acara 4 satop 3 kakak tingkat

28
ACARA IV EKSTRAKSI DAN EVAPORASI A. Tujuan 1. Mempelajari dan mengenal ekstraksi maserasi dan soxhlet untuk mendapatkan minyak 2. Mempelajari pengaruh jenis pelarut dan suhu terhadap proses ekstraksi 3. Mengamati sifat fisik minyak (warna, aroma, dan kekentalan). B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Bahan Minyak mentah dedak padi sulit dimurnikan karena tingginya kandungan asam lemak bebas dan senyawa senyawa tak tersaponifikasikan. Peningkatan asam lemak bebas secara cepat terjadi karena adanya enzim lipase aktif dalam dedak padi setelah proses penggilingan. Lipase dalam dedak padi mengakibatkan kandungan asam lemak bebas minyak mentah dedak padi lebih tinggi dari minyak mentah lain sehingga tidak dapat digunakan sebagai edible oil. Ada dua faktor utama dalam pengolahan dedak padi menjadi minyak yaitu stabilisasi secara kimiawi maupun dengan menggunakan panas. Perlakuan ini bertujuan untuk menghancurkan enzim lipase

Upload: nadia-praditasari

Post on 15-Dec-2014

58 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

ACARA IV

EKSTRAKSI DAN EVAPORASI

A. Tujuan

1. Mempelajari dan mengenal ekstraksi maserasi dan soxhlet untuk

mendapatkan minyak

2. Mempelajari pengaruh jenis pelarut dan suhu terhadap proses ekstraksi

3. Mengamati sifat fisik minyak (warna, aroma, dan kekentalan).

B. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Bahan

Minyak mentah dedak padi sulit dimurnikan karena tingginya

kandungan asam lemak bebas dan senyawa senyawa tak

tersaponifikasikan. Peningkatan asam lemak bebas secara cepat terjadi

karena adanya enzim lipase aktif dalam dedak padi setelah proses

penggilingan. Lipase dalam dedak padi mengakibatkan kandungan asam

lemak bebas minyak mentah dedak padi lebih tinggi dari minyak mentah

lain sehingga tidak dapat digunakan sebagai edible oil. Ada dua faktor

utama dalam pengolahan dedak padi menjadi minyak yaitu stabilisasi

secara kimiawi maupun dengan menggunakan panas. Perlakuan ini

bertujuan untuk menghancurkan enzim lipase yang ada dalam dedak padi,

sehingga rendemen minyak meningkat dan menurunkan kadar asam lemak

bebas. Selanjutnya minyak dedak padi hasil ekstraksi dipurifikasi atau

dimurnikan. Pemurnian minyak dedak padi tidak jauh berbeda dengan

pemurnian minyak nabati lainnya. Dengan tujuan mengilangkan senyawa

lilin, asam lemak bebas, pewarna dan bau (Anonim, 2005).

Hasil penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian menunjukkan bahwa rendemen minyak dedak padi

yang dihasilkan sekitar 14-17 % dengan kandungan protein ampas dedak

padi hasil ekstraksi 11-13%. Komposisi dari minyak dedak padi 81-83%

trigliserida, 2-3% digliserida, 5-6 % monogliserida, 2-3% asam lemak

Page 2: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

bebas, 0,3% wax, 0,8 % glikolipid, 1,6% pospolipid, dan 4 % senyawa tak

tersaponifikasi(Anonim, 2007).

Minyak kayu manis diperoleh dari tanaman kayu manis, salah satu

potensi alam Indonesia. Kandungan utama minyak atsiri ini adalah

sinnamaldehida. Reaksi sinamaldehida dan resorsinol dapat menghasilkan

C-sinamal kaliks[4]-resorsinarena (CSKR). CSKR mempunyai duabelas

residu benzena, delapan gugus hidroksil, dan empat gugus alkenil (ikatan

rangkap) (Gambar 1). Keberadaan pasa-ngan electron bebas pada gugus

hidroksil, begitu pula keberadaan electron. Pada residu aromatis dan ikatan

rangkap diperkirakan akan mempunyai afinitas khusus terhadap kation

logam berat, khususnya Pb(II) dan Hg(II). Sesuai teori asam basa keras

lunak Pearson, Pb(II) dan Hg(II) merupakan asam lunak, sedangkan

CSKR dengan gugus hidroksil, ikatan rangkap, dan cincin aromatis dapat

merupakan suatu basa keras ataupun lunak. Dengan demikian, sangat

menarik untuk mengetahui interaksi CSKR dengan kation Pb(II) dan

Hg(II) (Sardjono, 2008).

