aktivitas antioksidan ekstrak etanol dan …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal...

44
Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSI-FRAKSI DAUN EKOR KUCING (Acalypha hispida Burm. F)DENGAN METODE PENGHAMBATAN REDUKSI WATER SOLUBLE TETRAZOLIUM SALT-1 (WST-1) Maya Febriyanti, Beylan W. Sanjaya, Supriyatna, Ajeng Diantini, Anas Subarnas Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang Email : [email protected] ABSTRAK Radikal bebas merupakan salah satu penyebab terjadinya berbagai macam penyakit degeneratif seperti kanker , jantung koroner dan penuaan dini. Oleh karena itu dibutuhkan suatu antioksidan untuk meredam radikal bebas tersebut. Ekor kucing (Acalypha hispida Burm.f.) merupakan salah satu jenis tanaman obat yang memiliki aktivitas antioksidan. Tanaman ini telah diteliti sebelumnya dan menunjukkan bahwa fraksi n-heksan dari ekstrak metanol yang diperoleh melalui metode kromatografi telah dilakukan uji aktivitas free radical scavenging menggunakan metode DPPH. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian aktivitasantioksidanekstraketanoldanfraksi- fraksi dari daun ekor kucing dengan metode penghambatan reduksi Water Soluble Tetrazolium Salt (WST-1).Aktivitas peredaman anion superoksida diukur dengan menggunakan perangkat uji superoksida dismutase (SOD). Hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memberikan persentase penghambatan terbaik dibandingkan ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan air dengan persentase penghambatan sebesar 63.14% (10 μg/ml ), 91.95% (100 μg/ml)dan 100% (1000 μg/ml). Senyawa yang teridentifikasi dalam fraksi etil asetat adalah flavonoid, kuinon, polifenol dan tanin. Jika dibandingkan dengan asam askorbat, fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan (SOD like activity) yang lebih tinggi Kata kunci: radikal bebas, Acalypha hispida, superoksida dismutase (SOD) ABSTRACT Free radicals are one of the causes of a variety of degenerative diseases such as cancer, coronary heart disease and ageing. Therefore it takes an antioxidant to scavenge free radicals.Acalypha hispida Burm.f.is one of medicinal plants that has an antioxidant activity. This plant has been studied previously and showed that the n- hexane fractions from the methanol extract obtained from chromatographic separation had antioxidant activity in the DPPH method. In this study the antioxidant activity of the ethanol extract and fractions from the leaves ofA.hispida were evaluated with the inhibition ofWater Soluble Tetrazolium Salt (WST-1) reduction method. Scavenging activities of superoxide anion was measured using superoxide dismutase(SOD)assay kit.The results showed that the antioxidant activity of the ethyl acetate fraction gave the best inhibition percentages than ethanol extract, n-hexane fraction and water fraction with a percentage inhibition of 63.14% (10 ug / ml), 91.95% (100 ug / ml) and 100% (1000 mg / ml). The compounds identified in the ethyl acetate fraction were flavonoids, quinones, polyphenols and tannins. As compared with ascorbic acid, the ethyl acetate fraction had higher antioxidant activity (SOD like activity). Key word: free-radical, Acalypha hispida, superoxide dismutase (SOD)

Upload: lamkhanh

Post on 31-Jan-2018

250 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSI-FRAKSI

DAUN EKOR KUCING (Acalypha hispida Burm. F)DENGAN METODE

PENGHAMBATAN REDUKSI WATER SOLUBLE TETRAZOLIUM SALT-1

(WST-1)

Maya Febriyanti, Beylan W. Sanjaya, Supriyatna, Ajeng Diantini, Anas Subarnas

Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Jatinangor – Sumedang

Email : [email protected]

ABSTRAK

Radikal bebas merupakan salah satu penyebab terjadinya berbagai macam

penyakit degeneratif seperti kanker , jantung koroner dan penuaan dini. Oleh karena

itu dibutuhkan suatu antioksidan untuk meredam radikal bebas tersebut. Ekor kucing

(Acalypha hispida Burm.f.) merupakan salah satu jenis tanaman obat yang memiliki

aktivitas antioksidan. Tanaman ini telah diteliti sebelumnya dan menunjukkan bahwa

fraksi n-heksan dari ekstrak metanol yang diperoleh melalui metode kromatografi

telah dilakukan uji aktivitas free radical scavenging menggunakan metode DPPH.

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian aktivitasantioksidanekstraketanoldanfraksi-

fraksi dari daun ekor kucing dengan metode penghambatan reduksi Water Soluble

Tetrazolium Salt (WST-1).Aktivitas peredaman anion superoksida diukur dengan

menggunakan perangkat uji superoksida dismutase (SOD). Hasil pengujian aktivitas

antioksidan menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memberikan persentase

penghambatan terbaik dibandingkan ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan air dengan

persentase penghambatan sebesar 63.14% (10 µg/ml ), 91.95% (100 µg/ml)dan 100%

(1000 µg/ml). Senyawa yang teridentifikasi dalam fraksi etil asetat adalah flavonoid,

kuinon, polifenol dan tanin. Jika dibandingkan dengan asam askorbat, fraksi etil asetat

memiliki aktivitas antioksidan (SOD like activity) yang lebih tinggi

Kata kunci: radikal bebas, Acalypha hispida, superoksida dismutase (SOD)

ABSTRACT

Free radicals are one of the causes of a variety of degenerative diseases such

as cancer, coronary heart disease and ageing. Therefore it takes an antioxidant to

scavenge free radicals.Acalypha hispida Burm.f.is one of medicinal plants that has an

antioxidant activity. This plant has been studied previously and showed that the n-

hexane fractions from the methanol extract obtained from chromatographic separation

had antioxidant activity in the DPPH method. In this study the antioxidant activity of

the ethanol extract and fractions from the leaves ofA.hispida were evaluated with the

inhibition ofWater Soluble Tetrazolium Salt (WST-1) reduction method. Scavenging

activities of superoxide anion was measured using superoxide dismutase(SOD)assay

kit.The results showed that the antioxidant activity of the ethyl acetate fraction gave

the best inhibition percentages than ethanol extract, n-hexane fraction and water

fraction with a percentage inhibition of 63.14% (10 ug / ml), 91.95% (100 ug / ml)

and 100% (1000 mg / ml). The compounds identified in the ethyl acetate fraction were

flavonoids, quinones, polyphenols and tannins. As compared with ascorbic acid, the

ethyl acetate fraction had higher antioxidant activity (SOD like activity).

Key word: free-radical, Acalypha hispida, superoxide dismutase (SOD)

Page 2: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

PENDAHULUAN

Kondisi dunia yang semakin maju

dengan berbagai teknologi telah

mendorong penghuninya menjadi

manusia modern. Pola hidup manusia

yang modern membuat tubuh kita secara

terus-menerus membentuk radikal bebas

akibat dari polusi lingkungan, sinar

ultraviolet dan asap rokok. Akibat yang

ditimbulkan oleh lingkungan tercemar,

kesalahan pola makan dan gaya hidup,

justru merangsang tumbuhnya radikal

bebas yang dapat merusak tubuh kita,

serta proses penuaan berdasarkan

timbulnya kerusakan jaringan yang

disebabkan oleh radikal bebas (Parwata,

2010).

Radikal bebas kini dianggap

berperan dalam patogenesis sebagian

besar penyakit. Antioksidan adalah zat

kimia yang menawarkan elektron mereka

sendiri untuk radikal bebas, sehingga

mencegah kerusakan sel. Banyak

penelitian telah menunjukkan senyawa

fitokimia dengan aktivitas antioksidan

dapat mengurangi resiko kanker dan

penyakit jantung. Oleh karena itu,

diperlukan asupan antioksidan untuk

mengurangi kerusakan sel dan proses

penuaan (Potterat, 1997).

Ekor kucing (Acalypha hispida

Burm. F) merupakan tanaman hias yang

tumbuh hampir diseluruh dunia. Skrining

fitokimia terhadap ekstrak air dan ekstrak

metanol A.hispida menunjukkan adanya

senyawa fenolik, flavonoid, glikosida,

steroid, phlobatanin, dan hidroksi

antraquinon (Okondoruet al, 2009).

Ekstrak n-heksanaA. Hispida diketahui

mengandung senyawa golongan alkaloid,

karbohidrat, fenol, dan alkaloid.Uji

toksisisitas juga dilakukan terhadap

ekstrak A. hispida menggunakan metode

BSLT. Pengujian menunjukkan bahwa

ekstrak A. hispida bersifat sitotoksik

terhadap A. salina dengan LC50 4,375

µg/ml (Onocha et al., 2011). Asam galat,

corilagin, cycloartane-type triterpenoids,

flavonoid misalnya kuersetin, dan derivat

kaempferol juga telah diisolasi dari

tumbuhan A.hispida (Adesina et al,

2000; Gutierrez-Lugo et al, 2002).

Aktivitas antioksidan A. hispida

juga telah diuji oleh Onocha et al (2011).

Fraksi n-heksan dari ekstrak metanol A.

hispida yang diperoleh melalui metode

kromatografi telah dilakukan uji aktivitas

free radical scavenging menggunakan

2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl radical

(DPPH). Dari 16 fraksi (S1-S16) yang

dikumpulkan, persentase inhibisi

senyawa S10 (91.8 %), S11 (93.8 %),

S14 (92.5 %) dan S15 (91.4 %) dengan

konsenstrasi0.1 mg/ml memberikan

aktivitas antioksidan yang lebih baik

dibandingkan terhadap persentase

inhibisi asam askorbat (90.9%). Aktivitas

antioksidan tersebut dapat dihubungkan

dengan metabolit sekunder yang terdapat

pada A. hispida yaitu flavonoid dan fenol

(Onocha, et al., 2011).

Berdasarkan penelitian ini,

potensi tumbuhan ekor kucing (Acalypha

hispida Burm. F) sebagai sumber

antioksidan alami perlu diteliti lebih

lanjut terhadap parameter pengujian

aktivitas antioksidan yang lain.

METODE PENELITIAN

Bahan tanaman: Daun Ekor Kucing

Bahan Kimia: Amil alkohol, aquadest,

asam klorida, asam asetat, asam sulfat,

besi (III) klorida, dimetil sulfoksida

(DMSO), etanol 70%, etil asetat,

metanol, natrium klorida, n-heksana,

kalium hidroksida, kloroform, gelatin,

Kalium iodida, Bismuth subnitrat, raksa

(II) klorida, vanillin, SOD assay kit-WST

(Dojindo Molekular Technologies, Inc.).

Alat : corong pisah, maserator, 96-well

mikroplate reader 450 nm (Dynex

technologi),mikropipet (Finnipipette),

rotary evaporator (Heidolph-Bibby),

timbangan analitik (AND EK-300i),

waterbath, serta berbagai alat gelas yang

biasa digunakan di Laboratorium

Farmakologi, Laboratorium Kimia Bahan

Alam, Unit Penelitian dan Pengabdian

Page 3: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

kepada Masyarakat Farmasi (UPT UPPF)

Fakultas Farmasi Universitas

Padjadjaran.

Metode

1. Ekstraksi

Ekstraksi menggunakan metode

maserasi selama 3 x 24 jam dengan

cairan penyari etanol 70%.Proses

ekstraksi dilakukan dengan cara

maserasi terhadap 450 gram

simplisia daun A.hispidayang telah

diblender menjadi potongan-

potongan halus. Maserasi dilakukan

dengan menggunakan pelarut etanol

70 % dan dilakukan selama 3 x 24

jam. Ekstrak etanol hasil maserasi

dipekatkan menggunakan rotavapor pada suhu 50°C.

2. Fraksinasi

Proses fraksinasi dilakukan dengan

cara ECC (Ekstraksi Cair-Cair)

menggunakan pelarut air, n-heksana

dan etil asetat. Ekstrak kental hasil

maserasi diambil sebanyak 30 gram

dan dilarutkan dalam 400 ml air

yang selanjutnya akan dilakukan

pemisahan menggunakan corong

pisah dengan pelarut yang tidak

saling bercampur satu sama lain

yaitu n-heksana yang dilanjutkan

dengan etil asetat dengan

perbandingan ekstrak cair : pelarut =

1 : 1.

3. Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia ekstrak etanol,

fraksi n-heksana, fraksi etil asetat

dan fraksi airdaun A.hispida.

4. Uji aktivitas antioksidan

Pengujian aktivitas antioksidan

dilakukan dengan metode WST-1

menggunakan SOD assay kit-WST

(Dojindo Molekular Technologies,

Inc.).Pada metode ini reduksi WST-1

menghasilkan senyawa formazan

yang berwarna kuning yang dapat

diukur absorbansinya dengan mikro

plate reader pada panjang

gelombang 450 nm dan persen

penghambatan radikal superoksid

dihitung dengan menggunakan

persamaan :

1 −(𝐴𝑠 − 𝐴𝑏)

(𝐴𝑘 − 𝐴𝑏) 𝑋 100%

Keterangan :

As : Absorbansi sampel

Ak : Absorbansi kontrol

Ab : Absorbansi blanko

HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanaman dikumpulkan dari

Kebun Tanaman Obat Manoko,

Lembang, Jawa Barat. Determinasi

tumbuhan dilakukan di Herbarium

Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati,

Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat.

Rendemen ekstrak beserta fraksinya dan

hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada

Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi

Daun A.hispida

No. Ekstrak/Fraksi Berat Rendem

en

1. Ekstak Etanol 117.47 26.10%

2. Fraksi n-

heksana 1.3 g 4.33%

3 Fraksi etil asetat 8.53 g 28.43%

4 Fraksi air 12.47 g 41.56%

Page 4: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Tabel 2. Data Hasil Pemeriksaan Fitokimia Simplisia, Ekstrak Etanol A.hispida dan

Fraksi-Fraksinya

Golongan Simplisia Ekstrak

Etanol

Fraksi

n-heksan Etil Asetat Air

Alkaloid - - - - -

Flavonoid + + + + +

Kuinon + + - + +

Polifenol + + - + +

Saponin + + - + +

Steroid + + + - -

tanin + + - + +

Triterpenoid - - - - -

monoterpenoid - - - - -

sesquiterpenoid - - - - -

Keterangan : (+) = terdeteksi ; (-) = tidak terdeteksi

Hasil Uji Aktivitas Antioksidan

Aktivitas dibandingkan dengan

menghitung IC50 dan dibandingkan

terhadap IC50asam askorbat atau dengan

menghitung persentase penghambatan

dan dibandingkan terhadap presentase

penghambatan asam askorbat. Hasil uji

aktivitas antioksidan ekstrak etanol

beserta fraksinya dan asam askorbat

dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 4 dan

Gambar 1.

Tabel 3. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol, Fraksi

n-heksana, Etil Asetat dan Fraksi Air

Konsentrasi

% Penghambatan

Ekstrak etanol Fraksi n-heksana Fraksi etil asetat fraksi air

10 µg/ml 11.27% 30.51% 63.14% 60.59%

100 µg/ml 15.20% 33.90% 91.95% 83.05%

1000 µg/ml 22.06% 48.31% 100% 100%

Tabel 4. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Asam askorbat

Konsentrasi % Penghambatan

17,613 µg/ml 32.54%

88,065 µg/ml 57.04%

176,13 µg/ml 81.48%

Page 5: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Gambar 1. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol, Fraksi

n-heksan Etil Asetat dan Fraksi A

Pengujian aktivitas antioksidan

dilakukan dalam 3 variasi konsentrasi

dari ekstrak etanol, fraksi n-heksana,

fraksi etil asetat dan fraksi air. Variasi

konsentrasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 10 µl/ml, 100 µl/ml

dan 1000 µl/ml. Dilihat dari persentase

penghambatannya Fraksi etil asetat

memiliki aktivitas antioksidan terbaik

dengan persentase penghambatan pada

konsentrasi 10 µg/ml sebesar 63,14%,

100 µg/ml sebesar 91,95% dan 1000

µg/ml sebesar 100% Walaupun fraksi air

pada konsentrasi 1000 µg/ml memiliki

persentase penghambatan yang sama

dengan fraksi etil asetat yaitu sebesar

100% tetapi pada konsentrasi 10 µg/ml

dan 100 µg/ml fraksi etil asetat memilki

persentase penghambatan yang labih

besar dibandingkan dengan fraksi air.

