uji aktivitas antioksidan dpph fraksi - bendra

82

Click here to load reader

Upload: dilla-novita

Post on 14-Sep-2015

59 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Premna oblongata Miq. dengan Metode DPPH dan Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dari Fraksi Teraktif

TRANSCRIPT

  • i

    UNIVERSITAS INDONESIA

    UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN Premna oblongata Miq. DENGAN METODE DPPH DAN IDENTIFIKASI

    GOLONGAN SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI TERAKTIF

    SKRIPSI

    ATIKA BENDRA 0806364441

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI EKSTENSI FARMASI

    DEPOK JULI 2012

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • ii

    UNIVERSITAS INDONESIA

    UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN Premna oblongata Miq. DENGAN METODE DPPH DAN IDENTIFIKASI

    GOLONGAN SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI TERAKTIF

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

    ATIKA BENDRA 0806364441

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI EKSTENSI FARMASI

    DEPOK JULI 2012

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirabbilalamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada

    Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis

    dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka

    memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada

    Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan, dan

    bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini.

    Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    (1) Ibu Dr. Katrin, M.S. selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu,

    pikiran, tenaga, dan ilmu untuk membimbing penulis selama proses

    penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

    (2) Ibu Dr. Dra. Nelly Dhevita Leswara, M.Sc., Apt selaku pembimbing

    akademis yang telah membimbing saya selama mengikuti perkuliahan di

    Farmasi FMIPA UI.

    (3) Ibu Dra. Azizahwati, M.S., selaku ketua Program Ekstensi Departemen

    Farmasi FMIPA UI.

    (4) Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., M.S., selaku ketua Departemen

    Farmasi FMIPA UI.

    (5) Seluruh staf dan dewan pengajar Departemen Farmasi FMIPA UI atas

    bantuan dan bimbingannya selama mengikuti perkuliahan.

    (6) Papa, mama, dan adik tercinta, serta keluarga besar H. Muhammad Zen

    dan Mukhtar Jalal, yang selalu melimpahkan kasih sayang, dukungan,

    harapan, semangat dan doa.

    (7) Teman-teman mahasiswa Program Sarjana Ekstensi, Reguler, dan Paralel

    Departemen Farmasi FMIPA UI atas bantuan dan kerjasamanya selama

    penyusunan skripsi ini.

    (8) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah

    membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • vii

    Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dengan balasan yang

    berlipat ganda. Akhir kata, saya berharap semoga skripsi ini membawa manfaat

    bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

    Penulis

    2012

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • ix

    ABSTRAK

    Nama : Atika Bendra Program Studi : Ekstensi farmasi Judul : Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Premna

    oblongata Miq. dengan Metode DPPH dan Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Dari Fraksi Teraktif

    Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghilangkan dan menahan pembentukan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah molekul yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya sehingga sangat reaktif untuk mendapatkan pasangan elektron dengan mengikat sel-sel tubuh. Apabila hal tersebut terjadi secara terus menerus, ini dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel. Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dua macam, yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Antioksidan sintetik dikhawatirkan dapat memberi efek samping yang berbahaya bagi kesehatan manusia karena bersifat karsinogenik. Kekhawatiran akan adanya kemungkinan efek samping dari antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif. Indonesia memiliki keanekaragaman tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber antioksidan alami. Pada penelitian ini, dilakukan uji aktivitas antioksidan dari fraksi ekstrak daun cincau perdu (Premna oblongata Miq.). Pengujian dilakukan dengan metode 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH). Daun Premna oblongata Miq. diekstraksi dengan n-heksan, etil asetat, dan metanol. Ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi difraksinasi dengan kromotografi kolom dipercepat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak yang paling aktif adalah ekstrak metanol dengan nilai IC50 sebesar 20.01 g/ml. Selanjutnya ekstrak teraktif difraksinasi dengan kromotografi kolom dipercepat, dan didapatkan 6 fraksi gabungan. Hasil penggabungan fraksi masing-masing diuji aktifitas antioksidannya, dan diperoleh fraksi 5 sebagai fraksi teraktif dengan nilai IC50 sebesar 23.51 g/ml. Golongan senyawa pada fraksi teraktif adalah flavonoid, glikon, saponin, dan tanin. Kata Kunci : DPPH., Premna oblongata Miq., Cincau perdu xv + 63 halaman : 14 gambar; 5 tabel; 13 lampiran Daftar Acuan : 31 ( 1958-2011)

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • x

    ABSTRACT

    Name : Atika Bendra Study Program : Ekstensi farmasi Title : Antioxidant Activity Test of Extract of Premna

    oblongata Miq. Leaf with the DPPH method and Identification of Chemical Compounds Type of the most active Faction

    Antioxidants are compounds which can remove and resist free radical formation in the body. Free radical are unstable molecules which is caused by its unpaired free electron in the outer electron orbital which make it reactively bind body cells to gain the electron pair. if this continuously happens, the cells will be damaged and can cause death cells. For its sources, antioxidants are categorized as natural and synthetic antioxidants. Synthetic antioxidantss carcinogenicity is faired to give harmful side effects to human healthy, which causes natural antioxidants become chosen alternative as antioxidant sources. Indonesia has many kinds of plants which can be used as antioxidant sources. This study is focused on antioxidant activity of Cincau Perdu leaves extract (Premna oblongata Miq.) by 1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) assay. Premna oblongata Miq. leaves is extracted using n-hexane, ethyl acetate and methanol. The IC50 value of ethanol extract as the most active fraction was 20.01 g/mL. The extract which had the highest antioxidant activity were fractinated by accelerated column chromatography and were earned 6 combination factions. The antioxidant activity of combination fractions were tested by DPPH assay and known having 5 active fractions whose the lowest IC50 value was 23.51 g/mL. The compounds of the active fractions were flavonoid, glikon, saponin and tanin.

    Keywords : DPPH., Premna oblongata Miq., Cincau Perdu xv + 63 pages : 14 pictures; 5 table; 13 attachments Refference : 31 ( 1958-2011)

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v KATA PENGANTAR .................................................................................... vi HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... viii ABSTRAK. ................................................................................. ix ABSTRACT.. ...................................................................................... x DAFTAR ISI. .. xi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xivDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3 1.3. Manfaat Penelitian .............................................................................. 3

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4 2.1. Premna oblongata Miq. .................................................................... 4 2.2. Simplisia ........................................................................................... 5 2.3. Ekstrak .............................................................................................. 5 2.4. Ekstraksi ............................................................................................ 5 2.5. Kromotografi ..................................................................................... 8 2.6. Kromotografi Lapis tipis ................................................................... 8 2.7. Kromotografi Kolom ........................................................................ 8 2.8. Kromotografi Cair Vakum ................................................................ 9 2.9. Antioksidan ....................................................................................... 10 2.10. Uji Aktivitas Antioksidan ................................................................. 11

    BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................ 14 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitan ............................................................. 14 3.2. Alat ................................................................................................... 14 3.3. Bahan ................................................................................................ 14 3.4. Cara Kerja ......................................................................................... 15

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • xii

    BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 23

    4.1 Penyiapan Simplisia .......................................................................... 23 4.2 Ekstraksi ............................................................................................ 24 4.3 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak .................................................... 24 4.4 Pemisahan Ekstrak ............................................................................ 25 4.5 Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Aktif ............................................. 26 4.6 Penapisan Fitokimia Fraksi Teraktif ................................................. 27

    BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 30

    5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 30 5.2 Saran ............................................................................................... 30

    DAFTAR ACUAN ........................................................................................ 31

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Premna oblongata Miq. ........................................................... 33 Gambar 2.2 Reaksi antioksidan dengan radikal DPPH... 12 Gambar 3.1 Penguap vakum putar (Rotary evaporator Buchi) ................... 34 Gambar 3.2 Spektrofotometer UV-Vis ......................................................... 34 Gambar 4.1 Ekstrak Hasil Ekstraksi ............................................................ 35 Gambar 4.2 Hasil Uji Kualitatif Fraksi Ekstrak Gabungan ......................... 36 Gambar 4.3 Spektrum serapan larutan DPPH .............................................. 37 Gambar 4.4 Identifikasi golongan senyawa alkaloid fraksi 5 ...................... 38 Gambar 4.5 Identifikasi golongan senyawa flavonoid fraksi 5 ................... 39 Gambar 4.6 Identifikasi golongan senyawa glikon fraksi 5 ........................ 40 Gambar 4.7 Identifikasi golongan senyawa antrakinon fraksi 5 .................. 41 Gambar 4.8 Identifikasi golongan senyawa saponin fraksi 5....................... 42 Gambar 4.9 Identifikasi golongan senyawa tanin fraksi 5 ........................... 43 Gambar 4.10 Identifikasi golongan senyawa terpen fraksi 5 ......................... 44

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Data Rendemen Ekstrak Daun Premna Oblongata Miq. .................. 45 Tabel 4.2 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Premna Oblongata Miq .................................................................................................... 46 Tabel 4.3 Berat Fraksi Ekstrak Hasil Fraksinasi Kolom Dipercepat ............. 47 Tabel 4.4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi-Fraksi Ekstrak Metanol

    Premna Oblongata Miq. ................................................................ 48 Tabel 4.5. Identifikasi golongan kimia fraksi teraktif ..................................... 50

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Hasil determinasi sampel Premna oblongata Miq. .................. 51 Lampiran 2. Skema ekstraksi dan fraksinasi sampel Premna oblongata Miq .......................................................................................... 52 Lampiran 3. Kurva hubungan konsentrasi kuersetin dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 53 Lampiran 4. Kurva hubungan konsentrasi ekstrak heksan dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 54 Lampiran 5. Kurva hubungan konsentrasi ekstrak etil asetat dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 55 Lampiran 6. Kurva hubungan konsentrasi ekstrak metanol dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 56 Lampiran 7. Kurva hubungan konsentrasi fraksi gabungan 1 dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 57 Lampiran 8. Kurva hubungan konsentrasi fraksi gabungan 2 dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 58 Lampiran 9. Kurva hubungan konsentrasi fraksi gabungan 3 dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 59 Lampiran 10. Kurva hubungan konsentrasi fraksi gabungan 4 dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 60 Lampiran 11. Kurva hubungan konsentrasi fraksi gabungan 5 dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 61 Lampiran 12. Kurva hubungan konsentrasi fraksi gabungan 6 dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 62 Lampiran 13. Sertifikat Analisis DPPH .......................................................... 63

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 1

    Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Akhir-akhir ini dunia kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas

    dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit diawali oleh

    adanya reaksi oksidasi yang berlebihan didalam tubuh. Reaksi oksidasi dapat

    terjadi setiap saat. Reaksi ini mencetuskan terbentuknya radikal bebas yang sangat

    aktif, yang dapat merusak struktur dan fungsi sel.