Minyak dedak padi mengandung 1-2% gamma-Oryzanol, sebuah

campuran ester sterol asam ferulat dan alkohol triterpen. Gamma–

Oryzanol berfungsi sebagai antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa gamma-Oryzanol dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah,

menurunkan resiko penyakit jantung koroner, selain itu juga telah

digunakan di Jepang sebagai zat antioksidan pada makanan, minuman dan

kosmetika (Scavariello dan Arellano, 1998).

Dedak padi merupakan limbah pertanian yang murah harganya,

dihasilkan dari proses penggilingan padi. Dedak padi tersedia dalam

jumlah yang besar. Ekstraksi minyak dedak padi meningkatkan nilai gizi

bagi dedak padi tersebut karena meningkatkan kandungan protein dan

karbohidrat secara proporsional. Setelah di ekstraksi, mutu penyimpanan

dedak padi menjadi lebih baik. Oleh karena itu, dedak padi yang telah di

ekstraksi berharga lebih tinggi daripada dedak padi yang belum di

ekstraksi (Zuhra, 2006).

Page 3: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

2. Tinjauan Teori

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun

cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat

mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.

Sedangkan Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul

dalam keadaan cair (contohnya air) secara spontan menjadi gas (contohnya

uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya

penguapan dapat dilihat dengan hilangnya cairan secara berangsur-angsur

ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. Prinsip kerja peralatan

evaporator vakum berdasarkan pada kenyataan bahwa penurunan tekanan

akan menyebabkan turunnya titik didih cairan. Keadaan vakum tersebut

terutama dihasilkan dari pompa air yang memindahkan uap terkondensasi

dan mendinginkan air dari kondensor (Anonim, 2010).

Cara kerja ekstraksi dengan pelarut cukup sederhana, yaitu dengan

cara memasukkan bunga yang akan diekstraksi ke dalam ketel ekstraktor

khusus, dan kemudian ekstraksi berlangsung secara sistematik pada kamar,

dengan menggunakan petroleum eter sebagai pelarut. Pelarut akan

berpentrasi ke dalam bahan dan melarutkan minyak bahan beserta

beberapa jenis lilin dan albuminserta zat warna. Larutan tersebut

selanjutnya dipompa ke dalam evaporator dan minyak dipekatkan pada

suhu rendah. Setelah semua pelart diuapkan dalam keadaan vakuum, maka

diperoleh minyak yang pekat. Suhu harus dijaga tetap rendah selama

proses berlangsung. Dengan demikian uap aktif yang terbentuk akan

merusak persenyawaan minyak. Semua minyak yang diekstraksi dengan

pelarut menguap mempunyai warna gelap, karena mengandung pigmen

alamiah yang bersifat tidak dapt menguap (Ernest Guenther, 1987).

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang

mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari,

tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Prinsip ekstraksi Maserasi

ialah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk

simplisia dalam cairan penyari yang akan masuk ke dalam sel melewati

Page 4: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara

larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi

akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi

rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan

(Anonim, 2008).

Evaporasi atau penguapan merupakan pengambilan sebagian uap

air yang bertujuan utuk meningkatkan konsentrasi padatan dari suatu

bahan makanan cair. Salah satu tujuan lain dari operasi ini adalah untuk

mengurangi volume dari suatu produk sampai batas-batas tertentu tanpa

menyebabkan kehilangan zat-zat yang mengandung gizi. Pengurangan

volume produk, akan mengakibatkan turunnya biaya pengangkutan.

Disamping itu, juga akan meningkatkan efisiensi penyimpanan dan dapat

membantu pengawetan, atas dasar berkurangnya jumlah air bebas yang

dapat digunakan oleh microorganisma untuk kehidupannya. Salah satu

contoh untuk pengawetan adalah susu kental manis. Operasi penguapan

yang mungkin digunakan untuk suatu produk sangat bervariasi, hal ini

tergantung pada karakteristik bahan produk. Dalam banyak kasus,

karakteristik bahan ini berpengaruh pada design evaporator (alat penguap).

