analisa fisikokimia dan aktivitas antioksidan umbi …

41
i LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS (PPI) ANALISA FISIKOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN UMBI BAWANG BOMBAY (Allium cepa L.) Tim Pengusul Vera Ladeska (Ketua Peneliti/1013127301) Rindita (Anggota Peneliti /0329118402) Nomor Surat Kontrak Penelitian: Nilai Kontrak : Rp 14.000.000 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DAN SAINS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA TAHUN 2020

Upload: others

Post on 17-Jan-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

LAPORAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS (PPI)

ANALISA FISIKOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN UMBI

BAWANG BOMBAY (Allium cepa L.)

Tim Pengusul

Vera Ladeska (Ketua Peneliti/1013127301)

Rindita (Anggota Peneliti /0329118402)

Nomor Surat Kontrak Penelitian:

Nilai Kontrak : Rp 14.000.000

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA

TAHUN 2020

ii

iii

iv

v

ABSTRAK

Bawang bombay (Allium cepa L.) merupakan bawang yang dibudidayakan secara luas

dan sering digunakan untuk pengobatan. Bawang bombay berkhasiat sebagai penurun kadar lemak

dalam darah dan diuretik. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi monografi bawang bombay,

menentukan karakteristik yang spesifik dan aktivitas antioksidan. Hasil makroskopis umbi bawang

bombay memiliki akar serabut yang berwarna putih memiliki panjang ± 9,5 cm. Batangnya

merupakan batang semu dan berair berwarna hijau keputihan. Daun berbentuk silinder,

memanjang seperti pipa dan berongga dengan panjang ± 20 cm, serta ujungnya meruncing. Umbi

bawang bombay merupakan umbi lapis tunggal, memiliki diamater 6 mm yang lebih besar

dibandingkan bawang merah. Hasil mikroskopis terdapat fragmen pengenal yang spesifik yaitu

rambut penutup dan berkas pengangkut dengan penebalan tangga dan spiral. Dari hasil penelitian

terhadap ekstrak etanol 70% umbi bawang bombay menunjukkan adanya kadar air 12,66%, kadar

abu total 5,16%, kadar abu tak larut asam 0,069%, kadar sari larut air 14,36%, dan kadar sari larut

etanol 23,04%. Skrining fitokimia menujukkan umbi bawang bombay mengandung senyawa

flavonoid, saponin, fenol, dan triterpenoid. Kadar flavonoid dan fenol total yang terkandung dalam

ekstrak etanol umbi bawang bombay adalah 1,4868 ± 0,1260 mgQE/g dan 103,4727 ± 3,0951 mg

GAE/g. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% umbi bawang bombay (Allium cepa L.) dengan

metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) diperoleh nilai IC50 65,3198 ppm.

Kata kunci: Allium cepa L, Antioksidan, Fisikokimia, Farmakognosi

vi

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

SURAT KONTRAK PENELITIAN iii

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1. PENDAHULUAN 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 3

BAB 3. METODE PENELITIAN 9

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 15

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 25

BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI 26

BAB 7 RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI

HILIRISASI

27

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 31

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skrining Fitokimia 11

Tabel 2. Hasil Parameter Mutu Ekstrak 18

Tabel 3. Hasil Skrining Fitokimia 18

Tabel 4. Hasil Fluorosensi Serbuk dan Ekstrak Etanol 70% 22

viii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Struktur kuersetin 5

Gambar 2. Struktur Asam Galat 6

Gambar3. Struktur DPPH 7

Gambar 4. Reaksi Penangkapan Radikal DPPH 7

Gambar 5. Makroskopis Bawang Bombay 15

Gambar 6. Mikroskopis Penampang Melintang Umbi Bawang Bombay 16

Gambar 7. Mikroskopis Serbuk Simplesia Umbi Bawang Bombay 16

Gambar 8. Mikroskopis Serbuk Simplesia Akar Bawang Bombay 17

Gambar 9. Mikroskopis Serbuk Simplesia Daun Bawang Bombay 17

Gambar.10 Mikroskopis Serbuk Simplesia Batang Bawang Bombay 17

Gambar 11. KLT Ekstrak Bertingkat DCM, Heksana, Etanol 70% 21

Gambar 12. Kurva Kalibrasi Kuersetin 23

Gambar 13. Kurva Kalibrasi Asam Galat 24

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bukti Penerimaan Artikel Luaran Wajib 31

Lampiran 2. Bukti Submit Luaran Tambahan 32

1

BAB 1. PENDAHULUAN

Bawang bombay (Allium cepa L.) merupakan salah satu jenis bahan yang

sering digunakan untuk bumbu masak. Bawang bombay biasanya dianggap

sebagai sayuran, juga memiliki sejarah panjang penggunaan obat. Bawang

bombay mengandung mengandung senyawa flavonoid yang tinggi (kuersetin),

glikosida, fenol, petrin dan saponin (Abdulkadir et al. 2017; Onyeoziri et al.

2016). Penggunaan tanaman obat sebagai obat alternatif dalam pengobatan di

masyarakat semakin meluas sehingga diperlukan penelitian agar penggunaannya

sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan, yang harus dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah tentang khasiat, keamanan dan standar

kualitasnya

Bawang bombay berkhasiat menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah

pembentukan gumpalan darah, dan menurunkan kadar gula darah (Kumar et al.

2010). Beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap khasiat bawang

bombay, antara lain sebagai antibakteri sebagai antioksidan dan antimutagenik

(Wuryanti dan Murnah 2009; Ye et al. 2012). Ekstrak bawang bombay berkhasiat

antiinflamasi dan penurun kadar gula darah (Dewi dkk. 2016; Syafaat 2015).

Hasil penelitian sebelumnya pada bawang bombay menunjukkan adanya

kandungan kuersetin yang merupakan golongan flavonoid (Murtihapsari 2008).

Kuersetin yang merupakan golongan flavonoid menunjukkan beberapa aktivitas

biologi. Aktivitas ini dikaitkan dengan sifat antioksidan kuersetin, antara lain

kemampuan menangkap radikal bebas (Kelly 2011). Berdasarkan penelitian

Cheng et al. (2013), bawang bombay adalah sumber nutrisi yang kaya akan

polifenol dan flavonoid, dan menunjukkan adanya aktivitas antioksidan.

