uin syarif hidayatullah jakarta - institutional repository...

70
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Uji Aktivitas Film Kitosan yang Mengandung Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus Putih Betina (Rattus Norvegicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo SKRIPSI MAHMUDAH 108102000072 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JULI 2013

Upload: dinhanh

Post on 16-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Uji Aktivitas Film Kitosan yang Mengandung

Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

Putih Betina (Rattus Norvegicus) Galur Sprague Dawley

Secara In Vivo

SKRIPSI

MAHMUDAH

108102000072

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JULI 2013

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Uji Aktivitas Film Kitosan yang Mengandung

Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

Putih Betina (Rattus Norvegicus) Galur Sprague Dawley

Secara In Vivo

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

MAHMUDAH

108102000072

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JULI 2013

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Mahmudah

NIM : 108102000072

Tanda Tangan :

Tanggal : 5 Juli 2013

nn

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstrak

NAMA : Mahmudah

NIM : 108102000072

JUDUL : Uji Aktivitas Film Kitosan yang Mengandung Asiatikosida

sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus Putih Betina (Rattus

Norvegicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo

Telah dilakukan penelitian terhadap aktivitas penyembuhan luka bakar dari

senyawa asiatikosida yang dihantarkan melalui penutup luka berupa film

kitosan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari aktivitas film kitosan

dan pengaruh konsentrasi asiatikosida terhadap penyembuhan luka bakar. Uji

eksperimen dilakukan pada tikus betina galur Sprague Dawley (2-3 bulan,

180-250 gram) yang dibagi enam kelompok (kontrol negatif, kontrol suspensi

asiatikosida, film kitosan yang mengandung asiatikosida 0% (FK), 10% (FA1),

20% (FA2), dan 30% (FA3)). Luka bakar derajat tiga dibuat dengan

menggunakan logam panas yang berdiameter 1 cm pada punggung tikus,

kemudian diuji sesuai masing-masing kelompok. Data penurunan luas area luka

diukur pada hari ke-3,7 dan 14 yang diuji secara statisik menggunakan ANOVA,

dan dilakukan uji histologi pada hari ke-7 dan 14 yang diamati secara deskriptif

berupa jumlah sel-sel radang, neuvaskularisasi dan ketebalan serabut kolagen.

Hasil statistik menunjukkan bahwa film FA2 dan FA3 memberikan persen

penurunan luas area luka yang lebih besar dan berbeda secara signifikan

(p < 0,05) dibandingkan kontrol negatif, dan tidak berbeda secara signifikan (p >

0,05) dibandingkan kontrol positif. Berdasarkan hasil histologi bahwa film FA3

memiliki sel-sel radang yang lebih sedikit dibandingkan kelompok lain dan juga

memiliki serabut kolagen yang lebih tebal dan padat dibandingkan film FA2 dan

FA1. Film FA2 memiliki serabut kolagen yang tebal dan jumlah neuvaskularisasi

yang lebih banyak dibandingkan film FA1. Dari hasil histologi tersebut

menunjukkan semakin tinggi konsentrasi asiatikosida maka aktivitas

penyembuhan luka bakar semakin baik. Kesimpulannya, formula film yang

mempunyai aktivitas penyembuhan luka bakar yang lebih baik adalah film yang

mengandung konsentrasi asiatikosida 20% dan 30%.

Kata kunci : luka bakar, penutup luka, penyembuhan luka, kitosan, asiatikosida

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstract

NAMA : Mahmudah

NIM : 108102000072

JUDUL : Study Activity of Chitosan Film Containing Asiaticoside as a

Burn Dressing on Female Rat of Sprague Daweley Strain (Rattus

Norvegicus) by In Vivo

Research has done on the burns healing activity of asiaticoside compounds that

are conducted through the wound dressing of the chitosan film. The purpose of

this research was for studying the activity of chitosan film and influence of

asiaticoside concentration on the burns healing. Study experimental was done on

female rat of Sprague Dawley Strain (2-3 month, 180-250 gram) that divided into

six groups (negative control, suspension asiaticoside control, chitosan film

containing asiaticoside 0% (FK), 10% (FA1), 20% (FA2), and 30% (FA3)).

A third degree burns were created by using hot metal with a diameter of 1 cm on

the rats back, then was tested according to each group. A wound area was

measured on the 3th

, 7th

and 14th

days that was tested statistically using ANOVA

and histology was done on 7th

and 14th

days that was observed by descriptive a

number of inflammatory cells, neuvaskularisation and collagen fibers.The result

of statistic showed that FA2 and FA3 films gave a percent of decrease wounds

area bigger and significantly different (p < 0,05) than the negative control, and

wasn’t significantly different (p < 0,05) than the positive control (p > 0,05). The

result of histology showed that FA3 film had inflammatory cells are less than

other groups and also had collagen fibers are thicker and denser than the FA2 and

FA1 films. FA2 film had collagen fibres that are thick and the number of

neuvaskularisasi more than FA1 film. The results of histology showed that the

higher the concentration asiaticoside so burns healing activity to be better. In

conclusion, the formula films that had burn healing activity be better were

chitosan films that containing asiaticoside concentration on 20% and 30%.

Keyword : burn, wound dressing, wound healing, chitosan, asiaticoside

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Saya mengucapkan puji dan syukur atas segala karunia dan nikmat yang

telah di berikan oleh Allah Subhana Wa Ta’ala. Atas berkat dan rahmat-Nya, saya

dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul Uji Aktivitas

Film Kitosan yang Mengandung Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar

terhadap Tikus Putih Betina (Rattus Norvegicus) Galur Sparague Dawley

Secara In Vivo. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita,

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam

rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sulit bagi saya untuk

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih

kepada:

(1) Ibu Yuni Anggraeni M.Farm., Apt selaku pembimbing pertama dan Ibu Eka

Putri, M.Si., Apt selaku pembimbing kedua yang telah memiliki andil besar

dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi saya ini, semoga segala

bantuan dan bimbingannya mendapat imbalan yang lebih baik di sisi-Nya.

(2) Ibu dr. Woro yang telah memberikan andil dalam proses penelitian

khususnya dalam bidang Histologi.

(3) Bapak Prof. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

(4) Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

(5) Ibu Zilhadia M.Si., Apt selaku dosen pembimbing akademik selama

pendidikan.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(6) Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program

Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7) Kedua orang tua saya tercinta, ayahanda Khanafi dan Ibunda Sulastri, Pakde

saya Aminudin S.Pd beserta keluarga, Pakle Mustafid S.Pd beserta keluarga,

Mba Yuli dan Mas Hofir, Le Apip, De tersayang Firmansyah dan Om Tugi

beserta keluarga yang telah memberikan dukungan, do’a, dan kasih sayang

selama ini.

(8) Pemerintah Daerah Musi Banyuasin dan Tim Pengelola Beasiswa Santri

Jadi Dokter, khususnya (Alm) pak Syarifudin, pak Amri Siregar, pak

Faidhol dan pak Nuh yang telah memberikan dukungan moril dan materil

selama pendidikan. Ucapan beribu terimakasih, semoga ilmu yang saya

terima dapat bermanfaat.

(9) Sahabat-sahabatku seperjuangan dalam penelitian Dina Haryanti, Dwinur

Astria dan Sivia. Teman seperjalanan Dasyu Irmayanti, Aam amelia,

Zikriah, Hesti chuy, dan Mega kuadrat yang senantiasa selalu bersama

dalam suka maupun duka. Ade-adeku Misriana, Gianti dan Miza yang

memberikan warna selama ini.

(10) Teman-teman seperjuangan Beasiswa Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin

angkatan 2008, Eva, Fani, Teguh, Syarah, Chou, Janah, Aniz dan Sherly.

(11) Teman-teman Matrikulasi angkatan 2008, khususnya teman farmasi, Imam,

Roni, Fe’i, Doni, Labib, Jidin, Ukon, dan Fafa yang sama-sama menempuh

ilmu dari awal perkuliahan. Rekan-rekan mahasiswa Farmasi angkatan

2008, khususnya kelas B atas dukungan, pertemanan dan kerjasamnya.

(12) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang turut

membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum sempurna. Oleh

karena itu, dengan kerendahan hati, kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan guna tercapainya kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga

berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa

farmasi, dan juga bagi masyarakat.

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Akhir kata, saya berharap Allah Subhana Wa Ta’ala berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Penulis, 5 Juli 2013

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syrarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Mahmudah

NIM : 108102000072

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya, dengan judul :

UJI AKTIVITAS FILM KITOSAN YANG MENGANDUNG

ASIATIKOSIDA SEBAGAI PENUTUP LUKA BAKAR PADA TIKUS

PUTIH BETINA (Rattus Norvegicus) GALUR SPRAGUE DAWLEY

SECARA IN VIVO

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : 5 Juli 2013

Yang menyatakan,

( Mahmudah )

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PIMBIMBING ........................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN .. ..................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... xi

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.2. Latar Belakang .......................................................................... 1

1.3. Rumusan Masalah ..................................................................... 3

1.4. Hipotesa .................................................................................... 3

1.5. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3

1.6. Manfaat Penelitian .................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4 2.1. Kulit .......................................................................................... 4

2.2. Luka .......................................................................................... 5

2.3. Luka Bakar ................................................................................ 5

2.3.1. Definisi ............................................................................. 5

2.3.2. Patofisiologi ..................................................................... 6

2.3.3. Klasifikasi Luka Bakar .................................................... 6

2.4. Penatalaksanaan Luka Bakar ..................................................... 8

2.4.1. Penyembuhan Luka .......................................................... 8

2.4.2. Infeksi ............................................................................... 9

2.4.3. Penanganan Luka ............................................................. 10

2.5. Asiatikosida ............................................................................... 12

2.6. Kitosan ...................................................................................... 13

2.6.1. Film Kitosan sebagai Penutup Luka............................... .. 14

2.7. Pemeriksaan Histopatologi ........................................................ 15

2.7.1. Pendahuluan ..................................................................... 15

2.7.2. Cara pengambilan Bahan dan Pewarnaan ........................ 15

2.7.3. Prinsip Teknik Pembuatan Preparat Histologi ................. 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 19

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 19

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2. Alat dan Bahan ............................................................................ 19

3.2.1. Alat ................................................................................... 19

3.2.2. Bahan ............................................................................... 19

3.3. Hewan Percobaan ...................................................................... 20

3.4. Pembuatan Film Kitosan - Asiatikosida dan Evaluasinya ........ 21

3.4.1. Preparasi Pelarut .............................................................. 21

3.4.2. Preparasi Film Sambung Silang Kitosan - NaTPP ............ 21

3.4.3. Evaluasi Ketebalan Film .................................................. 21

3.5. Preparasi Larutan Asiatikosida ................................................. 22

3.6. Perlakuan Hewan Percobaan ..................................................... 22

3.6.1. Perlakuan pada Tikus ....................................................... 23

3.6.2. Perlukaan pada Tikus ....................................................... 23

3.6.3. Pemberian Obat Luka ....................................................... 23

3.7. Evaluasi Patologi Anatomi ........................................................ 24

3.8. Preparasi Uji Histologi .............................................................. 24

3.8.1. Pengambilan Sampel Kulit ................................................ 24

3.8.2. Pengamatan Histologi ....................................................... 26

3.9. Analisa Data .............................................................................. 26

BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................. 26

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 34

5.1. Kesimpulan ................................................................................ 34

5.2. Saran ........................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 35

LAMPIRAN .................................................................................................... 39

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Histologi Kulit Normal................................................................. 5

Gambar 2.2. Derajat Luka Bakar..... ............................................................... .. 7

Gambar 2.3. Struktur Kimia Kitosan.............................................................. .. 12

Gambar 2.3. Struktur Kimia Asiatikosida..... ................................................. .. 14

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jumlah Kelompok Hewan Uji ........................................................ 20

Tabel 3.2. Formula Film Kitosan .................................................................... 22

Tabel 3.3. Jenis Perlakuan dan Pemberian Tiap Kelompok ............................ 23

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Kerja .................................................................................... 40

Lampiran 2. Luas Area luka ............................................................................. 41

Lampiran 3. Persentase Penurunan Luas Area Luka pada Tikus ..................... 42

Lampiran 4. Histopatologi Jaringan Kulit Hari ke-7 ....................................... 44

Lampiran 5. Histopatologi Jaringan Kulit Hari ke-14 ..................................... 45

Lampiran 6. Foto Hasil Pembuatan Luka Bakar .............................................. 46

Lampiran 7. Hasil Statistik Penurunan Luas Area Luka Hari ke-3.................. 49

Lampiran 8. Hasil Statistik Penurunan Luas Area Luka Hari ke-7.................. 51

Lampiran 9. Hasil Statistik Penurunan Luas Area Luka Hari ke-14................ 52

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Luka bakar merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam

kehidupan sehari-hari, bahkan sering kali merupakan kecelakaan massal (mass

disaster). Luka bakar yang terjadi dapat disebabkan adanya kontak dengan

sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi sehingga

mengalami kerusakan jaringan kulit (Moenadjat, 2003).