Oleh karena itu, fraksi etil asetat lebih

efektif dibandingkan fraksi air.

Dari hasil persentase

penghambatannya, fraksi etil asetat

memiliki persentase penghambatan yang

lebih baik dibandingkan dengan asam

askorbat yang dijadikan sebagai

pembanding pada pegujian ini. Pada

konsentrasi 100µg/ml fraksi etil asetat

telah memberikan presentase inhibisi

sebesar 91,95% sedangkan pada asam

askorbat dengan konsentrasi terbesar

yang diuji yaitu sebesar 176,13 µg/ml

memberikan presentase penghambatan

yang lebih kecil yaitu sebesar 81,48%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian

aktivitas antioksidan dengan

penghambatan reduksi WST-1

menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun

A.hispida memiliki aktivitas antioksidan

(SOD like activity) dengan persentase

penghambatan pada konsentrasi 10

µg/ml, 100 µg/ml, dan 1000 µg/ml, yaitu

sebesar 11,27%, 15,20% dan 22,06%.

Fraksi ekstrak etanol daun A.

hispida yang memiliki aktivitas

antioksidan (SOD like activity) terbaik

adalah fraksi etil asetat dengan

persentase penghambatan pada

konsentrasi 10 µg/ml, 100 µg/ml, dan

1000 µg/ml , yaitu sebesar 63,14%,

91,95%dan 100%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini

maka disarankan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai isolasi

senyawa aktif dari senyawa yang

memiliki aktivitas antioksidan terbaik.

Page 6: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Selain itu, pengujian aktivitas

antioksidan sebaiknya dilakukan dengan

variasi konsentrasi yang lebih kecil dan

tidak terlalu jauh sehingga aktivitas

antioksidan yang didapatkan akan lebih

maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Adesina, S.K., Idowu, O., Ogundaina,

A.O., Oladimeji, H., Olugbade, T.A.,

Onawunmi, G.O. and Pais, M. 2000.

Antimicrobial constituents of leaves

of Acalypha wikesiana and

Acalyphahispida. Phytother 14: 371-

374.

Gutierrez-Lugo M.T., Singh M.P.,

Maiese W.M., and Timmermann

B.N. 2002.New antimicrobial

cycloartane triterpenes from

Acalyphacommunis.J Nat Prod 65:

872-875.

Okondoru, S., T. Sokari, M. Okondoru

and E. Chinakwe,

2009.Phytochemical and

antibacterial properties of Acalypha

hispida leaves. Int. J. Nat. Applied

Sci., 5: 38-45

Onocha,P.A., Oloyede, G.K.,andAfolabi,

Q.O.2011.Phytochemical

Investigation, Cytotoxicity and Free

Radical Scavenging Activities of

Non-Polar Fractions of Acalypha

Hispida (Leaves And Twigs). Excli

Journal ;10:1-8

Parwata, A., Ratnayani, K., dan Listya,

A. (2010). Aktivitas Antiradikal

Bebas Serta Kadar Beta Karoten

Pada Madu Randu (Ceiba Pentandra)

Dan Madu Kelengkeng (Nephelium

Longata L.). Jurnal Kimia FMIPA

Universitas Udayana

Potterat, O. 1997. Antioxidants & Free

Radical Scavengers of Natural

Origin. Current OrganicChemistry

1, 415 - 440.

Page 7: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

DAUN TENDANI (Goniothalamus macrophyllus Hook. f. &Thomson.),

SUATU OBAT TRADISIONAL ANTIBAKTERI SUKU DAYAK

PUNAN DI KALIMANTAN TIMUR

TENDANI LEAVES (Goniothalamus macrophyllus Hook. f. & Thomson.),

AN ANTIBACTERIALTRADITIONAL MEDICINEOF DAYAK PUNAN TRIBE

IN EAST KALIMANTAN

Viriyanata Wijaya*, Supriyatna, dan Tiana Milanda

Program MagisterFakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

Jl. Eyckman No. 38 Kec. Sukajadi Kel. PasteurBandung, 40161

*Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian Daun Tendani (Goniothalamus macrophyllus) suatu obat tradisional

antibakteri suku Dayak Punan di Kalimantan Timur telah dilakukan. Penelitian

didasarkan pada penggunaan empirik daun tersebut di komunitas Dayak Punan

sebagai obat luar. Penelitian bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak antibakteri

dan fraksi daun tendani terhadap Staphylococcus aureusATCC 25923. Proses

ekstraksi dan fraksinasi menggunakan berbagai pelarutetanol 70%, n-heksan dan etil

asetat. Aktivitas antibakteri diukur dengan metode difusi agar. Penelitian

menunjukkan bahwa ekstrak daun tendani memiliki aktivitas antibakteri pada

konsentrasi 20 % (b/v) dengan diameter hambat 22,02 mm. Fraksi etil asetat sebagai

fraksi teraktif, memiliki aktivitas antibakteri pada konsentrasi 20% (b/v) sebesar 19,50

mm dan pada konsentrasi 30% sebesar 22,30 mm.

Kata kunci:Goniothalamus macrophyllus,Staphylococcusaureus, aktivitas antibakteri,

Dayak Punan

ABSTRACT

Research of tendani leaves (Goniothalamus macrophyllus Hook. f. & Thomson)

an antibacterial traditional medicine plant of Dayak Punan tribe in east of Kalimantan

has been conducted. The research based on the empirical use of the plant leaves in

Dayak Punan community as external medicine. The aim of this study is to

investigateantibacterial activity of extract and fractions of the leaves against

Staphylococcus aureus ATCC 25923. The extraction and fractionation processes were

carry out by using polarity different of several solvents of ethanol 70%, n-hexane and

aethyl acetate. Antibacterial activity testwas measured by using agar diffusion

method. The research afforded theleaves extract had antibacterial activity in the

concentration of 20%(b/v) with diameter of inhibition zone of 22,02 mm. The most

active fraction was aethyl acetate fraction in the concentration of 20%(b/v) of 19,50

mmand in the concentration diameter inhibition zone was 22,30 mm.

Keywords: Goniothalamus macrophyllus, Staphylococcus aureus, antibacterial

activity, Dayak Punan

Page 8: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

PENDAHULUAN

Tumbuhan tendani (Goniothalamus

macrophyllus Hook. f. & Thomson.)

termasuk famili Annonaceae. Tumbuhan

ini oleh komunitas suku Dayak Punan di

Kalimantan Timur, bagian daunnya

digunakan sebagai obat penyakit kulit.

Tumbuhan yang berbentuk pohon ini

menarik, selain daun dan akar yang biasa

digunakan sebagai obat, juga tersedia

sepanjang musim. Yusuf (2005)

melaporkan bahwa suku Dayak Punan,

rumpun tertua suku Dayak di Kalimantan

Timur, menggunakan berbagai tumbuhan

dalam pengobatan tradisionalnya.

Tumbuhan obat tersebut di antaranya

adalah bakung air (Hanguanamalayana,

Zingiberaceae), bedur (Curculigo

capitulata, Amarilydaceae), galoba utan

(Costus speciosus, Zingiberaceae),

lempuyangan (Globbamarantina,

Zingiberaceae), mali (Homalomena cf.

aromatica, Araceae), puar (Hornstedtia

sp., Zingiberaceae), dan tendani

(Goniothalamusmacrophyllus,

Annonaceae).

Heyne (1987) melaporkan bahwa

famili Annonaceae yang digunakan

sebagai tumbuhan obat antara lain adalah

Annona reticulata (biji untuk mengobati

penyakit disentri), Annona squamosa

(daun untuk obat scabies), Artabotrys

suaveolens (daun sebagai obat kolera),

Canangium odoratum (biji sebagai obat

luar penyakit demam), Goniothalamus

macrophyllus (akar sebagai obat demam,

tifus, dan cacar), Stelechocarpus burahol

(keharuman pada urin), dan Uvaria

rufa(batang dan daun digunakan sebagai

obat karena mengandung alkaloid).Genus

Goniothalamus memiliki 115 spesies,

sebagian besar tersebar sepanjang negara

tropis dan subtropis. Tumbuhan genus ini

dipelajari konstituen bioaktifnyauntuk

membuktikan pengobatan sejumlah

penyakit (Phetkul, 2009).

Selanjutnya tumbuhan tendani yang

berupa pohon dengan tinggi mencapai 7

m dan diameter batang 15 cm, tumbuh

pada ketinggian 50-1.300 m dari

permukaan laut. Daun berseling-seling

mempunyai ruas-ruas dan cukup luas.

Bunga dengan panjang kepala bunga

kira-kira 30 mm, berwarna putih-

kekriman, wangi, tempat tersembunyi,

atau dalam kelompok kecil pada batang

dan ranting. Buah dengan panjang kira-

kira 20 mm, berwarna hijau-kekuningan,

dengan biji hanya satu. Bunganya mekar

pada bulan Maret hingga Mei, dengan

biji yang dibentuk antara bulan Juni dan

Agustus (Heyne, 1987; Phetkul, 2009).

Tumbuhan tendani menarik untuk

diteliti, karena suku Dayak Punan sering

menggunakan daunnya sebagai obat

infeksi kulit, sedangkan bagian akarnya

digunakan sebagai obat demam (Yusuf,

2005). Berbagai penelitian lain

menunjukkan tumbuhan dari genus

Goniothalamus memiliki berbagai

aktivitas farmakologi yang berbeda.

Ekstrak bunga dan batang G.

grandflorous memiliki aktivitas

antijamur terhadap

Trichophytonmentagrophyte dan

Trichophytonverrucosum (Khan et al.,

1999). Senyawa Markanin E yang

diisolasi dari batang G. Marcanii

menunjukkan aktivitas sitotoksik

terhadap sejumlah sel line tumor manusia

(A-549, HT-29, MCF7, RPMI, dam

U251) (Soonthornchareonnon et al.,

1999). Ekstrak akar G. Scortechinii

memiliki aktivitas antibakteri terhadap

Bacillus sp., Staphylococcus aureus

ATCC 25923, Staphylococcus aureus

ATCC 29213, Enterococcus faecalis

ATCC 24922, Pseudomonas aeruginosa

ATCC 27853, Escherichia coli ATCC

25922, Klebsiellapneumoniae,

Shigellasonnei dan Shigellaflexneri

(Wiart, 2007). Minyak atsiri dari ranting

dan akar G. Macrophyllus memiliki

aktivitas antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus resisten

vankomisin dan Staphylococcus

epidermidis serta aktivitas antijamur

terhadap Candida albicans (Siti, et al.,

2010).

Page 9: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Staphylococcus aureus merupakan

bakteri patogen utama yang mampu

meningkatkan munculnya resisten

antibiotik (Lowy, 1998).

Staphyloccoccus aureus lebih virulen

diantara genus yang sama (Waldvogel,

1990; Projan dan Novick, 1997). Selain

itu, kemampuan S. aureus untuk melekat

pada plasma dan protein pengangkut

matriks ekstraselular di bahan biologis

adalah faktor yang signifikan dalam

pathogenesis yang berhubungan dengan

infeksi. Beberapa media perlekatan yang

spesifik yang dikeluarkan pada

permukaan S. aureus, dapat berinteraksi

dengan sejumlah protein induk seperti

fibronektin, fibrinogen, kolagen,

vitronektin, dan laminin (Foster dan Mc

Devitt, 1994).

Berdasarkan berbagai penelitian

tersebut, belum banyakin formasi ilmiah

mengenai aktivitas antibakteridaun G.

Macrophyllus terhadap bakteri S. aureus.

Oleh karena itu, menarik dilakukan

penelitian aktivitas antibakteri daun G.

Macrophyllus terhadap bakteri S. aureus

tersebut.

BAHAN DAN METODE 1. Alat dan Bahan

Sampel yang diteliti dalam

penelitian ini adalah daun dari tumbuhan

tendani (G. macrophyllus). Sampel

dikumpulkan dari kawasan hutan daerah

Sungai Baru di Penajam Pasir Utara,

Kalimantan Timur. Sampel sebanyak 3,3

kg dikeringkan pada suhu kamar,

diperoleh berat simplisia 1,2 kg.

Bahan-bahan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah daun tendani

kering, etanol 70% (PT. Dover Chem), n-

heksan (PT. Dover Chem), etil asetat

(PT. Dover Chem),metanol (PT. Dover

Chem), aquades, amonia (Merck),

kloroform (PT. Quadrant), asam klorida

(Merck), pereaksi Mayer, pereaksi

Dragendorf, serbuk magnesium (PT.

Dover Chem), pereaksi besi (III) klorida

(Merck), eter (Merck), pereaksi

Liebermann-Burchard, natrium

hidroksida (Merck), dan air suling,

NA/Nutrient Agar (Oxoid, Basingstoke,

UK), NB/Nutrient Broth (Oxoid,

Basingstoke, UK),

DMSO/dimetilsulfooksida (Merck), dan

biakan mikroba S. aureus ATCC 25923

(PT. Biofarma).

Peralatan yang digunakan di

Laboratorium Farmakognosi dan

Mikrobiologi Farmasi UNPAD

diantaranya adalah maserator, corong

pisah (Duran), desikator vakum, rotary

evaporator (Buchi Rotavapor R-300),

water bath (Memmert), cawan petri, hot

plate,inkubator (Sakura IF-4), jangka

sorong, jarum ose, labu Erlenmeyer,

laminar air flow, mikropipet 100μl

(Biohit Proline), tip mikropipet

(Eppendorff), microplate, otoklaf

(Hirayama), oven (Memmert 200 dan

Memmert 400-800),dan timbangan

analitik (Mettler Toledo, AL204).

2. Prosedur Penelitian

Ekstraksi Daun Tendani

Simplisia kering yang telah

dirajang (1,2 kg) diekstraksi dengan

metode maserasi dengan cara

dimasukkan ke dalam maserator,

kemudian direndam dengan pelarut

etanol 70% (20 L) selama 3 x 24 jam.

Maserat dikumpulkan, dan diuapkan

dengan rotary evaporator pada suhu ±

50ºC hingga diperoleh ekstrak pekat.

Kemudian ekstrak pekat diuapkan di

penangas air hingga diperoleh ekstrak

kental. Pengulangan maserasi dilakukan

dengan mengganti pelarut etanol 70%

selama 24 jam. Ekstrak kental yang

diperoleh sebesar 79,94 g.

Rendemen yang diperoleh untuk

ekstrak: Rendemen ekstrak

= 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎x100%=

79,94 𝑔

1.166,13 𝑔x 100%

= 6,86 %

Page 10: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Fraksinasi Ekstrak Etanol Daun

Tendani

Ekstrak kental yang diperoleh (50

g) selanjutnya difraksinasi berturut-turut

dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan

air masing-masing sebanyak 300 mL

pada corong pisah. Fraksinasi dilakukan

dengan menambahkan pelarut non polar

hingga pelarut semi polar. Hasil

fraksinasi kemudian diuapkan di atas

penangas airhingga pekat. Hasil

penguapan fraksi-fraksi adalah sebagai

berikut: fraksi n-heksan=5,58 g;fraksi

etil asetat=7,4 g;dan fraksi air

(residu)=12,8 g yang akan digunakan

untuk pengujian aktivitas antibakteri.

Pengujian Aktivitas AntibakteriDaun

Tendani

Pengujian aktivitas antibakteri

terhadap ekstrak dan fraksi-fraksi

dilakukan dengan urutan kerja sebagai

berikut:

Penyiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan

digunakan disterilisasi dalam otoklaf

selama 15 menit pada suhu 121ºC

sebelum dilakukan pengujian aktivitas

antibakteri.

Pembuatan Media

Media pembenihan Nutrient Agar

(NA) dibuat dengan cara melarutkan 28 g

NA ke dalam 1 L air suling kemudian

dipanaskan hingga larut. Media Nutrient

Broth (NB) dibuat dengan cara yang

sama yaitu dengan melarutkan 8 g NB ke

dalam 1 L air suling dan dipanaskan

hingga larut. Kedua media tersebut

disterilkan terlebih dahulu sebelum

digunakan.

Penyediaan Bakteri Uji

Peremajaan dilakukan dengan

menginokulasikan bakteri

Staphylococcus aureus ATCC 25923

kemudian ditanamkan di atas permukaan

NA miring yang telah memadat dalam

tabung dan diinkubasikan selama 18-24

jam pada suhu 37ºC.