Untuk itu perlu pengukuran kadar senyawa flavonoid total, fenol total,

dan uji antioksidan yang berperan dalam memberikan efek farmakologi. Metode

kolorimetri dengan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang maksimal

428,50 nm dan baku pembanding kuersetin digunakan untuk mengetahui kadar

flavonoid total umbi bawang bombay. Metode Folin Ciocalteau dengan

2

spektrofotometer Uv–Vis pada panjang gelombang maksimal 747,5 nm dan baku

pembanding asam galat untuk mengetahui kadar fenolik total umbi bawang

bombay. Metode DPPH dengan spektrofotometer Uv–Vis pada panjang

gelombang 515 nm dan baku pembanding kuersetin untuk mengetahui aktivitas

antioksidan total umbi bawang bombay.

Walaupun telah diketahui berbagai kandungan yang terdapat di dalam

tanaman bawang bombay, penelitian mengenai mutu dari tanaman ini belum

banyak dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan analisa fitokimia dan aktivitas

antioksidan tanaman bawang bombay (Allium cepa L.). Pada penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis kandungan fitokimia dan aktivitas antioksidan dari

tanaman bawang bombay (Allium cepa L.) yang memiliki manfaat di kehidupan

masyarakat.

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Bawang bombay (Allium cepa L.) mengandung senyawa flavonoid yang

tinggi (kuersetin), glikosida, fenol, petrin dan saponin. Selain itu, bawang bombay

juga mengandung allisin, asam amino, minyak atsiri, vitamin B1 (thiamin),

vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niasin), vitamin C, kalsium, fosfor, dan besi

serta mengandung minyak essensial (Shrestha 2004; Onyeoziri et al. 2016;

Pakekong 2016).

Bawang bombay memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, yaitu

diyakini memiliki efek positif pada sistem peredaran darah. Tanaman ini telah

digunakan sebagai diuretik untuk mengurangi pembengkakan. Bawang bombay

juga dianggap membantu mengurangi arteriosklerosis dengan menurunkan kadar

kolesterol darah, mencegah pembentukan gumpalan darah, dan menurunkan

kadar gula darah (Kumar et al. 2010).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap khasiat bawang

bombay, antara lain ekstrak etanol bawang bombay sebagai antibakteri terhadap

bakteri gram positif Staphylococcus aureus dan gram negatif Pseudomonas

aeruginosa, sebagai antioksidan dan antimutagenik (Wuryanti dan Murnah 2009;

Ye et al. 2012). Ekstrak bawang bombay berkhasiat antiinflamasi dan penurun

kadar gula darah (Syafa’at 2015; Dewi dkk. 2016). Jus bawang bombay memiliki

daya analgesik dan antiinflamasi dengan hasil jus segar bawang bombay (7,5

ml/kg) dapat menurunkan volume edema pada telapak kaki tikus putih jantan

lebih cepat dibandingkan dengan pemberian morphine (5 mg/kg) dan natrium

diclofenac (10mg/kg) (Nasri dkk. 2012). Minyak atsiri dari bawang bombay dapat

memberikan zona hambat sebesar 14,3 mm terhadap bakteri Escherichia coli

(Pakekong 2016).

Farmakognosi merupakan studi mengenal produk obat yang berasal dari

lingkungan hidup kita, terutama yang berasal dari tumbuhan dan fungi. Kajian

farmakognosi di antaranya meliputi pemeriksaan karakteristik simplisia secara

makroskopik dan mikroskopik, pengukuran parameter spesifik dan non spesifik,

skrining fitokimia, serta penetapan kadar total golongan kandungan kimia.

4

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi uji organoleptis, uji

makroskopik, dan uji mikroskopik. Uji organoleptis (bentuk, warna, rasa, bau)

bertujuan untuk pengenalan tahap awal simplisia (Depkes RI 2000). Uji

organoleptis dilakukan dengan penglihatan secara langsung menggunakan panca

indera. Uji makroskopik bertujuan untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran

dan warna simplisia yang diuji. Biasanya dilihat dengan penglihatan secara

langsung yang diamati bentuk daun, akar, batang, dan bunga.

Uji mikroskopik bertujuan untuk mengetahui anatomi dan menemukan

fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing simplisia. Uji mikroskopik

biasanya menggunakan mikroskop dilihat dari berbagai macam pembesaran,

contohnya melihat bentuk fragmen pengenal.

Skrining fitokimia atau penapisan kimia adalah tahapan awal untuk

memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam

tanaman. Metode skrining fitokimia yang dilakukan dengan melihat reaksi

pengujian warna (spot test) dengan menggunakan suatu pereaksi warna .

Parameter spesifik meliputi pengukuran kadar senyawa terlarut dalam

pelarut tertentu (larut dalam air dan larut dalam etanol), dan uji kandungan kimia

ekstrak (pola kromatogram, kadar total golongan kandungan kimia) (Depkes RI

2000). Pemeriksaan kadar senyawa terlarut dalam pelarut tertentu bertujuan

memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan. Pola kromatogram

bertujuan memberikan gambaran awal komposisi kandungan kimia berdasarkan

pola kromatogram. Pada penetapan kadar total bertujuan memberikan informasi

kadar golongan kandungan kimia sebagai parameter mutu ekstrak yang berkaitan

dengan efek farmakologis (Depkes RI 2000).

Parameter nonspesifik meliputi pemeriksaan kadar air dan kadar abu (abu

total dan abu yang tidak larut dalam asam). Pemeriksaan kadar air dilakukan

untuk memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air dalam

bahan, pemeriksaan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan

mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya

ekstrak (Depkes RI 2000).

5

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ialah metode kromatografi paling

sederhana yang banyak digunakan. KLT cukup sederhana yaitu sebuah bejana

tertutup (chamber) yang berisi pelarut dan lempeng KLT. Dengan optimasi

metode dan menggunakan instrumen komersial yang tersedia, pemisahan yang

efisien dan kuantifikasi yang akurat dapat dicapai. Kromatografi planar juga dapat

digunakan untuk pemisahan skala preparatif yaitu dengan menggunakan lempeng,

peralatan, dan teknik khusus (Wulandari 2011).

Penetapan kadar flavonoid total dan fenol bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar kandungan flavonoid yang ada di dalam suatu tanaman. Penetapan

kadar flavonoid total biasanya menggunakan pembanding kuersetin. Kuersetin

adalah golongan flavonol yang mempunyai gugus keton pada atom C-4 dan gugus

hidroksi pada atom C-3 dan C-5 yang bertetangga dari flavon dan flavonol

(Gambar 1).

Gambar 1. Struktur Kuersetin

Analisis kuantitatif flavonoid dapat dilakukan dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis. Flavonoid mengandung sistem aromatis yang

terkonjugasi dan dapat menunjukkan pita serapan kuat pada daerah UV-Vis

(Rohyami 2008).

