aktivitas ekstrak etanol daun sirih hijau (piper betle ... · 9 patologi anatomi luka tikus pada...

30
AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle Linn.) DALAM PROSES PERSEMBUHAN LUKA INFEKSI Staphylococcus aureus PADA TIKUS IRENE FIRMINATHA ALFARES FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: buikiet

Post on 16-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper

betle Linn.) DALAM PROSES PERSEMBUHAN LUKA

INFEKSI Staphylococcus aureus PADA TIKUS

IRENE FIRMINATHA ALFARES

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka
Page 3: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Ekstrak

Etanol Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.) dalam Proses Persembuhan Luka

Infeksi Staphylococcus aureus pada Tikus adalah benar karya saya dengan arahan

dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013

Irene Firminatha Alfares

NIM B04080081

Page 4: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

ABSTRAK

IRENE FIRMINATHA ALFARES. Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau

(Piper betle Linn.) dalam Proses Persembuhan Luka Infeksi Staphylococcus

aureus pada Tikus. Dibawah bimbingan BAYU FEBRAM PRASETYO dan

MAWAR SUBANGKIT.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan aktivitas ekstrak etanol daun

sirih hijau (Piper betle Linn.) pada proses persembuhan luka infeksi

Staphylococcus aureus melalui pengamatan patologi anatomi, keberadaan netrofil,

dan gambaran mikroskopis. Penelitian ini menggunakan 9 ekor tikus strain SD

dan diberi perlakuan yang berbeda yaitu salep komersil, akuades, ekstrak etanol

daun sirih, dan tanpa perlakuan. Semua tikus dilukai berbentuk kotak dengan

ukuran 1x1 cm2 pada daerah punggung kemudian ditetesi Staphylococcus aureus

pada hari ke 1, 4, 7, dan 11. Perlakuan diberikan selama 2 minggu. Semua data

yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif semikuantitatif. Hasil skoring

menunjukkan pada minggu pertama luka yang diobati dengan ekstrak etanol daun

sirih berada pada fase proliferasi sedangkan pada minggu kedua telah berada pada

fase maturasi. Luka yang diberi ekstrak etanol daun sirih memperlihatkan

persembuhan luka yang lebih baik pada minggu pertama dibandingkan dengan

perlakuan lainnya. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak sirih

dapat membantu persembuhan luka infeksi Staphylococcus aureus.

Kata kunci: ekstrak, daun sirih, persembuhan luka, Staphylococcus aureus.

ABSTRACT

IRENE FIRMINATHA ALFARES. Activity of Piper betle Leaves Ethanol

Extract on The Wound Healing Process with Staphylococcus aureus Infection in

Rat. Under the direction of BAYU FEBRAM PRASETYO dan MAWAR

SUBANGKIT.

This research was aimed to prove the wound healing activity of Piper betle

leaves ethanol extract against Staphylococcus aureus infection in rat skin.

Various parameters such as pathology anatomy, netrofil presence, and

microscopic observation were studied to evaluate the wound healing activity of

Piper betle. Nine rats Sprague Dawley strain were used through our the study and

each rat was given four treatments. Treatments were control, commercial

ointments, akuadest, and Piper betle leaves ethanol extract. The experiment were

given for fourteen days. Each of rats was aseptically wounded with four wounds

in 1x1 cm2 square shape at the back of rats. Every wound was spilled by

Staphylococcus aureus at 1st, 4

th, 7

th, and 11

th day. All data were analyzed with

descriptive semiquantitative method. Scoring results show that the first week of

wounds treated with piper betle leaves ethanol extract had shown proliferative

phase, while the second week treated with betle leaves extract had shown

maturation phase. Wound treated with Piper betle leaves extract were healed

better than others in the first week. Bassed on the results, Piper betle leaves

extract can be used to heal bacterial wound in the skin.

Keywords : extract, betel leaf, wound healing, Staphylococcus aureus.

Page 5: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

Institut pertanian Bogor

AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU(Piper

betle Linn.) DALAM PROSES PERSEMBUHAN LUKA

INFEKSI Staphylococcus aureus PADA TIKUS

IRENE FIRMINATHA ALFARES

KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka
Page 7: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

Judul Skripsi : Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.)

dalam Proses Persembuhan Luka Infeksi Staphylococcus aureus

pada Tikus

Nama : Irene Firminatha Alfares

NIM : B04080081

Disetujui oleh

Bayu Febram Prasetyo, Msi Ssi Apt

Pembimbing I

drh Mawar Subangkit

Pembimbing II

Diketahui oleh

drh H Agus Setyono, MS PhD APVet

Wakil Dekan FKH IPB

Tanggal Lulus:

Page 8: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Aktivitas Ekstrak Etanol

Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.) dalam Proses Persembuhan Luka Infeksi

Staphylococcus aureus pada Tikus” telah diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Bayu Febram Prasetyo, Msi Ssi

Apt dan drh Mawar Subangkit sebagai dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan ilmu dan menyediakan waktunya untuk membimbing penulis.

Disamping itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pak Kasnadi,

pak Endang, pak Soleh, Bibi yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada keluarga tercinta, ayah

Thomas Alfares, ibu Martha Retong, Sr. Renatha, kakak Anita, adik Rina Alfares

dan Rischa Alfares atas cinta, doa, dan dukungannya. Terima Kasih penulis

ucapkan kepada sahabat-sahabat (Cece, Zani, Eva, Keisya, Arini, Yayuk) dan

teman-teman Avenzoar 45 atas kebersamaannya.

Skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,

penulis terbuka menerima kritik dan saran yang membangun guna penulisan

selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2013

Irene Firminatha Alfares

Page 9: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Sirih 2

Luka 4

Infeksi 5

METODE 6

Bahan dan Alat 6

Perlakuan pada Tikus 7

Prosedur Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 18

RIWAYAT HIDUP 20

Page 10: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

DAFTAR TABEL

1 Hasil evaluasi gambaran patologi anatomi, gambaran mikroskopis, dan

keberadaan netrofil luka tikus pada minggu pertama. 10

2 Hasil evaluasi gambaran patologi anatomi, gambaran mikroskopis, dan

keberadaan netrofil luka tikus pada minggu kedua 14

DAFTAR GAMBAR

1 Penyebaran sirih di dunia 3

2 Tahap persembuhan luka 5

3 Jadwal penelitian 8

4 Kandang tikus berbahan dasar plastik yang diberi panggung dan tikus

yang diberi elizabeth collar 9

5 Diagram persembuhan luka tikus pada minggu pertama 11

6 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu pertama 12

7 Gambaran keberadaan netrofil pada luka 13

8 Diagram persembuhan luka tikus pada minggu kedua 15

9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16

10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17

Page 11: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aktivitas yang dilakukan baik oleh hewan maupun manusia seringkali

menimbulkan luka pada permukaan kulit. Hal ini dikarenakan kulit merupakan

lapisan terluar dari tubuh yang berfungsi sebagai pelindung tubuh. Luka

merupakan hilangnya integritas kulit sebagai bagian pelindung utama dari tubuh

yang disertai dengan perubahan struktur dan fungsi jaringan normal (Enoch dan

John 2008). Kehilangan integritas kulit ini dapat membuka jalan bagi bakteri

untuk masuk ke dalam tubuh sehingga memperlambat proses persembuhan luka.