Penyediaan Suspensi Bakteri

Bakteri disuspensikan

menggunakan media NB yang telah steril

kemudian diinkubasikan selama 18-24

jam pada suhu 37ºC. Setelah

disuspensikan, dilakukan pengenceran

hingga didapatkan suspensi dengan

jumlah bakteri yang sama dengan

suspensi standar Mc. Farland (Becton,

Dickinson, and Company, 2014).

Suspensi Standar Mc. Farland yang

terkait dengan Colony Forming Unit

(CFU) adalah suspensi yang

menunjukkan konsentrasi kekeruhan

bakteri sama dengan 108 CFU/ml.

Komposisi dari suspensi Mc. Farland

terdiri atas Larutan Asam sulfat 1 % b/v

9,5 ml dan Larutan Barium klorida 1%

v/v 0,5 ml. Suspensi Mc. Farland dibuat

dengan cara dicampur kedua larutan

tersebut dalam tabung reaksi, dikocok

dan dihomogenkan. Apabila kekeruhan

suspensi bakteri uji sama dengan

kekeruhan suspensi standar, berarti

konsentrasi suspensi bakteri adalah 108

CFU/ml.

Pengukuran Diameter Zona Hambat

Ekstrak dan fraksi ditimbang dan

dilarutkan dalam DMSO hingga

diperoleh konsentrasi yang diinginkan.

Sebanyak 0,2 mL suspensi bakteri

dimasukkan ke dalam cawan petri steril

lalu ditambahkan agar steril sejumlah 20

mL. Cawan digoyang-goyangkan dengan

gerakan memutar agar bakteri dan agar

tercampur homogen selanjutnya

dibiarkan memadat. Setelah memadat,

dibuat lubang-lubang pada permukaan

agar yang telah bercampur bakteri

menggunakan perforator (diameter = 8

mm). Melalui uji pendahuluan pada

konsentrasi ekstrak 8%, 10%, 15%, 20%,

30%, 40%, dan 50%, dipilih konsentrasi

8%, 10%, 15%, dan 20% berdasarkan

aktivitas antibakteri, kemudian larutan

ekstrak tersebutdimasukkan ke dalam

Page 11: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

lubang hasil perforator. Sedangkan fraksi

n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air

digunakan pada konsentrasi 20% dan

30%, dibandingkan dengan ekstrak 20%

yang akan diuji beserta kontrol negatif

(DMSO) ke dalam lubang-lubang

tersebut. Setelah ekstrak dan fraksi-fraksi

dimasukkan, cawan petri diinkubasi pada

suhu 37º C selama 18-24 jam.

Selanjutnya diukur diameter zona hambat

menggunakan jangka sorong.Pengukuran

dilakukan sebanyak tiga kali.

Penapisan Fitokimia Ekstrak dan

Fraksi Teraktif Daun Tendani

Ekstrak kental dan fraksi teraktif

dilakukan penapisan fitokimia

(Farnsworth, 1996) untuk mengetahui

masing-masing golongan senyawa kimia

yang terkandung dalam ekstrak dan

fraksi.

Uji Alkaloid

Ekstrak dibasakan dengan amonia

dan ditambahkan kloroform kemudian

digerus kuat-kuat. Lapisan kloroform

yang terbentuk disaring dan ditambahkan

asam klorida 2 N kemudian dikocok

kuat-kuat. Lapisan asam dipipet dan

dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama

ditambahkan pereaksi Mayer, bagian

kedua ditambahkan pereaksi

Dragendorff, dan bagian ketiga sebagai

blanko. Apabila terdapat endapan putih

atau adanya kekeruhan pada bagian

pertama, maka menunjukkan positif

adanya alkaloid, sedangkan apabila

terdapat endapan jingga/kuning

menunjukkan positif adanya alkaloid

(Farnsworth, 1996).

Uji Flavonoid

Ekstrak ditambahkan 0,5 g serbuk

magnesium dan 1 mL HCl pekat. Setelah

ditambahkan, terbentuk adanya warna

merah, kuning, atau jingga pada larutan

yang menunjukkan positif adanya

flavonoid (Farnsworth, 1996).

Uji Terpenoid dan Steroid

Ekstrak ditambahkan sedikit eter

dan dikocok. Kemudian lapisan eter

diambil dan diteteskan pada plat tetes

hingga kering. Setelah kering,

ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat

dan 1 tetes asam sulfat pekat. Perubahan

warna menjadi jingga, merah, atau

kuning menunjukkan adanya terpenoid,

sedangkan adanya steroid menunjukkan

warna hijau pada plat tetes (Farnsworth,

1996).

Uji Fenol

Ekstrak dilarutkan dalam 1 mL

etanol 70%dan ditambahkan 3 tetes

pereaksi FeCl3, reaksi positif ditandai

dengan larutan menjadi warna biru atau

hitam (Farnsworth, 1996).

Uji Saponin

Ekstrak ditambahkan air dan

dikocok sehingga menimbulkan busa

yang stabil selama 10 menit. Pembuktian

busa yang terbentuk merupakan saponin

dilakukan dengan penambahan HCl 2

N,apabila busa tetap ada berarti busa

merupakan saponin, jika hilang setelah

penambahan HCl 2 N maka busa tersebut

merupakan protein (Farnsworth, 1996).

Uji tannin

Ekstrak dilarutkan dalam air dan

ditambahkan 3 tetes pereaksi FeCl3 dan

bereaksi positif jika larutan berwarna

biru atau hitam.Untuk memastikan ada

atau tidaknya tanin, sampel ditambahkan

gelatin hingga terbentuk endapan putih

(Farnsworth, 1996).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi

Simplisia

Sebanyak 1,2 kg serbuk simplisia

daun G. macrophyllus diekstraksi dengan

metode maserasi selama 3 x 24 jam.

Tujuan dilakukannya maserasi yaitu

untuk melarutkan simplisia dengan

pelarut yang sesuai sehingga berdifusi

menembus membran sel

Page 12: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

simplisia.Metode ini juga menghindarkan

kerusakan senyawa aktif yang tidak tahan

panas dan diperlukan dalam pengujian

aktivitas.Pelarut yang digunakan untuk

ekstraksi yaitu etanol 70 %.Pertimbangan

digunakan pelarut etanol 70% karena

relatif lebih aman dan mampu menarik

senyawa polar maupun non polar yang

terkandung dalam simplisia.

Pemekatan ekstrak etanol

dilakukan dengan menggunakan rotary

evaporator pada suhu 50-60ºC pada

kecepatan putaran sebesar 60 rpm.

Prinsip kerja dari rotary evaporatoryaitu

menggunakan pompa vakum dengan

pengaliran air, sehingga terjadi

pengurangan tekanan dan pelarut akan

menguap pada suhu di bawah titik

didihnya agar senyawa yang terkandung

pada ekstrak tidak rusak pada suhu

tinggi. Penguapan dilanjutkan di atas

penangas airhingga diperolehberat

konstan.Ekstrak kemudian disimpan di

desikator untuk mengurangi kelembaban

ekstrak sehingga ekstrak tidak berjamur.

Fraksinasi dilakukan dengan

metode ekstraksi cair-cair, berturut-turut

menggunakan pelarut non polar, semi

polar, dan sisanya berupa larutan

air.Tujuan dilakukannya fraksinasi yaitu

untuk memisahkan senyawa berdasarkan

perbedaan konstanta dielektrik dan

tingkat kepolarannya.Pelarut yang

digunakan secara berurutan dari non

polar hingga polar antara lain n-heksan,

etil asetat, dan air.

Metode ekstraksi cair-cair dipilih

karena untuk memudahkan pemisahan

selanjutnya sesuai dengan prinsip like

dissolves like. Pelarut polar akan lebih

mudah menarik senyawa polar,

sedangkan pelarut non polar akan lebih

mudah menarik senyawa non polar. Hal

ini menyebabkan senyawa terfraksi

dengan baik sesuai dengan kepolarannya.

Ekstrak pekat yang diperoleh dicampur

sama banyak dengan aquades kemudian

difraksinasi dengan n-heksan dan etil

asetat hingga diperoleh fraksi n-heksan,

etil asetat, dan air yang masing-masing

dipekatkan kembali dengan rotary

evaporator. Pemekatan kembali

dilakukan untuk mempercepat penguapan

pelarut dari masing-masing fraksi.

Penguapan dilanjutkan di atas penangas

air sehingga diperoleh berat konstan.

Hasil fraksinasi ekstrak daun tendani

sebanyak 50 g, menunjukkan fraksi n-

heksan sebesar 5,58 g, fraksi etil asetat

sebesar 7,4 g dan fraksi air (sisa) sebesar

12,8 g.

2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri

Ekstrak Uji aktivitas antibakteri ekstrak

daun tendani dilakukan terhadap bakteri

Staphylococcus aureusATCC

25923.Konsentrasi ekstrak daun tendani

yang diujikan adalah 8%, 10%, 15%, dan

20% (b/v) dalam DMSO.DMSO

digunakan karena mampu melarutkan

hampir semua senyawa organik dan

anoganik (Toray Industries, 2014).Tabel

2 menunjukkan bahwa ekstrak daun

tendani memiliki aktivitas antibakteri

terhadap bakteri Staphylococcus

aureus.Hal ini menginformasikan bahwa

senyawa antibakteri diduga terdapat pada

ekstrak daun tendani.Berdasarkan data

tersebut, diduga metabolit sekunder yang

bekerja di dalamnya bekerja secara

sinergis dalam menghasilkan aktivitas

antibakterinya.Dari keempat konsentrasi

yang telah diujikan, konsentrasi ekstrak

20 % memberikan aktivitas antibakteri

yang terbesar.Hal ini disebabkan

senyawa aktif dalam konsentrasi yang

lebih besar bekerja optimal dalam

menghasilkan aktivitas antibakteri. Daun

tendani memiliki aktivitas antibakteri

yang sangat aktif karena konsentrasi 8%

telah menghasilkan zona hambat 18,67

mm. DMSO sebagai kontrol positif tidak

menghasilkan zona hambat.Hasil uji

aktivitas antibakteri dapat dilihat pada

Tabel 1.

Page 13: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Tabel 1. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Tendani

Ekstrak (%)

b/v

Diameter Hambat Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 (mm) Rata-

Rata I II III

8 18,80 18,40 18,80 18,67

10 20,00 19,45 19,80 19,75

15 20,90 21,20 21,10 21,07

20 21,35 22,70 22,00 22,02

3. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri

Fraksi-Fraksi

Uji aktivitas antibakteri fraksi

dilakukan terhadap bakteri

Staphylococcus aureus ATCC 25923

dengan membandingkan dua konsentrasi

(20% dan 30%) tiap-tiap fraksi n-heksan,

fraksi etil asetat, dan fraksi air dengan

ekstrak daun tendani yang memiliki

aktivitas terbesar (20%).

Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi-Fraksi

Larutan Uji

Diameter Hambat Bakteri Staphylococcus aureus (mm)

20% 30%

Fraksi n-heksan 12,90 14,00

Fraksi etil asetat 19,50 22,30

Fraksi air 19,10 21,30

Ekstrak 20% 22,00 22,70

Tabel 2 menunjukkan bahwa dalam

fraksi etil asetat memiliki aktivitas

terkuat di antara fraksi lainnya. Fraksi

etil asetat memiliki diameter zona

hambat pada konsentrasi 20% dan 30%

masing-masing sebesar 19,50 mm dan

22,30 mm. Fraksi etil asetat menjadi

fraksi teraktif dibandingkan dengan

fraksi lainnya. Dengan demikian,

senyawa aktif antibakteri lebih banyak

terkandung dalam fraksi ini, sehingga

penelusuran senyawa aktif antibakteri

selanjutnya dilakukan terhadap fraksi etil

asetat dengan penapisan fitokimia.

3. Penapisan Fitokimia Ekstrak dan

Fraksi Teraktif (Fraksi Etil Asetat)

Terhadap ekstrak etanol dan fraksi

etil asetat dilakukan penapisan fitokimia

untuk mengetahui metabolit sekunder

yang dikandungnya. Metabolit sekunder

yang dijui adalah golongan alkaloid,

flavonoid, polifenol, saponin, steroid,

tanin, dan terpenoid. Tabel 3

menjelaskan kandungan fitokimia ekstrak

dan fraksi sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak dan Fraksi Etil Asetat

Golongan Senyawa Ekstrak Etanol Fraksi Etil Asetat

Alkaloid + +

Flavonoid + +

Polifenol + +

Saponin - -

Steroid - -

Tanin + -

Terpenoid - -

Keterangan: + = Terdeteksi ; - = Tidak terdeteksi

Hasil uji metabolit sekunder pada

ekstrak mengandung alkaloid, flavonoid,

polifenol, dan tanin; sedangkan pada

fraksi etil asetat terdeteksi alkaloid,

Page 14: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

flavonoid, dan polifenol. Pada penapisan

fitokimia, terdeteksi kepekatan warna

yang terjadi pada uji alkaloid, flavonoid

dan fenol yang menunjukkan dugaan

golongan senyawa alkaloid, fenol, dan

flavonoid banyak terdapat dalam fraksi

etil asetat (Tabel 3). Beberapa komponen

fenol dan flavonoid telah diidentifikasi

dan diisolasi dari batang dan akar G.

macrophyllus (Sam et al. 1987, Ee et al.,

2001). Untuk penelitian lanjut,

diperlukan isolasi fraksi etil asetat untuk

mengungkapkan metabolit sekunder yang

mempunyai aktivitas antibakteri dari

metabolit sekunder yang positif yaitu

alkaloid, fenol, dan flavonoid. Alkaloid

memiliki sifat antibakteri dan antifungi

yang kuat. 31 alkaloid ditemukan

memiliki aktivitas antibakteri khususnya

Staphylococcus aureus dan Bacillus

subtilis (Aniszewski, 2007). Selama lebih

dari 150 tahun, senyawa fenol memiliki

aktivitas antibakteri sehingga digunakan

sebagai standar desinfektan dan

antiseptik (Quinn, P.J et al., 2011).

Banyak flavonoid telah ditemukan

memiliki aktivitas antivirus, antibakteri,

dan antifungi. Senyawa flavonoid

(fitoaleksin) mampu membunuh bakteri

patogen baik kurang atau lebih sensitif

terhadap senyawa antibiotik yang

dihasilkan (Bohm, 1998).

KESIMPULAN

Ekstrak etanol daun G.

macrophyllus dihasilkan 79,94 g dari

bahan dasar daun kering 1,2 kg. Ekstrak

ini pada konsentrasi 20 % memiliki

aktivitas antibakteri terhadap S.

aureusdengan diameter hambat sebesar

22,02 mm dan fraksi etil asetat (7,40 g)

sebagai fraksi teraktif memiliki aktivitas

antibakteri pada konsentrasi 20% sebesar

19,50 mm dan konsentrasi 30% sebesar

22,30 mm. Hasil penapisan fitokimia

ekstrak daun menunjukkan 4 golongan

senyawa (alkaloid, flavanoid, polifenol,

dan tanin). Pada fraksi etil asetat

terdeteksi 3 golongan senyawa (alkaloid,

flavonoid, dan polifenol). Dengan

demikian, untuk penelitian selanjutnya,

isolasi senyawa aktif antibakteri dari

fraksi etil asetat difokuskan pada

golongan flavonoid.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih

atas bantuan biaya penelitian melalui

Beasiswa Pascasarjana (Beasiswa

Unggulan 2012) a.n. Viriyanata Wijaya

dari Ditjen DIKTI (Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi) Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan RI.

DAFTAR PUSTAKA

Aniszewski, Tadeusz. 2007. Alkaloids-

Secrets of Life: Alkaloid Chemistry,

Biological Significance,

Applications, and Ecological Role.

Elsevier BV. Oxford

Becton, Dickison, and Company, 2014.

Diagnostic Systems: McFarland

Turbidity Standard No. 0,5. Diakses

melalui http: www.bd.com pada

tanggal [12 Juli 2014]

Bohm, Bruce A. 1998. Introduction to

Flavonoids.Overseas Publishers

Association. Amsterdam.

Ee, G. C. L.: Ng, K. N.: Rahmani, M.;

Taufiq-Yap, Y. H. 2001. Larvicidal

Flavanone and Sesquiterpenes from

Goniothalamus macrophyllus

(Annonaceae). Asian Journal of

Chemistry, 13(2): 550-554

Farnsworth, N.R. 1996. Biological and

phytochemical screening of plants. J.

pharm.Sci, 55:225-276.

