makalah tikus

21
MAKALAH SERANGAN HAMA TIKUS SAWAH ( Rattus Argentiventer ) Oleh: Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Dasar Perlindungan Tanaman NAMA : IRAWAN PRASTOMO NIM : HO204046 PRODI : ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN

Upload: irawan-prastomo

Post on 04-Aug-2015

1.452 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah tikus

MAKALAH

SERANGAN HAMA TIKUS SAWAH

( Rattus Argentiventer )

Oleh:

Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Dasar Perlindungan Tanaman

NAMA : IRAWAN PRASTOMO NIM : HO204046 PRODI : ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2005

Page 2: makalah tikus

BAB IPENDAHULUAN

Sejak manusia berhasil membudidayakan berbagai spesies tanaman

dan hewan untuk memenuhi keperluan hidupnya dan pokok yaitu makan, pakaian,

perumahan, manusia harus menghadapi berbagai tantangan dan kendala, baik

yang berupa fisik, sosial ekonomi dan biologi yang mengancam keberhasilan

produksinya. Berbagai kendala fisik seperti kebanjiran ketika musim penghujan

diatas normal atau kekeringan ketika musim kering berkepanjangan keduanya

menyebabkan kegagalan produksi yang dapat mengakibatkan kelaparan dan

malah kematian sejumlah anggota masyarakat. Misalnya Bangladesh, India, dan

Republik Rakyat Cina sering dilaporkan terkena musibah demikian. Indonesia pun

tidak terkecuali, baik itu di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa.

Selain itu masih banyak lagi kendala dan tantangan berat bagi

pertanian didalam hal ini khususnya bagi para petani yang menjadi subjek atau

pelaku didalam bidang pertanian. Sejumlah masalah sosial ekonomi misalnya

kekurangan modal usaha, fluktuasi harga, ijon, nilai tukar produk pertanian yang

rendah, pemilikan tanah yang sempit, tenaga kerja tani tak berlahan, penguasaan

teknologi pertanian yang masih terbatas.

Kendala lain yang juga merupakan kendala yang sangat penting ialah

adanya berbagai spesies organisme, disebut organisme pengganggu yang

menyerang tanaman dan hewan tersebut yang mengakibatkan penurunan kuantitas

dan kualitas produksi, atau malah menggagalkan produksi sama sekali.

Dalam hal ini kendala – kendala yang berasal organisme pengganggu

juga dialami oleh para petani padi di Indonesia. Berikut ini dikemukakan beberapa

contoh: Pontianak Post; “Petani di desa kubu khususnya masyarakat trans

Jangkang I s/d IV mengalami keresahan karena panen diserang hama tikus dan

babi. Untuk mencegahnya mereka membutuhkan dana guna membeli insektisida.

Sayangnya mereka terkendala dana dan panen terancam gagal”. Ini

Page 3: makalah tikus

merupakanlah salah satu dari serangan hama tikus sawah ( Rattus Argentiventer)

yang berdampak ribuan hektar tanaman padi petani tersebut akan musnah. Kasus

yang masih sama dan juga, Pontianak Post; “Akibat dari pecahnya tanggul di

Dusun Jirak, Selakau, Kab.Sambas, ratusan hektar sawah dan rumah warga,

menjadi terendam air setinggi setengah meter. Akibat bencana banjir itu,

diperkirakan hasil panen padi untuk musim tanam saat ini, jumlahnya akan

berkurang hingga 50 persen. Tampak jelas terlihat dengan mulai merajalelanya

hama tikus. Keadaan terasa semakin sulit, manakala hama keong emas

menyerang secara bersamaan. Akibatnya benar-benar sangat mengerikan.

Separuh dari areal persawahan, diperkirakan sudah tidak produktif lagi. Jika

keadaan ini terus menerus terjadi, maka dikhawatirkan petani akan mengalami

gagal panen. Sebab jumlah hasil panen yang diharapkan, kualitas dan

kuantitasnya akan jauh dari harapan” . Hal ini menandakan bahwa sanitasi /

kebersihan lingkungan sangat diperlukan supaya hama tidak menyerang areal

pertanian kita. Sebagai contoh di Dusun Jirak, Selakau, Kab.Sambas tadi, akibat

jebolnya tanggul, maka areal pertanian merekapun digenangi air, genangan air di

tambah dengan sanitasi / kebersihan areal pertanian mereka dari gulma masih

kurang maka sawah merekapun menjadi tempat yang nyaman untuk para tikus.