Adapun contoh dari karakteristik bahan adalah kekentalan bahan dan

kepekatan bahan terhadap suhu serta kemampuan bahan untuk membuat

alat mengalami korosi (Sholeh, 2009).

C. Metodologi

1. Alat

a. Labu leher tiga

b. Pendingin balik

c. Hot plate

d. Alat ekstraksi shoxhlet

e. Rotary evaporator vacum

Page 5: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

f. Kertas saring

g. Gelas ukur

h. Termometer

i. Timbangan

j. Water jet pump (pompa vakum)

2. Bahan

a. Kayu manis

b. Dedak padi

c. Pelarut

3. Cara Kerja

a. Kayu Manis

Ditimbang kayu manis sebanyak 100 gram dan dimasukkan ke dalam labu

Ditambahkan pelarut dan di-set suhunya sebesar 70°C

Diekstraksi dengan cara maserasi selama 4 jam

Disaring dengan kertas saring, sehingga diperoleh filtrat (minyak dan pelarut

Filtrat dievaporasi dengan rotary evaporator vacuum sampai semua pelarutnya menguap dan minyak tertinggal

Didapat minyak berupa cairan kental

Diamati sifat fisik minyak yaitu warna, aroma, dan kekentalannya

Dihitung rendemen minyak yang diperoleh

Page 6: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

b. Dedak Padi

Ditimbang dedak padi kering sebanyak 30 gram dan dibungkus dengan kertas saring

Ditambahkan pelarut dan di-set suhunya sebesar 70°C

Diekstraksi dengan alat shoxhlet selama 4 jam

Diamati sifat fisik minyak yaitu warna, aroma, dan kekentalannya

Disaring dengan kertas saring, sehingga diperoleh filtrat (minyak dan pelarut

Filtrat dievaporasi dengan rotary evaporator vacuum sampai semua pelarutnya menguap dan minyak tertinggal

Didapat minyak berupa cairan kental

Page 7: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

D. Hasil dan Pembahasan

Tabel 4.1 Tabel Ekstraksi Kayu Manis

Pengamatan Hasil1. Perlakuan :

a. Metode ekstraksi Maserasi Maserasib. Suhu ekstraksi 70oC 70oCc. Waktu ekstraksi 4 jam 4 jamd. Kecepatan pengadukan - rpm - rpme. Pelarut yang digunakan Etanol Metanol

2. Berat bahan yang akan diekstrak 100 gram 100 gram3. Berat minyak yang didapat 10,4 gram 11 gram4. Rendemen Minyak 10,4 % 11 %5. Density 0,945 gr/ml 1,1 gr/ml6. Volume pelarut 400 ml 200 ml7. Volume pelarut hasil evaporasi 61 ml 35 ml8. Persentase pelarut yang menguap/hilang 84,75 % 82,5 %9. Warna (dibandingkan dengan bahan) Jauh beda Jauh beda10. Aroma (dibandingkan dengan bahan) Sama Sama11. Kekentalan (dibandingkan dengan minyak goreng)

Lebih besar Jauh beda

Sumber : Laporan sementara

Pembahasan :

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair

dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak

substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Sedangkan

Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul dalam keadaan

cair (contohnya air) secara spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini

adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dengan

hilangnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan

volume signifikan. Prinsip kerja peralatan evaporator vakum berdasarkan pada

kenyataan bahwa penurunan tekanan akan menyebabkan turunnya titik didih

cairan. Keadaan vakum tersebut terutama dihasilkan dari pompa air yang

memindahkan uap terkondensasi dan mendinginkan air dari kondensor

(Anonim, 2010).

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang

mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak

Page 8: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Prinsip ekstraksi Maserasi ialah

penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia

dalam cairan penyari yang akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi

sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel

dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar

dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi).

Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara

larutan di luar sel dan di dalam sel. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan

filtratnya dipekatkan (Anonim2, 2008). Keuntungan dari metode ini adalah

peralatan yang digunakan cukup sederhana. Sedang kerugiannya antara lain

waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel lebih lama, cairan penyari

yang digunakan lebih banyak, dan tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan

yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.

Pada praktikum acara 4 ini, dilakukan ekstraksi maserasi dengan bahan

baku kayu manis. Kayu manis atau cinnamomum menghasilkan kulit yang

dinamakan kayu manis. Kulit kayu manis adalah jenis rempah-rempah yang

banyak digunakan sebagai bahan pemberi aroma dan citarasa dalam makanan

dan minuman serta bahan aditif pada pembuatan parfum dan obat-obatan.

