acara 4
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMENERGI DAN ELEKTRIFIKASI PERTANIAN
ENERGI BIOGAS
Disusun Oleh:Rizki HardiA1H011010
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan energi akan selalu meningkat sebagai fungsi pertumbuhan
jumlah penduduk. Dalam rangka pemenuhan keperluan energi rumah tangga,
salah satu upaya terobosan yang perlu dilakukan adalah melaksanakan program
percepatan difusi dan penerapan iptek, yaitu suatu upaya mempercepat akselerasi
penyerapan iptek dan sinergi kemitraan antara perguruan tinggi, masyarakat dan
pemerintah untuk bersama-sama mempercepat pemenuhan energi secara swadaya
(self production).
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu
alternatif yang sangat tepat guna untuk mengatasi permasalahan meningkatnya
harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak. Pemanfaatan limbah tersebut
dapat menjadi salah satu energi alternatif guna memenuhi kebutuhan energi
masyarakat, yaitu energi biogas. Praktikum kali ini akan membahas mengenai
energi biogas.
B. Tujuan
Tujuan praktikum biogas adalah untuk mengetahui proses pengolahan
limbah pada kotoran ternak.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Biogas merupakan salah satu energi alternatif yang banyak digunakan
masyarakat. Pemanfaatan metana (CH4) dalam biogas merupakan tindakan ramah
lingkungan karena dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Biogas dihasilkan
melalui fermentasi anaerobik limbah organik seperti sampah organik, sisa-sisa
makanan, kotoran hewan dan limbah industri makanan. Salah satu limbah organik
yang memiliki potensi yang sangat besar yang dapat dijadikan biogas adalah
sampah organik.
Hasil fermentasi dari sampah organik menghasilkan biogas dengan
komponen terbesar yaitu metana (CH4) sebesar 55%-75%, dan karbon dioksida
(CO2) sebesar 25%-45% (Maarif dan Januar, 2007). Kadar CH4 melebihi 60%
dapat diperoleh meleui pemurnian. Pemurnian dilakukan dengan metode adsorpsi
yaitu penyerapan gas terutama karbon dioksida (CO2), karena dengan diserapnya
CO2 maka kadar CH4 yang dihasilkan akan meningkat (Wahono, 2010).
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan
seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk
ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair
seperti feces, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku,
tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain (Sihombing, 2000).
Limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu
kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa
pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau
dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau sisi perut dari
pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan
atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat). Sedangkan
limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau dalam fase gas
(Soehadji, 1992).
Selain potensi yang besar, pemanfaatan energi biogas dengan digester
biogas memiliki banyak keuntungan, yaitu mengurangi efek gas rumah kaca,
mengurangi bau yang tidak sedap, mencegah penyebaran penyakit, menghasilkan
panas dan daya (mekanis/listrik) serta hasil samping berupa pupuk padat dan cair.
Pemanfaatan limbah dengan cara seperti ini secara ekonomi akan sangat
kompetitif seiring naiknya harga bahan bakar minyak dan pupuk anorganik.
Teknologi pemanfaatan kotoran hewan menjadi energi walaupun sederhana
namun mayoritas masyarakat petani/peternak di Indonesia belum mampu
memanfaatkannya, hal tersebut disebabkan karena rendahnya SDM
peternak/petani, minimnya pelatihan atau penyuluhan kepada masyarakat,
rendahnya kepedulian pemerintah daerah untuk serius mengoptimalkan sektor
peternakan dan pertanian.
III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Alat Tulis
2. Kamera
B. Cara Kerja
1. Melakukan pengamatan jenis limbah yang ada di Usaha Peternakan Fakultas
Peternakan Universitas Jenderal Soedirman
2. Mencatat proses penanganan dan pengolahan limbah yang ada di Usaha
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.
3. Membuat dokumentasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar 1. Digester pada biogas Gambar 2. Saluran pembuanganKotoran sapi di exfarm pada biogas kotoran sapi di exfarm
Gambar 3. Kondisi kandang sapi Gambar 4. Posisi digester dan outletExfarm Pada biogas di exfarm
Desain instalasi biogas tediri dari 3 macam:
1. Inlet (Penampung bahan baku).
2. Digester (tabung pemproses).
3. Outlet (penampung sisa pemprosesan).
Pada inlet terdapat campuran feses (kotoran sapi) dan air dengan perbandingan
1:1. Dalam digester pertama dengan lebar 3,7 m dan tinggi 3,4 m digunakan untuk
kotoran sapi yaitu 20-25 ekor sapi. Digester pertama terisi 70%, feses sapid an air
dengan perbandingan 1:1. Digester dapat menampung 5 m3 x 70% = 3,5 m3.
Keperluan penambahan setiap hari (untuk 50 hari) = 3,5/50 = 0,7 m3 per hari.
Biogas yang diperoleh dari hasil fermentasi pada digester dapat dimanfaatkan
untuk kompor gas dan lampu gas. Outlet digester berupa slury atau lumpur sisa
fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organic yang dapat digunakan
untuk kegiatan pertanian atau perkebunan.