Senyawa fenol merupakan kelas utama antioksidan yang berada pada

tumbuhan. Kandungan senyawa fenol banyak diketahui sebagai terminator radikal

bebas dan umumnya kandungan senyawa fenol berkolerasi positif terhadap

aktivitas antiradikal (Marinova dan Batcharov 2011). Polifenol berperan langsung

6

dalam stabilisasi oksidasi lipid dan berhubungan langsung dengan aktivitas

antioksidan (Huang et al. 2005).

Salah satu antioksidan alami yaitu asam galat (3, 4,

5-trihydroxybenzoicacid) (Gambar 2). Asam galat termasuk dalam senyawa

fenolik dan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Penetapan kadar fenolik

total dilakukan dengan menggunakan reagen Folin-Ciocalteu. Reagen

Folin-Ciocalteu digunakan karena senyawa fenolik dapat bereaksi dengan Folin

membentuk larutan berwarna yang dapat diukur absorbansinya (Alfian dan

Susanti 2012). Kandungan fenolik total dalam tumbuhan dinyatakan dalam Gallic

Acid Equivalent (GAE) yaitu jumlah kesetaraan miligram asam galat dalam 1

gram sampel (Lee et al. 2003).

Gambar 2. Struktur Asam Galat (Kuete 2017)

Metode yang paling sering digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan adalah

metode uji dengan menggunakan radikal bebas DPPH

(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). DPPH merupakan radikal bebas yang dapat bereaksi

dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen, dapat berguna untuk

pengujian aktivitas antioksidan komponen tertentu dalam suatu ekstrak. Karena

adanya elektron yang tidak berpasangan, DPPH memberikan serapan kuat pada

517 nm. Ketika elektronnya menjadi berpasangan oleh keberadaan penangkap

radikal bebas, maka absorbansinya menurun secara stoikiometri sesuai jumlah

elektron yang diambil. Keberadaan senyawa antioksidan dapat mengubah warna

larutan DPPH dari ungu menjadi kuning (Dehpour et al. 2009). Rumus bangun

DPPH dapat dilihat pada Gambar 3.

7

Gambar 3. Struktur DPPH (Molyneux 2014)

Metode DPPH merupakan metode yang cepat, sederhana dan murah

untuk pengujian aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman.

DPPH banyak digunakan untuk menguji kemampuan senyawa untuk bertindak

sebagai free radical scavenger atau donor hidrogen, dan untuk mengevaluasi

aktivitas antioksidan dari makanan. Metode ini juga sudah digunakan untuk

mengukur antioksidan dalam biologi kompleks sistem dalam beberapa tahun

terakhir. Metode DPPH bisa digunakan untuk sampel padat atau cair dan tidak

spesifik untuk komponen antioksidan tertentu, tetapi berlaku untuk keseluruhan

kapasitas antioksidan (Prakash et al. 2001). Reaksi penangkapan radikal DPPH

oleh antioksidan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Reaksi penangkapan radikal DPPH oleh antioksidan

(Prakash et al. 2001)

Pembanding yang digunakan pada uji aktivitas antioksidan ini adalah

kuersetin. Mekanisme antioksidan senyawa kuersetin disebabkan karena

kemampuan senyawa untuk mendonorkan atom hidrogen fenoliknya pada radikal

DPPH menjadi DPPH-H yang diamagnetik sebab adanya elektron yang

berpasangan. Pada keadaan diamagnetik DPPH-H akan menjadi tidak radikal

bebas lagi. Hasil donasi proton kuersetin akan diberikan pada radikal –O kuersetin

8

yang diikuti dengan reaksi terminasi kuersetin yang salah satunya diduga dari

dimerasi kuersetin. Mekanisme tersebut menyebabkan radikal mengalami

stabilisasi dan kuersetin berperan sebagai antiradikal.

Road Map Penelitian

P

E

N

E

L

I

T

I

A

N

D

A

N

P

E

N

G

E

M

B

A

N

G

A

N

WAKTU

Penelitian saat ini yang diajukan :

- Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik bawang bombay

- Skrining fitokimia serbuk dan ekstrak bawang bombay

- Pengukuran parameter fisikokimia

- Pemeriksaan pola kromatografi

- Pemeriksaan karakteristik fluoresensi

- Penetapan kadar flavonoid total

- Mendapatkan data monografi herba bawang bombay sebagai bahan

baku OT yang aman, berkualitas dan bermanfaat

Bawang Bombay sebagai antioksidn dan antimutagenik ( Ye, et.al, 2012). Bawang Bombay sebagai antiinflamasi (Syafaat 2015). Bawang Bombay menurunkan kadar gula darah (Dewi dkk,2016) Minyak atsiri Bawang Bombay sebagai antibakteri (Pakekong,2016)

Bawang Bombay sebagai antibakteri gram positif dan

negative ( Wuryanti &Murniati,2009).

Sebagai antikolesterol dan antidiabetes (Kumar et

al.2010)

2019-2020

2012-2016

2009-2010

9

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Pemeriksaan Karakteristik

a. Uji Makroskopis

Uji makroskopis simplisia dilakukan dengan pengamatan secara langsung,

berdasarkan ciri-ciri dari tanaman bawang bombay yang masih segar. Amati

bagian tanaman seperti akar, daun, batang, dan umbi dari tanaman bawang

bombay.

b. Uji Mikroskopis

Uraian mikroskopik mencakup pengamatan terhadap penampang

melintang simplisia atau organ tumbuhan dan terhadap fragmen pengenal serbuk

simplisia. Preparat serbuk dari akar, daun, batang, dan umbi bawang bombay

dibuat diatas plat kaca kemudian tetesi aquadest atau larutan floroglusin dan

larutan kloralhidrat lalu dipanaskan dan tutup dengan cover glass, preparat lalu

diamati dibawah mikroskop (Depkes RI 2011).

c. Pembuatan Ekstrak n-heksana, DCM, dan Etanol 70%

Sebanyak 50 gram serbuk simplisia umbi bawang bombay, di masukan ke

dalam wadah kaca dan ditambahkan 500 ml larutan penyari n-heksan. Rendam

selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam.

