abstrak wa de megawati (g2 b1 14 015). - sitedi...

118
ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pedagang Sayur Keliling di Kota Kendari, Propinsi Sulawesi Tenggara. Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar sebagai Pembimbing II. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat keberdayaaan masyarakat pedagang sayur keliling di Kota Kendari dan untuk mengetahui strategi pemberdayaan masyarakat pedagang sayur keliling di Kota Kendari. Populasi dalam penelitian ini adalah para petani/masyarakat tani yang diberikan modal usaha oleh pemerintah yang penyalurannya melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebanyak 51 Gapoktan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive (Sengaja) yakni mengambil 10 % sehingga jumlahnya menjadi 5 Gapoktan. Dimana dari 5 Gapoktan ini terdiri dari 18 kelompok tani. Sehingga, jumlah sampel yang diperoleh adalah 18 orang. Data yang diperoleh dari hasil analisis ditabulasi sesuai kebutuhan kemudian dihitung secara perentase sebagai acuan untuk menjelaskan secara deskriptif masing-masing komponen dari kedua variabel diatas. Untuk menggolongkan tinggi,sedang,dan rendahnya tingkat keberdayaan masyarakat melalui penguatan modal usaha digunakan rumus interval (Burhan,dkk,2000). Hasil penelitian ini menunjukkan (1) para pedagang sayur keliling yang telah diberikan modal dari Program PUAP yang penyalurannya melalui Gapoktan belum berjalan dengan efektif yang disebabkan oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dari para anggotanya. (2) Strategi yang dilakukan para pedagang sayur keliling agar sayurannya laris adalah dengn membersihkan dan memisahkan sayuran dari tangkainya (agar siap dimasak) oleh konsumen atau pelanggannya. Kata Kunci : Strategi, pemberdayaan masyarakat, pedagang sayur keliling.

Upload: ngodiep

Post on 13-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

ABSTRAK

WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). Strategi Pemberdayaan

Masyarakat Pedagang Sayur Keliling di Kota Kendari, Propinsi Sulawesi

Tenggara. Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

sebagai Pembimbing II.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat keberdayaaan

masyarakat pedagang sayur keliling di Kota Kendari dan untuk mengetahui

strategi pemberdayaan masyarakat pedagang sayur keliling di Kota Kendari.

Populasi dalam penelitian ini adalah para petani/masyarakat tani yang diberikan

modal usaha oleh pemerintah yang penyalurannya melalui Gabungan Kelompok

Tani (Gapoktan) sebanyak 51 Gapoktan. Pengambilan sampel dilakukan dengan

cara purposive (Sengaja) yakni mengambil 10 % sehingga jumlahnya menjadi 5

Gapoktan. Dimana dari 5 Gapoktan ini terdiri dari 18 kelompok tani. Sehingga,

jumlah sampel yang diperoleh adalah 18 orang. Data yang diperoleh dari hasil

analisis ditabulasi sesuai kebutuhan kemudian dihitung secara perentase sebagai

acuan untuk menjelaskan secara deskriptif masing-masing komponen dari kedua

variabel diatas. Untuk menggolongkan tinggi,sedang,dan rendahnya tingkat

keberdayaan masyarakat melalui penguatan modal usaha digunakan rumus

interval (Burhan,dkk,2000). Hasil penelitian ini menunjukkan (1) para pedagang

sayur keliling yang telah diberikan modal dari Program PUAP yang

penyalurannya melalui Gapoktan belum berjalan dengan efektif yang disebabkan

oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dari para anggotanya. (2) Strategi yang

dilakukan para pedagang sayur keliling agar sayurannya laris adalah dengn

membersihkan dan memisahkan sayuran dari tangkainya (agar siap dimasak) oleh

konsumen atau pelanggannya.

Kata Kunci : Strategi, pemberdayaan masyarakat, pedagang sayur keliling.

Page 2: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

ABSTRACT

Wa De Megawati (G2B1 14015). Strategies forEmpowering Mobile

Greengrocers in Kendari City, Southeast Sulawesi. Supervised by Dasmin Sidu

as supervisor I and Mukhtar as supervisor II.

The purpose of this study to analyze the extent to which mobile

greengrocers in Kendary City have been empowered and to identity strategiesfor

empowering the mobile greengrocers in Kendari City. Population of the study

included farmers receiving business capital granted by the local government,

which distributed the aids via 51 Gapoktan or associations of farmers groups.

Samples were determined purposively to take 10% of the associations. Five

associations of farmers groups comprising of 18 groups were selected, so there

were 18 farmers in total. Data were acquired from results of analysis which were

tabulated as necessary, and then calculated to obtained percentages which were

used as a reference for a qualitative description of each component of both

variables above. To classify the empowering level of subjects of the study, an

interval formula (Burhan at.al.,2000). The results of (1) the mobile greengrocers

who have been provided with capital from the PUAP Program whose distribution

through Gapoktan has not been effectively implemented due to the knowledge,

attitudes and skills of its members. (2) The strategy of greengrocers to sell their

vegetables is to clean and separate vegetables from stalks (ready for cooking) by

consumers or customers.

Keywords: strategy, social empowerment, mobile greengrocers

Page 3: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PEDAGANG SAYUR KELILING DI KOTA KENDARI

TESIS

OLEH:

WA DE MEGAWATI

NIM : G2B1 14 015

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017

Page 4: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

2

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PEDAGANG SAYUR KELILING DI KOTA KENDARI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Magister Pertanian Pada Program Studi Agribisnis

Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo

OLEH:

WA DE MEGAWATI

NIM : G2B1 14 015

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017

Page 5: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

3

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pedagang Sayur

Keliling di Kota Kendari.

Nama : Wa De Megawati

NIM : G2B1 14 015

Program Studi : Agribisnis

Menyetujui,

Ketua Anggota

Dr. Dasmin Sidu, S.P.,M.P Dr. Ir. Mukhtar, M.S

Mengetahui,

Direktur Pascasarjana Ketua Program Studi

Universitas Halu Oleo Agribisnis

Prof. Ir. H. Sahta Ginting,M.Sgr.Sc.,Ph.D Dr. Ine Fausayana, SE.,M.Si.

NIP: 19550801 198403 1 004 NIP: 19670528 199903 2 00004

Page 6: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

4

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : WA DE MEGAWATI

NIM : G2BI 14015

PRODI : Agribisnis

Kosentrasi : Pengembangan Masyarakat

Universitas : Halu Oleo

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis adalah hasil

karya sendiri, bukan hasil jiplakan tulisan atau pikiran orang lain sebagian atau

seluruhnya, yang kemudian saya akui sebagai hasil tulisan atau fikiran saya

sendiri. Apabila kemudian hari terbukti bahwa tesis ini adalah hasil jiplakan

sebagian atau keseluruhan maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Kendari, April 2017

Wa De Megawati

Page 7: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

5

ABSTRAK

WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). Strategi Pemberdayaan

Masyarakat Pedagang Sayur Keliling di Kota Kendari, Propinsi Sulawesi

Tenggara. Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

sebagai Pembimbing II.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat keberdayaaan

masyarakat pedagang sayur keliling di Kota Kendari dan untuk mengetahui

strategi pemberdayaan masyarakat pedagang sayur keliling di Kota Kendari.

Populasi dalam penelitian ini adalah para petani/masyarakat tani yang diberikan

modal usaha oleh pemerintah yang penyalurannya melalui Gabungan Kelompok

Tani (Gapoktan) sebanyak 51 Gapoktan. Pengambilan sampel dilakukan dengan

cara purposive (Sengaja) yakni mengambil 10 % sehingga jumlahnya menjadi 5

Gapoktan. Dimana dari 5 Gapoktan ini terdiri dari 18 kelompok tani. Sehingga,

jumlah sampel yang diperoleh adalah 18 orang. Data yang diperoleh dari hasil

analisis ditabulasi sesuai kebutuhan kemudian dihitung secara perentase sebagai

acuan untuk menjelaskan secara deskriptif masing-masing komponen dari kedua

variabel diatas. Untuk menggolongkan tinggi,sedang,dan rendahnya tingkat

keberdayaan masyarakat melalui penguatan modal usaha digunakan rumus

interval (Burhan,dkk,2000). Hasil penelitian ini menunjukkan (1) para pedagang

sayur keliling yang telah diberikan modal dari Program PUAP yang

penyalurannya melalui Gapoktan belum berjalan dengan efektif yang disebabkan

oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dari para anggotanya. (2) Strategi yang

dilakukan para pedagang sayur keliling agar sayurannya laris adalah dengn

membersihkan dan memisahkan sayuran dari tangkainya (agar siap dimasak) oleh

konsumen atau pelanggannya.

Kata Kunci : Strategi, pemberdayaan masyarakat, pedagang sayur keliling.

Page 8: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

6

ABSTRACT

Wa De Megawati (G2B1 14015). Strategies forEmpowering Mobile

Greengrocers in Kendari City, Southeast Sulawesi. Supervised by Dasmin Sidu

as supervisor I and Mukhtar as supervisor II.

The purpose of this study to analyze the extent to which mobile

greengrocers in Kendary City have been empowered and to identity strategiesfor

empowering the mobile greengrocers in Kendari City. Population of the study

included farmers receiving business capital granted by the local government,

which distributed the aids via 51 Gapoktan or associations of farmers groups.

Samples were determined purposively to take 10% of the associations. Five

associations of farmers groups comprising of 18 groups were selected, so there

were 18 farmers in total. Data were acquired from results of analysis which were

tabulated as necessary, and then calculated to obtained percentages which were

used as a reference for a qualitative description of each component of both

variables above. To classify the empowering level of subjects of the study, an

interval formula (Burhan at.al.,2000). The results of (1) the mobile greengrocers

who have been provided with capital from the PUAP Program whose distribution

through Gapoktan has not been effectively implemented due to the knowledge,

attitudes and skills of its members. (2) The strategy of greengrocers to sell their

vegetables is to clean and separate vegetables from stalks (ready for cooking) by

consumers or customers.

Keywords: strategy, social empowerment, mobile greengrocers

Page 9: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

7

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1990, di Kosundano,

Kecamatan Parigi, Kabupaten Muna, Propinsi Sulawesi Tenggara. Penulis adalah

anak ketujuh dari sembilan bersaudara, putri dari pasangan Ibunda Zainab

Dingkana dan Ayahanda La Ngkalina, S.Pd.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 12 Parigi pada

tahun 2003. Tamat di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Parigi pada tahun

2005, dan Sekolah Menengah Atas 1 Parigi pada tahun 2008. Pada tahun itu juga

penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan/Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Halu Oleo melalui SNMPTN dan lulus pada Tahun 2013.

Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan Strata 2 (S2) pada Program

Pascasarjana Universitas Haluoleo di Jurusan/Program Studi Agribisnis minat

Pengembangan Masyarakat (PM) sampai sekarang.