Lain lagi menurut Departemen Pertanian; ”Tikus merupakan hama

dari golongan vertebrata yang hampir sepanjang masa menimbulkan kerugian

terbesar diantara berbagai hama tanaman di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

dan di Indonesia. Pada tahun 2001 secara nasional kerugian petani akibat

serangan hama tikus pada tanaman pangan diperkirakan mencapai 82.722.964

ha, sementara di Jawa Tengah diperkirakan 38.994 ha dan di Kabupaten Kendal

Rp. 3,54 milyar, setara dengan 2.321 ha. Burung Elang, burung Hantu, binatang

melata seperti ular dan sejenisnya serta satwa liar lainnya yang sejak dulu

diketahui sebagai pemangsa tikus yang berpotensi saat ini semakin langka,

bahkan punah akibat keserakahan manusia berburu satwa liar itu untuk berbagai

keperluan. Penggunaan pestisida kimia, termasuk umpan racun, yang tidak

bijaksana telah mematikan berbagai satwa liar, baik secara langsung kena racun

atau makan tikus yang telah makan umpan racun, sehingga akibatnya populasi

Page 4: makalah tikus

tikus pada saat-saat tertentu justru meningkat dan dapat menimbulkan kerugian

yang besar. Bertolak dari pengalaman itu, maka pendekatan pengendalian tikus

dengan pemberdayaan agen hayati, khususnya burung hantu Tyto Alba yang

mampu mengendalikan tikus pada malam hari perlu dan layak untuk

dikembangkan”.

Kasus diatas merupakan sedikit contoh dari kasus – kasus yang

disebabkan oleh hama tikus sawah (Rattus Argentiventer). Disini Pemakalah

sengaja mengambil kasus serangan hama tikus sawah (Rattus Argentiventer),

karena tikus merupakan salah satu jenis hama yang relatif sulit untuk dikendalikan

karena mempunyai daya adaptasi, mobilitas, dan kemapuan berkembang biak

yang sangat tinggi dan tikus merupakan hama yang tersebar luar hampir diseluruh

dunia khususnya di Asia. Dengan membawa kasus – kasus yang terjadi di daerah

Kalimantan Barat, disini Pemakalah dapat mengetahui permasalahan –

permasalahan berkaitan tentang Dasar Perlindungan Tanaman yang terjadi di

Kalimantan Barat yang merupakan daerah tempat Pemakalah berasal. Sehingga

setelah menempuh mata kuliah ini, kelak pemakalah dapat menerapkannya untuk

mengatasi permasalahan – permasalahan tersebut khususnya serangan hama tikus

sawah (Rattus Argentiventer).

Page 5: makalah tikus

BAB II

ISITikus Sawah (Rattus Argentiventer)

Tikus merupakan hama penting yang menimbulkan kerugian bagi tanaman

pertanian baik dilapangan maupun hasil pertanian didalam penyimpanan. Jenis

tanaman yang sering mendapat serangan hama tikus adalah padi, jagung, kedelai,

kacang tanah dan ubi-ubian. Jenis tikus yang banyak menimbulkan kerugian

adalah dari jenis tikus sawah (Rattus Argentiventer) dan Rattus diardi yang

menimbulkan kerusakan hasil dalam simpanan. Tikus suka hidup ditempat gelap

yang bersemak-semak dari banyak rerumputan didekat sumber makanan.

Tikus sawah (Rattus Argentiventer) merupakan hama padi yang cukup

penting, tergolong famili Muridae, ordo Rodenstia, klas Mammalia. Tikus sawah

dapat menyerang berbagai jenis tanaman pada berbagai fase pertumbuhan.