Kulit pada luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis

maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak kulit

dengan sumber panas (Sabiston, 1995). Untuk meningkatkan efisiensi dan

efektifitas dari perbaikan jaringan yang terluka perlu dikembangkan berbagai

upaya untuk mempercepat dan menyempurnakan proses penyembuhan luka

(Huttenlocher & Horwitz, 2007). Salah satu alternatif mengobati luka bakar yaitu

dengan memanfaatkan tanaman berkhasiat seperti pegagan (Centella asiatica L.

Urban) (Kim et al., 2009).

Kandungan utama senyawa aktif dari herba pegagan yang berperan dalam

penyembuhan luka bakar adalah senyawa asiatikosida (Kim et al., 2009;

Sikareepaisan et al., 2011). Selain itu, asiatikosida mempunyai khasiat dalam

menyembuhkan berbagai penyakit kulit, insufisiensi vena, TBC dan gangguan

mental (Jamil et al., 2007). Telah diteliti sebelumnya, aktifitas farmakologi

senyawa asiatikosida dalam proses penyembuhan luka bakar adalah dengan

meningkatkan sintesis kolagen tipe 1 yang dihasilkan fibroblas dan kekuatan tarik

(tensile strength) yang berperan untuk menautkan tepi luka dan memperkuat

jaringan luka (Shukla et al., 1999; Kwon et al., 2010; Sikareepaisan, et al., 2010).

Oleh karena itu, asiatikosida dapat digunakan untuk menyembuhkan luka bakar

yang terjadi terutama karena kerusakan jaringan ikat yang di dalamnya

mengandung sel fibroblas.

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada penelitian yang dilakukan oleh shukla et al., (1999) dalam

penyembuhan luka mekanik terhadap kelinci percobaan, yaitu dengan

menggunakan larutan asiatikosida 0,2% secara topikal dua kali sehari selama 7

hari dapat meningkatkan hidroksiprolin 56%, kekuatan tarik (tensile stength)

57%, meningkatkan kandungan kolagen, dan epitelisasi yang lebih baik. Selain

itu, penggunaan asiatikosida dapat meningkatkan oksidasi pada tahap awal

penyembuhan luka tipe eksisi yang diuji pada tikus (Suwantong et al., 2010).

Pemanfaatan asiatikosida dalam sediaan topikal seperti krim, gel, dan salep telah

dilakukan sebelumnya oleh Suratman et al., (1996) dalam menyembuhkan luka

bakar pada tikus, maka untuk mengembangkan penghantaran asiatikosida dalam

menyembuhkan luka bakar digunakan sistem penutup luka modern dalam bentuk

sediaan film.

Dalam dekade terakhir, pengembangan jenis penutup luka modern

meningkat karena konsep utama mempercepat penyembuhan luka adalah “moist

healing” yaitu kondisi kelembaban luka yang dipertahankan. Dengan demikian,

penutup luka yang dibutuhkan adalah mampu mengatur uap air dan gas yang

keluar dari luka, agar daerah sekitar luka menjadi lembab sehingga proses

penyembuhan luka bakar dapat berjalan dengan lebih cepat (Mutia, 2009). Untuk

mengembangkan penutup luka film digunakan polimer dari senyawa alam turunan

kitin yaitu kitosan yang telah diteliti sebelumnya mampu membentuk film dan

menghantarkan obat (Dutta et al., 2004).

Kitosan merupakan turunan kitin melalui reaksi deasetilasi yang disusun

dari glukosamin dan N-asetilglukosamin yang merupakan polimer yang bersifat

biokompatibel, non toksik, dan antimikroba (Dutta et al., 2000; Elmotasem et al.,

2007). Oleh karena itu, kitosan dalam bentuk film cocok sebagai penutup luka

karena tidak mengiritasi kulit, mudah diterapkan, tidak menimbulkan trauma saat

pergantian penutup luka, dan mencegah kontaminasi lingkungan luar.

Penggunaan film kitosan sebagai penutup luka harus disesuaikan dengan

jenis luka, karena pada penelitian sebelumnya menggunakan penutup luka film

kitosan yang mengandung asiatikosida kurang cocok dengan jenis luka terbuka

mekanik yang merupakan jenis luka kering (Anggraeni, 2012). Film kitosan

memiliki permeabilitas udara dan uap air yang cukup baik dan cukup absorbtif

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Khan et al., 2000; Sezer et al., 2007), sehingga film kitosan sebagai penutup luka

bertujuan dapat diaplikasikan pada luka bakar derajat tiga yang mampu menyerap

cairan eksudat dan menjaga kelembaban udara di daerah luka. Dengan adanya

asiatikosida di dalam penutup luka film kitosan diharapkan dapat mempercepat

proses penyembuhan luka bakar.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah sediaan film kitosan yang mengandung asiatikosida mempunyai

aktivitas mempercepat proses penyembuhan luka bakar?

2. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi asiatikosida terhadap aktivitas

proses penyembuhan luka bakar yang diuji pada kulit punggung tikus?

1.3. Hipotesa

Penggunaan film kitosan sebagai penutup luka yang mengandung

asiatikosida dapat meningkatkan proses penyembuhan luka bakar pada tikus.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas film kitosan sebagai

penutup luka bakar yang mengandung asiatikosida dan pengaruh variasi

konsentrasi asiatikosida terhadap proses penyembuhan luka bakar.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemajuan ilmu

pengetahuan, khususnya bidang farmasi dalam pengobatan luka bakar dengan

memanfaatkan asiatikosida dari herba pegagan dalam bentuk sediaan penutup luka

film kitosan dan dapat dilanjutkan ke uji klinis.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kulit

Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan

melindungi tubuh dari berbagai trauma dan merupakan penahan terhadap bakteri,

virus dan jamur. Kehilangan dan penyimpanan panas diatur oleh vasodilatasi atau

sekresi kelenjar-kelenjar keringat dan tanpa adanya kulit, maka cairan tubuh yang

penting akan menguap dan elektrolit tubuh akan hilang dalam beberapa waktu

(Effendi, 1999).

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu :

lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin), dan

lapisan subkutis (hypodermis). Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis

dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya

sel dan jaringan lemak. Tiga lapisan kulit utama, antara lain :

1. Lapisan epidermis yang terdiri atas : Stratum korneum (lapisan tanduk),

stratum lusidum (daerah sawar), stratum granulosum (lapisan

keratohialin/lapisan seperti butir), stratum spinosum (stratum malpighi)

atau disebut prikle cell layer (lapisan akanta), stratum germinativum

(lapisan sel basal).

2. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal

daripada epidermis. Lapisan ini terbentuk oleh lapisan elastik dan fibrosa

padat dengan elemen selular, kelenjar dan folikel rambut. Secara garis

besar dibagi menjadi dua bagian : pars papilare, pars retikulare.

3. Lapisan subkutis merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat,

besar, dengan inti terdesak kepinggir karena sitoplasma lemak yang

bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan

yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

[Sumber : http://www.histology-world.com]

Gambar 2.1. Histologi kulit normal

Derajat keasaman (pH) kulit manusia berkisar antara 4,2 - 6,5. Keadaan

asam ini sebagian besar disebabkan oleh adanya zat bersifat asam seperti asam

amino dan asam lemak bebas misalnya asam laktat, yang merupakan sekresi dari

kelenjar sebaseus. Lapisan bersifat asam ini dikenal dengan istilah mantel asam

kulit yang dapat melindungi tubuh dari serangan bakteri dan zat kimia yang dapat

merusak jaringan (Anief, 1997).

Fungsi kulit antara lain : sebagai pelindung, absorbsi cairan mudah

menguap, ekskresi, pengindra (sensori), pengaturan suhu tubuh, pembentukan

pigmen, sawar radiasi UV, dan sawar listrik (Harahap, 2000).

2.2. Luka

Luka dapat digambarkan sebagai kerusakan pada kulit, akibat pengaruh

fisik dan termal, atau sebagai akibat dari kondisi medis atau fisiologis. Menurut

Asosiasi Penyembuhan Luka, Luka adalah hasil dari gangguan struktur dan fungsi

anatomi yang normal.

2.3. Luka Bakar

2.3.1. Definisi

Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutis terhadap trauma

suhu atau termal. Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang tidak merusak epitel kulit maupun hanya merusak sebagian dari epitel.

Biasanya dapat pulih dengan penanganan konservatif. Luka bakar dengan

ketebalan penuh merusak semua sumber-sumber pertumbuhan kembali epitel kulit

dan bisa membutuhkan eksisi dan cangkok kulit jika luas (Grace & Broley, 2006).

2.3.2. Patofisiologi

Luka bakar pada suhu tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung

atau radiasi elektromagnetik. Derajat luka bakar berhubungan dengan beberapa

faktor, termasuk konduksi jaringan yang terkena, waktu kontak dengan sumber

tenaga panas dan pigmentasi permukaan. Saraf dan pembuluh darah merupakan

struktur yang kurang tahan terhadap konduksi panas, sedangkan tulang paling

tahan.

Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44˚C tanpa kerusakan bermakna.

Antara 44˚C dan 51˚C, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap

derajat kenaikan temperatur dan waktu penyinaran yang terbatas yang dapat

ditoleransi. Di atas 51˚C, protein terdenaturasi dan kecepatan kerusakan jaringan

sangat hebat. Temperatur di atas 70˚C menyebabkan kerusakan seluler yang

sangat cepat dan hanya periode penyinaran sangat singkat yang dapat ditahan.

Pada rentang panas yang lebih rendah, tubuh dapat mengeluarkan tenaga panas

dengan perubahan sirkulasi, tetapi pada rentang panas lebih tinggi, hal ini tidak

efektif (Sabiston, 1995).

2.3.3. Klasifikasi Luka Bakar

Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya

pajanan. Luka bakar dibedakan atas beberapa jenis (Moenadjat, 2003), yaitu :

1. Luka bakar derajat I

Luka bakar derajat I kerusakan terbatas pada bagian superfisial epidermis,

kulit kering, hipermik memberikan efloresensi berupa eritema, tidak melepuh,

nyeri karena ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan

selama 5-7 hari. Contohnya luka bakar akibat sengatan matahari.

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Luka bakar derajat II

Kerusakan meliputi seluruh ketebalan epidermis dan sebagian dermis,

berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka

berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal,

nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.

[Sumber : http://www.histology-world.com]

Gambar 2.2. Derajat luka bakar

Luka bakar derajat II dibedakan menjadi dua : Derajat II dangkal

(superficial) yaitu kerusakan yang mengenai bagian superfisial dari dermis,

terjadinya lepuh yang merupakan karektristik luka bakar derajat dua dangkal,

apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat. Penyembuhan dalam

waktu 10-14 hari. Derajat II dalam (deep) yaitu kerusakan yang mengenai hampir

seluruh bagian dermis, apendises kulit, kelenjar keringat, kelenjar sebasea.

Penyembuhan terjadi dalam waktu > 2 minggu.

3. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam,

apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak,

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kulit yang terbakar berwarna pucat atau lebih putih karena terbentuk eskar, tidak

timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.

2.4. Penatalaksanaan Luka Bakar

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan luka

bakar yaitu : penyembuhan luka, infeksi dan penanganan luka (Effendi, 1999).

2.4.1. Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka merupakan proses biologis tertentu terkait dengan

fenomena umum yaitu pertumbuhan dan regenerasi jaringan. Penyembuhan luka

berlangsung melalui serangkaian yang saling bergantung dan tumpang tindih di

mana berbagai seluler dan komponen matriks bertindak bersama-sama untuk

membangun kembali integritas jaringan yang rusak dan penggantian jaringan

yang hilang. Proses penyembuhan luka telah ditinjau sebelumnya oleh Schultz

yang terdiri dari lima tahap yang melibatkan biokimia kompleks dan proses

seluler (Boateng et al., 2007; Schultz GS, 1999).