Menurut Suherdi (1999), nilai utama kayu manis terdapat pada bagian kulit

dari batang, cabang serta ranting yang mengandung minyak atsiri, terutama

sinamaldehid (60-75%) dan eugenol (4-18%). Sedangkan Rismunandar (1989)

menyatakan bahwa minyak atsiri yang berasal dari kulit ini komponen

terbesarnya ialah cinnaldehida 60-75% ditambah dengan eugenol, beberapa

jenis aldehida, benzoate, dan lainnya. Kadar eugenolnya rata-rata 66-80% .

Minyak atsiri atau minyak terbang adalah produk destilasi dari serbuk

kulit kayumanis atau bagian tanaman lainnya. Sementara oleoresin adalah

hasil ekstraksi dari serbuk tersebut. Nilai oleoresin lebih tinggi dibanding

dengan minyak atsirinya. Sebab dalam oleoresin selain terkandung minyak

atsiri, juga terikut pula rasa pedas dari produk yang diekstrak. Kayu manis

yang telah digiling diekstraksi beberapa kali dengan pelarut organik,

kemudian pelarut diuapkan. Ekstrak yang tertinggal merupakan oleoresin yang

Page 9: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

biasanya bercampur dengan minyak, lemak, pigmen dan komponen flavor

yang terekstrak dari bahan asal. Oleoresin yang diperoleh merupakan cairan

yang kental atau semi padat dengan karakteristik rasa dan aroma sama dengan

bahan asalnya.

Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi maserasi kayu manis ini ialah

etanol dan metanol pada suhu 70oC selama 4 jam. Anonim3 (2008)

menyebutkan bahwa etanol, adalah sejenis cairan yang mudah menguap,

mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering

digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol adalah pelarut yang serbaguna,

larut dalam air (tercampur penuh) dan pelarut organik lainnya serta larut

dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.

Etanol memiliki rumus molekul C2H5OH dengan titik didih 78,4oC.

Sedangkan metanol, yang dikenal juga sebagai metil alkohol, wood alcohol

atau spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia C H 3OH dan titik

didih 64,7°C. Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana.

Perbedaan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi maserasi ini

mengakibatkan perbedaan hasil akhir dari kayu manis yang diekstrak,

meskipun suhu dan perlakuan yang diberikan sama. Pada penggunaan 400 ml

pelarut etanol terhadap 100 gram bubuk kayu manis, didapatkan minyak atsiri

sebanyak 10,4 gram dengan volume pelarut hasil evaporasi 61 ml atau

sebanyak 84,75% pelarut yang hilang atau menguap. Sehingga rendemen

minyak yang didapat sebesar 10,4% dengan density 0,945 gr/ml. Sedangkan

200 ml metanol yang ditambahkan dalam 100 gram bubuk kayu manis,

menghasilkan 11 gram minyak atsiri dan 82,5% pelarut yang hilang atau

menguap, sehingga volume pelarut hasil evaporasi yang tersisa sebanyak 35

ml. Rendemen minyak dari pelarut metanol yaitu sebesar 11% dengan density

1,1 gr/ml. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ekstraksi

menggunakan etanol cenderung memiliki laju ekstraksi yang sama namun

rendemen oleoresin yang dihasilkan lebih rendah (Anny, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan

sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut.

Page 10: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

Sedangkan Guenther (1950) menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap rendemen dan mutu minyak atsiri umumnya dan minyak kayumanis

khususnya antara lain adalah metode destilasi (penyulingan), kondisi bahan

(ukuran dan kadar air), kondisi penyulingan (lama penyulingan, kepadatan dan

cara penyusunan bahan dalam ketel destilasi) dan perlakuan terhadap minyak

hasil penyulingan. Sholeh (2009) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi proses evaporasi antara lain karakteristik bahan produk. Dalam

banyak kasus, karakteristik bahan berpengaruh pada design evaporator (alat

penguap). Adapun contoh dari karakteristik bahan adalah kekentalan bahan

dan kepekatan bahan terhadap suhu serta kemampuan bahan untuk membuat

alat mengalami korosi.

Kenampakan fisik kedua minyak yang dihasilkan juga berbeda.

