aina bab 2 miniproyek

41
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Katarak A.1. Definisi Lensa adalah sebuah struktur yang menakjubkan yang pada kondisi normalnya berfungsi memfokuskan bayangan pada retina. Kejernihannya dapat terganggu oleh karena proses degenerasi yang menyebabkan proses kekeruhan lensa. Kekeruhan pada lensa disebut katarak. 7 Katarak adalah suatu jenis penyakit pada mata karena lensa mata menjadi keruh sehingga menghalangi cahaya yang masuk. Penglihatan penderita katarak menjadi terganggu dan bahkan bias menjadi buta bila semakin parah dan tidak ditangani secara baik. 7 Penuaan adalah penyebab katarak terbanyak, tetapi bayak juga factor lain yang terlibat, antara lain : trauma toksin, penyakit sistemik (misalnya diabetes mellitus), merokok dan herediter. 7 A.2. Anatomi Lensa 5

Upload: aina-nurlaila

Post on 09-Apr-2016

27 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

mp bab2

TRANSCRIPT

Page 1: AINA Bab 2 Miniproyek

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Katarak

A.1. Definisi

Lensa adalah sebuah struktur yang menakjubkan yang pada kondisi

normalnya berfungsi memfokuskan bayangan pada retina. Kejernihannya dapat

terganggu oleh karena proses degenerasi yang menyebabkan proses kekeruhan

lensa. Kekeruhan pada lensa disebut katarak.7

Katarak adalah suatu jenis penyakit pada mata karena lensa mata menjadi

keruh sehingga menghalangi cahaya yang masuk. Penglihatan penderita katarak

menjadi terganggu dan bahkan bias menjadi buta bila semakin parah dan tidak

ditangani secara baik.7

Penuaan adalah penyebab katarak terbanyak, tetapi bayak juga factor lain

yang terlibat, antara lain : trauma toksin, penyakit sistemik (misalnya diabetes

mellitus), merokok dan herediter. 7

A.2. Anatomi Lensa

Lensa kritalina adalah sebuah struktur yang meakjubkan yang pada

kondisi normalnya berfungsi memfokuskan bayangan pada retina. Posisinya tepat

di sebelah posterior iris dan disangga oleh serat-serat zonula yang erasal dari

corpus ciliare. Serat-serat ini menyisipkan pada bagian equator kapsul lensa.

Kapsul lensa adalah suatu bagian membrane basalis yang mengelilingi substansi

lensa. Sel-sel epitel dekat equator lensa membelah sepanjang hidup dan terus

5

Page 2: AINA Bab 2 Miniproyek

6

berdiferensiasi membentuk serat-serat lensa baru sehingga serat-serat lensa yang

lebih tua dipampatkan ke nucleus sentral. Serat-serat muda yang kurang padat di

sekeliling nucleus menyusun korteks lensa. Karena lensa bersifat avaskuler, dan

tidak menyerupai persarafan, nutrisi lensa di dapat dari humor aquous.

Metabolism lensa terutama bersifat anaerob akibat rendahnya kadar oksigen

terlarut di dalam aquous. 8

A.3 Epidemiologi

Berdasrkan data dari WHO, katarak merupakan kelainan mata yang

menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan yang paling sering ditemukan

seperti tercantum pada gambar berikut : 10

A.4. Klasifikasi Katarak

Menurut Ilyas pada tahun 2008, katarak dapat diklasifikasikan ke dalam

golongan sebagai berikut : 8

a. katarak degenerative

b. katarak congenital, juvenile dan senile

c. katarak komplikata

d. katarak traumatika

Penyebab terjadinya kekeruhan lensa dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolism dasar lensa

b. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa

c. Komplikasi penyakit

Page 3: AINA Bab 2 Miniproyek

7

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam golongan sebagai

berikut :

a. Katarak congenital yaitu terlihat pada usia dibawah 1 tahun

b. Katarak juvenile yaitu katarak yang terlihat pada usia 1-50 tahun

c. Katarak senile yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 50 tahun

A.5. faktor Resiko

Factor yang dikaitkan dengan katarak cukup banyak. Berdasarkan teori

segitiga epidemiologi, timbulnnya suatu penyakit disebabkan oleh factor

lingkungan (environment), factor penjamu (host), dan factor penyebab (agen).