B. Pembahasan
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari
proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang
hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik
bisa diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik
(padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak yang
cocok untuk sistem biogas sederhana. Disamping itu juga sangat mungkin
menyatukan saluran pembuangan dikamar mandi/WC kedalam sistem biogas.
Di daerah yang banyak industri pemrosesan makanan antara lain
tahu,tempe atau brem bisa menyatukan saluran limbahnya ke dalam sistem
biogas,sehingga limbah industri tersebut tidak mencemari lingkungan di
sekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah industri tersebut diatas beras
dari bahan organik yang homogen. Jenis bahan organic yang diproses sangat
mempengaruhi produktifitas sistem biogas disamping parameter-parameter lain
seperti temperature digester, pH, tekanan dan kelembaban udara.
Selain kotoran sapi masih ada bahan baku lain yang dapat dimanfaatkan
sebagai biogas, berikut diantaranya:
1. Kotoran gajah
Di Kawasan Candi Borobudur terdapat 5 ekor gajah yang menghasilkan
kotoran gajah sebanyak 300 liter. Jika dikumpulkan dalam waktu 4 hari dapat
menghasilkan 1 kontainer penuh yaitu 6 m³ (Dinas Pertamanan TWCB, 2006).
Kotoran gajah termasuk dalam hewan ruminansia yang berarti bahwa di dalam
sistem pencernaan gajah terdapat bakteri pembentuk gas metan, sehingga dari
kotoran gajah dapat dimanfaatkan sebagai biogas.
2. Sampah organik
Pemanfaatan sampah dan bahan organic lain sebagai penghasil biogas
dapat mengurangi jumlah sampah organik yang diangkut ke LPA dan dapat
mengurangi emisi gas metan sekaligus mengurangi risiko pemanasan global.
Selain itu, residu dari proses pembuatan biogas merupakan bahan yang ramah
lingkungan dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Hasil fermentasi dari sampah organik menghasilkan biogas dengan
komponen terbesar yaitu metana (CH4) sebesar 55%-75%, dan karbon dioksida
(CO2) sebesar 25%-45%. Kadar CH4 melebihi 60% dapat diperoleh melalui
pemurnian. Pemurnian dilakukan dengan metode adsorpsi yaitu penyerapan gas
terutama karbondioksida (CO2), karena dengan diserapnya CO2 maka kadar CH4
yang dihasilkan akan meningkat (Wahono, 2010).
3. Limbah Tahu
Salah satu limbah yang berpotensi dijadikan sumber biogas, yaitu limbah
tahu. Hal ini dilihat dari jumlah industry tahu di Indonesia. Pada tahun 2010,
sampai bulan Mei, tercatat jumlah industri tahu di indonesia mencapai 84.000 unit
usaha, dengan produksi lebih dari 2,56 juta ton per hari, Penyebaran industri tahu,
sekitar 80% terdapat di pulau Jawa, sehingga limbah yang dihasilkan diperkirakan
80% lebih tinggi dibandingkan industri tahu di luar pulau Jawa.
Secara umum peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan biogas
sangat sederhana, antara lain :
a. Bak Penampungan Sementara
Terbuat dari kotak dengan ukuran 0,5 m x 0,5 m x 0,5 m berguna sebagai
tempat mengencerkan kotoran sapi.
b. Digester
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah digester. Digester berfungsi
untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri.
Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding
dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar
kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya
biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat
digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral,
bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
c. Plastik Penampungan Gas
Terbuat dari bahan plastik tebal berbentuk tabung yang berguna untuk
menampung gas methane yang dihasilkan dari digester. Gas metan kemudian
disalurkan ke kompor gas.
d. Bak penampungan Kompos
Bak ini dapat dibuat dengan cara mengali lobang ukuran 2 m x 3 m dengan
kedalaman 1 m sebagai tempat penampungan kompos yang dihasilkan dari
digester.
e. Selang
Selang digunakan untuk mengalirkan gas yang dihasilkan kedalam
penampung.
Tahap pembuatan biogas dari feses sapi perah adalah sebagai berikut:
1. Feses sapi (kotoran sapi) dicampur dengan air, dengan perbandingan feses
sapi dan air yaitu 1:1 dimana kadar air dalam campuran antara feses dan
air itu sebesar 60% dari total keseluruhan.
2. Campuran feses sapi itu dimasukkan dalam tabung penampungan pertama
melalui inlet. Tabung ini pada bagian dinding samping kanan, kiri dan
atas dilapisi dengan batu bata, sedangkan bawahnya dilapisi dengan batu.
Persentase campuran feses sapi itu sebesar 70% dari volume tabung dan
30% dari volume tabung adalah udara.
3. Gas dari proses pada tabung penampungan pertama ditekan oleh udara
menuju tabung penampung kedua. Setelah proses pada tabung penampung
kedua selesai, gas akan keluar melalui outlet, dapat langsung dimanfaatkan
untuk bahan bakar.