Menurut Harahap (2002) salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada

luka adalah bakteri Staphylococcus aureus. Infeksi oleh bakteri yang terjadi pada

luka kulit biasanya menimbulkan nanah, kemerahan dan bengkak di sekeliling

luka, terjadi peningkatan suhu, dan sakit jika disentuh.

Secara umum luka pada kulit biasanya diberi obat kimia yang mengandung

ekstrak plasenta atau antibiotik. Obat untuk persembuhan luka ini masih menjadi

pilihan utama di pasaran karena efek penyembuhan yang dapat dirasakan

langsung dan mudah diperoleh. Namun harga yang semakin tinggi dengan ukuran

yang minimalis sangat memberatkan masyarakat. Saat ini masyarakat dunia

khususnya masyarakat Indonesia sudah mulai mengutamakan penggunaan obat

secara alami (back to nature). Obat yang berasal dari alam ini diminati karena

memiliki harga yang relatif terjangkau dan sedikit menimbulkan efek samping.

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki keanekaragaman tanaman.

Kardono et al. (2003) menyatakan bahwa Indonesia memiliki 25.000-30.000 jenis

tanaman dan sekitar 6.000 diantara jenis tanaman tersebut memiliki potensi untuk

dijadikan tanaman obat (herbal medicine). Dengan semakin berkembangnya obat

herbal dan ditambah dengan gema back to nature telah meningkatkan popularitas

obat herbal.

Salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai obat herbal adalah sirih.

Secara tradisional, daun sirih telah digunakan untuk menyembuhkan mata merah

atau iritasi dan menghentikan perdarahan akibat mimisan dengan menggulung

daun sirih menyerupai rokok dan ujungnya yang runcing dimasukkan ke dalam

lubang hidung. Sirih merupakan tanaman yang tumbuh di daerah tropis, mudah

didapat, dan memiliki harga yang terjangkau. Sirih mengandung 4.2 % minyak

atsiri yang terdiri dari hidroksikavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol,

karvakrol, terpinen, seskuiterpen, fenilpran, dan tanin (Moeljanto 2003). Minyak

atsiri yang terkandung dalam daun sirih digunakan sebagai antibakteri sehingga

dapat mencegah berkembangnya bakteri pada luka. Minyak atsiri dapat

menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri antara lain Escherichia coli,

Salmonella sp, Staphylococcus aureus, Klebsiella, Pasteurella, dan dapat

mematikan Candida albicans (Agusta 2000, Hariana 2007). Selain itu, menurut

Shetty dan Vijayalaxmi (2012) kandungan daun sirih terdiri dari alkaloid, steroid,

tanin, fenol, saponin, flavonoid, dan asam amino. Tanin, Saponin, dan flavonoid

yang terkandung dalam sirih berfungsi sebagai antimikroba dan merangsang

pertumbuhan sel-sel baru pada luka.

Page 12: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

2

Daun sirih juga mengandung saponin (Widayat et al. 2008 dalam Wardani

2009) yang memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan

dalam proses reepitelisasi. Senyawa saponin juga dapat bekerja sebagai

antimikroba dengan merusak membran sitoplasma dan membunuh sel.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka perlu dilakukan kajian secara ilmiah

mengenai efektivitas ekstrak sirih sebagai obat luka infeksi bakteri yang murah

dan aman.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara ilmiah efektivitas sirih

sebagai obat persembuhan luka infeksi bakteri dengan melihat gambaran

makroskopis dan mikroskopis.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa penggunaan

ekstrak etanol daun sirih sebagai obat luka infeksi bakteri dengan harga yang

terjangkau oleh masyarakat umum.

TINJAUAN PUSTAKA

Sirih

Sirih merupakan tanaman herbal paranial, berdaun tunggal dengan letak

daun alternet, bentuk bervariasi dari bundar telur sampai oval, ujung runcing,

pangkal daun berbentuk jantung, dan agak bundar asimetris (Rosman dan

Suhirman 2006). Berdasarkan jurnal Adate et al. 2012, tanaman ini termasuk

dalam famili Piperaceae dengan superordo Nymphaeiflloraea, ordo Piperales, dan

genus Piper. Sirih merupakan tanaman yang dapat dijumpai di daerah Sri Lanka,

India, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Kepulauan Timur Afrika.

Gambar 1 Penyebaran sirih di dunia

(Kumar et al. 2010)

Syukur dan Hernani (2002) mendeskripsikan tanaman sirih sebagai tanaman

menjalar dan merambat dibatang pohon di sekelilingnya dengan batang lunak,

Page 13: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

3

bentuk bulat, beruas-ruas, beralur-alur, berwarna hijau abu-abu. Letak daun

berseling, bentuk bervariasi dari bundar sampai oval, ujung runcing, pangkal

berbentuk jantung atau bundar asimetris, tepi rata, permukaan rata, dan

pertulangan menyirip. Warna bervariasi dari kuning, hijau sampai hijau tua, dan

bau aromatis.

Menurut Kumar et al. (2010) senyawa aktif yang dapat diisolasi dari daun

sirih antara lain hidroksikavikol, alipirokatekol, kavibetol, piperbetol,

metilpiperbetol, piperol A, dan piperol B. Kandungan senyawa aktif ini

mempunyai fungsi sebagai antiinflamatori, antikanker, dan imunomodulatori.

Menurut Shetty dan Vijayalaxmi (2012) daun sirih terdiri dari alkaloid, steroid,

tanin, fenol, saponin, flavonoid, dan asam amino. Fenol memberikan bau khas

daun sirih dan memiliki daya pembunuh bakteri lima kali lipat dari fenol biasa

(Moeljanto 2003). Tanin, saponin, dan flavonoid yang terkandung dalam sirih

berfungsi sebagai antimikroba dan merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada

luka.

Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang bersifat polar sehingga

mudah larut dalam pelarut polar seperti air, etanol, metanol, butanol, dan aseton.