Bayak factor yang berkaitan dengan katarak, yaitu umur sebagai factor utama, dan

factor lainnya antara lainpenyakit diabetes mellitus, pajanan kronis terhadap sinar

ultraviolet (sinar matahari), konsumsi alcohol, nutrisi, meroko, tingkat social

ekonomi, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. 10

Walaupun teknologi yang amandan efektif telah tersedia untuk

memperbaiki penglihatan pada sejumlah besar penderita katarak, namun katarak

yang belum di operasi masih merupakan beban yang terus meningkat setiap

tahunnya. Jumlah kasus katarak meningkat seiring dengan meningkatnya usia

harapan hidup, sedangkan jumlah dokter spesialis mata tidak ebanding dengan

jumlah katarak yang akan di operasi disamping biaya operasi yang relative tinggi.

Hal ini menimbulkan backlog (penumpukan) penderita kataak yang akan

dioperasi.

Page 4: AINA Bab 2 Miniproyek

8

Meskipun tindakan operasi merupakan satu-satunya piliha pengobatan

efektif yang ada. Namun mengidentifikasi factor resiko katarak akan membantu

untuk menentukan langkah-langkah pencegahan dan strategi yang tepat, dan

strategi yang tepat dan untuk memperlambat terjadinya katarak dapat dilakukan

sesuai dengan factor resiko. Factor resiko katarak antara lain :

1. Umur

Penuaan merupakan penyebab katarak terbanyak, tetapi banyak juga factor

lain yang mungkin terlibat. Katarak akibat penuaan merupakan penyebab

umum gangguan penglihatan. Berbagai studi cross-sectional melaporkan

prevalensi katarak pada individu berusia 65-74 tahun adalah sebanyak

50%, prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun.

7

2. Jenis kelamin

Menurut Rasyid dkk, kejadian katarak lebih banyak terjadi pada

perempuan daripada laki-laki, ditujukan dengan hasil penelitian yang

menemukan 114 orang (71,7%) penderita katarak berjenis kelamin

perempuan, sedangkan 57 orang (63,4%) penderita katarak berjenis

kelamin laki-laki. 11

3. Riwayat keturunan

Katarak congenital terjadi akibat penyakit keturunan, atau infeksi ibu

hamil akibat rubella, varicela, sifilis dan toxoplasmosis pada usia

kehamilan 1-2 bula. Katarak congenital ini timbul sebagai kejadian primer

atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin local atau umum. 9

Page 5: AINA Bab 2 Miniproyek

9

4. Pekerjaan

Katarak erat kaitannya juga dengan pekerjaan yang berada di luar gedung,

dimana sinar ultraviolet (UV) merupakan factor resiko terjadinya katarak.

Sinar UV yang berasal dari sinar matahari akan diserap oleh protein lensa

dan kemudian akan menimbulkan reaksi fotokimia sehingga terbentuk

radikal bebas atau spesies oksigen yang bersifat sangat reaktif. Reaksi

tersebut akan mempengaruhi struktur protein lensa, selanjutnya akan

menyebabkan kekeruhan lensa yang disebut katarak. 9

5. Diabetes mellitus

Diabetes mellitus dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, salah

satunya adalah katarak. Diabetes mellitus menimbulkan katarak yang

memberikan gambaran khas yaitu kekeruhan yang tersebar halus seperti

tebaran kapas di dalam masa lensa.

Katarak yang berhubungan denan DM akan meningkat dimasa mendatang

sejalan dengan meningkatnya prevalensi DM di beberapa Negara di dunia,

termasuk Negara yang sedang berkembang. 12

Peningkatan enzim aldose reduktase dapat mereduksi gula menjadi

sorbbitol, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan osmotic sehingga

serat lensa lama-kelamaan akan menjadi keruh dan menimbulkan katarak.2

Resiko katarak dilaporkan tinggi pada penderita DM. penderita katarak 1,6

kali lebih sering terjadi pada usia muda, dan lebih sering memburuk

dibandingkan dengan yang tidak menderita DM.

Page 6: AINA Bab 2 Miniproyek

10

Beberapa studi klinik telah menunjukkan bahwa perkembangan katarak

terjadi lebih sering dan lebih awal pada penderita DM dibandingkan

dengan non-DM. meningkatnya jumlah penderita DM baik tipe 1 ataupun

2 menyebabkan tingginya insiden katarak diabetic.