Hal ini digambarkan beberapa tahap dalam proses penyembuhan yaitu fase

hemostasis, inflamasi, migrasi, proliferasi dan maturasi (Boateng et al, 2007).

1. Hemostasis dan Inflamasi (Peradangan)

Perdarahan biasanya terjadi saat kulit terluka dan berfungsi untuk

mengeliminasi bakteri atau antigen dari luka. Selain itu, perdarahan mengaktifkan

hemostasis dengan mengeluarkan komponen eksudat cairan seperti faktor

pembekuan. Fibrinogen di dalam eksudat mengeluarkan mekanisme pembekuan

yang dihasilkan oleh koagulasi dalam eksudat (darah tanpa sel dan platelet) dan

bersama-sama dengan jaringan pembentukan fibrin menghasilkan gumpalan di

dalam luka yang menyebabkan perdarahan berhenti.

Gumpalan yang mengering membentuk keropeng dan memberikan kekuatan

terhadap cedera jaringan. Oleh karena itu, hemostasis memainkan peran sebagai

pelindung serta memberikan kontribusi sepenuhnya terhadap penyembuhan luka.

Fase inflamasi terjadi secara stimultan dengan hemostasis, berlangsung

beberapa menit dari cedera sampai 24 jam dan berlangsung selama sekitar 3 hari.

Hal ini melibatkan respon baik seluler dan vaskular. Pelepasan protein eksudat ke

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dalam luka menyebabkan vasodilatasi melalui pelepasan histamin dan serotonin,

memungkinkan fagosit memasuki luka dan menelan sel-sel mati (jaringan

nekrotik). Jaringan nekrotik yang sulit dicairkan oleh enzimatik untuk

menghasilkan massa berwarna kekuningan.

2. Migrasi

Fase migrasi melibatkan pergerakan sel epitel dan fibroblas pada area luka

untuk menggantikan jaringan yang rusak dan hilang. Sel-sel beregenerasi dan

berkembang secara cepat dalam luka membentuk keropeng yang kering (bekuan)

disertai dengan penebalan epitel.

3. Proliferasi

Fase proliferasi terjadi hampir secara stimultan hanya setelah fase migrasi

(hari ke 3 dan seterusnya) dan proliferasi sel basal yang berlangsung antara 2 dan

3 hari. Jaringan granulasi dibentuk oleh pertumbuhan kapiler dan pembuluh

limfatik di dalam luka, sedangkan sintesis kolagen oleh fibroblas yang

memberikan kekuatan dan bentuk pada kulit. Pada hari kelima, maksimum

pembentukan pembuluh darah dan jaringan granulasi telah terjadi. Penebalan

epitel lebih lanjut dibutuhkan sampai kolagen menjembatani luka. Proliferasi

fibroblas dan sintesis kolagen berlangsung sampai 2 minggu dimana pembuluh

darah dan edema berkurang.

4. Maturasi

Fase ini disebut fase renovasi karena melibatkan pembentukan jaringan ikat

selular dan kekuatan epitel baru yang menentukan sifat akhir dari bekas luka.

Jaringan granular seluler diubah ke massa asellular dari beberapa bulan sampai

sekitar 2 tahun.

2.4.2. Infeksi

Masalah utama yang seringkali dialami pasien luka bakar yaitu terjadinya

infeksi. Infeksi secara klinis dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan organisme

pada luka yang berhubungan dengan reaksi jaringan dan tergantung pada

banyaknya mikroorganisme patogen dan meningkatnya virulensi dan resistensi

(Effendi, 1999).

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.3. Penanganan Luka Bakar

Penanganan luka merupakan hal yang sangat penting dalam menangani

pasien luka bakar baik untuk mencegah infeksi maupun menghindari terjadinya

sindrom kompartemen karena adanya luka bakar circumferencial (Effendi, 1999).

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menangani luka bakar

sesuai dengan keadaan luka yang dialami, yaitu :

1. Membersihkan luka

Pengobatan luka bakar dimulai dengan membersihkan luka. Membersihkan

luka dengan hati-hati, menggunakan air dan menghilangkan kotoran atau bahan

lain yang menempel dapat meminimalkan terjadinya trauma pada luka yang

ditujukan untuk dilakukan debridemen. Membersihkan dengan menggosok secara

kuat atau keras tidak dianjurkan karena akan merusak area lepuh, sel epitel dan

pembuluh darah didalamnya.

Umumnya, zat antimikroba tidak diperlukan dan area luka bakar dicukur

atau dibersihkan untuk meminimalkan resiko terkontaminasi bakteri. Hal ini tidak

ditujukan untuk luka bakar ringan derajat satu dan pada kenyataannya mencukur

juga dapat menyebabkan trauma tambahan pada permukaan epitel yang lepuh

sehingga harus dihindari (Carrougher, 1998).

2. Debridemen

Prosedur debridemen yaitu dengan cara menghilangkan jaringan nekrosis

atau bahan lain yang menempel pada luka. Dasar pemikiran untuk dilakukan

debridemen adalah menggunakan krim antimikroba topikal yang dapat digunakan

untuk mencegah infeksi dan mengobati luka. Cara ini didukung oleh penelitian

laboratorium yang telah menentukan bahwa cairan blister (blister fluid) menekan

fungsi kekebalan tubuh yang mempengaruhi fungsi normal neutrofil dan limfosit

dan mengandung jumlah tinggi metabolit asam arakidonat yang meningkatkan

respon inflamasi.

Apabila lepuhan luka akan dihilangkan atau dibiarkan utuh, luka harus

dibersihkan sebelum penutupan luka. Seperti yang dikatakan sebelumnya, metode

terbaik dan paling murah untuk membersihkan luka adalah dengan air keran.

Setelah semua jaringan nekrotik dan bahan lain yang menempel dihilangkan,

penilaian luka harus dilakukan secara berulang. Jika adanya eskar pada luka bakar

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dibutuhkan agen antimikroba, akan tetapi setelah bebas dari eskar penggunaan

antimikroba topikal dapat dihentikan atau selanjutnya menggunakan salep

berbasis petrolatum. Akan tetapi, kebanyakan pasien menggunakan penutup luka

bersifat lembab untuk mengurangi rasa sakit.

3. Penutup luka dan antimikroba topikal

Tujuan dari penutup luka adalah melindungi, memberikan kenyamanan, dan

penyerapan drainase. Penggunaan penutup luka oklusif menjadi penyerap yang

baik. Beberapa dokter menganjurkan untuk menggunakan kasa atau penutup luka

bersifat nonadheren untuk mengurangi rasa sakit, akan tetapi kelemahannya

cenderung menahan protein yang beresiko terjadinya drainase pada luka setempat

sehingga tidak dianjurkan. Luka bakar yang dirawat dengan metode terbuka

dengan mengolesi zat antimikroba harus dicuci minimal sekali atau dua kali sehari

untuk mengilangkan krim dan salep. Setelah dibersihkan, lapisan kulit dioleskan

lagi dengan salep atau krim baru (Carrougher, 1998).

4. Penanganan alternatif luka bakar

Penutup luka sementara, baik jenis biosintesis (Biobrane) atau jenis sintetis

(Omiderm, Omikron) dapat digunakan sebagai alternatif untuk agen antimikroba

topikal. Penutup luka ini digunakan setelah luka dibersihkan dari semua kotoran

dan jaringan nekrotik. Jika adanya jaringan eskar maka sebaiknya tidak

digunakan. Luka yang bersih, berwarna merah muda, dermis dalam keadaan

lembab setelah debridemen merupakan penerapan yang ideal untuk penutup luka.

Kelebihan menggunakan penutup luka baik yang bersifat sintesis atau biosintesis

adalah berkurangnya rasa sakit dengan menutupnya ujung saraf pada lapisan

pelindung.

Setelah penerapan penutup luka baik bersifat sintetis atau biosintesis yang

sesuai dengan keadaan luka, sebaiknya dibiarkan tak terganggu kecuali terjadinya

infeksi dengan adanya bakteri. Penutup luka dapat diganti dengan menerapkan zat

antimikroba topikal. Sebagai tepi pemisah penutup luka biosintesis atau sintesis,

kelebihan pembatasan sebaiknya dijaga dengan cara dilapisi dengan bahan

penutup luka lain untuk memudahkan mengamati perkembangan penyembuhan

luka.

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penutup luka hidrokoloid merupakan alternatif lain dalam pengobatan luka

bakar derjat 1 (superficial). Penutup luka bersifat hidrokoloid (seperti : Duoderm,

Convatec) tidak mengutamakan manfaat antimikroba akan tetapi mengurangi rasa

sakit dan mengobati (Carrougher, 1998).

2.5. Asiatikosida

Asiatikosida (C48H78O19) merupakan senyawa golongan glikosida

triterpenoid, yang mengandung molekul gula yang terdiri dari satu molekul

ramnosa dan dua molekul glukosa. Aglikon triterpen dari asiatikosida ini disebut

asam asiatikat yang mempunyai gugus alkohol primer, glikol dan satu buah

karboksilat teresterifikasi dengan gugus gula (Pramono, 1992). Senyawa

asiatikosida bersifat polar karena adanya ikatan glikosida antara molekul gula

dengan gugus benzena dan mempunyai BM 959,12.

Asiatikosida merupakan salah satu senyawa aktif yang terkandung dalam

pegagan, di samping banyak senyawa-senyawa lain. Diantara kandungan ekstrak

pegagan, asiatikosida merupakan senyawa yang paling aktif dalam proses

pemyembuhan luka, luka bakar dan kelainan kulit lainnya karena dapat

meningkatkan sintesis kolagen (Sikareepaisan, 2011).

[Sumber : http://www.sigmaaldrich.com]

Gambar 2.3. Struktur kimia asiatikosida

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Permasalahan kulit pada prinsipnya berkaitan dengan penurunan tingkat

kolagen tipe 1 yang merupakan komponen utama dari kulit dermis. Asiatikosida

bersama dengan asam asiatik dan asam madekasat telah diujikan pada kolagen

fibroblas kulit manusia secara in vitro (Bonte F. et al., 1994). Dalam studi lain,

penyembuhan luka tertunda dengan mengevaluasi tikus diabetes yang diinduksi

streptozotosin. Akan tetapi, penggunaan topikal cairan asiatikosida 0,4% dapat

meningkatkan penyembuhan luka seperti meningkatkan hidroksiprolin, kekuatan

tarik (tensile strength), kandungan kolagen dan epitelisasi (Shukla et al., 1999).

Selain itu, penggunaan cairan asiatikosida secara topikal untuk

penyembuhan luka mekanik pada kelinci percobaan dengan larutan asiatikosida

0,2% dua kali sehari selama 7 hari juga dapat meningkatkan hidroksiprolin 56%,

kekuatan tarik 57%, sintesis kolagen dan epitelisasi yang lebih baik

(Shukla et al., 1999). Hidroksiprolin merupakan salah satu asam amino yang

berperan penting pada interaksi kolagen-trombosit. Interaksi ini merupakan tahap

pertama terjadinya proses penyembuhan yaitu proses hemostasis.

2.6. Kitosan

Kitosan merupakan polisakarida yang disusun dari glukosamin dan

N-asetilglukosamin yang diperoleh dari turunan kitin melalui reaksi deasetilasi,

yang diekstraksi dari serbuk cangkang crustaceae seperti udang dan kepiting yang

merupakan komponen terbesar dari kitosan. Kitosan adalah biopolimer alami

kedua yang berlimpah yang ditemukan di alam setelah selulosa

(Moe T. et al., 2008).

Derajat deasetilasi merupakan salah satu sifat kimia yang penting, yang

dapat mempengaruhi kegunaannya dalam berbagai aplikasi. Derajat deasetilasi

menyatakan banyaknya gugus amino bebas dalam polisakarida.

Kitosan merupakan serat seperti selulosa. Namun, tidak seperti serat

tanaman, kitosan memiliki sifat unik termasuk kemampuan untuk membentuk

film, mempunyai karakteristik struktural optik dan masih banyak lagi.