Foster T.J dan Mc Devitt D.

1994.Surface-associated proteins of

Staphylococcus aureus: their

possible role in virulence. FEMS

Microbiol Lett.118: 199-206

Heyne. K. 1987. Tumbuhan Berguna

Indonesia II.Badan Penelitian

danPengembangan Kehutanan,

Departemen Kehutanan Republik

Indonesia.Jakarta

Khan, M. R.; Komine, K.; Omoloso, A.

D. 1999.Antimicrobial Activity of

Goniothalamus

Page 15: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

grandiflorus.Pharmaceutical

Biology. 37: 340-342

Lowy FD. 1998. Is Staphylococcus

aureus an intracellular pathogen.

Trends Microbiol 8: 341-344

Phetkul, Uraiwan. 2009. Chemical

Constituents from the stems of

Goniothalamus macrophyllus.

Prince of Songkla University. Hat

Yai, Songkhla, Thailand

Projan SJ dan Novick RP. 1997. The

molecular basis of pathogenicity. In:

Crossley KB, Archer GL, eds. The

Staphylococci in Human Diseases.

Churchill Livingston, London. pp

55-81

Quinn, P.J, B.K Markey, F.C Leonard,

E.S Fitz Patrick, S Fanning, dan P J

Hartigan. 2011. Veterinary

Microbiology and Microbial Disease

Second Edition. Wiley-Blackwell.

USA

Sam, T.W., Chew, S.Y., Matsjeh, S.,

Gan, E.K., Razak, D., dan

Mohamed, A.L. 1987.Goniothalamin

oxide: an Embryotoxic Compound

from Goniothalamus macrophyllus

(Annonaceous).Tetrahedron Left. 28:

2541-2544

Siti Humeirah, A.G,M. A. Nor Azah, M.

Mastura, J. Mailina, J. A. Saiful, H.

Muhajir dan A. M. Puad, 2010.

Chemical constituents and

antimicrobial activity of

Goniothalamus macrophyllus

(Annonaceae) from Pasoh Forest

Reserve, Malaysia.African Journal

of Biotechnology Vol. 9(34): 5511-

5515

Soonthornchareonnon, N., Suwanborirux,

K., Bavovada, R., Patarapanich, C.,

Cassady, J. M. 1999. New Cytotoxic

1-Azaanthraquinones and 3-

Aminonapthoquinone from the Stem

Bark of Goniothalamus marcanii, J.

Nat. Prod., 62: 1390-1394

Toray Industries, Inc. 2014.DMSO

(Dimethyl Sulfoxide) Aprotic

Polarity Solvent. Diakses melalui

http: www.toray.com pada tanggal

[12 Juli 2014.

Waldvogel FA. 1990. Staphylococcus

aureus (including toxic shock

syndrome), In: Mandell GL, Douglas

RG, Bennett JE (eds.). Principles

and Practice of Infectious Disease,

3rded. Churchill Livingston,

London: 1489-151.

Wiart, C. 2007. Goniothalamus species:

A source of drugs for the treatment

of cancer and bacterial

infection?Evid.Based Comp.

Alternat. Med., 4(3): 299–311

Yusuf, Razali. 2005. Keanekaragaman

dan Potensi Jenis Tumbuhan Hutan

Sekunder di Kuala Ran, Kabupaten

Bulungan, Kalimantan Timur.

BioSMART, 7(1).hal: 37-43

Page 16: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

ANALISIS FARMAKOEKONOMI SIMPLISIA

UNTUK HIPERTENSI DALAM SAINTIFIKASI JAMU

Imas Maesaroh, Supriyatna, Hadiyana Sukandar

Program Magister Ilmu Farmasi Konsentrasi Herbal Medik

Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Penelitian ini dirancang untuk mengetahui efektivitas biaya pada pasien

hipertensi yang menggunakan simplisia jamu hipertensi yang selanjutnya dinamakan

jamu hipertensi SJ, dibandingkandenganobat konvensional (obat generik)

antihipertensi dan kombinasi keduanya. Data diambil secara retrospektif dari bulan

Januari-Desember 2013. Analisis efektivitas biaya dilakukan dengan perspektif

ASKES. Komponen biaya yang diukur adalah biaya medik langsung, mencakup biaya

obat antihipertensi, biaya pemeriksaan medis dan biaya pendaftaran. Efektivitas terapi

yang diukur adalah penurunan tekanan darah. Average cost effectivenes ratio (ACER)

dihitung berdasarkan rasio biaya dan efektivitas terapi pada kedua kelompok terapi.

Incremental cost effectivenes ratio (ICER) dihitung berdasarkan rasio antara selisih

biaya dan efektivitas terapi pada kedua kelompok terapi. Kelompok terapi yang

mempunyai nilai ACER dan ICER lebih rendah menunjukkan lebih costeffective.

Berdasarkan parameter efektivitas terapi berupa % penurunan tekanan darah, nilai

ACER pada kelompok jamu hipertensi SJ, captopril 25, kombinasi jamu hipertensi SJ

+ amlodipin, dan amlodipinberurutan adalahRp 670,17; Rp 707,39; Rp 1.155,39dan

Rp 1.163,27. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jamu hipertensi

SJ lebih cost effectivedibandingkan obat generik captopril 25,amlodipin dan

kombinasi jamu antihipertensi + amlodipindalam menurunkan tekanan darah. Nilai

ICER menunjukkan bahwa terapi jamu hipertensi SJdan kombinasi jamu hipertensi SJ

+ amlodipin perlu penambahan biaya sebesar Rp 554,35 dan Rp 1.121,32; untuk

setiap 1% penurunan tekanan darah dibandingkan dengan captopril 25 dan amlodipin.

Kata kunci: Saintifikasi jamu, simplisia, antihipertensi,captopril, amlodipine,

efektivitas biaya

ABSTRACT

This study was designed to determine costeffective on the patients of

hypertensive that used crude drugs of jamu scientificationfor hypertension,

antihypertensive conventional drugs(generic drugs)and combination of both. The data

was taken from January - December 2013 retrospectively. Costeffectiveanalysis was

conducted by AKSES perspective. Component of cost was measured is direct medical

cost, covered the drug of hypertensive cost, medical examination cost, and

registrations cost. The effectiveness of therapy that measured is the decreasing of

blood pressure. Average costeffectiveness ratio (ACER) calculated based on the cost

ratio and therapy effectiveness inboth treatment groups. Incremental costeffectiveness

ratio (ICER) was calculated based on the ratio between the deviation in

costandeffectiveness ofthetwo treatment groups. The group of therapy that has lower

ACER and ICER value indicated more cost-effective. Based on parameter of therapy

effectiveness in the form % decreasing of blood pressure, the value of ACER on

Page 17: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

groups ofjamu scientificiation forhypertensive, captopril 25, combination of jamu

scientification for hypertensive + amlodipin and amlodipin in sequent are Rp 670,17;

Rp 707,39 ; Rp 1.155,39 and Rp. 1.163,27. Based on the result of the study concluded

that jamu scientificiation for hypertensivemore cost-effective than generic drugs

captopril 25, amlodipin and combination of jamu scientification for hypertensive +

amlodipin in decreasing blood pressure. The value of ICER showed that jamu

scientification for hypertensive therapy and combination of jamu scientification for

hypertensive + amlodipin need additional cost at Rp 554,35 and Rp 1.121,32; for

every 1 % of decreasing blood pressure compared with captopril 25 and amlodipin.

Keywords: Jamu scientification, crude durgs, antihypertensive, cost effectiveness

PENDAHULUAN Hipertensi termasuk penyakit

metabolik yaitu gangguan fungsi

metabolisme tubuh akibat konsumsi

berbagai jenis makanan yang tidak

terkendali. Untuk menanggulangi

penyakittersebut diperlukan pemakaian

obat dalam waktu lama sehingga jika

digunakan obat modern (obat

konvensional) dikhawatirkan adanya efek

samping yang terakumulasi terus

menerus dan dapat merugikan kesehatan.

Oleh karena itu lebih sesuai bila

menggunakan obat alam / obat

tradisional, walaupun penggunaanya

dalam waktu lama tetapi efek

sampingnya relatif kecil (jika digunakan

secara tepat dan rasional) sehingga

dianggap lebih aman (Katno, 2008).

Jamu sudah dikenal sejak dahulu

sebagai obat herbal Indonesia. Riset

Kesehatan Dasar pada tahun 2010

menunjukkan bahwa penduduk Indonesia

yang mengkonsumsi jamu sebesar

95,60% pernah merasakan manfaatnya

pada semua kelompok umur dan status

ekonomi, baik di pedesaan maupun

diperkotaan tetapi pemanfaatannya

selama ini masih sebatas pengobatan

sendiri dan belum dilakukan di fasilitas

kesehatan (Balitbangkes, 2010).

Mengacukepada Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang

penyelenggaraan pengobatan

komplementer alternative di fasilitas

kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

telah mencanangkan program unggulan

Saintifikasi Jamu pada tahun 2010 di

Kabupaten Kendal Jawa Tengah

kemudian diatur melalui Permenkes RI

Nomor 003/Menkes/Per/2010 tentang

saintifikasi jamu dalam penelitian

berbasis pelayanan kesehatan (Kemenkes

RI, 2007 dan Kemenkes RI, 2010).

Program saintifikasi jamu

dikembangkan agar jamu dapat

dipromosikan oleh profesional medis

dalam kesehatan formal. Program ini

bertujuan untuk memberikan dasar ilmiah

pemanfaatan jamu di pelayanan

kesehatan, membangun jaringan,

mendorong penyediaan jamu yang aman,

efektif, dan berkualitas untuk

pemanfaatan di pelayanan kesehatan.

Langkah pertama saintifikasi jamu,

difokuskan pada empat formula dengan

indikasi untuk mengatasi gejala

hipertensi, hiperglikemia, hiperurisemia

dan hiperkolesterol. Dari empat formula

jamu yang diteliti, dua formula sudah ada

bukti ilmiahnya, yakni jamu tekanan

darah tinggi dan asam urat. Dua jenis

jamu itu mendapat sertifikat dari Komisi

Nasional Saintifikasi Jamu serta

dinyatakan terbukti aman dan berkhasiat.

Penelitian meliputi uji standarisasi,

toksisitas pada hewan coba,

observasiklinik, dan uji klinik.

Komposisi jamu tekanan darah tinggi

adalah seledri, daun kumis kucing, daun

pegagan, rimpang temulawak, rimpang

kunyit, dan meniran. Seledri, daun kumis

kucing, dan daun pegagan merupakan

bahan berkhasiat sebagai antihipertensi

Matsubara, et al., 1999, Li-ming, et

Page 18: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

al.2010, Siska, dkk.2011, Galicia, et al.,

2013, Intharacton and Srisaawat, 2013). ,

Sedangkan rimpang temulawak, kunyit

dan meniran merupakan bahan penyegar.

Tetapi dari hasil penelitian, temulawak

merupakan hepatoprotektor (Chowli, et

al., 1995) dan meniran sebagai

hepatoprotektor dan immunodilator

(Ting, et al., 2006, Zalizar, 2013).

Penggunaan jamu yang sudah

disaintifikasi terbukti aman dan

berkhasiat perlu diikuti dengan kajian

bagaimana biaya dan efektivitas

saintifikasi jamu secara farmakoekonomi

untuk pengobatan hipertensi

dibandingkan dengan obat konvensional

(obat generik) yang relatif murah,

sehingga saintifikasi jamu dapat

dirasakan manfaatnya oleh seluruh

masyarakat. Dari literatur disebutkan

bahwa penggunaan tanaman obat

menawarkan berbagai keuntungan, yaitu

relatif aman, sedikitnya efek samping,

dan pada umumnya biaya yang lebih

rendah (harga yang lebih murah)

dibandingkan dengan biaya untuk

pengobatan konvensional (Supriyatna,

dkk., 2013).

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode

non eksperimental dengan pengambilan

data secara retrospektif untuk menilai

efektivitas biaya pengobatan hipertensi

dengan terapi simplisia saintifikasi jamu

hipertensi yang selanjutnya dinamakan

jamu hipertensi SJ, obat konvensional

(obat generik) antihipertensi dan

kombinasi keduanya.

Populasi adalah data rekam medik

semua pasien hipertensi yang berobat

jalan ke Puskesmas Gondomanan

Yogyakarta pada bulan Januari-

Desember 2013. Kriteria inklusi pasien:

pasien yang terdiagnosis hipertensi yang

berusia 18 tahun atau lebih, data rekam

medik pasien hipertensi dengan tekanan

darah > 120/80 mmHg, pasien yang

diberi jamuhipertensi SJ dan obat generik

antihipertensi. Kriteria eksklusi: pasien

dengan penyakit penyerta, pasien yang

mengalami gangguan fungsi ginjal dan

fungsi hati, data status pasien

Analisis efektivitas yang tidak

lengkap, hilang dan tidak jelas terbaca.

biaya dilakukan dengan perspektif

ASKES. Komponen biaya yang diukur

adalah biaya medik langsung, mencakup

biaya obat hipertensi, biaya pemeriksaan

medis dan biaya pendaftaran kunjungan

ke puskesmas. Efektivitas terapi yang

diukur adalah penurunan tekanan darah.

Efektivitas terapi dianalisis

menggunakan paired sample t test.

Average cost effectiveness ratio (ACER)

dihitung berdasarkan rasio biaya dan

efektivitas terapi pada kelompok jamu

hipertensi SJ, obat generik antihipertensi

dan kombinasi keduanya. Incremental

cost effectiveness ratio (ICER) dihitung

berdasarkan rasio antara selisih biaya dan

efektivitas terapi pada kedua kelompok

terapi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik pasien

Pasien hipertensi rawat jalan yang

menggunakan jamu hipertensi SJ di

puskesmas Gondomanan Yogyakarta

pada bulan januari-Desember 2013 yang

memenuhi kriteria inklusi berjumlah 9

orang dan semuanya adalah perempuan,

frekuensi pengobatan sebanyak 21 kali.

Mayoritas pasien pengguna saintifikasi

jamu antihipertensi adalah pasien dengan

kelompok usia 54 – 65 tahun 8 orang (

88,89 %)sedangkan pasien dengan

kelompok usia > 65 tahun (lanjut usia) 1

orang (11,11 %). Pasien tersebut sebelum

dan sesudah diberikan terapi diukur

tekanan darah sistolik/diastoliknya,

kemudian diberikan terapi dengan jamu

hipertensi SJ, obat generik captopril 25,

amlodipin dan kombinasi jamu hipertensi

SJ+amlodipin tergantung pada kondisi

pasien (Tabel 1)

Page 19: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Tabel 1 Rata-rata PenurunanTekanan

Darah

Terapi

Tekanan Darah

Sistolik/Diastolik

Sebelum

(mmHg)

Sesudah

(mmHg)

Captopril 25

160/80 170/90

150/100 160/100

160/100 140/90

140/90 150/80

150/80 140/90

130/80 150/100

150/100 140/80

150/90 100/70

100/70 140/80

140/80 150/80

Rata-rata 143/87 144/86

Amlodipin

100/70 140/80

170/100 150/100

Rata-rata 135/85 145/90

Jamu hipertensi SJ

150/90 110/70

140/70 130/80

150/90 130/80

140/80 130/90

110/70 110/70

125/90 130/90

130/90 140/90

140/90 165/100

140/90 130/90

130/90 150/100

130/90 110/70

110/70 130/80

150/100 130/80

140/80 120/80

120/80 110/70

150/80 140/90

160/110 160/95

150/100 130/90

130/80 130/80

130/80 120/80

120/80 150/80

Rata-rata 150/86 131/84

Jamu hipertensi

SJ+Amlodipin

140/70 100/70

100/70 120/80

120/80 140/80

140/80 130/85

130/85 150/80

150/80 160/90

160/90 150/90

130/80 125/80

150/80 110/80

110/80 135/80

Rata-rata 133/80 132/82

Dari data percobaan terlihat bahwa

pasien yang diberikan jamu hipertensi SJ

adalah pasien hipertensi yang

mempunyai tekanan darah 110 – 160

mmHg.