Page 10: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

8

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Master

Pertanian Program Studi Agribisnis Universitas Halu Oleo. Saya menyadari

bahwa dari awal penyusunan tesis ini tidak sedikit mengalami kesulitan dan

hambatan, namun atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, terutama dari

kedua pembimbing sehingga tesis ini dapat diselesaikan sebagaimana adanya.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang

setulus-tulusnya kepada semua pihak terutama Bapak Dr. Dasmin Sidu, SP.MP,

selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Ir. Mukhtar, M.S., selaku Pembimbing II

yang telah ikhlas meluangkan waktunya dan mengarahkan penulisan tesis ini,

rasanya sangatlah sulit untuk membalasnya.

Terkhusus penulis menyampaikan rasa hormat, cinta dan terima kasih yang

tak ternilai kepada kedua orangtua tercinta yakni Ibunda Zainab Dingkana dan

Ayahanda La Ngkalina,S.Pd yang telah merawat dan membesarkan ananda

dengan segala kasih sayang dan doa yang tak terhingga serta dukungan moril dan

material atas segala yang tak ternilai dalam mendidik sejak kecil hingga

menyelesaikan pendidikan yang tidak dapat penulis balas sampai kapanpun.

Ucapan terima kasih dan penghargaan ini tidak lupa penulis sampaikan

kepada:

1. Rektor Universitas Halu Oleo yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Halu Oleo.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo yang telah memberikan

fasilitas selama menjalani proses perkuliahan.

3. Ketua Program Studi Magister Agribisnis yang selalu memberikan bimbingan

kepada penulis untuk selalu mengemban ilmu yang bermanfaat.

4. Bapak Kepala Dinas Pertanian Kota Kendari yang telah memberikan ijin dalam

pengambilan data yang terkait dengan penelitian ini.

Page 11: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

9

5. Bapak penguji saya Prof. Dr. Ir. H. Taane La Ola.,M.Si, Dr. Ir. La Nalefo,M.Si,

Dr. Ine Fausayana,SE.,M.Si. yang telah memberikan banyak masukan dan

ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

6. Pengurus Gapoktan yang telah mengijinkan saya melakukan penelitian,

memberikan informasi, dan data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan tesis

ini.

7. Saudara-saudaraku Nurzaeni Kalza & Dr. La Ode Alwi,SP.,MP, KOPDA Ali

Mumin Kalza & Sitti Marlina, SERDA Suwarto La Kalza, Lade Sirjon,

SH.,LLM & Aan Whina Eri Sartika,SH, Wade Nur Ade Wijaya Kalza,

Amd.Keb & La Sahi,S.Pd, Lade Albar Kalza,S.Km.,M.P.H, Wade Boby Surya

Ningsih Kalza, S.ST, Minggu Lestari Ningsih,S.P, Lade Ahmad Maulida, Sitti

Salmiati Arni,S.Kom, Lade Ahma Liun dan Lili Sarlis serta keponakanku

Daud, Ima, Sawal, Muti, Zayan, Radhwa, Nabil, dan Isra.

8. Teman-teman Agribisnis angkatan 2014, atas kerjasama, dukungan dan

bantuan, sehingga saya dapat menjalani masa perkuliahan dan menyelesaikan

tesis ini dengan baik.

9. Sahabatku Sumartono yang selalu memberikan nasehat, dorongan semangat,

motivasi, serta masukan-masukan kepada penulis.

Meskipun telah melalui perubahan-perubahan didalam penyusunannya, tesis

ini tentu saja masih memiliki banyak kekurangan sehingga bantuan pemikiran dan

kritik yang membangun atas penyusunannya akan menjadi sumbangan yang

berharga.

Kendari, April 2017

Penulis

WA DE MEGAWATI

Page 12: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

10

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. iv

ABSTRAK ................................................................................................... v

ABSTRACT ................................................................................................. vi

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 7

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori................................................................................ 9

2.1.1 Konsep Strategi ..................................................................... 9

2.1.2 Konsep Pemberdayaan Masyarakat ...................................... 11

2.1.3 Proses Pemberdayaan ............................................................ 22

2.1.4 Tujuan dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat .................. 24

2.1.5 Kemampuan Pelaku Pemberdayaan ...................................... 29

2.1.6 Pedagang ............................................................................... 31

2.1.7 Pedagang Kaki Lima ............................................................. 35

2.1.8 Penyuluh Pendamping ........................................................... 35

2.1.9 Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)........... 37

2.10. Penelitian Terdahulu ............................................................. 41

III. KERANGKA PIKIR

3.1.Kerangka Pikir .......................................................................... 47

Page 13: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

11

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian ............................................................................... 50

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 50

4.3. Populasi dan Penentuan Sampel ..................................................... 51

4.4. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .............................................. 53

4.5. Obyek Penelitian ............................................................................. 54

4.6. Tehnik Analisis Data....................................................................... 54

4.7. Konsep Operasional ........................................................................ 57

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum Wilayah ............................................................. 60

5.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah.................................... 60

5.1.2. Keadaan Tanah dan Iklim ................................................... 60

5.2. Keadaan Penduduk ......................................................................... 61

5.2.1. Keadaan Penduduk menurut umur dan Jenis Kelamin ....... 61

5.2.2. Tingkat Pendidikan ............................................................. 63

5.3. Identitas Responden ....................................................................... 64

5.3.1. Tingkat Pendidikan ............................................................ 64

5.3.2. Jumlah Tanggungan Keluarga ........................................... 66

5.4. Tingkat Keberdayaan Masyarakat Pedagang Sayur Keliling ........ 67

a. Pengetahuan ............................................................................... 67

b. Sikap ......................................................................................... 68

c. Keterampilan ............................................................................. 70

5.5. Tingkat Keberdayaan Masyarakat Pedagang Sayur Keliling ....... 71

5.6. Analisis SWOT .............................................................................. 73

5.6.1. Identifikasi Faktor Internal Strategi Pemberdayaan

Masyarakat Pedagang Sayur Keliling Tahun, 2016 ............ 74

5.6.2. Identifikasi Faktor Eksternal Strategi Pemberdayaan

Masyarakat Pedagang Sayur Keliling Tahun, 2016 ............ 77

5.6.3. Pemilihan Alternatif Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Pedagang Sayur Keliling di Kota Kendari, Tahun 2016..... 82

VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 86

6.2. Saran ............................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 88

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... 92

Page 14: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

12

DAFTAR TABEL

1. Nama-nama Kecamatan, Desa, Gapoktan, serta Jenis Usaha yang

diusahakan oleh Penerima Dana BLM-PUAP di Kota Kendari .......... 52

2. Indikator dan Parameter tingkat keberdayaan masyarakat .................. 59

3. Jumlah Penduduk dan rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di

Kota Kendari, 2015 .............................................................................. 62

4. Penduduk Kota Kendari menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin, Tahun 2016 .......................................................................... 63

5. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal. .............. 65

6. Sebaran responden berdasarkan tanggungan keluarga. ....................... 66

7. Pengetahuan Masyarakat pedagang sayur keliling di

Kota Kendari, 2016 .............................................................................. 67

8. Sikap Masyarakat pedagang sayur keliling Kota Kendari, 2016 ......... 69

9. Keterampilan Masyarakat pedagang sayur keliling di

Kota Kendari, 2016. ............................................................................. 70

10. Persentase tingkat keberdayaan masyarakat pedagang sayur keliling

di Kota Kendari Tahun 2016. ............................................................. 72

11. Identifikasi Faktor Internal Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Pedagang sayur keliling ,Tahun 2016 .................................................. 74

12. Penilaian Faktor Eksternal Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Pedagang sayur keliling, Tahun 2016 .................................................. 77

13. Pemilihan Alternatif Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Pedagang sayur keliling di Kota Kendari, Tahun 2016 ....................... 82

Page 15: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks. Jika dilihat dari faktor

penyebabnya kemiskinan dapat dirunut dari luar maupun dari dalam masyarakat

sendiri. Dari luar, misalnya oleh kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan

orang miskin, dan/atau sikap serakah pebisnis dalam memaksimalkan keuntungan

secara monopolis yang tidak terkontrol oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini

menyebabkan kesenjangan sosial yang cukup jauh antara orang kaya dan miskin,

dimana pendapatan dan status sosial orang miskin menjadi sangat rendah. Sedangkan

dari dalam, diakibatkan karena masih rendahnya kemampuan dan kualitas sumber

daya manusia (SDM) yang ada di masyarakat itu sendiri termasuk juga kelembagaan

yang dimiliki belum di desain untuk menjadi wadah pengembangan ekonomi

masyarakat. Sehingga dengan demikian, betapa lemah posisi tawar orang miskin

ketika berhadapan dengan mitra usaha yang lebih mampu, akibat rendahnya teknologi

yang dikuasai serta lemahnya organisasi dan permodalan untuk itulah dibutuhkan

suatu strategi dalam memberdayakan petani yang masih dalam taraf kemiskinan

(Ismawan, 2002)

Kebijakan disektor pertanian selama ini juga belum benar-benar

memberdayakan petani tetapi masih dijadikan program untuk melaksanakan proyek

demi kepentingan dikalangan tertentu, belum untuk kepentingan petani itu sendiri

artinya petani masih menjadi objek dari sebuah program. Untuk meningkatkan

Page 16: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

pertumbuhan ekonomi masyarakat petani diperlukan beberapa strategi menyeluruh,

baik itu kebijakan, petani, dan pertanian itu sendiri.

Konsep “pemberdayaan” (empowerment) telah mengubah konsep

pembangunan dan sekaligus strategi bagaimana mengentaskan kemiskinan khususnya

di pedesaan. Dengan adanya strategi pemberdayaan masyarakat desa khususnya bagi

masyarakat Agribisnis melalui menguatan modal usaha kelompok tani, diharapkan

dapat menjawab persoalan-persoalan yang ada pada masyarakat petani (Ridwan,

2013)

Pemberdayaan merupakan salah satu strategi dalam mengentaskan kemiskinan

di pedesaan maupun di perkotaan karena dalam perspektif pemberdayaan masyarakat

menyadari betapa pentingnya kapasitas manusia dalam rangka meningkatkan

kemandirian dan kekuatan internal atas sumberdaya materi dan nonmaterial melalui

redistribusi modal atau kepemilikan. Salah satu program pemerintah untuk

mempercepat tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis sekaligus mengurangi

kemiskinan dan pengangguran di perdesaan dengan meluncurkan Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

Program PUAP yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian pada tahun 2008

yang merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik

petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang

dikoordinasikan oleh Gapoktan. Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) merupakan

kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi

anggota. Untuk mencapai hasil maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan

Page 17: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT).

Melalui pelaksanaan PUAP diharapkan Gapoktan dapat menjadi kelembagaan

ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani. ( Departemen Pertanian, 2009)

Program PUAP merupakan strategi penanggulangan kemiskinan dan penciptaan

lapangan kerja di perdesaan, sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan antar

wilayah pusat dan daerah serta antar sub sektor. Perkembangan usaha agribisnis

sebagai penggerak ekonomi perdesaan dinilai sangat lambat, hal ini disebabkan oleh

terbatasnya akses petani terhadap permodalan, sarana produksi, ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) serta pasar, serta kelembagaan agribisnis di perdesaan belum

dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Tujuan digulirkannya Program PUAP ini

adalah untuk menumbuh kembangkan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai

dengan potensi wilayah, melalui koordinasi Gapoktan sebagai organisasi petani.