Flavonoid berfungsi sebagai antialergi, antikanker, dan antiinflamasi. Sedangkan

tanin merupakan senyawa polifenol dari kelompok flavonoid yang berfungsi

sebagai antioksidan kuat, antikanker, dan antiinflamasi. Tanin juga dikenal

sebagai zat samak untuk pengawetan kulit, dimana efek tanin yang utama yaitu

sebagai astringensia yang banyak digunakan sebagai pengencang kulit dalam

kosmetika atau estetika (Olivia et al. 2004). Tanin dalam konsentrasi rendah dapat

menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan pada konsentrasi tinggi tanin

bekerja sebagai antimikroba dengan cara mengkoagulasi atau menggumpalkan

protoplasma kuman karena terbentuk ikatan yang stabil dengan protein kuman.

Sirih juga mengandung 4.2 % minyak atsiri yang terdiri dari hidroksikavikol,

kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol, karvakrol, terpinen, seskuiterpen,

fenilpran, dan tanin (Moeljanto 2003). Minyak atsiri dapat menghambat

pertumbuhan beberapa jenis bakteri antara lain Escherichia coli, Salmonella sp,

Staphylococcus aureus, Klebsiella, Pasteurella, dan dapat mematikan Candida

albicans (Agusta 2000, Hariana 2007). Selain itu, sirih mengandung saponin

(Widayat et al. 2008 dalam Wardani 2009) yang memacu pembentukan kolagen,

yaitu protein struktur yang berperan dalam proses persembuhan luka. Saponin

juga bersifat sebagai imunostimulator yang menggertak tanggap kebal inang

sehingga mempercepat proses kontraksi dan reepitelisasi.

Luka

Luka pada kulit didefinisikan sebagai hilangnya integritas kulit sebagai

bagian pelindung utama dari tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan

fungsi jaringan normal (Enoch dan John 2008). Menurut Alam et al. (2011) luka

diklasifikasikan berdasarkan fisiologis persembuhan dan penyebab terbentuknya

luka. Berdasarkan fisiologis persembuhan, luka dibagi menjadi luka akut dan luka

kronis. Luka akut adalah cedera jaringan yang biasanya melalui proses reparasi

dan mengalami persembuhan yang cepat baik secara anatomi maupun integritas

fungsionalnya. Luka akut biasanya disebabkan oleh pemotongan atau bedah

sayatan. Sedangkan luka kronis adalah luka yang telah gagal melalui tahap

Page 14: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

4

persembuhan normal dan merupakan suatu keadaan patologis, memerlukan waktu

persembuhan yang lama. Penyebab luka kronis adalah infeksi lokal, hipoksia,

trauma, benda asing, dan masalah sistemik seperti diabetes melitus, malnutrisi,

imunodefisiensi atau obat-obatan (Menke et al. 2007).

Berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi luka terbuka dan luka

tertutup. Luka terbuka adalah keluarnya darah dari dalam tubuh yang terlihat

dengan jelas. Contoh luka terbuka adalah luka gores, laserasi atau luka robek, luka

tusuk, dan luka tembak. Luka tertutup adalah keluarnya darah dari sistem

peredaran darah tetapi masih berada di dalam tubuh. Contohnya adalah luka

memar dan hematom (Alam et al. 2011).

Mekanisme persembuhan luka merupakan proses regenerasi yang tidak

hanya terjadi secara lokal tetapi juga dipengaruhi faktor endogen dan faktor

eksogen (Sedlarik 2004). Mekanisme persembuhan luka terbagi atas tiga fase

yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi. Fase inflamasi

menyebabkan luka membengkak dan sakit, sehingga gerakan menjadi terbatas.

Fase proliferasi membangun kembali struktur dan tahap maturasi memberikan

bentuk akhir.

Fase awal adalah fase inflamasi yang dimulai segera setelah cedera dan

biasanya berlangsung antara 24 - 48 jam, namun untuk beberapa kasus luka dapat

bertahan hingga dua minggu. Pada fase ini terjadi respon vaskular yang terlihat

dengan adanya perubahan pada pembuluh darah, perubahan aliran darah,

diapedesis dari eritrosit dan respon seluler yang terlihat berupa adanya

peningkatan aktivitas dari leukosit. Fase ini juga ditandai dengan adanya

vasokonstriksi dan agregasi platelet untuk mendorong pembekuan darah

kemudian vasodilatasi dan fagositosis untuk menghasilkan peradangan pada luka

(Li et al. 2007). Gejala klinis yang teramati berupa tanda-tanda peradangan yaitu

rubor, kalor, tumor, dolor, dan fungsi laesa.

Vasodilatasi mengakibatkan peningkatan aliran darah yang diikuti oleh

melambatnya sirkulasi darah. Kejadian ini menyebabkan peningkatan

permeabilitas vaskular sehingga keluarnya protein plasma ke jaringan interstitial

dan membentuk edema. Vasodilatasi juga menyebabkan terjadinya migrasi

netrofil dan monosit ke jaringan luka. Netrofil merupakan pertahanan pertama

terhadap infeksi dan memfagositosis debris serta mikroorganisme (Mackay dan

Miller 2003). Migrasi netrofil akan berhenti jika tidak terjadi kontaminasi. Jika

fase inflamasi berlanjut yang disebabkan oleh hipoksia, infeksi, malnutrisi,

penggunaan obat maka monosit akan dikonversi menjadi makrofag yang

membunuh bakteri, memfagositosis debris dan menghancurkan netrofil yang

masih tersisa. Selain itu, fungsi makrofag juga untuk mensintesis kolagen,

pembentukan jaringan granulasi, memproduksi growth factor yang berperan

dalam reepitelisasi, dan pembentukan neovaskularisasi atau angiogenesis.

Fase kedua adalah fase proliferasi. Pada fase ini proses persembuhan luka

yang berlangsung dua hari sampai tiga minggu setelah fase inflamasi. Fase ini

terdiri dari tiga tahap yaitu granulasi, kontraksi, dan epitelialisasi (Perdanakusuma

2008). Dalam tahap granulasi, fibroblas membentuk kolagen dan terbentuk kapiler

baru. Fibroblas menghasilkan berbagai zat penting untuk perbaikan luka, termasuk

glikosaminoglikan dan kolagen. Kemudian langkah kontraksi, menarik tepi luka

bersama-sama untuk mengurangi cacat pada jaringan epitel. Tahap ketiga yaitu

epitelialisasi terbentuk selama luka.

Page 15: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

5

Fase terakhir adalah fase maturasi. Fase ini berlangsung selama tiga minggu

sampai dua tahun. Tujuan dari fase ini adalah menyempurnakan terbentuknya

jaringan baru. Kolagen baru terbentuk dalam fase ini dan terjadi cross-linking

kolagen antar molekul. Bekas luka merata dan jaringan bekas luka menjadi seperti

aslinya.