Hasil maserasi disaring dengan kertas saring kemudian filtrat dan residu

dipisahkan, lakukan remaserasi 2x dengan pelarut yang sama. Kemudian

tambahkan pelarut DCM selanjutnya etanol 70 %. Filtrat masing-masing ekstrak

dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40-50℃ sampai

diperoleh ekstrak kental.

d. Pembuatan Ekstrak Etanol 70%

Pembuatan ekstrak etanol 70% adalah dengan melakukan maserasi 800 g

simplisia umbi bawang bombay dengan 8 liter etanol 70% (dengan perbandingan

1:10). Maserasi dilakukan 5x24 jam, simplisia direndam selama 6 jam pertama

sambil sesekali diaduk, kemudian didiamkan. Residu hasil maserasi disaring

dengan kertas saring, filtratnya kemudian pekatkan dengan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada suhu 40-50℃ sampai diperoleh ekstrak kental.

10

1. Pemeriksaan Karakteristik Ekstrak

a. Susut Pengeringan

Timbang 1 g ekstrak dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal

bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105℃ selama 30 menit

dan telah ditara. Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengering, buka

tutupnya, keringkan pada suhu 105℃ hingga botol tetap (Depkes RI 2011).

b. Penetapan Kadar Abu Total

Timbang 1 g ekstrak dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijar

dan ditara, dipijarkan perlahan-lahan sampai arang habis, didinginkan dan

ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air

panas, diaduk, disaring melalui kertas saring bebas abu. Kertas saring beserta

sisa penyaringan dipijarkan dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam

krus, diuapkan, dan dipijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu total dihitung

terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b (Depkes RI 2011).

c. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Abu yang telah diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan

dengan 25 ml asam klorida encer LP selama 5 menit. Bagian yang tidak larut

asam dikumpulkan, lalu disaring melalui kertas saring abu, dicuci dengan air

panas, dan dipijarkan dalam krus hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut

dalam asam dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b (Depkes

RI 2011).

d. Penetapan Kadar Sari Larut Air

Timbang kurang lebih 5 g ekstrak, masukkan ke dalam labu bersumbat,

ditambahkan 100 ml air jenuh kloroform, dikocok berkali-kali selama 6 jam

pertama, biarkan selama 18 jam. Disaring, lalu diuapkan 200 ml filtrat hingga

kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105℃ dan

ditara, dipanaskan sisa pada suhu 105℃ hingga bobot tetap. Dihitung kadar

dalam % sari larut air (Depkes RI 2011).

e. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Timbang kurang lebih 5 g ekstrak, masukkan ke dalam labu bersumbat,

ditambahkan 100 ml etanol 95% P, dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama,

11

biarkan selama 18 jam. Disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol, lalu

diuapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang

telah dipanaskan 105℃ dan ditara, dipanaskan sisa pada suhu 105℃ hingga

bobot tetap. Dihitung kadar dalam % sari larut etanol (Depkes RI 2011).

2. Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan terhadap alkaloid, flavonoid, Saponin, Tanin,

Fenol, steroid/terpenoid dengan pereaksi sbb (Tabel. 1)

Tabel 1. Skrining Fitokimia

Keterangan: (+) = Positif

(-) = Negatif

3. Pemeriksaan Pola Kromatografi

Disiapkan lempeng KLT beri tanda garis batas bawah dan batas atas pada

plat KLT. Diencerkan terlebih dahulu hasil ekstrak N-heksan, DCM, dan etanol

70% dengan pelarut masing-masing. Totolkan ekstrak tersebut dengan pipa

kapiler pada plat silika gel lalu diamkan hingga mengering. Kemudian

dimasukkan dalam bejana yang sudah jenuh dengan eluen sampai plat silika gel

sedikit terendam, dan tutup bejana. Biarkan sampai eluen merambat naik sampai

garis batas atas. Diangkat dan dibiarkan mengering. Lakukan pendeteksian

dengan mengamati bercak dibawah sinar UV dan sinar tampak dengan panjang

gelombang 254 dan 366 nm. Setiap bercak yang timbul atau terdeteksi

No Kandungan Kimia Pereaksi

1 Alkaloid Bouchardat

Mayer

Dragendorf

2 Flavonoid Etanol + Logam

Mg + HCl (p)

3 Saponin Aquadest panas

Buih + HCl 2N

4 Tanin FeCl3

Gelatin

5 Fenol FeCl3

6 Steroid/Triterpenoid + Kloroform +

asam asetat

anhidrat +

H2SO4

12

dilingkari. Warna yang timbul kemudian diamati dan nilai Rfnya dihitung.

Larutan standar kuersetin dan ekstrak etanol umbi bawang bombay

masing-masing totolkan pada plat silika gel 60 , kemudian dielusi dalam

chamber berisi fase gerak n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 6 : 4 dan

diberi penampak bercak sitroborat (Mabruroh dkk. 2019).

4. Pemeriksaan Karakteristik Fluoresensi

Serbuk simplisia umbi bawang bombay dan ekstrak tunggal etanol

masing-masing teteskan pada plat tetes dan diteteskan larutan pereaksi kemudian

diamati perubahan warna yang terjadi menggunakan sinar UV dengan panjang

gelombang 254 nm dan 366 nm. Pereaksi yang digunakan adalah asam sulfat

5%, aquadest, asam klorida 5%, asam nitrit 5%, natrium hidroksida 5%, dan

amonium hidroksida.

5. Penetapan Kadar Flavonoid Total

Penetapan kadar flavonoid total yang terdapat dalam ekstrak,

menggunakan kuersetin sebagai pembanding. Ditimbang 10 mg kuersetin,

dilarutkan dalam 10 ml etanol pa (1000 ppm). Selanjutnya, larutan kuersetin

diencerkan dalam 20 ml etanol p.a sehingga diperoleh 100 ppm. Kemudian,

larutan kuersetin diencerkan kembali untuk memberikan konsentrasi 15, 25, 35,

45, dan 55 ppm. Dari masing-masing seri konsentrasi dipipet 0,5 ml, lalu

ditambahkan 1,5 ml etanol p.a, 0,1 ml AlCl3 10%, 0,1 ml kalium asetat (1M)

aquadest hingga 5 ml. Campuran dari larutan tersebut dikocok hingga homogen

dan diamkan selama waktu 30 menit pada suhu ruangan. Diukur absorbansinya

pada panjang gelombang 428,50 nm dengan spektrofotometer UV-Vis.

Pengukuran dilakukan secara triplo.

Pembuatan larutan sampel ekstrak etanol 70% umbi bawang bombay

Sebanyak 500 mg ekstrak etanol 70% umbi bawang bombay dan

dilarutkan dalam 10 ml etanol p.a. Dari larutan tersebut diencerkan dalam 5 ml

etanol p.a (10000 ppm). Lalu dipipet 0,5 ml, ditambahkan 1,5 ml etanol p.a, 0,1

ml AlCl3 10%, 0,1 ml kalium asetat (1M) dan aquadest hingga 5 ml. Campuran

13

dari larutan tersebut dikocok hingga homogen dan diamkan selama waktu 30

menit pada suhu ruangan. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang

428,50 nm dengan spektrofotometer UV-Vis. Pengukuran dilakukan secara

triplo (Chang et al. 2002).

