achalasia

19
ACHALASIA

Upload: dimas-agung

Post on 25-Jul-2015

122 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ACHALASIA

ACHALASIA

Page 2: ACHALASIA

DefinisiAchalasia adalah penyakit pada otot

oesofagus. Istilah Achalasia berarti “kegagalan untuk relaksasi” yang merujuk pada ketidakmampuan dari sphincter oesofagus bagian bawah untuk membuka dan membiarkan makanan masuk ke dalam lambung. Akibatnya, pasien dengan achalasia mengalami kesulitan dalam menelan makanan.

Page 3: ACHALASIA
Page 4: ACHALASIA

Patofisiologi1. Neuropatologi

Beberapa macam kelainan patologi dari akalasia telah banyak dikemukakan. Beberapa dari perubahan ini mungkin primer (misal: hilangnya sel-sel ganglion dan inflamasi mienterikus), dimana yang lainnya (misal : perubahan degeneratif dari n. vagus dan nukleus motoris dorsalis dari n. vagus, ataupun kelaianan otot dan mukosa)

Page 5: ACHALASIA

2. Kelainan pada Innervasi EkstrinsikSaraf eferen dari n. vagus, dengan badan-badan selnya di nukleus motoris dorsalis, menstimulasi relaksasi dari LES dan gerakan peristaltik yang merupakan respon dari proses menelan. Dengan menggunakan mikroskop elektron ditemukan adanya degenerasi Wallerian dari n. vagus dengan disintegrasi dari perubahan aksoplasma pada sel-sel Schwann dan degenarasi dari sehlbung myeh’n, yang merupakan perubahan-perubahan yang serupa dengan percobaan transeksi saraf.

Page 6: ACHALASIA

3. Kelainan pada Innervasi IntrinsikNeuron nitrergik pada pleksus mienterikus menstimulasi inhibisi disepanjang badan esofagus dan LES yang timbul pada proses menelan. Inhibisi ini penting untuk menghasilkan peningkatah kontraksi yang stabil sepanjang esofagus, dimana menghasilkan gerakan peristaltik dan relaksasi dari LES. Pada akalasia, sistem saraf inhibitor intrinsik dari esofagus menjadi rusak yang disertai inflamasi dan hilangnya sel-sel ganglion di sepanjang pleksus mienterikus Auerbach

Page 7: ACHALASIA

4. Kelainan Otot Polos EsofagusPada muskularis propria, khususnya pada otot polos sirkuler biasanya menebal pada pasien akalasia. Goldblum mengemukakan secara mendetail beberapa kelainan otot pada pasien akalasia setelah proses esofagektomi. Hipertrofi otot muncul pada semua kasus, dan 79% dari specimen memberikan bukti adanya degenerasi otot yang biasanya melibatkan fibrosis tapi tennasuk juga nekrosis likuefaktif, perubahan vakuolar, dan kalsifikasi distrofik. Disebutkan juga bahwa perubahan degeneratif disebabkan oleh otot yang memperbesar suplai darahnya oleh karena obstruksi yang lama dan dilatasi esofagus. Kemungkinan lain menyebutkan bahwa hipertrofi otot merupakan reaksi dari hilangnya persarafan

Page 8: ACHALASIA

DiagnosisDiagnosis Akalasia Esofagus ditegakkan

berdasarkan gejala klinis, gambaran radiologik, esofagoskopi dan pemeriksaan manometrik.

Page 9: ACHALASIA

Gejala Klinis1. Disfagia merupakan keluhan utama dari penderita Akalasia. Disfagia

dapat terjadi secara tiba-tiba setelah menelan atau bila ada gangguan emosi. Disfagia dapat berlangsung sementara atau progresif lambat. Biasanya cairan lebih sukar ditelan dari pada makanan padat.

2. Regurgitasi dapat timbul setelah makan atau pada saat berbaring. Sering regurgitasi terjadi pada malam hari pada saat penderita tidur, sehingga dapat menimbulkan pneumonia aspirasi dan abses paru.

3. Rasa terbakar dan Nyeri Substernal dapat dirasakan pada stadium permulaan. Pada stadium lanjut akan timbul rasa nyeri hebat di daerah epigastrium dan rasa nyeri ini dapat menyerupai serangan angina pektoris.

4. Penurunan berat badan terjadi karena penderita berusaha mengurangi makannya unruk mencegah terjadinya regurgitasi dan perasaan nyeri di daerah substernal.

5. Gejala lain yang biasa dirasakan penderita adalah rasa penuh pada substernal dan akibat komplikasi dari retensi makanan.

