agribisnis dan agroindustri

33
MAKALAH AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI MAKALAH DItujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Agribisnis Kelas B Nama Kelompok Billy Mulyana 200110120063 Muhamad Ramdhan 200110120067 Arie Pratama 200110120077 M. Taufik Suryana 200110120079 Reza Fitra Nugraha 200110120084 Tria Rahayu 200110120085 Arief Mangandar 200110120245 Dinan Hadaina 200110120000 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2013

Upload: bilmulye

Post on 26-Nov-2015

926 views

Category:

Documents


121 download

DESCRIPTION

L

TRANSCRIPT

Page 1: Agribisnis Dan Agroindustri

MAKALAH AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

MAKALAH

DItujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Agribisnis

Kelas B

Nama Kelompok

Billy Mulyana 200110120063

Muhamad Ramdhan 200110120067

Arie Pratama 200110120077

M. Taufik Suryana 200110120079

Reza Fitra Nugraha 200110120084

Tria Rahayu 200110120085

Arief Mangandar 200110120245

Dinan Hadaina 200110120000

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2013

Page 2: Agribisnis Dan Agroindustri

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi membawa konsekuensi perlunya perubahan struktur ekonomi, industri

dan perdagangan. Pemerintah dan masyarakat Indonesia khususnya para wirausahawan

bidang pertanian dan peternakan harus sudah mengantisipasi masalah-masalah yang akan

dihadapi pada era perdagangan bebas dengan mengubah orientasi produksi menjadi orientasi

Agribisnis yang diharapkan dapat mengintegrasikan sektor pertanian dan peternakan (Inti dan

Turunannya) dalam sistem perdagangan internasional maupun perdagangan dalam negeri.

1.2 Tujuan

Mengetahui Pengertian Agribisnis

Mengetahui Pengertian Agroindustri

Mengetahui keterkaitan antara Agribisnis, Agroindusri terhadap Peternakan

Page 3: Agribisnis Dan Agroindustri

II

TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN AGRIBISNIS

Menurut Bungaran Saragih (2004) pengertian Agribisnis itu sendiri meliputi semua aktivitas

sebagai suatu rangkaian sistem yang terdiri dari :

Sub Sistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi, teknologi dan pengembangan

sumberdaya pertanian.

Sub Sistem Produksi dan Usaha Tani

Sub Sistem Pengolahan Hasil-Hasil Pertanian atau Agroindustri.

Sub Sistem distribusi dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Dengan demikian Sistem Agribisnis merupakan rangkaian kegiatan yang

berkesinambungan mulai dari hulu sampai hilir, dimana keberhasilan pengembangan

agribisnis sangat bergantung pada kemajuan-kemajuan yang dapat dicapai pada setiap simpul

yang menjadi Sub Sistemnya.

Pengertian Sistem Agribisnis

Istilah agribisnis yang terungkap sejauh ini memberikan kesan kepada kita bahwa

agribisnis adalah suatu corak pertanian tertentu dengan jati diri yang berbeda dengan

pertanian tradisional (yang dilakoni mengikuti budidaya yang berakar pada adat istiadat dari

komunitas tradisional) maupun dari pertanian hobi yang tidak mendambakan nilai tambah

komersial. Agribisnis adalah pertanian yang organisasi dan manajemennya secara rasional

dirancang untuk mendapatkan nilai tambah komersial yang maksimal dengan menghasilkan

barang dan/atau jasa yang diminta pasar. Oleh karena itu dalam agribisnis proses

transformasi material yang diselenggarakan tidak terbatas kepada budidaya proses biologik

dari biota (tanaman, ternak, ikan) tetapi juga proses pra usahatani, pasca panen, pengolahan

dan niaga yang secara struktural diperlukan untuk memperkuat posisi adu tawar (bargaining)

dalam interaksi dengan mitra transaksi di pasar. Ikatan keterkaitan fungsional dari kegiatan

pra usahatani, budidaya, pasca panen, pengolahan, pengawetan dan pengendalian mutu serta

niaga perlu terwadahi secara terpadu dalam suatu sistem agribisnis yang secara sinkron

menjamin kinerja dari masing-masing satuan sub proses itu menjadi pemberi nilai tambah

yang menguntungkan, baik bagi dirinya maupun secara keseluruhan.

Page 4: Agribisnis Dan Agroindustri

Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau

keseluruhan dari mata antai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubunganya

dengan pertanian dalam arti luas. Sistem agribisnis merupakan totalitas atau kesatuan kinerja

agribisnis yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan ekonomi input

produksi, informasi dan teknologi. Subsistem usaha tani yaitu kegiatan produksi pertanian

primer tanaman dan hewan, subsistem agribisnis pengolahan, subsistem pemasaran dan

subsistem penunjang, yaitu dukungan sarana dan prasarana serta dukungan lingkungan yang

kondusif bagi pengembangan agribisnis. Saragih (2001).

Kajian mengenai sistem agribisnis dapat dilakukan dengan dua pendekatan analisis,

yaitu pendekatan analisis makro dan analisis mikro. Pendekatan analisis makro memandang

agribisnis sebagai unit sistem industri dari suatu komoditas tertentu, yang membentuk sektor

ekonomi secara regional atau nasional. Pendekatan analisis mikro memandang agribisnis

sebagai suatu unit perusahaan yang bergerak baik dalam salah satu subsistem agribisnis

maupun bergerak pada lebih dari satu subsistem agribisnis, baik hanya satu atau lebih

subsistem dalam satu lini komoditas atau lebih dari satu lini komoditas. Kedua pendekatan

analisis tersebut memiliki tekanan dan orientasi yang berbeda.