Meningkatkan fungsi Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani menjadi jejaring

atau mitra lembaga keuangan dan akses pasar. Meningkatkan kinerja program-

program Departemen Pertanian yang telah ada sebelumnya utamanya dalam

menfasilitasi akses permodalan petani untuk mendukung usaha agribisnis perdesaan

dan serta mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan. (Departemen

Pertanian, 2009)

PUAP bukanlah BLT (Bantuan Langsung Tunai) akan tetapi PUAP merupakan

bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota Poktan/Gapoktan baik

petani pemilik,petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga petani. Oleh

karena itu bantuan modal tersebut harus dapat berkembang dan dimanfaatkan dengan

Page 18: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

sebaik-sebaiknya. Gapoktan merupakan kelembagaan petani pelaksana PUAP untuk

penyaluran bantuan modal bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal

dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan akan didampingi oleh Penyuluh Pendamping

dan Penyelia Mitra Tani (PMT) dan diharapkan dapat menjadi Kelembagaan

Ekonomi (LKMA) yang dimiliki dan dikelola oleh petani. (Departemen Pertanian,

2009)

Kota kendari sebagai ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai luas

Wilayah 295,89 Km² atau 29,589 Ha dari luas tersebut 13,276 Ha merupakan lahan

pertanian potensial dan terolah, sedangkan kurang lebih 5,200 Ha areal Hutan dan

Hutan Tanaman Rakyat kurang lebih 405 Ha.

Secara administrasi Kota Kendari terdiri dari 10 Kecamatan dan

64 (enam puluh empat) kelurahan, dengan Potensi Pertanian dalam arti luas terdapat

secara merata di 64 (enam puluh empat) Kelurahan. Jumlah Kelompok Tani di Kota

Kendari seluruhnya berjumlah 213 kelompok dengan jumlah Kepala Keluarga (KK)

6.660. Gapoktan yang sudah terbentuk hingga periode Desember 2012 sebanyak 60

Gapoktan, Jumlah penduduk miskin di Kota Kendari sebanyak 23.300 Orang (BPS-

Sulawesi Tenggara 2011).

Salah satu Program Pembangunan Pertanian yang dikembangkan di Kota

Kendari adalah Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). PUAP

merupakan Program Pemberdayaan yang dilaksanakan oleh Kementrian Pertanian

dan telah memasuki tahun kelima. Di Kota Kendari Program PUAP baru memasuki

tahun keempat yaitu mulai tahun 2009, tahun 2010, tahun 2011, dan tahun 2012

Page 19: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

yang dialokasikan di 43 Gapoktan/Kelurahan dan tersebar di 10 Kecamatan se-Kota

Kendari dan pada tahun 2014 meliputi 51 Gapoktan. ( BP4K Kota Kendari)

Program PUAP dimaksudkan untuk memfasilitasi Petani dalam bentuk modal

usaha untuk Petani anggota baik Petani Pemilik, Petani Penggarap, Buruh Tani

maupun Rumah Tangga Tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan) sebesar Rp. 100,000,000 (Seratus Juta Rupiah) untuk setiap Gapoktan.

Bantuan Modal Usaha Tani tersebut untuk membiayai usaha berbasis Pertanian yaitu

Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan. Adapun usaha

Produktifnya meliputi budidaya (On Farm) dan Non budidaya (Of Farm) terdiri dari

Industri Rumah Tangga Pertanian, Pemasaran Hasil Pertanian skala mikro

(bakulan dll) serta usaha lain berbasis pertanian.

Program PUAP di Kota Kendari dilaksanakan mulai tahun 2009 dengan jumlah

Kelurahan Penerima sebanyak 15 Kelurahan dan tersebar di 5 (Lima) Kecamatan,

pada tahun 2010 Kota Kendari kembali memperoleh Program PUAP yang

dialokasikan pada 10 Kelurahan dan 7 (Tujuh) Kecamatan, pada Tahun 2011 jumlah

Kelurahan Penerima Program PUAP di Kota Kendari sebanyak 8 (delapan)

kelurahan di 6 (Enam) Kecamatan dan pada Tahun 2012 Jumlah Kelurahan

Penerima Dana BLM-PUAP di Kota Kendari sebanyak 10 (Sepuluh) Kelurahan di

2 (Dua) Kecamatan, serta pada Tahun 2013 Jumlah Kelurahan Penerima Dana

BLM-PUAP di Kota Kendari sebanyak 8 (delapan) Kelurahan di 5 (lima) Kecamatan.

Selanjutnya, pada tahun 2014 jumlah Kelurahan Penerima Dana BLM-PUAP

Page 20: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

bertambah 51 (lima puluh satu) Kelurahan di 8 (delapan) Kecamatan dengan jumlah

Gapoktan sebanyak 51 yang tersebar di berbagai Kelurahan. ( PMT Kota Kendari)

Melalui pembinaan, pendampingan dan pengawalan intensif dan berkelanjutan

yang dilaksanakan oleh Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani, maka

diharapkan Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap (PKS) atau SDM petani dapat

ditingkatkan dalam upaya meningkatkan produktivitas usaha tani, pendapatan dan

kesejahteraan petani beserta Keluarganya. Adapun permasalahan yang mendasar

dihadapi oleh Petani dalam mengembangkan usahataninya antara lain, modal

dan SDM petani yang masih terbatas.

Fenomena dilapangan menunjukkan bahwa semakin berkembangnya teknologi

yang berkembang dalam masyarakat saat ini, namun masih ada juga pedagang sayur

keliling yang masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan berjalan kaki dalam

menjalankan usahanya padahal jika dibandingkan dengan menggunakan kendaraan

motor atau mobil bisa berjalan lebih efektif dibandingkan dengan berjalan kaki yang

membutuhkan waktu lama untuk berkeliling dari rumah ke rumah. Sehingga dengan

adanya fakta ini, maka saya tertarik ingin mengetahui apa sebenarnya yang

melatarbelakangi para pedagang sayur keliling ini sehingga mereka memasarkan

sayurnya dengan cara berjalan kaki. Selain itu,saya juga ingin mengetahui apakah

para pedagang sayur yang sudah diberikan bantuan tersebut sudah berdaya atau

bagaimana. Mengingat persaingan diantara para penjual sayur keliling yang makin

meningkat, hal ini didukung oleh data dari BPS dimana pada tahun 2014 jumlah

pedagang sayur keliling sebanyak 234 orang dan pada tahun 2015 meningkat

Page 21: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

jumlahnya menjadi 342 orang, namun hal ini masih dianggap kurang mengingat

wilayah jangkauan konsumen sangat luas. Sehingga penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan menetapkan judul : “Strategi Pemberdayaan

Masyarakat Pedagang Sayur Keliling di Kota Kendari”.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini :

1. Bagaimana tingkat keberdayaan masyarakat pedagang sayur keliling di Kota

Kendari?

2. Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat pedagang sayur keliling di Kota

Kendari?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis tingkat keberdayaaan masyarakat pedagang sayur keliling di Kota

Kendari.

2. Menganalisis strategi pemberdayaan masyarakat pedagang sayur keliling di Kota

Kendari.

Page 22: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis diharapkan akan menambah khasanah ilmu pengetahuan,

khususnya mengenai strategi pemberdayaan masyarakat pedagang sayur keliling.

2. Sebagai masukan bagi instansi terkait dalam strategi pemberdayaan masyarakat

pedagang sayur keliling.

3. Sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya

Page 23: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Strategi

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen

( management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan

tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja,

melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. Demikian

pula dengan strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi

(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication

management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini

harus mampu menunjukan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan,

dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu

bergantung pada situasi dan kondisi. ( Effendy,2006).

Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh

penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang

baik efek dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak

mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai proses

komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi. Dalam

proses kegiatan komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya

maka untuk menilai keberhasilan proses komunikasi tersebut terutama efek dari

proses komunikasi tersebut digunakan menelaah model komunikasi.

Page 24: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Effendi (1981) dalam buku berjudul “Dimensi-dimensi Komunikasi”

menyatakan bahwa : “.... strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan

komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications

management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi

komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus

dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu

tergantung dari situasi dan kondisi”. Selanjutnya, Effendi mengatakan bahwa strategi

komunikasi terdiri dari dua aspek, yaitu : Secara makro (Planned multi-media

strategy). Secara mikro (single communication medium strategy). Kedua aspek

tersebut mempunyai fungsi ganda, yaitu : Menyebarluaskan pesan komunikasi yang

bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk

memperoleh hasil yang optimal. Menjembatani “cultural gap” , misalnya suatu

program yang berasal dari suatu produk kebudayaan lain yang dianggap baik untuk

diterapkan dan dijadikan milik kebudayaan sendiri sangat tergantung bagaimana

strategi mengemas informasi itu dalam dikomunikasikannya.

Anwar Arifin (1984) dalam buku „Strategi Komunikasi‟ menyatakan bahwa :

Sesungguhnya suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang

tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi

komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang

dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas.

Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai

Page 25: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan

mudah dan cepat.

2.2. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Ridwan (2013) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah

konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini

mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered,

participatory, empowering, and sustainable”. Konsep ini lebih luas dari hanya

semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme

untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya

belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap

konsep-konsep pertumbuhan dimasa yang lalu.

Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan,

menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah

terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan (Sutoro

Eko, 2002). Konsep pemberdayaan (masyarakat desa) dapat dipahami juga dengan

dua cara pandang. Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan

posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat

(beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah,

melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang

berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggung

jawab negara. Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan, perumahan,

Page 26: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban)

negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya

ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan

sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan

proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses

pembangunan dan pemerintahan (Cholisin, 2011).

Pemberdayaan masyarakat (community emporwerment) adalah perwujudan dari

pengembangan kapasitas masyarakat yang bernuansa pada pemberdayaan

sumberdaya manusia agar paham dengan hak dan kewajibannya sesuai dengan status

dan peran di masyarakat (Vitayala).

Pemberdayaan terkait erat dengan konsep alternatif pembangunan. Konsep ini

menekankan otonomi pengambilan keputusan suatu kelompok masyarakat yang

berlandaskan pada sumber daya pribadi, partisipasi, demokrasi, dan pembelajaran

sosial melalui pengalaman langsung. Fokusnya adalah lokalitas, karena civil society

lebih siap diberdayakan lewat isu-isu lokal. Karena itu, pemberdayaan masyarakat

tidak hanya sebatas ekonomi, tapi juga politik, sehingga masyarakat memiliki posisi

tawar secara nasional maupun internasional. (Sumodiningrat, 2007).

