satop iv isl fix

28
ACARA IV ISOTHERM SORPSI LEMBAB A. Tujuan Tujuan dari praktikum Acara Isotherm Sorpsi Lembab (ISL) adalah menentukan sifat isotherm sorpsi lembab suatu bahan pangan, mempelajari pola kurva isotherm sorpsi lembab suatu bahan pangan dan menentukan persamaan kurva ISL berdasarkan persamaan GAB. B. Tinjauan Pustaka Menurut Muchtadi dkk (2010), air di dalam bahan pangan terdapat dalam 3 bentuk yaitu air bebas yang terdapat di permukaan benda dan mudah menguap, air terikat secara fisik yaitu air yang terikat menurut sistem kapiler, atau air adsorpsi, misalnya air yang terdapat di jaringan tanaman atau air di antara struktur molekuler, serta air terikat secara kimia yaitu kristal, air polat, dan air terikat dalam sistem dispersi. Air yang terdapat dalam bentuk bebas dapat menyebabkan terjadinya kerusakan bahan pangan baik secara mikrobiologis maupun enzimatis. Dalam hal ini dapat digunakan pengertian aktivitas air (Aw) untuk menentukan kemampuan air dalam proses-proses kerusakan pangan. Isotherm sorpsi lembab suatu produk makanan

