ºC (pada 28 atm), titik didih 613ºC.

Arsen tidak larut dalam air dan larut dalam asam nitrat. (Moffat, 2011). Untuk

menentukan adanya sesepora arsen dapat dilakukan dengan merubah senyawa

arsen dalam zat uji menjadi arsin, kemudian dilewatkan melalui larutan perak

dietilditiokarbamat membentuk kompleks warna merah. Warna merah yang

diperoleh dibandingkan baik secara visual atau spektrofotometri dengan

larutan baku yang setara dengan batas yang tertera dalam masing – masing

monografi. (Depkes RI, 1995)

2.2.2 Merkuri

Merkuri (Hg) memiliki berat molekul 200,6 gram/mol. Pemerian

memiliki warna abu-putih, cairan logam. titik leleh 38,87ºC titik didih

356,72ºC. Praktis tidak larut dalam air, larut dalam asam sulfat mendidih,

agak larut dalam asam nitrat; tidak larut dalam HCl, kurang larut dalam

pentana. (Moffat, 2011). Selain sebagai cemaran merkuri juga sering

ditambahkan ke dalam kosmetik karena efeknya sebagai pemutih yaitu

dengan menghambat pembentukan melanin. Terdapat dua jenis merkuri yaitu

dalama bentuk inorganik (ammonia merkuri) yang digunakan pada sabun dan

krim pemutih dan dalam bentuk organik (thiomersal dan garam fenilmerkuri)

4

Page 6: Amk Klp 3 Logam Berat

yang digunakan sebagai pengawet pada pembersih make up mata dan

maskara (WHO, 2011). Penambahan merkuri pada kosmetik dilarang

menurut Permenkes RI No. 445/MENKES/PER.V/1998 kecuali digunakan

dalam bentuk fenilraksa nitrat dan tiomersal (pengawet sediaan sekitar mata,

maksimum 0,007% dihitung sebagai Hg). Efek dari pengunaan merkuri pada

jangka panjang yaitu kerusakan ginjal, kerusakan kulit, hilangnya warna kulit,

anxiety, depresi atau psikosis dan neuropati perifer. (WHO, 2011)

Secara kualitatif Hg2+ dapat diketahui dengan penambahan HCl 0,3 M dan

H2S. Jika terdapat endapan hitam maka kemungkinan terdapat merkuri.

Hg2+ + H2S HgS (hitam) + 2H++ 2Cl-

untuk melakukan konfirmasi maka dilakukan penambahan HNO3 maka

merkuri tidak akan terlarut akan tetapi jika merkuri ditambahkan aqua regia

(campuran HCl dan HNO3) maka endapan akan larut

3HgS + 2NO3- + 6Cl- + 8H+ 3HgCl2 (aq) + 2NO + 3S + 4H2O

(West, 1913)

2.2.3 Kadmium

Kadmium (Cd) memiliki berat molekul 112,4 gram/mol. Pemerian tidak

berbau , silver putih padat. Titik leleh 321ºC dan titik didih 765ºC. Tidak larut

dalam air, larut dalam asam amonium nitrat, asam sulfat panas. (Moffat,

2011).

2.2.4 Timbal

Timbal (Pb) memiliki berat molekul 207,2 gram/mol. Padatan berwarna

abu memiliki titik leleh 327,4ºC titik didih 1740ºC. Tidak larut dalam air dan

pelarut organik; larut dalam asam nitrat, asam sulfat panas pekat. (Moffat,

2011).

2.3 Metode Analisis Kuantitatif Pengujian Logam Berat

Pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.

HK.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011 Terdapat Metode Analisis untuk

menetapkan kadar cemaran logam berat dalam kosmetika yaitu dengan cara

digesti basah atau digesti kering atau digesti gelombang mikro bertekanan tinggi

5

Page 7: Amk Klp 3 Logam Berat

dan kadarnya ditetapkan menggunakan Graphite Furnance Atomic Absorption

Spectrophotometer (GF-AAS) dan Flow Injection Analysis System – Atomic

Absorption Spectrophotometer (FIAS-AAS). Penyiapan larutan baku merupakan

prosedur awal yang dilakukan. Konsentrasi larutan baku As, Cd, Pb, dan Hg

dibuat pada konsentrasi 1000 µg/mL. Konsentrasi larutan kalibrasi yang dibuat

untuk masing – masing cemaran logam berat terdapat pada tabel 2.