    Radikal bebas adalah suatu senyawa atom atau molekul yang mengandung

    satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Adanya elektron yang tidak

    berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan,

    dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada disekitarnya.

    Radikal bebas sangat berbahaya dikarenakan tingginya reaktivitasnya yang

    mengakibatkan terbentuknya senyawa radikal baru. Bila senyawa radikal baru

    tersebut bertemu dengan molekul lain, maka akan terbentuk radikal baru lagi dan

    seterusnya hingga terjadi reaksi berantai.

    Radikal bebas dapat mengganggu integritas sel dan dapat bereaksi dengan

    komponen-komponen sel, baik komponen struktural meliputi molekul-molekul

    penyusun membran maupun komponen fungsional meliputi protein, enzim-enzim,

    dan DNA (Hidajat, 2005). Radikal bebas dapat dijumpai pada lingkungan,

    beberapa logam misalnya besi dan tembaga, asap rokok, polusi udara, obat, bahan

    beracun, makanan dalam kemasan, bahan aditif, dan sinar ultraviolet matahari

    yang menyebabkan radiasi. Reaktifitas radikal bebas itu dapat dihambat oleh

    sistem antioksidan yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh (Winarsi,

    2007).

    Antioksidan adalah molekul yang mampu menghambat oksidasi molekul

    yang dapat menghasilkan radikal bebas (Rajnarayana, Ajitha, Gopireddy, dan

    Giriprasad, 2011). Antioksidan telah secara luas digunakan untuk melindungi

    makanan dari degradasi oksidatif. Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dua

    macam, yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik (buatan). Antioksidan

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 2

    Universitas Indonesia

    sintetik yang paling sering digunakan adalah Propil Galat (PG), Butylated

    Hydroxyanisole (BHA), Butylated Hydroxytoluene (BHT) dan Tert-

    butylhydroquinone (TBHQ). Antioksidan sintetik ini dikhawatirkan dapat

    memberi efek samping yang berbahaya bagi kesehatan manusia karena bersifat

    karsinogenik. Berbagai studi mengenai BHA dan BHT menunjukkan bahwa

    komponen ini dapat menimbulkan tumor pada hewan percobaan pada

    penggunakan dalam jangka panjang (Andarwulan, Wijaya, dan Cahyono, 1996).

    Kekhawatiran akan adanya kemungkinan efek samping dari antioksidan

    sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif. Antioksidan alami

    mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan senyawa oksigen

    reaktif, menghambat terjadinya penyakit degeneratif serta mampu menghambat

    peroksidasi lipid pada makanan (Sunarni, 2005). Antioksidan alami perlu

    dikembangkan untuk memperoleh antioksidan yang lebih aman dikonsumsi.

    Di Indonesia terdapat empat jenis tanaman cincau, yaitu cincau hijau

    (Cyclea barbata), Cincau Perdu (Premna oblongata Miq.), cincau minyak

    (Stephania hermandifolia), dan cincau hitam (Mesona palustris). Cincau yang

    banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah cincau hijau, cincau perdu, dan

    cincau hitam (Pitojo dan Sumiati, 2005). Berdasarkan yang telah ada, diketahui

    bahwa tanaman cincau hijau (Cyclea barbata) mengandung alkaloid 0,98% dan

    fenol total 2,21%. Alkaloid bisbenzilisokuinolin dari akar cincau hijau

    mempunyai aktifitas sitotoksik, sangat potensial sebagai kemoprotektif serta

    bersifat sebagai antioksidan (Zakaria, 1996). Penelitian lainnya menunjukkan

    bahwa daun cincau perdu (Premna oblongata Miq.) memiliki kandungan klorofil

    tertinggi dibandingkan pegagan (Centella asitica), daun katuk (Saurpus

    androgynus Merr), dan daun murbei (Morus alba L) (Nurdin, Kusharto, Tanziha,

    dan Januwati, 2009).

    Pada penelitian ini, dilakukan uji aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi

    Premna oblongata Miq. serta identifikasi golongan senyawa kimia dari fraksi

    teraktif. Aktivitas antioksidan Premna oblongata Miq. diuji dengan

    menggunakan metode DPPH (1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil). Metode DPPH

    memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil.

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 3

    Universitas Indonesia

    DPPH memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm dengan warna

    ungu gelap (Molyneux, 2004).

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru mengenai

    cincau perdu (Premna oblongata Miq.) sebagai sumber antioksidan alami yang

    baru, dan memberi nilai tambah bagi cincau perdu yang telah banyak dikonsumsi

    masyarakat sebagai bahan pangan.

    1.2 Tujuan Penelitian

    a. Mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak daun Premna oblongata Miq.

    b. Mengetahui golongan senyawa kimia dari fraksi paling aktif daun Premna

    oblongata Miq.

    1.3 Manfaat Penelitian

    Hasil uji aktivitas antioksidan pada Premna oblongata Miq. diharapkan

    dapat menambah informasi dan mendukung penggunaan Premna oblongata Miq.

    sebagai antioksidan.

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 4

    Universitas Indonesia

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Premna oblongata Miq.

    2.1.1 Klasifikasi (Backer dan Brink, 1965)

    Tumbuhan Premna oblongata Miq. secara taksonomi memiliki klasifikasi

    ilmiah sebagai berikut :

    Kerajaan : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Magnoliopsida

    Bangsa : Lamiales

    Suku : Verbenaceae

    Marga : Premna

    Jenis : Premna oblongata Miq.

    Sinonim : Premna oblongifolia Merr.

    2.1.2 Morfologi

    Tanaman cincau perdu ( Premna oblongata Miq.) adalah tanaman asli

    Indonesia dan mempunyai nama lain diantaranya Camcao, Juju, Kepleng (Jawa),

    Camcauh, dan Tahulu (Sunda). Tumbuhan ini berkembang subur di dataran rendah

    sampai daerah dengan ketinggian 800 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini

    tumbuh menyebar di daerah Jawa Barat (sekitar Gunung Salak, Batujajar,

    Ciampea, dan Ciomas), Jawa Tengah (Gunung Ungaran, Gunung Ijen), Sulawesi,

    Bali, Lombok, dan Sumbawa. Tanaman cincau sering ditemukan tumbuh sebagai

    tanaman liar, tetapi ada juga yang sengaja dibudidayakan di pekarangan rumah.

    Batang Premna oblongata Miq. tidak menjalar atau merambat seperti

    Cyclea barbata, melainkan tegak seperti batang tanaman pada umumnya. Daun

    berbentuk bulat telur, panjang daun lebih dari 1,5 kali lebarnya dengan tulang

    daun agak besar (Backer dan Brink, 1965). Daun Premna oblongata Miq. secara

    tradisional dimanfaatkan sebagai pembuat makanan sejenis agar-agar yang banyak

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 5

    Universitas Indonesia

    dijual sebagai bahan pengisi minuman es cincau yang berkhasiat sebagai penyejuk

    perut, menurunkan panas dan menanggulangi gangguan pencernaan (Pitojo, 2008).

    Gambar 2.1.

    2.2 Simplisia (Departeman Kesehatan RI, 1995)

    Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

    belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa

    bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi tiga, yaitu simplisia

    nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan (mineral).

    Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian

    tanaman atau eksudat tanaman. Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat

    berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum

    berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan dan madu. Simplisia pelikan

    atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum

    diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia

    murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.

    2.3 Ekstrak (Farmakope Indonesia, 1995)

    Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

    aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

    sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

    serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

    ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat

    secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi

    dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena

    panas.

    2.4. Ekstraksi (Parameter Standar, 2000)

    Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

    sehingga terpisah dari bahan yang tidak terlarut dengan pelarut cair. Simplisia

    yang diekstraksi mengandung berbagai senyawa aktif yang dapat larut dan

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 6

    Universitas Indonesia

    senyawa aktif yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-

    lain.

    Untuk mengekstraksi bahan alam, terdapat sejumlah metode menggunakan

    pelarut organik atau pelarut yang mengandung air yang dapat diterapkan. Pada

    ekstraksi cair-padat bahan tanaman mengalami kontak dengan pelarut. Proses

    keseluruhannya bersifat dinamis dan dapat disederhanakan kedalam beberapa

    tahap. Pada tahap pertama misalnya pelarut harus berdifusi kedalam sel, pada

    tahap selanjutnya pelarut harus dapat melarutkan metabolit tanaman dan akhirnya

    harus berdifusi keluar sel meningkatkan jumlah metabolit yang terekstraksi.

    Beberapa metode yang sering digunakan dalam ekstraksi bahan alam antara lain :

    2.4.1 Cara Dingin

    a. Maserasi

    Merupakan metode yang sederhana, tetapi masih digunakan secara luas.

    Prosedurnya dilakukan dengan merendam bahan tanaman (simplisia) dalam

    pelarut yang sesuai dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Metode ini sesuai

    baik untuk ekstraksi pendahuluan maupun untuk jumlah besar. Pengadukan

    sesekali ataupun secara konstan (dengan menggunakan alat pengocok mekanik

    untuk menjamin kehomogenan) dapat meningkatkan kecepatan ekstraksi. Proses

    ekstraksi dapat dihentikan ketika tercapai keseimbangan antara konsentrasi

    metabolit dalam ekstrak dan dalam bahan tanaman. Setelah ekstraksi, residu

    bahan tanaman (maserat), harus dipisahkan dari pelarut. Hal ini melibatkan proses

    pemisahan kasar dengan cara dekantasi, biasanya diikuti dengan tahap

    penyaringan. Sentrifugasi mungkin diperlukan jika serbuk terlalu halus untuk

    disaring. Untuk memastikan ekstraksi yang menyeluruh, umumnya dilakukan

    maserasi pendahuluan, yang diikuti pemisahan dan penambahan pelarut baru

    (fresh solvent) ke maserat. Hal ini bisa dilakukan secara periodik dengan semua

    filtrat dikumpulkan.

    Kelebihan maserasi adalah peralatan yang digunakan sederhana, dan

    efektif untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan panas karena dilakukan pada

    temperatur kamar, sehingga tidak menyebabkan degradasi senyawa-senyawa yang

    tidak tahan panas. Kelemahan dari maserasi adalah prosesnya memakan waktu

    yang cukup lama dan dapat berlangsung beberapa jam sampai beberapa minggu.