Upload: diiiiinaaaaa

Post on 17-Sep-2015

295 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

SATOP

TRANSCRIPT

ACARA IVISOTHERM SORPSI LEMBABA. TujuanTujuan dari praktikum Acara Isotherm Sorpsi Lembab (ISL) adalah menentukan sifat isotherm sorpsi lembab suatu bahan pangan, mempelajari pola kurva isotherm sorpsi lembab suatu bahan pangan dan menentukan persamaan kurva ISL berdasarkan persamaan GAB.B. Tinjauan PustakaMenurut Muchtadi dkk (2010), air di dalam bahan pangan terdapat dalam 3 bentuk yaitu air bebas yang terdapat di permukaan benda dan mudah menguap, air terikat secara fisik yaitu air yang terikat menurut sistem kapiler, atau air adsorpsi, misalnya air yang terdapat di jaringan tanaman atau air di antara struktur molekuler, serta air terikat secara kimia yaitu kristal, air polat, dan air terikat dalam sistem dispersi. Air yang terdapat dalam bentuk bebas dapat menyebabkan terjadinya kerusakan bahan pangan baik secara mikrobiologis maupun enzimatis. Dalam hal ini dapat digunakan pengertian aktivitas air (Aw) untuk menentukan kemampuan air dalam proses-proses kerusakan pangan. Isotherm sorpsi lembab suatu produk makanan menunjukkan hubungan antara kadar air keseimbangan dari pangan dengan tekanan uap air atau kelembaban relatif keseimbangannya pada suhu tertentu. Dimana mencakup proses adsorpsi dan desorpsi molekul-molekul air pada suhu tetap. Proses adsorpsi merupakan mobilitas molekul air dari keadaan bebas ke keadaan terikat dalam bahan, sedangkan proses desorpsi merupakan mobilitas molekul air dari keadaan terikat ke keadaan bebas (Reo, 2010).Stabilitas produk pangan kering ditentukan oleh dua faktor utama, yakni: kelembababan relatif kesetimbangan (RHs)/aktivitas air (aw) tempat penyimpanan dan kadar air kesetimbangan bahan pangan (Me). Adanya hubungan interaksi kedua faktor tersebut pada suhu penyimpanan bahan dikenal sebagai kurva isoterm sorpsi air (ISA). Metode yang digunakan dalam penentuan kurva isoterm sorpsi air bahan pangan adalah gravimetri, manometri dan higometri, gravimetri adalah metode yang paling banyak digunakan. Dengan metode gravimetri, perubahan kadar air sampel diamati secara periodik menggunakan bejana tertutup yang berisi larutan garam jenuh dengan nilai aw tertentu. Penggunaan larutan garam jenuh dapat mempertahankan RHs secara konstan selama jumlah garam yang digunakan masih di atas tingkat jenuh. Pada penyimpanan produk pangan kering, kadar air bahan cenderung cepat mengalami peningkatan ketika disimpan pada kondisi RHs yang relatif tinggi. Oleh karenanya kadar air kesetimbangan dan kadar air kritis lebih cepat tercapai pada penyimpanan dengan kondisi RHs yang relatif tinggi. Karakteristik isoterm sorpsi air produk pangan kering menunjukkan pola perpindahan molekul air diantara bahan pangan dengan lingkungan penyimpanan pada nilai RHs tertentu.Dengan demikian, baik proses penyerapan maupun pelepasan air mempengaruhi perubahan struktur penyusun bahan. Perubahan tersebut penting dipelajari mengingat faktor-faktor lingkungan seperti kelembaban relatif dan suhu pada lokasi penyimpanan yang berbeda memberikan pengaruh yang signifikan terhadap karakteristik sorpsi bahan (Widowati dkk., 2010).Tepung, sebagai bahan baku pangan semi basah perlu ditentukan kadar air kesetimbangan menggunakan kurva isotherm sorpsi air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Oyelade dkk. (2008) bahwa bahan pangan setelah diolah mempunyai sifat yang sangat higroskopis, yaitu dapat menyerap air dari udara di sekelilingnya dan sebaliknya dapat melepaskan sebagian air yang terkandung di dalamnya ke udara. Sifat-sifat ini dapat digambarkan dengan kurva isotherm sorpsi air (ISA). Kurva isotherm sorpsi air (ISA) menyatakan hubungan antara kadar air (basis kering) bahan dengan kelembaban relatif (relative humidity/RH) atau aktivitas air pada suhu tertentu. Moisture sorpsi isotherm dapat ditunjukkan dalam bentuk kurva isotherm sorpsi yang khas pada setiap bahan. Beberapa penelitian tentang karakteristisasi tepung dan pati jagung telah dilakukan, antara lain sifat gelatinisasi tepung danpati jagung putih (Aini dan Hariyadi, 2010; Aini dkk., 2010), sifat kimia dan sifat fisik (Sandhu dkk., 2007; Chanvrier dkk., 2005). Kebanyakan laporan tersebut membahas tentang karakter kimia, fisik atau profil reologi tepung jagung. Belum banyak di antara penelitian-penelitian tersebut yang membahas tentang tepung jagung dalam hubungannya dengan karakter isotherm sorpsi air.Peneltian tentang kurva isotherm sorpsi air yang ada antara lain pada tapioka oleh Adebowale dkk. (2007) yang menyatakan bahwa beberapa varietas tapioka memiliki pola isotherm sama. Kurva isotherm sorpsi air penting untuk pendugaan waktu pengeringan, pengemasan dan kemantapan bahan selama penyimpanan. Menurut Al-Muhtaseb dkk. (2002), kurva isotherm sorpsi air sangat berperan dalam pengeringan makanan, terutama untuk memprediksi umur simpan makanan yang mempunyai kadar air rendah.Model-model persamaan isotherm sorpsi air yang ada antara lain Langmuir, BET (Brunauer-Emmett-Teller), Henderson, GAB (Guggenheim- Anderson-deBoer) dan lain-lain (Furmaniak dkk., 2009). Masing-masing model mempunyai kesesuaian, seperti hanya berlaku pada daerah kelembaban relatif tertentu, pendekatannya satu arah yaitu adsorpsi atau desorpsi dan tidak seluruh model dapat diterapkan pada bahan pangan (Moraes dkk., 2008). Diantara persamaan tersebut yang paling sering digunakan untuk memprediksi ISA pada bahan pangan adalah model BET dan GAB. Informasi tersebut diharapkan bermanfaat untuk pengembangan dan optimasi produk sehingga dapat memprediksi umur simpan dan perubahan selama