aksiologi f3

30
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian, Definisi, Hakikat, Karakteristik Aksiologi Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berati nilai dan logos berarti teori. Suriasumantri (1998: 234) mengatakan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19), aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Dalam Encyclopedia of Philosophy (dalam Amsal:164) dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and valuation. Menurut Latif (2014:230) aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan dijalan yang tidak benar. Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian : 1

Upload: trie-rahayu

Post on 11-Jan-2017

666 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aksiologi f3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian, Definisi, Hakikat, Karakteristik Aksiologi

Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berati nilai dan logos

berarti teori. Suriasumantri (1998: 234) mengatakan aksiologi sebagai teori nilai

yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut

Kamus Bahasa Indonesia (1995:19), aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan

bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Dalam

Encyclopedia of Philosophy (dalam Amsal:164) dijelaskan aksiologi disamakan

dengan value and valuation.

Menurut Latif (2014:230) aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari

hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu

pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya

dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai

ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan dijalan yang tidak benar. Menurut

Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :

1. Moral Conduct yaitu tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin khusus

yaitu etika.

2. Estetic expression yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan.

3. Socio-politcal life yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat

sosial politik.

Pada hakikatnya aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari

tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu aksiologi mempertanyakan

untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan

cara penggunaan itu dan kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah

berdasarkan pilihan moral? Bagaimanakah kaitan antara teknik, prosedural yang

merupakan operasionalisasi metode ilmiah dan norma-norma moral atau

profesional? Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan

1

Page 2: Aksiologi f3

bagaimana manusia mempergunakan ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori

nilai.

Suriasumantri (1998: 234) mengatakan aksiologi sebagai teori nilai yang

berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut Francis

Bacon (dalam Latif, 2014:229) bahwasanya “Pengetahuan adalah kekuasaan”

apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka yang disebabkan

oleh ilmu, kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu,

karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan

hidupnya. Lagi pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik atau

buruk melainkan tergantung pada pemilik yang menggunakannya.

Erliana Hasan (dalam Latif, 2014:238) mengatakan ada dua karakteristik

yang berkaitan dengan teori nilai, yaitu sebagai berikut. Pertama, nilai objektif

atau subjektif. Nilai itu objektif jika ia tergantung pada subjek atau kesadaran

menilai. Sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya, maknanya, dan

validitasnya tergantung pada realitas subjek yang melakukan penilaian tanpa

mempertimbangkan apakah ini bersifat fisik atau psikis. Suatu nilai dikatakan

objektif apabila memiliki kebenarannya tanpa memperhatikan dan penilaian

manusia. Kedua, nilai dikatan absolut atau abadi. Apabila nilai sudah berlaku dari

zaman dahulu hingga zaman sekarang dan akan berlaku sepanjang masa secara

absah, serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras atau kelas

sosial. Dalam aksiologi terdapat dua penilaian yang umum digunakan, yaitu etika

dan estetika. Jadi dapat disimpulkan bahwa aksiologi merupakan cabang filsafat

yang mempelajari tentang teori nilai dan hakikat nilai yang berkaitan dengan

kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan manusia dan nilai

merupakan tolok ukur kebenaran, etika dan moral dalam penerapan ilmu pada

kehidupan sehari-hari.

B. Ilmu dan Moral

Menurut Latif (2014:307) ilmu adalah seperangkat atau kumpulan

pengetahuan yang teratur yang memiliki prosedur yang sistematis dan memiliki

2

Page 3: Aksiologi f3

logika atau rasionalitas yang didukung oleh fakta empiris secara objektif dan teruji

kebenarannya serta bersifat terbuka terhadap kritik. Menurut Beni Ahmad Saebeni

(dalam Latif, 2014:304) menyatakan bahwa istilah ilmu berasal dari bahasa Arab

“ilm” yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam penyerapan

kata, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu

sosial dapat berarti mengehtahui masalah sosial, dan lain sebagainya.