Gambar 2 Tahap persembuhan luka

(Goldstein et al. 2005)

Ada 2 faktor yang mempengaruhi proses persembuhan luka yaitu faktor

lokal dan general. Faktor lokal meliputi suplai pembuluh darah yang kurang,

denervasi, hematoma, infeksi, iradiasi, stres mekanik, teknik bedah, irigasi,

elektrokoagulasi, suture materials, dressing materials, antibiotik, dan tipe

jaringan. Faktor general meliputi usia, anemia, obat-obat anti peradangan, diabetes

melitus, hormon, infeksi sistemik, jaundice, penyakit menular, malnutrisi,

obesitas, temperatur, trauma, hipovolemia, hipoksia, uremia, vitamin C dan A,

serta trace metals (Perdanakusuma 2008).

Infeksi

Infeksi merupakan hadirnya berbagai mikroorganisme dalam luka yang

ditandai dengan gejala klinis sehingga dapat mengganggu proses persembuhan

luka (Kingsley 2001). Infeksi luka terjadi ketika mikroorganisme mengalahkan

pertahanan host dan adanya faktor lingkungan yang mendukung terjadinya

proliferasi mikroba. Hal ini mengakibatkan persembuhan luka akan tertunda

(Green 2012). Menurut Patel (2010) infeksi yang terjadi pada luka memiliki gejala

yang khas yaitu adanya pireksia atau febris, odema, sakit, peningkatan eksudat,

gangguan persembuhan luka, dan diskolorasi jaringan granulasi. Infeksi yang

terjadi pada luka dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti: besar dan

kedalaman luka, jenis luka, lokasi luka pada tubuh, ada penyakit vaskular,

malnutrisi, diabetes melitus, adanya benda asing, radioterapi, dan keadaan

Page 16: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

6

imunosupresi. Infeksi pada luka dapat disebabkan oleh Streptococcus sp.,

Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Candida sp., Aspergilus sp.,

dan Proteus sp. (Collier 2004). Menurut Stephens et al. (2003) bakteri

Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang sering ditemukan pada luka.

Bakteri ini diperkirakan hadir dalam jaringan lebih dari 50% pada luka kronis.

Efek umum dengan hadirnya bakteri adalah penurunan kemotaksis dan deplesi

platelet, fungsi leukosit akan terganggu, peningkatan metabolit vasikonstriksi

dapat menyebabkan keadaan hipoksia sehingga dapat terjadi kerusakan jaringan.

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2012 di kandang

hewan dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan

Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Peralatan yang digunakan antara lain kandang tikus yang diberi panggung,

elizabeth collar, syringe, balok kayu berukuran 1x1 cm2, dan mikroskop cahaya.

Bahan-bahan yang digunakan adalah tikus jantan, ekstrak etanol daun sirih,

akuades, eter, ketamin dan xylazine, magnesium sulfat (MgS04), Neutral Buffered

Formaldehyde (NBF) 10%, Staphylococcus aureus atcc 6538 105 cfu/ml, metanol,

Giemsa, dan obat luka komersil.

Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan strain

Sprague-Dawley (SD) sebanyak 9 ekor yang berumur ± 2 bulan dengan bobot

badan 150-200 gram.

Ekstraksi Tanaman Obat

Ekstrak daun sirih dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan

Obat (Balittro) dan didapatkan ekstrak dengan berat 31 gram dari 1 kg daun sirih

kering. Prosedur pembuatan ekstrak yaitu sortasi, pengeringan, pencacahan,

ekstraksi menggunakan etanol 70%, dan dievaporasi (BPOM 2005).

Perlakuan pada Tikus

Page 17: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

7

Tikus dipelihara di kandang hewan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor. Tikus diberi pakan dan minum secara ad libitum dan

dilakukan aklimatisasi dengan tujuan untuk menyamaratakan kondisi dari setiap

tikus.

Perlukaan pada tikus dilakukan dengan menganastesi tikus menggunakan

ketamin dan xylazine secara intraperitoneal. Kemudian rambut di daerah

punggung digunting sampai bersih dan dilukai berbentuk kotak berukuran 1x1

cm2 sebanyak 4 luka. Keadaan infeksi luka dilakukan dengan meneteskan bakteri

Staphylococcus aureus atcc 6538 sebanyak 0.1 ml pada hari ke 1, ke 4, ke 7, dan

ke 11.

Keempat luka diberikan perlakuan berbeda yaitu pemberian ekstrak sirih,

pemberian salep komersil, pemberian akuades, dan kontrol. Pemberian ekstrak

sirih dilakukan secara topikal dengan cara mengoleskannya menggunakan kapas

steril sampai hari ke 14 pasca perlukaan sebanyak 2 kali sehari.

Pembuatan Preparat Sentuh

Gelas objek ditempelkan pada permukaan luka tikus, direndam dalam

metanol selama 5 menit kemudian diangkat dan dikeringkan. Preparat

dibenamkan dalam larutan Giemsa selama 25 menit, dimasukkan kedalam

inkubator 45.7-45.8 oC, dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Pembuatan

preparat sentuh dilakukan pada hari ke 3 dan hari ke 10.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel luka dilakukan pada hari ke 7 dan ke 14 pasca

perlukaan dengan mengambil empat ekor tikus pada pengambilan pertama dan

lima ekor tikus pada pengambilan kedua. Tikus dianastesi menggunakan eter dan

diinjeksi dengan magnesium sulfat secara intrakardial. Kulit di daerah punggung

digunting dan direndam dalam NBF 10%.

Pembuatan Sediaan Histopatologi

Sampel organ yang telah difiksasi mengunakan NBF 10% dipotong dan

dimasukkan ke dalam keranjang jaringan kemudian didehidrasi menggunakan

etanol bertingkat, dijernihkan dengan xylene, dan dimasukkan ke dalam parafin

cair dengan tujuan agar jaringan terisi oleh parafin. Pembuatan blok dilakukan

dengan cara membenamkan sample organ ke dalam parafin cair dan didinginkan

dengan suhu 5 oC. Blok dipotong setebal ± 3-5 µm menggunakan mikrotom dan

ditempelkan pada gelas objek kemudian diwarnai.

Pewarnaan Haematoxylin Eosin diawali dengan deparafinisasi dalam

inkubator dengan suhu 57-58 oC dan dibersihkan dengan 3 larutan xylene

selanjutnya dihidrasi menggunakan etanol (100%, 96%, dan 70%). Kemudian

preparat dibilas dengan air mengalir, dimasukkan ke dalam larutan Mayer’s

Haematoksilin, dibilas kembali dengan air mengalir, dicuci dengan lithium

Page 18: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

8

carbonate, dan dibilas dengan air mengalir. Selanjutnya preparat dicelupkan ke

dalam pewarna Eosin. Preparat kemudian dicelupkan ke dalam etanol bertingkat

mulai 70%, 80%, 96%, dan alkohol absolut. Terakhir, preparat dimasukkan dalam

empat larutan xylene. Dibiarkan mengering dan ditetesi PermountTM

kemudian

ditutup dengan cover glass.