Keluhan yang akan diutarakan penderita adalah pandangan yang mulai

tidak jelas atau kabur. Semakin hari keluhan akan semakin memburuk dan

penderita akan sering pergi ke optikal untuk memeriksa ketajaman

penglihatanya, tetapi penderita tidak menemukan kacamata yang cocok

untuk membantunya melihat lebih jelas. 15

Katarak biasanya terjadi karena factor usia yang semakin tua sehingga

lensa mengalami degenerasi dan menjadi keruh. Namun pada penderita

DM, katarak dapat terjadi pada usia yang lebih muda yaitu <50 tahun.

Kedua mata dapat terkena walaupun dalam waktu yang tidak bersaaan.

Kekeruhan ini menyebabkan cahaya yang masuk tidak sempurna karena

terhalang kekeruhan dan tidak bias di fokuskan tepat di retina sehingga

penderita tidak dapat melihat dengan jelas.

6. Paparan asap

Penelitian yang dilakukan oleh Suparlan pada tahun 2009 menyebutkan

bahwa intensitas paparan asap dapur dapat meningkatkan kejadian katarak

3,5 kali pada perempuan yang memasak di dalam ruangan di kabupaten

Lombok tengah.16

Page 7: AINA Bab 2 Miniproyek

11

7. Merokok

Rokok berperdan dalam pembentukan katarak melalui dua cara yaitu,

pertama paparan asap rokok yang berasal dari tembakau dapat merusak

membrane sel dan serat-serrat yang ada pada mata. Kedua yaitu, merokok

dapat menyebabkan antioksidan dan enzim-enzim di dalam tubuh

mengalami gangguan sehingga dapat merusak mata.17

A.6. Gejala Klinis

Katarak biasanya tumbuh secara perlahan dan tidak menyebabkan rasa

sakit. Pada tahap awal kondisi ini hanya akan mempengaruhi sebagiam kecil

bagian dari lensa mata dan mungkin saja tidak akan mempengaruhi pandangan

mata. Saat katarak tumbuh lebih besar maka noda putih akan mulai menutupi

lensa mata dan akan mengganggu masuknya cahaya ke mata, pada akhirnya

pandangan mata akan kabur. 3

Adapun tanda dan gejala terjadinya katarak adalah : 6

1. Terjadi pada usa lanjut sekitar usia 50 tahun ke atas

2. Merasa silau terhadap sinar matahari

3. Kadang merasa seperti ada film di depan mata

4. Seeperti ada titik gelap di depan mata

5. Penglihatan ganda

6. Sukar melihat benda yang menyilaukan (fotofobia)

7. Halo, warna di sekitar sumber sinar

8. Warna manic mata berubah menjadi putih

Page 8: AINA Bab 2 Miniproyek

12

9. Sering berganti kacamata

10. Penglihatan menguning

Kecepatan terjadinya gangguan penglihatan akibat katarak pada seseorang

tidak dapat di prediksi, karena katarak pada setiap individu berbeda. Tanda

yang terlihat jelas pada katarak yang lebih lanjut adalah adanya kekeruhan

atau warna keputihan pada pupil. Pemeriksaan mata bagian dalam

dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop.3

A.7 Diagnosis

Katarak biasanya didagnosis mealui pemeriksaan mata rutin. Sebagian

besar ktarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat

(matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak pada

stadium perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil yang

dilatasi maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar atau slitlamp. 11

A.8 Penatalaksanaan

Pengobatan terhadap pasien katarak adalah pembedahan. Pembedaha

dilakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun seddemikian rupa sehingga

mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini menimbulkan penyulit

seperti galukoma.

1. Operasi katarak ekstrakapsuler (EKEK)

Tindakan pembedahan pada katarak dimana dilakukan pengeluaran isi

lensa dengan memecah atau merobek lensa anterior sehingga massa lensa

Page 9: AINA Bab 2 Miniproyek

13

dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut, kemudia

dikeluarkan melalui insisi 9-10mm, lensa intraokuler diletakkan pada

kapsul posterior.

Termasuk dalam golongan ini eksisi linier, aspirasi dan irigasi.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien dengan katarak imatur, kelainan

endotel, keratoplasi, implantasi lensa ocular posterior, implantasi sekunder

lensa intra ocular.