penyimpanan pada kelembaban relatif tertentu (Aini dkk., 2014).Tepung beras terdiri dari tepung beras pecah kulit dan tepung beras sosoh. Tepung beras banyak digunakan sebagai bahan baku industri seperti bihun dan bakmi, macaroni, aneka snacks, aneka kue kering, makanan bayi, makanan sapihan untuk Balita, tepung campuran dan sebagainya. Tepung beras juga banyak digunakan dalam pembuatan pudding mixture atau custard. Menurut Standar Industri Indonesia (SII), syarat mutu tepung beras yang baik adalah : kadar air maksimum 10%, kadar abu maksimum 1%, bebas dari logam berbahaya, serangga, jamur, serta dengan bau dan rasa yang normal. Proses pembuatan tepung beras dimulai dengan penepungan kering dilanjutkan dengan penepungan beras basah (beras direndam dalam air semalam, ditiriskan, dan ditepungkan). Alat penepung yang digunakan adalah secara tradisional (alu, lesung, kincir air) dan mesin penepung (hammer mill dan disc mill) (Koswara, 2009).Bentuk kurva ISL khas untuk setiap produk pangan dan dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu tipe A, B dan C. Kurva ISL tipe A adalah bentuk kurva yang khas untuk bahan anti kempal. Bahan ini menyerap air pada sisi spesifik dengan energi pengikatan yang tinggi dan mampu menahan sejumlah besar air pada aw yang rendah. Tipe B adalah bentuk kurva yang paling banyak ditemui pada produk pangan. Bentuk kurva ini sigmoid disebabkan oleh kombinasi dari efek koligatif, kapiler dan interaksi antar-permukaan. Tipe C mewakili kurva sorpsi untuk bahan kristal seperti sukrosa. Bentuk kurva ISL beras pecah kulit maupun beras sosoh berbentuk sigmoid (tipe B). Kurva ISL bahan pangan dibagi menjadi tiga wilayah. Wilayah I berada pada kisaran aw 0,00-0,20 atau yang disebut daerah monolayer. Ikatan pada gugus ini lebih bersifat ionik, sehingga ikatannya sangat kuat terhadap air. Kadar air monolayer menunjukkan jumlah air yang dapat terikat pada gugus kimia bahan makanan seperti pada karbohidrat, protein, mineral melalui ikatan hidrogen, ionik-dipol maupun antar kutub (dipol). Menurut Fennema (1985), pada molekul air, energi ikatan hidrogen intermolekuler 2-40 kJ/ mol, ikatan kovalen 335 kJ/mol. Semakin kuat ikatan, maka aktivitas air semakin kecil. Wilayah II pada aw 0,20 sampai 0,60 merupakan lapisan air yang terletak diatas monolayer dan disebut air lapis ganda. Wilayah III dianggap sebagai air yang terkondensasi pada pori-pori bahan. Pada daerah ini sifat air menyerupai air bebas (Wariyah dan Supriyadi. 2010)Berikut cara penentuan kadar air kesetimbangan dan kurva isoterm sorpsi air.Sampel dimasukkan ke dalam cawan aluminium kemudian disimpan dalam desikator yang berisi larutan garam jenuh, kemudian diletakkan dalam inkubator dengan suhu 300C. Selama penyimpanan dilakukan penimbangan berat sampel setiap hari sampai tercapai berat konstan atau setimbang yang ditandai dengan selisih antara 3 penimbangan berturut-turut 2mg/g untuk sampel yang disimpan pada RH di bawah 90% dan 10 mg/g untuk sampel yang disimpan pada RH di atas 90% (Lievonen dan Ross, 2002 diacu dalam Adawiyah, 2006). Sampel yang telah mencapai berat konstan diukur kadar airnya dengan menggunakan metode oven (AOAC, 1995) dan dinyatakan dalam basis kering. Kurva isoterm sorpsi air dibuat dengan cara memplotkan kadar air kesetimbangan sebagai ordinat terhadap aktivitas air (aw) sebagai basis pada suhu yang konstan (Sugiyono dkk., 2010).Kadar air kesetimbangan pada aw yang berbeda digunakan untuk membuat kurva isotherm sorpsi. Untuk mendapatkan slope kurva, dibuat model-model per-samaan linier kurva isotherm sorpsi. terdapat lima model persamaan matematis yaitu model Hasley, Chen-Clayton, Henderson, Caurie, dan Oswin. Model-model persamaan ini digunakan karena berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu mampu menggambarkan kurva isotherm sorpsi pada rentang nilai aw yang luas (Chirife dan Iglesias, 1978; Isse et al., 1983). Guna mempermudah perhitungan, maka model-model persamaan matematis yang digunakan dimodifikasi bentuknya dari persamaan non-linier menjadi persamaan linier sehingga nilai-nilai konstantanya dapat ditentukan menggunakan metode kuadrat terkecil. Kadar air kesetimbangan hasil perhitungan masing-masing model dan kadar air kesetimbangan hasil percobaan diplotkan pada nilai aw untuk mengetahui seberapa dekat nilai keduanya. Kelima kurva model di atas dibandingkan dengan isotherm sorpsi percobaan untuk mendapatkan kesamaan/ketepatan antara model dengan percobaan. Dalam hal ini dilakukan perbandingan antara kadar air hasil percobaan dengan kadar air model melalui perhitungan nilai MRD (Mean Relative Determination). Pada formula di atas, mi adalah kadar air hasil percobaan, Mpi adalah kadar air model, dan n adalah jumlah data. Jika nilai MRD10 maka model tersebut tidak tepat untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya (Isse et al., 1983). Model dengannilai MRD yang paling kecil digunakan untuk menentukan umur simpan. Tekanan uap air jenuh pada suhu 30C adalah 31,824 mmHg (Labuza, 1982 dalam Sugiyono dkk., 2011).Ketika makanan pada kelembaban konstan, akan terjadi keseimbangan pada kadar air akhir yang disebut kelembaban keseimbangan. Dengan memberikan perlakuan produk ke berbagai kelembaban relatif, seseorang dapat mengembangkan apa yang disebut kurva keseimbangan kelembaban mikro.Pengujian dilakukan dengan menempatkan produk dalam botol kaca yang berisi larutan garam jenuh. Berbagai larutan garam jenuh menyeimbangkan pada kelembaban relatif tertentu.Sampel piring ditimbang kembali di berbagai kali sampai mereka mencapai keseimbangan. Berikut beberapa aktivitas kesetimbangan pada aktivitas air bahan pangan.