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 7

    Universitas Indonesia

    Ekstraksi secara menyeluruh juga dapat menghabiskan sejumlah besar volume

    pelarut dan dapat berpotensi hilangnya metabolit. Selain itu, beberapa senyawa

    tidak terekstraksi secara efisien jika kurang terlarut dalam temperatur kamar.

    b. Perkolasi

    Pada perkolasi, serbuk tanaman direndam dalam pelarut pada sebuah alat

    perkolator. Perkolasi cukup sesuai baik untuk ekstraksi pendahuluan maupun

    dalan jumlah besar. Seperti pada maserasi, untuk mengekstrak secara menyeluruh

    dilakukan dengan penambahan pelarut yang baru (fresh solvent) dan semua

    ekstrak dikumpulkan. Untuk meyakinkan perkolasi sudah sempurna, perkolat

    dapat diuji adanya metabolit dengan reagen spesifik.

    2.4.2 Cara Panas

    a. Soxhlet

    Soxhlet adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru

    yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi secara

    kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

    b. Refluks

    Ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu

    tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin

    balik. Kekurangan yang utama dari metode ini adalah terdegradasinya komponen

    yang tidak tahan panas.

    c. Digesti

    Adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur

    yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan

    pada temperatur 400-500C.

    d. Infusa

    Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

    (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih), temperatur terukur (960-

    980C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

    e. Dekok

    Dekok adalah infusa pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

    titik didih air.

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 8

    Universitas Indonesia

    g. Fraksinasi

    Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan yang bertujuan memisahkan

    golongan utama kandungan yang satu dari golongan utama yang lain. Pemisahan

    jumlah dan jenis senyawa menjadi fraksi yang berbeda yang tergantung pada jenis

    simplisia. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar,

    begitu pula senyawa yang bersifat non polar akan masuk ke pelarut non polar

    (Harborne, 1987).

    2.5 Kromatografi

    Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas

    perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut di antara dua

    fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Fase gerak

    membawa zat terlarut melalui media hingga terpisah dari zat terlarut lainnya, yang

    terelusi lebih awal atau lebih akhir. Bila fase diam berupa zat padat yang aktif,

    maka teknik ini disebut kromatografi penjerapan (adsorption chromatography),

    sementara bila berupa zat cair, maka disebut dengan kromatografi pembagian

    (partition chromatoghraphy) (Harmita, 2006).

    2.6 Kromatografi Lapis Tipis

    Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode pemisahan fitokimia yang

    didasarkan atas penjerapan, partisi atau gabungannya. Metode ini digunakan untuk

    pemisahan senyawa secara cepat dengan menggunakan zat penjerap berupa serbuk

    halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca (Harmita, 2006; Departemen

    Kesehatan Republik Indonesia, 1979).

    2.7 Kromatografi Kolom (Departeman Kesehatan Republik Indonesia,

    1979)

    2.7.1 Kromotografi Kolom Adsorbsi

    Pada kromotografi kolom adsorpsi, zat penjerap dalam keadaan kering

    atau sebagai bubur, dimampatkan ke dalam tabung kromatografi kaca atau kuarsa

    dengan ukuran tertentu dan mempunyai lubang pengalir keluar dengan ukuran

    tertentu. Zat yang akan diuji dilarutkan dalam sejumlah kecil pelarut kemudian

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 9

    Universitas Indonesia

    dituangkan ke dalam kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam zat penjerap. Zat

    berkhasiat diadsorpsi dari larutan secara sempurna oleh bahan penjerap berupa

    pita sempit pada puncak kolom. Dengan penambahan pelarut lebih lanjut melalui

    kolom, dengan atau tanpa tekanan udara, masing-masing zat bergerak turun dalam

    kolom dengan kecepatan tertentu, sehingga terjadi pemisahan dan diperoleh

    kromatogram. Kecepatan bergerak zat dipengaruhi oleh sejumlah variabel,

    misalnya daya adsorpsi zat penjerap, ukuran partikel dan luas permukaan, sifat

    dan polaritas pelarut, tekanan yang digunakan dan suhu sistem kromatografi.

    2.7.2 Kromatografi Kolom Partisi

    Pada kromatografi partisi, zat yang dipisahkan terbagi antara dua cairan

    yang tidak saling bercampur. Salah satu cairan, yaitu fase diam, umumnya

    diadsorpsikan pada penyangga padat, karena itu mempunyai area permukaan yang

    sangat luas terhadap pelarut yang mengalir atau fase gerak. Hal ini menyebabkan

    diperolehnya pemisahan yang baik yang tidak dapat dicapai dengan cara

    penyarian cairan-cairan yang biasa. Kromatografi partisi dilakukan dengan cara

    yang serupa dengan kromatografi adsorbsi, yaitu campuran yang telah dilarutkan

    dalarn sedikit pelarut, ditambahkan pada permukaan kolom dan elusi dilakukan

    dengan pelarut yang mengalir.

    2.8 Kromatografi Cair Vakum (Kromatografi Kolom Dipercepat)

    Kromatografi cair-vakum merupakan kromatografi kolom yang dikemas

    kering biasanya dengan penjerap kromatografi lapis tipis 10-4 g pada kondisi

    vakum, fase gerak digerakkan dengan kondisi vakum sehingga prosesnya

    berlangsung cepat. Kolom kromatografi dikemas kering dalam keadaan vakum

    agar diperoleh kerapatan maksimum. Setelah diperoleh kerapatan yang

    maksimum, kemudian vakum dihentikan dan pelarut yang kepolarannya rendah

    dituangkan kedalam permukaan penjerap lalu divakum lagi. Alat yang digunakan

    terdiri dari corong G-3, sumbat karet, pengisap yang dihubungkan dengan pompa

    vakum serta wadah penampung fraksi. Walaupun KCV memerlukan jumlah

    sampel yang lebih banyak dari pada kromatografi lapis tipis (KLT), KCV tetap

    ekonomis dalam sisi biaya (Johnson, 1991).

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 10

    Universitas Indonesia

    Salah satu cara pemisahan kromatografi cair vakum adalah kromatografi

    kolom yang dipercepat dan bekerja pada kondisi vakum. Alat yang digunakan

    terdiri dari corong G-3, sumbat karet, pengisap yang dihubungkan dengan pompa

    vakum serta wadah penampung fraksi. Corong G-3 diisi adsorben sampai setinggi

    2,5cm, kemudian diketuk-ketuk dengan batang pengaduk, dilarutkan dalam

    pelarut organik yang cocok, kemudian ke dalam larutan ekstrak tersebut

    ditambahkan adsorben dengan bobot sama dengan bobot ekstrak. Campuran ini

    digerus sampai homogen, dikeringkan dan dimasukkan ke dalam corong G-3

    kemudian diratakan. Permukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas saring.

    Elusi diawali dengan pelarut non polar dilanjutkan dengan kombinasi pelarut

    dengan polaritas meningkat. Jumlah pelarut yang digunakan setiap kali elusi

    adalah sebagai berikut untuk bobot ekstrak sampai lima gram diperlukan 25 ml

    pelarut, untuk 10-30 g ekstrak diperlukan 50 ml pelarut. Dalam hal ini, diameter

    corong dipilih sedemikian rupa sehingga lapisan ekstrak dipermukaan kolom

    setipis mungkin dan rata. Masing-masing pelarut dituangkan ke permukaan kolom

    kemudian dihisapkan pompa vakum. Ekstrak ditampung dalam wadah terpisah

    sehingga menghasilkan sejumlah fraksi (Soediro, 1986).

    2.9 Antioksidan

    Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan,

    dan menahan pembentukan oksigen reaktif atau radikal bebas dalam tubuh.

    Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil karena memiliki

    elektron yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya sehingga sangat reaktif

    untuk mendapatkan pasangan elektron dengan mengikat sel-sel tubuh. Apabila hal

    tersebut terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan dan kematian

    sel (Lautan, 1997). Antioksidan ditujukan untuk mencegah dan mengobati

    penyakit seperti aterosklerosis, stroke, diabetes, alzheimer, dan kanker (Aqil,

    Ahmad dan Mehmood, 2006).

    Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau

    reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul yang kecil, tetapi mampu

    mengaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 11

    Universitas Indonesia

    radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi

    oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang reaktif.

    Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dalam dua kelompok yaitu

    antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami) dan antioksidan

    sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia). Sedangkan

    berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan digolongkan menjadi tiga

    kelompok, yaitu antioksidan primer, sekunder, dan tersier.

    Antioksidan primer disebut juga sebagai antioksidan enzimatis.

    Antioksidan primer meliputi enzim superoksida dismutase, katalase, dan glutation

    peroksidase. Enzim-enzim ini menghambat pembentukan radikal bebas dengan

    cara memutus reaksi berantai (polimerisasi), dan mengubahnya menjadi produk

    yang lebih stabil. Antioksidan kelompok ini disebut juga chain-breaking-

    antioxidant (Winarsi, 2007).

    Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogenus atau non-

    enzimatis. Cara kerja sistem antioksidan non-enzimatis yaitu dengan cara

    memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas. Akibatnya radikal bebas

    tidak bereaksi dengan komponen seluler. Contoh antioksidan sekunder ialah

    vitamin E, vitamin C, flavonoid, asam urat, bilirubin, dan albumin (Lampe, 1999).

    Antioksidan tersier contohnya enzim DNA-repair dan metionin sulfoksida

    reduktase yang berperan dalam perbaikan biomolekul yang dirusak oleh radikal

    bebas. Kerusakan DNA yang terinduksi senyawa radikal bebas dicirikan oleh

    rusaknya single dan double stand, baik gugus basa maupun non-basa. Perbaikan

    kerusakan basa dalam DNA yang diinduksi senyawa oksigen reaktif terjadi

    melalui perbaikan jalur eksisi basa. Pada umumnya, eksisi basa terjadi dengan

    cara memusnahkan basa yang rusak, yang dilakukan oleh DNA glikosilase

    (Winarsi, 2007).

    2.10 Uji Aktivitas Antioksidan

    Beberapa metode uji untuk menentukan aktivitas antioksidan antara lain:

    2.10.1 Uji DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)

    DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering

    digunakan untuk menilai aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau eksrtak

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 12

    Universitas Indonesia

    bahan alam. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau

    radikal hidrogen pada DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH.