2. Operasi katarak intrakapsuler

Pembedahan dengan menggunakan sparuh lensa bersama kapsul. Dapat

dilakukan dengan zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah

putus. Pada katarak ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak

sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat popular.

Pembedahan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan

pemakaian alat khusus, sehingga penyulit tidak banyak seperti

sebelumnya.

Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh dilakukan atau

kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih

mempunyai ligament hialoidea kapsuler. Penyulit yag dapat terjadi pada

pembedahan ini antara lain: astigmat, glaucoma, uveitis, perdarahan dan

endoftalmus.

3. Fakoemulsifikasi 19

Pembedahan dengan menggunakan vibrator ultrasonic untuk

menghancurkan nucleus yang kemudian di aspirasi melaluiu insisi 2,5-

Page 10: AINA Bab 2 Miniproyek

14

3mm dan kemudian dimasukkan lensa intraokuler yang dapat dilipat.

Keuntungan yang didapat dari tindakan insisi kecil ini adalah pemulihan

vsus lebih cepat, induksi astigmat akibat operasi minimal, komplikasi dan

inflamasi pasca bedah minimal.

4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)20

Ini termasuk teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih

menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.

Apabila lensa mata penderita telah diangkat maka penderita memerlukan

lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai

berikut :

Kacamata afakia yang tebal lensanya

Lensa kontak

Lensa intraokuler, yaitu lensa yang permanen yang ditanamkan di

dalam mata pada saat pembedaha untuk mengganti lensa mata asli

yang di angkat

Faktor sosial ekonomi juga mempunyai pengaruh langsung terhadap

faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare

berasal dari keluarga yang besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah

yang buruk, tidak mempunyai sediaan air bersih yang memenuhi persyaratan

kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang

Page 11: AINA Bab 2 Miniproyek

15

tidak menguntungkan. Karena itu edukasi dan perbaikan ekonomi sangat berperan

dalam pencegahan dan penanggulangan diare.17

2.6.3. Faktor Pendidikan

Tingginya angka kesakitan dan kematian (morbiditas dan mortalitas)

karena diare di Indonesia disebabkan oleh faktor kesehatan lingkungan yang

belum memadai, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial

ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung ataupun tidak langsung

mempengaruhi keadaan penyakit diare.8

Berdasarkan SDKI tahun 2007, ada hubungan negatif antara kejadian diare

dengan tingkat pendidikan ibu. Semakin pendidikan ibu meningkat maka semakin

rendah prevalensi diare. Menurut beberapa penelitian juga ditemukan bahwa

kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP ke atas mempunyai kemungkinan

1,6 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding

dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah.5,9

A.6.4. Faktor Pekerjaan

Ayah dan ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta rata-rata

mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja

sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat

pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya

diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar

dengan penyakit diare. 9

A.6.5. Faktor Umur

Page 12: AINA Bab 2 Miniproyek

16

Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Hasil analisa

lanjut SDKI tahun 2007 didapatkan bahwa umur balita 12-24 bulan mempunyai

resiko terjadi diare 2,23 kali dibandingkan anak umur 25-59 bulan.5

A.6.6. Faktor ASI

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu bayi baru lahir sampai usia 6

bulan, tanpa diberikan makanan tambahan lainnya. Insiden diare meningkat pada

saat anak untuk pertama kali mengenal makanan tambahan dan makin lama makin

meningkat. Pemberian ASI penuh akan memberikan perlindungan diare 4 kali

daripada bayi dengan ASI disertai susu botol. Bayi dengan susu botol sahaja akan

mempunyai resiko diare lebih besar dan bahkan 30 kali lebih banyak daripada

bayi dengan ASI penuh.17

2.6.7. Faktor Jamban

Resiko kejadian diare lebih besar pada keluarga yang tidak mempunyai

fasilitas jamban keluarga dan penyediaan sarana jamban umum dapat menurunkan

resiko kemungkinan terjadinya diare. Berkaitan dengan personal hygiene dari

masyarakat yang ditunjang dengan situasi kebiasaan yang menimbulkan

pencemaran lingkungan sekitarnya dan terutama di daerah-daerah dimana air

merupakan masalah dan kebiasaan buang air besar yang tidak sehat.5,17

2.6.8. Faktor Sumber Air

Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan. Air baku

tersebut sebelum digunakan adalah yang diolah dulu, namun ada pula yang

Page 13: AINA Bab 2 Miniproyek

17

langsung digunakan oleh masyarakat. Kualitas air baku pada umumnya tergantung

dari mana sumber air tersebut didapat.17

Ada beberapa macam sumber air misalnya : air hujan, air tanah (sumur

gali, sumur pompa), air permukaan (sungai, danau) dan mata air. Apabila kualitas

air dari sumber air tersebut telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan

peraturan yang berlaku, dapat langsung dipergunakan tetapi apabila belum

memenuhi syarat, harus melalui proses pengolahan air terlebih dahulu.17

Berdasarkan data survei demografi dan kesehatan tahun 2005, kelompok

anak-anak di bawah lima tahun yang keluarganya menggunakan sarana sumur gali

mempunyai resiko terkena diare 1,2 kali dibandingkan dengan kelompok anak

yang keluarganya menggunakan sumber sumur pompa.17

A.7. Gejala Klinis

Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah pasien menjadi gelisah dan

cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,

kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan

lendir ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi kehijau-

hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet

karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat

banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh

usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan

dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan

keseimbangan asam-basa dan elektrolit.2,15

Page 14: AINA Bab 2 Miniproyek

18

Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala

dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan

ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak

kering. Berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare

dapat dibagi menjadi:3

1. Diare tanpa dehidrasi

Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena

frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.

2. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)

Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-

kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan

menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau

takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.

3. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)

Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang

kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar

menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit

tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2

detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.

4. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)

Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan

biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang

melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin,

Page 15: AINA Bab 2 Miniproyek

19

mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata,

tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan

juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang

dingin dan pucat.

A.8. Pencegahan dan Penanggulangan

A.8.1. Pencegahan Diare

Diantara langkah-langkah yang dapat dilakukan, yang paling penting

adalah menjaga higenis perorangan dengan baik. Ini dapat dilakukan dengan

melaksanakan perilaku sehat, yaitu mencuci tangan dengan sabun setelah buang

air besar dan juga sebelum makan. Ibu-ibu juga seharusnya melatih anak mereka

sejak awal lagi tentang perilaku cuci tangan terutama sebelum makan dan sesudah

bermain. Ini dapat mencegah terjadinya penularan kuman yang dapat

menyebabkan diare. Selain itu, ibu balita juga seharusnya mengamalkan

pemberian ASI kepada anak mereka sejak lahir sehingga 4-6 bulan pertama

kehidupan. ASI mengandung antibodi yang berguna untuk menjaga sistem

kekebalan bayi agar tidak mudah terkena infeksi. ASI juga kaya dengan zat-zat

yang optimal untuk pertumbuhan anak. Pemberian ASI sewaktu diare juga bisa

mengurangi keparahan kejadian diare.14,17

Berdasarkan banyak penelitian, keterjangkauan terhadap penggunaan

sarana air bersih sangat penting bagi mengurangkan resiko kejadian diare. Oleh

karena itu, masyarakat seharusnya memastikan air yang digunakan di rumah

Page 16: AINA Bab 2 Miniproyek

20

adalah benar-benar bersih dan memenuhi syarat yaitu tidak mempunyai warna,

bau dan juga rasa sebelum digunakan untuk keperluan sehari-hari.17

A.8.2. Penanggulangan Diare Berdasarkan Tingkat Dehidrasi

A.8.2.1 Tanpa Dehidrasi

Pada anak-anak yang berumur bawah dari 2 tahun boleh diberikan larutan

oralit 50-100 ml/kali dan untuk usia lebih dari 2 tahun diberikan larutan yang

sama dengan dosis 100-200 ml/kali diare. Ibu juga harus meningkatkan pemberian

minuman dan makanan dari biasa pada anak mereka. Selain itu dapat juga

diberikan zink (10-20 mg/hari) sebagai makanan tambahan.14

A.8.2.2. Dehidrasi Ringan

Pada keadaan ini diperlukan oralit dan diberikan sebanyak mungkin. Pada

anak-anak, ibu dianjurkan untuk meneruskan pemberian ASI dan masih dapat

ditangani sendiri oleh keluarga di rumah. Berdasarkan WHO, larutan oralit

seharusnya mengandung 90 mEq/L natrium, 20 mEq/L kalium klorida dan 111

mEq/L glukosa.14

A.8.2.3. Dehidrasi Sedang

Pada keadaan ini memerlukan perhatian yang lebih khusus dan pemberian

oralit hendaknya dilakukan oleh petugas di sarana kesehatan dan penderita perlu

diawasi selama 3-4 jam. Bila penderita sudah lebih baik keadaannya, penderita

dapat dibawa pulang untuk dirawat di rumah dengan pemberian oralit. Dosis

pemberian oralit untuk anak umur kurang dari 1 tahun yaitu setiap buang air besar