Selanjutnya menurut Fuad Ikhsan (dalam Latif, 2014:304) ilmu adalah

suatu cara berfikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa

pengetahuan. Ilmu merupakan produk dari proses berfikir menurut langkah-

langkah tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai berfikir ilmiah, yang

terdiri dari cara berfikir logis dan didukung oleh fakta empiris. Selanjutnya

Sudarsono (2014) menegaskan secara umum ilmu itu merupakan pengetahuan,

diantara para filsuf dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum bahwa ilmu

adalah suatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan atau pengetahuan yang

dihimpun dengan perantara metode ilmiah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:423) ilmu adalah

pengetahuan tentang sesuatu bidang disusun secara bersistem menurut metode

tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu dibidang

pengetahuan ilmu. Ilmu bukan sekedar pengetahuan tetapi merangkum

sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara

sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang tertentu.

Sedangkan kata moral berasal dari bahasa latin yaitu, mos yang berarti

kebiasaan. Moral berasal dari bahasa latin yaitu, moralitas adalah istilah manusia

menyebut manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memepunyai nilai

positif. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan

yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan

pengalaman. Sedangkan manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral

artinya dia tidak bermoral. Yang tidak memiliki nilai positif di mata manusia

lainnya sehingga moral adalah mutlak yang harus dimiliki manusia. Menurut K.

Bertens (dalam Latif, 2014:280), secara etimologis kata moral sama dengan etika,

meskipun kata asalnya beda. Pada tataran lain, jika kata moral dipakai sebagai

3

Page 4: Aksiologi f3

kata sifat artinya sama dengan etis, jika kata moral dipakai sebagai kata benda

artinya sama dengan etika. Moral yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi

pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Ada lagi istilah moralitas yang mempunyai arti sama dengan moral (dari kata sifat

latin moralitas), artinya suatu perbuatan atau baik buruknya. Moralitas yaitu sifat

moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

Darsono (2010:247) mengemukakan moral adalah sistem nilai  (sesuatu yang

dijunjung tinggi) yang berupa ajaran (agama) dan paham (ideologi) sebagai

pedoman untuk bersikap dan bertindak baik yang diwariskan dari generasi ke

generasi berikutnya. Tujuan moral adalah mengarahkan sikap dan perilaku

manusia agar menjadi baik sesuai dengan ajaran dan paham yang dianutnya. 

Manfaat moral adalah menjadi pedoman  untuk bersikap dan bertindak atau

berperilaku dalam interaksi sosial yang dinilai baik atau buruk. Tanpa memiliki

moral, seseorang akan bertindak menyimpang dari norma dan nilai sosial dimana

mereka hidup dan mencari penghidupan.    

Ilmu merupakan unsur dari pengetahuan manusia karena dengan ilmu

manusia dapat memenuhi kebutuhannya secara praktis sehingga ilmu merupakan

alat atau sarana untuk menolong hidup manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.

Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan

diterapkan pada masyarakat. Teknologi dapat diartikan sebagai penerapan konsep

ilmiah dalam memecahkan masalah praktis baik yang berupa perangkat keras

maupun perangkat lunak. Dalam tahap ini ilmu tidak hanya menjelaskan gejala

alam untuk tujuan pengertian atau pemahaman namun lebih jauh lagi

memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut untuk mengontrol

dan mengarahkan proses yang terjadi. Disinilah masalah moral muncul kembali

namun dalam kaitannya dengan faktor lain, kalau dalam kontempolasi moral

berkaitan dengan metafisika maka dalam tahap manipulasi ini masalah moral

berkaitan dengan cara penggunaan ilmu pengetahuan atau secara filsafati dalam

tahap penerapan konsep terdapat masalah moral ditinjau dari segi aksiologi

keilmuan. Ilmu pengetahuan merupakan lanjutan konsepsional dari ciri “ingin

4

Page 5: Aksiologi f3

tahu” sebagai kodrat manusiawi. Tetapi ilmu pengetahuan itu menuntut

persyaratan-persyaratan khusus dalam pengaturannya (Bakker, 1990)

Teori tentang nilai dalam filsafat membahas tentang etika dan estetika

dimana makna etika mempunyai dua rati yaitu merupakan suatu kumpulan

pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat

yang dipakai untuk emmebedakan perbuatan tingkah laku atau yang lainnya. Nilai

atau value dapat bersifat objektif kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan

objektif jika nilai-nilai tersebut tidak bergantung pada sabjek atau kesadaran yang

menilai. Salah satu nilai kegunaan ilmu yaitu dapat bermanfaat bagi seluruh umat

manusia. Tugas filsafat ilmu pengetahuan adalah membuka pikiran kita untuk

mempelajari dengan serius proses logis dan imajinatif dalam kerja ilmu

pengetahuan (Keraf, 2011).

Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian

akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dapat diartikan sebagai penerapan

konsep ilmiah dalam memecahkan masalah-maslah praktis baik berupa perangkat

keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Dalam tahap ini tidak hanya

menjelaskan gejala alam dan tujuan pengertian dan pemahaman, namun lebih jauh

lagi memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut untuk

mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Di sinilah masalah moral

muncul kembali namun kaitannya dengan faktor lain. Kalau dalam tahap

kontempolasi moral berkaitan dengan cara penggunaan ilmu pengetahuan. Atau

secara filsafat dalam tahap penerapan konsep terdapat masalah moral ditinjau dari

segi aksiologi keilmuwan (Endrotomo, 2014).

Menurut Bakhtiar (2010) bahwa berdasarkan sejarah tradisi Islam ilmu

tidaklah berkembang pada arah yang tak terkendali, tetapi ia harus bergerak pada

arah maknawi dan umat berkuasa untuk mengendalikannya. Kekuasaan manusia

atas ilmu pengetahuan harus mendapat tempat yang utuh, eksistensi ilmu

pengetahuan bukan “melulu” untuk mendesak kemanusiaan, tetapi

kemanusiaanlah yang menggenggam ilmu pengetahuan untuk kepentingan dirinya

dalam rangka penghambaan diri kepada sang pencipta.

5

Page 6: Aksiologi f3

Merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban

manusia sangat berhutang kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan dalam

bidang ini maka pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat

dan lebih mudah disamping penciptaan berbagai kemudahan dalam bidang-bidang

seperti kesehatan, pengangkutan, pemukiman, pendidikan, dan komunikasi

(Suriasumantri, 2000:229).

            Selanjutnya Jujun S. Suriasumantri (2000:229) mengatakan bahwa

perkembangan ilmu, sejak pertumbuhannya di awali dan dikaitkan dengan sebuah

kebutuhan kondisi realitas saat itu. Pada saat terjadi peperangan atau ada

keinginan manusia untuk memerangi orang lain, maka ilmu berkembang,

sehingga penemuan ilmu bukan saja ditujukan untuk menguasai alam melainkan

untuk tujuan perang, memerangi semua manusia dan untuk menguasai mereka. Di

pihak lain, perkembangan dan kemajuan ilmu sering melupakan kedudukan atau

faktor manusia. Penemuan ilmu semestinya untuk kepentingan manusia, jadi ilmu

yang menyesuaikan dengan kedudukan manusia, namun keadaan justru sebaliknya

yaitu manusialah yang akhirnya harus menyesuaikan diri dengan ilmu.

Hubungan antara ilmu dengan moral oleh Jujun S. dikaji secara hati-hati

dengan mempertimbangkan tiga dimensi filosofis ilmu. Pandangan Jujun S.

(1996:15 & ndash; 16) mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut.

a. Untuk mendapatkan pengertian yang benar mengenai kaitan antara ilmu dan

moral maka pembahasan masalah ini harus didekati dari segi-segi yang lebih

terperinci yaitu segi ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

b. Menafsirkan hakikat ilmu dan moral sebaiknya memperhitungkan faktor

sejarah, baik sejarah perkembangan ilmu itu sendiri, maupun penggunaan

ilmu dalam lingkup perjalanan sejarah kemanusiaan.

c. Secara ontologis dalam pemilihan wujud yang akan dijadikan objek

penelaahannya (objek ontologis / objek formal) ilmu dibimbing oleh kaidah

moral yang berazaskan tidak mengubah kodrat manusia, tidak merendahkan

martabat manusia, dan tidak mencampuri masalah kehidupan.

d. Secara epistemologis, upaya ilmiah tercermin dalam metoda keilmuan yang

berporoskan proses logiko-hipotetiko-verifikatif dengan kaidah moral yang

6

Page 7: Aksiologi f3

berazaskan menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh kejujuran,

tanpa kepentingan langsung tertentu dan berdasarkan kekuatan argumentasi

an sich.

e. Secara aksiologis ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk

kemaslahatan manusia dengan jalan meningkatkan taraf hidupnya dan dengan

memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan keseimbangan /

kelestarian alam. Upaya ilmiah ini dilakukan dengan penggunaan dan

pemanfaatan pengetahuan ilmiah secara komunal universal.