Kehilangan hasil yang diakibat serangan tikus di Asia Tenggara diperkirakan

berkisar antara 5 – 60 %. Populasi tikus cepat meningkat kalau masa panen

mengalami perpanjangan karena tidak serentaknya waktu tanam, atau umur

varietas yang ditanam tidak sama. Selain itu banyaknya gulma dipematang –

pematang sawah dapat menjadi pelindung tikus untuk bersembunyi. Tikus

merupakan salah satu jenis hama yang relatif sulit untuk dikendalikan karena

mempunyai daya adaptasi, mobilitas, dan kemempuan berkembang biak yang

tinggi. Tikus sawah (Rattus Argentiventer) tersebar luas di negara – negara di

Asia Tenggara.

Dipandang dari Morfologi dan biologi, tikus sawah (Rattus Argentiventer)

mudah dibedakan dari tikus lainnya karena ekornya yang relatif pendek, hanya

kira – kira sepanjang tubuhnya. Rambut punggungnya kasar, berwarna coklat

gelap di bagian pangkal dan ujungnya kekuningan. Sedang warna perut putih abu

– abu dan bulu ekor seluruhnya berwarna gelap. Jumlah putting susu 12 buah, 3

Page 6: makalah tikus

pasang di bagian dada dan 3 pasang di bagian perut. Berat tubuh sekitar 100 – 230

gram. Rata – rata panjang kaki 34 mm, sedang panjang kuping 20 – 22 mm.

Tikus sawah (Rattus Argentiventer) lebih menyukai hidup di sawah –

sawah yang berpengairan dan bersarang dengan membuat lubang di dalam tanah.

Mereka mulai bermigrasi ke sawah pada saat tanaman padi membentuk malai.

Kemudian mereka membuat terowongan – terowongan dipematang sawah dan

mulai berkembang biak. Potensi perkembangbiakkan sangat tergantunga pada

makanan yang tersedia.

Perkembangbiakan tikus sangat cepat, umur 1,5 – 5 bulan sudah dapat

berkembangbiak, setelah hamil 4 minggu/ ±21 hari, setiap ekor dapat melahirkan

6-12 ekor anak, 21 hari kemudian pisah dari induknya dan setiap tahun seekor

tikus dapat melahirkan 4 kali, dan dari satu pasangan beserta keturunannya

mereka dapat berkembang biak menjadi 500 ekor. Tikus dapat hidup selama satu

tahun atau lebih. Tikus betina yang berusia dua bulan sudah siap untuk kawin.

Kalau tidak ada pertanaman di sawah, mereka akan bermigrasi ke daerah

sekitarnya seperti tegakan nipah, rumpun – rumpun 6amboo, semak belukar dan

sebagainya. Di tempat – tempat ini mereka mengharapkan dapat berlindung.

Mereka juga kadang – kadang datang ke rumah atau ke gudang – gudang

penyimpanan padi dan menjadi pesaing tikus rumah untuk mendapatkan makanan.

Tikus sawah (Rattus argentiventer) aktif menyerang tanaman padi pada

waktu malam, sedang pada siang hari mereka bersembunyi di dalam lubang –

lubang atau semak – semak.

1. Gejala serangan dan tingkat kerusakannya.

Tikus dapat menyerang tanaman padi pada berbagai fase bertanaman

padi. Pada fase vegetatif mereka akan memutuskan batang – batang padi

sehingga tampak berserakan. Mereka akan menggigit lebih dari jumlah yang

dibutuhkan untuk makan. Kerusakan akibat serangan tikus bersifat khas, yaitu

di tengah – tengah petakan sawah tampak gundul, sedang bagian tepi

biasanya tidak diserang. Mereka juga menyerang bedengan persemaian

dengan memekan benih – benih yang di sebar, atau mencabut tanaman –

tanaman yang baru tumbuh.

Page 7: makalah tikus

Pada fase generatif tikus – tikus akan memakan malai yang

terbentuk dan bulir – bulir padi yang mulai menguning, sehingga dapat

menyebabkan kehilangan hasil secara langsung. Kerusakan tidak akan terlihat

dari jarak yang agak jauh sampai persentase serangan mencapai 15 %.

Serangan tikus lebih berat pada musim hujan daripada musim kemarau.