6. Pada anak yang paling sering adalah muntah persisten.

Page 10: ACHALASIA

RadiologiPemeriksaan radiologi sangat membantu dalam

penegakan diagnosis pada suatu penyakit, ini harus dikorelasikan dengan temuan klinis dan riwayat penyakitnya.12 Pada foto polos toraks pasien achalasia tidak menampakkan adanya gelembung-gelembung udara pada bagian atas dari gaster, dapat juga menunjukkan gambaran air fluid level pada sebelah posterior mediastinum. Pemeriksaan esofagogram barium dengan pemeriksaan fluoroskopi, tampak dilatasi pada daerah dua pertiga distal esofagus dengan gambaran peristaltik yang abnormal serta gambaran penyempitan di bagian distal esofagus atau esophagogastric junction yang menyerupai seperti mouse-tail appearance

Page 11: ACHALASIA
Page 12: ACHALASIA

EsofagoskopiEsofagoskopi merupakan pemeriksaan yang dianjurkan

untuk semua pasien akalasia oleh karena beberapa alasan yaitu untuk menentukan adanya esofagitis retensi dan derajat keparahannya, untuk melihat sebab dari obstruksi, dan untuk memastikan ada tidaknya tanda keganasan. Pada pemeriksaan ini, tampak pelebaran lumen esofagus dengan bagian distal yang menyempit, terdapat sisa-sisa makanan dan cairan di bagian proksimal dari daerah penyempitan, Mukosa esofagus berwarna pucat, edema dan kadang-kadang terdapat tanda-tanda esofagitis akibat retensi makanan. Sfingter esofagus bawah akan terbuka dengan melakukan sedikit tekanan pada esofagoskop dan esofagoskop dapat masuk ke lambung dengan mudah.

Page 13: ACHALASIA

Pemeriksaan ManometrikGunanya untuk memulai fungsi motorik esofagus dengan

melakukan pemeriksaan tekanan di dalam lumen sfingter esofagus. Pemeriksaan ini untuk memperlihatkan kelainan motilitas secara- kuantitatif dan kualitatif. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan pipa untuk pemeriksaan manometri melalui mulut atau hidung. Pada akalasia yang dinilai adalah fungsi motorik badan esofagus dan sfingter esofagus bawah. Pada badan esofagus dinilai tekanan istirahat dan aktifitas peristaltiknya. Sfingter esofagus bagian bawah yang dinilai adalah tekanan istirahat dan mekanisme relaksasinya. Gambaran manometrik yang khas adalah tekanan istirahat badan esofagus meningkat, tidak terdapat gerakan peristaltik sepanjang esofagus sebagai reaksi proses menelan.

Page 14: ACHALASIA

TerapiPada pasien achalasia tidak perlu istirahat

total.Diet pada pasien Achalasia adalah diet Liquid

yang terdiri dari Clear Liquid dan Full Liquid

Page 15: ACHALASIA

Terapi Non BedahTerapi Medikasi yaitu pemberia smooth

muscle relaxant seperti nitroglycerin dan metacholine

Injeksi Botulinum Toxin (Botox) dapat digunakan untuk menghambat pelepasan asetilkolin pada bagian sfingter esofagus bawah, yang kemudian akan mengembalikan keseimbangan antara neurotransmiter eksitasi dan inhibisi

Pneumatic Dilatation

Page 16: ACHALASIA

Terapi BedahSuatu laparascopic Heller myotomy dan

partial fundoplication adalah suatu prosedur pilihan untuk akalasia esofagus.

Page 17: ACHALASIA

KomplikasiBeberapa komplikasi dan akalasia sebagai

akibat retensi makanan pada esofagus adalah sebagai berikut:1. Obstruksi saluran pethapasan2. Bronkhitis3. Pneumonia aspirasi4. Abses paru5. Divertikulum6. Perforasi esofagus7. Small cell carcinoma8. Sudden death.

Page 18: ACHALASIA

RingkasanAchalasia adalah penyakit neuromuskular

dimana terjadi kegagalan relaksasi pada sphincter oesofagus bagian bawah.

Patofisiologi achalasia karena: Neuropati, kelainan innervasi ekstrinsik dan intrinsik serta kelainan otot polos.

Diagnosis Achalasia ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan radiologi, Esofagoskopi dan pemeriksaan manometrik.

Terapi pada Achalasia bisa dengan non-bedah maupun bedah.

Page 19: ACHALASIA

TERIMA KASIH