albert bandura

20
Albert Bandura : Teori Kognitif Sosial Teori kognitif sosial Albert bandura menyoroti pertemuan yang kebetulan (chance encounters) dan kejadian yang tak terduga (forfoitous events) dengan serius meskipun tahu bahwa pertemuan dan peristiwa ini tidak serta merta mengubah jalan hidup manusia. Yang lebih kuat dari peristiwa itu sendiri adalah cara manusia itu dalam menghadapi peristiwa yang dihadapinya. Teori ini berdiri di atas beberapa asumsi dasar yaitu: 1. Kerakteristik menakjubkan dari manusia adalah keplastisannya-yaitu fleksibilitas untuk mempelajari beragam perilaku di beragam situasi. 2. Melalui model penyebab resiprok triadik yang terdiri atas perilaku, lingkungan, dan faktor-faktor kepribadian, manusia mempunyai kapasitas untuk mengatur hidup mereka. 3. Teori kognitif social menggunakan perspektif keagenan, artinya manusia memiliki kemampuan untuk melatih pengontrollan atas alam dan kualitas hidup mereka sendiri. Manusia adalah produsen sekaligus produk dari system social. 4. Manusia mengatur hubungan mereka melalui faktor- faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal mencakup lingkungan fisik dan social, sedangkan

Upload: indah-kartika-suryani

Post on 24-Jun-2015

673 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Albert Bandura

Albert Bandura : Teori Kognitif Sosial

Teori kognitif sosial Albert bandura menyoroti pertemuan yang kebetulan

(chance encounters) dan kejadian yang tak terduga (forfoitous events) dengan

serius meskipun tahu bahwa pertemuan dan peristiwa ini tidak serta merta

mengubah jalan hidup manusia. Yang lebih kuat dari peristiwa itu sendiri adalah

cara manusia itu dalam menghadapi peristiwa yang dihadapinya.

Teori ini berdiri di atas beberapa asumsi dasar yaitu:

1. Kerakteristik menakjubkan dari manusia adalah keplastisannya-yaitu

fleksibilitas untuk mempelajari beragam perilaku di beragam situasi.

2. Melalui model penyebab resiprok triadik yang terdiri atas perilaku,

lingkungan, dan faktor-faktor kepribadian, manusia mempunyai kapasitas

untuk mengatur hidup mereka.

3. Teori kognitif social menggunakan perspektif keagenan, artinya manusia

memiliki kemampuan untuk melatih pengontrollan atas alam dan kualitas

hidup mereka sendiri. Manusia adalah produsen sekaligus produk dari

system social.

4. Manusia mengatur hubungan mereka melalui faktor-faktor eksternal dan

internal. Faktor eksternal mencakup lingkungan fisik dan social, sedangkan

faktor internal mencakup pengamatan diri , penilaian diri dan reaksi diri.

5. Ketika manusia enemukan dirinya dalam situasi yang ambigu secara moral,

mereka selalu berupaya mengatur perilaku mereka melalui tindakan moral,

yang mencakup pendefinisian ulang perilaku, pengabaian dan pendistorsian

konsekuensi perilaku, pendehumanisasian atau menyalakan korban atas

perilaku mereka dan pengalihan atau pelemparan tanggung jawab atas

tinadakan-tindakan mereka.

Page 2: Albert Bandura

BIOGRAFI ALBERT BANDURA

Bandura lahir 4 desember 1925 di Mudare, kota kecil di dataran rendah

sebelah utara Alberta, satu-satunya anak leki-laki sekaligus bungsu dari ke 5

kakak perempuannya. Ayahnya berdarah polandia sedangkan ibunya dari ukraina

kakak-kakaknya mendukungnya untuk menjadi pribadi yang mendiri dan percaya

diri.

PEMBELAJARAN

Salah satu asumsi yang paling mendasar dari teori kognitif social bandira

adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari beragam kecakapan

bersikap maupun berperilaku, dan bahwa titik pembelajaran terbaik dari ini

semua adalah pengalaman-pengalaman yang tak terduga (vocarious

experiences). Meskipun manusia dapat dan sudah banyak belajar dari

pengalaman langsung namun lebih banyak yang mereka pelajari dari aktifitas

mempelajari perilaku orang lain.