2. Tanaman Inang

Tikus dapat memekan segala macam jenis makanan. Mereka bersifat

omnivor, (pemakan segala jenis makanan), akan tetapi dalam hidupnya tikus

membutuhkan makanan yang kaya akan zat pati seperti kacang tanah, bulir

padi, umbi – umbian, dan biji – bijian. Jagung dan tebu tampaknya kurang

disukai dibandingkan padi. Urutan kesukaan makanan bagi tikus adalah;

malai padi segar, beras, gabah, ketela pohon, kelapa bakar, ubi jalar, kacang

tanah, ketam bakar, jagung, dan kedelai.

3. Pengendalian

Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Pengendalian secara kultur teknis akan makanan, pelindungan, dan juga

faktor – faktor lingkungan yang dapat menekan populasinya.

Dalam pengendalian hama tikus kita menganut konsep pengendalian

hama terpadu yaitu sistem pengendalian populasi yang memanfaatkan secara

terpadu untuk menurunkan populasi dan mempertahankannya dibawah batas

ambang ekonomi. Untuk memperoleh hasil yang baik dalam pengendalian

hama tikus perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut:

perlu pengorganisasian yang baik meliputi daerah yang luas dilaksanakan

secara massal serentak berulangkali dilakukan sampai populasi dibawah batas

yang menyebabkan kerugian ekonomis perlu disesuaikan dengan keadaan

serangan dan fase pertumbuhan tanaman. Macam – macam taktik

pengendalian hama dalam hal ini hama tikus sawah (Rattus Argentiventer)

dapat dikelompokkan seperti di bawah ini:

3.1. Mengusahakan pertumbuhan tanaman sehat

Yang dimaksud dengan tanaman sehat ialah tanaman yang terlihat

segar, tumbuh normal menurut kriteria pertumbuhan yang telah diketahui.

Page 8: makalah tikus

Dimulai dengan menilai kesehatan benih. Tanda – tanda benih sehat adalah

harus bersih terlihat bernas tidak berkeriput, tidak ada gejala – gejala

berpenyakit, persentase tumbuhnya (kecambah) hampir 100%.

Selain mengusahakan pertumbuhan tanaman sehat, sanitasi tanaman

dan lingkungan juga perlu dilakukan. Sanitasi tanaman dan lingkungan yaitu

membersihkan semak-semak dan rerumputan, membongkar liang dan sarang

serta tempat perlindungan lainnya. Membersihkan gulma – gulma dari

pematang sawah dan disekitar sawah bertujuan agar sawah menjadi bersih

dari gulma sehingga tidak dijadikan tempat berlindung tikus.

Membuang gundukan jerami setelah panen, karena gundukan ini

dapat dimanfaatkan tikus untuk membuat lubang yang tersembunyi sehingga

mereka dapat berkembang biak.

Mengatur waktu tanam, ini bis dilakukan dengan melakukan

penanaman secara serempak, sehingga pada saat – saat tertentu tidak ada

tanaman padi di sawah. Hal ini dapat memutuskan siklus hidup tikus karena

waktu tersedianya makanan yang disukai tikus terbatas. Mengecilkan ukuran

pematang sawah, sehingga tikus – tikus tidak dapat membuat sarang.

3.2. Pengendalian secara mekanik

Pengendalian secara mekanik ialah dengan menggunakan berbagai

alat/ bahan untuk membinasakan hama dalam hal ini khususnya pada hama

tikus, termasuk menggunakan tangan kita untuk mengambil dan menangkap

hama tersebut. Pengendalian hama secara mekanik dapat dilakukan secara

langsung membunuh tikus dengan pukulan, diburu anjing, menggunakan

perangkap, dan pembongkahan sarang – sarang tikus, cara ini disebut juga

gropyokan. Cara ini akan berhasil bila diorganisir dengan baik dan

dilakasanakan serentak, sebagai contoh adalah pemasangan perangkap dengan

menggunakan Bambu dengan panjang antar 1,5 – 2 meter yang salah satu

ujungnya dibiarkan tertutup dan ujung lainnya dilubangi.