Kitosan memiliki muatan ion positif yang mampu mengikat secara kimia dengan

muatan negatif seperti lemak, lipid dan asam empedu (Dutta et al., 2000).

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kitosan merupakan polimer tidak beracun, biodegradabel, biokompatibel

dan dapat mengabsorbsi air. Selama beberapa tahun yang lalu, polimer kitin

terutama kitosan menjadi perhatian yang sangat meningkat sebagai salah satu

bahan polimer terbaru dalam aplikasi yang luas dalam bidang farmasi dan

industri biomedis untuk imobilisasi enzim dan pemurnian, makanan, kosmetik,

agrikultur dan lingkungan. Aktivitas antibakteri, antifungal dan antiviralnya

terutama berguna dalam bidang biomedis seperti penutup luka, jahitan bedah, dan

sebagai penunjang dalam operasi katarak dan pengobatan penyakit periodontal

(Dutta et al., 2000; Elmotasem et al., 2007).

[Sumber : Dutta P. K, Dutta J, Triphaty V. S, 2004]

Gambar 2.4. Struktur kimia kitosan (DA – Derajat asetilasi)

Penelitian sebelumnya menggunakan kitosan pada beberapa jenis hewan

menunjukkan bahwa kitosan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan

hemostasis, menurunkan fibroblasis, memfasilitasi osteogenesis dan

meningkatkan regenerasi jaringan ( Moe T. et al., 2008).

2.6.1. Film Kitosan Sebagai Penutup Luka

Kemampuan kitosan membentuk film dapat digunakan secara luas dalam

formulasi sediaan film atau sebagai sistem penghantaran obat. Film kitosan

sebagai penutup luka harus memenuhi kriteria seperti tahan lama, tahan terhadap

tarikan, lentur, lembut, dan elastis agar mudah dipasang dan tidak mengakibatkan

trauma saat pasien sudah sembuh. Untuk pembentukan film kitosan, sama halnya

pembentukan mekanik film penting yaitu mempunyai karakteristik yang beralasan

seperti kemampuan terhadap tarikan (tensile properties), agar dapat melekat

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penuh dan tahan terhadap berbagai kulit dengan berbagai kontur

(Khan T. et al, 2000).

Penutup luka dari kitosan harus memiliki kemampuan adaptasi secara cepat

dan menyeragamkan dengan berbagai sifat luka untuk mencegah masuknya air

atau cairan lain. Kesegeraman kontur terhadap luka meminimalkan sakit,

kontaminasi dari lingkungan luar, dan mencegah masuknya bakteri dari luar

seperti halnya pada umumnya tujuan dari penutup luka.

Kitosan dapat dilarutkan dalam asam organik seperti asam laktat dan asam

asetat dan merupakan prioritas dalam membentuk film. Pelarut film kitosan yang

menggunakan asam laktat lebih baik daripada asam asetat karena lebih halus,

lembut, fleksibel, dan lebih bioadhesif sehingga secara efektif mampu mengikat

dan mengaglutinasi berbagai jenis sel mamalia. Selain itu, tidak beracun dan tidak

menyebabkan alergi pada kulit sehingga film kitosan dengan asam laktat lebih

cocok digunakan sebagai penutup luka atau perban untuk mempercepat

pengeringan dan penyembuhan luka (Khan T. et al, 2000).

2.7. Pemeriksaan Histologi

2.7.1. Pendahuluan

Pemeriksaan histologi tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan

pemeriksaan penunjang yang lainnya, dalam peranannya menyokong atau

menegakkan diagnosis. Bahkan tidak jarang diagnosis hanya dapat dipastikan

dengan pemeriksaan histologi (Sularsito, 2007).

2.7.2. Cara Pengambilan Bahan dan Pewarnaan

Untuk pemeriksaan ini dibutuhkan potongan jaringan yang didapat dengan

cara biopsi dengan pisau atau benda tajam yang steril, biasanya hanya pada lesi

peradangan yang batasnya tidak jelas atau pada kasus-kasus yang ditandai oleh

perubahan warna (vertiligo, melasma, dan lain-lain). Sedangkan pada tumor kulit,

penyakit infeksi, dan dermatosis kulit, kulit normal tidak perlu diikutsertakan.

Sedapat-dapatnya diusahakan agar lesi yang akan dibiopsi adalah lesi

primer yang belum mengalami garukan atau infeksi sekunder. Bila ada infeksi

sekunder, sebaiknya diobati terlebih dahulu (Sularsito, 2007).

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7.3. Prinsip Teknik Pembuatan Preparat Histologi

1. Pengambilan Bahan

Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalan sajian histologis, maka bahan

yang harus diambil dari hewan yang sedang di anestesi atau segera setelah

hewan itu mati.

2. Metode Irisan

Metode Irisan adalah suatu metode pembuatan sediaan dengan jalan

membuat suatu irisan dengan tebal tertentu, sehingga dapat diamati dibawah

mikroskop. Ada dua macam metode irisan yang dapat digunakan yaitu metode

irisan dengan tangan dan metode irisan dengan mikrotom. Dalam metode irisan

dengan mikrotom, sediaan didapat dari jaringan yang pengirisannya

mempergunakan suatu alat yang disebut mikrotom. Keuntungan dari alat ini

adalah tebal irisan dapat diatur menurut tujuan dan kehendak peneliti

(Suntoro, 1983).

3. Fiksasi

Fiksasi adalah suatu usaha untuk mempertahankan jaringan maupun

elemen-elemen sel di dalam jaringan pada tempatnya, mempertahankan bentuk

maupun ukurannya kemudian juga mempunyai sifat mengeraskan jaringan

sehingga memudahkan pengirisan. Cairan fiksasi berperan sebagai pengawet,

mencegah perubahan autolisis dan perkembangan bakteri.

Cairan fiksasi yang digunakan dapat berupa larutan yang mengandung satu

macam zat saja seperti formalin 10%, merkuri klorida, dan sebagainya.

Sedangkan larutan yang mengandung lebih dari satu macam zat seperti larutan

Bouin yang mengandung asam pikrat, formalin dan asam asetat glasial.

4. Dehidrasi

Istilah dehidrasi berarti penarikan molekul air dari dalam jaringan. Proses

ini sangat penting terutama untuk jaringan-jaringan yang akan dibuat preparat

irisan.

Setiap sel dalam jaringan hidup mengandung air sejumlah kira – kira 85 %

dari sitoplasma. Di dalam jaringan terdapat air yang cukup banyak sehingga

harus dilakukan proses dehidrasi agar dapat bercampur dengan parafin. Apabila

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

proses dehidrasi tidak sempurna akan didapatkan irisan jaringan yang tidak

utuh sehingga tidak sesuai dengan jaringan yang akan diamati. Proses dehidrasi

dilakukan secara perlahan – lahan dengan menggunakan alkohol bertingkat,

dimulai dengan alkohol persentase rendah, misalnya alkohol 70%, 80%, 90%

dan 100% (alkohol absolut).

Waktu yang diperlukan untuk setiap tingkatan alkohol tergantung dari

besar kecilnya jaringan. Alkohol absolut mempunyai kemampuan

memperkeras jaringan, oleh karena itu jaringan tidak boleh ditinggalkan terlalu

lama di dalam alkohol absolut atau alkohol persentase tinggi lainnya.

Sebaiknya jangan di tinggalkan lebih dari 1 atau 2 jam untuk jaringan

berukuran biasa (2 – 4 mm).

5. Penjernihan (Clearing)

Proses ini membuat jaringan menjadi jernih dan transparan. Pada

pembuatan sediaan irisan jaringan dengan metode parafin, proses ini

merupakan perantara antara proses dehidrasi dan proses penanaman

(embedding).

Waktu yang dipergunakan untuk proses penjernihan tergantung dari tebal

jaringan dan zat penjernih yang di gunakan.

6. Penanaman rangkap (Embedding)

Metode ini sebenarnya hanya digunakan untuk materi-materi yang sukar,

bila ditanam dengan parafin saja. Biasanya materi -materi yang diperlukan

dengan metode ini adalah materi-materi yang kecil atau materi kecil yang akan

dibuat irisan seri, seperti arthropoda kecil (Suntoro, 1983).

7. Pewarnaan

Metode pewarnaan disesuaikan dengan tujuan mempelajari sel atau

jaringan khusus seperti jaringan ikat. Pewarna yang biasanya dipakai dikatakan

bersifat asam atau basa, tetapi sebenarnya mereka merupakan garam-garam

netral karena mempunyai radikal asam maupun radikal basa.

I. Pewarna inti yang paling umum adalah hematoksilin, yang sifat

memulasnya tergantung pada adanya hasil oksidasi dalam larutan sebelum

dipergunakan. Bila dipulas dengan zat ini, inti – inti tampak biru.

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

II. Pewarna anilin seperti azure A, biru toluidin, dan biru metilen digunakan

dalam menafsirkan proteoglikans (mukopolisakarida) yang terpulas secara

metakromatis. Apabila proteoglikans dipulas dengan salah satu zat warna

ini, akan mendapatkan warna yang berbeda dari warna asal pewarna.

Contoh : Musin, matriks tulang rawan dan granula sel mast.

III. Pewarna asam, seperti : eosin, asam pikrat, azo, biru tripan, merah tripan

dan lain sebagainya. Contoh : sitoplasma.

IV. Pewarna kombinasi asam-basa

a. Hematoksilin dan eosin (H dan E) yang paling umum digunakan untuk

memulas setiap struktur inti menjadi ungu tua atau biru, struktur

sitoplasma dan substansi intraseluler menjadi merah muda.

b. Metode trikrom seperti pulasan Mallory untuk jaringan ikat, pulasan

Mallory-Azan dapat membedakan struktur sitoplasma dari zat-zat

intraseluler. Untuk memulas serat-serat jaringan ikat menjadi biru terang,

inti menjadi merah atau jingga dan berbagai unsur sel menjadi biru, merah,

jingga, atau ungu.

c. Metode trikrom menggunakan pulasan Masson untuk memulas jaringan

ikat menjadi hijau, inti menjadi biru atau ungu, dan struktur sitoplasma

menjadi merah.

d. Metode trikrom menggunakan pewarna anilin merupakan metode untuk

kolagen lebih jelas dibanding lainnya (Leeson, 1996).

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

19 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2012 sampai dengan

bulan Maret 2013 di Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif hidayatullah Jakarta yaitu : Laboratoirum Bioavaibility dan Bioequivalensi

(PBB) Program Studi Farmasi, Laboratorium Multiguna Program Studi

Pendidikan Dokter, Laboratorium Enviromental Health (HEN) Program Studi

Kesehatan Masyarakat, Laboratorium Animal House Program Studi Pendidikan

Dokter dan Laboratorium Patologi dan Anatomi Universitas Indonesia.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam sediaan film kitosan yaitu : Timbangan

analitik, spuit, hot plate stirer (Wigen Hauser), pH meter (Horiba), oven (Eyela

NDO-400), sonikator (Bransonic 5510), buret, pengaduk magnetik, gelas kimia,

gelas ukur, labu ukur, spatula, dan pipet mikro (Wigen Hauser).

Untuk uji in vivo terhadap hewan tikus yaitu : Alat bedah, kandang tikus,

kertas, jarum suntik, kapas, toples, plat logam, sedangkan untuk pembuatan

sediaan histologi yaitu gelas objek dan gelas penutup, penangas air, mikrotom,

tissue processor dan mikroskop cahaya.

3.2.2. Bahan

Serbuk asiatikosida (Xi’an Guanyo Bio-tech, Cina), kitosan (PT. Biotech

Surindo), asam laktat (PT. Bratachem), natrium tripolifosfat (NaTPP) (PT. Wako,

Japan), natrium hidroksida (NaOH), gliserin (PT. Bratachem), sorbitol (PT.

Bratachem), dan silika gel digunakan untuk pembuatan film kitosan dan evaluasi.

Untuk fiksasi kulit dan uji in vivo dengan menggunakan etanol 96%, eter,

larutan buffer formalin 10%, larutan hematoksilin, larutan eosin, xylol, alkohol

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan konsentrasi bertingkat, parafin, alkohol 70%, xylazine 2%, dan ketamin

HCl 2%.

3.3. Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih betina (Rattus

novergicus L.) galur Sprague Dawley yang sehat berumur 2-3 bulan dengan berat

badan 180 - 250 gram. Hewan percobaan terdiri dari 6 kelompok perlakuan

dengan masing- masing tiap kelompok ditentukan dengan cara sebagai berikut.