Gambar 3 Jadwal penelitian.

Parameter yang Diamati

Pengamatan patologi anatomi yaitu dengan mengukur luas luka pada hari

pertama dan hari ke 14 serta melihat keadaaan luka. Pengamatan histopatologi

menggunakan metode skoring dengan melihat proses persembuhan yang telah

dilewati oleh luka tersebut. Pengamatan preparat sentuh dilakukan dengan melihat

keberadaan netrofil.

Analisis Data

Data pengamatan patologi anatomi, histopatologi, dan preparat sentuh

dianalisis dengan metode deskriptif semikuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Luka pada kulit didefinisikan sebagai hilangnya integritas kulit sebagai

bagian pelindung utama dari tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan

fungsi jaringan normal (Enoch dan John 2008). Berdasarkan penyebabnya, luka

tikus pada penelitian ini termasuk dalam luka terbuka yaitu keluarnya darah dari

dalam tubuh yang terlihat dengan jelas. Luka dibuat pada punggung tikus tetapi

tidak mengenai otot. Setiap tikus mendapat perlakuan empat luka pada daerah

punggung. Hal ini bertujuan agar menghindari respons individual dari tikus dan

meminimalkan penggunaan hewan coba. Tikus dipelihara dalam kandang

panggung agar tidak secara langsung menyentuh sekam yang tercemar urin dan

feses serta tikus diberi elizabeth collar yang dibuat dari kertas film. Hal ini

dilakukan agar meminimalisir terjadinya infeksi bakteri dari lingkungan terhadap

luka.

Page 19: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

9

Gambar 4 Kandang tikus berbahan dasar plastik yang diberi panggung dengan ukuran 30x15 cm

(gambar A dan B) dan tikus yang diberi elizabeth collar untuk menghindari tikus

menjilati luka (gambar C dan D).

Penelitian aktivitas ekstrak daun sirih dalam proses persembuhan luka

infeksi bakteri ini menggunakan metode ekstraksi maserasi dengan pertimbangan

cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana, mudah diusahakan, dan

hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Pelarut yang digunakan adalah etanol

70% karena kapang dan kuman sulit tumbuh dan lebih selektif. Penggunaan

pelarut etanol juga bertujuan agar golongan flavonoid, saponin, alkaloid, dan tanin

yang terkandung dalam daun sirih terikat dengan gula membentuk glikosida

sehingga larut dalam pelarut polar seperti etanol (Sastroamijoyo 1967).

Pengamatan luka pada penelitian ini dilakukan secara makroskopis dan

mikroskopis. Pengamatan secara makroskopis dilakukan dengan menghitung luas

luka menggunakan MacBiophotonic ImageJ® (National Institute of Mental

Health) dan mengamati keadaan luka. Sedangkan pengamatan mikroskopis

dilakukan dengan melihat keberadaan netrofil pada preparat sentuh dan

melakukan skoring gambaran histopatologi menggunakan mikroskop cahaya.

Pada pengamatan gambaran histopatologi luka dilakukan dengan melihat rata-rata

kualitas luka dari setiap ulangan menggunakan preparat yang diwarnai dengan

pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Kualitas luka dilihat dengan mengamati lesio-

lesio yang terjadi pada daerah luka yaitu pendarahan, kongesti, adanya sel radang,

pembentukan epitelisasi, neovaskularisasi, adanya fibroblas dan kontraksi pada

luka, dan pembentukan folikel rambut serta kelenjar sebaceous. Lesio ini

digunakan untuk menentukan proses persembuhan luka yang sudah dilalui oleh

masih-masing luka.

Page 20: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

10

Menurut Reddy et al. (2002) persembuhan luka merupakan mekanisme

kompleks yang melibatkan proses peradangan, koagulasi, pembentukan jaringan

granulasi, pembentukan matriks, remodelling jaringan ikat, dan kolagenasi. Proses

ini terdiri dari tiga tahap yaitu inflamasi, proliferasi, dan maturasi. Pada tahap

inflamasi lesio yang diamati terdiri dari adanya pendarahan dan edema, sel radang,

terdapat keropeng dan pusat netrofil, serta sedikit fibroblas. Pada tahap proliferasi

parameter yang diamati adalah reepitelisasi mulai terjadi, terdapat fibroblas,

terjadi kontraksi pada luka, dan neovaskularisasi. Sedangkan pada tahap maturasi

parameter yang diamati adalah reepitelisasi terjadi sempurna, terbentuk folikel

rambut dan kelenjar sebaceous, dan kontraksi luka bagus.

Hasil Pengamatan Luka pada Minggu Pertama

Pada minggu pertama dilakukan pengamatan pada tiga parameter yaitu

pengamatan patologi anatomi, keberadaan netrofil pada luka, dan gambaran

mikroskopis yang diamati menggunakan mikroskop cahaya. Hasil pengamatan

gambaran patologi anatomi, keberadaan netrofil, dan gambaran mikroskopis pada

minggu pertama disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Hasil evaluasi patologi anatomi, gambaran mikroskopis, dan keberadaan

netrofil luka tikus pada minggu pertama.

Perlakuan Patologi Anatomi Netrofil Gambaran Mikroskopis Skoring

Luas

(mm2)

Kering Basah Inflamasi Proliferasi Maturasi

Kontrol 100±0 0/9 9/9 0/9 33.33% 50% 16.67% 1.83

Sirih 100±0 0/9 9/9 5/9 40% 40% 20% 1.8

Salep 100±0 0/9 9/9 4/9 75% 0 25% 1.5

Akuades 100±0 0/9 9/9 0/9 0 50% 50% 2.5

Keterangan: Angka pembilang menunjukkan jumlah sampel yang positif (+). Angka penyebut

menunjukkan jumlah luka yang diamati. Keberadaan netrofil diamati pada hari ke-3.

Luas luka diamati pada hari pertama. Gambaran mikroskopis dan keadaan luka

diamati pada hari ke 7. Pada skoring mikroskopis angka 0-0.5 menunjukkan luka

belum sembuh, 0.6-1.5 menunjukkan luka inflamasi, 1.6-2.5 menunjukkan luka

proliferasi, dan 2.6-3 menunjukkan luka maturasi.

Hasil pengamatan secara patologi anatomi pada minggu pertama

menunjukkan luka pada setiap perlakuan masih dalam keadaan basah. Hal ini

disebabkan oleh terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga

keluarnya protein-protein plasma dan terakumulasi dalam pembuluh jaringan

interstitial (Tawi 2008). Pada gambaran mikroskopis terlihat hampir semua

perlakuan masih berada dalam tahap inflamasi dan proliferasi. Hal ini sesuai

dengan Keast dan Orsted (1998) yang menyatakan bahwa proses inflamasi terjadi

pada hari ke-1 sampai ke-4 dan tahap proliferasi yang mulai pada hari ke-4.