Efektivitas terapi antihipertensi

berdasarkan tekanan darah

Hasil perhitungan penurunan

tekanan darah rata-rata pada tabel 1,

terapi dengan jamu hipertensi SJ mampu

menurunkan tekanan darah rata-rata

12,67 %. Terapi dengan captopril 25

tekanan darah rata-rata meningkat

sebesar 0,70 %. Terapi dengan amlodipin

tekanan darah rata-rata meningkat

sebesar 7,41 % dan terapi dengan

Page 20: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

kombinasi jamu hipertensi SJ+amlodipin

tekanan darah rata-rata menurun sebesar

0,75 %.

Biaya Terapi Biaya terapi mencakup biaya obat

hipertensi, biaya pemeriksaan medis dan

biaya pendaftaran kunjungan ke

puskesmas. Biaya obat mencakup seluruh

obat yang diresepkan untuk mengatasi

hipertensi. Biaya obat generik lebih

rendah dibandingkan dengan saintifikasi

jamu untuk pengobatan hipertensi.

Biaya pendaftaran dan biaya

pemeriksaan merupakan komponen biaya

medik langsung sesuai standar

puskesmas Gondomanan Yogyakarta.

Biaya pendaftaran rata-rata Rp 5.000,00

dan untuk pasien lanjut usiasebesar Rp

2.000,00 sedangkan biaya pemeriksaan

rata-rata Rp 7.000,00 dan untuk pasien

lanjut usia sebesar Rp 3.500,00.

Biaya total terapi adalah seluruh

biaya medik langsung rata-rata per

minggu yang dikeluarkan selama

menjalani terapi, yaitu merupakan

penjumlahan dari komponen biaya obat,

pemeriksaan medis dan biaya

pendaftaran.

Efektivitas Biaya Terapi Efektifitas dibagi menjadi 2

kategori yaitu kategori efektif dan tidak

efektif. Kategori efektif adalah terapi

yang mengalami penurunan tekanan

darah sistolik sedangkan kategori tidak

efektif adalah yang tidak mengalami

penurunan tekanan darah sistolik.

Average Cost EffectivenessRatio

(ACER) adalah metoda yang

dikembangkan oleh ahli-ahli ekonomi

yang dalam ilmu kesehatan berguna

untuk mencari suatu terapi yang paling

efektif baik dari segi biaya maupun

efektifitasnya. Hasil perhitungan

dimanfaatkan untuk membantu memilih

beberapa intervensi kesehatan

masyarakat (Mukti, 2000). Untuk

memperjelas hasil penelitian maka

dilakukan perhitungan Incremental Cost

Effectiveness ratio (ICER). ICER dapat

digunakan untuk mendeterminasi biaya

tambahan dan peningkatan efektifitas

antara beberapa terapi. Jika biaya

tambahan ini rendah, berarti obat tersebut

dapat dipilih, sebaliknya jika biaya

tambahan sangat tinggi maka obat

tersebut tidak baik untuk dipilih [15;16]

Data hasil evaluasi efektifitas terapi

hipertensi dapat dilihat pada tabel 2.

Harga ACER diperoleh dari rasio

antara biaya total terapi rata-rata per

minggu dan efektivitas terapi. Efektivitas

terapi yang diukur adalah % penurunan

tekanan darah. Harga ICER diperoleh

dari rasio antara selisih biaya total terapi

dan % penurunan tekanan darah pada

masing-masing terapi.

Berdasarkan parameter efektivitas

terapi (Tabel 3 dan 4) berupa %

penurunan tekanan darah, nilai ACER

pada kelompok jamu hipertensi SJ lebih

kecil dibandingkan dengan amlodipin,

captopril 25 dan kombinasi amlodipin-

jamu hipertensi SJ. Oleh karena itu,

terapi jamu hipertensi SJ lebih cost-

effective dibandingkan amlodipin,

captopril 25 dan kombinasi jamu

hipertensi SJ+amlodipin dalam

menurunkan tekanan darah tetapi nilai

ICER menunjukkan bahwa terapi jamu

hipertensi SJ membutuhkan penambahan

biaya sebesar Rp 554,35 untuk setiap 1%

penurunan tekanan darah dibandingkan

dengan terapi captopril 25. Sedangkan

nilai

ACER pada kelompok kombinasi

jamu hipertensi SJ+amlodipin lebih kecil

dibandingkan dengan amlodipin. Oleh

karena itu, terapi kombinasi jamu

hipertensi+amlodipin lebih cost-effective

dibandingkan dengan amlodipin dalam

menurunkan tekanan darah. Nilai ICER

kombinasi jamu hipertensi SJ+amlodipin

membutuhkan penambahan biaya sebesar

Rp 1.121,32 untuk setiap 1% penurunan

tekanan darah dibandingkan dengan

amlodipin.

Page 21: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Tabel 2. Distribusi Hasil Efektifitas Pengunaan Obat Hipertensi

Tabel 3. Biaya Total TerapiAntihipertensi

Evaluasi Efektivitas Jamu

hipertensi SJ

Amlodipin Jamu hipertensi

SJ+Amlodipin

Captopril 25

sebelum sesudah sebelum sesudah Sebelum Sesudah sebelum sesudah

Penurunan tekanan darah

(mmHg)

141 113 170 150 144 123 153 130

% Efektivitas 19,86 11,76 14,48 15,03

Komponen

Biaya

Kel. Jamu

hipertensi SJ

Jumlah

(Rp)

(%) Kel.

Amlodipin

Jumlah

(Rp)

(%) Jamu hipertensi

SJ + Kel.

Amlodipin

Jumlah

(Rp)

(%) Kel.

Captopril 25

Jumlah

(Rp)

(%)

Biaya

Antihipertensi

5.000,00 37,6 1.680,00 12,28 6.680,00 39,93 1.232,00 11,59

Biaya

Pemeriksaan

5.166,67 38,8 7.000,00 51,17 5.950,00 35,56 5.600,00 52,67

Biaya

Pendaftaran

3.142,86 23,6 5.000,00 36,55 4.100,00 24,51 3.800,00 35,74

Biaya Total

Terapi

13.309,53 100 13.680,00 100 16.730,00 100 10.632,00 100

Page 22: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Tabel 4. Efektivitas Biaya Terapi Antihipertensi

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa jamu hipertensi

SJ lebih cost-effective dibandingkan,

captopril 25, kombinasi jamu hipertensi

SJ+amlodipin dan amlodipin dalam

menurunkan tekanan darah. Nilai ICER

menunjukkan bahwa terapi jamu

hipertensi SJ dan kombinasi jamu

hipertensi SJ+amlodipin membutuhkan

penambahan biaya berurutan sebesar Rp

554,35 dan Rp 1.121,32 untuk setiap 1%

penurunan tekanan darah dibandingkan

dengan captopril 25 dan amlodipin.

DAFTAR PUSTAKA

Balitbangkes, 2010, Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) 2010, Badan

Litbang Kesehatan, Jakarta

Chowli S, Ching Lin C, Ho Lin Y,

Supriyatna S, Wei Teng C. 1995.

Protective and Therapeutic effects of

Parameter Jamu hipertensi SJ Amlodipin

Biaya total terapi Rp 13.309,53 Rp 13.680,00

Efektivitas terapi

berdasarkan tekanan

darah

% Penurunan

tekanan darah

19,86 % 11,76 %

ACER Rp 670,17 Rp 1.163,27

ICER Rp -45,74

Parameter Jamu hipertensi SJ+

Amlodipin

Amlodipin

Biaya total terapi Rp 16.730,00 Rp 13.680,00

Efektivitas terapi

berdasarkan tekanan

darah

% Penurunan

tekanan darah

14,48% 11,76%

ACER Rp 1.155,39 Rp 1.163,27

ICER Rp 1.121,32

Parameter Jamu hipertensi SJ Captopril 25

Biaya total terapi Rp 13.309,53 Rp 10.632,00

Efektivitas terapi

berdasarkan tekanan

darah

% Penurunan

tekanan darah

19,86 % 15,03%

ACER Rp 670,17 Rp 707,39

ICER Rp 554,35

Parameter Jamu hipertensi SJ Jamu hipertensi SJ+

Amlodipin

Biaya total terapi Rp 13.309,53 Rp 16.730,00

Efektivitas terapi

berdasarkan tekanan

darah

% Penurunan

tekanan darah

19,86 % 14,48 %

ACER Rp 670,17 Rp 1.155,39

ICER Rp -635,77

Page 23: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Curcuma Xanthorrhiza on

hepatotoxin-Induced Liver Damage,

The American Journal of Chinese

Medicine, 23(03:04).

Galicia Jorge, Ramirez LA, Suarez A,

Crespo F, Gomez A, Soto Samuel,

Ovando A, Nunez Emmanuel.2013.

Vasorelaxant activity of extracts

obtained from Apium graveolens:

possible source for vasorelaxant

molecules isolation with potential

antihypertensive effect, Acian

Pacific Journal of Tropical

Biomedicine, 3(10): 776-9.

Intharacton T, Srisawat R. 2013.

Antihypertensive Effects of Centella

asiatica Extract, International

Conference on Food and Agricultural

Sciences, 55, IACISIT Press,

Singapore

Katno. 2008. Tingkat Manfaat Keamanan

dan Efektivitas Tanaman Obat dan

Obat Tradisional, Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Obat dan Obat Tradisional,

Balitbangkes Depkes RI.

Kementerian Kesehatan RI, 2007,

Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor1109/Menkes/Per/IX/2007

tentang Penyelenggaraan Pengobatan

Komplementer Alternatif di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2010

Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor

003/MENKES/PER/2010 Tentang

Saintifikasi Jamu dalam Penelitian

Berbasis Pelayanan Kesehatan,

Jakarta.

Li-ming C, Li Tian, Yong Li, Chun-

sheng L, Li-ya W. 2010.

Antihypertensive Effect of Roots of

Apium graveolens Extract in Renal

Hipertensive Rats, Chinese Journal of

Experimental Traditional Medical

Formulae. 11.

Matsubara T, Bohgaki T, Watarai M,

Suzuki H, Ohashi K, Shibuya H.

1999. Antihypertensive actions of

methylripari ochromene a from

Orthosiphon aristatus, an Indonesian

Traditional Medicinal Plant, Journal

Biol Pharm Bull, 22(10):1083-8.

Mukti, A. G. 2000. Evaluasi Ekonomi

dalam Intervensi Klinik dan

Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta

Siska, Armenia, Arifin H. 2011. Akar

Seledri (Apium graveolens L) sebagai

Obat Antihipertensi: Efektivitas

Fraksi Etanol Air dan Etil asetat

pada Tikus Putih Jantan Hipertensi,

Jurnal Bahan Alam Indonesia, 7(6).

Supriyatna, Moelyono MW, Iskandar Y,

Febriyanti RM, 2013, Mengenal

Obat Herbal Pemahaman Obat

Herbal Untuk Fitoterapi, Unpad

Press, Bandung.

Ying Lee C, Hang Peng W, Yuan Cheng

H, Na Chen F, Tsung Lai M, Hui

Chiu T. 2006. Hepatoprotective

Effect of Phyllanthus in Taiwan on

Acute Liver, The American Journal

of Chinese Medicine, 34(03).

Zalizar L. 2013. Flavonoid of

Phyllanthus niruri as

immunodulators A Prospect to

Animal Disease Control, ARPN

Journal of Science and Technology.

3(5).

Page 24: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

PEMANFAATAN HERBA KEMANGI (Ocimum basilicum L.) SEBAGAI

ANTIOKSIDAN DALAM SEDIAAN TABLET DAN MASKER GEL

Erni Rustiani1, Almasyhuri

2, Sekar Peny Ningtyas

3, Devi Fiebrilia

4

1,3,4) Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Pakuan, Bogor

2) Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, KeMenKes

ABSTRAK

Herba Kemangi dikenal berkhasiat sebagai antioksidan, namun

pemanfaatannya masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah membuat formulasi

tablet dari ekstrak kering kemangi menggunakan pengikat amilum manihot(alami) dan

Polyvinylpirilidone/ PVP (sintetik), membuat formulasi masker gel dari minyak atsiri

kemangi menggunakan berbagai konsentrasi karbomer, dan menguji aktivitas

antioksidan dalam ekstrak kering dan minyak atsiri kemangi. Pembuatan ekstrak

kering kemangi dilakukan dengan metode sokletasi dalam etanol 50% dan

selanjutnya di keringkan denga alat freeze dryer. Sedangkan minyak atsiri daun

kemangi dihasilkan dengan metode destilasi uap air.Hasil uji antioksidan ekstrak

kering kemangi menunjukkan IC50 sebesar 54,43 ppm dan minyak atsiri kemangi

sebesar 454,427 ppm. Kandungan eugenol dalam minyak atsiri adalah 1,76 %.

Sediaan tablet dibuat sebanyak 3 formula dengan variasi konsentrasi pengikat yaitu

PVP 5%(FI), amilum manihot 10% (FII) dan kombinasi PVP : amilum manihot (2% :

10%, FIII). Hasil pengujian mutu tablet( keseragaman ukuran, keseragaman bobot,

kekerasan dan waktu hancur) untuk FI hampir sama dengan FIII. Sediaan masker gel

dibuat sebanyak 3 formula dengan variasi konsentrasi karbomer yaitu 0,5 % (FI),

0,75 % (FII) dan 1 % (FIII). Hasil pengujian mutu masker gel (organoleptik, pH, dan

viskositas) untuk semua formula baik dan yangmemiliki aktivitas antioksidan paling

kuat adalah Formula II dengan jumlah karbomer 0,75 %.

Kata kunci : Kemangi (Ocimum basilicum L.), tablet, masker gel, antioksidan

PENDAHULUAN

Masyarakat umumnya mengenal

kemangi sebagai sayuran yang dapat

dimakan segar sebagai lalapan dengan

cara memakan atau mengunyah secara

langsung karena aroma wangi dari

kemangi sendiri mengundang selera

makan. Menurut Penelitian Endang

Hadipoentyanti (2008), bahwa kemangi

(Ocimum basillicum L.) mengandung

eugenol sebesar 46 %. Kandungan

eugenol dalam kemangi ini berperan

sebagai antioksidan, yang dapat

menetralkan radikal bebas, sehingga

kemangi ada manfaatnya di bidang obat

dan kosmetik.Begitu pula Ramesh dan

Satakopan (2010) menyatakan bahwa

kemangi memiliki kemampuan sebagai

antioksidan, sehingga perlu

dikembangkan bentuk sediaan inovasi

baru yaitu dibuat sediaan tablet dan

masker gel.

Inovasi baru dalam bentuk tablet

diharapkan akan lebih disukai, karena

banyak keuntungan dalam pemakaian.

Beberapa keuntungan tablet adalah

mengandung dosis zat aktif yang tepat

dan teliti, kemudahan tranportasi dari

pada sediaan cair dan beberapa obat lebih

stabil dalam bentuk tablet. Banyak obat

yang beredar dalam bentuk tablet dan

90% obat untuk efek sistemik diberikan

melalui oral (Lachman,

1994).Penggunaan bahan pengikat

sintetik dalam sediaan tablet membuat

harga obat semakin mahal, terutama bila

menggunakan bahan tambahan sintetik

seperti PVP.Sehingga perlu dilakukan

Page 25: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

pengolahan bahan-bahan alam, salah

satunya yaitu amilum manihot sebagai

bahan pengikat tablet.

Kemangi yang disuling dan diambil

minyak atsirinya dapat dipakai sebagai

bahan perawatan wajah dalam bentuk

masker.Bentuk sediaan masker gel

memiliki kelebihan dibandingkan dengan

krim atau losion, yaitu memberikan rasa

dingin dan kesegaran pada kulit kering.

Proses pelepasan bahan aktif pada

sediaan masker gel ini sangat bagus.

Bahan aktif dapat dilepaskan dalam

waktu singkat dari pembawanya dan

biasanya kotoran atau kulit ari yang telah

mati akan ikut terangkat (Reynold,

1982).Zat aktif pada masker dapat lebih

lama berinteraksi dengan kulit wajah

sehingga dapat mengembalikan

kelembutan kulit dan dengan pemakaian

teratur dapat mengurangi kerutan halus

pada kulit wajah.