Pemasangan dilakukan sore hari ditempat yang biasa dilalui tikus

didekat pamatang diharapkan tikus akan masuk lubang dan sembunyi, dan

pagi diambil dengan terlebih dahulu ujung yang terbuka dimasukkan karung/

Page 9: makalah tikus

plastik, kemudian tikus dibunuh. Biasanya gropyokan dikombinasikan dengan

pengendalian hayati. Pada saat gropyokan, dibawa juga hewan – hewan

predator seperti anjing atau kucing, sehingga tikus yang lari karena sarangnya

dirusak dapat dikejar oleh hewan tersebut atau dipukul/ Gropyokan biasanya

dilakukan beramai – ramai oleh pemilk sawah dalam suatu hamparan.

3.3. Pengendalian secara hayati (musuh – musuh alam)

Dalam pengertian ekologi definisi pengendalian hayati ialah

pengaturan populasi kepadatan organisme oleh musuh – musuh alamnya,

hingga tingkat kepadatan rata – rata organisme tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan yang tidak diatur oleh musuh alamnya. Contoh musuh

alami (predator) yang menghambat populasi tikus seperti ular, kucing, burung

hantu dll.

3.4. Pengendalian secara kimia

Selama dua dekade terakhir ini banyak kemajuan yang telah tercapai

dalam mengindentifikasi dan menetapkan fungsi berbagai senyawa

kimia.dilakukan. Pengemposan dilakukan dengan memasukkan gas – gas

beracun ke dalam liang – liang tikus. Biasanya digunakan belerang yang di

bakar di atas sabut kelapa, kemudian dihembuskan kedalam lubang oleh alat

emposan ataupun cara lain dengan membakar merang yang telah diberi serbuk

belerang didalam alat emposan, sebelumnya lubang-lubang keluar ditutup

terlebih dahulu. Penggunaan gas beracun akan efektif bila padi dalam stadium

bunting.

Pengumpanan dilakukan dengan menempatkan umpan di tempat –

tempat tertentu. Tempat umpan harus terbuat dari bahan alami, karena tikus

akan menghindari benda – benda asing. Pengumpanan hanya efektif pada fase

vegetatif, karena pada fase generatif tikus lebih menyukai malai padi segar.

Racun yang digunakan dalam pengumpanan ada yang bersifat racun akut

(membunuh dengan segera) dan racun khronis (tidak membunuh dengan

segera). Penggunaan racun akut tikus mati 3-14 jam sesudah peracunan tetapi

Page 10: makalah tikus

kelemahannya tikus dapat mengalami jera umpan kalau melihat tikus lain mati

karena memakan umpan tersebut, perbandingan umpan dan racun 99 : 1.

Oleh karena itu saat ini lebih disukai penggunaan racun khronis

seperti klerat RMB. Racun kronis bekerjanya lambat, namun tidak

menimbulkan jera umpan. Tikus akan mati 2 –14 hari setelah peracunan.

Contoh: Klerat RM dosis penggunaan 10-40 per tempat umpan.

Rodentisida digunakan dengan umpan yang disukai tikus seperti: beras,

jagung, ubi kayu dn ubi jalar. Umpan beracun ada 2 jenis, yaitu yang siap

pakai seperti; Klerat RM dan Umpan yang dibuat sendiri (umpan + Zink

Phosfit). Untuk melindungi umpan dari hujan dan tidak termakan hewan

ternak, perlu digunakan tempat umpan yang diletakkan ditepi pematang dekat

liang tikus dengan jarak masing-masing tempat 25 meter, dan masing-masing

tempat diberi 10-20 gram umpan.

Di dalam pembuatan umpan, dibuat campuran antara makanan

dengan racun tikus (rodentisida) biasanya dengan perbandingan 19 : 1. Akan

tetapi ada umpan tikus yang siap pakai, tidak perlu lagi di campur dengan

bahan lain.

3.5. Pengendalian secara genetik

Ada kemungkinan untuk merubah komponen – komponen genetic

populasi hama atau mekanisme pewarisnya yang lain dengan tujuan untuk

mengendalikan hama tersebut. Metode pengendalian secara genetik yang

bicara disini adalah:

teknik jantan mandul dengan radiasi

zat kimia pemandul

Jadi dengan pengendalian hama tikus melalui berbagai cara yang

dilaksanakan secara terpadu, ini diharapkan dapat menekan populasi tikus

dilapangan dibawah ambang batas ekonomi yang tidak merugikan bagi petani.