6. Penetapan Kadar Fenolik Total

Penetapan kadar fenolik total dilakukan dengan menggunakan

pembanding asam galat. Ditimbang 10 mg asam galat dilarutkan dalam 10 ml

metanol pa (1000 ppm). Selanjutnya, larutan asam galat diencerkan untuk

memberikan konsentrasi 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm, dan 120 ppm.

Kemudian dari masing-masing konsentrasi dipipet 300 μl lalu ditambahkan 1,5

ml reagen Folin-Ciocalteau (1:10), lalu dikocok dan didiamkan selama 3 menit.

Setelah itu, ditambahkan 1,2 ml larutan Na2CO3 7,5% pada masing-masing

larutan, dikocok hingga homogen, dan didiamkan selama 30 menit pada suhu

kamar. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 747,5 nm dengan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

Pembuatan larutan sampel ekstrak etanol 70% umbi bawang bombay

Timbang sebanyak 20 mg ekstrak etanol umbi bawang bombay dan

dilarutkan dalam 20 ml metanol pa (1000 ppm). Dari larutan tersebut dipipet

sebanyak 7,5 ml lalu ditambahkan metanol pa ke dalam labu ukur 10 ml sampai

tanda atas, sehingga diperoleh konsentrasi 750 ppm. Kemudian dipipet sebanyak

300 μl, lalu dimasukkan ke dalam tabung, lalu ditambahkan 1,5 ml reagen

Folin-Ciocalteau, dikocok dan didiamkan selama 3 menit. Setelah itu,

ditambahkan 1,2 ml larutan Na2CO3 7,5% dan didiamkan selama 30 menit pada

suhu kamar. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 747,5 nm dengan

spektrofotometer UV-Vis.

7. Uji Aktivitas Antioksidan

Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan pembanding

kuersetin dan dibuat beberapa seri konsentrasi: 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm,

dan 10 ppm. Kemudian dipipet sebanyak 1 ml dari masing-masing konsentrasi,

ditambahkan dengan 3 ml larutan DPPH 0,1 mM, lalu dikocok hingga homogen

dan didiamkan selama 30 menit di tempat gelap. Selanjutnya, diukur

14

absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang

515 nm. Pembuatan larutan sampel ekstrak etanol 70% umbi bawang Bombay

dengan cara menimbang sebanyak 20 mg ekstrak umbi bawang bombay,

dilarutkan dalam 20 ml metanol pa (1000 ppm). Selanjutnya, larutan diencerkan

untuk memberikan konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, dan 100 ppm.

Kemudian perlakuan sama dengan kuersetin diatas.

15

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian makroskopis dilakukan untuk mencari kekhususan morfologi,

ukuran dan warna simplisia yang diuji. Akar bawang bombay yang diamati,

akarnya merupakan akar berserabut dan berwarna putih, dan panjangnya kira-kira

9,5 cm. Akar serabut tumbuh langsung dari batang. Batang bawang bombay

merupakan batang semu dan berair, memiliki warna hijau dan sedikit putih. Umbi

bawang bombay merupakan umbi lapis, memiliki ukuran yang lebih besar

dibandingkan bawang merah. Jenis umbinya merupakan umbi lapis tunggal dan

tidak memiliki siung, serta memiliki diameter kira-kira 6 cm.

Akar Batang Umbi Lapis

Gambar 5. Makroskopis bawang bombay

Pengujian mikroskopik bertujuan untuk mengetahui anatomi dan

menemukan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing simplisia.

Pengujian mikroskopis penampang melintang umbi bawang bombay didapatkan

hasil adanya jaringan epidermis luar, parenkim, dan sel berisi tetes minyak. Pada

serbuk simplisia umbi bawang bombay didapatkan beberapa fragmen diantaranya

rambut penutup, sel batu, kristal kalsium oksalat berbentuk roset, berkas

pengangkut dengan penebalan tangga dan spiral, dan serat berbentuk batang. Pada

serbuk simplisia daun bawang bombay didapatkan beberapa fragmen diantaranya

epidermis atas, fragmen mesofil, dan berkas pengangkut. Pada serbuk simplisia

daun bawang bombay didapatkan beberapa fragmen diantaranya pembuluh kayu

dan berkas pengangkut.

16

Gambar 6. Mikroskopis penampang melintang umbi bawang bombay

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 7. Mikroskopis serbuk simplesia umbi bawang bombay: (a)

Rambut Penutup , (b) Sel Batu , (c) Kristal Kalsium Oksalat Berbentuk

Roset, (d) Berkas Pengangkut dengan Penebalan Tangga dan Spiral, (e)

Serat Berbentuk Batang

Epidermis luar

Sel parenkim

Sel minyak pada parenkim

17

(a) (b)

Gambar 8. Mikroskopis Serbuk Simplisia Akar Bawang Bombay: (a)

Serabut, (b) Pembuluh Kayu Berbentuk Spiral

(a) (b) (c)

Gambar 9. Mikroskopis Serbuk Simplisia Daun Bawang Bombay :

(a) Epidermis Atas, (b) Fragmen Mesofil , (c) Berkas Pengangkut

(a) (b)

Gambar 10. Mikroskopis Serbuk Simplisia Batang Bawang Bombay :

(a) Pembuluh Kayu, (b) Berkas Pengangkut

Pengujian parameter mutu ekstrak dilakukan terhadap sampel uji ekstrak

tunggal etanol 70% yang meliputi pengujian susut pengeringan, pengujian kadar

air, kadar abu total, kadar abu tak larut asam, kadar sari larut air, dan kadar sari

larut etanol.