Tabel 3.1. Jumlah kelompok hewan uji

No. Kelompok Jenis perlakuan luka

1 KN Tanpa pengobatan (kontrol negatif)

2 KP Diberi suspensi asiatikosida 0,2% (kontrol positif)

3 FK Diberi film kitosan tanpa asiatikosida

4 FA1 Diberi film kitosan dengan asiatikosida 10%

5 FA2 Diberi film kitosan dengan asiatikosida 20%

6 FA3 Diberi film kitosan dengan asiatikosida 30%

I. Prinsip Rumus Federer, yaitu

(n-1) (t-1) ≥ 15

(n-1) (6-1) ≥ 15

(n-1) ≥ 3

n ≥ 4

Jadi jumlah minimum ulangan perlakuan yang diperlukan dalam setiap

kelompok adalah 4 kali pada hewan coba.

Pada percobaan ini menggunakan 3 kelompok (luka) dalam 1 tikus,

sedangkan untuk 6 kelompok yang digunakan untuk 1 ulangan perlakuan adalah 2

ekor tikus. Untuk evaluasi penurunan luas luka dalam 4 ulangan adalah 8 ekor dan

keterangan :

n : jumlah ulangan

t : jumlah kelompok perlakuan terhadap

binatang coba

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk evaluasi histologi dalam 2 ulangan adalah 4 ekor, sehingga jumlah tikus

yang digunakan sebanyak 12 ekor.

3.4. Pembuatan Film Kitosan - Asiatikosida dan Evaluasinya

3.4.1. Preparasi Pelarut

1. Larutan kitosan + 1%

Kitosan ditimbang 4 gram dengan menggunakan kaca arloji, kemudian

kitosan dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi aquadest 300 ml,

ditambahkan larutan asam laktat 4% (4 ml asam laktat digenapkan hingga

100 ml aquadest) dan diaduk dengan pengaduk magnetik hingga larut.

Setelah itu, larutan kitosan disaring dengan bantuan vacum menggunakan

corong porselen yang dilapisi kain.

2. Larutan NaTPP 0,1%

Sebanyak 1 gram ditimbang dengan menggunakan kaca arloji, kemudian

dilarutkan dengan aquadest dalam gelas kimia. Setelah itu dimasukkan

dalam labu ukur 1 L dan digenapkan dengan aquadest sampai tanda batas.

3. Larutan NaOH 0,1 N

NaOH sebanyak 4 gram ditimbang dengan menggunakan kaca arloji,

kemudian dilarutkan dengan aquadest dalam gelas kimia. Setelah itu

dimasukkan dalam labu ukur 1 liter dan digenapkan dengan aquadest

hingga tanda batas.

3.4.2. Preparasi Film Sambung Silang Kitosan - TPP yang Mengandung

Asiatikosida

Sebanyak 25 ml larutan kitosan 1% dimasukkan ke dalam gelas kimia,

kemudian dilakukan pengadukan dengan menggunakan pengaduk magnetik dan

pengadukan ini terus dilakukan selama proses pembuatan film. Setelah itu

ditambahkan larutan NaTPP 0,1% kedalam larutan kitosan tersebut dengan

menggunakan buret hingga 30 ml, kemudian ditambahkan NaOH 0,1 N ke dalam

campuran tersebut dan dilakukan pengecekan secara berulang sampai pH 5 (dicek

dengan pH meter). Setelah homogen sebagian larutan dipindahkan pada gelas

kimia yang berbeda dan ditambahkan serbuk asiatikosida sedikit demi sedikit

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada gelas kimia semula yang sedang diaduk menggunakan pengaduk magnetik

hingga homogen. Setelah itu masukkan plasticizer sorbitol dan gliserin (1 : 1)

sebanyak 187,5 µL sedikit demi sedikit ke dalam gelas kimia larutan campuran

kitosan – asiatikosida dengan menggunakan mikropipet. Setelah itu ditambahkan

sisa campuran larutan pada gelas kimia kedua sedikit demi sedikit ke dalam

larutan campuran yang mengandung asiatikosida dan diaduk hingga homogen.

Kemudian dilakukan sonikasi selama 10 menit agar gelembung-gelembung kecil

dalam larutan campuran dapat naik ke permukaan. Gelembung-gelembung kecil

yang terbentuk dihilangkan dengan menggunakan spatula. Setelah itu, tuangkan

larutan campuran ke dalam cetakan atau wadah yang permukaannya rata dan

keringkan pada temperatur 60˚C selama + 45 jam. Untuk menjaga kelembaban

tetap konstan, film yang terbentuk dilakukan penyimpanan selanjutnya dalam

wadah yang mengandung silika gel.

Tabel 3.2. Formula film kitosan

Keterangan : Nilai % (b/b) asiatikosida dihitung terhadap berat kitosan

3.5. Preparasi Suspensi Asiatikosida (Kontrol Positif)

Sebanyak 0,2 gram asiatikosida ditimbang, kemudian dilarutkan dengan

cairan steril NaCl dan digenapkan hingga volume 100 ml.

3.6. Perlakuan Hewan Percobaan

3.6.1 Perlakuan pada Tikus

Tikus diaklimatisasi selama 1 minggu sebelum percobaan dengan di

berikan pakan dan minuman ad libitum. Kemudian, setiap ekor tikus diberi tanda

pengenal agar tidak salah dalam perlakuan.

Kel.

Larutan

Kitosan

1%

Larutan

NaTPP

0,1%

Larutan

NaOH

0,1 N

Plasticizer Asiatikosida

Gliserin : Sorbitol

(1 : 1)

Konsentrasi Berat

FA1 25 ml 30 ml qs 187,5 µl 10% 25 mg

FA2 25 ml 30 ml qs 187,5 µl 20% 50 mg

FA3 25 ml 30 ml qs 187,5 µl 30% 75 mg

FK 25 ml 30 ml qs 187,5 µl - -

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.6.2. Perlukaan pada Tikus

Pembentukan luka bakar ini dilakukan dengan mencukur rambut bagian

punggung hewan yang sebelumnya dibius dengan 0,5 ml/100 gramBB tikus dosis

kombinasi Xylazine 2% dan Ketamin HCl 2% (1,5 : 10). Prosedur yang

dilakukan untuk membentuk luka bakar derajat tiga menggunakan plat logam

berdiameter 1 cm yang dipanaskan pada suhu 100˚C kemudian ditempelkan pada

punggung tikus selama 30 detik (Shuid et al., 2005). Luka ditunggu selama 10

menit lalu oleskan omiderm (debridemen enzimatis) dan ditunggu hingga 3 hari

(Dihitung sebagai hari ke-0), kemudian diberi perlakuan bahan uji sesuai

kelompoknya masing-masing.

3.6.3. Pemberian Obat Luka

Tabel 3.3. Jenis perlakuan dan pemberian tiap kelompok

No. Kelompok Jenis perlakuan luka Cara pemberian

1 KN Tanpa pengobatan

(kontrol negatif)

Tidak diberi obat

2 KP Diberi suspensi asiatikosida

0,2% (kontrol positif)

Diteteskan pada area

luka 2 kali sehari

3 FK Diberi film kitosan tanpa

asiatikosida

Tempelkan FK pada area

luka

4 FA1 Diberi film kitosan dengan

asiatikosida 10%

Tempelkan FA1 pada

area luka

5 FA2 Diberi film kitosan dengan

asiatikosida 20%

Tempelkan FA2 pada

area luka

6 FA3 Diberi film kitosan dengan

asiatikosida 30%

Tempelkan FA3 pada

area luka

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.7. Evaluasi Penurunan Luas Area Luka

Masing-masing tikus diamati setiap kelompok yang mengalami luka bakar

pada punggungnya dengan memperhatikan perubahan luas area luka pada hari

ke- 0, 3, 7 dan 14. Kemudian dihitung persentase penurunan luas area luka tikus

(Datta et al., 2009), berdasarkan rumus sebagai berikut :

W0 = berat kertas yang sesuai dengan gambar luas area luka

Wt = berat rata-rata kertas bentuk lingkaran berdiameter 1,5 cm

1,76625 = luas lingkaran diameter 1,5 cm

3.8. Preparasi dan Uji Histologi

3.8.1. Pengambilan Sampel Kulit (Biopsi)

Biopsi kulit dilakukan pada luka bakar yang mulai menutup di setiap

kelompok yang diambil pada hari ke-0, 7 dan 14 pasca perlukaan setelah tikus

dibuat kondisi euthanasi dengan menggunakan eter dosis berlebih. Kemudian kulit

area luka dipotong dengan menggunakan gunting tajam yang telah disterilkan

terlebih dahulu.

Kulit yang telah di potong dengan ukuran 1,5 cm x 1,5 cm di fiksasi

dengan menggunakan larutan BNF (Buffer Netral formalin) 10%. Kemudian

potongan sediaan kulit dimasukkan ke dalam kaset tissue dan didehidrasi dengan

cara merendam sediaan berturut – turut ke dalam alkohol 70%, 80%, 90%,

alkohol absolut 1, alkohol absolut II, xylol 1, xylol II, parafin I, dan terakhir

parafin II.

% Penurunan Luas Luka hari ke – n = 100% – ( –

x 100%)

Luas area luka =

x L

=

x 1,76625

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pemotongan dengan mikrotom dilakukan dengan ketebalan 2 - 4 mikron.

Selanjutnya dilakukan pewarnaan umum Haematoksilin Eosin sebagai dasar

pemulasan dan untuk mengamati jaringan ikat.

3.8.2. Pengamatan Histologi

Pengamatan histologi dilakukan pada sampel kulit dari sayatan tiap

kelompok yang telah diambil pada hari ke-0, 7 dan 14 dengan mengamati

kandungan pada jaringan ikat berupa jumlah sel-sel radang, neovaskularisasi,

tebal serabut kolagen.

4.1. Analisa Data

Hasil pengamatan penurunan luas area luka diuji secara statistik

menggunakan ANOVA. Dan hasil pengamatan histologi berupa perubahan pada

jaringan ikat seperti seperti sel-sel radang, neuvaskularisasi dan serabut kolagen

diuji secara deskriptif.

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Persentase Penurunan Luas Luka

Tabel 4.2. Persen penurunan luas area luka

Kelompok Rata – rata penurunan luas area luka (%)

hari ke-

3 7 14

KN 19,77 42,73 80,37

KP 30,93 41,87 95,30

FK 34,40 47,29 86,92

FA1 17,46 40,87 90,92

FA2 21,64 41,15 95,00

FA3 26,07 56,15 98,31

Keterangan : KN : Kontrol negatif, KP : Kontrol positif, FK : Film tanpa asiatikosida,

FA1 : Film kitosan yang mengandung asiatikosida 10%, FA2 : Film kitosan

yang mengandung asiatikosida 20%, FA3 : Film kitosan yang mengandung

kitosan 30%

Gambar 4.2. Grafik penurunan luas area luka setiap kelompok

0

20

40

60

80

100

120

0 3 7 14

Per

sen p

enuru

nan

luas

are

a lu

ka

(%)

KN

KP

FK

FA1

FA2

FA3

Hari pengamatan

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.2. Pemeriksaan Histologi

Tabel 4.3. Hasil pengamatan histologi pada tikus

Keterangan :

- : tidak ada, + : sedikit, ++ : sedang, +++ : banyak/luas

Parameter Kelompok dan Hari pengamatan

KN KP FK FA1 FA2 FA3

0 7 14 0 7 14 0 7 14 0 7 14 0 7 14 0 7 14

Nekrosis +++ - - +++ - - +++ - - +++ - - +++ - - +++ - -

Jumlah sel-

sel radang

- +++ ++ - ++ + - ++ + - ++ + - ++ + - + +

Jumlah

neuvaskulari

sasi

- - ++ - +

+ - ++ + - + + - ++ + - +++ +

Tebal

serabut

kolagen

- - + - + ++ - + ++ - + ++ - ++ +++ - +++ +++

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2. Pembahasan

4.2.1. Hasil Penurunan Luas Area Luka

Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas film kitosan yang mengandung

asiatikosida konsentrasi 0% (FK), 10% (FA1), 20% (FA2) dan 30% (FA3) yang

digunakan sebagai penutup luka bakar derajat tiga kemudian dibandingkan

dengan kontrol negatif (KN), kontrol positif (KP). Kemudian pengamatan

penurunan luas area luka dilakukan pada hari ke- 3, 7 dan 14.