1. Pendekatan analisis makro

Pendekatan analisis makro memandang sistem agribisnis sebagai hubungannya

dengan ekonomi nasional, yakni hubungannya dengan produk domestik bruto, peningkatan

pendapatan nasional, peningkatan kesempatan berusaha, pemerataan distribusi pendapatan,

peningkatan ekspor, upaya substitusi impor, inflasi, devaluasi, penurunan tingkat

pengangguran, serta hubungannya dengan komponen ekonomi makro.

Secara tradisional, para ahli berpendapat bahwa sektor pertanian merupakan sektor

yang terisolir, yang kurang dipengaruhi oleh keadaan perekonomian makro maupun

perekonomian global. Pendapat demikian tidak tepat lagi diterapkan dikondisi saat ini. Sejak

pertengahan tahun 1970-an , para ahli mulai sadar bahwa sektor pertanian sangat dipengaruhi

oleh kondisi perekonomian makro maupun perekonomian global (Schuch, 1988; Chambers

and Just, 1982; Nainggolan, 1988). Beberapa variabel perekonomian makro yang cukup

berpengaruh terhadap sektor perekonomian, pertanian dan agribisnis secara keseluruhan

adalah nilai tukar, suku bunga, kredit perbankan, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Oleh

Page 5: Agribisnis Dan Agroindustri

karena itu kondisi perekonomian makro merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

jaringan sistem agribisnis.

Ketersediaan prasarana merupakan kunci perkembangan agribisnis. Beberapa

prasarana strategis bagi perkembangan agribisnis, seperti jaringan irigasi, jalan raya dan pasar

merupakan barang publik yang harus dibangun oleh pemerintah. Apabila prasarana tersebut

tidak tersedia maka agribisnis tidak akan berkembang dengan baik. Oleh karena itu prasarana

merupakan salah satu komponen dari jaringan sistem agribisnis. Komponen jaringan

agribisnis lainnya adalah lembaga penunjang seperti kebijaksanaan pemerintah, penyuluhan,

pendidikan dan penelitian. Kebijaksanaan pemerintah merupakan kunci perkembangan

agribisnis. Penyuluhan berperan dalam dimensi teknologi dan informasi ekonomi yang sangat

diperlukan oleh agribisnis. Pendidikan sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan

manajemen dan penguasaan teknologi agribisnis. Penelitian berperan sebagai peramu

teknologi, perumus kebijaksanaan dan penyedia informasi ekonomi yang diperlukan untuk

mengembangkan agribisnis.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa agribisnis merupakan suatu

jaringan sistem komoditas.Tidak satupun usaha agribisnis yang hidup terisolir tanpa

dipengaruhi oleh usaha agribisnis lainnya maupun oleh faktor-faktor eksternal lainnya.

Usahatani merupakan salah satu komponen dari jaringan sistem terpadu yang merupakan

kunci utama dari pendekatan agrobisnis.

2. Pendekatan analisis mikro

Kajian sistem agribisnis melalui pendekatan analisis mikro menekankan kepada

pencapaian efisiensi, optimasi alokasi dan penggunaan input (sumber daya), serta berusaha

memaksimumkan keuntungan. Pertanian bukan lagi sebagi way of live, tetapi merupakan

usaha yang harus memberikan keuntungan. Dalam agribisnis, segala aktivitas pertanian

didasarkan pada prinsip ekonomi bukan mengikuti kebiasaan atau turun temurun. Oleh

karena itu, dalam analisis mikro agribisnis didefinisikan sebagai tiga sektor secara ekonomi

saling berkaitan. Ketiga sektor agribisnis tersebut adalah

(a) the input supply sector,

(b) the farm production sector, dan

Page 6: Agribisnis Dan Agroindustri

(c) the product marketing sector.

Keterkaitan antara ketiga sektor tersebut dapat dilihat pada Bagan di bawah. Definisi

ini mempunyai makna yang sama dengan yang dikemukakan oleh Drilon Jr. dalam Saragih

(1998), bahwa agribisnis merupakan mega sektor yang mencakup “… the sum total of

operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies, production

activities on the farm, storage, processing and distribution of farm commodities and items for

them …”.

Sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem, yaitu (a)

subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan

sumber daya pertanian; (b) subsistem budidaya atau usahatani; (c ) subsistem

pengolahan hasil atau agroindustri, dan (d) subsistem pemasaran hasil; (e) subsistem

prasarana dan (f) subsistem pembinaan.

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP AGRIBISNIS

Agribisnis itu adalah suatu sistem yang utuh mulai sub-sistem penyediaan sarana

produksi dan peralatan pertanian; sub-sistem usaha tani; sub-sistem pengolahan atau

agroindustri dan sub-sistem pemasaran. Agar sub-sistem ini bekerja dengan baik maka

diperlukan dukungan sub-sistem kelembagaan sarana dan prasarana serta sub-sistem

pembinaan.

Umumnya kelemahan dari pelaksanaan sistem agribisnis ini terletak pada lemahnya

keterkaitan sub-sistem tersebut. Apa yang terjadi di lapangan adalah bahwa sub-sistem

tersebut bekerja sendiri-sendiri.

Agar pelaksanaan sistem agribisnis berjalan lancar dan agar keterkaitan antarsub-sistem

bertambah kuat maka diperlukan dukungan sumberdaya alam (SDA) dan sumber daya

manusia (SDM). Penekanan pada SDA terletak pada bagaimana menerapkan sistem

agribisnis yang memperhatikan aspek keberlanjutan (sustainibility). Penekanan pada SDM

terletak pada bagaimana meningkatkan kualitas SDM di berbagai sektor kegiatan sistem

agribisnis.

Pentingnya Memahami Wawasan Agribisnis

Page 7: Agribisnis Dan Agroindustri

Kita akan membahas ‘Pentingnya Memahami Wawasan Agribisnis’ dalam arti mengapa perlu

agribisnis dalam pembangunan pertanian? Pengalaman menunjukkan bahwa pembangunan

yang berwawasan agribisnis ini mampu:

meningkatkan pendapatan produsen;

meningkatkan penyerapan tenaga kerja;

meningkatkan perolehan devisa; dan

menambah jumlah agroindustri baru.

Untuk itu pengalaman juga menunjukkan bahwa hal tersebut disebabkan didukung oleh

strategi pertanian tangguh. Petaninya, pembinanya dan lembaganya harus tangguh. Ini artinya

SDM dan lembaga pendukungnya (agrisupport activities) harus tangguh.

Kondisi lain yang mendukung keberhasilan pembangunan pertanian tersebut adalah

karena kondisi agroklimat yang ada sangat menguntungkan dan kemauan politik pemerintah

juga sangat mendukung. Walaupun demikian di sana-sini masih banyak kekurangan. Ini

dapat dibuktikan dari produktivitas (produksi per hektar) komoditas yang sama dari yang

dihasilkan oleh negara lain. Ini lazimnya lebih dikenal dengan istilah kalah bersaing.

Kondisi kalah bersaing pada masa mendatang dalam era globalisasi atau era GATT,

maka hal tersebut akan lebih serius lagi. Oleh karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan

daya saing perlu terus ditingkatkan lagi.

Untuk meningkatkan daya saing ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain

dengan penggunaan teknologi baru, melakukan efisiensi di segala bidang agar biaya produksi

dapat ditekan, produksi dapat ditingkatkan dan keuntungan yang lebih besar dapat diraih.

Juga melaksanakan usahanya dengan sentuhan-sentuhan sistem agribisnis, sebab dengan

sentuhan sistem agribisnis maka keuntungan akan lebih besar lagi. Untuk mengawali

peningkatan daya saing itu perlu diberikan prioritas pada komoditas unggulan.

Keterkaitan Pelaku Ekonomi Agribisnis

Pelaku ekonomi atau yang lazim disebut pula dengan ‘dunia-usaha’ terdiri dari BUMN,

Swasta dan Koperasi. Pembagian seperti ini tentunya tergantung dari kebutuhan, namun

pembagian ‘dunia usaha’ menjadi BUMN, Swasta dan Koperasi adalah lazim digunakan

Page 8: Agribisnis Dan Agroindustri

dalam terminologi yang ada. Ketiga pelaku ekonomi ini saling bekerja sama satu sama lain

menurut kepentingannya masing-masing.

Hal ini disebabkan baik BUMN, Swasta maupun Koperasi mempunyai kekuatan dan

kelemahan masing-masing. Karena itu mereka saling membutuhkan satu sama lain. Begitu

pula halnya dengan usaha pengembangan agribisnis, ketiga pelaku ekonomi ini saling bekerja

sama menurut kepentingannya masing-masing.

Agribisnis sebagai Suatu Pendekatan

Agribisnis itu adalah suatu sistem pendekatan pembangunan yang utuh. Sistem ini

terdiri dari empat subsistem yaitu penyediaan sarana produksi dan peralatan, usahatani,

pengolahan dan pemasaran. Dalam pelaksanaan lebih lanjut agar empat subsistem dapat

berjalan dengan baik maka diperlukan dua subsistem lagi, yaitu subsistem infrastruktur dan

subsistem pembinaan.

Oleh karena itu pelaksanaan agribisnis memerlukan koordinasi dari berbagai

pendekatan pembangunan pertanian. Profesor Mosher dengan pendekatan lima prinsip utama,

Soekartawi dengan RTIC-endowment, Schultz dengan konsep traditional agrivulture dan

sebagainya.

Setelah koordinasi tersebut berjalan lancar, maka diperlukan penciptaan kondisi yang

kondusif yang memadai di pedesaan atau di daerah di mana agribisnis tersebut dilaksanakan.

Kondisi kondusif ini antara lain adalah

tersedianya komponen agribisnis secara lengkap di pedesaan;

adanya wirausaha dan kemitraan dan

kondisi lain yang mendukung.

Beberapa faktor strategik yang terkait dengan kehandalan tatanan agribisnis yang

dikembangkan itu adalah

1) lingkungan strategik

Page 9: Agribisnis Dan Agroindustri

2) permintaan

3) sumberdaya,

4) ilmu dan teknologi.

1) Lingkungan Strategik

Pengaruh globalisasi dengan sangat cepat menyusup pada struktur dan strategi badan-

badan usaha multinasional. Persaingan antar industri telah berubah dengan munculnya

kerjasama antara badan-badan usaha yang selama ini saling bersaing, untuk mencapai tingkat

keuntungan ekonomi yang tinggi. Dampak daripadanya seringkali sulit untuk diantisipasi

karena pengaruhnya dapat saja melanggar kaidah-kaidah ekonomi yang fundamental.

Gambaran tersebut sesungguhnya menunjukkan betapa teori keunggulan komparatif tidak

lagi sesuai dengan perkembangan ekonomi dunia dewasa ini.

Jelas bahwa cepatnya fenomena globalisasi ekonomi tersebut membawa dampak yang

sulit, baik untuk negara-negara industri maupun negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Keadaan di atas seringkali lebih dipersulit dengan semakin tampaknya sifat proteksionistis

negara-negara maju dalam perdagangan, persaingan tidak sehat antara sesama badan usaha

multinasional dalam upaya melestarikan kegiatan ekonominya dan lain sebagainya. Di pihak

lain, seringkali tuntutan keseimbangan neraca perdagangan antar negara mengakibatkan

bentuk perdagangan menjadi semakin tidak dilandasi oleh prinsip-prinsip keunggulan

komparatifnya, karena hubungan bilateral menjadi prinsip utama dibandingkan prinsip

persaingan. Dengan demikian menjadi semakin penting bagi kita untuk menanamkan

wawasan “competitiveness” sebagai landasan pembangunan peternakan.

2) Permintaan

Bagi dunia peternakan, dampak globalisasi ekonomi akan segera terlihat pada sektor-

sektor produksi dari berbagai komoditas peternakan. Jika ingin terus meningkatkan

kemampuan bersaing komoditas peternakan kita di pasar Internasional, maka mau tidak mau

kita harus menangkap setiap gejala ataupun pergerakan yang terjadi pada pasar internasional

tersebut. Jelas bahwa kecendrungan peningkatan produksi komoditas primer di satu pihak,

yang disertai lambannya pertumbuhan permintaan, telah menimbulkan kelebihan penawaran

yang pada gilirannya akan semakin menajamkan persaingan antar sesama negara produsen.

Sementara itu negara-negara konsumen menjadi semakin sadar akan kepentingannya dalam

Page 10: Agribisnis Dan Agroindustri

menghadapi negara produsen, sehingga sistim produksi peternakan harus senantiasa dikelola

dengan berorientasi pada permintaan pasar.

Perubahan perilaku dan selera pasar yang semakin cepat sangat sulit untuk diantisipasi

dengan tepat oleh negara-negara produsen. Teknologi industri yang semakin canggih

semakin menuntut keefisienan ekonomi, kehandalan kualitas, disiplin serta profesionalisme

dengan segala etika yang terkait dengannya.

3) Sumberdaya

Indonesia adalah negara yang sangat kaya sumberdaya alam. Masalahnya adalah

bagaimana mengelola, memanfaatkan secara optimal dan sekaligus memperluas “resource

base” dari sumberdaya alam dimaksud, sebagaimana diisyaratkan oleh UUD 1945 pasal 33

ayat 3. Secara hakiki, upaya pembangunan yang sedang ditempuh pada saat ini dapat

dilakukan dengan mendayagunakan berbagai sumberdaya potensial yang tersedia di setiap

wilayah maupun yang dapat diusahakan dari luar wilayah yang bersangkutan. Diantara

sumberdaya potensial tersebut, ada yang berupa sumberdaya alam (natural resources),

sumberdaya manusia (human resources) serta sumberdaya buatan (man-made resources).

Potensi sumberdaya alam yang cukup besar dan beragam dari tanah air Indonesia

tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun

demikian, perlu disadari bahwa pengelolaan sumberdaya potensial (“potential endowment

resources”) semacam itu mempunyai sifat khas, yaitu keterkaitan (interdependency) yang

kompleks dan rumit, yang pada gilirannya berpengaruh kepada kelestarian (sustainability)

sumberdaya tersebut.

Dengan demikian semakin jelas terlihat, bahwa dalam pemanfaatan sumberdaya

pembangunan selalu terkait pada persoalan-persoalan spesifik dari sumberdaya. Selain sifat

langka dan uniknya, pertimbangan perlu diberikan kepada adanya masalah eksternalitas, tidak

terbelahkan atau indivisibility, public goods, property right, serta kelangkaan spasial yang

merupakan sumber dari monopoli alami atau natural monopoly.

Kesemua gambaran tersebut pada dasarnya menunjukkan bahwa potensi sumberdaya

pertanian, khususnya peternakan memberikan kesempatan yang sangat luas untuk

mengembangkan prinsip-prinsip keunggulan kompetitif tanpa meninggalkan dua prinsip

penting yaitu (a) wawasan agroekosistem dan (b) wawasan lokalita/wilayah/regional. Kedua

Page 11: Agribisnis Dan Agroindustri

wawasan tersebut pada dasarnya memberikan arah agar kegiatan agribisnis selalu

memperhatikan kondisi dan potensi sumberdaya alam dan lingkungannya.

4) Ilmu dan Teknologi

Ilmu dan teknologi merupakan perangkat instrumental hasil karya manusia untuk

meningkatkan produktivitas dan efisiensi karyanya, termasuk karya dalam

menumbuhkembangkan agribisnis di pedesaan. Peningkatan produktivitas dan efisiensi

setiap simpul dalam rangkaian sistem agribisnis akan menghasilkan perbaikan dalam

perolehan nilai tambah secara proporsional bagi setiap pelaku di dalam rangkaian sistem

tersebut.

Sebagai hasil karya manusia, ilmu dan teknologi merupakan sumberdaya dinamik yang

universal dan mempunyai mobilitas tinggi.. Pengembangan, penyebaran, penerapan dan alih

teknologi tentunya perlu diberi isi kearifan pertimbangan agar bersifat selektif dan tepat guna

serta sesuai dengan nilai budaya bangsa. Penerapan iptek tersebut seyogyanya dilakukan

sesuai keragaman dan karakteristik wilayah baik dari segi lahan,agroklimat maupun sosial

ekonomi, sosial budaya serta tingkat kemampuan masyarakat setempat dalam

mengadopsinya. Iptek juga berarti kemampuan rekayasa dan rancang bangun sebagai hasil

daya cipta dan daya kreatif manusia. Disinilah relevansi peranan perguruan tinggi dan

lembaga penelitian untuk menumbuhkan budaya iptek yang bermuara pada tumbuhnya

dinamika dalam menciptakan rakitan teknologi yang kompatibel dengan keunikan dari

masing-masing wilayah. Berkembangnya iptek yang spesifik lokasi tersebut, pada gilirannya

akan menghasilkan suatu pola pengembangan agribisnis yang dilandaskan pada keunggulan

kompetitif wilayah, sebagai warna dan nuansa dari pengembangan agribisnis di Indonesia.

Sarana pengembangan dan penyebaran serta adopsi iptek oleh sistem agribisnis tidak cukup

hanya dengan eksistensi lembaga perguruan tinggi dengan litbang saja, tapi juga memerlukan

hadirnya secara menyeluruh di pedesaan fasilitas belajar seperti adanya lembaga penyuluhan

peternakan, sekolah-sekolah kejuruan, berbagai kursus ketrampilan, serta juga lembaga

konsultasi yang tersebar dan bergerak melayani masyarakat nelayan/pedesaan.

Berbagai tantangan, peluang, lingkungan strategik, permintaan/penawaran, sumberdaya

dan iptek, beserta iklim kondusif yang diciptakan oleh perangkat kebijakan dan pengaturan

adalah komponen fungsional /struktural dari perangkat masyarakat ekonomi yang menjadi

wadah dari proses transformasi pembentukan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

Page 12: Agribisnis Dan Agroindustri

manusia. Sebagai komponen tentunya dia hanya akan berarti manakala berada dalam tatanan

tertentu yang memberinya posisi, aturan, daya, arah, takaran dan ukuran yang tepat, guna

terwujudnya transformasi masukan menjadi luaran secara efisien dan menghasilkan nilai

tambah yang optimal. Ini berarti dibutuhkan suatu sistem yang tepat agar pembangunan

peternakan dapat menghantarkan peternakan kepada kondisi yang tangguh, maju dan efisien.

Sistem inilah yang disebut sistem agribisnis.

Kebijakan Peternakan yang disusun diatas telah memenuhi sistem agribisnis yang

diharapkan., yaitu salah satunya adalah berusaha meningkatkan keterkaitan antara subsistem

sehingga setiap kegiatan pada masing-masing subsistem dapat berjalan secara berkelanjutan

dengan tingkat efisiensi yang tinggi.

Dalam rangka mewujudkan usaha peternakan yang berwawasan agribisnis, telah

dikembangkan sentra-sentra produksi antara lain di Jawa Barat, dikembangkan budidaya

Tuna/Cakalang. Diharapkan di daerah ini telah dibangun pula prasarana dan sarana yang

memadai guna mendukung budidaya Tuna tersebut, antara lain tersedianya jalur transportasi

yang layak guna, adanya proses pengolahan walaupun dalam skala rumah tangga, tersedianya

pasar yang dapat menampung hasil produksi tersebut, dan adanya pembinaan yang kontinu

dari aparat pembuat kebijakan. Akan lebih terlihat keberhasilan suatu kebijakan apabila pada

salah satu programnya terdapat pilot proyek yang benar-benar mengikuti aturan yang ada

pada kebijakan tersebut.

Prospek Pengembangan Usahatani Yang Berwawasan Agribisnis – Pola Kemitraan

Pemasyarakatan Agribisnis

Pemasyarakatan agribisnis melalui pengembangan usaha pertanian yang berorientasi

agribisnis menitik beratkan pada upaya pengembangan instrument-instrumen agribisnis

sebagai sesuatu sistem ditingkat makro, yaitu : peningkatan mutu hasil pertanian,

pengembangan pasar dan informasi pasar, pengembangan usaha dan hubungan kelembagaan

serta pengembangan investasi yang berwawasan lingkungan. Ditingkat makro yaitu

penerapan-penerapan konsep pengembangan sentra komoditi yang merupakan satuan

kawasan pengembangan agribisnis lokalita (KAPAL).

Peningkatan Mutu Hasil Pertanian

Page 13: Agribisnis Dan Agroindustri

Kebijaksanaan operasional untuk pengembangan standarisasi dan akreditas hasil

pertanian yang diarahkan pada pengembangan/pemasyarakatan sistem jaminan mutu mulai

dari hulu (tingkat petani) sampai dengan hilir.

Di tingkat petani pemasyarakatan mutu, yang dimulai dari pengelolaan budidaya

sampai pada tingkat manajemen budidaya. Sementara ditingkat hilir, pemasyarakatan standar

mutu produk diarahkan pada permintaan pasar.

Pengembangan Pasar dan Informasi Pasar

Kebijakan makro yang perlu diambil dalam rangka perbaikan struktur dan sistem pasar,

antara lain ialah :

Adanya perumusan aturan main antara pelaku, sehingga masing-masing pelaku dapat

bertransaksi secara seimbang, dan tidak terjadi eksploitasi antara pelaku.

Penerapan model-model kelembagaan yang dapat menciptakan transparasi pembentukan

harga (price discovery) dan menghilangkan kolusi.

Melancarkan arus informasi pasar dari dan ke, antara sentra produksi dan pasar baik

domestik maupun internasional.

Pengembangan Usaha dan Hubungan Kelembagaan

Kebijaksanaan untuk menumbuhkan usaha dibidang pertanian serta meningkatkan peranan

kelembagaan diarahkan pada :

Pengembangan usahatani melalui pola kemitraan usaha dan kewirausahaan.

Pengembangan kelembagaan agribisnis di pedesaan.

Meningkatkan keterkaitan antara sektor pertanian dengan sector-sektor hilir.

Pengembangan sumber daya dan sarana agribisnis, serta

Peningkatan kerjasama organisasi profesi.

Pengembangan Investasi Berwawasan Lingkungan

Guna mendorong pengembangan investasi dan aspek permodalan dibidang agribisnis

ditempuh dengan cara mengupayakan agar investasi agribisnis sejalan dengan insentif pada

Page 14: Agribisnis Dan Agroindustri

sektor lainnya baik melalui kebijakan moneter, fiskal maupun teknis. Kebijakan pemerintah

dalam pengembangan modal investasi.

MEMBANGUN INDUSTRI PETERNAKAN BERKELANJUTAN

Melalui kemajuan teknologi khususnya teknoligi biologis dan kimiawi yang disebut

sebagai revolusi hijau (green revolution), telah membawa perubahan besar baik di bidang

pertanian maupun pada ekosistem secara keseluruhan. Kemajuan teknologi ini menyebabkan

manusia mampu menghasilkan produk-produk pertanian, khususnya bahan pangan yang jauh

lebih besar daripada kemampuan produksi alamiah dari alam.

Perkembangan yang bersifat trade off tersebut di satu sisi mampu meningkatkan

produksi dan produktivitas sektor peternakan dalam memenuhi kebutuhan manusia yang

semakin meningkat sejalan dengan meledaknya jumlah penduduk. Di sisi lain menyebabkan

penurunan (worse off) kualitas lingkungan hidup. Hal ini menyebabkan sektor peternakan

menjadi semakin tergantung dengan input luar yang tinggi dengan penggunaan teknologi

canggih. Sistem peternakan yang semakin tergantung dengan dengan input luar yang

berlebihan dan tidak seimbang, tidak hanya berdampak pada ekologi dan lingkungan, tetapi

juga terhadap situasi ekonomi, sosial dan politik diantaranya dengan adanya ketergantungan

pada impor peralatan, bibit serta input lainnya.

Perubahan konsep agriculture (budaya bertani) menjadi agribusines (bisnis pertanian)

yang lebih berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dengan tuntutan efisiensi yang

tinggi telah memunculkan paradigma baru dalam peternakan dengan menggunakan teknologi

canggih (sophisticated) yang cenderung kurang memperhatikan keberlanjutan lingkungan.

Perkembangan ini telah menyebabkan ketidakseimbangan biokimia ekosistem yang terwujud

dalam bentuk kemerosotan bahkan kerusakan ekosistem mulai dari skala mikro, makro, dan

skala global (misalnya : global warming, ozon layer depletion, global klimat change), yang

pada akhirnya dapat mengancam kesejahteraan dan keberlanjutan hidup manusia.

Meningkatnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, telah

meningkatkan perhatian konsumen tentang aspek informasi nutrisi dari makanan yang akan

dikonsumsi. Konsumen yang kita hadapi saat ini dan yang akan datang telah menuntut

(demanding demand) kualitas bahan makanan konsumsi yang aman dan menyehatkan. Secara

keseluruhan hal ini telah menyebabkan peningkatan tuntutan akan keberagaman (increased

Page 15: Agribisnis Dan Agroindustri

demand for variety), tuntutan akan atribut gizi yang lengkap (increased nutritional

information), dan peningkatan tuntutan akan kenyamanan dalam menkonsumsi (increased

demand for convenience).

Perkembangan mutahir dari preferensi konsumen yang secara konvergen telah merubah

perilaku konsumen dalam mengevaluasi produk yang akan dibeli. Dewasa ini konsumen telah

menuntut atribut produk yang lebi rinci dan lengkap. (1) Bahan pangan aman untuk kesehatan

(food safety attributes), seperti kandungan patogen (food bone patogens), kandungan logam

berat (heavy metals) dan sebagainya. (2) Bahan makanan mengandung nutrisi yang dapat

mendukung kesehatan (nutritional attributes), seperti kandungan lemak (fat content),

kandungan serat (fiber), kandungan mineral, asam amino dan lain sebagainya. (3) Kandungan

nilai dari bahan makanan (value attributes), seperti kemurnian (purity), komposisi kimia

apakah alamiah atau diperkaya (enrichment), ukuran (size), penampilan (appearance), rasa

(tastes), dan aspek nilai penyajian (konventence of preparation). (4) Bagaimana pengepakan

dilakukan (package attributes), apa materialnya, label dan informasi lainnya.

Dalam ligkungan dan iklim seperti ini maka yang menjadi perhatian untuk dapat

memanfaatkan peluang adalah suatu industri peternakan yang efisien dan berwawasan

lingkungan, yang mampu memanfaatkan potensi sumber daya alam setempat secara optimal

bagi tujuan pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Oleh karena itu pendekatan

pembangunan peternakan dengan paradigma lama perlu dikembangkan dan disesuaikan

dengan melakukan perubahan yang sistematis dan integratif dalam paradigma pembangunan.

Perubahan preferensi konsumen yang lebih menginginkan produk yang ramah lingkungan

perlu diikuti perkembangannya dan diendogenuskan dalam pembangunan industri agribisnis

berbasis peternakan. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian kembali terhadap pemanfaatan

teknologi agar tidak hanya berorientasi pada penggunaan input energi secara maksimal, tetapi

perlu diarahkan pada penggunaan teknologi yang ramah lingkungan. Tujuan pembangunan

harus tetap berjalan seimbang yaitu peningkatan produktivitas dan produksi dalam memenuhi

kebutuhan penduduk yang semakin meningkat dan disisi lain harus memperhatikan

pencapaian keberlanjutan sistem produksi, peningkatan kesejahteraan petani, dan pelestarian

lingkungan hidup yang memerlukan langkah terobosan di bidang penelitian.

Degradasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan dan Implikasinya Bagi Pembangunan

Peternakan Berkelanjutan

Page 16: Agribisnis Dan Agroindustri

Pembanguan ekonomi yang cepat akan menyebabkan adanya penurunan nilai

(degradasi) terhadap sumber daya alam dan lingkungan. Kerusakan terhadap sumber daya

alam tersebut dapat berupa perusakann/penggundulan hutan (deforestation), daerah aliran

sungai (watershed), kehilangan keragaman biologi (biodiversity), erosi yang berlebihan,

kerusakan yang dicirikan oleh meluasnya padang alang-alang, kelebihan tangkapan ikan

(overfishing), ikan mati akibat pemupukan berat dan residu pestisida dan pencemaran air oleh

zat-zat kimia yang berbahaya.

Saptana et al. (1995) dalam Dewi et al. (1999) mengemukakan bahwa kerusakan

sumber daya alam dan lingkungan yang disebabkan oleh : Sistem ekonomi yang salah arus

sehingga menghasilkan keragaman yang buruk (bad economy), dan keadaan ekonomi yang

buruk ditimbulkan oleh kebijaksanaan pemerintah yang salah arah (goverment failure),

terutama berkaitan dengan distorsi dalam ekonomi pasar. Distorsi tersebut kemudian

menimbulkan terjadinya isyarat-isyarat harga pasar yang salah (false price signal) kepada

produsen dan konsumen, sehingga kejadian tersebut mengarah mislokasi sumber daya yang

tidak efisien berupa kemubasiran dalam pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Sumber

daya alam sebagai hak milik bersama (common property resources), dimana hak

pemilikannya (property right) tidak jelas yang cenderung untuk tidak dihargai sehingga

cenderung terjadi eksploitasi sumber daya alam.

Paradigma pembangunan yang tidak pernah mempertimbangkan perubahan aset

produktif berupa cadangan sumber daya alam yang semakin menipis (resourece stock

depletion). Untuk mempertahankan keberlanjutan aliran serta kualitas cadangan sumber daya

pertanian sepanjang waktu, maka harus menerima dan melaksanakan kaidah-kaidah berikut

(Saptana et al., 1995 dalam Dewi et al., 1999) : Untuk sumber daya yang dapat pulih

(renewable resource) agar diusahakan pengguanaan lebih kecil atau sama dengan daya laju

pertumbuhan alamiah untuk mempermudahnya kembali. Untuk pemakainnya sumber daya

yang tidak dapat pulih (exhausthable resource) agar diusahakan optimalisasi tingkat

penggunaanya, dengan syarat agar dicarikan substansinya dari sumber daya lainnya dan

untuk meningkatkan efisiensi pemakainnya agar digunakan teknologi maju yang hemat

energi.

Page 17: Agribisnis Dan Agroindustri

Agar dapat memanfaatkan sumber daya alam secara efisien maka nilai jasa lingkungan

dan cadangan sumber daya alam bersangkutan harus diperhitungkan analisis neraca

ekonomisnya.

Membangun Industri Peternakan Berwawasan Lingkungan

Pembangunan peternakan harus dilakukan dengan pola pembagunan berkelanjutan

yang diartikan sebagai upaya pengelolaan dan konservasi sumber daya peternakan (lahan, air,

dan sumber daya genetik) melalui orientasi perubahan teknologi dan kelembagan sedemikian

rupa sehingga menjamin tercapainya kebutuhan yang diperlukan secara berkesinambungan

dari waktu ke waktu.

Pembangunan peternakan berkelanjutan yang memperhatikan aspek konservasi sumber

daya alam, air dan sumber daya genetik tanaman dan hewan tersebut harus berwawasan

ligkungan, artinya: tidak menimbulkan pencemaran serta degradasi dalam mutu lingkungan

hidup, yakni secara teknis tepat guna, secara ekonomi layak diusahakan, secara sosial dapat

diterima, secara ekologis tetap menjamin keseimbangan ekosistem lainnya. Implikasinya

pembangunan peternakan berwawasan lingkungan adalah : (1) terpeliharanya kapasitas

produksi sumber daya alam, (2) mengurangi dampak pencemaran dan penurunan kualitas

linkungan hidup, (3) dapat menghasilkan produk primer maupun sekunder yang berkualitas

dan higienis dan berdaya saing tinggi, serta (4) dapat menyediakan lapangan kerja dan

pendapatan yang memadai bagi peternak.

Dilihat dari basis sumber daya yang digunakan, agribisnis peternakan sangat tergantung

pada faktor ekosistem atau lingkungan. Oleh karena itu pembangunan peternakan dengan

pendekatan agribnisnis dapat terus tumbuh secara berkelanjutan sesuai dengan ekosistem

spesifik lokasi dimana agribisnis dikembangkan. Strategi pembangunan peternakan yang

berkelanjutan pada sistem produksi dilakukan dengan pendekatan usahatani (farming system)

berupa integrasi tanaman dan ternak, pendaurulang bahan organik, pengolahan lahan

konservasi, pengurangan bahan input kimia (LISA = Low Input Sustainable Agriculture),

pengendalian hama terpadu dan sistem produksi tanaman-ternak. Pada subsitem agroindustri

dilakukan pengolahan produksi peternakan primer menjadi sekunder atau tersier serta

pengolahan limbah. Beberapa keuntungan pembangunan peternakan yang berkelanjutan

dengan pendekatan agribisnis antara lain :

Page 18: Agribisnis Dan Agroindustri

Pengembangan agribisnis peternakan didasarkan atas sumber daya alam yang dapat

diperbaharui (renewable) tidak akan pernah habis.

Kegiatan agribsinis peternakan dapat diintegrasikan dengan mudah sehingga interaksi

masyarakat dengan lingkungan dapat dipertahankan.

Dapat membuka peluang kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan dengan adanya

nilai tambah hasil produksi peternakan bersifat standar, berkualitas baik dan berdaya saing

tinggi.

Page 19: Agribisnis Dan Agroindustri

III

PEMBAHASAN

Kajian mengenai sistem agribisnis dapat dilakukan dengan dua pendekatan analisis,

yaitu pendekatan analisis makro dan analisis mikro. Pendekatan analisis makro memandang

agribisnis sebagai unit sistem industri dari suatu komoditas tertentu, yang membentuk sektor

ekonomi secara regional atau nasional. Pendekatan analisis mikro memandang agribisnis

sebagai suatu unit perusahaan yang bergerak baik dalam salah satu subsistem agribisnis

maupun bergerak pada lebih dari satu subsistem agribisnis, baik hanya satu atau lebih

subsistem dalam satu lini komoditas atau lebih dari satu lini komoditas. Kedua pendekatan

analisis tersebut memiliki tekanan dan orientasi yang berbeda.

1. Pendekatan analisis makro

Pendekatan analisis makro memandang sistem agribisnis sebagai hubungannya

dengan ekonomi nasional, yakni hubungannya dengan produk domestik bruto, peningkatan

pendapatan nasional, peningkatan kesempatan berusaha, pemerataan distribusi pendapatan,

peningkatan ekspor, upaya substitusi impor, inflasi, devaluasi, penurunan tingkat

pengangguran, serta hubungannya dengan komponen ekonomi makro.

Secara tradisional, para ahli berpendapat bahwa sektor pertanian merupakan sektor

yang terisolir, yang kurang dipengaruhi oleh keadaan perekonomian makro maupun

perekonomian global. Pendapat demikian tidak tepat lagi diterapkan dikondisi saat ini. Sejak

pertengahan tahun 1970-an , para ahli mulai sadar bahwa sektor pertanian sangat dipengaruhi

oleh kondisi perekonomian makro maupun perekonomian global (Schuch, 1988; Chambers

and Just, 1982; Nainggolan, 1988). Beberapa variabel perekonomian makro yang cukup

berpengaruh terhadap sektor perekonomian, pertanian dan agribisnis secara keseluruhan

adalah nilai tukar, suku bunga, kredit perbankan, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Oleh

karena itu kondisi perekonomian makro merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

jaringan sistem agribisnis.

Ketersediaan prasarana merupakan kunci perkembangan agribisnis. Beberapa

prasarana strategis bagi perkembangan agribisnis, seperti jaringan irigasi, jalan raya dan pasar

merupakan barang publik yang harus dibangun oleh pemerintah. Apabila prasarana tersebut

tidak tersedia maka agribisnis tidak akan berkembang dengan baik. Oleh karena itu prasarana

Page 20: Agribisnis Dan Agroindustri

merupakan salah satu komponen dari jaringan sistem agribisnis. Komponen jaringan

agribisnis lainnya adalah lembaga penunjang seperti kebijaksanaan pemerintah, penyuluhan,

pendidikan dan penelitian. Kebijaksanaan pemerintah merupakan kunci perkembangan

agribisnis. Penyuluhan berperan dalam dimensi teknologi dan informasi ekonomi yang sangat

diperlukan oleh agribisnis. Pendidikan sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan

manajemen dan penguasaan teknologi agribisnis. Penelitian berperan sebagai peramu

teknologi, perumus kebijaksanaan dan penyedia informasi ekonomi yang diperlukan untuk

mengembangkan agribisnis.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa agribisnis merupakan suatu

jaringan sistem komoditas.Tidak satupun usaha agribisnis yang hidup terisolir tanpa

dipengaruhi oleh usaha agribisnis lainnya maupun oleh faktor-faktor eksternal lainnya.

Usahatani merupakan salah satu komponen dari jaringan sistem terpadu yang merupakan

kunci utama dari pendekatan agrobisnis.

2. Pendekatan analisis mikro

Kajian sistem agribisnis melalui pendekatan analisis mikro menekankan kepada

pencapaian efisiensi, optimasi alokasi dan penggunaan input (sumber daya), serta berusaha

memaksimumkan keuntungan. Pertanian bukan lagi sebagi way of live, tetapi merupakan

usaha yang harus memberikan keuntungan. Dalam agribisnis, segala aktivitas pertanian

didasarkan pada prinsip ekonomi bukan mengikuti kebiasaan atau turun temurun. Oleh

karena itu, dalam analisis mikro agribisnis didefinisikan sebagai tiga sektor secara ekonomi

saling berkaitan. Ketiga sektor agribisnis tersebut adalah

(a) the input supply sector,

(b) the farm production sector, dan

(c) the product marketing sector.

Keterkaitan antara ketiga sektor tersebut dapat dilihat pada Bagan di bawah. Definisi ini

mempunyai makna yang sama dengan yang dikemukakan oleh Drilon Jr. dalam Saragih

(1998), bahwa agribisnis merupakan mega sektor yang mencakup “… the sum total of

operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies, production

Page 21: Agribisnis Dan Agroindustri

activities on the farm, storage, processing and distribution of farm commodities and items for

them …”.

Sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem, yaitu (a)

subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan

sumber daya pertanian; (b) subsistem budidaya atau usahatani; (c ) subsistem

pengolahan hasil atau agroindustri, dan (d) subsistem pemasaran hasil; (e) subsistem

prasarana dan (f) subsistem pembinaan.

Page 22: Agribisnis Dan Agroindustri

IV

KESIMPULAN

Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau

keseluruhan dari mata antai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada

hubunganya dengan pertanian dalam arti luas. Sistem agribisnis merupakan totalitas

atau kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu yang

berupa kegiatan ekonomi input produksi, informasi dan teknologi.

Agroindustri dapat diartikan dalam dua hal, yaitu pertama agroindustri adalah industri yang

berbahan baku utama dari produk pertanian. Studi agroindustri pada konteks menekankan

pada food processing management dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan

baku utamanya adalah produk pertanian.

Agribisnis sangat berkaitan dengan pengolahan produk peternakan yang

dimanifestasikan dengan produk olahan ternak dari bahan mentah, semua itu sangat

berkaitan dengan agrobisnis.

DAFTAR PUSTAKA

Page 23: Agribisnis Dan Agroindustri

http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2010/07/pengertian-agroindustri.html (diakses pada

tanggal 14 Desember 2013, pukul 13.00)

http://rohmatfapertanian.wordpress.com/2012/07/20/pembangunan-agribisnis-peternakan/

(diakses ada tanggal 14 Desember 2013, pukul 13.30)