18

Tabel 2. Hasil Parameter Mutu Ekstrak

No Parameter Hasil

1 Susut Pengeringan 9,69%

2 Kadar Abu total 5,16%

3 Kadar Abu Tidak Larut

Asam 0,06%

4 Kadar Sari Larut Air 14,36%

5 Kadar Sari Larut Etanol 23,04%

Tabel 3. Hasil Skrining Fitokimia

No Kandungan Kimia Pereaksi Hasil

1 Alkaloid Bouchardat

Mayer

Dragendorf

+

-

-

Endapan Coklat

Tidak ada endapan

Tidak ada endapan

2 Flavonoid Etanol + Logam

Mg + HCl (p)

+ Larutan berwarna

kuning

3 Saponin Aquadest panas

Buih + HCl 2N

+ Buih tidak hilang

4 Tanin FeCl3

Gelatin

+

-

Larutan hijau

kehitaman

Tidak ada endapan

5 Fenol FeCl3 + Larutan hijau

kehitaman

6 Steroid/Triterpenoid + Kloroform +

asam asetat

anhidrat + H2SO4

+ Cincin berwarna

cokelat

Skrining fitokimia bertujuan memberikan gambaran tentang golongan

senyawa yang terkandung dalam tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dalam ekstrak umbi bawang bombay positif mengandung senyawa flavonoid,

saponin, fenol, dan triterpenoid. Pada pengujian alkaloid, reaksi positif yang

terjadi dapat diamati dengan adanya endapan putih sampai kuning pada pereaksi

19

Mayer, endapan merah bata pada saat penambahan pereaksi Dragendorff, dan

endapan cokelat saat pada penambahan pereaksi Bouchardat. Sebelum

ditambahkan masing-masing pereaksi sampel ditambahkan HCl terlebih dahulu.

Penambahan HCl bertujuan untuk menarik senyawa alkaloid dalam ekstrak karena

alkaloid bersifat basa maka dengan penambahan asam seperti HCl akan terbentuk

garam sehingga alkaloid akan terpisah.Akan tetapi, pada pengujian skrining

fitokimia umbi bawang bombay tidak terdapat reaksi positif pada uji Mayer dan

uji Dragendorff, dan hasil positif hanya pada saat uji Bouchardat.

Pada pengujian flavonoid, hasil positif ditandai dengan terbentuknya

perubahan warna merah intensif atau merah bata. Penambahan HCl pekat dalam

uji flavonoid digunakan untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu

dengan menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan tergantikan oleh H+ dari asam

karena sifatnya yang elektrofilik. Glikosida berupa gula yang biasa dijumpai yaitu

glukosa, galaktosa, dan raminosa. Reduksi dengan logam Mg dan HCl pekat ini

akan menghasilkan senyawa komplek yang berwarna merah atau jingga pada

flavonol, flavon, flavonon dan xanton (Robinson 1995).

Pada pengujian saponin, hasil positif ditandai dengan terbentuknya busa

yang tidak hilang setelah diteteskan HCl. Saponin mengandung gugus glikosil

yang berperan sebagai gugus polar serta gugus steroid dan triterpenoid yang

berfungsi sebagai gugus nonpolar akan bersifat aktif permukaan sehingga dikocok

dengan air saponin dapat membentuk misel, dimana struktur polar akan

menghadap ke luar sedangkan gugus nonpolar akan menghadap ke dalam (Sangi

dkk. 2008).

Pada pengujian tanin, hasil positif ditandai warna hijau kehitaman yang

berasal dari pereaksi FeCl3 menandakan bahwa tanin terkondensasi. FeCl3 akan

bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil ada pada senyawa tanin dan

membentuk kompleks dengan ion Fe3+. Hasil negatif menggunakan larutan

gelatin, seharusnya dengan menggunakan larutan gelatin akan terbentuk endapan

putih. Tanin akan mengendapkan protein pada gelatin, tanin yang dapat

20

membentuk polimer mantap yang tidak larut air. Hasil positif ketika ditambahkan

FeCl3 menghasilkan warna hijau kehitaman.

Pada pengujian fenol, hasil positif ditandai warna hijau kehitaman yang

berasal dari pereaksi FeCl3. Fenol cenderung mudah larut dalam air karena

berikatan dengan gula sebagai glikosida atau terdapat dalam vakuola sel

(Ambarwati dkk.2015).

Pada pengujian steroid atau triterpenoid, hasilnya positif adanya cincin

kecoklatan untuk triterpenoid. Menurut Robinson (1995), ketika senyawa

triterpenoid ditetesi pereaksi Lieberman-Burchard melalui dindingnya akan

memberikan reaksi terbentuknya warna cincin kecoklatan, sedangkan steroid akan

menghasilkan warna hijau kebiruan. Pada uji fitokimia menggunakan pereaksi

Lieberman-Burchard terjadi perubahan warna hijau menjadi hijau kebiruan, hal ini

disebabkan terjadinya reaksi oksidasi pada golongan terpenoid atau steroid

melalui pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi.

21

Gambar 11. KLT Ekstrak Bertingkat DCM, n-Heksana, Etanol 70%

Pengujian pola kromatogram ekstrak bertingkat n-heksan, diklormetana,

dan etanol 70%. Tujuan pola kromatogram bertujuan untuk memberikan

gambaran awal komposisi kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram

(Depkes RI 2000). Pada ekstrak DCM dilakukan percobaan dengan fase gerak

kloroform:metanol dengan perbandingan 9:1 dan kloroform:etil asetat dengan

perbandingan 5:5. Pada fase gerak kloroform:metanol dengan perbandingan 9:1

memiliki 5 spot, setelah diberi penampak bercak H2SO4 didapatkan bercak

berwarna ungu, kuning, dan cokelat. Bercak berwarna ungu kemungkinan

menandakan adanya senyawa fenol (Harborne 1984). Sedangkan bercak berwarna

kuning dan cokelat kemungkinan menandakan adanya senyawa flavonoid (Sirait

2007). Sedangkan menggunakan fase gerak kloroform:etil asetat dengan

perbandingan 5:5 memiliki 5 spot, setelah diberi penampak bercak H2SO4

didapatkan bercak berwarna merah, ungu, jingga, dan merah muda. Bercak

22

berwarna merah dan ungu kemungkinan menandakan adanya senyawa fenol

(Harborne 1984). Sedangkan bercak berwarna jingga kemungkinan menandakan

adanya senyawa steroid (Yuda dkk. 2017).

Pada ekstrak n-heksan menggunakan percobaan fase gerak n-heksan:etil

asetat dengan perbandingan 6:4 memiliki 4 spot, setelah diberi penampak bercak

H2SO4 didapatkan bercak berwarna merah muda, jingga, ungu, dan coklat. Bercak

berwarna merah dan ungu kemungkinan menandakan adanya senyawa fenol

(Harbrone 1984). Sedangkan bercak berwarna jingga kemungkinan menandakan

adanya senyawa steroid (Yuda dkk. 2017) dan bercak coklat kemungkinan adanya

senyawa flavonoid (Sirat 2007). Pada ekstrak etanol 70% menggunakan fase

gerak kloroform:metanol:air dengan perbandingan 3:5:2 memiliki 1 spot, setelah

diberi penampak bercak H2SO4 menghasilkan warna coklat tua kemungkinan

adanya senyawa flavonoid (Sirait 2007).