Minyak atsiri dengan pelarut metanol berwarna coklat gelap yang jauh

berbeda dengan warna bahan, namun dengan aroma yang sama, yaitu aroma

kayu manis. Kekentalan minyak ini juga lebih besar, jauh berbeda jika

dibandingkan dengan minyak goreng. Sedangkan minyak atsiri dengan pelarut

metanol menghasilkan warna dan aroma yang sama dengan minyak atsiri yang

menggunakan pelarut etanol. Perbedaannya terletak pada kekentalan minyak

atsiri pelarut metanol yang lebih cair jika dibandingkan dengan minyak atsiri

pelarut etanol, namun masih lebih kental jika dibandingkan dengan minyak

goreng. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa ekstraksi yang menggunakan

pelarut etanol menghasilkan ekstrak yang lebih kental (Endah, 2006).

Page 11: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

Tabel 4.2 Tabel Ekstraksi Dedak Padi

Pengamatan Hasil1. Perlakuan :

a. Metode ekstraksi Soxhlet Soxhletb. Suhu ekstraksi 70oC 70oCc. Waktu ekstraksi 4 jam 6,25jamd. Kecepatan pengadukan - rpm - rpme. Pelarut yang digunakan Etanol Metanol

2. Berat bahan yang akan diekstrak 30 gram 30 gram3. Berat minyak yang didapat 0 gram 0,83 gram4. Rendemen Minyak 0 % 1,67 %5. Density 0 gr/ml 0,83 gr/ml6. Volume pelarut 180 ml 150 ml7. Volume pelarut hasil evaporasi 0 ml 47 ml8. Persentase pelarut yang menguap/hilang 0 % 68,67 %9. Warna (dibandingkan dengan bahan) - Jauh beda

(Lebih coklat)

10. Aroma (dibandingkan dengan bahan) - Lebih menyengat

11. Kekentalan (dibandingkan dengan minyak goreng) - Lebih kental

Sumber : Laporan sementara

Pembahasan :

Prinsip ekstraksi dengan metode soxhletasi ialah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari

dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh

kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam

klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah

mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas

bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai

bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau

sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan. Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan untuk sampel

dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara

langsung, menggunakan pelarut yang lebih sedikit dan pemanasannya dapat

Page 12: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

diatur. Sedangkan kerugian dari metode ini ialah karena pelarut didaur ulang,

ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus

dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas. Selain

itu, jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui

kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah

dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.

Dan bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk

menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol

atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada

pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif. Metode

soxhletasi ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran

azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran

pelarut, misalnya heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan

atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda

dalam pelarut cair di dalam wadah (Anonim2, 2008).

Ekstraksi dengan metode soxhletasi ini menggunakan bahan berupa

dedak padi. Minyak yang dihasilkan dari ekstraksi dedak padi, yang lebih

dikenal dengan nama Rice Bran Oil ini, dapat dikonsumsi karena mengandung

vitamin, antioksidan serta nutrisi yang diperlukan tubuh manusia. Bahkan

minyak dedak dapat diolah menjadi minyak goreng yang mutunya lebih baik

dari minyak kelapa, minyak sawit maupun minyak jagung. Sharma (2002)

menyatakan minyak dedak padi merupakan merupakan medium memasak

yang baik karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, mengandung lebih

banyak mikronutrien, umur simpan yang lebih lama, lebih stabil pada

temperatur tinggi, memberikan citarasa dan flavor yang lebih baik pada

produk pangan, waktu memasak lebih cepat sehingga menghemat energi

hingga 15% selama penggorengan.

Llyod et al. (2000) menyatakan bahwa dedak padi mengandung 3-5%

lemak tidak tersaponifikasi, yang mengandung komponen antioksidan alami

yang unik dan kompleks, yaitu tokoferol, tokotrienol dan orizanol. Tokotrienol

terbukti dapat menangkal radikal bebas dalam membran sel dan membantu

Page 13: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

mencegah penyakit arteri koroner; γ-orizanol (orizanol) diketahui dapat

menurunkan kolesterol dalam darah dan mengurangi kolesterol pada liver.