Page 21: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

11

Gambar 5 Diagram persembuhan luka tikus pada minggu pertama

Hasil skoring gambaran histopatologi luka kulit tikus pada minggu

pertama menunjukkan bahwa luka yang diberi akuades memperlihatkan

persembuhan luka yang lebih baik yaitu telah mencapai tahap proliferasi dengan

rata-rata skoring histopatologi yaitu 2.5, diikuti oleh kontrol dan ekstrak sirih

yang juga berada pada tahap proliferasi dengan rata-rata skoring histopatologi

yaitu 1.83 dan 1.8 serta salep yang masih pada tahap inflamasi dengan rata-rata

skoring histopatologi yaitu 1.5. Tahap proliferasi terjadi pada kelompok luka

akuades diduga disebabkan oleh penetesan akuades pada luka dapat

membersihkan bakteri yang ada pada luka sehingga tahap persembuhan luka dapat

berjalan dengan normal. Luka yang diberi akuades juga menyebabkan luka dalam

keadaan lembab sehingga ujung epitel yang terkoyak luruh secara langsung dapat

difagosit oleh netrofil.

Luka yang diberi ekstrak sirih juga sudah mencapai awal tahap proliferasi.

Hal ini disebabkan oleh kandungan flavonoid, saponin, alkaloid, dan tanin yang

berfungsi sebagai antimikroba dan antiinflamasi sehingga tahap inflamasi terjadi

dalam waktu yang singkat (Shetty dan Vijayalaxmi 2012). Luka yang diberi salep

mengalami tahap inflamasi yang lebih lama dibandingkan dengan perlakuan

lainnya. Hal ini disebabkan oleh kandungan kloramfenikol dalam salep

merupakan antibiotik yang berfungsi sebagai bakteristatik (Tjay dan Rahardja

2007) sehingga meningkatkan tahap inflamasi untuk melawan bakteri. Selain itu,

persembuhan luka dapat terjadi karena adanya faktor pendukung yang

mempengaruhi proses persembuhan luka yaitu lingkungan yang bersih, nutrisi,

usia, dan imunitas (Perdanakusuma 2008).

Pada gambaran histopatologi dapat terlihat bahwa luka kelompok kontrol,

akuades, dan ekstrak sirih menunjukkan kualitas yang hampir sama yaitu telah

mencapai tahap proliferasi yang ditandai dengan reepitelisasi yang mulai terjadi,

terdapat fibroblas, dan adanya neovaskularisasi yang merupakan ciri khas pada

tahap proliferasi. Neovaskularisasi merupakan pembentukan buluh darah yang

baru. Keberadaan neovaskularisasi pada luka memiliki peranan yang penting

untuk memberikan asupan nutrisi dan oksigen bagi jaringan yang sedang

beregenerasi. Tunas-tunas pembuluh darah ini muncul disebabkan oleh aktivitas

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%Tahap persembuhan luka

pada minggu pertama

Kontrol

Aquades

Sirih

Salep

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3 Hasil rata-rata skoring pada minggu pertama

Rata-rata skoring

Page 22: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

12

mitosis pada sel-sel endotel pembuluh darah tertua diikuti oleh migrasi kearah

luka (Spector dan Spector 1993). Nayak (2006) menyatakan persembuhan luka

tergantung pada sirkulasi darah di daerah yang mengalami luka serta

pembentukan dan deposisi kolagen. Jumlah buluh darah yang baru dipengaruhi

oleh adanya makrofag yang berfungsi mensintesis faktor angiogenesis.

Gambar 6 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu pertama. (A) tahap proliferasi pada luka

kontrol, (B) tahap proliferasi pada luka akuades, (C) tahap proliferasi pada luka sirih,

(D) tahap inflamasi pada luka salep. Kotak menunjukkan pembentukan buluh darah

baru dan tanda panah menunjukkan kumpulan netrofil.

Luka yang diberi salep pada minggu pertama masih menunjukkan tahap

inflamasi yang ditandai dengan adanya titik-titik perdarahan, edema, adanya sel

radang dalam jumlah besar, dan masih terlihat kumpulan netrofil. Sel radang yang

dapat ditemui pada gambaran histopatologi yaitu netrofil, makrofag, dan limfosit.

Limfosit merupakan sel darah putih yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.

Page 23: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

13

Sel limfosit melepaskan limfokin yang berfungsi untuk merangsang agregasi

makrofag dan juga sebagai chemoattractant bagi makrofag.

Gambar 7 Gambaran keberadaan netrofil pada luka. (A) runtuhan epitel pada luka kontrol,

(B)runtuhan epitel pada luka akuades, (C) netrofil pada preparat sentuh luka sirih, (D)

netrofil pada preparat sentuh luka salep. Lingkaran menunjukkan proses fagositosit

dan koloni bakteri.

Netrofil merupakan pertahanan pertama terhadap infeksi bakteri dan

berfungsi memfagositosis sel debris serta mikroorganisme. Oleh karena itu

netrofil sering disebut sebagai pertahanan seluler yang pertama. Cara kerja netrofil

dalam memberikan respon imun adalah dengan menggunakan enzim lisosom yang

dapat mencerna dinding sel bakteri. Sebuah sel netrofil dapat memfagosit 5-20

Page 24: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

14

bakteri sebelum sel netrofil itu sendiri menjadi inaktif dan mati (Guyton dan Hall

1997). Pengamatan keberadaan netrofil pada preparat sentuh yang diwarnai

dengan pewarnaan Giemsa memperlihatkan luka yang diberi akuades dan kontrol

ditemukan runtuhan-runtuhan epitel (Gambar 7) sedangkan luka yang diberikan

salep dan ekstrak sirih menunjukkan hasil yang positif dimana adanya netrofil.

Hal ini menunjukkan bahwa adanya proses fagositosis bakteri yang lebih cepat

dibandingkan dengan luka kontrol dan luka akuades.

Hasil evaluasi luka pada kulit tikus baik secara histopatologi dan

keberadaan netrofil pada minggu pertama menunjukkan bahwa ekstrak sirih

mempunyai efektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

Hal ini ditunjukkan dengan tahap inflamasi yang berlangsung dengan cepat tetapi

memiliki efikasi yang sama dengan obat salep. Efektivitas ekstrak sirih ini diduga

diakibatkan oleh kandungan senyawa flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid yang

berfungsi sebagai antimikroba dan antiinflamasi, sehingga mempercepat

peradangan dan meningkatkan netrofil pada luka.