Luka bakar yang dihasilkan dengan menggunakan logam panas bersifat

gosong kehitaman sehingga perlu memakai debridemen enzimatis berupa

omiderm untuk mempercepat pemisahan jaringan nekrosis. Setelah dilakukan

debridemen, kulit yang terkena luka bakar dibersihkan dengan larutan NaCl yang

bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa zat debridemen dan jaringan nekrosis

kemudian diuji sesuai kelompok masing-masing.

Metode pembuatan luka bakar dengan logam panas mempunyai beberapa

kekurangan karena menghasilkan jaringan nekrosis tanpa mengalami

pengelupasan kulit sehingga perlu adanya zat debridemen. Dengan adanya

debridemen memerlukan waktu hingga 3 hari sebelum dilakukan uji setiap

kelompok. Selain itu, penggunaan logam panas yang diterapkan dalam satu

punggung tikus dengan tiga area luka menghasilkan pengerutan kulit yang

mempengaruhi jarak antar luka sehingga dapat mempersulit penerapan film

kitosan dan pengamatan masing-masing kelompok.

Berdasarkan pengamatan hari ke-3, nilai persen penurunan luas luka yang

paling besar adalah kelompok film tanpa asiatikosida (FK) yaitu 34,40% dan

kontrol positif yaitu 30,94%. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan

yang signifikan antara FA1 dengan kontrol positif dan FK, dimana nilai persen

penurunan luas luka FA1 adalah 12,46%. FA2 menunjukkan terdapat perbedaan

yang signifikan dengan FK (p < 0,05), dimana nilai persen penurunan luas luka

FA1 adalah 21,67%. Dan FA3 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan dengan semua kelompok (P > 0,05), dimana nilai persen penurunan

luas luka FA3 adalah 26,07%.

Berdasarkan data tersebut bahwa penerapan film yang mengandung

asiatikosida 10%, 20% dan 30% belum menunjukkan aktivitas penyembuhan luka

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bakar yang lebih baik dibandingkan kontrol positif dan film tanpa asiatikosida

(FK) karena nilai persen penurunan luas luka film yang mengandung asiatikosida

lebih rendah dari FK dan kontrol positif. Film yang mengandung asiatikosida

belum berpengaruh secara signifikan dalam memperbaiki penyembuhan luka

bakar dibandingkan kontrol negatif, akan tetapi nilai persen penurunan luas luka

kontrol negatif lebih rendah yaitu 19,77% dari FA2 dan FA3..

Secara makroskopis pada hari ke-3, Jaringan luka menimbulkan gumpalan

kering atau keropeng yang bersifat eritema, bengkak dan rasa nyeri yang

menandakan masih terjadinya fase inflamasi atau peradangan dan berlangsung

dari hari pertama setelah terkena luka bakar (Martin P, 1997). Peran penting

dalam fase inflamasi adalah neutrofil yang bertugas memfagosit debris,

mikroorganisme, dan memberikan pertahanan terhadap infeksi yang

mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar (Diegalmann, 2004). Pada kondisi

luka bakar yang menghasilkan eksudat dibutuhkan penutup luka yang mampu

menyerap cairan eksudat yang menyebabkan infeksi. Dalam hal ini, penutup luka

film tanpa asiatikosida memberikan aktivitas yang lebih baik dibandingkan

kelompok yang lain (p < 0,05) dan juga mempunyai persen penurunan luas area

luka yang paling besar yaitu 34,40%.

Berdasarkan pengamatan hari ke-7, nilai persen penurunan luas luka yang

paling besar adalah kelompok FA3 yaitu 56,15%. Hasil uji statistik menunjukkan

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara FA1, FA2 dan FA3 dengan

kelompok lain (p > 0,05), dan juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara semua kelompok (p > 0,05).

Berdasarkan data tersebut, kelompok yang diberi perlakuan dan

kelopmpok yang tidak diberi perlakuan belum memberikan aktivitas yang

berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penyembuhan luka bakar.

Proses penyembuhan luka bakar pada hari ke-7 berlangsung lambat yang

memungkinkan masih terjadinya fase inflamasi atau peradangan sehingga perlu

didukung dengan data histologi. Secara prinsip fase inflamasi terjadi hingga hari

ke-3 untuk penyembuhan luka primer seperti luka terbuka (Boateng, 2007),

sedangkan penyembuhan luka sekunder seperti luka bakar berlangsung lebih lama

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dibandingkan dengan luka primer karena terjadi kerusakan yang lebih ekstensif

menghasilkan jaringan nekrotik dan eksudat jaringan (Chandrasoma, 2005).

Berdasarkan pengamatan hari ke-14, nilai persen penurunan luas luka yang

paling besar adalah kelompok FA3 yaitu 98,31%. Hasil uji statistik menunjukkan

bahwa FA1 tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan semua kelompok

(p > 0,05), dimana nilai persen penurunan luas luka FA1 adalah 90,92%. FA2 dan

FA3 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dengan kontrol negatif (p

< 0,05), dimana nilai persen penurunan luas luka FA2 adalah 95% dan kontrol

negatif adalah 80,37%.

Dari hasil statistik menghasilkan bahwa FA2 yang mengandung

asiatikosida 20% dan FA3 yang mengandung asiatikosida 30% mengalami

perbaikan penyembuhan luka bakar dibandingkan kontrol negatif. Pada tabel

persen penurunan luas luka hari ke-14 rata-rata semua kelompok hampir

mengalami penyembuhan, akan tetapi nilai persen penurunan luas luka yang

paling besar adalah FA3 yang merupakan kelompok film dengan konsentrasi

asiatikosida yang paling tinggi yaitu 30%. Hal tersebut menunjukkan adanya

asiatikosida di dalam penutup luka film berpengaruh dalam meningkatkan

penyembuhan luka bakar derajat tiga.

Hasil fase akhir luka bakar derajat tiga biasanya terjadi pembentukan

jaringan parut berupa massa atau jaringan kulit berwarna putih, hal ini sesuai

dengan hasil pengamatan makroskopik pada penelitian ini.

4.2.2. Pengamatan Histologi

Pewarnaan jaringan menggunakan hematoksilin-eosin (HE) dalam

mengamati perubahan yang terjadi secara deskriptif seperti banyaknya sel-sel

radang, neuvaskularisasi, dan tebal serabut kolagen pada jaringan ikat di hari

ke- 0, 7 dan 14. Pengamatan histologi hari ke-0 dilakukan untuk meyakinkan

metode pembuatan luka bakar. Hasil histologi hari ke-0 menghasilkan terjadinya

koagulasi nekrosis pada lapisan dermis hingga jaringan subkutan, serta ditandai

dengan hilangnya lapisan epidermis lengkap dengan bagiannya. Hal tersebut

menandakan telah terjadinya cedera luka bakar derajat tiga (Hermans MHE,

2005).

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil pengamatan hari ke-7 didapatkan adanya perubahan secara histologi

dengan dipenuhi sel-sel radang pada semua kelompok. Penerapan film FA1, FA2

dan FA3 menunjukkan adanya jumlah sel-sel radang yang lebih sedikit

dibandingkan kontrol negatif yang memiliki jumlah sel-sel radang yang lebih

banyak atau luas, dan tidak berbeda jumlah sel-sel radangnya dibandingkan

kontrol positif. FA3 menunjukkan adanya perbedaan jumlah sel-sel radang yang

lebih sedikit dibandingkan FA1 dan FA2. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan

sel-sel radang didalam jaringan luka pada semua kelompok masih terjadinya fase

inflamasi yaitu makrofag yang menggantikan peran neutrofil hingga hari ketiga

dalam membersihkan daerah luka dari benda asing dan bakteri (Diegalmann,

2004). Selain itu, adanya kandungan asiatikosida dalam sediaan film FA3

berpengaruh terhadap proses perbaikan penyembuhan luka bakar pada fase

inflamasi yang memiliki jumlah sel-sel radang lebih sedikit dibandingkan

kelompok lainnya.

Berdasarkan pengamatan hari ke-7, dalam jaringan ikat ditemukan dengan

adanya vaskularisasi yang terdiri atas kapiler yang baru terbentuk dan mengisi

daerah cedera pada saat debris nekrotik dihilangkan. Pada jaringan luka yang

diobati baikdengan penerapan film maupun dengan kontrol positif menunjukkan

adanya neuvaskularisasi (pembuluh darah baru) dibandingkan jaringan luka yang

tidak diobati (kontrol negatif) belum ditemukan adanya neuvaskularisasi,

pembentukan neuvaskularisasi ini dimulai pada hari ke-4 atau 5. FA1 yang

mengandung asiatikosida konsentrasi 10% menunjukkan lebih sedikit jumlah

neuvaskularisasinya dibandingkan FA2 yang mengandung asiatikosida

konsentrasi 20%, dan FA2 menunjukkan jumlah neuvaskularisasi lebih sedikit

dibandingkan dengan FA3 yang mengandung asiatikosida 30%. Berdasarkan

pengamatan tersebut bahwa FA1, FA2 dan FA3 menunjukkan adanya perbaikan

penyembuhan luka bakar dibandingkan kontrol negatif.

Hasil pengamatan hari ke-14, dalam jaringan ikat menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan dari hari ke-7 dengan ditemukannya sel-sel radang dan

pembuluh darah yang minimal terjadi pada semua kelompok. Hal tersebut

menunjukkan telah terjadinya migrasi dari proses inflamasi ke proses fibroblas

dengan mensintesis kolagen. Berdasarkan pembentukan serabut kolagen

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menunjukkan bahwa FA3 memiliki serabut kolagen yang lebih padat dan tebal

dibandingkan FA2 dan FA1, kemudian FA2 memiliki serabut kolagen yang lebih

padat dibandingkan dengan FA1. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa

penerapan film FA1, FA2 dan FA3 berpengaruh pada pembentukan kolagen yang

tebal dan padat dibandingkan kontrol negatif dan kontrol positif yang

menunjukkan terbentuk kolagen yang longgar dan tipis. Berdasarkan

pembentukan apendesisnya seperti folikel rambut, kelenjar minyak dan kelenjar

keringat pada lapisan jaringan ikat didapatkan bahwa pemberian kontrol positif

menunjukkan terbentuk apendesis yang hampir sempurna seperti jaringan normal

dibandingkan kelompok lain. Namun, pembentukan serabut kolagen memiliki

pengaruh besar dalam perbaikan penyembuhan luka yang dibandingkan dengan

pembentukan apendesis.

Dari hasil pengamatan hari ke-7 dan 14, dalam jaringan ikat menunjukkan

adanya perubahan dalam pembentukan serabut kolagen yang menyebar dan tipis

menjadi serabut kolagen yang padat dan tebal. Dalam jaringan normal, kolagen

berfungsi memberikan kekuatan, integritas dan struktur kulit. Ketika jaringan

mengalami kerusakan, kolagen dibutuhkan untuk memperbaiki dan

mengembalikan fungsi dan struktur anatomis (Diegelmann, 2004). Kandungan

kolagen jaringan granulasi meningkat sejalan dengan waktu tanpa adanya

perlakuan (Chandrasoma, 2005), akan tetapi menurut Shukla et al., (1999) dengan

adanya kandungan asiatikosida dapat meningkatkan produk kolagen, kekuatan

tarik (tensile strength), hidroksiprolin dan epitelisasi yang berfungsi memberikan

kontraksi dan kekuatan regangan pada fase akhir yang membentuk jaringan parut

pada kulit.

Berdasarkan pengamatan hasil persen penurunan luas luka dan histologi

jaringan luka menunjukkan bahwa dengan adanya asiatikosida di dalam penutup

luka film kitosan dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Luka bakar

memerlukan penanganan khusus karena masalah utama yang dialami penderita

luka bakar adalah infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme cairan eksudat

pada luka (Effendi, 1999), akan tetapi dari hasil pengamatan makroskopis tidak

ditemukan infeksi yang bermakna karena bantuan debridemen dan penutup luka

film kitosan yang mempunyai sifat antibakteri (Dutta, 2004).