            Jadi ilmu bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan

kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan. Ilmu bukan lagi merupakan sarana

yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan

mengubah hakikat kemanusiaan. Ilmu bukan lagi merupakan sarana yang

membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan

hidup itu sendiri. Jadi, ilmu adalah aktivitas penelitian berupa metode ilmiah, dan

pengetahuan sistematis yang memiliki fakta empiris yang teruji kebenarannya

serta terbuka terhadap kritik dan bermanfaat bsgi kemaslahatan manusia.

C. Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan

Latif (2014:242) sikap ilmuwan dilihat dari sudut pandang atau cara

berfikirnya, yang pada hakikatnya adalah mereka yang befikir dengan teratur dan

teliti. Bukan saja pikirannya yang mengalir melalui pola-pola yang teratur namun

juga segenap materi yang menjadi bahan pemikirannya dikaji dengan teliti. Di

sinilah kelebihan seorang ilmuwan dibanding cara berpikir orang awam. Ilmu

menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dalam

penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa

menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfataan pengetahuan dan teknologi

diperhatikan sebaik-baiknya.

Jujun Suriasumantri (2000:237) mengemukakan Ilmu merupakan hasil

karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh

masyarakat. Penciptaan ilmu bersifat individual namun komunikasi dan

7

Page 8: Aksiologi f3

penggunaan ilmu adalah bersifat sosial. Kreativitas individu yang didukung oleh

sistem komunikasi sosial yang bersifat terbuka menjadi proses pengembangan

ilmu yang berjalan secara efektif. Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab

sosial, bukan saja karena dia adalah warga masyarakat yang kepentingannya

terlibat secara langsung di masyarakat namun yang lebih penting adalah karena

dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat.

Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara

individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

8

Page 9: Aksiologi f3

BAB II

PEMBAHASAN AKSIOLOGI

A. Penerapan Aksiologi dalam Kehidupan

Aksiologi yaitu bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik

dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara

dan tujuan (means and objective). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori

yang konsisten untuk perilaku etis. Nilai suatu ilmu berkaitan dengan kegunaan.

Guna suatu ilmu bagi kehidupan manusia akan mengantarkan hidup semakin tahu

tentang kehidupan. Kehidupan itu ada dan berproses yang membutuhkan tata

aturan. Aksiologi memberikan jawaban untuk apa ilmu itu digunakan. Ilmu tidak

akan menjadi sia-sia jika kita dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dan

di jalan yang baik pula.

Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan

estetika. Penerapananya dalam kehidupan sehari-hari dapat uraikan sebagai

berikut.

1. Etika

Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak

kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep

individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap

sesuatu yang telah dilakukan. Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara

kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada

prilaku, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah-satu cabang

filsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa

Sokrates dan para kaum shopis. Dalam etika, dipersoalkan mengenai masalah

kebaikan, keutamaan, keadilan dan sebagianya. Etika sendiri dalam buku Etika

Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis,

sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral.

Isi dari pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan di atas

9

Page 10: Aksiologi f3

adalah norma-norma, adat, wejangan dan adat istiadat manusia. Berbeda dengan

norma itu sendiri, etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan

larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika

adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggung-jawabkan apa

yang ia lakukan. Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi

sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung

jawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun

terhadap tuhan sebagai sang pencipta. Dalam pembahasan kefilsafatan Islam

istilah Etika disejajarkan dengan istilah Akhlak

(http://dedihendriana.wordpress.com/2007/..).