    Prinsip uji DPPH adalah penghilangan warna untuk mengukur kapasitas

    antioksidan yang langsung menjangkau radikal DPPH dengan pemantauan

    absorbansi pada panjang gelombang 517 nm menggunakan spektrofotometer.

    Radikal DPPH dengan nitrogen organik terpusat adalah radikal bebas stabil

    dengan warna ungu gelap yang ketika direduksi menjadi bentuk nonradikal oleh

    antioksidan menjadi warna kuning (Yu, 2008).

    1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil 1,1-Difenil-2-pikrilhidrazin

    (radikal bebas) (nonradikal)

    Gambar 2.2 Reaksi antioksidan dengan radikal DPPH

    [Sumber : Molineux, 2004]

    2.10.2 Uji ABTS

    Prinsip uji ABTS adalah penghilangan warna kation ABTS untuk

    mengukur kapasitas antioksidan yang langsung bereaksi dengan radikal kation

    ABTS. ABTS adalah suatu radikal dengan pusat nitrogen yang mempunyai

    karakteristik warna biru-hijau, yang bila tereduksi oleh antioksidan akan berubah

    menjadi bentuk nonradikal, dari berwarna menjadi tidak berwarna. Kemampuan

    aktivitas antioksidan secara spektrofotometer pada panjang gelombang 734.

    Hasilnya dibandingkan dengan standar yakni senyawa trolox (Yu, 2008).

    2.10.3 Uji Penghambatan Radikal Superoksida

    Uji ini mengukur kemampuan antioksidan menggunakan medan molekular

    nitroblue tetrazolium (NBT), dalam meredam radikal superoksida yang dihasilkan

    sistem enzimatik hipoxantin-xantin oksidase (HPX-XOD). NBT memiliki warna

    kuning yang melalui reduksi oleh radikal superoksida membentuk formazan yang

    berwarna biru, dan terukur pada panjang gelombang 560 nm dengan

    + RH +R

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 13

    Universitas Indonesia

    spektrofotometer. Kemampuan ekstrak untuk penghambatan warna hingga 50%

    diukur dalam EC50(Yu, 2008).

    2.10.4 Uji Kapasitas Serapan Radikal Oksigen atau Oxygen Radical Absorbance

    Capacity (ORAC)

    Uji ini dilakukan dengan menggunakan trolox (analog vitamin E) sebagai

    standar untuk menentukan trolox ekuivalen (TE). Nilai ORAC kemudian dihitung

    dari TE dan dinyatakan sebagai satuan atau nilai ORAC. Semakin tinggi nilai

    ORAC, semakin besar kekuatan nilai antioksidannya. Uji ini berdasarkan

    pembentukan radikal bebas menggunakan AAPH (2,2-azobis-2-amido propane

    dihydrochloride) dan pengukuran dari fluoresensi dengan adanya penghambat

    radikal. Penelitian terbaru telah melaporkan assay ORAC dengan otomatisasi.

    Pada uji ini -phycoerythrin (-PE) digunakan sebagai target radikal bebas,

    AAPH sebagai penghasil radikal peroksil dan trolox sebagai kontrol standar.

    Setelah penambahan AAPH ke larutan uji, fluoresensi direkam dan aktivitas

    antioksidan dinyatakan sebagai trolox ekuivalen (TE) (Bank dan Lenoble, 2002).

    2.10.5 Uji Kapasitas Penghambatan Radikal Hidroksil atau Hydroxyl Radical

    Scavenging Capacity (HOSC).

    Pada metode HOSC, radikal hidroksi yang terbentuk oleh oksidasi dibuat

    bereaksi dengan dimetil sulfoksida (DMSO) untuk menghasilkan formaldehid.

    Formaldehid membentuk warna kuning intensif dengan pereaksi nash (ammonium

    asetat 2 M). Intensitas dari warna kuning yang terbentuk diukur pada panjang

    gelombang 412 nm dengan spektrofotometer. Trolox dijadikan sebagai standar di

    mana hasil dinyatakan sebagai ekuivalen mikromol trolox per unit sampel (Yu,

    2008).

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 14

    Universitas Indonesia

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fitokimia Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Depok, selama

    kurang lebih lima bulan, dari bulan Januari hingga Mei 2012.

    3.2 Alat

    Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah blender, peralatan maserasi

    (IKA Labortechnik KS501D), cawan penguap, penguap vakum putar (rotary

    evaporator Buchi) (Gambar 3.1), kolom kromatografi vakum, labu erlenmeyer,

    tabung reaksi, vial, botol, labu takar, gelas ukur, penampung berbagai ukuran,

    pipet volume, pipet mikro (Eppendorf), pipet tetes (Pyrex), corong Buchner

    (Jangkar), spektrofotometer UV-VIS (Gambar 3.2), kuvet, plat tetes, gelas arloji,

    rak tabung reaksi, batang pengaduk, spatel, sendok tanduk, timbangan analitik

    (ACIS), bejana kromatografi, kertas saring, peralatan kolom kromatografi vakum,

    vortex-mixer (VM-2000), inkubator 37C (Memmert) dan lemari pendingin.

    3.3 Bahan

    3.3.1 Bahan Uji

    Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun cincau perdu

    (Premna oblongata Miq.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan

    Aromatik (BALITTRO) dan dideterminasi di Herbarium Bogorinese (LIPI),

    Cibinong.

    3.3.2 Bahan Kimia

    Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah n-heksan, etil

    asetat, dan metanol teknis yang telah didestilasi; metanol p.a; lempeng KLT;

    butanol; asam asetat; aqua; H2SO4 10 % sebagai penampak noda pada KLT; silika

    gel (70-230 mesh, E. Merck 1.07734); asam klorida p.a (Merck); asam sulfat p.a

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 15

    Universitas Indonesia

    (Merck); benzene p.a (Merck); asam asetat anhidrat; asam borat; asam oksalat;

    besi (III) klorida; etanol 96 %; natrium hidroksida; serbuk magnesium; serbuk

    seng; gelatin; natrium klorida; Mayer LP; Dragendorff LP; Bouchardat LP;

    Molisch LP; DPPH (Sigma-Aldrich). Bahan pembanding adalah Kuersetin

    (Sigma-Aldrich).

    3.4 Cara Kerja

    3.4.1 Penyiapan bahan

    Tanaman yang digunakan adalah daun Premna oblongata Miq.. Sebanyak

    10 kg Premna oblongata Miq. yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat

    dikeringkan selama kurang lebih 5 hari dan diserbukkan dengan mesin penggiling

    (blender) sehingga menghasilkan 1 kg serbuk simplisia.

    3.4.2 Pembuatan ekstrak

    Maserasi dilakukan pada serbuk simplisia menggunakan pelarut dengan

    kepolaran yang meningkat mulai dari n-heksan, etil asetat dan metanol. Maserasi

    dilakukan sampai filtrat terlihat hampir tidak berwarna (dilakukan pengulangan

    maserasi sampai lima kali) lalu filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan

    dievaporasi dengan rotary evaporator (pada suhu 50oC) sehingga diperoleh

    ekstrak n-heksan kental yang masih dapat dituang, lalu ekstrak dikeringkan pada

    suhu kamar. Ekstrak yang diperoleh kemudian ditimbang. Ampas yang sudah

    dikeringkan, dimaserasi berturut-turut dengan pelarut etil asetat dan metanol.

    Dengan prosedur dan perlakuan yang sama akan diperoleh ekstrak etil asetat dan

    metanol. Proses maserasi menggunakan kurang lebih 5 liter pelarut dengan

    pengocokan selama 6 jam dan didiamkan selama 18 jam setelah pengocokan.

    3.4.3 Uji Pendahuluan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Secara KLT

    Masing-masing 50 mg ekstrak dilarutkan dalam metanol 50 ml. Masing-

    masing ekstrak tersebut ditotolkan pada lempeng silika gel 60 F254 yang telah

    dielusi dengan fase gerak tertentu, sebanyak 5 l pada titik awal penotolan.

    Penotolan dilakukan secara terpisah dengan jarak lebih kurang 1,5 cm antara zat

    yang diperiksa. Untuk menentukan bercak yang mempunyai aktivitas antioksidan,

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 16

    Universitas Indonesia

    pereaksi semprot yang digunakan adalah larutan DPPH konsentrasi 100 g/ml.

    Semprot lempeng yang yang telah ditotolkan dengan larutan DPPH, lalu diamkan

    beberapa saat. Senyawa aktif penangkal radikal bebas akan menunjukkan bercak

    berwarna kuning pucat dengan latar belakang ungu (Isnindar, Setyowati, dan

    Wahyuono).

    3.4.4 Uji aktivitas antioksidan ekstrak

    Sejumlah masing-masing ekstrak dari daun Premna oblongata Miq.

    (ekstrak n-heksan, etil asetat, dan metanol) dilarutkan dalam metanol p.a dengan

    konsentrasi 1000 g/mL sebagai larutan induk kemudian dibuat dalam berbagai

    konsentrasi (1; 5; 10; 25; 50; dan 100 g/mL) untuk masing-masing ekstrak yang

    diperoleh, selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dalam tiap tabung

    reaksi ditambahkan 1,0 mL larutan DPPH dalam 2,0 mL metanol kemudian

    diinkubasi pada suhu 370C selama 30 menit selanjutnya serapan diukur pada

    panjang gelombang 517 nm. Sebagai pembanding digunakan kuersetin

    (konsentrasi 1; 2; 3; 4; 5; dan 6 g/mL). Nilai IC50 dihitung masing-masing

    dengan menggunakan rumus persamaan regresi (Blois, 1958).

    3.4.4.1 Optimasi Panjang Gelombang DPPH

    Larutan DPPH yang akan digunakan dibuat dengan cara menimbang

    seksama lebih kurang 10 mg DPPH ditimbang dan dilarutkan dengan metanol p.a

    dalam labu ukur 100,0 ml dan dicukupkan dengan metanol p.a hingga tanda batas,

    kocok sampai homogen sehingga didapat larutan DPPH 100 g/ml. Larutan

    DPPH disimpan dalam wadah yang dilindungi dari cahaya dengan cara

    melapisinya dengan kertas aluminium. Untuk setiap pengujian, larutan DPPH

    harus dibuat baru. Larutan ini ditentukan spektrum serapannya menggunakan

    spektrofotometer UV pada panjang gelombang 200 nm hingga 800 nm serta

    ditentukan panjang gelombang optimumnya.