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Proses penyembuhan luka bakar derajat tiga dari penelitian ini termasuk

mengalami penyembuhan yang cepat dibandingkan luka bakar yang mengalami

infeksi berat karena dilakukan penanganan khusus seperti menggunakan

debridemen enzimatis berupa omiderm, kondisi pembuatan luka bakar yang

meminimalkan kontaminasi pada awal cedera dan penerapan penutup luka film.

Penutup luka yang baik adalah mampu melekat dan tahan pada kondisi berbagai

luka, tidak menimbulkan trauma saat pergantian dan menjaga kelembaban, hal ini

sangat penting bagi sifat mekanik film kitosan mempunyai kemampuan kekuatan

tarikan (tensile porperties).

Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pada kondisi awal cedera luka

bakar hingga hari ketiga, penutup luka film yang mengandung asiatikosida

maupun tanpa asiatikosida memberikan fungsi yang baik dengan menjaga

kelembaban kondisi luka yang dapat menempel dan menyerap cairan eksudat

tanpa menimbulkan trauma. Dalam hal ini, menurut Bhumkar (2006) peran

sambung silang film kitosan dengan natrium tripolifosfat memberikan

peningkatan sifat mekanik berupa kemampuan kekuatan tarikan dan efisiensi

pelepasan asiatikosida dalam penutup luka, dan memberikan kelembaban karena

kitosan memiliki sejumlah besar ikatan hidrogen (Moe T. et al., 2008). Akan

tetapi, setelah hari ketiga film kitosan tidak menempel secara maksimal karena

kondisi luka yang kering sehingga film kitosan belum memberikan efek yang

maksimal sebagai penutup luka dalam menjaga kelembaban hingga akhir proses

penyembuhan.

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Hasil statistik menunjukkan film kitosan yang mengandung asiatikosida

20% dan 30% yaitu kelompok FA2 dan FA3 memiliki aktivitas

penyembuhan luka yang lebih baik dan berbeda secara signifikan

(p < 0,05) terhadap kontrol negatif, dan tidak berbeda secara signifikan

(p > 0,05) terhadap kontrol positif.

2. Hasil histologi menunjukkan semakin tinggi konsentrasi asiatikosida maka

aktivitas penyembuhan luka bakar semakin baik.

3. Formula film kitosan yang mengandung asiatikosida tidak berbeda secara

signifikan dibandingkan dengan formula lainnya yaitu, FA1 terhadap FA2

dan FA3 (p > 0,05), FA2 terhadap FA3 (p > 0,05).

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan uji aktifitas film secara in vitro untuk memastikan

penggunaannya sebagai penutup luka bakar dan perlu cari metode

pembuatan luka bakar yang mudah penanganannya dan praktis terhadap

hewan percobaan.

2. Perlu dilakukan uji secara kuantitatif untuk meyakinkan hasil mikroskopis

seperti menghitung jumlah sel-sel radang, tebal serabut kolagen dan

jumlah neuvaskularisasi.

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Ashok, K. & VIKAS, R. 2010. Cross-linked Chitosan Films: Effect of Cross-

linking Density on Swelling Parameters. Department of Pharmaceutical

Sciences and Drug Research, Punjabi University. Vol. 23 (4) : 443-448

Anggraeni, Y. 2012. Preparasi dan Karakterisasi Film Sambung Silang Kitosan-

Tripolifosfat yang Mengandung Asiatikosida Sebagai Pembalut Bioaktif

Untuk Luka. Tesis. Program Magister Ilmu Kefarmasian Universitas

Indonesia, Depok

Bonte F. et al., 1994. Influence of asiatic acid, madecassic acid and asiaticoside

on human collagen I synthesis. Planta Med. 60, pag. 133-135.

Boateng, J.S., Kerr, H.M., Howard, N.E.S., and Gillian, M.E. 2007. Wound

Healing Dressings and Drug Delivery Systems: A Review. Journal of

Pharmaceutical Sciences, Vol. 97, Page: 2892-2923.

Carrougher GJ. 1998. Burn Care and Therapy. University of Washington Burn

Center, Seattle. Hal : 443 – 446

Datta, H.S., Mitra, S.K., & Patwardhan, B. 2009. Wound healing activity of

topical application forms based on ayurveda. eCAM. September 21, 2011.

http://www.iaim.edu.in/pdf/eCAM-Hema-WH-09.pdf

Dhanikula, A. & Panchagnula, R. 2004. Development and Characterization of

Biodegradable Chitosan Films for Local Delivery of Paclitaxel. The

AAPS Journal Vol. 6 (3) : 1-12

Diegelmann, R. F. et al. 2004. Wound Healing: An Overview of Acute, Fibrotic

and Delayed Healing. Frontiers in Bioscience, 9 : 283-289

Dutta P K, Dutta J, Triphaty V S. 2004. Chitin and Chitosan : Chemistry and

Applications. Journal of scientific & Industrial Research, Vol 63, 20-31

Effendi C. 1999. Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta : EGC

Eldin, M. S. et al. 2008. Chitosan Modified Membranes for Wound Dressing

Applications : Preparation, Characterization and Bio-Evaluation. Vol 22

(3) : 158-168

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Elmotasem. 2008. Chitosan–Alginate Blend Films for The Transdermal Delivery

of Meloxicam. Asian Journal of Pharmaceutical Sciences, 3 (1): 12-29

Gupta, Bhuvanesh. 2010. Textile-Based Smart Wound Dressings. Indian Journal

of Fibre & Textile Research, Vol. 35, Pages: 175-176

http://www.sigmaaldrich.com

Jamil S, Nizami Q, Salam M. 2007. Centella asiatica (Linn.) Urban o’A Review.

Natural Product Radiance, Vol 6 (2), pp. 158-170

Jain P K, Agrawal R K, 2008. High Performance Liquid Crhomatographic

Analysis of Asiaticoside in Centella asiatica (L.) Urban. Chiang Mai J.

Sci. 35(3) : 521 - 525

Junqueira, L. 2007. Histologi Dasar : Teks dan atlas; alih bahasa. ed. 10. Jakarta

: EGC

Khan T, Peh K, Ch’ng H. 2000. Mechanical strength and Biological Evaluations

of Chitosan film for Wound Dressing. J Pharm Pharmaceut Sci, 3 : 303-

311

Kwon M. et al. 2012. Enhancement of the Skin-Protective Activities of Centella

asiatica L. Urban by a Nano-encapsulation Process. Journal of

Biotechnology, 157 : 100-106

Kim W. et al. 2009. Extraction of Bioactive Components from Centella asiatica

using Subcritical Water. The Journal of Supercritical Fluids, 48 : 211–216

Khan, T.A., Kok, K.P., Hung, S.C. 2000. Mechanical, Bioadhesive Strength and

Biological Evaluation of Chitosan Films for Wound Dressing. Journal

Pharmacy Pharmaceutical Science 3 (3), Page: 303-304.

Lou, Ching-Wen. 2008. Process Technology and Properties Evaluation of a

Chitosan-coated Tencel/cotton Nonwoven Fabric as a Wound Dressing.

Fibers and Polymers, Vol.9 No.3, Page: 286-292.

Leeson C, Leeson R, Paparo A. 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC

Lee J. et al., 2006. Asiaticoside Induces Human Collagen I Synthesis through

TGF beta receptor I k inase-independent Smad Signaling. Planta Med. 72

(4), pag. 324-328.

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Meena K,Mohan A V, Sharath B, Somayaji S N, Bairy K L, 2011. Effect of

Topical Phenytoin on Burn Wound Healing in Rats. Indian of Journal

Experimental Biology. Vol 49, pp. 56-69

Moe T, Khaing T, Han T, & Mon H. 2008. Effects of Chitosan Films on Wound

Healing and Evaluation of Their Properties. 1-4

Moenadjat, Y. 2009. Luka Bakar: Masalah dan Tatalaksana. Jakarta: Balai

penerbit FKUI.

Mutia, Theresia. 2009. Peranan Serat Alam Untuk Bahan Baku Tekstil Medis

Pembalut Luka (Wound Dressing). Balai Besar Tekstil, Bandung. Arena

Tekstil, Vol. 24 No. 2 Hal: 81, 82, 87

Pierce F. et al. 1995. Pharmacologic enhancement of wound healing. Vol. 46:

467-481

Pranoto, Yudi. 2007. Kajian Sifat Fisik-Mekanik dan Mikrostruktur Edible Film

Alginat dan Kitosan dengan Penambahan Gliserol. Seminar Nasional

PATPI Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta.

Suwantong et al. 2008. Electrospun cellulose acetate fiber mats containing

asiaticoside or Centella asiatica crude extract and the release

characteristics of asiaticoside. Polymer 49, 4239–4247

Suwantong, O., Uracha, R., Pitt, S. 2010. In Vitro Biological Evaluation of

Electrospun Cellulose Acetate Fiber Mats Containing Asiaticoside or

Curcumin. Journal of Biomedical Materials Research Vol. 94 A, Issue 4,

Page: 1216-1217

Syamsuhidayat, R. & Jong, W.D. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Shuid A N, Anwar M S, Yusof A, 2005. The Effect of Carica papaya Linn. Latex

on the Healing of Burn Wounds in Rats. Jurnal Sains Kesehatan Malaysia.

3 (2) : 39 – 47

Shukla, A., Rasik, A. M., Jain, G. K., Shankar, R., Kulshrestha, D. K., & Dhawan,

B. N. (1999). In vitro and in vivo wound healing activity of asiaticoside

isolated from Centella asiatica. Journal of Ethnopharmacology, 65, 1–11.

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Suratman, Sumiwi S, Gozali D, 1996. Pengaruh Ekstrak Antanan Dalam Bentuk

Salep, Krim dan Jelly Terhadap Penyembuhan Luka Bakar. Cermin Dunia

Kedokteran No. 108. Jakarta. 31-36.

Sikareepaisan, P., Suksamrarn, A., & Supaphol, P. 2011. Preparation and

Characterization of Asiaticoside-loaded Alginate Films and Their

Potential for Use as Effectual Wound Dressings, 83, 1457-1469

Sezer et al. 2007. Chitosan Film Containing Fucoidan as a Wound Dressing for

Dermal Burn Healing: Preparation and In Vitro/In Vivo Evaluation.

AAPS PharmSciTech : 8 (2)

Shuid et al. 2007. The Effects of Carica papaya Linn. Latex on the Healing of

Burn Wounds in Rats. Jurnal Sains Kesihatan Malaysia, Vol. 3 (2) : 39-47

Sularsito SA. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Histopatologi Kulit.

Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Suntoro S. 1983. Metode Pewarnaan : Histologi dan Histokimia. Jakarta : Penerbit

Bhratara karya aksara

Talukder S I. 2007. Histopathology Techniques: Tissue Processing and Staining.