Berdasarkan latar belakang

tersebut maka penelitian ini dilakukan

untuk membandingkan mutu tablet herba

kemangi yang dibuat menggunakan

amilum manihot dan

Polyvinylpyrrolidone (PVP), membuat

masker gel dengan berbagai variasi

karbomer serta menganalisis aktivitas

antioksidan dalam ekstrak kering,

sediaan tablet dan masker gel.

METODE PENELITIAN

Bahan

Herba kemangi (Ocimum basilicum

L), etanol 50%, metanol, PVP, amilum

manihot, perfiller PH 101, talk, Mg

stearat, karbomer, trietanolamin (TEA),

polietilen glikol 6000 (PEG 6000),

gliserin, etanol 96%, natriummetabisulfit,

dinatrium EDTA (Na2EDTA), metil

paraben, propil paraben,akuades, 1,1-

difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH), vitamin

C, larutan dapar pH 4 dan pH 7.

Alat Alat – alat yang digunakan meliputi

neraca analitik (Mettler Toledo), corong,

cawan krus, oven (Memmert), tanur

(Vulcan A550), moisture balance(AND-

MX-50),flowtester(lokal),freeze

dryer(Scanvac-coolsave), alat sokletasi,

alat destilasi,Spektrofotometer UV-Vis

(Optizen), Gas Chromatography (GC),

kain penyaring, stopwatch, ayakan

dengan berbagai ukuran serta alat-alat

gelas, homogenizer(IKA

RW),viskometer(Brookfield), pH meter

(Hanna), dan alat gelas lainnya.

Pembuatan Ekstrak Kering Kemangi

Kemangi dibersihkan dari kotoran

yang menempel, kemudian dicuci bersih

dengan air yang mengalir dan dioven

dengan suhu 40-50oC sampai kering

selama ± 3 hari.Setelah kering digrinder

dan diayak menggunakan mesh 30

(DepKes RI, 1985).

Ekstrak dibuat dengan cara

sokletasi di dalam alat sokletasi.

Ekstraksi dilakukan dengan etanol

50%.Serbuk simplisia kemangi yang

digunakan sebanyak 400

gram.Dimasukkan kedalam alat sokletasi

yang sudah dirangkai sesuai dengan

kapasitas alat sampai serbuk habis

digunakan, lalu direndam dengan etanol

50% selama 24 jam.Etanol yang

digunakan sebanyak 4 Liter.Setelah

dilakukan perendaman selama 24jam

kemudian dinyalakan alat sokletasi,

hingga diperoleh ekstrak cair. Ekstrak

cair kemudian di freeze dry sehingga

diperoleh ekstrak kering

kemangi.Selanjutnya dilakukan

penetapan kadar air, kadar abu dan

rendemen simplisia.

Pembuatan Minyak Atsiri Kemangi

Daun kemangi segardikumpulkan

sebanyak 36 kg.Dilakukan sortasi

basah.Dicuci dengan air sampai

bersih.Kemudian ditiriskan sampai tidak

tersisa air.Daun yang sudah tiris diangin-

anginkan selama 1-2 jam.Pembuatan

minyak atsiri daun kemangi dilakukan

dengan menggunakan metode destilasi

uap air. Simplisia kemangi dimasukkan

kedalam piringan yang dibawahnya telah

Page 26: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

diisi dengan air mendidih, uap air yang

keluar melalui lubang-lubang piringan

akan mengalir dan menembus sela-sela

dari simplisia, dengan adanya uap air ini

minyak atsiri akan terekstraksi dan

terbawa, kemudian uap air dan minyak

atsiri yang terbentuk dialirkan melalui

pipa dan selanjutnya akan dialirkan

kedalam sistem pendingin balik dan akan

terkondensasi menjadi air dan minyak.

Campuran dari air dan minyak ini

ditampung dalam sebuah wadah pemisah

cairan. Karena perbedaan berat jenis

maka air dan minyak atsiri akan terpisah,

air berada dibawah permukaan minyak

atsiri dan sebaliknya. Minyak atsiri yang

diperoleh ditampung dalam wadah atau

botol yang tidak tembus cahaya dan

disimpan ditempat yang sejuk agar tidak

terjadi oksidasi. Selanjutnya dilakukan

analisis minyak atsiri ini menggunakan

metode Gas Chromatography (GC).

Untuk mengetahui senyawa eugenol serta

kadarnya.

Formulasi Dan Pembuatantablet Ekstrak Keringkemangi

Tiap tablet mempunyai berat 500 mg, dengan formulasi terdapat di Tabel 1.

Tabel 1.Formulasi Tablet Ekstrak Kemangi

Bahan FI FII FIII

Ekstrak Kering Kemangi 226 mg 226 mg 226 mg

Amilum Manihot 0 10% 5%

PVP K30 5% 0 2%

Perfiller PH 101 15% 15% 15%

Talk 2% 2% 2%

Mg Stearat 1% 1% 1%

Laktosa ditambahkan hingga 100 % 100 % 100 %

Serbuk ekstrak kering kemangi,

laktosa dan perfiller PH 101 sebanyak

10%, masing-masing diayak dengan

menggunakan mesh 30, kemudian

dimasukkan ke dalam wadah laludiaduk

hingga homogen kira-kira 5 menit.

Ditambahkan larutan pengikat PVP K30,

aduk hingga menjadi massa yang

kompak. Bila perlu dapat ditambahkan

air hangat. Massa yang basah kemudian

diayak mesh 8 hingga terbentuk granul

basah, dikeringkan di dalam lemari

pengering yang dialasi kain batis pada

suhu 40-50o C semalaman hingga

terbentuk granul kering.Granul kering

kemudian diayak dengan menggunakan

ayakan mesh 10, lalu dimasukkan

kedalam kantong plastik, ditambahkan

kedalamnya perfiller PH 101 sebanyak

5%, talk dan magnesium stearat yang

telah diayak dengan menggunakan mesh

30, kemudian dikocok dalam kantong

plastik selama 5 menit hingga didapatkan

massa siap cetak.

Page 27: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Formulasi dan Pembuatan Masker Gel Kemangi

Tabel 2. Formulasi Masker Gel Kemangi

Bahan Formula Ke- (dalam %)

I II III IV

Minyak atsiri daun kemangi 4 4 4 -

Karbomer 0,5 0,75 1 0,75

TEA 1 1 1 1

PEG 6000 10 10 10 10

Gliserin 10 10 10 10

Etanol 96% 20 20 20 20

Natrium Metabisulfit 0,03 0,03 0,03 0,03

Na2EDTA 0,05 0,05 0,05 0,05

Metil Paraben (Nipagin) 0,03 0,03 0,03 0,03

Propil Paraben (Nipasol) 0,01 0,01 0,01 0,01

Akuades ditambahkan hingga 100 100 100 100

Karbomerdikembangkan dengan

air panas dan dimasukkan gliserin sedikit

demi sedikit kemudian tambahkan TEA

hingga mengembang (campuran 1).Metil

paraben dan propil paraben dilarutkan

dalam etanol 96 % (campuran 2).

Campuran 1 dan campuran 2

dihomogenkan dengan dipanaskan diatas

penangas air pada suhu 800C lalu

masukan Natrium metabisulfit dan

Na2EDTA yang dilarutkan dengan air.

PEG 6000 dilarutkan dalam air dan

masukan kedalam campuran.

Dimasukkan minyak atsiri daun kemangi

kedalam campuran.Dihomogenkan

dengan homogenizer dengan kecepatan

300 rpm selama 10 menit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pembuatan Ekstrak Kering dan

Minyak Atsiri Kemangi

Serbuk simplisia sebanyak 400

gram di ekstraksi dengan metode

sokletasi menggunakan pelarut etanol

50%, diperoleh ekstrak cair sebanyak 4

L, kemudian di freeze dry dan didapat

hasil sebanyak 443 gram (telah ditambah

maltodekstrin), dengan rendemen

10,75%. Hasil kadar air 4,66% dan kadar

abu 1,295%. Hasil tersebut memenuhi

persyaratan kadar air < 5% dan kadar abu

< 13% (DepKes, 2000). Hasil uji

fitokimia dilakukan untuk melihat

kandungan senyawa yang terdapat

didalam tanaman tersebut.Hasil

menunjukkan ekstrak kering kemangi

mengandung alkaloid, flavonoid,

saponin, dan tanin.

Hasil minyak atsiri yang

didapatkan dari 35 kg daun kemangi

sebanyak 35 ml dengan berat 32,37 gram,

rendemen yang didapat adalah 0,1 %

dengan berat jenis 0,925. Minyak atsiri

yang dihasilkan berwarna kuning

kecoklatan dan berbau khas aromatik

kuat.

PenentuanAktivitasAntioksidan

Ekstrak Kering dan Minyak Atsiri

Kemangi

Penentuan aktivitas antioksidan

dilakukan dengan menggunakan metode

DPPH. Panjang gelombang maksimum

yang didapat sebesar 516 nm. Sedangkan

waktu inkubasi optimum yang didapat

yaitu selama 30 menit. Vitamin C

digunakan sebagai kontrol positif karena

vitamin C merupakan salah satu vitamin

yang berpotensi sebagai antioksidan

dengan nilai IC50 sebesar 4,82 ppm.

Aktivitas antioksidan ekstrak kemangi

dengan menggunakan konsentrasi yang

sama dengan vitamin C didapatkan nilai

IC50 sebesar 54,43 ppm (aktif) dengan

kelinearan 0,998.Besar IC50 yang

didapat untuk minyak atsiri sebesar

454,427 ppm termasuk golongan

antioksidan kurang aktif.

Page 28: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Hasil Analisis Minyak Atsiri Kemangi

Berdasarkan hasil analisis GC

minyak atsiri daun kemangi mengandung

senyawa eugenol sebesar 1,76 %. Hasil

ini cukup rendah sehingga potensi

eugenol sebagai antioksidannya juga

rendah, karena berdasarkan jurnal

penelitian sebelumnya kandungan

eugenol dalam daun kemangi (Ocimum

basillicum L.) sebesar 46 %.

Hasil Evaluasi Tablet Ekstrak

Kemangi

Hasil dari penampilan semua

formula tablet ekstrak kemangi rata-rata

sama, mempunyai bentuk bundar,

cetakan polos, berwarna hijau bercak

putih. Hasil dapat dilihat pada Gambar 1.

A B C

Gambar 1.Tablet Ekstrak Kering Kemangi Formula I (A), II (B), III (C)

Hasil pengujian mutu tablet meliputi keseragaman ukuran, keseragaman

bobot, kekerasan, friabilitas dan waktu hancur. Hasil terdapat di Tabel 3.

Tabel 3.Hasil Pengujian Keseragaman Ukuran, Keseragaman Bobot, Kekerasan,

Friabilitas dan Waktu Hancur

Formula Rata – Rata

(Diameter)

(cm)

Tebal

(cm)

Rata-

Rata

(mg)

Range

(mg)

Rata-Rata

kekerasan(k

p)

Friabilitas

(%)

Waktu

Hancur

I 1,01 0,57 511,74 503,7-

520,4

7,14 2,87 12 menit 11

detik

II 1,01 0,57 515,32 509,7-

522,6

5,7 1,90 8 menit 54

detik

III 1,01 0,57 517,57 510,5-

524,4

7,16 2,55 12 menit 20

detik

Persyaratan keseragaman ukuran

yaitu diameter tablet tidak kurang dari 1

1/3 kali dan tidak lebih dari 3 kali tebal

tablet.Hasil memenuhi syarat.

Persyaratan Farmakope Indonesia Edisi

III untuk keseragaman bobot adalah

tidak lebih dari 2 tablet yang mempunyai

penyimpangan lebih dari 5% dan tidak

lebih dari 1 tablet yang mempunyai

penyimpangan lebih dari 10% dari bobot

rata-rata hasil pengujian. Hasil

memenuhi syarat. Kekerasan tablet

menunjukan bahwa semua formula

memenuhi pesyaratan yaitu minimal 4

Kp. Hasil evaluasi friabilitas pada semua

tablet tidak memenuhi persyaratan, hal

ini dikarenakan punch yang tidak rata

sehingga tablet yang dihasilkan bergerigi.

Page 29: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Bentuk tablet tersebut akan

mempengaruhi friabilita tablet. Hasil

evaluasi waktu hancur pada FI 12 menit

11 detik, FII 8 menit 54 detik, dan FIII

12 menit 20 detik. Semua formula

memenuhi persyaratan yaitu kurang dari

15 menit.

Uji Aktifvitas Antioksidan Tablet

Ekstrak Kemangi Aktivitas antioksidan tablet IC50

pada FI 89,02 ppm, FII 93,35 ppm, dan

FIII 91,74 ppm. Bila dibandingkan rata-

rata setiap formula dengan hasil Vitamin

C 4,82 ppm adalah mempunyai

perbandingan 1 : 25. Kemungkinan

terjadi penurunan aktivitas antioksidan

dari ekstrak menjadi tablet pada saat

proses pembuatan tablet itu sendiri.

Hasil Evaluasi Mutu Sediaan Masker

Gel

Formula IV merupakan masker

tanpa zat aktif (plasebo) sebagai

pembanding untuk formula I, II dan III.

Formula I, II dan III menghasilkan gel

yang homogen, berwarna kuning pucat

dan berbau aromatik kuat. Warna kuning

pucat pada formula I lebih pekat

dibandingkan dengan formula II dan

III.Karena konsentrasi karbomernya yang

paling kecil. Semakin kecil jumlah

karbomer pada sediaan maka warna

kuningnya semakin pekat. Sedangkan

formula IV menghasilkan gel yang

homogen, bening dan tidak berbau.Hasil

masker gel kemangi terdapat di Gambar

2.

A B C D

Gambar 2. Masker Gel Kemangi Formula I (A), II (B), III (C), IV (D)

Sediaan gel ini memiliki pH yang

berbeda-beda, untuk fomula dengan

jumlah karbomer yang semakin banyak

namun jumlah trietanolamin (TEA) yang

sama maka pH yang dihasilkan semakin

kecil karena sifat karbomer yang asam.

Sedangkan pada sediaan gel plasebo

(formula IV) dengan jumlah karbomer

yang sama dengan formula II yaitu

0,75% menghasilkan pH yang lebih

tinggi dibandingkan formula II tersebut,

hal ini dikarenakan penambahan zat aktif

minyak atsiri kemangi pada formula II

yang bersifat asam. Perbedaan

konsentrasi karbomer ini dapat dilihat

dari perbedaan pH tersebut.

Pengaruh perbedaan konsentrasi

karbomer juga dapat dilihat pada

viskositas gel, karena pada formula yang

mengandung karbomer lebih banyak

maka viskositasnya semakin tinggi.

Formula III dengan konsentrasi karbomer

1% memiliki viskositas yang paling

tinggi dibanding formula I, II, dan IV.

Hal tersebut yang menyebabkan

penurunan viskositas gel. Data lengkap

hasil evaluasi uji mutu sediaan dapat

dilihat pada Tabel 4.

Page 30: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Tabel 4.Hasil Evaluasi Uji Mutu Sediaan Masker Gel

Pengamatan Formula I Formula II Formula III Formula IV

Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen

Organoleptik :

-Bentuk

-Warna

-Bau

Agak kental Kental Kental Kental

Kuning Pucat Kuning

Pucat

Kuning

Pucat

Bening

Aromatik kuat Aromatik

kuat

Aromatik

kuat

Tidak berbau

pH 7,57 7,03 6,89 7,26

Viskositas 3090 cps 16310 cps 17570 cps 16450 cps

Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan

Sediaan Masker Gel

Setelah dibuat sediaan masker gel

aktivitas antioksidannya meningkat

dengan penggunaan minyak atsiri sebesar

4%. Mungkin dikarenakan jumlah

minyak yang digunakan besar dan

pengaruh dari zat tambahan yang

berfungsi sebagai antioksidan

juga.Adapun pengaruh sinergis dari zat

tambahan ini.Walaupun sebenarnya zat

tambahan bersifat inert namun tidak

menutup kemungkinan zat tambahan ini

mempengaruhi hasil aktivitas antioksidan

meningkat.Bila dibandingkan dengan

formula IV (plasebo) yang memiliki

aktivitas antioksidan yang kurang aktif

karena memiliki IC50 945,413 ppm.