1. Pembelajaran denga mengamati (observational learning)

Hal yang terpenting dalam teori kognitif social adalah manusia belajar

dengan mengamati perilaku orang lain. Dalam hal ini bandura tidak setuju

ddengan skinner, yang percaya bahwa perilaku yang dilakukan sendiri (enactive

behavior) adalah datum dasar ilmu psikologi . dia juga berbeda pendapat dengan

skinner karena bandura percaya penguatan buka esensi pembelajaran. Meski

penguatan memfasilitasi pembelajaran, katanya namun, dia bukan syarat

utamanya. Pembelajaran manuasi yang utama adalah dengan mengamati model-

model dan pengamatan inilah yang terus menerus diperkuat.

Bandura yakin bahwa pembelajaran dengan mengamati jauh lebih efisien

daripada pembelajaran dengan mengalami langsung. Dengan mengamati

manusia mempelajari respon mana yang diikuti dengan penghukuman atau

mana yang tidak mendapat penguatan.

Page 3: Albert Bandura

Pemodelan

Belajar melalui pemodelan mencakup penambahan dan pencarian perilaku

yang diamati untuk kemudian dilakukan generalisasi dari satu pengaatan ke

pengamatan yang lain. Maksudnya pemodelan melibatkan proses-proses

kognitif, jadi tidak hanya meniru, lebih bari sekedar menyesuaikan diri

dengan tindakan orang lain karena sudah melibatkan perepresentasian

informasi secara simbolis dan menyimpannya untuk digunakan di masa

depan.

Faktor yang menentukan seorang akan belajar dari model adalah :

a. Karakteristik model sangat penting

b. Konsekuensi dari perilaku yang dimodelkan dapat memberikan efek bagi

pengamatnya.

Proses-proses yang mengatur pembelajaran dengan mengamati

4 proses yang mengatur pembelajaran:

a. Perhatian : sebelum menjadikan orang lain sebagai model, kita harus

memperhatikan orang tersebut.

Faktor yang mengatur perhatian: (1) memiliki kesempatan unutk

mengamati individu yang padanya kita sering mengasosiasikan diri, (2)

model-model yang atraktif lebih banyak diamati dari pada yang tidak, (3)

hakikat perilaku yang mempengaruhi diri kita, artinya kita sering

mengamati perilaku yang dianggap penting atau bernilai bagi diri kita.

b. Representasi : agar pengamatan membawa kita pada pola-pola repon

yang baru, pola-pola tersebut harus direpresestasikan secara simbolis

kedalam memori. Represesntasi ini tidak harus verbal karena ada

pengamatan yang bias dilakukan dalam khayalan bahkan bias dihadirkan

kendati tanpa kehadiran fisik modelnya

c. Produksi perilaku : setelah member perhatian pada sebuah model dan

mempertahankan apa yang telah diamati kita akan menghasilkan

Page 4: Albert Bandura

perilaku, untuk mengubah represesntasi ke tindakan yang tepat kita harus

menanyakan beberapa pertanyaan pada diri sendiri tentang perilaku yang

dijadikan model, yaitu yang pertama “bagaimana cara saya melakukan hal

tersebut?” setelah mempersepsikan secara simbolis respon-respon yang

relevan, lalu bertanya lagi ketika mencermati diri “sudah benarkah

tindakan saya ini?”

d. Motivasi : perhatian dan pempresesntasian memang dapat memimpin

kita pada ketepatan pembelajaran namun, performa harus difasilitasi oleh

motivasi agar mampu mewujudkan perilaku yang diinginkan. Meskipun

pengamatan terhadap orang lain dapat mengajarkan kita bagaimana

melakukan sesuatu, tapi mungkin kita tidak memiliki keinginan untuk

melakukan tindakan yang dibutuhkan.

2. Pembelajaran dengan bertindak (enactive learning)

Bandura yakin bahwa perilaku yang kompleks dapat dipelajari ketika

manusia memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari perilaku

tersebut. 3 fungsi dari konsekuensi-konsekuensi sebuah respon yaitu:

a. konsekuensi-konsekuensi respon menginformasikan efek-efek tindakan

digunakan untuk penuntun tindakan di masa depan.

b. konsekuensi-konsekuensi respon memotivasi tidakan antisipatif; artinya, kita

sanggup mempresesntasikan secara simbolis keluaran-keluaran perilaku

dimasa depan dan bertindak berdasarkan hal itu.

c. Konsekuensi respon-respon memperkuat perilaku, bandura yakin bahwa

meskipun penguatan seringkali tidak disadari dan bekerja otomatis namun,

campur tangan kognitif dapat memengaruhi pola-pla perilaku yang

kompleks. Bandura yakin bahwa pembelajaran jauh lebih efesien ketika

pembelajar secara kognitif memahami perilaku mana yang dapat

menghasilkan respon-respon yang tepat.