Tepung, di sisi lain, akan kehilangan kelembaban pada kelembaban relatif di bawah sekitar 60%. Air dan aktivitas air terlibat dalam sebagian besar mekanisme kerusakan produk pangan. Pertumbuhan mikroba dan pembusukan, aksi enzim, pencoklatan non-enzimatik, dan perubahan tekstur akan berpengaruh oleh kelembaban.. Kadar air isoterm diposisikan untuk produk khas dan akan bervariasi, tergantung pada matriks. Suhu akan mempercepat semua reaksi ini sampai batas tertentu. Peningkatan laju reaksi bervariasi dari 30% sampai 300% untuk setiap kenaikan 10 C suhu (Sewald dan DeVries. 2014).Menurut Labuza (1984); Berg dan Bruin (1985) dalam Diosady dkk. (1996), persamaan Guggenheim-Anderson-de Boer (GAB), merupakan model teoritis yang paling baik untuk menentukan fenomena penyerapan air dalam bahan pangan. Beberapa penelitian penggunaan model GAB untuk mengevaluasi sorpsi air pada bahan pangan telah dilakukan. Peng dkk. (2007) menyatakan bahwa penggunaan model GAB untuk mengevaluasi isotherm adsorpsi dan desorpsi lembab pada pati jagung menunjukkan model GAB dapat digunakan untuk bahan makanan dengan kisaran aw yang lebar (0,05 0,95) degan nilai modulus deviasi relative (E) kurang dari 10% (Wariyah dan Supriyadi, 2011).C. Metodologi1. Alata. Desikatorb. Pinsetc. Sendok kecild. Cawan aluminiume. Neraca analitikf. Oveng. Toples2. Bahana. Tepung millet putihb. Tepung kacang hijauc. Garam (LiCl, MgCl2, KCl, Mg(NO3)2, NaNO2, K2SO4, K2CO3, NaCl)