Dari hasil yang didapat aktivitas

antioksidan tiap formula berbeda-

beda.Dimana pada formula dengan

konsentrasi karbomer yang semakin

tinggi aktivitas antioksidannya pun

semakin besar.Kemungkinan hal ini

karena karbomer mengikat zat aktif lebih

banyak.Dan hasil pengukuran pada

minggu berikutnya aktivitas ini semakin

menurun, hal ini mungkin dipengaruhi

oleh suhu penyimpanan yang semakin

tinggi dan lamanya penyimpanan

sehingga antioksidannya teroksidasi.

Namun pada formula IV yaitu sediaan

plasebo memiliki aktivitas antioksidan

yang sangat rendah karena tidak ada zat

aktif.Data IC50 untuk FI (151,96 ppm),

FII (149,94 ppm), FIII (150,94 ppm), dan

FIV (945,41 ppm).

KESIMPULAN

1. Mutu tablet dilihat secara

keseluruhan yang menggunakan

pengikat Polyvinylpirolidone

(PVP)dengan konsentrasi 5%

(Formula I) hampir sama dengan

campuran pengikat

Polyvinylpirolidone (PVP) dengan

amilum manihot konsentrasi 2% :

10% (Formula III).

2. Aktivitas antioksidan ekstrak kering

kemangi sebesar 54,43 ppm (aktif)

sedangkan aktivitasantioksidan tablet

sebesar 89,02 ppm (Formula I), 93,35

ppm (Formula II), dan 91,74 ppm

(Formula III).

3. Semua Formula sediaan masker gel

menghasilkan sediaan yang baik bila

dilihat dari uji organoleptik pH dan

viskositas, namun yang memiliki

aktivitas antioksidan paling kuat

adalah Formula II

denganjumlahkarbomer 0,75 %.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.1985. Formularium

Kosmetika Indonesia. Jakarta:

Direktorat Jendral Pengawasan Obat

dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.2000. Parameter Standar

Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.

Direktorat Pengawasan Obat dan

Makanan.Jakarta.

Page 31: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.1979. Farmakope

Indonesia. Edisi III. Direktorat

Pengawasan Obat dan Makanan.

Jakarta.

Lachman, L., HA.Liebermann., JL.

Kanig. 1994. Diterjemahkan oleh

Siti Suyatmi. Teori dan Praktek

Farmasi Industri. Jilid II. Edisi III.

Jakarta : UI Press

Hadipoentyanti E dan wahyuni S.

2008.Keragaman Selasih (Ocimum

spp.) berdasarkan karakter

morfologi produksi dan mutu herba:

Jurnal Litti

Reynold, JEF. 1982. Martindle The Extra

Pharmacopoeia. 28th

Edition.London : The

Pharmaceutical Press.

Ramesh, B. dan Satakopan, V.N. 2010.In

Vitro Antioxidant Activitesi Of

Ocimum Species : Ocimum

Basilicum andSanctum. Journal off

cell and Tissue Research Vol. 10(1) :

2145-2150

Page 32: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI METANOL DAUN PEGAGAN

(Centella asiatica (L.) Urban)

Ietje Wientarsih 1 , Sulistyantie Hr. Sjarif

2, Irma Maulani Hamzah

2

1 Laboratorium Farmasi Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi Fakultas

Kedokteran Hewan IPB 2Program Studi Kimia Sekolah Tinggi MIPA Bogor

ABSTRAK

Pegagan (Centella asiatica (L.)Urban) merupakan tanaman herba tahunan yang

tumbuh menjalar dan berbunga sepanjang tahun.Pegagan dirujuk sebagai

antiinflamasi, antioksidan, antitumor, antibakteri atau untuk meningkatkan daya ingat

(susunan syaraf pusat), eksim, luka bakar dan hepatitis.Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui antioksidan fraksi metanol dari ekstrak metanol daun pegagan.

Melalui tahapan pemisahan, pemurnian dan menentukan aktivitas antioksidan dengan

metode DPPH (1,1-difenil-2-pikril-hidrazil). Pada penelitian ini daun pegagan

dimaserasi menggunakan pelarut metanol kemudian dilakukan uji fitokimia dan

identifikasi gula. Pemurnian dilakukan dengan metode kromatografi kolom dengan

elusi gradien menggunakan tiga eluen yaitu berturut-turut toluen : etil asetat (1:1), etil

asetat, dan metanol. Identifikasi dilakukan menggunakan kromatografi lapis tipis

(KLT) siliska gel dengan eluen etil asetat : metanol : air (8,1 : 1,25 : 0,65). Terhadap

fraksi metanol dilakukan uji aktivitas antioksidan. Hasil uji fitokimia terhadap fraksi

metanol diperoleh golongan senyawa terpenoid, flavonoid, dan alkaloid. Hasil KLT

fraksi metanol menunjukkan nilai Rf pada 0,64. Aktivitas antioksidan fraksi metanol

diperoleh nilai IC50 sebesar 481,64 ppm.

Kata kunci: Daun pegagan, kromatografi kolom,kromatografi lapis tipis, aktivitas

antioksidan.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kaya

akan hasil alam yang melimpah dan

dapat diolah serta dimanfaatkan sebagai

tanaman obat. Informasi yang terkait

dengan tanaman yang diperoleh secara

empiris selayaknya harus lebih digali lagi

sehingga pada akhirnya tidak menutup

kemungkinan akan menjadi suatu

komoditas yang besar dan

menguntungkan. Informasi tersebut harus

dibuktikan secara ilmiah untuk

mengetahui zat yang terkandung di

dalam tanaman obat tersebut.

Salah satu tanaman obat yang

diteliti dalam tulisan ini yaitu Pegagan

atau Antanan (Centella asiatica (L)

Urban). Pegagan dipercaya oleh

masyarakat untuk meningkatan

kemampuan memori dan pembelajaran

yang mungkin berhubungan dengan

aktivitas antioksidan, antiinflamasi,

neuroprotektif, prokolinergik, dan

antikolinergik (Joshi dan Parle, 2006).

Antioksidan adalah suatu zat yang

dapat menghambat reaksi oksidasi atau

mencegah pembentukan radikal bebas

pada oksidasi (Gerald, 1987).Radikal

bebas adalah atom-atom molekul yang

tidak stabil dan sangat reaktif karena

memiliki satu atau lebih elektron yang

tidak berpasangan pada orbital

terluarnya. Untuk mencapai kestabilan,

atom atau molekul suatu radikal bebas

akan bereaksi dengan molekul di

sekitarnya untuk memperoleh pasangan

elektron (Ratri et al., 2010). Proses

penuaan dan penyakit degeneratif seperti

kanker, penyumbatan pembuluh darah

Page 33: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

seperti hiperlipidemik, aterosklerosis,

stroke, dan tekanan darah tinggi serta

terganggunya sistem imun tubuh dapat

disebabkan oleh stres oksidatif dimana

jumlah molekul radikal bebas dan

antioksidan dalam tubuh tidak seimbang

(Suka, 2011). Pada kondisi ini, aktivitas

molekul radikal bebas atau Reactive

Oxygen Species (ROS) dapat

menimbulkan kerusakan seluler dan

genetika (Rahayu et al., 2010).

Penelitian ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui aktivitas

antioksidan dengan metode DPPH (1,1-

difenil-2-pikril-hidrazil) fraksi metanol

dari ekstrak metanoldaun pegagan

melalui tahapan isolasi , identifikasi, dan

pemurnian.

METODE PENELITIAN

Bahan tanaman: Daun Pegagan

(Centella asiatica (L.) Urban).

Bahan Kimia: metanol p.a, etanol 95%,

n-heksan, asam asetat anhidrat, asam

sulfat pekat, asam klorida pekat, pita

magnesium, lakmus merah, kloroform,

asam sulfat 2 N, pereaksi Dragendorf,

Wagner, Benedict, Molisch dan

Barfoed,amonia, natrium sulfat anhidrat,

kalium hidroksida 5 N, hidrogen

peroksida 3%, asam asetat glasial,

benzena, asam klorida 2 N, natrium

hidroksida 2 N, besi (III) klorida, kalium

heksa siano ferrat (II), iodium 1%, eter,

etil asetat, silika gel G60.

Alat: blender, maserator, rotary

evaporator, botol sampel, kolom dan

bejana kromatografi, pelat TLC, lampu

UV, penangas air, hotplate serta berbagai

alat gelas yang biasa digunakan di

Laboratorium.

Metode:

1. Ekstraksi

Ekstraksi dilakukan dengan metode

maserasi.Daun pegagan kering diiris,

dihaluskan, diayak dengan ayakan 100

mesh, kemudian dimasukkan ke dalam

maserator, ditambahkan metanol p.a

sampai terendam. Sampel dibiarkan

sampai 24 jam sambil sesekali diaduk.

Sampel disaring, maserat dimasukkan ke

dalam wadah penampung, sedangkan

ampas dimasukkan kembali ke dalam

maserator untuk dimaserasi

ulang.Maserasi dilakukan 3 kali ulangan,

dan maserat dari tiap ulangan

disatukan.Maserat kemudian dipekatkan

dengan rotary evaporator suhu 40°C

(Tohir, 2010).Ekstrak kental ditimbang.

2. Penapisan Fitokimia

a. Terpenoid dan Steroid

Ekstrak kental dilarutkan dengan

10 mL n-heksan dan disaring.Filtrat

dikisatkan di pelat tetes, kemudian

ditambahkan 3 tetes asam asetat anhidrat

dan 1 tetes asam sulfat

pekat.Terbentuknya warna merah atau

biru menunjukkan adanya terpenoid atau

steroid (Juliati, 2008).

b. Flavonoid

Ekstrak kental dilarutkan dengan

15 mL n-heksan dan disaring.Filtrat

ditambah 30 ml etanol dan dikocok.

Sebanyak 2 ml lapisan etanol diambil

kemudian dimasukkan ke dalam tabung

reaksi lalu ditambahkan 0,5 ml asam

klorida pekat dan logam magnesium.

Sampel dibiarkan beberapa saat sampai

logam magnesium habis.Terbentuknya

warna merah, jingga atau hijau pada

larutan menunjukkan adanya flavonoid

(Juliati, 2008).

c. Alkaloid Ekstrak kental dilarutkan dengan

20 mL etanol lalu ditambahkan amonia

tetes demi tetes sampai tidak terbentuk

lagi endapan putih pada saat penambahan

ammonia.Sampel disaring, residu

dilarutkan dengan 10 ml etanol.Sebanyak

2 ml lapisan etanol dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, dan ditambahkan pereaksi

Wagnerdan Dragendorf.Terbentuknya

endapan berwarna merah kecoklatan oleh

penambahan masing-masing pereaksi

menunjukkan adanya alkaloid (Juliati,

2008).

Page 34: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

d.Antrakuinon Ekstrak kental ditambahkan 10 mL

kalium hidroksida 5 N dan 1 mL

hidrogen peroksida 3%.Setelah dikocok,

dipanaskan di penangas air selama 10

menit, disaring kemudian filtrat

diasamkan dengan asam asetat

glasial.Kemudian ke dalamnya

ditambahkan 10 mL benzena, dan

dikocok.Sebanyak 5 mL lapisan benzena

diambil, dimasukkan ke dalam tabung

reaksi, ditambahkan 5 mL amonia lalu

dikocok.Terbentuknya warna merah pada

lapisan ammonia menunjukkan adanya

antrakuinon (Juliati, 2008).

e. Senyawa Fenol Ekstrak kental dilarutkan dalam 20

ml etanol, disaring, kemudian 2 ml filtrat

dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan

ditambahkan besi (III) kloida 1%.

Terbentuknya warna hijau, merah, ungu,

biru atau hitam yang kuat menunjukkan

adanya senyawa fenol (Yusro, 2010).

f. Tanin

Ekstrak kental dilarutkan dalam 20

ml etanolSampel disaring, kemudian

sebanyak 2 ml filtrat dimasukkan ke

dalam tabung reaksi.Setelah itu

ditambahkan 2 ml air dan besi (III)

klorida, kemudian dikocok.Adanya

warna biru kehitaman atau hijau

kehitaman pada larutan menunjukkan

adanya tanin (Yusro, 2010).

g. Saponin

Ekstrak dilarutkan dalam 10 ml

etanol, disaring, filtrat diuapkan dan

ditambahkan air sebanyak 5 ml, dikocok

kuat dan didiamkan selama 15

menit.Terbentuknya buih yang stabil

selama tidak kurang dari 15 menit

menunjukkan adanya saponin (Harborne,

1987).

3. Identifikasi Gula

a. Uji Molisch dan Iodium,

Benedict dan Barfoed

Ekstrak dilarutkan dalam 10 ml

etanol, ditambahkan 10 ml asam klorida

2 N, diaduk, dan dibiarkan selama 1 jam

pada kondisi tertutup.Kemudian

ditambahkan 10 ml natrium hidroksida 2

N, diaduk, dan disaring.Sebanyak 1 ml

filtrat ditambahkan 3 tetes pereaksi

Molischdan dikocok.Tabung reaksi

dimiringkan kemudian kedalamnya

dialirkan 1 ml asam sulfat pekat melalui

dinding tabung secara

perlahan.Terbentuknya cincin warna

ungu pada batas kedua lapisan

menunjukkan adanya karbohidrat (Ali,

2010).Untuk uji Iodium, 3 tetes filtrat

dikisatkan di pelat tetes, kemudian

ditambahkan 2 tetes

Iodium.Terbentuknya warna coklat cerah

menunjukkan adanya polisakarida (Ali,

2010). Uji Benedict, sebanyak 1 ml filtrat

dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan 1 ml pereaksi Benedict,

kemudian dipanaskan di penangas air

selama 2 menit. Adanya endapan merah

bata di bagian dasar tabung menunjukkan

adanya gula pereduksi (Ali, 2010). Uji

Barfoed, sebanyak 1 ml filtrat

dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan 1 ml pereaksi Barfoed, dan

dipanaskan di penangas air selama 5

menit. Terbentuknya endapan merah bata

pada bagian dasar tabung menunjukkan

adanya monosakarida (Ali, 2010).

4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Fasa gerak untuk elusi sampel

adalah campuran toluena : etil asetat (9,3

: 0,7), heksana : metanol : aseton (9 : 0,5

: 0,5), toluen : etil asetat (1:1), kloroform

: benzena (4:1)dan etil asetat : metanol :

air (8,1 : 1,25 : 0,65).untuk

mengidentifikasi terpenoid,

steroid,alkaloid, flavonoid dan

fenolik.Sampel dilarutkan dengan

alkohol. Noda yang ada diamati dengan

pengamatan langsung dan dengan

bantuan sinar UV. Noda disemprot

dengan asam sulfat pekat.Komponen

yang paling besar ditentukan dan

dilanjutkan ke tahap pemurnian dengan

kromatografi kolom.

Page 35: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

5. Kromatografi Kolom

Sebanyak 100 gram silika gel G60

dilarutkan dengan fasa gerak kemudian

dimasukkan ke dalam kolom dengan

bantuan batang pengaduk sampai kolom

terisi padat dan rata dengan silika.Sampel

dilarutkan dengan alkohol kemudian

dimasukkan ke dalam kolom dan dielusi

dengan fasa gerak. Fraksi yang

didapatkan ditampung sebanyak 50 fraksi

masing-masing 10 ml pada botol vial

kemudian ditutup. Setiap fraksi diuji

dengan KLT. Fraksi yang mengandung

komponen yang sama digabungkan

menjadi satu wadah. Fraksi yang paling

banyak kandungan metabolitnya

kemudian dipekatkan atau dikristalkan

(Harborne, 1987). Sampel murni

kemudian digunakan untuk uji

antioksidan.

6. Uji Aktivitas Antioksidan (Metode

DPPH) Larutan yang digunakan yaitu

DPPH (1,1-difenil-2-pikril-hidrazil) 1,0 x

10-3

M dalam metanol. Dipipet 1 mL

larutan DPPH lalu dimasukkan ke dalam

botol vial.Konsentrasi sampel yang

digunakan dalam uji ini yaitu 50 (ppm);

100 ppm; 200 ppm; dan 400

ppm.Masing-masing konsentrasi tersebut

dimasukkan ke dalam botol vial yang

telah berisi larutan DPPH dan diencerkan

dengan metanol sampai volume menjadi

5 mL. Diukur dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang

gelombang 516 nm selama 30 menit

(Juniarti dan Yuhernita, 2009).Aktivitas

antioksidan diketahui dengan adanya

penurunan serapan larutan DPPH. Nilai

serapan larutan DPPH terhadap sampel

disebut sebagai persen inhibisi (%

inhibisi) dengan persamaan sebagai

berikut :

Keterangan :

Akontrol = Absorbansi awal 0 menit

Asampel = Absorbansi awal pada saat t

menit

Nilai hasil perhitungan dimasukkan

ke persamaan linier (y =ax + b) dengan

konsentrasi ppm (mg/L) sebagai absis

(sumbu x) dan nilai % inhibisi sebagai

ordinatnya (sumbu y). Nilai Inhibition

Concentration 50% (IC50) diperoleh dari

perhitungan pada saat % inhibisi sebesar

50% (Suka, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanaman pegagan diperoleh dari

BALITTRO.Daunnya dikeringkan di

bawah sinar matahari kemudian

dikeringkan dan dihaluskan.