    3.4.4.2 Pembuatan Larutan Blanko

    Pembuatan larutan blanko dilakukan dengan cara memipet 1,0 ml metanol

    p.a dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1,0 ml larutan DPPH

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 17

    Universitas Indonesia

    100 g/ml, lalu ditambahkan 2,0 ml metanol dikocok hingga homogen dan

    diinkubasi pada suhu 370C selama 30 menit.

    3.4.4.3 Pembuatan Larutan Kuersetin Sebagai Pembanding

    a) Pembuatan larutan induk kuersetin konsentrasi 200 g/mL

    Sejumlah 10 mg kuersetin ditimbang dan dilarutkan dengan metanol p.a dalam

    labu ukur 50,0 ml dan dicukupkan dengan metanol p.a hingga tanda batas,

    dikocok sampai homogen sehingga didapat larutan induk kuersetin 200 g/ml.

    b) Pembuatan larutan kuersetin konsentrasi 1; 2; 3; 4; 5; dan 6 g/mL

    Dipipet 0,025; 0,05; 0,075; 0,1; 0,125; dan 0,15 mL larutan induk kuersetin

    masing-masing kedalam 6 labu ukur 5 mL. Pada masing-masing labu ukur

    dicukupkan volumenya dengan metanol p.a sampai tanda batas. Selanjutnya

    dipipet 1,0 mL masing-masing ke dalam 6 tabung reaksi. Pada masing-masing

    tabung ditambah dengan 1,0 mL DPPH kemudian ditambahkan lagi 2,0 mL

    metanol p.a dikocok hingga homogen kemudian diinkubasi pada suhu kamar

    selama 30 menit. Serapan dari larutan tersebut diukur pada panjang

    gelombang 517 nm.

    3.4.4.4 Pengukuran Serapan Sampel

    a) Pembuatan larutan induk sampel konsentrasi 1000 g/mL

    Sebanyak 25 mg ekstrak ditimbang dan dilarutkan dalam 25,0 mL metanol

    p.a, dicukupkan hingga tanda batas kemudian dikocok dan dilarutkan hingga

    homogen.

    b) Pembuatan larutan seri bahan uji konsentrasi 1; 5; 10; 25; 50; dan 100 g/mL

    Dipipet 0,005; 0,025; 0,05; 0,125; 0,25; dan 0,5 mL larutan induk kuersetin

    masing-masing kedalam 6 labu ukur 5 mL. Pada masing-masing labu ukur

    dicukupkan volumenya dengan metanol p.a sampai tanda batas. Selanjutnya

    dipipet 1,0 mL masing-masing ke dalam 6 tabung reaksi. Pada masing-masing

    tabung ditambah dengan 1,0 mL DPPH kemudian ditambahkan lagi 2,0 mL

    metanol p.a dikocok hingga homogen kemudian diinkubasi pada suhu kamar

    selama 30 menit. Serapan dari larutan tersebut diukur pada panjang

    gelombang 517 nm.

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 3.4.4.5 Pe

    Pe

    konsentras

    Se

    dilanjutka

    (%). Aktiv

    IC50 yaitu

    Nilai IC50

    3.4.5 Pe

    Pa

    kimia den

    flavonoid,

    3.4.5.1 Ide

    1. Bebera

    dan as

    penang

    diguna

    beriku

    a) La

    Ma

    b) La

    Bo

    nghitungan

    rsentase in

    si larutan sa

    telah didap

    an dengan p

    dimana x

    vitas antiok

    konsentras

    0 didapatkan

    napisan Fito

    ada ekstrak

    ngan beber

    , glikosida,

    entifikasi al

    apa miligra

    sam klorida

    gas air. Sel

    akan sebag

    ut:

    arutan perco

    ayer LP, ha

    arutan perco

    ouchardat L

    n

    nhibisi (IC5ampel dapat

    patkan pers

    penghitunga

    x adalah kon

    ksidan dinya

    si sampel ya

    n dari nilai

    okimia

    dan fraksi

    rapa pereak

    antrakuinon

    lkaloid

    am ekstrak k

    a 2 N (9:1

    lanjutnya d

    gai larutan

    obaan diam

    asil positif d

    obaan diam

    P, hasil pos

    50) terhadap

    t dihitung d

    sentase inhi

    an secara reg

    nsentrasi (

    atakan deng

    ang dapat m

    x setelah m

    i yang dipe

    ksi kimia

    n, saponin, t

    kental dilar

    ), kemudia

    didinginkan

    percobaan

    mbil 1 ml ke

    dengan terbe

    mbil 1 ml ke

    sitif dengan

    p radikal D

    engan rumu

    ibisi dari m

    gresi linier

    g/mL) dan

    gan Inhibiti

    meredam rad

    mengganti y

    eroleh iden

    antara lain

    tannin dan t

    rutkan dalam

    an dipanask

    dan disarin

    yang sela

    emudian dit

    entuknya en

    emudian dit

    terbentukny

    Unive

    DPPH dari

    us:

    masing-mas

    menggunak

    y adalah pr

    on Concent

    dikal DPPH

    dengan 50.

    ntifikasi go

    n untuk pe

    terpen.

    m 10 ml ca

    kan selama

    ng. Filtrat y

    anjutnya dil

    tambahkan

    ndapan putih

    tambahkan

    ya endapan

    ersitas Indo

    masing-m

    sing konsen

    kan persam

    resentase in

    tration 50%

    H sebanyak

    longan sen

    ereaksi alk

    ampuran aqu

    2 menit di

    yang didap

    lakukan se

    2 tetes per

    h.

    2 tetes per

    n coklat hita

    18

    onesia

    masing

    ntrasi,

    maan y

    hibisi

    % atau

    50%.

    nyawa

    aloid,

    uades

    i atas

    patkan

    ebagai

    reaksi

    reaksi

    m.

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 19

    Universitas Indonesia

    c) Larutan percobaan diambil 1 ml kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi

    Dragendorf LP, hasil positif dengan terbentuknya endapan jingga coklat.

    (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

    2. Penapisan dengan menggunakan KLT dan penampak noda Dragendorf LP.

    Fraksi teraktif yang telah dilarutkan dengan pelarutnya ditotolkan pada

    lempeng KLT. Selanjutnya dielusi dengan eluen BAW (Butanol, Acetic acid,

    Water) 4:1:5 yang diambil lapisan atasnya. Selanjutnya disemprot

    menggunakan penampak noda Dragendorf LP. Hasil positif akan

    menunjukkan warna jingga-coklat (Wagner, Bladt, dan Zgainski, 1984).

    3.4.5.2 Identifikasi flavonoid

    1. Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditambahkan 10 ml metanol dan 5 ml petroleum

    eter, dikocok dan didiamkan. Diambil lapisan metanol, diuapkan pada suhu

    40C. Sisa larutan ditambahkan 5 ml etil asetat P, disaring, selanjutnya

    dilakukan sebagai berikut:

    a) Larutan uji diambil 1 ml, diuapkan, lalu sisanya dilarutkan dalam 1-2 ml

    etanol (95%), kemudian ditambahkan 0,5 gram serbuk seng P dan 2 ml

    asam klorida 2 N dan didiamkan selama 1 menit. Kemudian ditambahkan

    10 tetes asam klorida P, jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna

    merah intensif, menunjukkan adanya flavonoid (glikosida-3-flavonol).

    b) Larutan uji diambil 1 ml, diuapkan, lalu sisanya dilarutkan dalam 1 ml

    etanol (95%), kemudian ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium P dan 10

    tetes asam klorida P. Jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu

    menunjukkan adanya flavonoid. Jika warna kuning jingga menunjukkan

    adanya flavon, kalkon, dan auron.

    c) Larutan uji diambil 1 ml, diuapkan, lalu sisanya dibasahkan dengan aseton,

    kemudian ditambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk halus

    asam oksalat P, dipanaskan hati-hati di atas penangas air. Sisa yang

    didapatkan dicampur dengan 10 ml dietil eter P. Diamati dengan sinar

    ultraviolet 366 nm, larutan berfluoresensi kuning intensif menunjukkan

    adanya flavonoid (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 20

    Universitas Indonesia

    2. Penapisan dengan menggunakan KLT dan penampak noda AlCl3. Fraksi

    teraktif yang telah dilarutkan dengan pelarutnya ditotolkan pada lempeng

    KLT. Selanjutnya dielusi dengan eluen BAW (Butanol, Acetic acid, Water)

    4:1:5 yang diambil lapisan atasnya. Selanjutnya disemprot menggunakan

    penampak noda AlCl3. Hasil positif akan menunjukkan warna kuning pada

    sinar UV dengan panjang gelombang 366 nm (Wagner, Bladt, dan Zgainski,

    1984).

    3.4.5.3 Identifikasi glikon

    Ekstrak yang diuji ditambahkan 15 ml asam klorida 10 % LP, direfluks

    selama 10 menit, dinginkan kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh disari

    sebanyak tiga kali masing-masing dengan 5 ml eter P. Lapisan eter dipisahkan dan

    dikumpulkan. Kumpulan sari ditambahkan natrium sulfat anhidrat P, disaring dan

    diuapkan pada suhu tidak lebih dari 500C, kemudian ditambahkan dengan 2 ml

    metanol dan diuapkan. Hasil penguapan dilarutkan dengan 1 ml aquades dan 8

    tetes Mollisch LP. Kemudian tambahkan dengan hati-hati 1 ml asam sulfat P.

    Hasil positif ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas cairan

    (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

    3.4.5.4 Identifikasi antrakinon

    1. Ekstrak yang diperoleh ditambahkan 5 ml asam sulfat 2N, panaskan sebentar,

    dinginkan. Tambahkan 10 ml benzen P, kocok, diamkan. Pisahkan lapisan

    benzen, saring. Kocok lapisan benzen dengan 1 sampai 2 natrium hidroksida

    2N, diamkan, lapisan air berwarna merah intensif dan lapisan benzene tidak

    berwarna.

    2. Penapisan dengan menggunakan KLT dan penampak noda KOH. Fraksi

    teraktif yang telah dilarutkan dengan pelarutnya ditotolkan pada lempeng

    KLT. Selanjutnya dielusi dengan eluen BAW (Butanol, Acetic acid, Water)

    4:1:5 yang diambil lapisan atasnya. Selanjutnya disemprot menggunakan

    penampak noda KOH. Hasil positif akan menunjukkan warna merah pada

    cahaya tampak atau flourosensi kuning di bawah sinar UV dengan panjang

    gelombang 366 nm (Wagner, Bladt, dan Zgainski, 1984)

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 21

    Universitas Indonesia

    3.4.5.5 Identifikasi saponin

    1. Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditambahkan 10 mL aquadest panas, didinginkan

    kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Hasil positif ditunjukkan dengan

    terbentuknya buih yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10

    cm dan pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang

    (Departemen Kesehatan RI, 1995).