3. Cara Kerja

D. Hasil dan PembahasanTabel 4.1 Data ISL Foodbars Tepung Millet Putih dan Tepung Kacang HijauNo.GaramAwKa Seimbang

1LiCl0,1133,64

2MgCl20,3216,12

3K2CO30,4367,03

4Mg(NO3)20,4997,84

5NaNO20,6289,02

6NaCl0,74913,43

7KCl0,83016,57

8K2SO40,96725,42

Sumber: Laporan SementaraMenurut Labuza (1984), sorpsi isotermis air adalah kurva yang menghubungkan kadar air dengan aktivitas air suatu bahan pada suhu tertentu. Sorpsi isotermis sangat penting dalam merancang proses pengeringan, terutama dalam menentukan titik akhir pengeringan serta meramal perubahan-perubahan yang mungkin terjadi terhadap bahan makanan selama bahan tersebut disimpan (Septianingrum, 2008). Kurva isotherm sorpsi air (ISA) menyatakan hubungan antara kadar air (basis kering) bahan dengan kelembaban relatif (relative humidity/RH) atau aktivitas air pada suhu tertentu. Moisture sorpsi isotherm dapat ditunjukkan dalam bentuk kurva isotherm sorpsi yang khas pada setiap bahan (Aini dkk, 2014). Isotherm sorpsi lembab ialah adanya hubungan interaksi waktor aktivitas air atau kelembaban air dengan kadar air setimbang dalam bahan pangan yang disajikan dengan kurva melengkung. Metode yang digunakan dalam penentuan kurva ISL ialah gravimetri dengan mengetahui kadar air sampel pada toples kaca tertutup dengan larutan garam yang jenuh. Penggunaan larutan garam jenuh dapat mempertahankan RHs secara konstan selama jumlah garam yang digunakan masih di atas tingkat jenuh.Pada penyimpanan sampeltepung beras, kadar air cenderung cepat mengalami peningkatan ketika disimpan pada kondisi kelembaban yang relatif tinggi. Hal ini karena pola perpindahan molekul air diantara tepung beras dengan lingkungan penyimpanan atau toples kaca pada nilai RH tertentu (Widowati dkk., 2010).Kadar air setimbang ialah keadaan air dengan kondisi RH yang relatif tinggi, bahan pangan mengalami perpindahan molekul air dengan cepat untuk menyeimbangkan kondisi lingkungan. Hal ini terjadi proses penyerapan maupun pelepasan air yang mempengaruhi perubahan struktur dari bahan. Jenis-jenis garam yang dijadikan sebagai larutan jenuh untuk menjadikan RH lebih tinggi juga berpengaruh terhadap kecepatan dan karakteristik sorpsi bahan (Widowati dkk., 2010).Untuk mengetahui karakteristik bahan, biasanya data disajikan dalam bentuk diagram atau kurva. Bentuk kurva ISL khas untuk setiap produk pangan dan dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu tipe A, B dan C. Kurva ISL tipe A adalah bentuk kurva yang khas untuk bahan anti kempal. Bahan ini menyerap air pada sisi spesifik dengan energi pengikatan yang tinggi dan mampu menahan sejumlah besar air pada aw yang rendah. Tipe B adalah bentuk kurva yang paling banyak ditemui pada produk pangan. Bentuk kurva ini sigmoid disebabkan oleh kombinasi dari efek koligatif, kapiler dan interaksi antar-permukaan. Tipe C mewakili kurva sorpsi untuk bahan kristal seperti sukrosa(Wariyah dan Supriyadi. 2010).Adapun jenis kurva Brunnauer tentang isoterm sorpsi diberikan pada kurva berikut:Gambar 4.1 Jenis kurva ISL berdasarkan BrunnauerJenis yang paling berbeda dalam kelompok ini adalah tipe I dan III: yang pertama menunjukkan peningkatan tajam dalam aw pada nilai aktivitas air rendah tetapi lereng menurun dari keseluruhan aktivitas air berkisar sedangkan dalam kasus kedua, kemiringan awal kecil dari kadar air aktivitas air petak meningkat dari seluruh jajaran aktivitas air. Tipe II dapat dipahami sebagai kombinasi dari tipe I dan III; tipe I pada aktivitas air yang lebih rendah dan tipe III pada aktivitas air yang lebih tinggi. Jenis IV dan V merupakan modifikasi dari jenis II dan III, masing-masing. Modifikasi terdiri dalam mekanisme yang sama dengan yang ada di tipe I ditumpangkan pada mekanisme dimodifikasi pada kegiatan air yang tinggi (Blahovecdan Yanniotis, 2010).Dari kurva ISL tersebut, dapat diketahui karakteristik bahan yang ingin diketahui. Setelah itu, ditentukan persamaan kurva dengan model matematis.Model-model persamaan isotherm sorpsi air yang ada antara lain Langmuir, BET (Brunauer-Emmett-Teller), Henderson, GAB (Guggenheim-Anderson-deBoer) dan lain-lain dengan model yang sesuai pada karakter bahan yang digunakan. Diantara persamaan tersebut yang paling sering digunakan pada bahan pangan adalah model BET dan GAB. (Aini dkk., 2014). Pada praktikum ini yang digunakan ialah persamaan GAB. Persamaan ini memiliki bentuk yang mirip dengan BET, tetapi memiliki K. BET konstan ekstra sebenarnya adalah kasus khusus dari GAB, dimana K = 1. Tiga parameter GAB ditentukan mengikuti metode bentuk ubah dari isoterm GAB. Sebuah metode regresi polinomial langsung nonlinear dilakukan untuk menentukan nilai-nilai koefisien jangka kuadrat, linear istilah koefisien dan konstan (Akoy dan Hrsten, 2013).Fungsi garam yang ditambahkan pada masing-masing toples menurut Ansar (2011) adalah untuk mengatur RH penyimpanan sesuai dengan yang dikehendaki. Kristal-kristal garam yang terdapat dalam toples berfungsi sebagai buffer yang berfungsi untuk melarutkan kelembaban yang terserap ke dalam larutan ketika aw bahan lebih tinggi dari kelembaban relatif ruangan, atau menyediakan kelembaban ketika aw bahan lebih rendah dari kelembaban relatif ruangan (Labuza dalam Penner, 2013).Penggunaan garam yang berbeda menghasilkan nilai aw yang berbeda pula. Dari percobaan diketahui bahwa garam yang menghasilkan aw terbesar adalah K2SO4. Sedangkan yang terkecil adalah LiCl. Penambahan garam pada sampel memberikan pengaruh pada sampel. Pengaruh yang diberikan adalah garam dapat menjaga stabilitas RH bahan selama konsentrasi garam masih di atas jenuh (Widowati dkk, 2010).Menurut tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai aw dan kadar air seimbang berbanding lurus. Semakin tinggi nilai aw maka semakin tinggi pula nilai Ka seimbang. Hal ini dikarenakan tepung millet dan tepung kacang hijau menyerap uap air dari lingkungan untuk mendapatkan kondisi seimbang.