Etika dimaknai sebagai suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian

terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Etika menilai perbuatan manusia yang

berkaitan erat dengan norma-norma kesusilaan manusia atau diartikan untuk 

mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik didalam

suatu kondisi yang normatif, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma.

Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang

dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Dalam

filsafat estetika dapat dilihat pada sudut indah dan jeleknya.

Nilai subjektif dapat bersifat subjektif dan objektif. Nilai dapat bersifat

subjektif jika selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi

manusia, seperti perasaan, intelektualitas. Hasil nilai subjektif selalu akan

mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Misalnya,

seorang melihat matahari yang sedang terbenam disore hari. Akibat yang

dimunculkannya adalah menimbulkan rasa senang karena melihat betapa

indahnya matahari terbenam itu. Ini merupakan nilai yang subjektif dari seseorang

dengan orang lain memiliki kualitas yang berbeda. Sedangkan Nilai objektif

muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang objektivisme.

Objektivisme ini didasarkan suatu gagasan berada pada objeknya, sesuatu yang

memiliki kadar secara realitas benar-benar ada. Misalnya, kebenaran tidak

tergantung pada pendapat individu, melainkan pada objektivitas fakta.

10

Page 11: Aksiologi f3

Berikut penerapan aksiologi yang berkaitan dengan etika baik yang

berkaitan dengan nilai subjektif maupun objektif.

1. Nilai Subjektif

Nilai subjektif dapat bersifat subjektif dan objektif. Nilai dapat bersifat

subjektif jika selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi

manusia, seperti perasaan, intelektualitas. Hasil nilai subjektif selalu akan

mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Suriasumantri

(2000:231) mengemukakan dewasa ini ilmu bahkan sudah berada diambang

kemajuan yang mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri.

Ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan

hidupnya, namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu

sendiri. Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan

masalah-masalah moral namun dalam perspektif  atau pandangan yang berbeda.

Surajiyo (2009:147) mengemukakan moral berasal dari kata Latin mos jamaknya

mores yang berarti adat atau cara hidup. Etika dan moral sama artinya, tetapi

dalam penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai

untuk perbuatan yang sedang dinilai.

Dalam kehidupan sehari-hari penerapan aksiologi yang berkaitan dengan

etika yang berkaitan dengan nilai subjektif yaitu rekayasa genetika. Rekayasa

reproduksi adalah suatu usaha manusia untuk mengembangbiakan makhluk hidup

dengan cara rekayasa tahapan-tahapan proses reproduksi yang berlangung secara

alami. Rekayasa reproduksi tidak hanya dilakukan pada tumbuhan dan hewan,

tetapi manusia juga bisa dijadikan objek dalam teknologi. Salah satu rekayasa

produksi yang dilakukan pada manusia adalah program bayi tabung. Hukum

pelaksanaan bayi tabung dalam Islam adalah mubah (boleh) jika berasal dari

sperma dan ovum suami istri yan sah. Namun akan menjadi haram apabila (a)

dititipkan pada rahim perempuan lain, (b) dibekukan apabila sperma yang

ditabung tersebut dari suami yang telah meninggal dunia, (c) sperma dan

11

Page 12: Aksiologi f3

aovumnya tak berasal dari pasangan suami isteri yang sah

(sumber:http//keperawatanrelogionhanifasa.wordpress).

2. Nilai Objektif

Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang

objektivisme. Ini beranggapan pada tolok ukur suatu gagasan berada pada

objeknya, suatu yang memiliki kadar realitas benar-benar ada. Misalnya

kebenaran tidak bergantung pada pendapat individu, tetapi pada objektivitas fakta,

kebenaran tidak diperkuat atau diperlemah oleh prosedur. Demikian juga dengan

nilai orang yang berselera rendah tidak mengurangi keindahan suatu karya seni.

Berikut salah satu contoh penerapan aksiologi yang berkenaan dengan

nilai objektif. Dalam dunia kedokteran diciptakanlah obat-obat yang dimanfaatkan

untuk memulihkan kondisi kesehatan masyarakat dunia. Baik untuk keperluan

operasi maupun dikonsumsi untuk kesehatan. Secara objektif sesuai fungsinya

kegunaan obat adalah untuk menyembuhkan.