    2. Penapisan dengan menggunakan KLT dan penampak noda anisaldehid-asam

    sulfat. Fraksi teraktif yang telah dilarutkan dengan pelarutnya ditotolkan pada

    lempeng KLT. Selanjutnya dielusi dengan eluen BAW (Butanol, Acetic acid,

    Water) 4:1:5 yang diambil lapisan atasnya. Selanjutnya disemprot

    menggunakan penampak noda larutan anisaldehid-asam sulfat. Hasil positif

    akan menunjukkan warna biru, biru-ungu, atau kekuningan pada cahaya

    tampak setelah dipanaskan pada suhu 100C selama 5-10 menit (Wagner,

    Bladt, dan Zgainski, 1984).

    3.4.5.6 Identifikasi tanin

    1. Beberapa miligram ekstrak kental dilarutkan dalam 5 ml air suling panas dan

    diaduk. Setelah dingin disentrifugasi dan bagian cairan didekantasi dan diberi

    larutan natrium klorida 10%, kemudian disaring. Filtrat sebanyak masing-

    masing 1 ml dikerjakan sebagai berikut:

    a. Filtrat ditambahkan ditambahkan 2 tetes larutan besi (III) klorida 1%, hasil

    positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau violet.

    b. Filtrat ditambahkan ditambahkan 3 ml larutan gelatin 10%, hasil positif

    ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih.

    c. Filtrat ditambahkan ditambahkan 3 ml larutan natrium klorida-gelatin

    (larutan gelatin 1% dalam larutan natrium klorida 10%), hasil positif

    ditunjukkan dengan terbentuknya endapan (Farnsworth, 1966).

    2. Identifikasi tanin untuk fraksi dilakukan dengan menggunakan KLT, dengan

    eluen butanol-asam asetat glasial-aquades (40:10:50) dan menggunakan

    penyemprot larutan FeCl3 10%. Hasil positif akan menunjukkan warna hijau-

    kehitaman (Wagner, Bladt, dan Zgainski, 1984).

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 22

    Universitas Indonesia

    3.4.5.7 Identifikasi Terpen

    1. 1 mg ekstrak kental dilarutkan dalam 5 mL eter kemudian diuapkan di dalam

    cawan penguap. Ke dalam residu ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat,

    kemudian 1 tetes asam sulfat pekat akan terbentuk warna merah-hijau atau

    violet-biru (Farnsworth, 1966).

    2. Identifikasi terpenoid/sterol untuk fraksi dilakukan dengan menggunakan

    KLT, dengan eluen benzen-etil asetat (90:10) dan menggunakan penyemprot

    anisaldehid-asam sulfat. Hasil positif akan menunjukkan warna biru kuat,

    hijau, merah, atau coklat pada cahaya tampak setelah dipanaskan pada suhu

    100C selama 5-10 menit

    3.4.6 Pemisahan Ekstrak Aktif

    Ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan paling kuat dilanjutkan

    dengan pemisahan menggunakan kromatografi kolom. Selanjutnya dilakukan uji

    aktivitas antioksidan, sehingga didapatkan fraksi yang memiliki aktivitas

    antioksidan teraktif. Fase diam yang digunakan adalah silika gel 60 H Merck dan

    fase gerak yang digunakan adalah kombinasi beberapa pelarut terdistalasi.

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 23

    Universitas Indonesia

    BAB 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Penyiapan Simplisia

    Bagian tanaman yang digunakan adalah daun Premna oblongata Miq.

    yang diperoleh dari kebun Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik

    (BALITTRO) Bogor, Cimanggu, dan telah dideterminasi di Herbarium

    Bogoriense (LIPI), Cibinong, Bogor. Hasil determinasi dapat dilihat pada

    Lampiran 1.

    Pada penelitian ini digunakan simplisia berupa daun Premna oblongata

    Miq. yang dipetik pada usia enam bulan setelah penanaman. Sebanyak 10 kg daun

    Premna oblongata Miq. selanjutnya dilakukan proses sortasi, pencucian,

    perajangan, pengeringan, penghalusan dan penyaringan sehingga diperoleh 1 kg

    serbuk kering daun Premna oblongata Miq. Sortasi dan pencucian bertujuan

    untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya yang

    menempel pada tanaman dengan menggunakan air bersih. Daun selanjutnya

    dirajang untuk mempermudah proses pengeringan. Pengeringan dilakukan

    bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga simplisia yang diperoleh tidak

    mudah rusak oleh adanya pertumbuhan jamur dan dapat disimpan dalam waktu

    yang lebih lama. Pengeringan dilakukan di tempat terbuka, pada tampah yang

    ditutupi oleh kain hitam dan terlindung dari sinar matahari secara langsung.

    Pengeringan dilakukan dari jam 07.00 pagi sampai jam 12.00 siang.

    Setelah dilakukan pengeringan, rajangan digiling dan diayak dengan

    ayakan 40 mesh agar derajat kehalusan serbuk simplisia seragam. Penghalusan

    dan penyaringan ditujukan untuk memperoleh serbuk yang homogen dan untuk

    mempermudah proses penarikan zat aktif pada saat ekstraksi. Serbuk yang telah

    kering selanjutnya disimpan dalam wadah bersih, kering dan terlindung dari

    cahaya untuk mencegah kerusakan dan mutu simplisia tetap terjaga.

    Setelah didapatkan serbuk simplisia, dilakukan maserasi untuk

    mendapatkan ekstrak n-heksan, etil asetat dan methanol. Setelah itu dilakukan

    penapisan fitokimia dan uji antioksidan dengan metode DPPH. Ekstrak dengan

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 24

    Universitas Indonesia

    antioksidan terbesar difraksinasi untuk mendapatkan fraksi-fraksi. Pada fraksi-

    fraksi yang didapat dilakukan uji aktivitas antioksidan untuk mendapatkan fraksi

    aktif. Setelah itu dilakukan pemeriksaan kandungan kimia untuk mengetahui

    golongan senyawa dari fraksi yang teraktif.

    4.2 Ekstraksi

    Serbuk kering daun Premna oblongata Miq diekstraksi dengan metode

    maserasi dengan pelarut yang kepolarannya meningkat yaitu n-heksan, etil asetat,

    dan metanol. Dipilih metode ini karena menggunakan peralatan sederhana

    sehingga sangat mudah dilakukan dan metode maserasi tidak merusak kandungan

    senyawa kimia tanaman yang tidak tahan panas.

    Sebanyak kurang lebih 1 kg Serbuk kering daun Premna oblongata Miq.

    dimaserasi dengan pelarut dengan kepolaran meningkat mulai dari n-heksan, etil

    asetat dan selanjutnya metanol sebanyak 5 kali untuk memperoleh filtrat dari

    masing-masing ekstrak yang masih dapat dituang. Dipilih pelarut dengan

    kepolaran meningkat dimaksudkan untuk memisahkan senyawa metabolit

    sekunder berdasarkan kepolarannya, sehingga diharapkan memudahkan penapisan

    fitokimia. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan penguap putar vakum pada

    suhu lebih kurang 500C kemudian diuapkan diatas waterbath pada suhu

  • 25

    Universitas Indonesia

    Apabila DPPH direaksikan dengan senyawa peredam radikal bebas misalnya

    flavonoid, intensitas warna ungu akan berkurang dan bila senyawa peredam

    radikal bebas yang bereaksi jumlahnya besar, maka DPPH dapat berubah warna

    menjadi kuning. Metode DPPH memberikan informasi reaktivitas senyawa yang

    diuji dengan suatu radikal stabil. DPPH memberikan serapan kuat pada panjang

    gelombang 517 nm dengan warna violet gelap. Penangkap radikal bebas

    menyebabkan elektron menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan

    penghilangan warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil

    (Sunarni, 2005).

    Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak didahului dengan uji kualitatif

    menggunakan kertas kromatografi dan pereaksi semprot DPPH. Hal ini bertujuan

    untuk memperkirakan ekstrak mana yang memiliki aktivitas antioksidan. Larutan

    sampel dari tiap ekstrak dan larutan standar kuersetin dengan konsentrasi 1000

    g/ml ditotolkan pada kertas kromatografi, kemudian disemprot dengan larutan

    DPPH dengan konsentrasi 100 g/ml. Selanjutnya dilakukan uji aktivitas

    antioksidan secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis.

    Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun

    Premna oblongata Miq. memiliki memiliki aktivitas antioksidan paling kuat. Hal

    ini ditunjukkan dengan nilai IC50 ekstrak methanol yakni 20,01 g/mL, diikuti

    dengan estrak etil asetat 63.17 g/mL, dan ekstrak heksan 68.93g/mL. Oleh

    sebab itu, ekstrak metanol dipilih untuk dilakukan pemisahan lebih lanjut karena

    IC50 paling rendah dibanding ekstrak metanol dan n-heksan yaitu 20,01 g/mL.

    Kuersetin yang digunakan sebagai pembanding memiliki IC50 1,565 g/mL. Data

    dapat dilihat pada Tabel 4.2.

    4.4 Pemisahan Ekstrak

    Pemisahan ekstrak dilakukan pada ekstrak yang memiliki aktivitas

    antioksidan terkuat yakni metanol dengan IC50 20,01 g/mL. Pemisahan

    dilakukan terhadap 25 g ekstrak metanol menggunakan kromatografi kolom

    dipercepat yang menggunakan bantuan vakum untuk menggerakkan eluen.

    Metode kromatografi kolom dipercepat digunakan karena lebih efisien dalam

    pemisahan dibandingkan kromatografi kolom gravitasi. Kromatografi kolom

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 26

    Universitas Indonesia

    dipercepat pertama kali diperkenalkan oleh para ilmuwan dari Australia untuk

    mengatasi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan menggunakan kolom

    kromatografi klasik. Pada dasarnya metode ini adalah kromatografi lapis tipis

    preparatif yang berbentuk kolom. Aliran fase gerak dalam metode ini diaktifkan

    dengan bantuan kondisi vakum.