(Rebecca et al., 2007)

Sama seperti ekstraksi dengan metode maserasi pada kayu manis,

ekstraksi dengan metode soxhlet pada dedak padi menggunakan 2 jenis

pelarut, yaitu etanol dan metanol. Pada penggunaan 150 ml pelarut metanol,

setelah 6,25 jam ekstraksi, didapatkan hasil minyak sebanyak 0,83 gram dari

30 gram dedak padi. Dengan volume pelarut hasil evaporasi sebanyak 47 ml

atau sebanyak 68,67% pelarut yang hilang atau menguap. Rendemen minyak

didapat sebesar 1,67% dan densitas 0,83 gr/ml. Kenampakan minyak yang

dihasilkan lebih coklat dari warna dedak padi, dengan aroma yang lebih

menyengat dan memiliki kekentalan lebih besar dari minyak goreng.

Sedangkan ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol gagal

dilakukan karena etanol yang digunakan sebagai pelarut tidak dapat menguap,

sehingga pelarut tidak dapat dikondensasikan untuk mengekstrak zat aktif

dalam bahan. Dan berakibat pada tidak dapat berlangsungnya keseluruhan

sistem sirkulasi. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh pengaturan alat

pemanas (hot plate) yang kurang tepat, sehingga etanol yang seharusnya

mendidih di suhu 78,4oC (Anonim3, 2008), tidak bisa mendidih dan menguap.

Padahal menurut penelitian yang telah dilakukan Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen), rendemen minyak

dedak yang bisa dihasilkan dengan pelarut etanol bisa mencapai sekitar 14-

17% dengan kandungan protein ampas dedak hasil ekstraksi sekitar 11-13%

(Anonim4, 2007).

Ekstraksi minyak dedak padi merupakan ekstraksi padat cair. Ekstraksi

padat cair dipengaruhi oleh sifat partikel padatan yang diekstraksi, jenis

pelarut, dan kondisi berlangsungnya operasi ekstraksi. Ukuran partikel

padatan yang akan diekstraksi berpengaruh pada luas area interfacial dan laju

transfer massa. Selain itu, permeabilitas partikel juga berpengaruh pada

kemampuan pelarut yang digunakan untuk menembus pori-pori dari partikel.

Kondisi operasi yang berpengaruh pada proses ekstraksi adalah jenis

Page 14: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

ekstraktor, temperatur, perbandingan volume pelarut terhadap berat zat yang

diekstraksi, dan waktu ekstraksi (I Dewa Gede Arsa et al., 2009).

E. Kesimpulan

Dari praktikum acara IV Ekstraksi dan Evaporasi, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ekstraksi maserasi merupakan metode ekstraksi dimana pelarut bercampur

langsung dengan bahan.

2. Ekstraksi soxhlet merupakan metode ekstraksi dimana bahan ditempatkan

dalam kertas saring, sehingga tidak bercampur langsung dengan pelarut.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi antara lain tipe persiapan

sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut

4. Faktor yang mempengaruhi evaporasi antara lain karakteristik bahan yang

terdiri atas kekentalan dan kepekatan bahan terhadap suhu serta

kemampuan bahan untuk membuat alat mengalami korosi.

5. Berat minyak yang didapat dari maserasi dengan pelarut etanol sebesar

10,4 gr atau lebih kecil dari maserasi dengan pelarut metanol yaitu sebesar

11 gr.

6. Densitas yang didapat dari maserasi pelarut etanol sebesar 0,945 gr/ml

atau lebih kecil dari densitas maserasi pelarut metanol yaitu sebesar 1,1

gr/ml.

7. Rendemen minyak atsiri dari pelarut etanol sebesar 10,4%, sedangkan

rendemen minyak pelarut metanol sebesar 11%.

8. Kenampakan fisik minyak atsiri pelarut etanol lebih kental dari

kenampakan fisik pelarut metanol, namun dengan warna dan aroma yang

hampir sama (lebih gelap dari bahan awal dengan aroma kayu manis yang

khas).

9. Metode ekstraksi soxhlet dengan pelarut metanol menghasilkan minyak

sebanyak 0,5 gr dengan rendemen minyak 2,77% dan density 0,5 gr/ml.

Page 15: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

10. Kenampakan fisik minyak atsiri ekstraksi soxhlet pelarut metanol, lebih

coklat dari bahan awal dengan aroma yang lebih menyengat dan

kekentalan yang lebih tinggi dari minyak goreng.