Page 5: Albert Bandura

Bandura percaya bahwa perilaku baru dapat dicapai melalui 2 jenis pembelajaran

utama yaitu pembelajaran dengan mengamati dan pembelajaran dengan

bertindak.

PENYEBAB RESIPROK TRIADIK

Secara umum, para teoritisi seperti Skinner, Gordon Allport, dan Hans

Eysenck yakin bahwa faktor-faktor kepribadian berinteraksi dengan kondisi

lingkungan untuk menghasilkan perilaku. Sementara bandura memiliki pemikiran

yang agak berbeda, teori kognitif sosial meyakini fungsi psikologis bekerja dalam

bentuk penyebab resiprok triadik. Sisten ini menyatakan bahwa tindakan

manusia adalah hasil interaksi dari 3 variabel-lingkungan, perilaku, dan pribadi.

Bandura mengkritisi para teoritisi yang melekatkan penyebab perilaku menusia

kepda daya-daya internal seperti insting, dorongan, kebutuhan, atau intensi

karena pada titik tertentu kognisi ditentukan dan dibentuk oleh perilaku dan

lingkungan. Penyebab resiprok triadik adalah fungsi psikologis manusia

merupakan produk interaksi perilaku, kepribadian, dan lingkungan. Ketiga faktor

yang resiprok ini tidak perlu dama kuat atau memiliki kontribusu setara.

Kerelatifan pengaruh lingkungan, perilaku dan kepribadian bagi suatu perilaku

kalau bagitu tergantung pada faktor triadik mana yang paling kuat dalam momen

tertentu.

Contoh Penyebab Resiprok Triadik

Permintaan irisan brownies yang kedua dari seorang anak kapada ayahnya,

dimata sanga ayah hanyalah sebuah peristiwa lingkungan disekitarnya.

Dalam teori bandura sanga ayah sanggup memikirkan konsekuensi dari

memberikan atau mengabaikan dari perilaku meminta dari sanga anak. Dia

berfikir jika “jika aku memberinya irisan kedua, dia mungkin akan berhenti

menangis untuk saat ini namun dimasa depan dia akan terus bersikukuh agar

saya menuruti permintaannya seperti saat ini. Karena itu, saya tidak akan

memberinya irisan brownies kedua.” Jadi sangan ayah dapat memberikan

Page 6: Albert Bandura

efek baik kepada lingkungan dirinya (si anak) dan perilakunya sendiri

(menolak permintaan) perilaku si anak berikutnya (lingkungan sang ayah)

membentuk pembentukan kognisi dan perilaku ayah saat ini. Perubahan

dalam lingkungan juga mengijinkan ayah memunculkan perilaku yang

berbeda. Karena itu perilaku ayah selanjutnya sebagian ditentukan oleh

interaksi resiprok lingkungan (anak), kognisi (cara ayah berfikir), dan perilaku

(sikap ayah dan anak sebelumnya).

Pertemuan secara kebetulan dan kejadian yang tak terduga

Bandura mendefenisikan pertemuan kebetulan sebagai pertemuan yang

tidak diniatkan anatar pribadi-pribadi yang tidak saling kenal. Kehidupan

sehari-hari dipengaruhi besar atau kecil oleh manusia yang kebetulan

mereka temui dan oleh kejadian acak yang tidak bisa diprediksi. Pertemuan

kebetulan memengaruhi manusia hanya jika kita memasuki paradigma

penyebab kausal triadik di titik L (lingkungan) lalu menambahkan padanya

interaksi mutualistik antara pribadi dan perilaku dan lingkungan. Pertemuan

kebetulan memengaruhi manusia dengan cara yang sama seperti kejadian

yang terencana. Sekali saja peristiwa kebetulan muncul, manusia akan

menyikapi perkenalan baru ini berdasarkan sikap, sistem keyakinan dan

ketertarikan mereka disamping mempertimbangkan reaksi orang lain

terhadap mereka. Dengan kata lain meskipun pertemuan kebetulan dan

kejadian yang tak terduga kurang berpengaruh atau sama sekali tidak

berpengaruh bagi perilaku manusia namun “ orang lain memiliki efek-efek

yang abadi sehingga dapat memengaruhi kita untuk menempuh jalur hidup

yang baru.