Gambar 4.1 Kurva ISL Foodbars Tepung Millet Putih dan Tepung Kacang Hijau

Pembuatan kurva ISL menggunakan metode termogravimetri. Kurva dibuat dari data kadar air seimbang foodbars tepung millet putih - tepung kacang hijau dan aktivitas air (aw) yang diperoleh dari hasil praktikum, seperti pada tabel 4.1 dan selanjutnya diplot ke grafik dengan menggunakan persamaan polinomial pangkat tiga. Grafik hubungan aktivitas air (aw) dan kadar air akan menghasilkan kurva isotherm soprsi lembab (kurva ISL) dengan aw sebagai sumbu x dan kadar air seimbang sebagai sumbu y. Adapun persamaan matematis kurva ISL foodbars tepung millet putih dan tepung kacang hijau yang didapatkan adalah:y = 66,36 x3 72 x2 + 33,15 x + 0,727dan bentuk grafik ISL tepung millet putih dan tepung kacang hijau berbentuk sigmoid (memiliki 2 lengkungan), yang merupakan bentuk khas dari kurva isotherm tipe II. Pada kurva terdapat dua lengkungan, pada aw 0,321 dan pada aw 0,749.

Gambar 4.2 Kurva ISL Foodbars Tepung Millet Putih dan Tepung Kacang HijauSetelah kurva ISL ditentukan, berikutnya data dihitung menggunakan persamaan Guggenheim-Anderson-deBoer (GAB). Menurut GAB (Guggenheim-Anderson-deBoer), kadar air pada aw tertentu dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

dimana mo adalah kadar air kesetimbangan, m adalah kadar air (basis kering) pada aw tertentu, dan C, k adalah konstanta. Pada model GAB, parameter-parameter yang dimiliki mempunyai makna fisik proses sorpsi yaitu dapat menentukan nilai konstanta c dan K yang berhubungan dengan energi interaksi antara air dan bahan, serta nilai mo yang menunjukkan kadar air saat terjadi satu lapis molekul air dan mampu menggambarkan pengaruh suhu terhadap sorpsi isothermik dengan menggunakan persamaan Arrhenius. Model GAB ini dapat digunakan untuk penentuan kapasitas air terikat tersier (Aini dkk, 2014).Berdasarkan data yang didapat dari praktikum, didapatkan kurva perhitungan GAB sebagai berikut:

Gambar 4.3 Kurva Guggenheim-Anderson-deBoer (GAB)Sedangkan persamaan polinomial pangkat 2 yang didapat dari perhitungan GAB adalah y = -0,170x2 + 0,191x + 0,010. Kurva GAB dibuat dengan memasukkan data hasil percobaan ke dalam grafik. Grafik yang dihasilkan berbentuk melengkung ke bawah dengan dua garis yaitu GAB dan polinomial GAB. Grafik GAB menggunakan nilai Aw sebagai sumbu x dan nilai Aw/Ka sebagai sumbu y.

E. KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Acara IV Isotherm Sorpsi Lembab adalah sebagai berikut:1. Nilai aw dan kadar air seimbang berbanding lurus, sehingga semakin tinggi nilai aw maka semakin tinggi nilai kadar air seimbang2. Kurva isotherm sorpsi lembab foodbars tepung millet dan tepung kacang hijau berbentuk sigmoid (memiliki 2 lengkungan) dan memiliki persamaan kurva:y = 66,36 x3 72 x2 + 33,15 x + 0,7273. Kurva Guggenheim-Anderson-deBoer (GAB) yang dihasilkan memiliki persamaan polinomial y = -0,170x2 + 0,191x + 0,010.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nur, Vincentius Prihananto, dan Gunawan Wijonarko. 2014. Karakteristik Kurva Isotherm Sorpsi Air Tepung Jagung. Agritech Vol. 34, No. 1, Februari 2014.Akoy, Elamin O.M. Dan Dieter Von Hrsten. 2013. Original Article: Moisture Sorption Isotherms Of Mango Slices. International Journal Of Agricultural And Food Science 2013, 3(4): 164-170Ansar. 2011. Pengaruh Suhu dan Kelembaban Udara terhadap Perubahan Mutu Tablet Effervescen Sari Buah Selama Penyimpanan. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol XXII No. 1 Th 2011.Blahovec, Ji And Stavros Yanniotis. 2010. Gab Generalised Equation As A Basis For Sorption Spectral Analysis. Czech J. Food Sci. Vol. 28, 2010, No. 5: 345354Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan Beras (Teori Dan Praktek). Produksi : Ebookpangan.Com Penner, Elizabeth. 2013. Comparison of The New Vapor Sorption Analyzer to The Traditional Saturated Salt Slurry Method and The Dynamic Vapor Sorption Instrument. Thesis University of Illinois, Illinois.Reo, Albert R. 2010. Efek Suhu terhadap Moisture Sorption Isotherm dari Ikan Kerapu (Epinephelus merra) Asin Kering dan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis L) Asap. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 5, No. 2, Mei 2010.Sewald, Mark Dan Jon Devries. 2014. Medallion Laboratories: Food Product Shelf LifeSugiyono, Edi Setiawan, Elvira Syamsir, Hery Sumekar. 2011. Pengembangan Produk Mi Kering Dari Tepung Ubi Jalar (Ipomoea Batatas) Dan Penentuan Umur Simpannya Dengan Metode Isoterm Sorpsi. J.Teknol. Dan Industri Pangan, Vol. Xxii No. 2 Th. 2011 164 Sugiyono, Fransisca, Aton Yulianto. 2010. Formulasi Tepung Penyalut Berbasis Tepung Jagung Dan Penentuan Umur Simpannya Dengan Pendekatan Kadar Air Kritis. J.Teknol. Dan Industri Pangan, Vol. Xxi No. 2 Th. 2010 95 Wariyah, Chatarina Dan Supriyadi. 2010. Isoterm Sorpsi Lembab Beras Berkalsium. Jurnal Agritech, Vol. 30, No. 4, November 2010Widowati, Sri; Heti Herawati; Rizal Syarief; Nugraha Edhi Suyatma Dan Hendra Adi Prasetia. 2010. Pengaruh Isoterm Sorpsi Air Terhadap Stabilitas Beras Ubi. J.Teknol. Dan Industri Pangan, Vol. Xxi No. 2 Th. 2010

LAMPIRANFoodbars tepung millet putih dan tepung kacang hijau

Penentuan kadar air awal sampel dengan dry basis

Penghancuran sampel hingga halus

Penimbangan sampel (1-2 gram)

Peletakkan di cawan alumunium yang beratnya telah konstan

Penginkubasian cawan dalam toples yang berisi variasi garam-garam jenuh dalam suhu ruang

Pengamatan berat sampel mulai dari hari ke-7 hingga berat konstan

Penentuan kadar air (db) sampel

Penentuan kurva ISL dan persamaan GAB