    Pada pemisahan ekstrak ini digunakan campuran pelarut n-heksan-etil

    asetat sebagai fase gerak dengan perbandingan 200:0, 180:20, 160:40, 140:60,

    120:80, 100:100, 80:120, 60:140, 40:160, 20:180, 0:200, dan campuran etil asetat-

    metanol dengan perbandingan 200:0, 180:20, 170:30, 160:40, 150:50, 140:60,

    120:80, 100:100, 80:120, 60:140, 40:160, 20:180, 0:200. Setiap 200 mL eluat

    ditampung sehingga diperoleh 21 fraksi lalu dilanjutkan dengan kromatografi

    lapis tipis (KLT). Dari 21 fraksi hasil pemisahan dengan kromotografi kolom

    dipercepat, diperoleh 6 fraksi gabungan yang memiliki pola kromatogram sama.

    Fraksi 4 menjadi fraksi 1, fraksi 5 menjadi fraksi 2, fraksi 6-7 digabung menjadi

    fraksi 3, fraksi 8-13 digabung menjadi fraksi 4, fraksi 14-18 digabung menjadi

    fraksi 5, fraksi 19-21 digabung menjadi fraksi 6. Berat masing-masing fraksi dapat

    dilihat pada Tabel 4.3.

    4.5 Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Aktif

    Sama halnya dengan pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak,

    pengujian aktivitas antioksidan pada fraksi juga didahului dengan uji kualitatif

    menggunakan kertas kromatografi dan pereaksi semprot DPPH. Masing-masing

    hasil penggabungan fraksi dan larutan standar kuersetin dengan konsentrasi 1000

    g/ml ditotolkan pada kertas kromatografi. Selanjutnya kertas kromatografi

    disemprot dengan larutan DPPH konsentrasi 100 g/ml. Hasil uji kualitatif ini

    menunjukkan keenam fraksi menimbulkan bercak berwarna kuning dengan latar

    belakang ungu dengan intensitas yang berbeda. Fraksi 5 menunjukkan intensitas

    perubahan warna dari ungu menjadi kuning paling mirip dengan blanko kuersetin

    (Gambar 4.2.).

    Dengan metode yang sama pada pengujian ekstrak yakni metode DPPH

    menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm,

    masing-masing fraksi tersebut dilakukan uji aktivitas antioksidan dan diperoleh

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 27

    Universitas Indonesia

    fraksi 5 yang memiliki aktivitas antioksidan paling aktif dengan nilai IC50 sebesar

    23.51 g/mL. Data dapat dilihat pada table 4.4.

    4.6 Penapisan Fitokimia Fraksi Teraktif

    Pada fraksi teraktif yaitu fraksi ke 5 dilakukan identifikasi golongan

    senyawa kimia dengan dengan pereaksi kimia dan kromatografi lapis tipis.

    Prosedur identifikasi golongan senyawa kimia dengan pereaksi kimia pada fraksi

    teraktif sama dengan identifikasi golongan senyawa kimia dengan pereaksi kimia

    pada ekstrak. Dari hasil identifikasi golongan senyawa kimia dengan pereaksi

    kimia pada fraksi didapatkan hasil positif pada senyawa flavonoid, glikosida,

    tanin dan saponin.

    Identifikasi golongan senyawa kimia fraksi dengan kromatografi lapis tipis

    dilakukan menggunakan kontrol positif tanaman pembanding yang sudah terbukti

    memiliki kandungan senyawa kimia Alkaloid, terpenoid, flavonoid, tannin,

    saponin dan antrakuinon. Identifikasi senyawa kimia menggunakan eluen BAW

    (Butanol, Acetic acid, Water) dengan alasan setelah dicoba berbagai macam

    kombinasi eluen, eluen ini yang memberikan pemisahan paling baik pada fraksi 5.

    4.6.1 Identifikasi alkaloid

    Identifikasi alkaloid dilakukan dengan beberapa uji (Gambar 4.4), yaitu :

    a) Uji Mayer LP, tidak memberikan hasil positif dengan tidak terbentuknya

    endapan putih.

    b) Uji Bouchardat LP, tidak memberikan hasil positif dengan tidak terbentuknya

    endapan coklat hitam.

    c) Uji Dragendorf LP, tidak memberikan hasil positif dengan tidak terbentuknya

    endapan jingga coklat.

    d) Penapisan menggunakan KLT dengan penampak noda Dragendorf LP tidak

    memberikan hasil positif karena tidak terbentuknya bercak jingga-coklat yang

    dibandingkan dengan standar piperin.

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 28

    Universitas Indonesia

    4.6.2 Identifikasi flavonoid

    Identifikasi flavonoid dilakukan dengan beberapa uji (Gambar 4.5), yaitu :

    a) Larutan uji yang ditambahkan serbuk seng dan asam klorida encer

    memberikan hasil positif dengan terbentuknya warna merah intensif.

    b) Larutan uji yang ditambahkan serbuk magnesium dan asam klorida pekat

    memberikan hasil positif dengan terbentuknya warna kuning.

    c) Larutan uji yang ditambahkan asam borat dan asam oksalat memberikan hasil

    positif dengan adanya fluoresensi kuning intensif.

    d) Penapisan menggunakan KLT dengan penampak noda AlCl3 memberikan

    hasil positif karena terbentuknya bercak berfluoresensi kuning yang

    dibandingkan dengan standar kuersetin.

    4.6.3 Identifikasi glikon

    Ekstrak yang ditambahkan asam klorida, disari dengan eter, ditambahkan

    natrium sulfat anhidrat P, uapkan, ditambahkan metanol, uapkan, larutkan dengan

    aquades dan Mollisch LP, dan ditambahkan asam sulfat memberikan hasil positif

    dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas cairan (Gambar 4.6).

    4.6.4 Identifikasi antrakinon

    Identifikasi antrakinon dilakukan dengan beberapa uji (Gambar 4.7), yaitu:

    a) Ekstrak yang ditambahkan asam sulfat, ditambahkan benzene, lapisan benzen

    dikocok dengan natrium hidroksida tidak memberikan hasil positif dengan

    tidak terbentuknya lapisan air berwarna merah intensif dan lapisan benzene

    yang tidak berwarna.

    b) Penapisan menggunakan KLT dengan penampak noda KOH memberikan

    hasil negatif karena tidak terbentuknya bercak merah yang dibandingkan

    dengan standar Rhei radix.

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 29

    Universitas Indonesia

    4.6.5 Identifikasi saponin

    Identifikasi saponin dilakukan dengan beberapa uji (Gambar 4.8), yaitu :

    a) Ekstrak yang ditambahkan aquadest panas, didinginkan kemudian dikocok

    kuat-kuat selama 10 detik memberikan hasil positif dengan terbentuknya buih

    yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm dan pada

    penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang.

    b) Penapisan menggunakan KLT dengan penampak noda anisaldehid-asam sulfat

    memberikan hasil positif dengan terbentuknya bercak warna ungu yang

    dibandingkan dengan standar Liquiritiae radix.

    4.6.6 Identifikasi tanin

    Identifikasi tanin dilakukan dengan beberapa uji (Gambar 4.9), yaitu :

    a) Larutan uji yang ditambahkan larutan besi (III) klorida, memberikan hasil

    positif dengan terbentuknya warna hijau.

    b) Penapisan menggunakan KLT dengan penampak noda FeCl3 memberikan

    hasil positif dengan terbentuknya bercak warna hijau-kehitaman yang

    dibandingkan dengan standar Psidii folium.

    4.6.7 Identifikasi Terpen

    Identifikasi terpen dilakukan dengan beberapa uji (Gambar 4.10), yaitu :

    a) Larutan uji yang ditambahkan asam asetat anhidrat, dan asam sulfat pekat

    tidak memberikan hasil positif dengan tidak terbentuknya warna merah-hijau

    atau violet-biru.

    b) Penapisan menggunakan KLT dengan penampak noda anisaldehid-asam sulfat

    tidak memberikan hasil positif dengan tidak terbentuknya bercak warna biru

    yang dibandingkan dengan standar Caryophili Flos. Hasil penapisan

    selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 30

    Universitas Indonesia

    BAB 5

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai

    berikut :

    a. Hasil uji antioksidan dari ketiga ekstrak yang diuji menunjukkan ekstrak

    metanol memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan IC50 20.01 g/mL,

    diikuti oleh ekstrak etil asetat dengan IC50 63.17 g/mL, dan ekstrak heksan

    dengan IC50 68.93 g/mL.

    b. Fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan terbesar adalah fraksi 5 dengan

    nilai IC50 sebesar 23.51 g/mL, yang mengandung senyawa golongan

    flavonoid, glikon, tannin, dan saponin.

    5.2 Saran

    Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan senyawa-

    senyawa murni dari daun Premna oblongata Miq. dengan metode uji antioksidan

    lainnya.

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 31

    Universitas Indonesia

    DAFTAR ACUAN

    Andarwaulan, N., Wijaya, H., dan Cahyono, D.T. (1996). Aktivitas Antioksidan dari Daun Sirih (Piper betle L). Teknologi dan Industri Pangan VII, 29-30.

    Arulpriya, P., Lalitha, P., dan Hemalatha, S. (2010). in vitro Antioxidant Testing of The Extracts Of Samanea saman (Jacq.)Merr. Der Chemica Sinica, (2), 73-79.

    Aqil, F., Ahmad, I., dan Mehmood, Z. (2006). Antioxidant and Free Radical Scavenging Properties of Twelve Traditionally Used Indian Medicinal Plants. Turk J Biol, 177-183.

    Bank, G., dan Lenoble, R. (2002). Oxygen Radical Absorbency Capacity, Standardizing the Way We Look at Antioxidants. Nutraceutical World September, 42-45.

    Backer, C.A., dan Brink., R.C.B.V.D. (1965). Flora of Java Vol II. 602-603. N.V.P. Noordhoff-Groningen-The Netherlands.

    Blois, M.S. (1958). Antioxidant Determinations By The Use Of A Stable Free Radical Nature, 181, 1199- 1200.

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

    Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

    Evans, W.C. (2002). Trease and Evans Pharmacognosy 15th Ed. London: W.B. Saunders.

    Farnsworth, N.R. (1966). Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Sciences 55 (3), 226-276.

    Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Mengekstraksi Tumbuhan (Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro, Penerjemah.). Bandung: Penerbit ITB.

    Harmita. (2006). Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Depok : Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.

    Hidajat, B. (2005). Penggunaan Antioksidan pada Anak. Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak.