diberikan 50-100 ml, untuk 3 jam pertama 300 ml; untuk anak umur 1-5 tahun

Page 17: AINA Bab 2 Miniproyek

21

setiap buang air besar diberikan 100-200 ml, untuk 3 jam pertama 600 ml; dan

untuk anak diatas 5 tahun diberikan 1.200ml dalam 3 jam pertama.14

A.8.2.4. Dehidrasi berat

Pada keadaan ini pasien akan diberikan larutan hidrasi secara intravena.

Pada orang dewasa, cairan yang diberikan sesuai kebutuhan cairan yaitu

112%x30-40cc/kgBB/hari. Pada anak-anak, dosis pemberian cairan untuk umur

kurang dari 1 tahun adalah 30 ml/kgBB untuk 1 jam yang pertama dan seterusnya

diberikan 70 ml/kgBB dalam 5 jam. Dosis pemberian cairan untuk anak lebih dari

1 tahun adalah 30 ml/kgBB untuk ½-1 jam yang pertama dan seterusnya diberikan

70 ml/kgBB dalam 2 ½-3 jam.14

A.8. Komplikasi

Komplikasi utama akibat penyakit gastroenteritis ini adalah dehidrasi dan

masalah kardiovaskular akibat hipovolemia dengan derajat berat. Apabila diare itu

disebabkan oleh Shigella, demam tinggi dan kejang bisa timbul. Abses pada

saluran usus juga dapat timbul akibat infeksi Shigella dan Salmonella terutama

pada demam tifoid yang dapat menyebabkan perforasi pada saluran usus. Hal ini

sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Muntah yang berat dapat menyebabkan

aspirasi dan robekan pada esofagus.3,15,16

B. Jamban

B.1. Definisi

Jamban merupakan suatu bangunan yang berfungsi mengumpulkan

kotoran manusia yang tersimpan pada tempat tertentu. Di dalam Peraturan

Page 18: AINA Bab 2 Miniproyek

22

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat disebutkan bahwa jamban sehat adalah fasilitas

pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan

penyakit.17,18

B.2. Distribusi

Menurut Direktorat Penyehatan Lingkungan, pada tahun 2010 didapatkan

bahwa dari target 64 hanya 55,5 (86,7%) penduduk Indonesia yang menggunakan

jamban sehat, tahun 2011 mencapai 55,5 atau 82,9% dari target 67 dan pada

tahun 2012 sebesar 54,26 atau 78,68% dari target 69. Di Kalimantan Selatan,

persentase penduduk yang memiliki jamban sehat masih dibawah rata-rata

nasional (<55,5%) yaitu sebesar 50,9%.9

B.3. Jenis-Jenis

Macam-macam jamban yaitu:17

1. Jamban Cubluk (Pit-privy)

Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan

diameter 80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Lubang berfungsi untuk mengisolasi

dan menyimpan tinja manusia sedemikian rupa sehingga bakteri yang berbahaya

tidak dapat berpindah ke inang yang baru. Dindingnya diperkuat dengan

batu/bata, dapat ditembok ataupun tidak, agar tidak mudah ambruk. Lama

pemakaian 5-15 tahun.

Page 19: AINA Bab 2 Miniproyek

23

Bila permukaan eksreta sudah mencapai + 50 cm dari permukaan tanah,

dianggap cubluk sudah penuh. Cubluk yang penuh ini ditimbun dengan tanah.

Tunggu 9-12 bulan, isinya digali kembali untuk digunakan sebagai pupuk,

sedangkan lubangnya dapat dipergunakan kembali. Sementara yang penuh

ditimbun, maka untuk defekasi dibuat cubluk yang baru. Jamban jenis ini hanya

baik dibuat di tempat-tempat di mana air tanah letaknya dalam.