Cemaran

Logam

Berat

Alat Konsentrasi larutan baku kalibrasi

As

GF-AAS 5, 10, 20, 30 dan 50 µg/L dalam larutan asam sitrat

FIAS-AAS 1 µg/mL yang dipipet 200, 400, 600, 800 µL yang

masing – masing dimasukkan ke dalam labu ukur 100

mL

Cd - 0,5; 1,2; 3 dan 5 µg/L dalam larutan asam nitrat 0,5%

v/v

Pb - 5, 10, 20, 30 dan 50 µg/L dalam larutan asam nitrat

0,5% v/v

Hg - 0,5; 1,2; 3 dan 5 µg/L dalam larutan asam klorida 3%

v/v

Untuk penyiapan larutan uji dapat dilakukan dengan tiga cara

1. Alat digesti gelombang mikro (untuk As, Cd, Pb, dan Hg) dengan

menggunakan pereaksi asam nitrat pekat, hidrogen peroksida 30% v/v,

asam klorida pekat (jika mengandung talk), dan air deionisasi untuk

pengencerannya. Kondisi alat diatur seperti yang terdapat pada tabel 3.

Tabel 3. Kondisi Alat Digesti Gelombang Mikro

Bentuk

sediaan

Daya

Maksimum

(W)

Suhu

Maksimu

m (ºC)

Tekanan

Maksimum

(bar)

Waktu

(menit)

Krim 800 200 75 50

Serbuk 1000 200 75 40

Lipstik 900 200 75 30

6

Page 8: Amk Klp 3 Logam Berat

2. Digesti kering / pengabuan (untuk As, Cd, dan Pb) menggunakan pereaksi

magnesium nitrat 50% dengan pemanasan 500ºC selama 3 jam, dan

pereaksi asam klorida 6M.

3. Digesti basah (untuk Hg) dengan menggunakan pereaksi asam nitrat pekat

dan pemanasan 60ºC selama tidak kurang ari 3 jam.

Larutan baku kalibrasi yang telah buat disuntikkan ke dalam GF-AAS atau FIAS-

AAS dengan kondisi seperti pada tabel 4 dan 5.

Tabel 4. Kondisi GF-AAS

Unsur

Panjang

gelombang

(nm)

Pirolisis (ºC)

Suhu

atomisasi

(ºC)

Volume

injeksi

As 193,7 1250 2100 20

Cd 228,8 550 1550 20

Pb 283,3 550 1550 20

Tabel 5. Kondisi FIAS-AAS

Unsur Teknik

Panjang

gelombang

(nm)

Zat

Pereduks

i

Pembawa

Suhu

atomisasi

(ºC)

Volume

injeksi

As

Hydride

Generation

Technique

193,7NaBH4

0,2%

HCl 10%

v/v900 500

Hg

Cold

Vapour

Technique

253,7

SnCl2

1,1% dan

NaBH4

0,2%

HCl 3%

v/v300 500

Kurva dibuat antara respon (serapan atau tinggi puncak) dengan kadar dari masing

– masing larutan baku. Larutan uji juga disuntikkan dan direkam respon yang

terjadi. (BPOM, 2011). Batas kuantitasi yang dipersyaratkan terdapat pada tabel 6.

Tabel 6. Batas Kuantitasi

Logam Batas kuantitasi (µg/g)

Hg 0,5

7

Page 9: Amk Klp 3 Logam Berat

Cd 1

Pb 10

As 2,5

(BPOM, 2011)

DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. 2003. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745.

BPOM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan

Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang

Cemaran Mikroba dan Logam Berat. Jakarta : Badan Pengawas Obat Dan

Makanan Republik Indonesia.

BPOM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan

Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011 Tentang

Metode Analisis Kosmetika. Jakarta : Badan Pengawas Obat Dan Makanan

Republik Indonesia.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Charter, E., M. Dueckman, A. Kurychak, B. Martyn, N. Nnebe, B. Raymer. 2011.

Heavy Metal Hazard. Kanada : Environmental Defence

Moffat, A. C., M. D. Osselton, and B. Widdop. 2011. Clarke`s Analysis of Drugs

and Poisons. Fourth editions. London: The Pharmaceutical Press.

Menkes RI. 1998. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

445/MENKES/PER.V/1998 tentang Bahan, Zat Warna, Substratum, Zat

Pengawet dan Tabir Surya pada Kosmetika

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. 2004. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 76-77.

Wasitaatmaja, S. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas

Indonesia. Hal. 58-60

West, P. W.. 1913. Qualitative Analysis and Analytical Chemical Separation.

New York : Macmillan

8