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 32

    Universitas Indonesia

    Isnindar., Setyowat, E.P., dan Wahyuono, S. (2011). Aktivitas Antioksidan Daun Kesemek (Diospyros kaki L.F) Dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-Pikrilhidrazin). Majalah Obat tradisional.

    Johnson, E. (1991). Dasar Kromatografi Cair. Bandung : Penerbit ITB.

    Lampe, J.W. (1999). Health Effects of Vegetables and Fruit: Assesing Mechanisms of Action in Human Experimental Studies. The American Jurnal of Clinical Nutrition.

    Lautan, J. (1997). Radikal Bebas Pada Eritrosit dan Leukosit, Cermin Dunia Kedokteran. (116), 49-52.

    Molineux, P. (2004). The Use of The Stable Free Radical Diphenyl Picrylhydrazil (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklankarin J. Sci. Technol., 26 (2), 211-219.

    Nurdin., Kusharto, C.M., Tanziha, I., dan Januwati, M. (2009). Kandungan Klorofil Berbagai Jenis Daun Tanaman dan Cu-Turunan Klorofil Serta Karakteristik Fisiko-Kimianya. Jurnal Gizi dan Pengan.

    Pitojo, S. (2008). Khasiat Cincau Perdu. Yogyakarta: Kanisius.

    Pitojo, S., dan Sumiati. (2005). Cincau: Cara Pembuatan dan Variasi Olahan. Agromedia Pustaka, Jakarta.

    Rahman, A., et all. In vitro antibacterial properties of essential oil and organic extracts of Premna integrifolia Linn. Arabian Journal of Chemistry.

    Rajnarayana, K., Ajitha M., Gopireddy G., dan Giriprasad, V. (2011). Comperative Antioxidant Potential Of Some Fruits And Vegetabkesusing DPPH Method. International Journal Of Pharmacy & Technology.

    Soediro, I., dkk (1986). Kromatografi Cepat Sebagai Cara Fraksinasi Ekstrak Tanaman. Acta Pharmaceutica Indonesia.

    Sutamihardja, R.T.M., Citroreksoko, P.S., Ossia, F., dan S.E. Wardoyo. (2006). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Fenol Dari Daun Salam (Syzgium polanthum, Wight Walpers) Sebagai Senyawa Antibakteri. Jurnal Nusa Kimia, 6 (1), 48-60.

    Sunarni, T. (2005). Aktivitas Antioksidan Penangkap Radikal Bebas Beberapa kecambah Dari Biji Tanaman Familia Papilionaceae. Jurnal Farmasi Indonesia 2, (2),53-61.

    Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., dan Kaur, H. (2011). Phytochemical screening and extraction : A review. International Pharmaceutical Sciencia, 1(1), 98-106.

    Winarsi, H. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 33

    Universitas Indonesia

    Wagner, H., Blandt, S., dan Zgalnski. (1984). Plant Drug Analysis. New York : Springer-Verlag, 7-304.

    Yu, L. (2008). Wheat Antioxidants. United States Of America: Wiley.

    Yadav, D., Tiwari, N., dan Gupta, M.M. (2010). Diterpenoids from Premna integrifolia. Phytochem. Lett. 3, 143147.

    Zakaria, F.R. (1996). Sintesis Senyawa Radikal dan Elektrofil Dalam Oleh Komponen Pangan : Reaksi Biomolekuler, Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan. Prosiding Seminar. Bogor: Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB.

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • GAMBAR

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 33

    Gambar 2.1 Premna oblongata Miq.

    [Sumber : Koleksi Penulis]

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 34

    Gambar 3.1 Penguap vakum putar (Rotary evaporator Buchi)

    Gambar 3.2 Spektrofotometer UV-Vis

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 35

    (a)

    (b)

    (c)

    Keterangan : a. Ekstrak heksan b. Ekstrak etil asetat c. Ekstrak metanol

    Gambar 4.1 Ekstrak Hasil Ekstraksi

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 36

    I II III IV V VI

    (a)

    I II III IV V VI

    (b)

    Keterangan:

    a. Fraksi I hingga fraksi VI serta kuersetin sebelum disemprot DPPH b. Fraksi I hingga fraksi VI serta kuersetin sesudah disemprot DPPH

    Gambar 4.2 Hasil Uji Kualitatif Fraksi Ekstrak Gabungan

    Kuersetin

    Kuersetin

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 37

    Keterangan :

    Serapan Blanko DPPH = 0.6237

    Gambar 4.3 Spektrum serapan larutan DPPH

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 38

    (a) (b) (A) (B) (C) (D)

    Keterangan: A. Identifikasi menggunakan pereaksi kimia Mayer LP B. Identifikasi menggunakan pereaksi kimia Bouchardat C. Identifikasi menggunakan pereaksi kimia Dragendorf LP D. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar

    Gambar 4.4 Identifikasi golongan senyawa alkaloid fraksi 5

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 39

    (a) (b) (A) (B) (C) (D) Keterangan: A. Identifikasi dengan penambahan serbuk seng dan asam klorida encer B. Identifikasi dengan penambahan serbuk magnesium dan asam klorida pekat C. Identifikasi dengan penambahan asam borat dan asam oksalat D. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar

    Gambar 4.5 Identifikasi golongan senyawa flavonoid fraksi 5

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 40

    Gambar 4.6 Identifikasi golongan senyawa glikon fraksi 5

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 41

    (a) (b) (A) (B) Keterangan: A. Identifikasi dengan penambahan asam sulfat, benzene, dan lapisan benzen dikocok dengan

    natrium hidroksida B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar

    Gambar 4.7. Identifikasi golongan senyawa antrakinon fraksi 5

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 42

    (a) (b) (A) (B) Keterangan: A. Identifikasi dengan penambahan aquadest panas, dinginkan, kemudian kocok kuat-kuat

    selama 10 detik B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar

    Gambar 4.8 Identifikasi golongan senyawa saponin fraksi 5

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 43

    (a) (b) (A) (B) Keterangan: A. Identifikasi dengan penambahan larutan besi (III) klorida B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar

    Gambar 4.9 Identifikasi golongan senyawa tanin fraksi 5

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 44

    (a) (b)

    Keterangan: A. Identifikasi dengan penambahan asam asetat anhidrat, dan asam sulfat pekat B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar

    Gambar 4.10 Identifikasi golongan senyawa terpen fraksi 5

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • TABEL

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 45

    Tabel 4.1 Data Rendemen Ekstrak Daun Premna Oblongata Miq.

    No. Ekstrak Bobot Ekstrak

    (g)

    Rendemen

    Esktrak

    (%)

    1. Ekstrak Heksan 20,55 2.05

    2. Ekstrak Etil Asetat 23,75 2.37

    3. Ekstrak Metanol 140,48 14.04

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 46

    Tabel 4.2 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Premna Oblongata

    Miq.

    Sampel Konsentrasi (g/ml)

    Absorbansi % Inhibisi Persamaan linier

    IC50 (g/ml)

    BlankoSampel uji

    Kuersetin

    1

    0.675

    0.647 3.86

    y = 38.54x - 10.35

    R = 0.920 1.565

    2 0.626 6.98 3 0.541 19.61 4 0.535 20.51 5 0.432 34.91 6 0.307 54.38

    Ekstrak Heksan

    1

    0.675

    0.575 14.56

    y = 0.4911x + 16.147

    R = 0.9134 68.93

    5 0.551 16.03 10 0.539 18.12 25 0.522 20.22 50 0.51 24.21 100 0.49 27.19

    Ekstrak Etil

    Asetat

    5

    0.673

    0.629 6.5

    y = 0.679x + 7.053

    R = 0.978 63.17

    10 0.612 9.06 25 0.589 12.48 50 0.578 15.9 100 0.514 23.62

    Ekstrak Metanol

    1

    0.673

    0.595 11.58

    y = 1.963x + 10.71

    R = 0.9992 20.01

    5 0.584 13.22 10 0.574 14.71 25 0.517 23.17 50 0.432 35.8 100 0.272 59.58

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 47

    Tabel 4.3 Berat Fraksi Ekstrak Hasil Fraksinasi Kolom Dipercepat

    No. Fraksi Ekstrak Berat Fraksi (mg)

    1. Fraksi I 242.6

    2. Fraksi II 526

    3. Fraksi III 773.6

    4. Fraksi IV 1500.1

    5. Fraksi V 4640.9

    6. Fraksi VI 2819

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 48

    Tabel 4.4. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi-Fraksi Ekstrak Metanol

    Premna Oblongata Miq.

    Sampel Konsentrasi (g/ml)

    Absorbansi % Inhibisi Persamaan linier

    IC50 (g/ml)

    BlankoSampel uji

    Fraksi 1

    100

    0.6237

    0.5168 17.13

    y = 0.0925x + 14.865

    R = 0.9572 379.83

    150 0.5113 18.01 200 0.4974 20.25 250 0.4956 20.53 300 0.491 21.27 350 0.4789 23.21

    Fraksi 2

    100

    0.6237

    0.5447 12.66

    y = 0.1864x + 7.483

    R = 0.9305 228.09

    150 0.5312 14.82 200 0.5193 16.73 250 0.5116 17.97 300 0.4988 20.02 350 0.464 25.6

    Fraksi 3

    100

    0.6237

    0.5364 13.99

    y = 0.0915x + 11.148

    R = 0.9047 424.61

    150 0.5341 14.36 200 0.5255 15.74 250 0.5221 16.28 300 0.5164 17.2 350 0.4978 20.18

    Fraksi 4

    10

    0.6237

    0.5785 7.24

    y = 1.2663x + 2.7891

    R = 0.9916 37.28

    25 0.5669 9.1 50 0.5062 18.83 75 0.462 25.92 90 0.4227 32.22 100 0.4102 34.23

    Fraksi 5

    10

    0.6237

    0.5647 9.45

    y = 2.066x + 1.4145

    R = 0.9811 23.51

    25 0.5546 11.07 50 0.457 26.72 75 0.3789 39.29 90 0.3041 51.24 100 0.3025 51.49

    Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012

  • 49

    Sampel Konsentrasi (g/ml)

    Absorbansi % Inhibisi Persamaan linier

    IC50 (g/ml)

    BlankoSampel uji

    Fraksi 6

    10

    0.6237

    0.5929 4.93

    y = 1.2271x + 2.026

    R = 0.996 39.09

    25 0.5577 10.58 50 0.4719 16.13 75 0.4651 25.42 90 0.4385