Gambar 2.1. Jamban cubluk17

2. Jamban Cubluk Berair (Aqua-privy)

Terdiri atas bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai tempat

pembuangan ekskreta. Proses pembusukan sama seperti halnya pembusukkan

feces dalam air kali. Supaya jamban ini berfungsi dengan baik, perlu pemasukan

air setiap hari, baik sedang digunakan atau tidak. Jenis jamban ini hanya baik

dibuat ditempat yang banyak air. Bila airnya penuh, kelebihannya dapat dialirkan

ke sistem lain misalnya seepage pit (sumur resapan).

Page 20: AINA Bab 2 Miniproyek

24

Gambar 2.2. Jamban cubluk berair17

3. Jamban Leher Angsa (Watersealed latrine/Angsa-trine)

Jamban ini bukan merupkan tipe jamban tersendiri tapi hanya modifikasi

closetnya saja. Pada jamban ini closetnya berbentuk leher angsa sehingga akan

selalu terisi air. Fungsi air ini gunanya sebagai sumbat sehingga bau busuk dari

cubluk tidak tercium di ruangan rumah jamban. Bila dipakai, fecesnya tertampung

sebentar dan bila disiram air akan masuk ke bagian yang menurun untuk masuk ke

tempat penampungannya (pit). Keuntungan jamban ini antara lain:

baik untuk masyarakat kota karena memenuhi syarat keindahan

dapat ditempatkan di dalam rumah karena tidak bau sehingga pemakaiannya

lebih praktis

aman untuk anak-anak

Page 21: AINA Bab 2 Miniproyek

25

Gambar 2.3. Jamban Leher Angsa di atas Lubang Cubluk17

Gambar 2.4. Jamban Leher Angsa Jauh dari Lubang Cubluk17

4. Jamban Bor (Bored hole latrine)

Jamban bor merupakan variasi dari jamban cubluk yang lubangnya dibuat

dengan cara dibor. Lubangnya mempunyai penampang melintang yang lebih

kecil, dengan diameter sama dengan diameter mata bor yang digunakan dan lebih

Page 22: AINA Bab 2 Miniproyek

26

dalam. Kerugian jamban ini adalah bila air permukaan banyak, mudah terjadi

pengotoran tanah permukaan (meluap).

5. Jamban Keranjang (Bucket latrine)

Feces ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di

tempat lain, misalnya untuk penderita yang tak dapat meninggalkan tempat tidur.

Penggunaan jamban keranjang memungkinkan penanganan tinja segar, akibatnya

menarik lalat dalam jumlah besar, selalu ada bahaya terjadinya pencemaran tanah,

air permukaan, air tanah, menimbulkan bau dan pemandangan yang tidak sedap.

6. Jamban Parit (Trench latrine)

Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempat defekasi.

Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya.

7. Jamban Gantung (Overhung latrine)

Jamban jenis ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam, selokan,

kali, rawa dan sebagainya. Kerugian jamban ini yaitu feces mengotori air

permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat di dalamnya dapat tersebar ke

mana-mana, sehingga dapat menimbulkan wabah.

8. Jamban Kimia (Chemical toilet)

Feces ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga

dihancurkan sekalian didefekasi. Biasanya digunakan dalam kendaraan umum

misalnya pesawat udara atau kereta api. Dapat pula digunakan di dalam rumah.

Sebagai pembersih tidak digunakan air, tetapi dengan kertas (toilet paper).

Page 23: AINA Bab 2 Miniproyek

27

B.4. Kriteria Jamban Sehat

Syarat jamban sehat yang memenuhi aturan kesehatan menurut Ehlers dan

Steel adalah:17

1. Tidak boleh mengotori tanah permukaan

2. Tidak boleh mengotori air permukaan

3. Tidak boleh megotori air dalam tanah

4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai lalat bertelur atau

perkembangbiakan vektor penyakit lainnya

5. Jamban harus terlindung dari penglihatan orang lain

6. Mudah digunakan dan dipelihara

7. Sederhana desain dan pembuatannya mudah dan murah

Untuk memenuhi syarat no 1 dan 2, maka digunakan kloset yang

dilengkapi leher angsa, dimana pada leher angsa akan tergenang air utnuk

mencegah bau yang timbul dari lobang jamban atau septic tank, dan mencegah

masuknya binatang-binatang.17

Untuk memenuhi syarat no. 4 dalam membuat jamban terutama lokasi

lubang jamban atau septic tank atau lubang resapan dibuat sejauh mingkin dari

sumber air yang ada misalnya sumur gali atau setidak-tidaknya tidak kurang dari

10 meter jarak antara sumur dan lubang jamban. Sedangkan untuk memenuhi

syarat no 5 dan 6, hendaknya jamban dibuat dari bahan bahan yang memadai baik

kekuatannya maupun konstruksinya dibuat sedemikan rupa agar kelihatan indah

dan rapi.17

Bangunan jamban yang memenuhi syarat kesehatan terdiri atas:17

Page 24: AINA Bab 2 Miniproyek

28

1. Rumah jamban: agar pemakai terlindung

2. Lantai jamban: sebaiknya ditembok agar mudah dibersihkan

3. Slab (tempat kaki memijak waktu si pemakai jongkok)

4. Closet (lubang tempat feces masuk)

5. Pit (sumur penampungan feces-cubluk)

6. Bidang resapan

Gambar 2.5 Bangunan Jamban17

Kementerian kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban

sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut:18

1. Tidak mencemari air

Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang

kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa,

dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau

diplester.

a. Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter

b. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari

lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.

c. Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang,

Page 25: AINA Bab 2 Miniproyek

29

danau, sungai, dan laut

2. Tidak mencemari tanah permukaan

a. Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat

sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.

b Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau

dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.

3. Bebas dari serangga

a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap

minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam

berdarah

b. Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi

sarang nyamuk.

c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi

sarang kecoa atau serangga lainnya

d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering

e. Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup

4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap

selesai digunakan

b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup

rapat oleh air

c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk

membuang bau dari dalam lubang kotoran

Page 26: AINA Bab 2 Miniproyek

30

d. Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus

dilakukan secara periodik

5. Aman digunakan oleh pemakainya

a. Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran

dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat

lain yang terdapat di daerah setempat

6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya

a. Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran

b. Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran

karena dapat menyumbat saluran

c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban

akan cepat penuh

d. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa

berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100

7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

a. Jamban harus berdinding dan berpintu

b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari

kehujanan dan kepanasan.

C. Hubungan antara Diare dan Jamban

Jamban tidak sehat akan menyebabkan diare karena dengan menggunakan

jamban tidak sehat dapat membuat lingkungan tidak sehat, berbau dan mencemari

sumber air yang ada di sekitarnya. Jamban yang tidak sehat membuat air dari

jamban meresap kedalam tanah dan air tersebut dapat memasuki sarana air bersih,

Page 27: AINA Bab 2 Miniproyek

31

air yang digunakan akan tercemar, sumber penularan penyakit salah satunya

melalui air yang tercemar seperti pada penyakit diare. Pencemaran air minum oleh

air limbah atau kotoran manusia (tinja) yang mengandung organisme yang dapat

menimbulkan penyakit. Air yang tidak bersih mengandung bahan kimia yang

beracun dan bakteri patogen yang berasal dari tinja dan masuk ke dalam tubuh

manusia lewat mulut melalui makanan atau minuman.17,19

Notoatmojo (2003) yang mengatakan bahwa risiko kejadian diare lebih

besar pada keluarga yang tidak mempunyai fasilitas jamban sehat. Disebutkan

juga bahwa jamban sehat efektif  memutuskan mata rantai penularan penyakit,

termasuk didalamnya diare.17

Octorina (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare. Responden yang tidak

menggunakan jamban sehat lebih beresiko terjadi diare dibandingkan dengan

responden yang menggunakan jamban sehat. Dari keluarga yang menggunakan

jamban sehat hanya 26,9% yang menderita diare sedangkan keluarga yang

menggunakan jamban tidak sehat sebanyak 61,3% diantaranya terserang diare.

Winda (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa kondisi jamban

berhubungan dengan angka kejadian diare, dimana keluarga yang memiliki

jamban tidak sehat berisiko terserang diare. Penelitian Syuraidah (2012)

menunjukkan bahwa responden yang tidak menggunakan jamban sehat lebih

beresiko terjadi diare dibandingkan dengan responden yang menggunakan jamban

sehat dimana distribusi responden yang mengalami diare yang menggunakan

jamban sehat yaitu sebanyak 10 orang (41,7%) dan distribusi responden yang

Page 28: AINA Bab 2 Miniproyek

32

mengalami diare dan tidak menggunakan jamban sehat yaitu sebanyak 15 orang

(93,8%).11,12,13