2. Estetika

Cabang lain dari aksiologi, yakni estetika. Estetika adalah cabang ilmu

yang membahas masalah keindahan. Bagaimana keindahan bisa tercipta dan

bagaimana orang bisa merasakannya dan memberi penilaian terhadap keindahan

tersebut. Estetika adalah cabang ilmu yang membahas masalah keindahan.

Bagaimana keindahan bisa tercipta dan bagaimana orang bisa merasakannya dan

memberi penilaian terhadap keindahan tersebut. Maka filsafat estetika akan selalu

berkaitan dengan baik dan buruk, indah dan jelek. Bukan berbicara tentang salah

dan benar seperti dalam epistemologi.

Keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek, melainkan sesuatu

yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan. Misalnya kita bangun pagi,

matahari memancarkan sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita

merasaakan kenikmatan. Meskipun sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah

12

Page 13: Aksiologi f3

tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini orang cenderung

mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan

sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan

perasaan.

B. Nilai kegunaan ilmu

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2007:423) ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun

secara bersistem atau berhubungan menurut metode-metode tertentu yang dapat

digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu pula. Dalam aksiologi, hal

yang paling dipermasalahkan ialah nilai. Disini nilai yang dimaksud adalah

sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang

apa yang dinilai. Selanjutnya, aksiologi dijelaskan sebagai kegunaan ilmu

pengetahuan bagi kehidupan manusia. Teori tentang nilai dalam filsafat dibagi

menjadi permasalahan etika dan estetika. Menurut (Rahmat , 2011) bahwa ilmu

pengetahuan diperoleh secara sahih dan andal dengan suatu penyelidikan ilmiah,

yaitu penelitian, maka ia merupakan sebuah proposisi yang timbul sebagai hasil

dari kesimpulan suatu proses pencarian pengetahuan yang sistematis dan

terkontrol.

Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk

apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat

sebagai tiga hal, yaitu:

1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia

pemikiran. Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut

mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang

suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka

sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari

teori-teori filsafat ilmu.

2. Filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua

teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan.

13

Page 14: Aksiologi f3

Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam

menjalani kehidupan.

3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah. Dalam hidup ini

kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar

dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan

dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak

cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang

paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya

masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu

biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam

kehidupan manusia.

Adapun dalam Encyslopedia of philosophy (dalam Latif: 2014,234)

dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and valuation:

1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih

sempit seperti baik, menarik dan bagus sedangkan dalam pengertian yang

lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban,

kebenaran dan kesucian

2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah

nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang

bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.

3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi

nilai atau dinilai.

Berkenaan dengan nilai guna ilmu, maka tak dapat dibantah lagi bahwa

ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu seseorang

dapat mengubah wajah dunia. Salah satu contoh nilai kegunaan ilmu, yaitu adanya

250 payung raksasa yang menghiasi halaman Mesjid Nabawi di kota Madinah,

Saudi Arabiah yang telah hadir sejak tahun 2010 yang merupakan kerjasama

pemerintah Arab Saudi, Jepang, dan Jerman dibuat guna bisa bermanfaat bagi

jamaah haji mampu menyerap panas hingga 8 derajat celcius, garis-garis yang

berwarna biru dapat menyerap panas, dapat membuat sejuk dan teduh ketika

cuaca panas yang menyengat.

14

Page 15: Aksiologi f3

C. Tanggung Jawab Ilmuwan

Ilmu merupakan hasil karya ilmuwan yang dikomunikasikan dan dikaji

secara terbuka oleh masyarakat. Jika hasil karyanya itu memenuhi syarat – syarat

keilmuwan maka pasti akan diterima dan disunakan oleh masyarakat. Oleh karena

itu, ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial yang besar. Tanggung jawab sosial

seorang ilmuwan adalah memberikan perspektif yang benar: untung dan rugi, baik

dan buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan. Hal ini

dikarenakan dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup manusia.

Ilmuwan juga meniliki fungsi untuk ikut bertanggung jawab agar produk

keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sikap sosial seorang

ilmuan adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan.