Dalam berbagai literatur pembangunan, konsep pemberdayaan memiliki

pengertian yang lebih luas. Andrew Pears dan Michael Stiefel mengatakan bahwa

menghormati kebhinekaan, kekhasan lokal, dan peningkatan kemandirian merupakan

bentuk-bentuk pemberdayaan partisipatif. Sedangkan Samuel Paul menyatakan

bahwa pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan yang adil sehingga meningkatkan

Page 27: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

kesadaran politis dan kekuasaan kelompok yang lemah serta memperbesar pengaruh

mereka terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan. Sedangkan dari perspektif

lingkungan, Borrini mengatakan bahwa pemberdayaan merupakan suatu konsep yang

mengacu pada pengamanan akses terhadap sumber daya alami dan pengelolaannya

secara berkelanjutan (Suparjan dan Suyatno, 2003). Konsep pemberdayaan juga

mengandung konteks pemihakan kepada masyarakat yang berada di bawah garis

kemiskinan (Sumodiningrat, 2007).

Istilah pemberdayaan merupakan penerjemahan dari istilah empowerment yang

berasal dari kata dasar power. Korten (1987) merumuskan pengertian power sebagai

kemampuan untuk mengubah kondisi masa depan melalui tindakan dan pengambilan

keputusan. Dengan demikian, power dalam proses pembangunan dapat diartikan

sebagai penguasaan atau kontrol terhadap sumber daya, pengelolaan sumber daya dan

hasil serta manfaat yang diperoleh ( Soetomo,2006). Istilah lain untuk pemberdayaan

adalah penguatan, dimana kekuatan tersebut berasal dari diri sendiri yang digunakan

untuk mendorong terjadinya perubahan. Oleh karena itu pemberdayaan sangat jauh

dari konotasi ketergantungan. Pemberdayaan pada intinya adalah pemanusiaan,

dalam artian mendorong dengan menampilkan dan merasakan hak-haknya.

Pemberdayaan menurut Merriam Webster dan Oxford English Dictionary,

dimana kata empower mengandung dua arti, yaitu: pertama, ”to give power or

authorithy” (memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan

otoritas ke pihak lain; kedua ”to give ability to or enable” (upaya untuk memberikan

kemampuan atau keberdayaan). Jadi esensi dari pemberdayaan adalah memberikan

Page 28: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain dalam

berbagai aspek, baik ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, dsb. (Nurhadi, 2007).

Huntington dan Nelson 1994, pemberdayaan dimaknai sebagai suatu strategi

dan usaha untuk mengembangkan peran rakyat dalam kegiatan pembangunan lewat

kegiatan-kegiatan yang bersifat partisipatif dan demokratis. Disini, makna partisipasi

dapat bersifat mobilisasi dan dapat pula bersifat otonom atau mandiri. Selain itu

menurut David Korten 1981, pemberdayaan dapat juga bermakna bahwa

pembangunan harus didasarkan kepada kebutuhan, keinginan, perencanaan, dan

kemampuan rakyat yang akan melaksanakan pembangunan. Robert Chambers

menambahkan bahwa apa yang disebut sebagai ”people centered development” atau

pembangunan mulai dari belakang (bottom up development) merupakan salah satu

model pembangunan yang mendasarkan diri pada pemaknaan pemberdayaan.

Sedangkan, Sarah Cook dan Macaulay (1996) mendefinisikan pemberdayaan sebagai

suatu strategi mengembangkan rakyat dan memulainya lewat penyadaran,

pencerahan, pemberdayaan pada para pelaksana, atau lewat kelompok elite pemimpin

rakyat, ataupun dimulai dengan memberdayakan institusi yang ada di sebelah atas.

(Suwondo, 2002).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

pemberdayaan merupakan sebuah usaha untuk memberikan kekuatan, tenaga, dan

kemampuan dengan akal atau cara kepada masyarakat, dalam hal ini berkaitan erat

dengan pelaksanaan pembangunan yang berlangsung. Dalam konteks ini manusia

bukan sebagai obyek dalam pembangunan, melainkan mampu berperan sebagai

Page 29: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

subyek atau pelaku yang menentukan tujuan, mengontrol sumber daya, dan

mengarahkan proses yang mempengaruhi hidupnya sendiri. Dengan demikian, tujuan

dalam pemberdayaan ini adalah tercapainya kekuatan masyarakat yang mandiri dan

berkeadilan sosial.

Menurut Korten, ciri-ciri pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka

pemberdayaan antara lain:

a. Prakarsa dan proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhannya

harus diletakkan pada masyarakat atau komunitas itu sendiri.

b. Meningkatkan kemampuan masyarakat atau komunitas untuk mengelola dan

memobilisasikan sumber-sumber yang ada untuk mencukupi kebutuhannya.

c. Mentoleransi variasi lokal dan karenanya, sifatnya amat fleksibel menyesuiakan

dengan kondisi lokal.

d. Menekankan ada proses social learning yang di dalamnya terdapat interaksi

kolaboratif antara birokrasi dan komunitas mulai dari proses perencanaan sampai

evaluasi proyek.

e. Proses pembentukan jaringan antara birokrasi lembaga swadaya masyarakat dan

satuan-satuan organsasi tradisional yang mandiri, merupakan bagian integral dari

pendekatan ini, baik untuk meningkatkan kemampuan mereka mengidentifikasi

dan mengelola berbagai sumber maupun untuk menjaga keseimbangan antara

struktur vertikal dan horisontal. (Moeljarto T., 1995).

Page 30: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Berdasarkan ciri pendekatan tersebut maka pemberdayaan masyarakat harus

melakukan pendekatan berikut:

1. Upaya itu harus terarah. Ini secara populer disebut pemihakan dan ditujukan

langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk

mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhannya.

2. Program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh

masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan

dibantu mempunyai beberapa tujuan, yaitu supaya bantuan tersebut efektif sesuai

dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka.

3. Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat

miskin sulit untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, dan

juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas kalau penanganannya dilakukan secara

individu. Karena itu pendekatan kelompok adalah yang paling efektif, dilihat dari

penggunaan sumber daya juga lebih efisien. (Tri Winarni dalam Laporan

Penelitian IS Hadri Utomo dkk, 2000).

Suparjan dan Suyatno (2003) mengemukakan bahwa: ”Pendekatan utama

dalam konsep pemberdayaan adalah menempatkan masyarakat tidak sekedar sebagai

obyek tapi juga sebagi subyek. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses yang

tidak dapat diukur secara sistematis, apalagi dengan sebuah pembatasan waktu dan

dana. Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat hanya dapat dilihat dengan

community awareness, yaitu adanya kesadaran komunitas, dan diharapkan dapat

Page 31: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

mengubah pemberdayaan yang bersifat penguasaan menjadi bentuk kemitraan serta

mengeliminir terbentuknya solidaritas komunal semu pada masyarakat.”

Kutut Suwondo (2002) mengemukakan bahwa dalam pemberdayaan atau

empowerment terdapat tujuan, yaitu: Pertama, meningkatkan kemampuan sumber

daya masyarakat dalam penguatan kelembagaan, organisasi sosial ekonomi melalui

sosialisasi, pembinaan, pelatihan keterampilan. Kedua, mewujudkan masyarakat

dengan peran keswadayaan dari masyarakat sebagai pelaku pembangunan. Ketiga,

meningkatkan kesejahteraan, mengurangi masyarakat miskin dengan

mengembangkan sistem perlindungan sosial dan dukungan bantuan sebagai upaya

stimulan.

Sumodinigrat (1999) mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat

merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat

kelembagaan masyarakat agar rakyat mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian,

dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan. Untuk itu upaya

pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat

lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri

dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan

adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

Drajat Tri Kartono (Arbi Sanit, 2001), gagasan pemberdayaan masyarakat

merupakan upaya mendorong dan melindungi tumbuh berkembangnya kekuatan

daerah termasuk juga penguatan IPTEK yang berbasiskan pada kekuatan masyarakat

setempat. Dalam kerangka tersebut keberhasilan upaya pemberdayaan masyarakat

Page 32: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

tidak hanya dapat dilihat dari meningkatnya pendapatan masyarakat melainkan juga

aspek-aspek penting dan mendasar lainnya. Di samping itu pemberdayaan masyarakat

harus mampu diarahkan pada proses-proses pemerintahan yang lebih demokratis dan

berkeadilan serta menjamin terciptanya kemandirian dan keberlanjutan. Hal-hal

mendasar dan penting yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat

antara lain:

a. Pengembangan organisasi atau kelompok masyarakat yang dikembangkan dan

berfungsi dalam mendinamisasi kegiatan masyarakat.

b. Pengembangan jaringan strategis antar kelompok atau organisasi masyarakat

yang terbentuk dan berperan dalam masyarakat.

c. Kemampuan kelompok masyarakat dalam mengakses sumber-sumber lain yang

dapat mendukung pengembangan kegiatan.

d. Jaminan atas hak-hak masyarakat dalam mengelola sumber daya lokal.

e. Pengembangan kemampuan-kemampuan teknis dan manajerial kelompok-

kelompok masyarakat sehingga berbagai masalah teknis dan organisasi dapat

dipecahkan dengan baik.

f. Terpenuhinya kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka

serta mampu menjamin kelestarian daya dukung lingkungan bagi pembangunan.

(Arbi Sanit, 2001).

Page 33: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Loekman Soetrisno adalah sebagai

berikut:

”Pemberdayaan masyarakat berdiri pada satu pemikiran bahwa pembangunan

akan berjalan dengan sendirinya apabila masyarakat diberi hak untuk mengelola

sumber daya alam yang mereka miliki dan mengentaskannya untuk pembangunan

masyarakatnya”. (Abimanyu, 1995).

Hal senada juga diungkapkan oleh Goulet bahwa:

”Dilihat dari aspek manusia sebagai aktor utama proses pembangunan, maka

pemberdayaan juga dapat berarti proses untuk mengaktualisasikan potensi manusia.

Dalam kaitan dengan potensi manusia yang perlu diaktualisasikan agar dapat

terpenuhi kehidupan sesuai harkat dan martabat manusia, di dalamnya terkandung

tiga nilai yaitu kelestarian hidup, harga diri dan kebebasan”. (Soetomo, 2006).

Dalam konteks pemberdayaan sebenarnya terkandung unsur partisipasi yaitu

bagaimana masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan, dan hak untuk

menikmati hasil pembangunan. Pemberdayaan mementingkan adanya pengakuan

subyek akan kemampuan atau daya yang dimiliki obyek. Maka dapat disimpulkan

bahwa konsep pemberdayan sebenarnya merupakan proses belajar yang menekankan

orientasi pada proses serta pelibatan masyarakat (partisipasi).