4. Dalam proses pembuatan biogas ini terjadi beberapa proses perubahan
yaitu: selulosa glukosa alkohol atau asam metana. Perubahan dari
asam menjadi metana disebut dengan metanogenik. Metana dari hasil
proses pembuatan biogas ini memiliki pH 6,8 – 7 dan temperatur 30 – 35
0C. Proses pembuatan biogas ini dari awal pembuatan sampai akhir
membutuhkan waktu 50 hari.
5. Dari proses pembuatan biogas ini selain dihasilkan gas metan juga
dihasilkan produk samping yaitu kompos (dari sluri/sludge) yang
dimanfaatkan untuk pupuk tanaman.
Biogas merupakan energi tanpa menggunakan material yang masih
memiliki manfaat termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak
keseimbangan karbondioksida yang diakibatkan oleh penggundulan hutan
(deforestation) dan perusakan tanah.
Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil
sehingga akan menurunkan gas rumah kaca diatmosfer dan emisi lainnya. Metana
merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya diatmosfer akan
meningkatkan temperature, dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar
maka akan mengurangi gas metana di udara. Limbah berupa sampah kotoran
hewan dan manusia merupakan material yang tidak bermanfaaat, bahkan bisa
menngakibatkan racun yang sangat berbahaya.
Aplikasi anaerobik digestion akan meminimalkan efek tersebut dan
meningkatkan nilai manfaat dari limbah. Selain keuntungan energi yang didapat
dari proses anaerobik digestion dengan menghasilkan gas bio, produk samping
seperti sludge. Material ini diperoleh dari sisa proses anaerobik digestion yang
berupa padat dan cair. Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk berupa
pupuk cair dan pupuk padat.
Berdasarkan penelitian pula membandingkan antara biogas dengan gas
dari hasil pembakaran fosil, sebanyak 100 Kg kedelai dihasilkan biogas sebanyak
1,5 m3. Biogas dengan nilai kalori 4.785 Kkal/liter, Sehingga panas dari biogas
yang dihasilkan mencapai 7.177,7 Kkal Nilai kalor untuk biogas sekitar 4.785
Kkal/m3 = 4.785 kal/liter. Nilai kalor untuk LPG sekitar 10.882 Kkal/m3 = 10.882
kal/liter. Harga LPG 12 Kg sekitar Rp. 85.000 = Rp.14.167/liter. Dengan
menggunakan perbandingan harga biogas sama dengan harga LPG dikalikan nilai
kalor LPG dibagi nilai kalor biogas. Maka harga biogas didapat sekitar Rp
3.221 /liter (Sadzali, 2010).
Kekurangan dari energi biogas yaitu agak berbau dan belum bisa dikemas
dengan baik (dimasukkan tabung seperti halnya LPG), sehingga user pemakai
harus berdekatan dengan sumber biogas, pada akhir biogas belum bisa dipasarkan
serta pemprosesan fermentasi yang begitu lama sehingga kurang praktis.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Pengolahan biogas dapat dilakukan dalam skala kecil atau besar, dengan
syarat keduanya membutuhkan bahan baku yang sama yaitu kotoran dan
sampah organik.
2. Proses pembuatan biogas melalui beberapa fase, yaitu: pencampuran,
pemasukan ke digester, lalu di dalam digester terjadi penguapan.
3. Dalam pembuatan biogas terjadi beberapa proses perubahan yaitu: selulosa
glukosa alkohol atau asam metana.
B. Saran
Dari hasil praktikum yang kami lakukan, biogas ternyata memiliki banyak
keuntungan, terutama keuntungan energi. Namun tidak dapat dihindari bahwa
untuk proses pembuatannya banyak yang kurang tertarik, karena banyaknya
merasa enggan untuk mengolah kotoran dari hewan sehingga belum banyak yang
melakukan pembuatan biogas. Alangkah baiknya ketika biogas ini dijadikan salah
satu proyek energi alternatif yang serius seperti halnya energi alternatif lain,
seperti biomassa, angin, dan air.
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, E. 1993. Pengaruh Perubahan Temperatur Terhadap Produksi Gas Metan Dari Sampah Dengan Kadar Materi Terbiodegradasi (Biodegradable) Tinggi. Jurnal Teknik Lingkungan No. 2 Vol. 1.
Damanhuri, E. 1995. Teknik Pembuangan Akhir. Jurusan Teknik Lingkungan,ITB: Bandung.
Fithry, Y. 2010. Pengaruh Penambahan Cairan Rumen Sapi Pada Pembentukan Biogas dari Sampah Buah Mangga dan Semangka. Tesis, Program Pasca Sarjana, Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.
Nengsih. 2002. Penggunaan EM4 Dan GT1000-WTA Dalam Pembuatan Pupuk Organik Cair Dan Padat Dari Isi Rumen Limbah RPH. Skripsi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Sadzali, Imam. 2010. Potensi Limbah Tahu Sebagai Biogas. Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains, dan Teknologi. 2(1): 62-69.