Hasil pengamatan luka pada minggu kedua

Pada minggu kedua dilakukan pengamatan pada tiga parameter yaitu

patologi anatomi luka, skoring gambaran mikroskopis, dan keberadaan netrofil

pada preparat sentuh yang diwarnai oleh Giemsa. Hasil pengamatan luas patologi

anatomi, gambaran mikroskopis, dan keberadaan netrofil pada minggu kedua

disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Hasil evaluasi patologi anatomi, gambaran mikroskopis, dan keberadaan

netrofil luka tikus pada minggu kedua.

Perlakuan Patologi Anatomi Netrofil Gambaran Mikroskopis Skoring

Luas (mm2) Kering Basah Inflamasi Proliferasi Maturasi

Kontrol 9.026±5.30 5/5 0/5 0/5 42.86% 28.57% 28.57% 1.85

Sirih 13.138±7.89 5/5 0/5 0/5 0 11.11% 88.89% 2.89

Salep 8.686±5.01 5/5 0/5 0/5 0 0 100% 3

Akuades 34.848±28.89 3/5 2/5 2/5 57.14% 14.28% 14.28% 1.71

Keterangan: Angka pembilang menunjukkan jumlah sampel yang positif (+). Angka penyebut

menunjukkan jumlah luka yang diamati. Keberadaan netrofil diamati pada hari ke-10.

Luas luka, gambaran mikroskopis, dan keadaan luka diamati pada hari ke 14. Pada

skoring mikroskopis angka 0-0.5 menunjukkan luka belum sembuh, 0.6-1.5

menunjukkan luka inflamasi, 1.6-2.5 menunjukkan luka proliferasi, dan 2.6-3

menunjukkan luka maturasi.

Pada minggu kedua gambaran mikroskopis luka yang diberi ekstrak sirih

dan salep dominan berada pada tahap maturasi sedangkan luka kontrol dan luka

akuades dominan berada pada fase inflamasi dan proliferasi. Hal ini disebabkan

oleh kandungan dalam salep dan daun sirih dapat mempercepat proses

persembuhan luka. Hasil pengamatan patologi anatomi memperlihatkan bahwa

kelompok luka yang diberi akuades mempunyai luasan tertinggi, kelompok luka

Page 25: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

15

yang diberi ekstrak sirih berada pada urutan kedua diikuti kontrol dan salep.

Sedangkan berdasarkan pengamatan gambaran histopatologi terlihat bahwa luka

yang diberi salep memperlihatkan hasil yang lebih baik diikuti luka yang diberi

ekstrak sirih, kontrol, dan akuades. Kandungan kloramfenikol dalam salep

mempunyai mekanisme kerja yaitu menghambat sintesa protein bakteri (Tjay dan

Rahardja 2007). Keadaan ini menyebabkan bakteri dapat dieliminasi dengan cepat

sehingga proses reepitalisasi luka terjadi lebih cepat. Pada luka yang diberi

ekstrak sirih mempunyai luasan luka yang kurang bagus secara makroskopis tetapi

mempunyai kualitas yang sama dengan luka salep. Hal ini menunjukkan bahwa

luka yang mengecil secara makroskopis belum tentu mempunyai kualitas luka

yang baik secara mikroskopis.

Gambar 8 Diagram persembuhan luka tikus pada minggu kedua

Pada pengamatan keberadaan netrofil, luka akuades yang diberi akuades

memperlihatkan hasil positif. Pemberian akuades pada luka menyebabkan luka

dalam keadaan lembab sehingga jaringan yang rusak karena perlukaan lebih

mudah luruh. Jaringan luka yang luruh dapat merangsang datangnya netrofil untuk

memfagositosit luruhan sel-sel tersebut. Selain itu, luka yang diberi akuades

menciptakan lingkungan yang lembab pada luka dan merupakan media yang baik

untuk pertumbuhan bakteri sehingga merangsang datangnya netrofil untuk

memfagositosit bakteri tersebut.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Tahap persembuhan luka pada minggu kedua

Kontrol

Aquades

Sirih

Salep

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5 Hasil rata-rata skoringpada minggu kedua

Rata-rata skoring

Page 26: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

16

Gambar 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua

Pada gambaran mikroskopis menunjukkan bahwa luka yang diberi salep

dan ekstrak sirih telah mencapai tahap maturasi yang ditandai dengan adanya

pembentukan folikel rambut dan kelenjar sebaceous dan daerah luka mulai

mengecil. Daerah luka yang mulai mengecil disebabkan oleh adanya fibroblas

yang terlihat seperti garis-garis berwarna ungu pada preparat yang diwarnai

dengan Hematoxylin-Eosin. Semakin banyaknya jaringan ikat pada luka, semakin

besar daya kontraksi luka sehingga sisi luka akan tertarik dan menyebabkan besar

luka menjadi mengecil. Pada luka yang diberi akuades masih dalam tahap

proliferasi dimana masih terlihat adanya keropeng dan kumpulan netrofil. Luka

yang selalu ditetesi akuades akan menyebabkan luka tetap dalam keadaan basah

sehingga keropeng yang terbentuk akan menjadi lunak dan mudah hancur

sehingga dapat memanggil sel-sel radang untuk memfagositnya. Hal ini didukung

oleh keadaan patologi anatomi yang masih basah dan keberadaan netrofil pada

preparat sentuh yang diwarnai dengan Giemsa.

Page 27: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

17

Gambar 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua. (A) tahap proliferasi pada luka

kontrol, (B) tahap proliferasi pada luka akuades, (C) tahap maturasi pada luka sirih,

(D) tahap maturasi pada salep. Kotak menunjukkan kontraksi luka.

Secara makroskopis luas luka yang diberi ekstrak sirih menunjukkan sedikit

perubahan pada minggu pertama dan minggu kedua. Tetapi perubahan luas luka

yang terjadi tidak lebih bagus dibandingkan pemberian obat salep. Pada gambaran

histopatologi menunjukkan bahwa pada minggu pertama kualitas luka yang diberi

ekstrak sirih menunjukkan hasil yang baik dimana pada minggu pertama luka

yang diberi ekstrak sirih telah mengalami tahap proliferasi. Hal ini menunjukkan

bahwa ekstrak sirih mampu mempercepat tahap inflamasi karena mempunyai

kandungan flavonoid, alkaloid, tanin, dan saponin yang berfungsi sebagai

antimikroba dan antiinflamasi (Shetty dan Vijayalaxmi 2012). Sedangkan pada

minggu kedua, gambaran histopatologi luka yang diberi ekstrak sirih telah

mencapai tahap maturasi. Hal ini tidak berbeda jauh dengan luka yang diberi salep

yang juga telah mencapai tahap maturasi. Pengamatan keberadaan netrofil luka

yang diberi ekstrak sirih pada minggu pertama menunjukkan adanya netrofil yang

tinggi. Hal ini menunjukkan adanya proses fagositosis yang cepat sehingga dapat

mempercepat proses inflamasi.

