agar terjadi dilatasi servik

4
Agar terjadi dilatasi servik, diperlukan kontraksi uterus dengan intensitas sekurang-kurangnya 15 mmHg. Kontraksi uterus yang berlangsung secara normal dapat menimbulkan tekanan intrauterin sampai 60 mmHg. Dengan data diatas, maka disfungsi uterus dapat dibedakan menjadi : Disfungsi uterus hipotonik : o Tidak ada tonus basal o Kontraksi uterus memiliki pola gradasi normal ( synchronous ) tetapi o Tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus tidak cukup kuat untuk menyebabkan terjadinya dilatasi servik. Disfungsi hipertonik ( incoordinate uterine dysfunction) o Basal tonus meningkat dan atau o Kekacauan dalam gradasi tekanan yang ditimbulkan oleh his akibat tekanan yang ditimbulkan oleh his dibagian tengah uterus lebih besar daripada yang dihasilkan oleh bagian fundus dan atau adanya peristiwa asinkronisme dari rangsang yang berasal dari cornu.

Upload: pitaloka-yuniartiningtyas

Post on 13-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

fut8

TRANSCRIPT

Agar terjadi dilatasi servik, diperlukan kontraksi uterus dengan intensitas sekurang-kurangnya 15 mmHg. Kontraksi uterus yang berlangsung secara normal dapat menimbulkan tekanan intrauterin sampai 60 mmHg.Dengan data diatas, maka disfungsi uterus dapat dibedakan menjadi :Disfungsi uterus hipotonik : Tidak ada tonus basal Kontraksi uterus memiliki pola gradasi normal ( synchronous ) tetapi Tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus tidak cukup kuat untuk menyebabkan terjadinya dilatasi servik.Disfungsi hipertonik ( incoordinate uterine dysfunction) Basal tonus meningkat dan atau Kekacauan dalam gradasi tekanan yang ditimbulkan oleh his akibat tekanan yang ditimbulkan oleh his dibagian tengah uterus lebih besar daripada yang dihasilkan oleh bagian fundus dan atau adanya peristiwa asinkronisme dari rangsang yang berasal dari cornu.

GANGGUAN PERSALINAN KALA I FASE AKTIF Gangguan persalinan secara klinis dibagi menjadi :1. Lebih lambat dari kemajuan persalinan yang normal (protraction disorder) dan atau2. Terhentinya kemajuan persalinan (arrest disorder)Persalinan kala I fase aktif bila dilatasi servik sudah mencapai sekurang-kurangnya 4 cmActive phase arrestHanda dan Laros (1993) : Active-phase arrest adalah bila dalam waktu 2 jam tidak terdapat kemajuan pada dilatasi servik Angka kejadian : 5% pada nulipara dengan kehamilan aterm (menurut Friedman pada tahun 1978, angka kejadian ini tidak berubah sejak tahun 1950 )His tidak adekwat adalah bila kekuatannya 180 Montevideo Unit dan keadaan ini terdapat pada 80% kasus terhentinya fase aktif (active-phase arrest).Protraction disorderDefinisi keadaan ini lebih sulit ditentukan.WHO : dalam partograf dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan protraction adalah kecepatan dilatasi servik 1 cm per jam untuk waktu minimum 4 jam.Kriteria active phase arrest dan protraction disorder menurut American College of Obstetricians and Gynecologist dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

Sebelum menegakkan diagnosa arrest selama persalinan kala I maka kedua kriteria berikut harus dipenuhi:1. Dilatasi servik sudah lebih dari 4 cm.2. His dengan kekuatan 200 Montevideo Unit selama 10 menit sudah berlangsung selama 2 jam tanpa diikuti dengan perubahan pada servik.GANGGUAN PERSALINAN KALA II Desensus kepala terutama terjadi setelah dilatasi servik lengkap.Sebagian besar dari seven cardinal movement of labor berlangsung pada kala II. Akibat dari adanya kelainan CPD umumnya terlihat pada kala II.Batas waktu kala II pada nulipara adalah 2 jam ( 3 jam pada kasus dengan anestesi regional) dan pada multipara adalah 1 jam ( 2 jam pada kasus dengan anestesi regional).DERAJAT PENURUNAN (station) PADA AWAL PERSALINANEngagemen = desensus diameter biparietal janin sampai setinggi spina ischiadica maternal (station 0). Terdapat kaitan erat antara bagian terendah janin yang masih tinggi saat memasuki persalinan dengan kejadian distosia yang akan terjadi.

Periksa keadaan servik, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah janin dan keadaan panggul kemudian buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan, misalnya pada letak kepala : berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500cc dektrosa 5% dimulai dengan 12 tetes permenit, dinaikan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes permenit. Maksud dari pemberian oksitosin adalah supaya servik dapat membuka . Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus, sebab bila tidak memperkuat his setelah pemberian beberapa lama, hentikan dulu dan ibu dianjurkan beristirahat. Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya dapat diulang lagi pemberian oksitosin drips. Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan seksio sesarea. Bila semua his kuat tetapi kemudianterjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah, dan partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak ada ginanya memberikan oksitosin drips, sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetric lainnya (ekstraksi vakum atau forsep, atau seksio sesarea.