Loekman Soetrisno (Soetomo, 2006) mengemukakan adanya dua versi yang

berbeda dalam pendekatan pemberdayaan, yaitu versi Paulo Freire dan versi

Schumacher. Menurut versi Paulo Freire pemberdayaan bukan sekedar memberi

kesempatan kepada rakyat untuk menggunakan sumber daya alam dan dana

Page 34: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

pembengunan saja, tetapi lebih dari itu pemberdayaan juga merupakan upaya

mendorong masyarakat untuk melakukan peubahan sosial, yang hanya mungkin

dilakukan melalui partisipasi politik. Di lain pihak, dalam versi Schumacher nuansa

partisipasi politik ini kurang kental. Schumacher percaya bahwa manusia itu mampu

membangun diri mereka sendiri tanpa harus terlebih dahulu menghilangkan

ketimpangan struktural yang ada dalam masyarakat, asalkan mereka diberikan kail,

bukan ikan. Loekman Soetrisno (Anggito Abimanyu, 1995) menambahkan bahwa

menurut Schumacher ”lebih baik memberi kail daripada memberi ikan” dengan

demikian akan dapat menumbuhkan kemandirian. Tetapi Schumacher dalam usaha

membentuk kelompok mandiri juga sangat memerlukan dukungan politik, artinya

bahwa apabila membantu orang dengan memberi kail tapi orang tersebut tidak diberi

hak untuk mengail di sungai maka pastilah mereka tidak akan dapat hidup dengan

baik.

Dari berbagai konsep pemberdayaan secara luas di atas maka dapat disimpulkan

bahwa pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk memandirikan masyarakat

dengan cara menggali potensi yang dimilikinya, kemudian memperkuat potensi

tersebut dengan memberi masukan atau input dan kesempatan untuk mengembangkan

potensi tersebut. Pemberdayaan masyarakat dalam upaya pengentasan kemisknan

perlu mendapat perhatian khusus, karena pembangunan dari dalam diri masyarakat

miskin itu sendiri yang sebenarnya diperlukan untuk mengatasi masalah kemiskinan.

Maksudnya yakni membangun potensi-potensi yang ada dalam diri masyarakat

miskin dengan menggunakan strategi dan pendekatan yang efektif sehingga

Page 35: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

menimbulkan kepercayaan diri dan membangkitkan kekuatan baru untuk bisa

meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Tujuan pemberdayaan menurut Tjokowinoto dalam Christie S (2005) yang

dirumuskan dalam 3 (tiga) bidang yaitu ekonomi, politik, dan sosial budaya ;

“Kegiatan pemberdayaan harus dilaksanakan secara menyeluruh mencakup

segala aspek kehidupan masyarakat untuk membebaskan kelompok masyarakat dari

dominasi kekuasan yang meliputi bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya.

Konsep pemberdayaan dibidang ekonomi adalah usaha menjadikan ekonomi yang

kuat, besar, mandiri, dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang besar

dimana terdapat proses penguatan golongan ekonomi lemah. Sedang pemberdayaan

dibidang politik merupakan upaya penguatan rakyat kecil dalam proses pengambilan

keputusan yang menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya atau

kehidupan mereka sendiri. Konsep pemberdayaan masyarakat di bidang sosial budaya

merupakan upaya penguatan rakyat kecil melalui peningkatan, penguatan, dan

penegakan nilai-nilai, gagasan, dan norma-norma, serta mendorong terwujudnya

organisasi sosial yang mampu memberi kontrol terhadap perlakuan-perlakuan politik

dan ekonomi yang jauh dari moralitas”.

Dari paparan tersebut dapat kita simpulkan bahwa tujuan pemberdayaan adalah

memampukan dan memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan,

keterbelakangan, kesenjangan, dan ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat dilihat dari

indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang belum mencukupi/layak. Kebutuhan

Page 36: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

dasar itu, mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan, dan transportasi.

Sedangkan keterbelakangan, misalnya produktivitas yang rendah, sumberdaya

manusia yang lemah, kesempatan pengambilan keputusan yang terbatas.

2.3. Proses Pemberdayaan

Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses pemberdayaan

mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan

pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau

kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan

pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna

pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungan sekunder

menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar

mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi

pilihan hidupnya melalui proses dialog”.

Proses pemberdayaan warga masyarakat diharapkan dapat menjadikan

masyarakat menjadi lebih berdaya berkekuatan dan berkamampuan. Kaitannya

dengan indikator masyarakat berdaya, Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga

masyarakat berdaya yaitu: (1) mampu memahami diri dan potensinya, mampu

merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan), (2) mampu

mengarahkan dirinya sendiri, (3) memiliki kekuatan untuk berunding, (4) memiliki

bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling

menguntungkan, dan (5) bertanggungjawab atas tindakannya.

Page 37: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud dengan

masyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi,

berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu

berbagai alternative, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu

mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai dengan situasi.

Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti yang

diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan

partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.

Adi (2003) menyatakan bahwa meskipun proses pemberdayaan suatu

masyarakat merupakan suatu proses yang berkesinambungan, namun dalam

implementasinya tidak semua yang direncanakan dapat berjalan dengan mulus dalam

pelaksanaannya. Tak jarang ada kelompok-kelompok dalam komunitas yang

melakukan penolakan terhadap ”pembaharuan” ataupun inovasi yang muncul.

Watson (Adi, 2003) menyatakan beberapa kendala (hambatan) dalam

pembangunan masyarakat, baik yang berasal dari kepribadian individu maupun

berasal dari sistem sosial:

a. Berasal dari Kepribadian Individu; kestabilan (Homeostatis), kebiasaan (Habit),

seleksi Ingatan dan Persepsi (Selective Perception and Retention),

ketergantungan (Depedence), Super-ego, yang terlalu kuat, cenderung membuat

seseorang tidak mau menerima pembaharuan, dan rasa tak percaya diri (self-

Distrust)

Page 38: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

b. Berasal dari Sistem Sosial; kesepakatan terhadap norma tertentu (Conformity to

Norms), yang”mengikat” sebagian anggota masyarakat pada suatu komunitas

tertentu, kesatuan dan kepaduan sistem dan budaya (Systemic and Cultural

Coherence), kelompok kepentingan (vested Interest), hal yang bersifat sacral

(The Sacrosanct), dan penolakan terhadap ”Orang Luar” (Rejection of

Outsiders).

2.4. Tujuan dan Tahapan Pemberdayaan masyarakat

Jamasy (2004) mengemukakan bahwa konsekuensi dan tanggungjawab utama

dalam program pembangunan melalui pendekatan pemberdayaan adalah masyarakat

berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud

dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama,

kekuatan intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip

pemberdayaan. Kemampuan berdaya mempunyai arti yang sama dengan

kemandirian masyarakat. Salah satu cara untuk meraihnya adalah dengan membuka

kesempatan bagi seluruh komponen masyarakat dalam tahapan program

pembangunan. Setiap komponen masyarakat selalu memiliki kemampuan atau yang

disebut potensi. Keutuhan potensi ini akan dapat dilihat apabila di antara mereka

mengintegrasikan diri dan bekerja sama untuk dapat berdaya dan mandiri.

Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa

tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk

individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi

kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.

Page 39: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat

yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu

yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi

dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki.

Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif,

psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material.

Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi

oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas

permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap perilaku

masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap nilai-

nilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah merupakan perasaan yang

dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai

keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan

kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung

masyarakat dalam rangka melaku-kan aktivitas pembangunan.

Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut (kognitif, konatif, afektif

dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian

masyarakat yang dicita-citakan. Karena dengan demikian, dalam masyarakat akan

terjadi kecukupan wawasan, yang dilengkapi dengan kecakapanketerampilan yang

memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan perilaku sadar akan

kebutuhannya.

Page 40: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Kemandirian masyarakat dapat dicapai tentu memerlukan sebuah proses

belajar. Masyarakat yang mengikuti proses belajar yang baik, secara bertahap akan

memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan yang bermanfaat dalam proses

pengambilan keputusan secara mandiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Montagu &

Matson (dalam Suprijatna, 2000) yang mengusulkan konsep The Good Community

and Competency yang meliputi sembilan konsep komunitas yang baik dan empat

komponen kompetensi masyarakat. The Good Community and Competency itu

adalah; (1) setiap anggota masyarakat berinteraksi satu sama lain berdasarkan

hubungan pribadi atau kelompok; (2) komunitas memiliki kebebasan atau otonomi,

yaitu memiliki kewenangan dan kemampuan untuk mengurus kepentingannya sendiri

secara mandiri dan bertanggung jawab; (3) memiliki vialibilitas yaitu kemampuan

memecahkan masalah sendiri; (4) distribusi kekuasaan secara adil dan merata

sehingga setiap orang mempunyai berkesempatan dan bebas memiliki serta

menyatakan kehendaknya; (5) kesempatan setiap anggota masyarakat untuk

berpartsipasi aktif untuk kepentingan bersama; (6) komunitas member makna kepada

anggota; (7) adanya heterogenitas/beda pendapat; (8) pelayanan masyarakat

ditempatkan sedekat dan secepat mungkin kepada yang berkepentingan; dan (9)

adanya konflik dan manajemen konflik.

Melengkapi sebuah komunitas yang baik perlu ditambahkan kompetensi yang

harus dimiliki masyarakat yaitu, sebagai berikut: (1) mampu mengidentifikasi

masalah dan kebutuhan komunitas, (2) mampu mencapai kesempatan tentang sasaran

yang hendak dicapai dalam skala prioritas, (3) mampu menemukan dan menyepakati

Page 41: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

cara dan alat mencapai sasaran yang telah disetujui, dan (4) mampu bekerjasama

dalam bertindak mencapai tujuan. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan

kompetensi pendukung untuk mengantarkan masyarakat agar mampu memikirkan,

mencari dan menentukan solusi yang terbaik dalam pembangunan sosial.

Pembentukan masyarakat yang memiliki kemampuan yang memadai untuk

memikirkan dan menentukan solusi yang terbaik dalam pembangunan tentunya tidak

selamanya harus dibimbing, diarahkan dan difasilitasi. Berkaitan dengan hal ini,

Sumodiningrat (2000) menjelaskan bahwa pemberdayaan tidak bersifat selamanya,

melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepas

untuk mandiri, meskipun dari jauh tetap dipantau agar tidak jatuh lagi. Berdasarkan

pendapat Sumodiningrat berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar,

hingga mencapai status mandiri.

Proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat berlangsung secara

bertahap, yaitu: (1) tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku

sadar dan peduli, sehingga yang bersangkutan merasa membutuhkan peningkatan

kapasitas diri, (2) tahap transformasi kemampuan berupa wawasan berpikir atau

pengetahuan, kecakapan-keterampilan agar dapat mengambil peran di dalam

pembangunan, dan (3) tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-

keterampilan sehingga terbentuk inisiatif, kreatif dan kemampuan inovatif untuk

mengantarkan pada kemandirian (Sulistiyani, 2004).

Tahap pertama atau tahap penyadaran dan pembentukan perilaku merupakan

tahap persiapan dalam proses pemberdayaan. Pada tahap ini pelaku pemberdayaan

Page 42: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

berusaha menciptakan prakondisi, supaya dapat memfasilitasi berlangsungnya proses

pemberdayaan yang efektif. Apa yang diintervensi dalam masyarakat sesungguhnya

lebih pada kemampuan afektifnya untuk mencapai kesadaran konatif yang diharapkan

agar masyarakat semakin terbuka dan merasa membutuhkan pengetahuan dan

keterampilan untuk memperbaiki kondisinya.