Ilmuwan juga harus berusaha mempengaruhi opini masyarakat berdasarkan

pemikirannya. Ilmuwan juga mempunyai cara berpilir yang berbeda dari

masyarakat awam. Masyarakat awam biasanya terpukau oleh jalan pikiran yang

cerdas. Kelebihan seorang ilmuwan juga nampak dalam cara berpikir yang cermat

dan teratur yang menyebabkan dia mempunyai tanggung jawab sosial.

Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah memberikan perspektif

yang benar: untung dan rugi, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang

objektif dapat dimungkinkan. Di bidang etika tanggungjawab sosial seseorang

ilmuwan bukan lagi memberi informasi namun memberi contoh. Seorang

ilmuwan juga harus bersifat obyektif, terbuka, menerima kritik dan pendapat

orang lain, kukuh dalam pendiriannya, dan berani mengakui kesalahannya.

Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penelitian atau

penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang

mempergunakan bangsanya sendiri.

15

Page 16: Aksiologi f3

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan

bagaimana manusia menggunakan ilmunya, aksiologi sebagai teori nilai yang

berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi adalah

ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi

Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang

sebenarnya dari pengetahuan.

Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk

menyelidiki,  menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai

segi kenyataan dalam alam manusia. Moral adalah sistem nilai (sesuatu yang

dijunjung tinggi) yang berupa ajaran (agama) dan paham (ideologi) sebagai

pedoman untuk bersikap dan bertindak baik yang diwariskan dari generasi ke

generasi berikutnya. Jadi hubungan antara ilmu dan moral adalah sangat erat

bahwa setiap usaha manusia untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan

pemahaman dari berbagai segi harus berpedoman  pada ajaran agama dan paham

ideologi dalam bersikap dan bertindak.

Sementara itu tanggung jawab ilmuwan di masyarakat adalah suatu

kewajiban seorang ilmuan untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian

permasalahan sosial tersebut. Seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial,

bukan saja karena dia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat

secara langsung di masyarakat namun yang lebih penting adalah karena dia

mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya

selaku ilmuan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual

namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat.

16

Page 17: Aksiologi f3

B. Implikasi Aksiologi terhadap Ilmu Pengetahuan

Dengan adanya ilmu filsafat yang mengkaji aksiologi, seorang ilmuwan

hendaknya bertanggungjawab terhadap hasil temuannya. Implikasi aksiologi di

dalam ilmu pengetahuan yaitu sebagai berikut.

1. Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan menemukan kebenaran yang

hakiki.

2. Dalam pemilihan objek penelaahan dapat dilakukan secara etis, tidak

mengubah kodrat manusia, dan tidak merendahkan martabat manusia.

3. Pengembangan ilmu pengetahuan diarahkan untuk dapat meningkatan taraf

hidup yang memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta memberikan

keseimbangan alam lewat pemanfaatan ilmu.

C. Saran

Dewasa ini perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan semakin pesat.

Namun, pada kenyataannya manusia banyak yang menggunakan teknologi dan

ilmu pengetahuan secara menyimpang, maka hal ini yang menyebabkan bencana

pada manusia itu sendiri. Dalam kajian aksiologi, suatu ilmu hendaknya adalah

yang memberikan manfaat dan digunakan sebaik-baiknya oleh manusia. Agar

tidak terjadi bencana dalam kehidupan manusia. Untuk itu, tanggung jawab

ilmuwan haruslah "dipupuk" dan berada pada tempat yang tepat sesuai dengan

nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat serta agama, tanggung jawab

akademis dan tanggung jawab moral. Agar hendaknya produk keilmuwan sampai

dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.

17

Page 18: Aksiologi f3

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2007. Filsat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta.

Kattsof, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Keraf, A. Sonny, dkk. 2001. Ilmu Pengetahuan sebuah tinjauan

filosofis.Yogyakarta: Kanisius.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 20017. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rahmat, aceng dkk. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Kenca Predana Media

Group.

Suriasuantri, Jujun S. 2009. Filsafah Ilmu: Sebuah Pengembangan Populasi.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Surajiyo. 2009. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi

Aksara.

Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum. Bandung.

18