Page 11: makalah tikus

3.6. Fisik (Luckamn and Metccalf,1975)

Yang dimaksud dengan pengendalian secara fisik ialah

memenfaatkan faktor – faktor fisik untuk membinasakan atau menekan

perkembangan populasi hama, antara lain dengan:

Suhu panas, dingin

Suara

Kelembaban

Energi, perangkap cahaya, pengaturan cahaya.

Page 12: makalah tikus

BAB IIIPENUTUP

Dari semuanya yang telah di jabarkan diatas mengenai hama tikus sawah

(Rattus Argentiventer), terhadap tanaman padi (Oriza Sativa) dan bagaimana

teknik – teknik pengendalian hamanya sehingga masalah – masalah yang

dihasilkan oleh hama tikus tersebut dapat diminimalisasi/ tidak sampai merusak

padi secara kualitas dan kuantitas dengan skala yang besar.

Pentingnya padi (Oriza Sativa) sebagai sumber utama makanan pokok

dan dalam perekonomian bangsa Indonesia tidak seorang pun menyangsikan.

Oleh karena itu setiap faktor yang mempengaruhi tingkat produksinya sangat

penting diperhatikan. Masyarakat Indonesia, khususnya dalam lingkungan

pertanian, pasti ingat bahwa hama wereng coklat pada pertengahan tahun 70-an

telah menyebabkan bencana nasional dalam budidaya padi. Tikus juga menjadi

masalah besar dibanyak daerah, khususnya tikus sawah (Rattus Argentiventer).

Memperhatikan pentingnya faktor hama diatas, maka pengendalian perlu

dilakukan. Hal ini pun telah menjadi perhatian nasional sehingga usaha

pengendalian hama dan penyakit tanaman dimasukkan sebagai salah satu dari

program Panca Usaha Tani dalam budidaya padi. Empat usaha lainnya adalah

penggunaan bibit unggul, pengolahan tanah yang baik, serta pemupukan yang

seimbang.

Salah satu usaha keberhasilan usaha pengendalian hama dan penyakit

tanaman padi adalah identifikasi tehadap jasad penggangunya. Identifikasi ini

selain dilakukan langsung pada jasad penggangunya, juga dapat dibantu dengan

pengenalan terhadap gejala serangan yang ditimbulkannya. Oleh karena itu uraian

mengenai gejala serangan jasad pengganggu dalam buku ini punya arti yang

sangat penting, khususnya bagi praktisi di lapang. Jika jasad penggangunya telah

diketahui, maka berdasarkan sifat – sifatnya cara pengendalian yang sesuai dapat

diterapkan.

Page 13: makalah tikus

Cara pengendalian hama dan penyakit padi biasanya terdiri dari

beberapa macam. Dalam pelaksanaannya sebaiknya cara – cara itu jika saling

menunjang atau memungkinkan dilakukan secar terpadu. Biasanya dari beberapa

cara yang tersedia, yang hampir selalu dapat disarankan adalah penanaman

varietas yang tahan terhadap hama atau penyakit yang potensil disuatu daerah.

Sekali lagi hendaknya masalah pengendalian hama dan penyakit

tanaman khususnya disini tanaman padi (Oriza Sativa) terus kita perhatikan agar

swasembada beras nasional yang telah tercapai dapat dimantapkan. Tujuan yang

tak kalah pentingnya adalah usaha pengendalian hama dan penyakit ini adalah

menjaga penghasilan para petani padi agar tidak “dicuri” oleh hama dan penyakit.

Semoga makalah ini dapat berguna untuk para pembaca sekalian, akhir

kata dari Pemakalah: “ Jayalah terus pertanian Indonesia “.

Page 14: makalah tikus

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian .http://www.deptan.go.id.

Harahap, Idham Sakti dan Budi Tjahjono. 1989. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Oka, Ida Nyoman. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Pontianak Post. Kamis, 12 Agustus 2004.Cara Mengatasi Serangan Hama Tikus.

Pontianak Post. Kamis, 20 Januari 2005.Tikus dan Keong Emas Serang Padi.

Trubus. Edisi 348 .November 1998. Menjebak Tikus 3000 ekor/ malam.