Pada tahap kedua yaitu proses transformasi pengetahuan, pengalaman dan

keterampilan dapat berlangsung baik, demokratis, efektif dan efisien, jika tahap

pertama telah terkondisi. Masyarakat akan menjalani proses belajar tentang

pengetahuan dan kecakapan-keterampilan yang memiliki relevansi dengan apa yang

menjadi tuntutan kebutuhan jika telah menyadari akan pentingnya pening katan

kapasitas. Keadaan ini akan menstimulasi terjadinya keterbukaan wawasan dan

penguasaan keterampilan dasar yang mereka butuhkan. Pada tahap ini masyarakat

hanya dapat berpartisipasi pada tingkat yang rendah, yaitu sekedar menjadi

pengikut/obyek pembangunan saja, belum menjadi subyek pembangunan.

Tahap ketiga adalah merupakan tahap pengayaan atau peningkatan

intelektualitas dan kecakapan-keterampilan yang diperlukan, supaya mereka dapat

membentuk kemampuan kemandirian. Kemandirian tersebut ditandai oleh

kemampuan masyarakat di dalam membentuk inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi, dan

melakukan inovasi-inovasi di dalam lingkungannya. Apabila masyarakat telah

mencapai tahap ketiga ini maka masyarakat dapat secara mandiri melakukan

pembangunan. Dalam konsep pembangunan masyarakat pada kondisi seperti ini

Page 43: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

seringkali didudukkan sebagai subyek pembangunan atau pemeran utama.

Pemerintah tinggal menjadi fasilitator saja.

2.5. Kemampuan Pelaku Pemberdayaan

Tjokrowinoto (2001) menawarkan lima bentuk kemampuan yang dianggapnya

sangat relevan dengan kualitas pelaku pemberdayaan, yakni: (1) kemampuan untuk

melihat peluang- peluang yang ada, (2) kemampuan untuk mengambil keputusan dan

langkah-langkah yang dianggap prioritas dengan mengacu pada visi, misi dan tujuan

yang ingin dicapai, (3) kemampuan mengidentifikasikan subjek- subjek yang

mempunyai potensi memberikan input dan sumber bagi proses pembangunan, (4)

kemampuan menjual inovasi dan memperluas wilayah penerimaan program-program

yang diperuntukkan bagi kaum miskin; dan (5) kemampuan memainkan peranan

sebagai fasilitator atau mening-katkan kemampuan masyarakat untuk tumbuh

berkembang dengan kekuatan sendiri.

Keterpaduan kelima kemampuan pelaku pemberdayaan tersebut patut dijadikan

rujukan atau pedoman oleh seluruh unsur stakeholders, terutama yang mempunyai

tanggung jawab langsung terhadap keberhasilan pembangunan dan penanggulangan

kemiskinan. Jamasy (2004) menambahkan bahwa ada tujuh syarat kemampuan

umum yang harus dimiliki pelaku pemberdayaan dan kesemuanya harus terefleksi

dalam kegiatan aksi program, yakni kemampuan untuk: (1) mempertahankan

keadilan, (2) mempertahankan kejujuran, (3) melakukan problem solving, (4)

Page 44: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

mempertahankan misi, (5) memfasilitasi, (6) menjual inovasi, dan (7) fasilitasi yang

bertumpu pada kekuatan masyarakat sendiri.

Sumodiningrat (2000) menjelaskan bahwa, pemberdayaan tidak bersifat

selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu mandiri, dan kemudian

dilepas untuk mandiri, meskipun dari jauh tetap dipantau agar tidak jatuh lagi.

Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap dilakukan

pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus menerus supaya tidak

mengalami kemunduran.

Sebagai tenaga ahli, fasilitator sudah pasti dituntut untuk selalu trampil

melakukan fasilitasi, aktif menciptakan media konsultasi, aktif menjadi mediator,

aktif memberikan animasi dan advokasi, dan trampil memfasilitasi proses problem

solving (pemecahan masalah). Persoalan yang diungkapkan masyarakat saat problem

solving tidak secara otomatis harus dijawab oleh fasilitator tetapi bagaimana

fasilitator mendistribusikan dan mengembalikan persoalan dan pertanyaan tersebut

kepada semua pihak (peserta atau masyarakat.

Berkaitan dengan tugas pelaku pemberdayaan sebagai fasilitator oleh Parsons,

Jorgensen dan Hernandez (1994) memberikan kerangka acuan mengenai tugas

sebagai berikut; (1) mendefenisikan siapa yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan

kegiatan, (2) mendefenisikan tujuan keterlibatan, (3) mendorong komunikasi dan

relasi, serta menghargai pengalaman dan perbedaan-perbedaan, (4) memfasilitasi

keterikatan dan kualitas sinergi sebuah sistem: menemukan kesamaan dan perbedaan,

Page 45: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

(5) memfasilitasi pendidikan membangun pengetahuan dan keterampilan, (6)

memberikan contoh dan memfasilitasi pemecahan masalah.

2.6. Pedagang

Pedagang secara etimologi adalah orang yang berdagang atau bisa juga disebut

saudagar. Jadi pedagang adalah orang-orang yang melakukan kegiatankegiatan

perdagangan sehari-hari sebagai mata pencaharian mereka. Damsar (1997)

mendefinisikan pedagang sebagai berikut:

“Pedagang adalah orang atau instansi yang memperjual belikan produk atau

barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung”

Manning dan Effendi (1991) menggolongkan para pedagang dalam tiga

kategori, yaitu:

1. Penjual Borongan (Punggawa)

Penjual borongan (punggawa) adalah istilah umum yang digunakan diseluruh

Sulawesi selatan untuk menggambarkan perihal yang mempunyai cadangan

penguasaan modal lebih besar dalam hubungan perekonomian. Istilah ini digunakan

untuk menggambarkan para wiraswasta yang memodali dan mengorganisir sendiri

distribusi barang-barang dagangannya.

Page 46: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

2. Pengecer Besar

Pengecer besar dibedakan dalam dua kelompok, yaitu pedagang besar yang

termasuk pengusaha warung di tepi jalan atau pojok depan sebuah halaman rumah,

dan pedagang pasar yaitu mereka yang memiliki hak atas tempat yang tetap dalam

jaringan pasar resmi.

3. Pengecer Kecil

Pengecer kecil termasuk katergori pedagang kecil sektor informal mencakup

pedagang pasar yang berjualan dipasar, ditepi jalan, maupun mereka yang menempati

kios-kios dipinggiran pasar yang besar.

Damsar (1997) membedakan pedagang menurut jalur distribusi barang yang

dilakukan, yaitu:

1. Pedagang distributor (tunggal), yaitu pedagang yang memegang hak distribusi

satu produk dari perusahaan tertentu.

2. Pedagang partai (besar), yaitu pedagang yang membeli produk dalam jumlah

besar yang dimaksudkan untuk dijual kepada pedagang lainnya seperti grosir.

3. Pedagang eceran, yaitu pedagang yang menjual produk langsung kepada

konsumen.

Page 47: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Menurut Yasrin (2011) dalam http://id.shvoong.com/216242-definisi-

perdagangan-dan-jenis-pedagang/, bahwa berdasarkan pada cara menawarkan barang

dagangan, terdapat beberapa jenis pedagang, yaitu :

1. Pedagang Keliling merupakan pedagang yang menawarkan barang dagangannya

dengan cara berkeliling. Barang yang dijual biasanya dibawa dengan dipikul,

dijinjing, didorong dengan gerobak, atau diangkut dengan menggunakan sepeda

atau kendaraan bermotor. Contohnya seperti pedagang baso, pedagang jamu

gendong, pedagang es krim dan lain -lain.

2. Pedagang Asongan merupakan pedagang yang menawarkan barang dagangannya

dengan cara menempatkannya di kotak-kotak kecil yang mudah dibawa dan

dipindah-pindahkan. Kotak tersebut biasanya dikalungkan di leher seperti tas,

dan barang-barang yang mereka tawarkan biasanya berupa rokok, korek api,

kembang gula, tisu, dan barang- barang ringan lainnya.

3. Pedagang Kaki Lima merupakan pedagang yang menawarkan barang

dagangannya dengan cara menggelar barang dagangannya di trotoar atau di tepi

jalan yang ramai dengan menggunakan tikar, terpal atau semacam balai -balai.

Barang - barang yang biasa ditawarkan seperti sepatu, makanan, pakaian, dan

sebagainya.

4. Pedagang Grosir Merupakan pedagang yang dalam menawarkan barang tidak

langsung berhadapan dengan calon pembeli. Pedagang grosir tidak langsung

Page 48: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

menawarkan barang kepada calon pembeli sebagaimana pedagang eceran,

melainkan calon pembelilah yang mendatangi pedagang grosir.

Kegiatan Perdagangan dapat menciptakan kesempatan kerja melalui dua

cara. Pertama ,secara langsung yaitu dengan kapasitas penyerapan tenaga

kerja yang benar . Kedua , secara tidak langsung yaitu dengan perluasan pasar

yang diciptakan oleh kegiatan perdagangan disatu pihak dan pihak lain dengan

memperlancar penyaluran dan pengadaan bahan baku (Kurniadi dan

Tangkilisan , 2002).

Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan

menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggung jawab

sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil

atau per satuan (Sugiharsono,2000)

Pedagang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dibagi atas dua yaitu :

pedagang besar dan pedagang kecil. Pedagang kecil adalah pedagang yang

menjual barang dagangan dengan modal yang kecil (KBBI,2002:230).

Menurut UU Nomor 29 Tahun 1948 , Pedagang adalah orang atau badan

membeli , menerima atau menyimpan barang penting dengan maksud untuk

dijual diserahkan , atau dikirim kepada orang atau badan lain , baik yang masih

berwujud barang penting asli, maupun yang sudah dijadikan barang lain

(Widodo,2008)

Page 49: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

2.7. Pedagang Kaki Lima

Pena (1999), terdapat tiga pilihan mengatasi PKL, pertama, negara harus

menjadi kunci dalam mengatur PKL, karena keberadaan Negara sangat penting dalam

proses pembangunan, kedua, organisasi PKL dibiarkan untuk terus mengatur kegiatan

mereka sendiri, ketiga, menyarankan pemerintah dan PKL untuk menegosiasikan

ruang-ruang aksinya (lokasi usaha).

Pedagang kaki lima ialah orang-orang dengan modal relatif

kecil/sedikit berusaha (produksi-penjualan barang-barang/jasa-jasa) untuk

memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu dalam masyarakat”. Usaha itu

dilakukan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana informal.

Eridian (Sudaryanti, 2000).

Pedagang kaki lima ialah pedagang golongan ekonomi lemah yang

berjualan kebutuhan sehari-hari, makanan atau jasa relatif kecil, modal sendiri

atau modal lain, baik mempunyai tempat berdagang tetap atau tidak tetap

(berpindah-pindah) di tempat-tempat yang terlarang berjualan (Sudaryanti, 2000).