Tabel 4. Hasil Fluoresensi Serbuk dan Ekstrak Etanol 70 %

Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi larutan standar kuersetin pada

berbagai konsentrasi maka didapatkan data yang memenuhi persyaratan Lambert

Sampel Pereaksi Visible 254 nm 366 nm

Serbuk Aquadest

HCl 5%

H2SO4 5%

HNO3 25%

NaOH 25%

Coklat

Coklat kejinggaan

Coklat kemerahan

Jingga

Coklat kehitaman

Cokelat

kemerahan

Hitam

Cokelat

Jingga

Hitam

Jingga

Coklat

Coklat

Jingga

-

Ekstrak

Etanol 70%

Aquadest

HCl 5%

H2SO4 5%

HNO3 25%

NaOH 25%

Jingga

Jingga

Coklat tua

Jingga tua

Kuning kecoklatan

-

Jingga

Hitam

Jingga

Kuning

Jingga

Jingga

Hitam

-

Hitam

23

Beer, dimana nilai absorbansi berada dalam kisaran 0,2-0,8. Kurva kalibrasi yang

didapatkan menunjukkan hubungan yang linear antara absorbansi dengan

konsentrasi, dengan persamaan regresi linear y = 0,0094x + 0,2032 r = 0,9922.

Persamaan inilah yang digunakan kemudian digunakan untuk menghidung kadar

flavonoid total pada ekstrak umbi bawang bombay. Kandungan total flavonoid

dalam ekstrak dinyatakan sebagai Quercetin Equivalent (QE) dari persamaan

kuersetin. Dari analisa data didapatkan kadar flavonoid total yang terkandung

dalam ekstrak etanol umbi bawang bombay adalah1,4868 mg QE/g ± 0,1260.

Gambar 12. Kurva Kalibrasi Kuersetin

Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi larutan standar asam galat pada

berbagai konsentrasi maka didapatkan data yang memenuhi persyaratan Lambert

Beer, dimana nilai absorbansi berada dalam kisaran 0,2-0,8. Kurva kalibrasi yang

didapatkan menunjukkan hubungan yang linear antara absorbansi dengan

konsentrasi, dengan persamaan regresi linear y = 0,004x + 0,189 dan r = 0,994.

Persamaan inilah yang digunakan kemudian digunakan untuk menghidung kadar

fenolik total pada ekstrak umbi bawang bombay. Kandungan total flavonoid

dalam ekstrak dinyatakan sebagai GAE (Gallic Acid Equivalents) dari persamaan

asam galat. Dari analisa data didapatkan kadar fenolik total yang terkandung

dalam ekstrak etanol umbi bawang bombay adalah 103,4727 ± 3,0951 mg GAE/g.

24

Gambar 13. Kurva Kalibrasi Asam Galat

Parameter aktivitas antioksidan dinyatakan dalam IC50. Konsentrasi

senyawa antioksidan yang dibutuhkan untuk mengurangi radikal DPPH yaitu

sebesar 50%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, IC50 yang diperoleh pada

umbi bawang bombay terhadap DPPH yaitu sebesar 65,3198 ppm sedangkan IC50

yang diperoleh kuersetin terhadap DPPH yaitu sebesar 6,8293 ppm. Semakin kecil

nilai IC50 maka sampel uji memiliki keefektifan sebagai antioksidan yang baik.

Dari hasil IC50 kuersetin dan umbi bawang bombay yang diperoleh, maka dapat

disimpulkan bahwa umbi bawang bombay memiliki daya antioksidan yang kuat.

25

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Pengujian beberapa parameter spesifik dan non spesifik pada ekstrak

menunjukkan hasil susut pengeringan 9,69%, kadar abu total 5,16%, kadar abu

tak larut asam 0,069%, kadar sari larut air 14,36%, dan kadar sari larut etanol

23,04%. Pada pengujian KLT ekstrak bertingkat DCM diperoleh 5 bercak dengan

warna dominan ungu dan cokelat. Pada ekstrak n-heksan diperoleh 4 bercak

dengan warna yang berbeda. Pada ekstrak etanol 70% diperoleh 1 bercak

berwarna coklat yang kemungkinan adanya senyawa flavonoid. Penetapan kadar

flavonoid total ekstrak etanol 70% umbi bawang bombay didapatkan hasil 1,4868

± 0,1260 mgQE/g. Penetapan kadar fenolik total ekstrak etanol 70% umbi bawang

bombay didapatkan hasil 103,4727 ± 3,0951 mg GAE/g. Aktivitas antioksidan

yang diperoleh mempunyai IC50 sebesar 65,3198 ppm. Data tersebut

menunjukkan bahwa ekstrak ekstrak etanol 70% umbi bawang bombay memiliki

daya aktivitas antioksidan yang kuat.

5.2. SARAN

Penyebab lemahnya penggunaan obat tradisional di Indonesia diantaranya

adalah banyaknya bahan baku yang belum terstandarisasi sehingga belum

memenuhi persyaratan mutu. Maka sebaiknya uji pendahuluan terhadap kualitas

simplesia mutlak diperlukan. Sebagai kelanjutannya dari penelitian ini disarankan

untuk melakukan pengujian lanjutan terhadap parameter spesifik dan non spesifik

sehingga dapat melengkapi data monografi dari bawang bombay.

26

BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI

LUARAN WAJIB

IDENTITAS JURNAL

1 Nama Jurnal Jurnal Jamu Indonesia (JJI)

2 Website Jurnal http://jamu.journal.ipb.ac.id/index.p

hp/JJI/login

3 Status Makalah Review

4 Jenis Jurnal Jurnal Nasional terakreditasi

4 Tanggal Submit 3 Maret 2020

5 Bukti Screenshot

submit

Surat Bukti submit dari IPB

tertanggal 20 Maret 2020

LUARAN TAMBAHAN

IDENTITAS SEMINAR

1 Nama Jurnal Jurnal Farmasains

2 Website Jurnal http://journal.uhamka.ac.id

3 Status Makalah Submitted

4 Jenis Prosiding -

4 Tanggal Submit 16 april 2020

5 Bukti Screenshot

submit

Ada di lampiran

27

BAB VII RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI

Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh

hasil bahwa Ekstrak Etanol 70% Umbi

Bawang Bombay mempunyai kadar

fenolik total sebesar GAE (Gallic Acid

Equivalent) 103,4727 ± 3,0951 mg

GAE/g dengan IC50 sebesar 65,3198

ppm dan kadar flavonoid sebesar

1,4868 ± 0,1260 mgQE/g .Data tersebut

menunjukkan bahwa ekstrak ekstrak

etanol 70% umbi bawang bombay

memiliki daya aktivitas antioksidan

yang kuat. Untuk itu perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut untuk pengujian

parameter spesifik dan non spesifik

lainnya sehingga bisa melengkapi data

untuk standarisasi bahan baku obat

tradisional. Dan riset ini juga bisa

dilanjutkan ketahap uji aktivitas

antioksidan terhadap hewan uji secara

in vivo.