Page 7: Albert Bandura

KEAGENAN MANUSIA

Badura yakin bahwa manusia adalah makhluk yang sanggup mengatur

dirinya, proaktif, reflektif, dan dan mengorganisasikan diriselain memiliki juga

kekuatan untuk memengaruhi tindakan mereka sendiri demi menghasilkan

konsekuensi yang diinginkan.

Ciri-ciri utama keagenan manusia

4 sifat inti keagenan manusia menurut Bandura :

1. Intensionalitas : mengacu pada tindakan-tindakan yang dilakukan dengan

intensi tertentu. Intensionalitas tidak berarti semua rencana akan membawa

hasil. Manusia akan terus mengubah rencana ketika sadar konsekuansi dari

tindakan tersebut.

2. Kemampuan memprediksi saat menetapkan tujuan, mengantisipasi hasil

tindakan, dan memilih perilaku mana yanga dapat menghasilkan keluaran

yang diinginkan serta menghindari yang tak diinginkan.

3. Sanggup memberikan reaksi diri dalam proses motivasi dan regulasi

tindakan-tindakannya itu. Manusia tidak hanya membuat pilihan-pilihan tapi

juga memonitor kemajuan pemenuhannya.

4. Memiliki kemampuan refleksi diri. Manusia adalah penguji fungsi dirinya

sendiri, yang dapat memikirkan dan mengevaluasi sendiri motivasi, nilai,

makna, dan tujuan hidupnya, bahkan sanggup memikirkan ketepatan

pemikirannya sendiri. Mekanisme yang paling krusial adalah kepercayaan

diri, yaitu mereka sanggup melakukan tindakan-tindakan yang akan

menhasilkan efek yang diinginkan.

Kemampuan diri untuk memengaruhi hasil yang diharapkan (self-efficasy)

Menurut Bandura self efficacy adalah kemampuan diri untuk

memengaruhi hasil yang diharapkan.

Menurutnya keyakinan manusia terhadap self efficacy mereka akan

memengaruhi arah tindakan yang akan dipilih untuk diupayakan, seberapa

banyak uapaya yang akan ditanamkan pada aktivitas-aktifitas tersebut, seberapa

Page 8: Albert Bandura

lama akan bertahan ditengah gempuran badai dan kegagalan, dan seberapa

besar keinginan mereka untuk bangkit kembali.

Apakah self efficacy itu?

Bandura mendefenisikan self efficacy sebagai “ keyakinan manusia terhadap

kemempuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap

fungsi diri mereka daan kejadian-kejadian di lingkungannya” banduru juga

mengatakan bahwa self efficacy adalah fondasi dari keagenan manusia.

“menusia yang percaya dapat melakukan sesuatu, memiliki potensi dapat

mengubah kejadian-kejadian di lingkungannya, lebih suka bertindak, dan

lebih dekat dengan kesuksesan dari pada yang rendah self efficacy-nya.

self efficacy bukan ekspektasi terhadap hasil-hasil tindakan kita. Bandura

membedakan antara akspektasi kemampuan memengaruhi hasil (efficacy

axpectation), yang mengacu pada keyakinan manusia bahwa mereka

memiliki kesanggupan untuk melakukan perilaku tertentu, dan ekspektasi

hasil (outcome expectation) mengacu pada prediksi terhadap konsekuensi

dari perilaku yang diinginkan. self efficacy juga harus dibedakan dari konsep

lain:

a. self efficacy tidak mengacu pada penilaian kemampuan motorik dasar

seperti berjalan, berjabat tangan atau memeluk

b. self efficacy tidak berarti kita dapat melakukan perilaku yang diinginkan

tanpa kecemasan, tekanan, atau rasa takut, tidak lebih dari sebuah

penilaian, akurat, atau keliru, tentang apakah kita dapat atau tidak menilai

tindakan yang dibutuhkan

c. penilaian self efficacy tidak sama dengan aspirasi

self efficacy beragam dari satu situasi ke situasi lain, tergantung pada :