2.8. Penyuluh Pendamping

Supadi (2007) mengatakan bahwa paradigma baru manajemen pembangunan

pertanian adalah menempatkan pemerintah dalam hal ini aparatur pertanian sebagai

fasilitator, akselerator, dan regulator. Seorang pekerja masyarakat

(fasilitator/pendamping) harus berurusan dengan berbagai isu seperti penilaian

penampilan staf,membangun sebuah tim yang efektif, membantu sebuah organisasi

Page 50: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

untuk menetapkan berbagai tujuan dan sasarannya, memutuskan suatu alokasi yang

memadai mengenai tanggung jawab dalam sebuah organisasi, memastikan adanya

sebuah komunikasi yang baik antara orang-orang yang berbeda, mengurusi berbagai

keputusan pasti diambil. Penyuluh pertanian kedepan adalah penyuluh pertanian

yang dapat menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan

melakukan peranan yang sesuai antara lain sebagai 1. Penyedia jasa pendidikan, 2.

Motivator, 3. Konsultan Pembimbing, 4. Pendamping Petani.

Mardikanto (2002) menyatakan bahwa dalam melaksanakan kegiatan

penyuluhan, sasaran penyuluh tidak hanya terhadap satu orang yakni ketua kelompok

atau pemimpin tertentu, tetapi juga harus menjangkau seluruh anggota kelompok tani

tersebut agar mereka juga mendapatkan bimbingan dan informasi yang sama.

Strategi penyuluhan dilaksanakan selalu mengacu pada teori difusi, yakni

menggunakan petani lapisan atas sebagai sasaran utama penyuluhan yang diharapkan

dapat menyebarkan informasi yang dimilikinya kepada petani dibawahnya. Akan

tetapi, strategi ini ternyata berakibat pada semakin lebarnya kesenjangan keadaan

sosial-ekonomi antar kelompok petani, hal ini terjadi karena:

1. Keengganan kelompok perintis untuk menyebarluaskan keberhasilannya kepada

kelompok petani yang lain.

2. Keengganan kelompok petani yang lain untuk meniru keberhasilan petani

perintis, baik karena ketidakmampuan mereka untuk memenuhi persyaratan

teknis (karena tidak cukup memiliki pengetahuan, keterampilan, dan dana.)

maupun ketidak beranian mereka untuk menghadapi kegagalan.

Page 51: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Secara instruknional, penyuluh pendamping PUAP memegang mandate untuk

menfasilitasi proses pembelajaran, pembinaan, mengupayakan kemudahan akses

informasi, teknologi, dan sumber dara lainnya meningkatkankemampuan manajerial,

dan kewirausahaan Gapoktan maupun Poktan dalam menumbuhkembangkan

organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif,

menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan. Dengan adanya

prioritas program PUAP, bukan berarti penyuluh meninggalkan tugas fungsionalnya

dalam memberikan pembinaan kepada petani,Poktan dan Gapoktan lain di desa

binaannya. ( Deptan,2008)

2.7. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

Penguatan modal yang ditujukkan bagi para pelaku usaha khususnya usaha

kecil dibidang pertanian memang sudah dilakukan sejak lama, baik penguatan modal

dari pihak pemerintah maupun non pemerintah. Program pemerintah yang berkenaan

dengan pemberian pinjaman ataupun pemberian modal untuk para pelaku usaha kecil

menengah sudah banyak yang berjalan, seperti yang telah dilakukan oleh

Kementerian Pertanian seperti program PUAP, Kredit Ketahanan Pangan, Kredit

Ketahanan Pangan dan Energi dan Bantuan Langsung Masyarakat. Kebijakan

penguatan modal untuk pertanian akan terus diperbaiki oleh pemerintah karena

pertanian memiliki peran yang penting untuk sebuah pembangunan bangsa.

Pada tahun 2008, pemerintah melalui Kementerian Pertanian RI membuat suatu

program baru yang diperuntukkan sebagai penguatan modal para pelaku usaha

Page 52: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

agribisnis. Program tersebut diberi nama Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan

(PUAP). Di dalam buku Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014

dikatakan bahwa melalui kegiatan Bantuan langsung Masyarakat-Pengembangan

Usaha Agribisnis Pedesaan (BLM-PUAP), satu unit Gapoktan dapat menerima

bantuan penguatan modal sebesar Rp 100 juta. Sampai tahun 2008 telah diberikan

bantuan penguatan modal kepada 10.542 Gapoktan dan untuk tahun 2009, sebanyak

10.000 Gapoktan ditargetkan akan menerima bantuan BLM-PUAP. PUAP juga

merupakan bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bant uan modal

usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian

desa sasaran. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri adalah program

pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan

meningkatkan kesempatan kerja.

BLM atau Bantuan Langsung Masyarakat merupakan bantuan pinjaman dana

yang diberikan kepada individu atau anggota sebuah kelompok tertentu sebagai

tambahan modal. Menurut Manurung pada skripsi Analisis Dampak dan Efektivitas

Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Lumbung Pangan mengatakan bahwa

program Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Lumbung pangan merupakan

program berupa bantuan pinjaman dana yang disalurkan dari Dewan ketahanan

Pangan, Kementerian Pertanian. Bantuan tersebut diberikan kepada kelompok tani

sebagai penerima BLM Lumbung Pangan yang selektif telah dipilihkan dari instansi

bersangkutan sesuai dengan tingkat kesiapan petani untuk mengembangkan lumbung

Page 53: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

pangan sehingga menjadi unit usaha distribusi hasil pertanian/pengolahan serta

pengelolaan cadangan pangan yang baik (Manurung, 2009).

Modal pertanian dalam arti luas adalah faktor produksi modal yang disalurkan,

dikelola dan dikontrol di dalam kegiatan ekonomi di sektor pertanian dan merupakan

salah satu sektor ekonomi nasional. Modal pertanian dapat berbentuk uang tunai

atau dalam bentuk barang yang dipakai di dalam kegiatan produksi di bidang

pertanian, seperti benih dan alsintan. Modal usahatani memiliki makna faktor

produksi modal yang disediakan, diolah dan dikontrol di dalam suatu usahatani

dengan skala yang besar maupun usahatani dalam skala kecil atau masih sederhana.

Pengertian modal bisa dibedakan berdasarkan beberapa pendekatan, seperti

modal berdasarkan hak milik, berdasarkan arah pemakaian, berdasarkan tujuan,

berdasarkan pemakaian modal dan berdasarkan sumber modal (Kadarsan, 1992).

Lebih lanjut oleh Kardasan, pengertian modal perusahaan berdasarkan hak milik bisa

dibedakan antara modal pribadi perusahaan, modal luar perusahaan, modal swasta

perseorangan atau kelembagaan dan modal pemerintah. Bentuk bantuan modal dari

pemerintah yang telah dilakukan untuk membantu para pelaku usahatani dalam

mengatasi ketersediaan modalnya. Menurut Prihartono (2009) dengan adanya

program PUAP diharapkan dapat memfasilitasi para anggota kelompok tani, baik

petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Menurut

Sagala 2010, PUAP merupakan bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri

melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai

dengan potensi pertanian desa sasaran. Bantuan modal tersebut selanjutnya akan

Page 54: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

dikelola oleh para lembaga atau seseorang yang terkait yang kemudian digunakan

sebagai modal untuk usahatani. Pada akhirnya keberhasilan sebuah usahatani akan

dilihat dari pendapatan usahatani yang didapatkannya. Sagala (2010) menyebutkan

bahwa Analisis pendapatan merupakan gambaran keadaan sekarang suatu kegiatan

usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau

tindakan. Bantuan modal tersebut akan digunakan oleh para pelaku usahatani demi

memenuhi kebutuhannya selama menjalankan usaha. Pemakaian modal tersebut akan

dihitung sebagai pengeluaran atau biaya yakni semua pengorbanan sumberdaya

ekonomi dalam satuan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output dalam suatu

periode produksi. Sedangkan penerimaan merupakan total nilai produk yang

dihasilkan yang diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah output atau produk yang

dihasilkan dengan harga produk tersebut. Indikator keberhasilan dari suatu program

pemberian bantuan modal seperti PUAP dan LM3 ini dilihat dari 3 komponen yang

memberikan gambaran atas pelaksanaa program tersebut, meliputi keluaran (output ),

hasil (outcome), dan dampak setelah pemakaian modal tersebut untuk kegiatan

usahatani. Dampak program bantuan modal tersebut terhadap pendapatan usahatani

mereka dapat dilihat dengan membandingkan pendapatan petani atau pelaku usaha

sebelum bantuan modal itu sampai ke tangan mereka dengan pendapatan yang

mereka terima setelah diberikan bantuan modal oleh program tersebut. Untuk

menganalisis pendapatan usahatani pun ada berbagai alat analisis yang digunakan.

Page 55: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

2.8. Penelitian Terdahulu

Pada sub bab ini akan diuraikan secara ringkas beberapa beberapa

penelitian nasional terdahulu mengenai pemberdayaan masyarakat melalui program

BLM-PUAP.

M. Ridwan. (2013). Evaluasi Strategi Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis

Melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok Tani. Hasil penelitiannya menunjukan

bahwa masih rendahnya manfaat yang dirasakan oleh petani di desa-desa yang

mendapatkan dana bantuan dalam Program Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP) dikarenakan dikarenakan: (1) kurang baiknya Efektivitas Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) (2) rendahnya efisiensi Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) khususnya kurangnya Sumber

Daya Manusia, (3) sedikitnya kecukupan informasi terhadap Program Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) khususnya informasi awal atau identifikasi awal

potensi pertanian masyarakat (4) kurang terlaksananya aspek kesamaan atau perataan

pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP)Perdesaan khususnya masih

adanya kausus adanya pendekatan khusus anatar petani dan petugas untuk

mendapatkan bantuan dari Program Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) (5)

terkait dengan responsivitas Program Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP)

sudah mengarah kepada cukup baik 6) rendahnya ketepatan sasaran dan tujuan

Program Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) dapat dilihat dari penyalahgunaan

dana bantuan program oleh petani yang dimanfaatkan ke persoalan lain.