Page 16: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

DAFTAR PUSTAKA

Anny Sulaswaty. 2003. Proses Ekstraksi dan Pemurnian Bahan Pewangi dari Tanaman Indonesia. http://www.dbriptek.lipi.go.id/. Diakses pada Jumat, 7 Mei 2010 pukul 11.00 WIB.

Anonim. 2005. Minyak Dedak Padi. www.Ricebranoilinfo.co.id. Diakses tanggal 7 Mei 2010 pukul 21.55 WIB.

Anonim. 2007. Mengolah Dedak Menjadi Minyak (Rice Bran Oil). Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol.29 No.4 Th.2007.

Anonim.2008.Ekstraksi.http://medicafarma.blogspot.com/2008/11/ekstraksi.html. Diakses pada Jumat, 7 Mei 2010 pukul 11.00 WIB.

Anonim. 2009. Etanol dan Metanol. http://wikipedia.com/etanol-metanol/. Diakses pada Jumat, 7 Mei 2010 pukul 11.00 WIB.

Anonim. 2010. Ekstraksi dan Evaporasi. http://www.docstoc.com/docs. Diakses pada Jumat, 7 Mei 2010 pukul 11.00 WIB.

Guenther, E. 1950. Essential Oils. Vol. IV. Van Nostrand Reinhold Co., New York.

Llyod et al. 2000. dalam Sarmento C.M.P., Ferreira S.R.S., and Hense H., 2006. Supercritical Fluid Extraction (SFE) of Rice Brain Oil to Obtain Fractions Enriched with Tocopherols and Tocotrienols. Brazilian Journal of Chemical Engineering vol.23 no.2 São Paulo Apr./June 2006.

Putrawan, I Dewa Gede Arsa., Mariyana, Rina., dan Rosmayanti, Irna. 2009. Ekstraksi Minyak Dedak padi dengan Menggunakan Isopropil Alkohol. Dalam Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia (SNTKI) 2009. http://www.che.itb.ac.id/sntki2009. Diakses pada Jumat, 7 Mei 2010 pukul 11.oo WIB.

Rismunandar. 1989. Budiday Kayu Manis. Sinar Baru. Jakarta

Sardjono, Ratnaningsih E dkk. 2008. Sintesis Kaliks [4] Resorsin Arena Dari Minyak Kayu Manis Dan Penggunaannya Untuk Ekstraksi Fasa Padat Logam Berat Hg(II) dan Pb(II). Jurnal Pengajaran MIPA Vol.12 No.2.

Scavariello, E.M.S and D.B. Arellano. 1998. Gamma-Oryzanol: An ImportatComponent In Rice Bran Oil:, Archivos Latinoamericanos De Nutricion. Vil. 48

Schramm Rebecca et al. 2007. Fractination of the Rice Bran Layer and Quantification of Vitamin E, Oryzanol, Protein and Rice Bran Saccharide. Journal of Biological Engineering Vol.1 No.9.

Page 17: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

Sharma A. R. 2002. dalam Sharif Kamran et al., Improved Quality of Baked Products by Rice Bran Oil. http://www.pustaka-deptan.go.id. Diakses pada Jumat, 7 Mei 2010 pukul 11.00 WIB.

Soleh, Mohammad. 2009. Evaporasi. http://mohammadsholeh.myblogrepublika.com. Diakses pada Minggu, 23 Mei 2010 pukul 20.00 WIB.

Suherdi. 1999. Kajian Produksi Kulit Kayu Manis dari Berbagai Tinggi Tempat di Sumatera Barat. Prosiding seminar penelitian tanaman rempah dan obat Sub Balitto Solok.

Yulia, Endah. 2006. Aktivitas Anti Jamur Minyak Essensial dan Ekstrak Beberapa Tanaman Keluarga Zingiberaceae dan Poaceae Terhadap Jamur Pestaloptiosis versicolor Penyebab Penyakit Hawar Daun pada Tanaman kayu Manis (Cinnamomum zeylanicum). Agrikultura Vol 17No.3 hal: 224-231.

Zuhra, Cut Fatimah. 2006. Etanolisis Minyak Dedak Padi yang Diesktraksi Secara Perendaman. Jurnal Sains Kimia Vol. 10, No.1

Page 18: Acara 4 Satop 3 Kakak Tingkat

LAMPIRAN

a. Perhitungan Rendemen =

=

b. Perhitungan Density =

=

c. Persentase Pelarut yang hilang/ menguap

=

=