a. kompetensi yang diminta bagi aktivitas yang berbeda

b. hadir tidaknya orang lain

Page 9: Albert Bandura

c. tingkat persaingan diantara manusia lebih-lebih jika mereka bersaing sangat

ketat

d. predisposisi pribadi dalam menghadapi kegagalan

e. kondisi fisiologis yang menyerupai, khususnya ada tidaknya kecemasan,

kelelahan, apati, atau kesedihan

Tinggi rendahnya self efficacy berkombinasi dengan lingkungan yang

responsif dan tidak responsif untuk menghasilkan 4 variabel yang paling bisa

diprediksi, sbb:

a. jika self efficacy tinggi dan lingkungan responsif, hasil yang diperkirakan

adalah kesuksesan

b. jika self efficacy rendah dan lingkungan responsif, manusia dapat menjadi

depresi saat mengamati orang lain berhasil mengerjakan tugas-tugas yang

menurut mereka sulit

c. jika self efficacy bertemu dengan lingkungan yang tidak responsif manusia

biasanya akan berusaha keras mengubah lingkungan

d. jika self efficacy rendah berkombinasi dengan lingkungan yang tidak

responsif manusia akan merasakan apati, mudah menyerah da, merasa tidak

berdaya.

Apa yang membentuk self efficacy?

Self efficacy pribadi didapatkan, dikembangkan atau diturunkan melalu satu

atau dari kombinasidari 4 sumber barikut:

1. Pengalaman-pengalamn tentang penguasaan (mastery experiences), yaitu

performa-performa yang sudah dilakukan dimasa lalu.

2. Pemodelan sosial (social modeling)

3. Persuasi sosial (social persuasion)

4. Kondisi fisik dan emosi (physical and emotional states)

Tindak-perwakilan (proxy agency)

Page 10: Albert Bandura

Bandura mencatat bahwa “tak seorang pun memiliki waktu, energi, dan

sumberdaya untuk menguasai setiap bidang hidup sehari-hari. Kesuksesan

fungsionalisasi mau tak mau harus mengandalkan juga tidak perwakilan

disejumlaj wilayah fungsionalisasi. Namun, perwakilan memiliki kelemahan,

apabila terlalu banyak mengandalkan kompetensi dan kekuatan orang lain,

manusia dapat melemahkan self efficacy pribadi dankolektif mereka.

Kemampuan untuk memengaruhi hasil yang diharapkan secara kolektif

(collective efficacy)

Bandura mendefenisikan hal ini sebagai “ keyakinan bersama manusia

terhadap kekuatan kolektif mereka untuk menghasilkan perilaku yang diinginkan.

Dengan kata lain, Kemampuan untuk memengaruhi hasil yang diharapkan secara

kolektif adalah keyakinan manusia bahwa kombinasi upaya mereka akan berhasil

melalui pencapaian kelompok.

2 teknik untuk mengukur Kemampuan untuk memengaruhi hasil yang

diharapkan secara kolektif:

1. Mengombinsaikan evaluasi individual anggota-anggotanya terhadap

kemampuan pribadi masiing-masing untuk melakukan tindakan yang

menguntungkan kelompok.

2. Mengukur keyakinan setiap pribadi terhadap kemampuan kelompok

untuk memunculkan hasil yang berbeda.

Bandura menyatakan bahwa perbedaan budaya akan memiliki tingkat

Kemampuan untuk memengaruhi hasil yang diharapkan secara kolektif yang

berbeda sehingga produktivitas kerja dengan sistem yang berbeda pub menjadi

berbeda pula

Pengaturan Diri

Ketika manusia memiliki tingkat self efficacy tinggi, yakin bahwa tindak

perwakilan bias diandalkan, dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

Page 11: Albert Bandura

hasil yang diharapkan secaa kolektif (collective efficacy) yang solid, maka mereka

akan memiliki kemampuan tertentu untuk mengatur perilaku diri sendiri.

Bandura yakin manusia menggunakan strategi reaktif dan proaktif untuk

mengatur dirinya maksudnya mereka berupaya secara reaktif untuk mereduksi

pertentangan antara pencapaian dan tujuan, dan setelah berhasil

menghilangkannya, mereka secara proaktif menetapkan tujuan baru yang lebih

tinggi.

Proses yang membentuk pengaturan diri yaitu pertama, keterbatasan

kemampuan manusia memanipulasi faktor-faktor eksternal, dan keterbatasan ini

mendukung paradigma interaksi yang respirok. Kedua, manusia sanggup

memonitor perilaku dan mengevaluasinya berdasarkan tujuan terdekat atau

terjauh.