Rencana Tindak

Lanjut

Rencana tindak lanjut dari penelitian ini

adalah pentingnya melakukan pengujian

parameter spesifik dan non spesifik lain

sehingga datanya bisa dipakai sebagai

untuk menentukan kualitas bahan baku

bawang bombay sebagai antioksidan.

Adapun parameter spesifik lain meliputi

pengujian KLT terhadap isolate

senyawa aktif bawang

28

bombay.Parameter non spesifik lain

seperti pengukuran cemaran mikroba

termasuk cemaran bakteri pathogen dan

aflatoksin, ALT, AKK, cemaran logam

berat. Setelah semua parameter

standarisasi ini diuji tahap akhir adalah

formulasi sediaan dan uji praklinisnya.

29

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir FM, Mustapha M, dan Haruna HMS. 2017. Phytochemical Screening

and in vitro of Allium cepa L. Ethanol Extract Against Bacteria from

Hawwked Moringa oleifera Meal Sold within Kaduna Metropolis. Nigerian

Journal of Chemical Research. Vol. 22, No. 2.

Ambarwati N, Rakhmawati R, Wahyuni DSC. 2015. Uji toksisitas fraksi daun

ambre (Geranium radula) terhadap Artemia salina dan profil kandungan

kimia fraksi teraktif. Dalam: Jurnal Biofarmasi. Vol. 13, No. 1, pp. 15-24.

Chang CC, Yang MH, Wen HM, Chern JC. 2002. Estimation of Total Flavonoid

Content in Propolis by Two Complementary Colorimetric Methods. Dalam:

Journal of Food and Drugs Analysis. 10(3): 178-182.

Cheng A, Chen X, Jin Q, Wang W, Shi J, Liu Y. 2013. Comparison of Phenolic

Content and Antioxidant Capacity of Red and Yellow Onions. Czech J. Food

Sci. Vol. 31, 2013, No. 5: 501–508.

Departemen Kesehatan RI. 2011. Farmakope Herbal Edisi I Suplemen II. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Hlm.104-106, 110-111.

Dewi YE, Meida N, Ida F. 2016. Efek Bawang Bombay dalam Menurunkan

Kadar Gula Darah pada Tikus Putih. Dalam: Jurnal Biologi Lingkungan

Industri Kesehatan.Vol. 2 (2), Hal: 125-131.

Harborne JB. 1984. Phytochemical Methods: A Guide to Modern Technique of

Plant Analysis. Chapman and Hall, London. Hlm.49, 148.

Hanani E. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta: EGC. Hlm. 1, 10-15, 20, 65-66, 79,

97, 103, 104, 106, 197, 227.

Huang CJ, Wang TK, Chung SC, Chen CY. 2005. Identification of an Antifungal

Chitinase from a Potential Biocontrol Agent, Bacillus cereus. Journal of

Biochemistry and molecular Biology 38 : 82-88.

Kelly GS. 2011. Quercetin. Dalam: Journal Alternative Medicine Review.

American College for Advancement in Medicine. America. Hlm. 172-176.

Onyeoziri UP, Romanus NW, Onyekachukwu UI. 2016. Assessment of

antioxidant capacities and phenolic contents of nigerian cultivars of onions

(Allium cepa L.) and garlic (Allium sativum L.). Pakistan Journal of

Pharmaceutical Sciences. Vol.29. No.4.

Kumar KPS, Bhowmik D, Chiranjib, Biswajit dan Pankaj. 2010. Allium cepa: A

Traditional Medical Herb and Its Health Benefits. J. Chem. Pharm. Res.:

2(1) : 283–291

Mabruroh QE, Mursiti S, Kusumo E. 2019. Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dari Daun Murbei (Morus alba Linn). Dalam: Indonesian Journal

of Chemical Science 8 (1).

Murtihapsari. 2008. Analisis Senyawa Kuersetin Bawang Bombay (Allium cepa

L.) Melalui Uji Multifragmen Separatif Dan Spektrofotometri.

Molyneux P. 2004. The Use of The Stable Free Radical Dipenylpicrythydazyl

(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Dalam: Journal Science

Technology. Marcrophile Associates. Hlm. 211-219

30

Prakash A, Rigelhof F, Miller E. 2001. Antioxidant Activity. Medallion

Laboratories-Analytical Progress. 19(2): 1-4.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi edisi 4. Diterjemahkan

oleh Kosasih Padmawinata: Penerbit ITB, Bandung. Hlm. 209-210.

Sangi M, MRJ Runtuwene, HEI Simbala, VMA Making. 2008. Analisis Fitokimia

Tumbuhan Obat di kabupaten Minahasa Utara. Chemical Program. 1(1):

47-53.

Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Penerbit ITB, Bandung.

Hlm. 129, 157.

Syafa’at IM. 2015. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Bombay (Allium cepa

L.) terhadap Respon Inflamasi pada Tikus Putih Jantan yang Diinjeksi

Shrestha H. 2004. A Plant Monograph on Onion (Allium cepa L.). Nepal: Pokhara

University.

Carrageenan. Skripsi. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Malang.

Wuryanti, Murnah. 2009. Uji Ekstrak Bawang Bombay Terhadap Anti Bakteri

Gram Negatif Pseudomonas aeruginosa dengan Metode Difusi Cakram.

Dalam: Jurnal Sains dan Matematika. 17(3): Hlm. 151-158.

Ye CL, De HD, Wei LH. 2012. Antimicrobial and Antioxidant Activities of the

Essential Oil from Onion (Allium cepa L.). Dalam: Journal Food Control.

Hlm. 4.

Yuda PESK, Cahyaningsih E, Winariyanthi NLPY. 2017. Skrining Fitokimia dan

Analisis Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Tanaman Patikan Kebo

(Euphorbia hirta L.). Dalam: Jurnal Medicamento. Vol.3 No.2

31

LAMPIRAN

1. (Luaran Wajib , status In Review)

32

2. Luaran Tambahan: Jurnal Farmasains ( Status: submitted)