1. Ekstraksi

Sebanyak 1 kg simplisia kering

daun pegagan dimaserasi dengan metanol

sebanyak 4L, selanjutnya pada tahap

kedua dan ketiga digunakan masing-

masing 3L.Ekstrak metanol yang

dihasilkan kemudian diuapkan dengan

rotary evaporator sehingga didapatkan

ekstrak kental (Harborne, 1987). Suhu

waktu proses evaporasi yaitu 400C.

Bobot ekstrak daun pegagan yang

diperoleh yaitu sebanyak 146,27 gram

(rendemen ekstrak 14,63%).

2. Penapisan Fitokimia Hasil penapisan fitokimia

ditampilkan pada Tabel 1.

Page 36: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Tabel 1. Hasil Penapisan Fitokimia Daun Pegagan

3. Hasil Identifikasi Gula

Identifikasi gula dengan uji Barfoed, Benedict, Iodium dan Molisch, hasilnya

seperti pada Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Hasil Identifikasi Gula

4. Hasil Kromatografi Lapis Tipis

Untuk mengetahui adanya senyawa

terpenoid, steroid, alkaloid, flavonoid

dan senyawa fenoldalam ekstrak dibuat

fase gerak dengan komposisi toluen : etil

asetat (9,3 : 0,7), heksana : metanol :

aseton (9 : 0,5 : 0,5), toluen : etil asetat

(1:1), kloroform : benzena (4:1)dan etil

asetat : metanol : air (8,1 : 1,25 : 0,65).

Setelah dielusi didapatkan noda- noda

seperti pada Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Hasil KLT Terpenoid (a), steroid (b), alkaloid (c), Flavonoid (d) dan

senyawa Fenolik (e) ekstrak metanol daun pegagan

a b c d e

Page 37: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

5. Hasil Kromatografi Kolom

Fraksi metanol yang ditampung dilakukan penapisan fitokimia dilanjutkan

KLT.Hasilnya pada Tabel 3 dan Gambar 2 dibawah ini.

Tabel 3 Hasil penapisan fitokimia fraksi metanol

Gambar 2. Hasil KLT fraksi metanol daun pegagan

6. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan

Pengukuran antioksidan dilakukan

dengan inkubasi DPPH dengan ekstrak

antioksidan selama 30 menit.Perubahan

warna yang terjadi adalah dari larutan

berwarna ungu menjadi larutan yang

berwarna kuning.Pengukuran dilakukan

dengan spektrofotometer UV-Vis pada

panjang gelombang 516 nm.Fraksi

metanol daun pegagan dibuat dengan

deret konsentrasi yaitu 0 ppm; 50 ppm;

100 ppm; 200 ppm; dan 400 ppm.

Sebagai kontrol digunakan larutan DPPH

tanpa penambahan sampel. Hasil analisis

secara kualitatif terhadap fraksi metanol

adanya penurunan warna larutan DPPH

yang menjadi pudar dan ketika diukur

terjadi penurunan nilai absorbansi pada

sampel. Hal ini menunjukkan adanya

penangkapan radikal DPPH oleh

senyawa metabolit sekunder yang

terkandung dalam fraksi metanol daun

pegagan.

Tabel 3.Hasil Pengujian % Inhibisi fraksi

metanol

Nilai IC50fraksi metanol yang

diperoleh sebesar 481,64 ppm. Menurut

Listiani (2008) aktivitas antioksidan

sebesar100-500 ppm tergolongaktivitas

antioksidan sedang.Semakin kecil nilai

IC50 dari suatu antioksidan maka semakin

kuat antioksidan tersebut.Untuk hasil

aktivitas antioksidan dapat dilihat pada

Tabel 4 dan grafik ubungan antara %

inhibisi dengan variasi konsentrasi fraksi

metanol daun Pegagan pada Gambar 3.

Page 38: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Tabel 4. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Fraksi Metanol

Gambar 3. Grafik Hubungan Antara % Inhibisi dengan Variasi Konsentrasi fraksi

metanol daun Pegagan

KESIMPULAN DAN SARAN

Melalui uji fitokimia, tanaman

pegagan memiliki kandungan senyawa

metabolit sekunder yaitu steroid,

alkaloid, flavonoid, tanin, dan fenol dan

dari uji gula, tanaman pegagan

mengandung gula pereduksi,

polisakarida, dan karbohidrat.Secara

keseluruhan analisis kromatografi lapis

tipis menghasilkan 26 jumlah noda

golongan metabolit sekunder. Hubungan

antara % inhibisi dengan variasi

konsentrasi fraksi metanol daun pegagan

mempunyai kandungan senyawa

metabolit sekunder yang berpotensi

sebagai antioksidan dan melalui uji

DPPH, pegagan mempunyai antioksidan

pada tingkat sedang dengan nilai IC50

sebesar 481,64 ppm. Perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut untuk

pengembangan metode kromatografi

kolom terutama komposisi fase gerak

agar senyawa yang dihasilkan lebih

murni untuk dapat dilakukan uji UV/IR

dan NMR.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, T., 2010. Uji Karbohidrat.

http://www.scribd.com/doc/462514

70/uji-karbohidrat. Diakses pada 18

Mei 2012.

Gerald, S., 1987. Antioxidants.Bull.

Chem. Soc. Jpn., 61, 165-170.

Harborne, J. B., 1987. Metode Fitokimia

: Penuntun Cara Modern

Page 39: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164

Menganalisis Tumbuhan Edisi

Kedua. ITB. Bandung.

Joshi, H. and M. Parle. 2006. Brahmi

Rasayana Improves Learning and

Memory in mice. eCAM. 3(1):79-

85.

Juliati. 2008. Skrining Fitokimia

Tumbuhan yang Digunakan oleh

Pedagang Jamu Gendong untuk

Merawat Kulit Wajah di

Kecamatan Medan Baru. Jurnal

Biologi Sumatera. Vol. 3, No. 1

Januari 2008. Departemen Kimia

FMIPA-USU. ISSN 1907-5537.

Juniarti, D. O., dan Yuhernita. 2009.

Kandungan Senyawa Kimia, Uji

Toksisitas (Brine Shrimp Lethality

Test) dan Antioksidan (1,1-

diphenyl-2-pikrilhydrazyl) dari

Ekstrak Daun Saga (Abrus

precatorius L.). MAKARA, SAINS,

Vol. 13, No. 1. APRIL 2009:

Fakultas Kedokteran, Universitas

YARSI, Jakarta. 50-54

Listianti, E., 2008. Uji Aktivitas

Antioksidan dari Ekstrak Kasar

Daun Salam (Eugenia polyantha).

Skripsi. Program Studi Kimia

Jurusan Kimia Sekolah Tinggi

MIPA Bogor.

Rahayu, D. S., Kusrini D., dan Fachriya

E., 2010. Penentuan Aktivitas

Antioksidan dari Ekstrak Etanol

Daun Ketapang (Terminalia

catappa L) dengan Metode 1,1-

difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH).

Urnal Laboratorium Kimia

Organik. Jurusan Kimia FMIPA

Universitas Diponegoro.

Ratri, K. G. R., 2010.Tomat

(Lycopersicumesculentum) Sebagai

Antioksidan. Kementrian

Pendidikan Nasional Universitas

Jenderal Soedirman Fakultas

Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Pertanian. Purwokerto.

Suka, I. S. R., 2011. Uji Aktivitas

Antioksidan Bawang Dayak

(Eleutherine palmifolia (L.) Merr)

dan Bawang Merah (Allium cepa

L.). Skripsi. Program Studi Kimia

Jurusan Sekolah Tinggi MIPA

Bogor.

Tohir, A. M., 2010. Teknik Ekstraksi dan

Aplikasi Beberapa Pestisida Nabati

untuk Menurunkan Palatabilitas

Ulat Grayak (Spodoptera litura

Fabr.) di Laboratorium. Teknisi

Litkayasa Pelaksana Lanjutan pada

Lab Resiu Bahan Agrokimia. Balai

Penelitian Lingkungan Pertanian.

Buletin Teknik Pertanian Vol. 15,

No. 1, 2010 : 37-40.

Yusro, F., 2010. Rendemen Ekstrak

Etanol dan Uji Fitokimia Tiga

Jenis Tumbuhan Obat Kalbar.

Skripsi. Fakultas Kehutanan

Universitan Tanjungpura.

Page 40: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

UCAPAN TERIMA KASIH

Dewan redaksi Jurnal Fitofarmaka menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada mitra bestari:

Prof. Dr. Ibnu Gholib Ganjar, DEA, Apt. (Universitas Gadjah Mada)

Dr. Ajeng Diantini, M.Si.,Apt. (Universitas Padjajaran)

Dr. Nisa Rachmania Mubarik, M.Si. (Institut Pertanian Bogor)

Prof. Dr. Karyono, Apt. (Universitas Sumatra Utara)

Kami mengucapkan terima kasih atas kontribusi yang telah diberikan dalam membantu

kelancaran penerbitan Jurnal Fitofarmaka volume 3 nomor 2 Desember 2013.

Bogor, Desember 2013

Dewan Redaksi

Page 41: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

PANDUAN PENULISAN JURNAL

Jurnal Fitofarmaka menerima tulisan ilmiah berupa hasil penelitian, review jurnal,

laporan penelitian dan laporan kasus yang berkaitan dengan bidang kefarmasian. Naskah

diutamakan yang belum pernah diterbitkan di media lain, baik cetak maupun elektronik. Jika

sudah pernah disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah hendaknya diberi keterangan yang

jelas mengenai nama, tempat, dan tanggal berlangsungnya pertemuan tersebut. Naskah

berupa ketikan asli ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan abstrak bahasi Inggris.

Sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

Setting halaman adalah 1 kolom dengan 2 spasi, pada kertas HVS A4 dengan margin atas 4

cm, bawah 3 cm, kiri 4 cm, kanan 3 cm, maksimal 15 halaman sudah termasuk gambar/foto

atau tabel. Panjang naskah maksimal 3000-5000 kata dengan huruf Times New Roman font

12.

1. Halaman Judul : berisi judul artikel dengan jumlah kata maksimal 14 kata, nama penulis (tanpa

gelar), dan institusi/ alamat tempat bekerja dari masing-masing penulis, dengan alamat e-mail

untuk korespondesi (corresponding author).

2. Abstrak : abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris dengan jumlah kata maksimal 250

kata. Abstrak ditulis dengan ringkas dan jelas yang mencakup pendahuluan, metode, hasil,

pembahasan dan simpulan dari penelitian dilengkapi dengan 2-5 kata kunci.

3. Pendahuluan: berisi tentang informasi mengenai latar belakang yang relevan dengan tujuan

penelitian.

4. Metode Penelitian: menguraikan bahan, alat dan cara kerja yang digunakan.

5. Hasil dan Pembahasan: dipresentaskan dengan format yang mudah dimengerti dalam bentuk

gambar 2D maupun tabel. Tabel harus utuh, jelas terbaca, dibuat dengan format tabel pada

Microsoft Words diletakkan simetris di tengah area pengetikan, diberi nomor sesuai urutan

penyajian (Tabel 1, dst.), tanpa garis batas kanan atau kiri. Gambar harus diberi nomor sesuai

urutan penyajian (Gambar 1, dst.). Pembahasan pada artikel penelitian dilakukan terhadap hasil

yang diperoleh dan dikorelasikan dengan studi lain yang relevan. Diskusi difokuskan pada hasil

utama penelitian. Keterbatasan penelitian dan dampak hasil penelitian dijelaskan dengan rinci.

Penulis harus menjelaskan mengenai keterbatasan dan rekomendasi penangannan yang

mendukung referensi.

6. Simpulan: simpulan berhubungan dengan tujuan penelitian. Saran penelitian diberikan untuk

merekomendasikan penanganan bila ada keterbatasan penelitaian.

7. Ucapan Terima Kasih: bila ada, tidak menggunakan singkatan.

Page 42: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

8. Daftar Pustaka: pustaka ditulis sesuai sistem Harvard Referencing Standard. Sebanyak 80%

pustaka yang digunakan merupakan pustaka primer dan terbitan 10 tahun terakhir. Contoh

penulisan daftar pustaka rujukan sebagai berikut:

a. Buku

[1] Penulis 1, Penulis 2 dan seterusnya (nama belakang, nama depan disingkat).

Tahun publikasi. Judul buku dicetak miring. Edisi, Penerbit. Tempat Publikasi.

Contoh:

O’Brien, J.A. dan. J.M. Marakas. 2011. Management Information Systems.

Edisi 10. McGraw-Hill. New York-USA.

b. Artikel Jurnal

[2] Penulis 1, Penulis 2 dan seterusnya (nama belakang, nama depan disingkat).

Tahun publikasi. Judul artikel. Nama jurnal dicetak miring. Vol (Nomor): Rentang

Halaman.

Contoh:

Cartlidge, J. 2012. Crossing boundaries: Using fact and fiction in adult learning.

The Journal of Artistic and Creative Education. 6 (1): 94-111.

c. Prosiding Seminar/Konferensi

[3] Penulis 1, Penulis 2 dan seterusnya (nama belakang, nama depan disingkat).

Tahun publikasi. Judul artikel. Nama konferensi. Tanggal, Bulan dan Tahun,

Kota, Negara. Halaman.

Contoh:

Michael, R. 2011. Integrating innovation into enterprise architecture

management. Proceeding on Tenth International Conference on Wirt-

schaftsInformatik. 16-18. February 2011, Zurich, Swis. Hal. 776-786.

d. Tesis atau Disertasi Computationally Intensive Approaches to Inference in Neo- Normal

Linear Models: Ph.D. thesis, CUT Western Australia

[4] Penulis (nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul. Skripsi,

Tesis, atau Disertasi. Universitas.

Contoh:

Soegandhi. 2009. Aplikasi model kebangkrutan pada perusahaan daerah di Jawa

Timur. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Joyonegoro, Surabaya.

e. Sumber Rujukan dari Website

[5] Penulis. Tahun. Judul. Alamat Uniform Resources Locator (URL). Tanggal

Diakses.

Page 43: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Contoh:

Ahmed, S. dan A. Zlate. Capital flows to emerging market economies: A brave

new world?. http://www.federalreserve.gov/pubs/ifdp/2013/1081/ifdp1081.pdf.

Diakses tanggal 18 Juni 2011.

Page 44: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN …fitofarmaka.unpak.ac.id/pdf/fitofarmak.jurnal 3.2.pdf · Fitofarmaka, Vol 3, No. 2, Desember 2013 ISSN: 2087-9164 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

FORMULIR BERLANGANAN / PEMBELIAN JURNAL FITOFARMAKA

Jl. Pakuan PO BOX 452, Telp/Fax. (0251)8375547

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : .................................................................................................................

Institusi : .................................................................................................................

Alamat : .................................................................................................................

.................................................................................................................

Telepon/Fax : .................................................................................................................

Ingin menjadi pelanggan/ pembeli Jurnal Fitofarmaka selama …….. tahun,

dimulai dari Vol…… No......... tahun ……. sampai Vol......... No. …… tahun ……..

Untuk administrasi berlangganan, dapat menghubungi email kami [email protected].

………………., …………………………. Pelanggan, ………………………………………….... (Tanda tangan dan nama terang)

CATATAN: 1. Biaya berlanggan selama 1(satu) tahun (2 kali

penerbitan), sebesar Rp. 150. 000,- ditambah ongkos kirim 20%.

2. Mohon diisi dengan lengkap dan dikirim/ fax/ e-mail ke alamat tersebut di atas beserta bukti transfer.