Faktor-faktor Eksternal Pengaturan-Diri

1. Faktor eksternal menyediakan standar untuk mengevaluasi perilaku kita

sendiri. Standar tidak semata-mata berasal dari daya-daya internal.

Faktor-faktor lingkungan, yang berinteraksi dengan pengaruh pribadi,

turut membentuk standar individual bagi pengevaluasian.

2. Faktor-faktor eksternal memengaruhi pengaturan diri dengan

menyediakan cara-cara penguatan. Penghargaan intrinsik tidak selalu

cukup, kita juga memerlukan intensif-intensif dari luar.

Faktor-faktor Internal Pengaturan Diri

Bandura menemukan tiga persyaratan internal jika melatih pengaruh diri :

1. Observasi diri

Manusia sanggup memonitor penampilannya meskipun tidak

lengkap atau akurat. Kita memilih dengan selektif sejumlah aspek perilaku

Page 12: Albert Bandura

dan mengabaikan aspek lainnya. Yang dipertahankan biasanya adalah

yang sesuai dengan konsep diri.

2. Proses penilaian

Proses penilaian membantu meregulasi perilaku melalui proses

mediasi kognitif. Kita sanggup bukan hanya sadar diri secara reflektif

namun, juga menilai berharga tidaknya tindakan-tindakan berdasarkan

tujuan yang ditentukan oleh diri sendiri. Lebih detailnya, proses penilaian

bergantung kepada empat hal ini : standar pribadi, performa-performa

acuan, nilai aktivitas dan penyempunaan performa.

3. Reaksi diri

Manusia merespon positif atau negatif perilaku mereka

tergantung kepada bagaimana perilaku ini diukur dan apa standar

pribadinya. Dengan kata lain, manusia mengarahkan diri kepada intensif

bagi tindakannya melalui penguatan diri atau penghukuman diri.

Pengaturan Diri Melalui Tindakan Moral

Manusia juga dapat mengatur tindakan-tindakan mereka melalui standar-

standar moral mengenai sikap tertentu. Bandura melihat tindakan moral

mengandung dua aspek :

1. Tidak boleh melukai orang lain

2. Proaktif membantu orang lain

Pengaruh-pengaruh pengaturan diri tidak bersifat otomatis melainkan

baru bekerja hanya jika diaktifkan, sebuah konsep yang disebut sebagai Aktifitas

Selektif.

Page 13: Albert Bandura

Dengan menjustifikasi moralitas tindakannya sendiri, manusia dapat

memisahkan atau melepaskan diri dari konsekuensi perilakunya, sebuah konsep

yang disebut bandura sebagai pemisahan kontrol internal.

Empat teknik utama aktivasi selektif dan pemisahan control internal

adalah :

1. Meredefinisi Perilaku

2. Megalihkan atau memindahkan tanggung jawab

3. Tidak mengindahkan atau mendistorsi konekuensi-konsekuensi perilaku

4. Mendehumanisasi atau mengkambing hitamkan korban atas luka-luka

yang diderita

Perilaku yang Disfungsional

1. Depresi

2. Fobia-Fobia

3. Agresi

Terapi

Bandura sudah menyarankan sejumlah pendekatan dasar terapi. Pertama

adalah pemodelan menyolok atau terang-terangan. Klien yang mengamati

model hidup atau difilmkan melakukan aktivitas-aktivitas yang baginya

menakutkan sering kali merasa tidak begitu takut dan cemas lagi sehingga

mereka akan sanggup melakukan aktivitas sama yang selama ini ditakuti.

Dalam pendekatan kedua, pemodelan tersamar atau kognitif, terapis

melatih pasien untuk memvisualisasikan model melakukan perilaku yang

menakutkannya.

Prosedur ketiga, disebut penguasaan tindakan, meminta pasien

melakukan sejumlah perilaku yang menghasilkan ketakutan yang menyimpang.

Page 14: Albert Bandura

Kritik Terhadap Bandura

Manfaat dari teori Bandura, seperti teori lain, terletak pada kemampuan

membangkitkan riset, menawarkan diri untuk difalsifikasi, dan mampu

mengorganisasikan pengetahuan yang dibutuhkan. Selain itu, dia juga harus

sanggup membimbing para praktisi, secara internal konsisten dan lugas.