Department of Pathology Mymensingh Medical College Mymensingh,

Bangladesh

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Alur Kerja Penelitian

Penyiapan Alat dan Bahan

Preparasi Pelarut Kitosan 1%, NaTPP

0,1%, dan NaOH 0,1N

Pembuatan Film Kitosan-NaTPP

yang Mengandung Asiatikosida

Tikus Betina Galur Sparague

Dawley

Aklimatisasi Tikus selama 1

Minggu

Menimbang, Preparasi Larutan

Perlukaan dan Perlakuan Hari ke-0

Pengamatan Luka hari ke-3

Pengamatan dan Biopsi Jaringan Hari ke-7

Pengamatan dan Biopsi Jaringan Hari ke-14

a. Evaluasi Penurunan Luas Area luka

b. Uji Histologi

a. Evaluasi Penurunan Luas Area luka

b. Uji Histologi

a. Evaluasi Penurunan Luas Area luka

b. Uji Histologi

Analisa Data Menggunakan ANOVA

Evaluasi Penurunan Luas Area luka

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Luas Area Luka

NO. Kelompok

Hari

pengukuran

Luas luka (cm²)

1 2 3 4 Rata-rata

1 KN 0 1,33 1,42 1,03 1,42 1,30

3 1,12 1,15 0,78 1,15 1,05

7 0,78 0,78 0,59 0,83 0,74

14 0,4 0,38 0,16 0,09 0,26

2 KP 0 1,03 1,30 1,21 1,30 1,21

3 0,67 0,83 0,83 1,03 0,84

7 0,76 0,62 0,62 0,78 0,70

14 0,10 0,11 0,00 0,00 0,05

3 FK 0 1,04 1,21 1,04 1,34 1,16

3 0,61 0,83 0,61 1,04 0,77

7 0,66 0,36 0,66 0,74 0,60

14 0,26 0,17 0,14 0,00 0,14

4 FA1 0 1,36 1,29 1,33 1,30 1,32

3 1,13 1,13 1,12 0,98 1,09

7 0,66 0,74 0,98 0,75 0,78

14 0,27 0,09 0,13 0,00 0,12

5 FA2 0 1,34 1,33 1,34 1,36 1,34

3 1,05 0,86 1,05 1,25 1,05

7 0,86 0,79 0,86 0,66 0,79

14 0,09 0,13 0,05 0,00 0,07

6 FA3 0 1,50 1,30 1,30 1,29 1,35

3 1,00 0,98 1,00 1,00 1,00

7 0,47 0,74 0,66 0,47 0,59

14 0,10 0,00 0,00 0,00 0,03

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Persen Penurunan Luas Area Luka

NO. Kelompok

Hari

Pengukuran

Penurunan luas area luka (%)

Rata-rata

1 2 3 4

1 KN 3 15,84 19,44 24,36 19,44 19,77

7 41,58 45,37 42,31 41,67 42,73

14 70,00 73,33 84,62 93,52 80,37

2 KP 3 34,62 36,36 31,52 21,21 30,93

7 25,64 52,53 48,91 40,40 41,87

14 90,00 91,21 100,00 100,00 95,30

3 FK 3 41,77 31,52 41,77 22,55 34,40

7 36,71 70,65 36,71 45,10 47,29

14 75,32 85,65 86,71 100,00 86,92

4 FA1 3 16,50 12,24 15,84 25,25 17,46

7 51,46 42,86 26,73 42,42 40,87

14 80,19 93,37 90,10 100,00 90,92

5 FA2 3 21,57 35,64 21,57 7,77 21,64

7 36,27 40,59 36,27 51,46 41,15

14 93,33 90,10 96,57 100,00 95,00

6 FA3 3 33,33 25,25 23,23 22,45 26,07

7 68,42 43,43 49,49 63,27 56,15

14 93,25 100,00 100,00 100,00 98,31

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Contoh perhitungan luas area luka pada kelompok KN hari ke 0 dan 3 sampel 1

Rata-rata berat kertas diameter 1,5 cm =

= 13,4 mg

Luas luka hari ke 0 =

x 1,76625 cm

2

= 1,33 cm2

Luas luka hari ke 3 =

x 1,76625 cm

2

= 1,12 cm

2

Rumus penurunan luas luka :

Contoh perhitungan penurunan luas luka hari ke 3 sampel 1 :

% Penurunan Luas Luka hari ke 3 = 100% – (

x 100%)

= 100% – ( 0,842 x 100%)

= 15,8%

% Penurunan Luas Luka hari ke – n = 100% – (

x 100%)

Luas area luka =

x 1,76625 cm

2

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Histologi Jaringan Kulit Hari ke-7

KEL. Kontrol Negatif Kontrol Positif Film Tanpa Asiatikosida (FK)

GA

MB

AR

KET a. Terdapat bula (rongga)

b. Dipenuhi sel – sel radang

c. Folikel belum terbentuk

a. Folikel rambut belum terbentuk

b. Sel – sel radang lebih banyak

c. Ditemukan adanya neuvaskularisasi

a. Sel radang lebih banyak

b. Ditemukan neuvaskularisasi lebih banyak

KEL. FA1 FA2 FA3

GA

MB

AR

KET a. Dipenuhi sel – sel radang

b. Folikel mulai terbentuk tetapi belum sempurna

a. Batas antar lapisan luka bakar terlihat jelas

yang dipenuhi sel – sel radang

b. Folikel belum terbentuk

c. Neuvaskularisasi lebih bnyak dibanding FA1

a. Neuvaskularisasi yang terbentuk lebih banyak

dan besar

b. Folikel belum terbentuk sempurna

c. Sel-sel radang minimal

a

c

b

b c

a

a

b

b

a

a b

c

a

b

c

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Histologi Jaringan Kulit Hari ke-14

KEL. Kontrol Negatif Kontrol Positif Film Tanpa Asiatikosida (FK)

GA

MB

AR

KET a. Jaringan ikat kolagen longgar dan tipis

b. Folikel rambut belum terbentuk sempurna

a. Jaringan ikat kolagen tebal

b. Terbentuk folikel rambut hampir sempurna

c. Sel-sel radang masih ditemukan

a. Sel radang minimal

b. Folikel terbentuk belum sempurna

c. Serabut kolagen longgar dan tipis

KEL. FA1 FA2 FA3

GA

MB

AR

KET a. Apendesis terbentuk hampir sempurna

b. Sel radang minimal

c. serabut kolagen tebal dan longgar

a. Kolagen lebih tebal dari FA1

b. Sel radang minimal dan terbentuk folikel

a. Folikel rambut terbentuk hampir sempurna

b. Kolagen tebal dan padat

a

b

a

c

b

a

a

b

c

c

a b

b a

b

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Foto Hasil Pembuatan Luka Bakar

Gambar Keterangan

Pembuatan Luka bakar menggunakan

logam panas

Hasil luka bakar yang gosong

kehitaman

Pemberian Omiderm sebagai

debridemen hingga kulit yang terkena

luka bakar memisah

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil debridemen yang dibersihkan menggunakan NaCl pada hari ke-0

Diameter luka bakar pada hari ke-3

Diameter luka bakar pada hari ke-7

FA1

FA2 FA3

FA2

FA1

FA3

KN

KP

FK

KN

KP

FK

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Diameter luka bakar hari ke-14

FA3 FA2

FA1

FK

P

KP

KN

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Hasil Statistik Penurunan Luas Area Luka Hari ke-3

Tests of Normality

Kelomp

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

L.Luka(Hari3) 1 .310 4 . .916 4 .515

2 .308 4 . .823 4 .149

3 .286 4 . .864 4 .276

4 .287 4 . .931 4 .598

5 .250 4 . .945 4 .683

6 .310 4 . .833 4 .177

Keterangan: Signifikansi > 0,05 data terdistribusi normal

Test of Homogenity of Variances

L.Luka(Hari3)

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.826 5 18 .547

Keterangan: Signifikansi > 0,05 data terdistribusi homogen

ANOVA

L.Luka(Hari3)

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 908.333 5 181.667 3.332 .026

Within Groups 981.500 18 54.528

Total 1889.833 23

Keterangan : Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

L.Luka(Hari3)

LSD

(I)

Kelompo

k

(J)

Kelompo

k

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1 2 -11.50000* 5.22148 .041 -22.4699 -.5301

3 -15.25000* 5.22148 .009 -26.2199 -4.2801

4 2.00000 5.22148 .706 -8.9699 12.9699

5 -2.50000 5.22148 .638 -13.4699 8.4699

6 -6.25000 5.22148 .247 -17.2199 4.7199

2 1 11.50000* 5.22148 .041 .5301 22.4699

3 -3.75000 5.22148 .482 -14.7199 7.2199

4 13.50000* 5.22148 .019 2.5301 24.4699

5 9.00000 5.22148 .102 -1.9699 19.9699

6 5.25000 5.22148 .328 -5.7199 16.2199

3 1 15.25000* 5.22148 .009 4.2801 26.2199

2 3.75000 5.22148 .482 -7.2199 14.7199

4 17.25000* 5.22148 .004 6.2801 28.2199

5 12.75000* 5.22148 .025 1.7801 23.7199

6 9.00000 5.22148 .102 -1.9699 19.9699

4 1 -2.00000 5.22148 .706 -12.9699 8.9699

2 -13.50000* 5.22148 .019 -24.4699 -2.5301

3 -17.25000* 5.22148 .004 -28.2199 -6.2801

5 -4.50000 5.22148 .400 -15.4699 6.4699

6 -8.25000 5.22148 .132 -19.2199 2.7199

5 1 2.50000 5.22148 .638 -8.4699 13.4699

2 -9.00000 5.22148 .102 -19.9699 1.9699

3 -12.75000* 5.22148 .025 -23.7199 -1.7801

4 4.50000 5.22148 .400 -6.4699 15.4699

6 -3.75000 5.22148 .482 -14.7199 7.2199

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 1 6.25000 5.22148 .247 -4.7199 17.2199

2 -5.25000 5.22148 .328 -16.2199 5.7199

3 -9.00000 5.22148 .102 -19.9699 1.9699

4 8.25000 5.22148 .132 -2.7199 19.2199

5 3.75000 5.22148 .482 -7.2199 14.7199

Keterangan: Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna

Lampiran 9. Hasil Statistik Penurunan Luas Area Luka Hari ke-7

Tests of Normalityb

Kelompo

k

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

L.Luka(Hari7) 1 .385 3 . .750 3 .000

2 .221 4 . .935 4 .625

3 .312 4 . .783 4 .075

4 .300 4 . .923 4 .554

5 .260 4 . .827 4 .161

6 .232 4 . .927 4 .575

Keterangan: Signifikansi > 0,05 data terdistribusi normal

Test of Homogeneity of Variances

L.Luka(Hari7)

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.566a 5 17 .223

Keterangan: Signifikansi > 0,05 data terdistribusi homogen

ANOVA

L.Luka(Hari7)

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 680.458 6 113.410 .928 .500

Within Groups 2076.500 17 122.147

Total 2756.958 23

Keterangan: Signifikansi > 0,05 data tidak berbeda secara bermakna

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Hasil Statistik Penurunan Luas Area Luka Hari ke-14

Tests of Normality

Kelompo

k

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

L.Luka(Hari14) 1 .251 4 . .927 4 .574

2 .306 4 . .772 4 .061

3 .250 4 . .958 4 .769

4 .214 4 . .981 4 .910

5 .175 4 . .980 4 .900

6 .441 4 . .630 4 .001

Keterangan: Signifikansi > 0,05 data terdistribusi normal

Keterangan: Signifikansi > 0,05 data terdistribusi homogen

ANOVA

L.Luka(Hari14)

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 851.375 5 170.275 2.850 .046

Within Groups 1075.250 18 59.736

Total 1926.625 23

Keterangan: Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna

Test of Homogeneity of Variances

luasluka14

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.323 5 18 .299

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

L.Luka(Hari14)

LSD

(I)

Kelompo

k

(J)

Kelompo

k

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1 2 -14.75000* 5.46517 .015 -26.2319 -3.2681

3 -6.50000 5.46517 .250 -17.9819 4.9819

4 -10.25000 5.46517 .077 -21.7319 1.2319

5 -14.50000* 5.46517 .016 -25.9819 -3.0181

6 -17.75000* 5.46517 .004 -29.2319 -6.2681

2 1 14.75000* 5.46517 .015 3.2681 26.2319

3 8.25000 5.46517 .149 -3.2319 19.7319

4 4.50000 5.46517 .421 -6.9819 15.9819

5 .25000 5.46517 .964 -11.2319 11.7319

6 -3.00000 5.46517 .590 -14.4819 8.4819

3 1 6.50000 5.46517 .250 -4.9819 17.9819

2 -8.25000 5.46517 .149 -19.7319 3.2319

4 -3.75000 5.46517 .501 -15.2319 7.7319

5 -8.00000 5.46517 .160 -19.4819 3.4819

6 -11.25000 5.46517 .054 -22.7319 .2319

4 1 10.25000 5.46517 .077 -1.2319 21.7319

2 -4.50000 5.46517 .421 -15.9819 6.9819

3 3.75000 5.46517 .501 -7.7319 15.2319

5 -4.25000 5.46517 .447 -15.7319 7.2319

6 -7.50000 5.46517 .187 -18.9819 3.9819

5 1 14.50000* 5.46517 .016 3.0181 25.9819

2 -.25000 5.46517 .964 -11.7319 11.2319

3 8.00000 5.46517 .160 -3.4819 19.4819

4 4.25000 5.46517 .447 -7.2319 15.7319

6 -3.25000 5.46517 .559 -14.7319 8.2319

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - Institutional Repository ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25854/1/... · Asiatikosida sebagai Penutup Luka Bakar pada Tikus

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 1 17.75000* 5.46517 .004 6.2681 29.2319

2 3.00000 5.46517 .590 -8.4819 14.4819

3 11.25000 5.46517 .054 -.2319 22.7319

4 7.50000 5.46517 .187 -3.9819 18.9819

5 3.25000 5.46517 .559 -8.2319 14.7319

Keterangan: Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna