artikel agroindustri

23
Dewo dan Tanaman Sirih Merah dari Merapi April 14th, 2009 by agroindustri Selasa, 14 April 2009 | 07:36 WIB Oleh Idha Saraswati KOMPAS.com - Memasuki Kampung Blunyahrejo, Kelurahan Karangwaru, Tegalrejo, Kota Yogyakarta, mata kita langsung tertumbuk pada sebuah rumah bambu yang tingginya melebihi rumah-rumah lain di sekitarnya. Pot-pot dengan beraneka tanaman hijau memenuhi ruang-ruang dalam bangunan bertingkat empat yang terbuat dari bambu itu dan tanaman sirih merah mendominasi di sini. Persentuhan Bambang Sudewo atau Dewo panggilannya dengan sirih merah berawal dari sebuah kebetulan. Suatu pagi pada tahun 2002, pria yang punya hobi mendaki gunung ini tengah berjalan- jalan di lereng Gunung Merapi. Saat dia berada tidak jauh dari tempat tinggal juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan, Dewo tertegun melihat tumbuhan yang dirasakannya aneh. Tanaman itu merambat di sela-sela bebatuan. Rasa penasaran kemudian menuntunnya memetik sehelai daun tumbuhan itu, lalu dikunyahnya. Rasanya, cerita Dewo, sungguh pahit. Bukannya kecewa, rasa pahit yang dihasilkan daun itu justru membuat Dewo merasa senang. Sebab, berdasarkan pengalamannya sebagai peracik jamu, daun maupun buah yang terasa pahit, seperti brotowali (Tinosporae crispa), bidara upas (Merremia mammosa) maupun mahoni (Swietenia mahagoni jacq), biasanya memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dewo yang ketika itu sedang menderita diabetes mellitus mencoba memotong tumbuhan tersebut beserta belasan helai daunnya untuk dibawa pulang. Sebagian dia konsumsi dan sebagian lainnya dia tanam di rumah. Selama dua minggu dia mengonsumsi daun tersebut, Dewo merasa tekanan darah tinggi dan kolesterol dalam tubuhnya berangsur

Upload: yanni-handayani

Post on 15-Jan-2016

82 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

artikel agroindustri

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Agroindustri

Dewo dan Tanaman Sirih Merah dari Merapi

April 14th, 2009 by agroindustri

Selasa, 14 April 2009 | 07:36 WIB

Oleh Idha Saraswati

KOMPAS.com - Memasuki Kampung Blunyahrejo, Kelurahan Karangwaru, Tegalrejo, Kota Yogyakarta, mata kita langsung tertumbuk pada sebuah rumah bambu yang tingginya melebihi rumah-rumah lain di sekitarnya. Pot-pot dengan beraneka tanaman hijau memenuhi ruang-ruang dalam bangunan bertingkat empat yang terbuat dari bambu itu dan tanaman sirih merah mendominasi di sini.

Persentuhan Bambang Sudewo atau Dewo panggilannya dengan sirih merah berawal dari sebuah kebetulan. Suatu pagi pada tahun 2002, pria yang punya hobi mendaki gunung ini tengah berjalan-jalan di lereng Gunung Merapi.

Saat dia berada tidak jauh dari tempat tinggal juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan, Dewo tertegun melihat tumbuhan yang dirasakannya aneh. Tanaman itu merambat di sela-sela bebatuan. Rasa penasaran kemudian menuntunnya memetik sehelai daun tumbuhan itu, lalu dikunyahnya. Rasanya, cerita Dewo, sungguh pahit.

Bukannya kecewa, rasa pahit yang dihasilkan daun itu justru membuat Dewo merasa senang. Sebab, berdasarkan pengalamannya sebagai peracik jamu, daun maupun buah yang terasa pahit, seperti brotowali (Tinosporae crispa), bidara upas (Merremia mammosa) maupun mahoni (Swietenia mahagoni jacq), biasanya memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Dewo yang ketika itu sedang menderita diabetes mellitus mencoba memotong tumbuhan tersebut beserta belasan helai daunnya untuk dibawa pulang. Sebagian dia konsumsi dan sebagian lainnya dia tanam di rumah.

Selama dua minggu dia mengonsumsi daun tersebut, Dewo merasa tekanan darah tinggi dan kolesterol dalam tubuhnya berangsur membaik. Luka-luka melepuh di sekujur tubuh akibat penyakit diabetes juga dirasakan mulai mengering.

Lelaki ini lantas semakin giat mencari informasi seputar tumbuhan tersebut. Dari sumber literatur yang terbatas, Dewo mengetahui bahwa tumbuhan itu selama ini dikenal sebagai sirih merah (Piper betle L var Rubrum).

Selain aroma daunnya yang khas daun sirih, bentuk daun tumbuhan ini memang menyerupai sirih yang biasa kita kenal. Bedanya, permukaan bagian bawah daun sirih ini berwarna merah mengilat. Meski belum secara massal, tanaman ini ternyata telah dimanfaatkan sebagai tanaman obat, terutama di lingkungan Keraton Yogyakarta.

Tanaman ini mungkin ada di mana-mana, tidak hanya di (Gunung) Merapi, tetapi saya baru melihat yang di lereng Merapi itu, ungkapnya.

Page 2: Artikel Agroindustri

Merasa berjodoh dengan khasiat tumbuhan tersebut, Dewo yang telah membuka perusahaan jamu berskala industri rumahan berlabel Sekar Kedathon, pada tahun 1997 mulai fokus menggali manfaat sirih merah.

Skala besar

Lulusan jurusan Desain Komunikasi Visual, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, ini semakin rajin mencari informasi seputar tanaman sirih merah. Sejumlah perpustakaan dan toko buku dia datangi. Ia juga berkonsultasi dengan beberapa pakar tanaman herbal, dokter, sampai budayawan dalam proses mengolah tanaman sirih merah.

Tahun 2004 Dewo mulai memasarkan ramuan teh herbal dari sirih merah. Ia barangkali adalah orang pertama yang mengolah sirih merah sebagai industri herbal. Eksplorasi terhadap manfaat sirih merah itu terus berlanjut sehingga ia bisa menciptakan produk-produk lain dari tanaman tersebut.

Untuk membuat produknya, setiap bulan Dewo memerlukan sekitar lima kuintal daun sirih merah basah. Bahan baku itu diolah menjadi berbagai produk, di antaranya teh herbal celup, teh herbal seduh, berbagai kapsul dari ekstrak sirih merah, sampai teh pelangsing.

Seiring berjalannya waktu, perusahaan herbal milik Dewo berkembang pesat. Jika pada tahun 1997 ia bekerja sendiri, belakangan dia dibantu 25 karyawan.

Produk-produk yang dihasilkan Dewo itu telah mendapat pengesahan dari Badan Pusat Pengawas Obat-obatan dan Makanan. Kini, semua produk Dewo bisa dikatakan sudah tersebar di kota-kota besar di seluruh Indonesia serta diekspor ke Malaysia dan Brunei.

Kemitraan

Untuk menjamin pasokan bahan baku sirih merah, Dewo menjalin kemitraan dengan para petani di sejumlah daerah, baik di kawasan DI Yogyakarta maupun Jawa Tengah. Tak kurang dari 50 petani yang bekerja sama dengannya.

Saya tidak punya lahan, jadi lebih baik mengembangkan sistem kerja sama dengan para petani sirih merah, ujarnya.

Selain menyediakan bibit yang semuanya merupakan keturunan tanaman yang dia bawa dari lereng Gunung Merapi, Dewo juga membeli hasil panen sirih merah dari petani.

Daun sirih merah dengan lebar delapan sentimeter, dia beli dengan harga Rp 120.000 per kilogram. Adapun daun sirih merah super dengan lebar minimal 11 cm dihargai Rp 150.000 per kilogram.

Meski usahanya relatif berhasil, Dewo belum puas. Ia mengaku masih punya berbagai obsesi terkait pengembangan sirih merah. Selama ini sumber literatur tentang sirih merah masih sangat terbatas. Ia berharap ada penelitian lebih lanjut agar segenap potensi tanaman sirih merah bisa bermanfaat bagi masyarakat.

Alam telah menyediakan segalanya. Masalahnya, bagaimana kita menemukan dan mengolahnya menjadi obat yang bermanfaat bagi kesehatan, katanya.

Page 3: Artikel Agroindustri

Lahan terbatas

Keseriusan Dewo dalam mengolah tanaman sirih merah sebagai tanaman obat bisa dilihat dari rumah bambu miliknya. Kata dia, rumah bambu itu dibangun untuk menyiasati lahan yang terbatas. Dengan bentuk vertikal, dia memiliki banyak ruang untuk membudidayakan bibit sirih merah.

Bibit dari rumah bambu inilah yang kemudian ditanam para petani di ladangnya masing- masing. Beberapa bulan kemudian, bibit-bibit itu akan kembali ke rumah bambu tersebut dalam bentuk lembaran daun sirih merah yang berguna sebagai bahan baku obat herbal. Di rumah bambu Dewo pula, lembar-lembar daun sirih merah itu diolah menjadi beraneka produk obat herbal.

Rumah bambu ini menutupi lahan seluas 1.000 meter persegi. Di lantai satu dan dua, sirih merah yang ditanam dalam pot-pot kecil menjalar ke atas kayu-kayu penopangnya.

Di lantai tiga dan empat rumah itu tersedia meja dan kursi yang biasa dipakai para tamu bersantai sambil menikmati ramuan daun sirih merah.

Memang sering ada tamu berobat ke sini. Sambil menunggu, para tamu bisa ngisis (mencari angin) sambil melihat tanaman dan menikmati teh sirih merah, kata Dewo tentang rumah bambunya.

Ruang-ruang dalam rumah bertingkat dari bambu ini dibangun sesuai dengan lingkungan sekitar yang ditumbuhi banyak pohon besar. Sambil duduk menikmati semilir angin di lantai tiga atau lantai empat, para tamu bisa meraih buah asam atau buah sawo yang berada di pohon sekitarnya.

Page 4: Artikel Agroindustri

Jiwa Entrepreneurship Penunjang Potensi diri di Bidang Sistem Informasi   Komunikasi Posted in Artikel Agroindustri on May 29, 2011 by nuravicenia578

Entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis. Bila diartikan dalam bahasa Indonesia, Entrepreneurship adalah sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karsa serta karya atau mampu menggabungkan unsur kreativitas, tantangan, kerja keras dan kepuasan untuk mencapai prestasi maksimal . Di dunia industri, Entrepreneurship berarti kemampuan untuk berwirausaha. Sedangkan menurut saya, berwirausaha adalah membentuk usaha atau industri baru yang bermanfaat, berpotensi, dan dapat mengambil tenaga kerja dari masyarakat sekitar. Entrepreneurship adalah jiwa seorang manusia pembaharu yang tergerak hatinya melihat realita pengangguran yang bagai wabah menggerogoti kemakmuran bangsanya.

Sistem Informasi dan Komunikasi adalah sistem yang bertujuan menampilkan informasi dengan media alat komunikasi. Sistem sendiri terdiri dari berbagai macam kumpulan sub sistem yang mempunyai fungsi berbeda namun bekerja bersama untuk menghasilkan satu tujuan yang sama. Jadi kalau sistem informasi komunikasi tentunya : BERBAGAI SUB SISTEM YANG MEMPUNYAI TUJUAN BERBEDA BEKERJA BERSAMA UNTUK MENGHASILKAN SATU TUJUAN YAITU MEMBERIKAN INFORMASI LEWAT DUNIA KOMUNIKASI. ^^

Sipp dah, sistem informasi dan komunikasi udah tau, pengertian entrepreneurship juga udah jelas, wokei sekarang saatnya menelaah hubungan di atara mereka (Halah ^^).

Siapa sih jaman sekarang yang nggak kenal komputer. Siapa sih yang jaman sekarang nggak kenal internet. Anak TK ajah mainan di rumahnya udah internet lhoh. Jaman sekarang semuanya bergerak membidik komunikasi. Jarang banget kan sekarang ada acara surat menyurat, sms 2 menit udah sampai, telepon bentar langsung nyambung, cepet banget deh istilahnya. Well komunikasi mulai merajai hidup kita.

Jiwa entrepreneurship yang biasanya hidup di hati pemuda Indonesia adalah ladang penghasil keuntungan. Apalagi dengan keadaan jaman sekarang. Yang apa-apa udah internetan. Melalui potensi internet yang notebene udah seluruh dunia, di tambah jiwa entrepreneurship yang kasarannya “apa-apa pengin dijual” bisa tuh berjalan bareng. Dan potensi keuntungannya tentunya bakalan super gedhe.

Misalnya :

Si A berjualan sepatu lukis, omsetnya dengan membuka gerai Rp 20.000.000,-. Gerai ituuu butuh uangnya tentu aja banyak, tapi begitu dia memasarkan lewat dunia komunikasi, udah nggak begitu mahal, untungnya tetep gedhe lagi

Artinya potensi diri di bidang sistem informasi dan komunikasi menunjang jiwa entrepreneurship. Jadi, belajar sistem informasi dan komunikasi penting banget. Apalagi buat yang punya jiwa entrepreneurship. ^^

Page 5: Artikel Agroindustri

Kopi   Luwak Posted in Artikel Agroindustri on May 25, 2011 by nuravicenia578

Kopi luwak ini merupakan salah satu varietas kopi paling aneh di dunia, Kopi yang pada umumnya dipanen terlebih dahulu kemudian bijinya dipetik bila sudah matang, tapi pada kopi luwak sangat berbeda. biji kopi dibiarkan berjatuhan, kemudian petani melepaskan binatang luwak atau sejenis musang, dan membiarkan musang musang itu memakan biji kopi yang berjatuhan tadi, kemudian mereka menunggu binatang luwak atau musang itu mengeluarkan kotoran, biji kopi yang keluar bersamaan dengan kotoran musang atau luwak itulah yang akan diproses lagi menjadi minuman kopi, yang dinamanakan dengan KOPI LUWAK (Civet Coffee). para peneliti di kanada telah membuktikan bahwa kandungan protein yang terdapat di dalam perut luwak menjadikan kopi berfermentasi dan matang lebih sempurna. jadi rasa yang dihasilkannya pun lebih nikmat dibandingkan dengan kopi-kopi lainnya. Jadi pengertian singkatnya kopi luwak adalah salah satu jenis kopi yang berasal dari biji kopi yang telah dimakan oleh binatang luwak atau binatang sejenis musang dan biji kopi tadi dikeluarkan lagi bersamaan dengan kotoran luwak.memang terkesan sangat menjijinkan, bayangkan kopi luwak itu adalah kopi yang keluar bersamaan dengan kotoran luwak… tapi meskipun terkesan sangat menjijikkan kopi ini sangat enak lho.. kopi luwak sudak masuk ke dalam daftar nama kopi yang paling dinikmati dan dicari, kopi yang berasal dari indonesia ini juga telah terkenal di penjuru dunia.

kopi luwak yaitu buah kopi matang pohon yang dimakan oleh luwak (sejenis musang), kemudian dikeluarkan sebagai kotoran luwak tetapi biji-biji kopi tersebut tidak tercerna sehingga bentuknya masih dalam bentuk biji kopi. Jadi di dalam perut musang biji kopi mengalami proses fermentasi dan dikeluarkan lagi dalam bentuk biji bersama dengan kotoran Luwak. Selanjutnya biji kopi luwak dibersihkan dan diproses seperti kopi biasa.

Kopi luwak merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, di samping komoditas kopi biasa seperti kopi reguler Arabika (Java coffee) dan kopi reguler Robusta. yang membedakan kopi luwak dengan biji kopi biasa adalah dimakan oleh Luwak (sejenis musang) dan di keluarkan dalam bentuk biji kopi, Sehingga aromanya lebih harum serta ada rasa pahit dan getir asam yang lebih khas dan special.

Kopi luwak merupakan jenis biji kopi yang termahal di dunia, sehingga sampai masuk ke Guiness Book of Records. 4 tahun belakangan ini harga kopi luwak di pasar internasional semakin meningkat, bahkan mencapai US$ 500/kg bentuk biji kering (kadar air 11,5%). Bandingkan dengan harga kopi biasa kualitas nomor 1 yang hanya US$ 4,5/kg.

Kemasyhuran kopi luwak telah terkenal sampai kemancanegara, bahkan di Luar Negeri, terdapat kafe yang menjual kopi luwak (Civet Coffee) dengan harga yang mahal. sejak dahulu, sewaktu penjajahan Belanda kopi luwak sudah menempati posisi pasar paling atas, baik dilihat dari sisi rasa maupun harga. Hanya saja, karena dulu kualitas produk belum terjaga secara kontinyu, harganya meskipun berada di posisi tertinggi tidak bisa dikerek lebih tinggi lagi. Penyebab utamanya, kopi luwak 100% masih tergantung pada alam.

Page 6: Artikel Agroindustri

Mobil   Nanas

May 25, 2011

Serat dalam buah-buahan tak hanya baik bagi pencernaan tubuh. Para ilmuwan di Brazil mengungkapkan, serat buah-buahan seperti nanas atau pisang misalnya, bisa menjadi bahan pembuat mobil.

Alcides Leao dan timnya dari Paulo State University, telah mencoba menggunakan serat dari buah dan tumbuhan sebagai bahan plastik generasi terbaru untuk digunakan pada produk otomotif seperti mobil atau motor.

Mereka yakin, di masa depan, bahan ini tak hanya bisa dimanfaatkan untuk membangun body mobil tetapi juga bagian mesin. Wah, keren!

“Beberapa pabrik pembuat mobil telah menguji bahan plastik dari serat buah ini dan kemungkinan besar akan menggunakannya untuk produk mobil mereka dua tahun lagi,” kata Leao, dikutip detikINET dari NineMSN, Selasa (29/3/2011).

Leao tidak menyebutkan perusahaan pembuat mobil mana saja yang tertarik memanfaatkan penemuan ini. Namun dia meyakinkan bahwa memperkuat bahan plastik dengan serat mikroskopik dari buah-buahan seperti nanas dan pisang akan membuatnya super kuat.

“Bahan ini sangat mengagumkan. Ringan, namun sangat kuat. Sekitar 30 persen lebih ringan dan empat kali lebih kuat ketimbang bahan plastik biasa,” kata Leao saat presentasi di konferensi American Chemical Society di Anaheim, California, Amerika Serikat.

Bahan ini juga dikatakannya akan lebih tahan terhadap panas, tumpahan bensin, air dan oksigen ketimbang bahan plastik untuk otomotif pada umumnya.

“Dunia kesehatan pun bisa menggunakannya. Bahan ini potensial untuk pembuatan katup jantung dan jaringan pengikat sendi artifisial,” katanya.

Page 7: Artikel Agroindustri

Indonesia masih impor kakao 22.967 ton

August 19th, 2009 by agroindustri//

Rabu, 05/08/2009 15:21 WIBIndonesia masih impor kakao 22.967 ton

oleh : Sepudin ZuhriJAKARTA  bisnis.com): Kendati sebagai produsen terbesar ketiga di dunia, Indonesia masih mengimpor bijih kakao sekitar 22.967 ton per tahun yang telah difermentasi.

Direktur Eksekutif Asosiasi Kakao Indonesia (Aiki) Sindra Wijaya mengataakan hampir 80%-90% diekspor dalam bentuk bijih kakao, sedangkan sisanya diolah oleh industri pengolahan di dalam negeri.

“Makanya untuk mengurangi ekspor bijih besi dan memperbanyak industri pengolahan kakao di dalam negeri, pemerintah akan mengenakan bea keluar untuk ekspor bijih kakao,” ujarnya saat Simposium Kakao hari ini.

Selama 2008, Indonesia mengekspor bijih kakao sebanyak 380.512 ton senilai US$854,6 juta. Secara total, volume ekspor kakao mencapai 500.561 ton senilai US$1,2 miliar.

Dia mengeluhkan tarif bea masuk kakao olahan yang hanya 5%, sedangkan Malaysia sebesar 25%-30%. Hal itu, kata dia, yang membuat impor kakao olahan melimpah.

Sementara itu, tariff pajak pengolahan kakao di Indonesia sebesar 28%, sedangkan di Malaysia dikenakan pembebasan pajak (tax holiday) selama 10 tahun.

Menurut Sindra, beberapa kebijakan pemerintah di sektor kakao yang belum terealisasi adalah penerapan bea keluar atas bijih kakao, penetapan wajib fermentasi kakao, melobi agar tarif bea masuk kako olahan di Eropa sama dengan kakao olahan asal Ghana sebesar 0% dana peningkatan mutu dan produktivitas kakao. (tw)

http://web.bisnis.com/sektor-riil/agribi…

Page 8: Artikel Agroindustri

Berita Daur Ulang Kulit Jeruk« Thread Started on Dec 2, 2008, 12:04pm »

sumber di kutip dari detik news...

Jangan buang kulit jeruk itu! Mungkin itulah sepenggal kata yang diucapkan oleh kedua orang tua kita setelah kita mengupas kulit jeruk bali. Hal ini karena saat itu mainan anak-anak banyak yang terbuat dari limbah rumah tangga seperti kulit jeruk. Kita masih ingat dengan kulit jeruk kita dapat membuat mobil-mobilan untuk mainan anak saat kita kecil dulu. Namun dalam dua dasawarsa terakhir mainan anak-anak telah lebih modern bahkan menggunakan teknologi canggih. Kemajuan teknologi telah merubah semua itu, sebagian besar mainan anak sat ini dibuat dari plastik karena memiliki daya tahan yang baik sehingga awet serta relatif aman untuk anak. Akan tetapi, percayakah anda bahwa mainan anak yang canggih dan terbuat dari plastik tersebut suatu saat dapat dibuat dari kulit jeruk.

Jika anda tidak percaya, tanyakan saja pada Geoffrey Coates, seorang profesor bidang kimia dan kimia biologi di Cornell University, New York, Amerika Serikat. Bersama kedua rekannya di grup riset Cornell University, Chris Byrne dan Scott Allen, ia berhasil mengubah kulit jeruk menjadi plastik. Bagaimana caranya?

Mereka menjelaskan bagaimana cara membuat polimer menggunakan limonen oksida sebagai molekul pendukung baru dan karbondioksida menggunakan katalis dalam penelitian di laboratorium. Limonin oksida adalah sejenis karbon dalam bentuk senyawa kimia yang terdapat pada 300 jenis tanaman. Pada buah jeruk, lebih dari 95 persen minyak yang mengandung senyawa tersebut terdapat pada kulit buah jeruk.

Dalam skala industri minyak kulit jeruk ini diekstraksi untuk berbagai macam kegunaan, salah satunya pembersih rumah tangga yang memiliki bau pohon jeruk. Minyak ini kemudian dapat dioksidasi sehingga menghasilkan limonin oksida. Senyawa ini tergolong reaktif dan oleh Coates dan rekannya digunakan sebagai senyawa building block(komponen utama plastik).

Building block lain yang mereka gunakan adalah karbondioksida, yang dikenal sebagai gas atmosfer yang terus meningkat terutama abad ini. Gas ini sebagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil(minyak bumi, gas alam, maupun batubara). Gas ini pada akhirnya akan mengancam keberlangsungan lingkungan karena termasuk gas rumah kaca yang pada akhirnya akan mengakibatkan pemanasan global di bumi.

Dengan menggunakan katalis untuk menggabungkan limonen oksida dan karbondioksida, grup riset Coates berhasil memproduksi polimer baru yang dikenal sebagai polilimonin karbonat. Polimer ini ternyata memiliki banyak karakteristik yang sama seperti polistiren. Polistiren bahan plastik yang dibuat dari minyak bumi dan banyak digunakan dalam produk plastik yang bisa dibuang.

Polimer merupakan unit yang berulang pada senyawa kimia, logika sederhananya adalah seperti helaian kertas pada mainan anak. Walaupun nanti suatu saat polimer sebagai plastik pada mainan anak tersebut akan menggunakan komponen pengganti dari limonin oksida ujur Coates. Baik limonen oksida maupun karbondioksida keduanya tidak dapat membentuk dengan polimer dengan sendirinya, akan tetapi harus dicampur sehingga menjadi produk yang diharapkan.

Berdasarkan observasi Coates, kebanyakan plastik yang digunakan saat ini adalah poliester dalam pakaian serta untuk keperluan kemasan makanan dan elektronik. Bahan dasar ini berasal dari minyak bumi sebagai building blok-nya. Dia mengatakan jika kita dapat menggunakan minyak bumi dan menggantinya dengan bahan yang melimpah serta terbaharukan, hal itu merupakan suatu hal yang perlu untuk di investigasi. Hal yang menarik dari sini adalah berkaitan dengan pekerjaan yang sepenuhnya menggunakan bahan baku terbaharukan walaupun pada akhirnya dapat membuat plastik dengan kualitas yang menarik.

Page 9: Artikel Agroindustri

Grup riset Coates sangat tertarik dengan penggunaan karbondioksida sebagai building block pada polimer. Sebenarnya gas yang merupakan produk limbah di udara bebas ini dapat disolasi untuk pembuatan plastk, seperti polilimonin karbonat. Laboratorium Coates terdiri atas 18 orang kimiawan dan sebagian besar darinya menggunakan material yang dapat didaur ulang dan biodegradabel (dapat terurai oleh bakteri tanah) serta murah dan melimpah sebagai building block yang ramah lingkungan. Riset Coates ini didukung oleh Packard Foundation fellowship program, the National Science Foundation, the Cornell Center for Materials Research and the Cornell University Center for Biotechnology

Page 10: Artikel Agroindustri

Budidaya Bengkuang

Posting: Rabu, 5 Juni 2013 - Hit 300 - Kontributor:

Obyek wisata Bogor bukan hanya Kebun Raya, dan Museum Zoologi. Talas, bengkuang, dan pisang, terutama pisang tanduk, juga melengkapi oleh-oleh wisata khas Bogor. Tiga komoditas itu, lalu dianggap sebagai komoditas pertanian khas Bogor. Talas dan pisang tanduk memang benar asli Indonesia, tetapi bengkuang adalah umbi dari kepulauan Karibia, dan Amerika Tengah. Nama Inggris bengkuang jícama, atau Spanyol heekahmah, berasal dari bahasa Nahuatl (bahasa Aztex), xicamatl, dan hee-kah-mahtl). Sesuai asalnya, bengkuang juga disebut Mexican Potato, dan Mexican Turnip.

Bengkuang dipanen umbinya. Curah hujan di sekitar Bogor cukup tinggi, hingga umbi bengkuang di kawasan ini banyak mengandung air. Beda dengan umbi bengkuang dari Amerika Tengah, mengandung karbohidrat (pati) tinggi. Di negara-negara Amerika Tengah, bengkuang dibudidayakan untuk diambil patinya. Pati bengkuang sangat cocok untuk bubur dan kue makanan bayi, karena kelembutannya. Umbi bengkuang yang akan dipanen untuk diambil patinya, harus dipelihara paling tidak selama dua tahun. Hingga umbi itu sudah berserat, dan tidak bisa dikonsumsi segar.

Umbi yang akan dikonsumsi segar, harus dipanen pada tahun pertama, sejak penanaman. Budidaya bengkuang di sekitar Bogor dilakukan sepanjang tahun. Sebab curah hujan di kawasan ini merata sepanjang tahun. Hingga setiap saat, para wisatawan bisa menjumpai bengkuang dijajakan di kios di sepanjang jalur jalan raya ke Puncak, atau ke Sukabumi. Di kawasan yang musim hujannya terkonsentrasi selama lima, atau bahkan tiga bulan (NTT), bengkuang ditanam pada awal musim penghujan, dan dipanen pada musim kemarau ketika tanamannya sudah mati.

Bengkuang dibudidayakan dari benih biji. Petani biasanya menyisakan satu dua tanaman yang

Page 11: Artikel Agroindustri

dibiarkan berbunga dan berbuah berupa polong, untuk digunakan sebagai benih pada musim tanam berikutnya. Tanaman lainnya sengaja dipangkas (dibuang) bunganya, agar tidak menghasilkan polong. Sebab bengkuang baru akan menghasilkan umbi, kalau semua bunga dibuang. Kalau bunga dibiarkan tumbuh menjadi polong, bengkuang tidak akan menghasilkan umbi. Polong bengkuang mirip dengan buncis, dengan bulu halus pada kulitnya.

Panjang polong bengkuang sekitar 10 cm, dengan biji sebesar biji buncis. Polong dan biji berwarna hijau ketika muda. Setelah tua, kulit polong berwarna abu-abu kehitaman, dan biji menjadi coklat. Biji inilah yang dipanen petani untuk benih. Apabila tidak segera ditanam, polong akan dibiarkan tetap utuh, tidak dikupas, dan disimpan di tempat yang kering. Biasanya petani menyimpan polong bermacam tanaman pada para-para di atas tungku dapur. Biji yang sudah terlanjur dikeluarkan dari polong, dan tidak akan segera ditanam, harus disimpan dalam wadah kaleng atau botol beling yang tertutup rapat.

Bengkuang menghendaki lahan yang gembur, terutama tanah vulkanis dengan bahan organik yang kaya. Meskipun daya adaptasi bengkuang terhadap bermacam jenis tanaman juga cukup tinggi. Agar pertumbuhan umbi bisa optimal, bengkuang menghendaki sinar matahari penuh sepanjang hari. Tanaman ini akan tumbuh baik pada lahan dengan ketinggian antara 200 sd. 800 m. dpl. Para petani biasanya mengolah lahan untuk ditanami bengkuang, dengan cangkul, kemudian dibuat guludan. Pada guludan itu dibuat lubang tanam menggunakan tugal. Ke dalam lubang tanam itulah dimasukkan satu biji bengkuang sebagai benih.

Bengkuang merupakan tanaman memanjat, dengan cara membelit. Di habitat aslinya, bengkuang memanjat tanaman lain, untuk mengejar sinar matahari. Di areal penanaman, petani bisa memberinya ajir, sebagai tiang panjatan. Para petani di sekitar Bogor, jarang memberi ajir untuk bengkuang. Hingga tanaman menjalar memenuhi guludan, seperti halnya tanaman ubi jalar. Alasan petani tidak diberi ajir, adalah agar mudah membuang kuncup bakal bunga. Pembuangan dilakukan dengan memetik malai bunga satu per satu menggunakan tangan.

Bengkuang dipanen pada umur antara 8 sd. 10 bulan. Panen dilakukan dengan membabat seluruh tanaman. Sulur batang dan daun bengkuang, biasanya ditaruh di antara dua guludan. Pada waktu membongkar guludan untuk mengambil umbi bengkuang, sulur dan daun yang baru saja dibabat, sekalian ditimbun. Pembongkaran guludan dilakukan dengan hati-hati, agar mata cangkul tidak melukai umbi. Bengkuang hasil panen diikat, dengan menyatukan pangkal batang yang masih melekat pada umbi, menggunakan tali bambu.

Meskipun bisa dibudidayakan sepanjang tahun, para petani di sekitar Bogor, hanya mau menanam bengkuang, agar panennya pas bertepatan dengan musim kemarau. Sebab pada musim penghujan, minat masyarakat untuk membeli bengkuang agak menurun. Selain dimakan segar, bengkuang paling disukai sebagai bahan rujak, bersama buah-buahan, dan ubi jalar merah. Dewasa ini bengkuang juga sering dijadikan bahan kosmetik, terutama untuk menghaluskan dan menyehatkan kulit wajah. Bengkuang bahan kosmetik, dipilih yang benar-benar sudah tua.

Terakhir, bengkuang juga dijadikan pengisi lumpia. Sebab produsen lumpia, sering kesulitan mendapatkan pasokan rebung segar secara kontinu. Rebung yang sudah layu berasa masam, dan

Page 12: Artikel Agroindustri

beraroma pesing. Maka para pengusaha lumpia pun secara kreatif beralih ke bengkuang yang lebih mudah diperoleh. Sebenarnya, selain dipanen umbinya, bengkuang juga bisa dipanen bijinya sebagai bahan baku pestisida. Sebab dalam biji bengkuang, terkandung rotenon dalam volume yang cukup besar, sebagai bahan pestisida organik. (Foragri).

Page 13: Artikel Agroindustri

Budidaya Bambu Hitam

Posting: Selasa, 23 Juli 2013 - Hit 185 - Kontributor:

Ada dua genus bambu hitam. Pertama genus Phyllostachys yang merupakan bambu hitam sub tropis, dan sudah dibudidayakan di RRC, Jepang, dan Korea. Kedua genus Gigantochloa, yang merupakan bambu hitam tropis, yang banyak tumbuh di kawasan Indonesia, namun belum dibudidayakan secara khusus.

Bambu hitam sub tropis adalah Phyllostachys nigra, masih satu genus dengan bambu kuning (pring gading, Phyllostachys aureosulcata), yang berasal dari kawasan sub tropis Asia. Sementara bambu hitam tropis adalah Gigantochloa verticillata, yang masih satu genus dengan bambu strip (bambu hijau bergaris-garis vertikal kuning, Gigantochloa maxima). Bambu hitam sub tropis Phyllostachys nigra, juga sudah diintroduksi ke Indonesia, sebagai tanaman koleksi, antara lain terdapat di kebun raya Bogor. Sementara bambu kuning, yang juga berasal dari kawasan sub tropis, sudah banyak tumbuh di halaman rumah masyarakat Indonesia.

Bambu hitam Gigantochloa verticillata, maupun Phyllostachys nigra, sama-sama bisa tumbuh sampai 30 m, merupakan bahan bangunan, meubel, anyaman dan bahan kerajinan lainnnya. Sebenarnya warna kulit batang bambu hitam, bukan hitam legam, melainkan ungu kehitaman. Di masyarakat Jawa, warna ini disebut “wulung”. Hingga bambu hitam juga dikenal dengan sebutan “pring wulung”. Sebenarnya, pada kulit bambu hitam juga terdapat strip (garis-garuis vertikal), dengan warna lebih muda, seperti halnya pada bambu strip Gigantochloa maxima. Hanya strip-strip pada bambu hitam tidak terlalu mencolok, seperti halnya pada bambu strip Gigantochloa maxima.

Tekstur serat bambu hitam juga sangat baik, dan kuat. Hingga bambu ini felksibel sebagai bahan

Page 14: Artikel Agroindustri

bangunan, misalnya saung (gazebo) di resor mewah. Mulai untuk tiangnya, dindingnya (sebagai anyaman), sebagai meubel (meja, kursi, dan sofa), maupun sebagai asesori (kap lampu). Nilai bambu hitam menjadi cukup tinggi, karena penampilannya yang menarik, teksturnya lentur, seratnya kuat, dan yang paling penting juga karena ketersediaannya yang terbatas. Di Jepang, dan RRC bambu hitam Phyllostachys nigra sudah dikebunkan secara massal. Di Indonesia, bambu hitam Gigantochloa verticillata masih tumbuh liar di kebun-kebun rakyat, dan populasinya makin menyusut.

Padahal budidaya bambu hitam tidak hanya sekadar menghasilkan bambu, melainkan juga rebungnya. Rebung bambu hitam Phyllostachys nigra maupun Gigantochloa verticillata sama-sama enak. Rasanya manis, teksturnya renyah, dengan aroma khas rebung. Rebung yang selama ini dianggap paling enak adalah rebung bambu betung (Dendrocalamus asper). Nomor dua rebung bambu hitam Gigantochloa verticillata. Budidaya bambu hitam di Jepang dan RRC, bukan sekadar untuk menghasilkan batang bambu tua, melainkan juga untuk memroduksi rebung sebagai komoditas sayuran. Rebung dari kebun bambu di RRC dan Jepang, bukan hanya dipasarkan segar, melainkan juga dikalengkan.

Selama ini, budidaya bambu di Indonesia sulit untuk dimasalkan, antara lain karena masalah benih. Budidaya bambu di negeri kita masih menggunakan benih bonggol yang berukuran besar, berat, dan sulit mengambilnya dari rumpun bambu. Bonggol bambu untuk benih, harus berupa satu bonggol, dengan satu tunggul (batang bambu yang sudah ditebang). Pengambilan bonggol dari rumpun bambu yang lebat, merupakan kendala pengadaan benih. Di Jepang, RRC, bahkan juga di Thailand, budidaya bambu sudah menggunakan benih dari ranting. Caranya, pada pangkal ranting yang menempel ke batang bambu, dipasang moss yang sudah dibungkus plastik, dan diikatkan ke batang dengan erat.

Dalam jangka waktu sekitar satu bulan, pada pangkal ranting yang dipasangi moss itu akan tumbuh akar. Mula-mula akar yang tampak dari luar plastik pembungkus moss berwarna putih. Tidak seberapa lama kemudian, akar itu akan berwarna kecokelatan. Setelah akar berwarna cokelat, ranting itu bisa diambil dari batangnya, bagian atasnya dipotong lalu disemai dalam polybag. Teknik memperbanyak benih seperti ini, oleh masyarakat Indonesia populer disebut “mencangkok”, dan sudah banyak dipraktekkan pada perbanyakan benih salak pondoh. Cara inilah yang paling ideal dilakukan untuk memperbanyak benih bambu.

Semaian benih bambu dalam polybag, baru bisa dipindahkan ke lapangan, pada umur antara 3 sd 4 bulan. Usahakan penanaman benih di lapangan pada awal musim penghujan. Hingga pada musim kemarau, tanaman bambu sudah cukup kuat. Pada awal musim penghujan, tanaman muda ini sudah akan menumbuhkan rebung bambu yang masih berukuran sangat kecil. Umur dua sampai dengan tiga tahun, tanaman bambu dari benih ranting ini, sudah menjadi rumpun bambu biasa, dengan ukuran batang yang juga normal. Sejak itulah panen rebung secara rutin bisa dilakukan. Ada beberapa teknik pemanenan rebung.

Pertama, semua rebung dalam satu rumpun diambil. Ini dilakukan pada penanaman bambu dengan jarak rapat. Secara periodik, misalnya selang tiga tahun, salah satu rebung dipelihara, kemudian bambu tua ditebang. Penebangan bisa dilakukan secara bertahap (tebang pilih), bisa serentak dengan pembongkaran lahan. Cara kedua, dengan memelihara tiga sampai dengan lima batang

Page 15: Artikel Agroindustri

bambu tua dalam satu rumpun. Apabila tiap tahun salah satu batang itu ditebang, maka tiap tahun juga harus disisakan satu rebung agar tumbuh menjadi bambu tua. Penebangan bambu harus dilakukan sesaat setelah rebung tumbuh menjadi batang bambu.

Sebab ketika itulah cadangan gula dalam batang bambu habis, hingga resiko bambu diserang hama bubuk bisa dihindari. Budidaya bambu hitam dengan benih asal ranting, banyak keuntungannya. Pertama, benih bisa diproduksi secara massal dan mudah. Kedua, pengangkutan benih ke lokasi penanaman juga bisa menjadi sangat murah, dibandingkan dengan benih dari bonggol bambu. Selama ini, ekspor meubel dan kerajinan bambu kita terutama ke Uni Eropa cukup bagus. Bahan meubel itu terutama bambu hitam, bambu strip dan juga bambu tutul (Bambusa maculata). Hingga budidaya tiga jenis bambu ini, menjadi berprospek sangat menarik. (Foragri)

Page 16: Artikel Agroindustri

Agroindustri Cacing Tanah

Posting: Rabu, 5 Juni 2013 - Hit 423 - Kontributor:

Ada tiga produk agroindustri cacing tanah. Pertama, sebagai jasa penghancur sampah organik. Hasil kedua berupa kascing (bekas cacing, kotoran cacing), pupuk organik berkualitas tinggi. Hasil ketiga cacing tanah itu sendiri sebagai pakan unggas, terutama itik, dan pakan ikan konsumsi.

Akhir tahun 1990an, pernah terjadi heboh agroindustri cacing tanah. Info yang disampaikan ke masyarakat, harga cacing tanah mencapai Rp 250.000 per kg, dengan kebutuhan tanpa batas. Produk cacing tanah itu akan diekspor ke Hongkong, sebagai bahan obat dan kosmetik. Ternyata info itu bohong. Penyebar info hanya ingin menjual benih dengan harga tinggi, serta menyelenggarakan kursus beternak cacing. Satu per satu para peternak cacing itu berguguran. Di antara mereka tetap ada yang bertahan sampai sekarang. Sejak 2006 mereka tergabung dalam Asosiasi Vermi Indonesia. Kantornya di Jl. Budi Mulia Rt.011/011 No.59, Pademangan Barat, Jakarta Utara 14420. Telp. (021) 70018981; 6414028.

Semua sampah organik, baik bahan nabati maupun hewani, akan dihancurkan oleh cacing tanah. Sampah organik limbah rumah tangga yang dimasukkan dalam kontainer, misalnya ember plastik, akan cepat sekali hancur apabila diberi cacing tanah. Selain bahan organik yang tidak tercerna tetapi sudah terkomposkan, dalam kontainer ini juga akan dihasilkan kotoran cacing yang disebut kascing. Kascing berupa serbuk, dengan butiran berbentuk kapsul sepanjang 1 mm, diameter 0,5 mm, berwarna hitam kecokelatan. Biasanya kascing akan mengumpul di bagian atas kontainer, dan bisa diambil untuk dikeringkan, atau langsung digunakan sebagai pupuk organik. Kascing mengandung hormon giberelin, sitokinin, auksin, dan asam humat, yang mampu meningkatkan mikroorganisme tanah seperti Azotobacter, Azosprilium, Aspergillus, Bacillus, dan Lactobacillus. Mikroorganisme ini

Page 17: Artikel Agroindustri

sangat diperlukan tanaman.

Cacing tanah untuk agroindustri adalah cacing merah genus Lumbricus. Bentuk cacing tanah Lumbricus pipih, penampang 0,5 cm, lembek, dan gerakannya lamban. Warnanya cokelat kemerahan, dengan panjang maksimal 8 cm. Cacing tanah genus Lumbricus, mudah dibedakan dengan cacing tanah genus Pheretima, yang lazim disebut cacing kalung. Bentuk cacing tanah genus Pheretima bulat, kekar, penampang 0.7 cm, dan gerakannya gesit. Warna cacing tanah Pheretima cokelat terang keunguan, dengan panjang maksimal 12 cm. Kascing Lumbricus berbentuk butiran, sedangkan kascing Pheretima berupa gumpalan lengket, yang berukuran lebih besar, dan lebih lama keringnya. Budidaya cacing tanah genus Pheretima tidak seekonomis genus Lumbricus.Di dunia ini total ada sekitar 6.000 spesies cacing tanah, tetapi hanya 120 spescies yang penyebarannya cukup luas.

Memelihara cacing tanah sangat mudah. Benih cacing tanah Limbricus bisa diperoleh dari alam. Di kandang ternak biasanya terkumpul cacing tanah jenis ini. Dengan benih sekitar satu genggam, dalam jangka waktu sekitar satu bulan sudah bisa diperoleh antara dua sampai dengan tiga kilogram cacing tanah. Cacing tanah dipelihara dalam kotak kayu, plastik, atau wadah lainnya. Paling praktis menggunakan ember plastik lebar, yang bagian bawahnya diberi lubang. Wadah ini harus ditaruh di tempat yang ternaungi, hingga tidak tersiram hujan dan terkena panas matahari langsung. Ke dalam wadah ini dimasukkan kompos atau pupuk kandang yang sudah jadi, ditaburkan makanan cacing (bahan nabati), ditaburkan lagi kompos yang sudah jadi, baru benih cacing dilepas. Tanda bahwa media itu cocok, cacing yang ditebar akan langsung masuk ke dalamnya. Kalau cacing menyingkir ke bagian tepi, maka media itu tidak cocok untuk cacing.

Cacing tidak bisa hidup dalam media yang tercemar sabun (soda), garam, asam, tanin, dan bahan kimia lainnya. Pakan cacing adalah sisa-sisa sayuran, kulit buah, daun-daun kering yang jatuh di halaman, dan potongan rumput. Bahan yang berukuran cukup besar dicincang, kemudian dibenamkan ke dalam media tempat pemeliharaan. Pemberian pakan dilakukan selang sekitar tiga hari. Sebelum memberikan pakan tahap berikutnya, pakan yang diberikan sebelumnya harus terlebih dahulu dilihat. Kalau pakan itu masih tersisa, maka pemberian pakan berikutnya bisa ditunda. Sebaliknya apabila pakan itu telah habis dimakan cacing, pemberian pakan bisa dilakukan. Pembongkaran cacing dilakukan setiap bulan. Hingga bila ingin memanen kascing dan cacing setiap minggu, diperlukan antara empat sampai lima unit kandang. Apabila ingin panen tiap hari, paling sedikit harus disiapkan 30 unit kandang.

Media pemeliharaan cacing harus selalu disiram, tetapi tidak boleh sampai basah kuyup. Penyiraman hanya ditujukan agar media tetap lembap. Panen dilakukan dengan pengambilan cacing, termasuk anaknya, kemudian pengayakan kascing. Karena berukuran kecil maka kascing akan lolos dari ayakan, sementara kompos dan media yang belum tercerna akan tetap berada dalam ayakan. Media yang belum tercerna inilah yang akan dijadikan bahan memelihara cacing berikutnya. Dalam media ini juga tersimpan telur cacing yang belum menetas. Cacing yang dipanen diseleksi. Yang berukuran besar diambil, sementara yang kecil-kecil kembali dilepas ke dalam wadah pemeliharaan, untuk dipanen satu bulan kemudian.

Harga kascing berkisar antara Rp 10.000 sampai dengan Rp 20.000, tergantung dari kualitas serta

Page 18: Artikel Agroindustri

kadar air yang terkandung di dalamnya. Kascing bisa dikemas dalam kantung plastik ukuran 1 kg, 2 kg, 5 kg, 10 kg, dan 25 kg. Kascing adalah pupuk berkualitas tinggi untuk budidaya cabai, kentang, bawang merah, dan tanaman hias. Masyarakat perkotaan yang memanfaatkan cacing sebagai penghancur sampah, bisa menggunakan kascing untuk media tanam dalam pot. Baik untuk budidaya tanaman hias, sayuran, maupun tanaman obat. Kascing bisa pula untuk memupuk tanaman yang ada di halaman rumah, termasuk rumput. Kandungan hormon perangsang tumbuh pada kascing, membuat tanaman yang dipupuk dengan bahan ini menjadi lebih sehat, dengan hasil yang mampu meningkat sampai 100% dari yang tidak dipupuk dengan kancing.

Dengan harga kascing Rp 10.000 per kg, sebenarnya agroindustri cacing sudah cukup menguntungkan. Terlebih kalau juga memperhitungkan hasil cacingnya. Namun memasarkan cacing lebih sulit dibanding dengan kascingnya. Hingga idealnya agroindustri cacing tanah, harus disertai dengan pemeliharaan lele, belut, atau itik. Baik itik pedaging maupun petelur. Komponen terbesar (70%), biaya peternakan ikan dan itik adalah pakan. Pakan ikan dan unggas, terdiri dari 50% karbohidrat, 30% protein nabati, dan 20% protein hewani. Meskipun komponen protein hewani paling kecil volumenya, namun harganya paling tinggi. Dengan memanfaatkan cacing tanah, maka komponen biaya pakan bisa ditekan. Cacing tanah bisa diberikan segar secara langsung sebagai pakan ikan atau unggas, bisa pula dengan dicampurkan ke dalam adonan pakan, bersamaan dengan karbohidrat dan protein nabati. (Foragri).