Page 28: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

18

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penggunaan ekstrak

sirih sebagai obat luka infeksi bakteri mempunyai efektivitas lebih baik pada

minggu pertama dibandingkan dengan obat salep karena ekstrak sirih dapat

mempercepat tahap inflamasi. Hal ini disebabkan oleh kandungan tanin, flavonoid,

saponin, dan alkaloid yang berfungsi sebagai antiinflamasi dan antibakteri.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan pengambilan kulit

secara berkala yaitu pada hari 1, 3, 5, 7 dan ke 14.

DAFTAR PUSTAKA

Adate PS, Parmesawaran S, Chauhan Y. 2012. In vitro anthelmintic activity of

stem extracts of Piper betle linn. against Pheritima posthuma.

Pharmacognosy Journal. 4(29): 61-66.

Agusta A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: ITB Press.

Alam G, Singh MP, Singh A. 2011. Wound healing potential of some medicinal

plants. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and

Research. 9(1): 136-145.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2005. Monografi Ekstrak

Tumbuhan Obat Indonesia Volume 1. Jakarta: BPOM RI

Collier M. 2004. Recognition and management of wound infections.

http://www.worldwidewounds.com/2004/january/Collier/Management-of-

Wound-infections.html [11 September 2012].

Enoch S dan John LD. 2008. Basic science of wound healing. Surgery (Oxford).

26(2):31-37.

Goldstein AL, Hannappel E, Kleinman HK. 2005. Thymosin β4: actin-

sequestering protein moonlights to repair injured tissues. Trends in

Moleculer Medicine. 11(9): 421-429.

Green B. 2012. Getting it right: wound assessment and management. Prof Nurs

Today. 16(1): 35-42.

Harahap M. 2002. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.

Hariana A. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Ed ke-3. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Kardono LBS, N Artanti, ID Dewiyanti, T Basuki, K Padmawainata. 2003.

Selected Indonesian Medicinal Plants. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Keast DH dan Orsted HL. 1998. The basic principles of wound healing. originally

published. 44(8):24-30.

Page 29: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

19

Kingsley A. 2001. A proactive approach to wound infection. Nurs Stand. 15(30):

50-58.

Kumar N, Misra P, Dube A, Bhattacharya S, Madhu D, Ranade S. 2010. Piper

betle Linn a maligned Pan-Asiatic plant with an array of pharmacological

activities and prospects for drug discovery. Current Science. 99(7): 922-

932.

Li J, Chen J, Kirsener R. 2007. Phatophysiology of acute wound healing. Clinics

in Dermatology. 25(1): 9-18.

Mackay D dan Miller AL. 2003. Nutritional support for wound healing. Altern

Med Rev. 8(4): 359-377.

Menke NB, Ward KR, Witten TM, Bonchev DG, Diegelmann RF. 2007. Impaired

wound healing. Clin Dermatol. 25: 19-25.

Moeljanto RD. 2003. Khasiat & Manfaat Daun Sirih: Obat Mujarab dari Masa ke

Masa. Jakarta :Agromedia Pustaka.

Nayak S. 2006. Influence of ethanol extract of Vinca rosea on wound healing in

diabetic rats. J of biological Sci. 6(2): 51-55.

Olivia F, Syamsir A, Iwan H. 2004. Seluk Beluk Food Supplement. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Patel S. 2010. Wound infection. Wound Essentials. 5 : 40-47.

Perdanakusuma GS. 2008. Anatomi fisiologi kulit dan penyembuhan. [Artikel].

http://www.surabayaplacticsurgery.blogspot.com/2008/05/.html. [15

Februari 2012].

Reddy JS, Rao PR, Reddy MS. 2002. Wound healing effects of Heliotropium

indicum, Plumbago zeylanicum and Acalypha indica in rats. J

Ethnopharmacol. 79 (2): 51-249.

Rosman R dan Suhirman S. 2006. Sirih tanaman obat yang perlu mendapat

sentuhan teknologi budaya. Warta Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Industri. 12(1): 13-15.

Sastroamijoyo AS. 1967. Obat Asli Indonesia. PT Dian Rakyat. Hal 524-525.

Sedlarik KM. 2004. Wound healing. The self-harm support community.

http://www.recoveryourlife.net/Fun_Stuff/potw/19339.aspx. [15 Februari

2012].

Shetty S dan Vijayalaxmi KK. 2012. Phytochemical investigation of

extract/solvent fractions of Piper ningrum linn. seeds and Piper betle linn.

leaves. International Journal of Pharma and Bio Sciences. 3(2): 344-349

Stephens P, Wall IB, Wilson MJ, Hill KE, Harding KG, Davies CE, Hill CM,

Thomas DW. 2003. Anaerobic cocci populating the deep tissue of chronic

wounds impair cellular wound healing responses in vitro. British Journal

of Dermatology. 148(3): 456-466.

Syukur C dan Hernani. 2002. Budidaya Tanaman Obat Komersil. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Tawi. 2008. Proses Penyembuhan Luka. [Artikel]. http://syehaceh. wordpress.com

[5 November 2012].

Tjay TH dan Rahardja K. 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan

Efek-efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Wardani LP. 2009. Efek penyembuhan luka bakar gel ekstrak etanol daun sirih

(Piper betle) pada kulit punggung kelinci [skirpsi]. Surakarta: Universitas

Muhammahdiyah Surakarta.

Page 30: AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle ... · 9 Patologi anatomi luka tikus pada minggu kedua 16 10 Gambaran mikroskopis luka tikus pada minggu kedua 17. ... luka

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Maumere, Kabupaten Sikka Provinsi Nusa

Tenggara Timur pada tanggal 1 Mei 1990 dari Ayah Thomas Alfares dan Ibu

Martha Loran Retong. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Penulis dibesarkan di Maumere dan menempuh pendidikan sekolah dasar

di SDN Inpres Iligetang pada tahun 1996-2002, SMPN 1 Maumere pada tahun

2002-2005, dan melanjutkan pendidikan di SMAK St. Gabriel Maumere pada

tahun 2005-2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Fakultas Kedokteran

Hewan IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di UKM Keluarga

Mahasiswa Katolik IPB (KEMAKI) sebagai anggota (2008-2010) dan sebagai

anggota divisi dana usaha (2010-2011), Himpunan Minat dan Profesi Hewan

Kesayangan dan Satwa Akuatik (HKSA) FKH IPB (2010-2012) sebagai anggota

divisi kuda, Organisasi Mahasiswa Daerah GAMANUSRATIM, dan Ikatan

Mahasiwa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) cabang Bogor sebagai

anggota Divisi Komunikasi dan Informasi serta editor Veterinfo (2010-2011).