Page 56: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Andi Sopandi (2010) Strategi Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Strategi

dan Kebijakan pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bekasi. Berdasarkan hasil

penelitian berkaitan dengan potensi dan permasalahan masyarakat di Kabupaten

Bekasi, maka dapat dirumuskan beberapa strategi dan kebijakan program

pembangunan di bidang pemberdayaan masyarakat, sebagai berikut:

a. KEKUATAN (STRENGTH)

- Letak Wilayah Kabupaten Bekasi Yang Strategis

- Pertumbuhan dan Perekonomian Kab. Bekasi yang cukup tinggi

- Sumber Daya Alam yang Potensial

- Sumberdaya financial

b. KELEMAHAN (WEAKNESS)

- Angka Pengangguran dan kemiskinan cukup tinggi serta Indeks Kesehatan

yang belum memadai

- Kekuatan ekonomi rakyat belum berkembang dan Indeks Daya Beli

Masyarakat masih rendah

- fasilitas infrastruktur perkotaan belum optimal

- Manajemen pemerintah dan Keterkaitanantar sector belum optimal

c. PELUANG (OPPORTUNITIES)

- Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Nasional dan Daerah

- Aksesibilitas yang tinggi terhadap pusat Kawasan Industri

- Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi dalam Perencanaan daerah

(RKPD, RPJMD, Visi dan Misi Kabupaten Bekasi)

Page 57: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

- Perkembangan ekonomi nasional

d. ANCAMAN(THREAT)

- Konsistensi Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat di Daerah dan Nasional

- Kerjasama regional belum optimal

- Angka migrasi penduduk yang tidak terampil tinggi

- Meningkatnya persaingan regional

Purbayu Budi Santoso, Darwanto (2015). Strategi Penguatan Kelompok Tani

dengan Penguatan Kelembagaan. Studi ini menghasilkan beberapa kesimpulan antara

lain sebagai berikut:

(1) Aspek yang menjadi prioritas dalam penguatan kelembagaan kelompok tani di

Kabupaten Demak yaitu aspek kelembagaan.

(2) Prioritas permasalahan dalam penguatan kelembagaan kelompok tani di

Kabupaten Demak dibagi berdasarkan aspek. Permasalahan aspek kelembagaan

yaitu norma yang tidak sesuai dengan AD/ART. Permasalahan aspek tata niaga

adalah masalah pengadaan pupuk dan obat hama. Permasalahan aspek teknologi

yaitu kurang optimalnya dalam penerapan teknologi dalam sapta usaha tani.

Permasalah-an aspek infrastruktur yaitu jumlah sarpras yang masih kurang dalam

mendukung kegiatan atau usaha pertanian. Permasalahan aspek kemitraan yaitu

koordinasi antar stakeholders yang masih lemah dan kurang intensitasnya.

(3) Prioritas solusi dalam penguatan kelembagaan kelompok tani di Kabupaten

Demak juga dibagi berdasarkan aspek. Prioritas solusi kelembagaan yaitu

Page 58: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

optimalisasi fungsi dan peran sesuai AD/ART. Prioritas solusi tata niaga yaitu

manajemen pengadaan input. Prioritas solusi teknologi yaitu meningkatkan

teknologi guna meningkatkan mutu produk yang akan dihasilkan oleh petani.

Prioritas solusi infrastruktur yaitu perbaikan sarana dan prasarana yang rusak dan

tidak layak. Prioritas solusi kemitraan yaitu memantapkan kemitraan yang sudah

ada yang meliputi pasar, teknologi dan permodalan.

(4) Strategi yang menjadi prioritas dalam penguatan kelembagaan kelompok tani di

Kabupaten Demak yaitu penerapan teknologi yang tepat guna sebagai langkah

untuk menambah nilai tambah produk yang dihasilkan oleh petani.

Anu Kasmel and Pernille Tanggaard Andersen (2011) Pengukuran

Pemberdayaan Masyarakat dalam Tiga Program Masyarakat di Rapla (Estonia). Hasil

penelitiannya adalah Penggunaan model ekspansi pemberdayaan dalam program

masyarakat yang berbeda menunjukkan perkembangan ODCE dalam semua program

promosi kesehatan tiga masyarakat. Studi saat ini menunjukkan bahwa, setidaknya di

bawah beberapa kondisi, kelompok kerja Program masyarakat dapat memberdayakan

diri menggunakan ODCE kontekstual diklarifikasi dan mengevaluasi proses

pelaksanaannya. Para anggota kelompok kerja masyarakat setuju bahwa jenis

evaluasi adalah cara yang berguna dan fleksibel memahami dan mengukur proses

pemberdayaan masyarakat. Ini juga merupakan yang berlaku, cepat,alat sederhana

dan murah yang dapat digunakan dalam pengukuran domain organisasi

pemberdayaan masyarakat. Namun, ada kebutuhan untuk menguji alat yang sama di

antara kelompok kerja dan masyarakat.

Page 59: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Amy Trauger, Carolyn Sachs, Mary Barbercheck (2010) pasar kami adalah

masyarakat kita‟‟: petani perempuan dan pertanian sipil di Pennsylvania, Amerika

Serikat. Hasil penelitiannya adalah Kami bertujuan untuk memahami strategi

operator perempuan kecil, menengah peternakan di Pennsylvania digunakan untuk

menjadi sukses dalam lingkungan ekonomi fi kultus dif bagi petani. Kami

menemukan bahwa petani perempuan yang kami wawancarai merespon kebutuhan

sosial dan budaya dalam masyarakat mereka sebagai cara untuk menjadi sukses.

Strategi ini jatuh di bawah kategori dari gerakan yang lebih besar di bidang pertanian

yang telah diidentifikasi sebagai pertanian sipil (Lyson 2004). Para petani yang kami

wawancarai menggunakan kegiatan berbasis pasar mereka untuk memenuhi

kebutuhan sosial, seperti ruang yang aman untuk anak-anak; dan koneksi spiritual

dengan alam, makanan sehat, dan budaya tertentu makanan fi c. DeLind (2002)

menunjukkan, perempuan juga mempraktekkan pertanian masyarakat dalam cara-

cara yang baik dan diwujudkan publik. Masyarakat dalam pekerjaan sipil ini adalah

multi-tier. Pada satu tingkat, masyarakat yang menerima manfaat adalah konsumen

primer dan kerabat dekat mereka. Sementara banyak petani perempuan yang kami

wawancarai terlibat dengan masyarakat sebagai praktek bisnis yang baik, mereka juga

melihat pekerjaan mereka (2002) kata-kata Delind sebagai „„kewajiban publik

dengan tujuan mencerahkan dirinya sendiri‟‟ (hlm. 219). Pada tingkat lain, manfaat

tted dari peningkatan kesehatan masyarakat, keamanan, dan hubungan sosial. Banyak

dari para petani ini juga berusaha untuk memberikan pendidikan publik melalui

menyediakan orang dengan keterlibatan fisik langsung dengan praktek pertanian. ts

Page 60: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

diwujudkan atau bahan manfaat dan konsekuensi (misalnya, aman, makanan sehat)

pertanian sipil adalah produk pekerjaan fisik petani dan pertukaran materi antara

petani dan konsumen. Bermanfaat bagi kesehatan tubuh, ruang aman dan

pemberdayaan, seperti dibahas di koran, diarahkan untuk berbagai macam orang

dalam berbagai konteks termasuk berisiko muda pedesaan, etnoreligius minoritas di

masyarakat pinggiran kota, dan masyarakat perkotaan berpenghasilan rendah.

Surni dan Murdjani Kamaludin (2014). Nilai Tambah dan Penguatan Ekonomi

Kelompok Usaha Bajo Indah Lapulu Kendari Melalui Segmentasi Pasar Pada Desain

Terasi Instant. Hasil penelitiannya adalah pengolahan terasi instant memberikan nilai

tambah sebesar Rp. 68.630/kg bahan baku terasi basah, rasio nilai tambah terhadap

nilai produksi sebesar 34% artinya untuk setiap Rp.10.000 nilai produk akan

diperoleh nilai tambah sebesar Rp.3.400. Imbalan tenaga kerja sebesar 43,71%,

keuntungan yang diperoleh 19,11% dan keuntungan yang diperoleh sebesar

Rp.38.630/kg.

Page 61: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

III. KERANGKA PIKIR

3.1. Kerangka Pikir Penelitian

Masalah umum yang dihadapi oleh para petani adalah masih rendahnya

pendapatan keluarga sehingga sulit keluar dari lingkaran kemiskinan. Untuk

mengatasi dan menyelesaikan permasalahan kemiskinan pemerintah menetapkan

Program Jangka Menengah yang fokus pada pembangunan pertanian perdesaan.

Salah satunya ditempuh melalui pendekatan usaha agribisnis dan memperkuat

kelembagaan pertanian di perdesaan.

Strategi pemberdayaan masyarakat merupakan perencanaan dan manajemen

dalam melakukan suatu upaya untuk memandirikan masyarakat dengan cara menggali

potensi yang dimilikinya, kemudian memperkuat potensi tersebut dengan memberi

masukan atau input serta kesempatan untuk mengembangkan potensi tersebut.

Proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat berlangsung secara

bertahap, yaitu: (1) tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku

sadar dan peduli, sehingga yang bersangkutan merasa membutuhkan peningkatan

kapasitas diri, (2) tahap transformasi kemampuan berupa wawasan berpikir atau

pengetahuan, kecakapan-keterampilan agar dapat mengambil peran di dalam

pembangunan, dan (3) tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-

keterampilan sehingga terbentuk inisiatif, kreatif dan kemampuan inovatif untuk

mengantarkan pada kemandirian.

Page 62: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Program BLM-PUAP dimaksudkan untuk memfasilitasi petani dalam bentuk

modal usaha untuk petani anggota baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani

maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan). Program ini pada sebagian daerah tidak berjalan sesuai dengan yang

diharapkan karena ada sebagian masyarakat menganggap bahwa dana dari program

ini merupakan dana hibah yang tidak perlu untuk dikembalikan. Oleh karena itu,

pemahaman masyarakat petani tentang dana dari program ini sangat diperlukan agar

program ini kedepan bisa berjalan sebagaimana mestinya, strategi pemberdayaan

masyarakat agar program yang sudah dilaksanakan dapat berjalan sebagaimana

mestinya, dimana dalam strategi pemberdayaan masyarakat itu sendiri meliputi faktor

internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman).

Page 63: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Strategi Pemberdayaan Masyarakat Petani Melalui

Penguatan Modal Usaha Tani.

Meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat

Pemberdayaan

Masyarakat Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Tingkat keberdayaan masyarakat

Pengetahuan:

pengetahuan dalam

rangka mencari

solusi atas suatu

permasalahan yang

dihadapi

Sikap: perasaan

yang diharapkan

dapat diintervensi

untuk mencapai

keberdayaan dalam

sikap dan perilaku

Keterampilan: upaya

mendukung

masyarakat dalam

rangka melakukan

aktivitas

pembangunan.

Masyarakat berdaya atau memiliki daya, kekuatan serta kemampuan.

Page 64: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian positivisme. Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuantitatif yang didukung oleh penelitian kualitatif.

Dengan didukung pendekatan kualitatif tersebut maka deskripsi mengenai strategi

pemberdayaan masyarakat didekati secara kualitatif.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yaitu di Kota Kendari. Penentuan lokasi penelitian ini

dilakukan dengan purposive yaitu suatu metode penentuan daerah penelitian secara

sengaja berdasarkan pertimbangan bahwa Kota Kendari merupakan salah satu Kota

yang masyarakat taninya mendapatkan bantuan berupa modal usaha tani yang berasal

dari Program Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)- Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan hampir secara keseluruhan daerahnya menerima

bantuan dari dana program tersebut. Sedangkan Waktu Pelaksanaan penelitian ini

berlangsung pada bulan September sampai bulan Desember 2016.

Page 65: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

4.3. Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah para petani/masyarakat tani yang diberikan

modal usaha oleh pemerintah yang penyalurannya melalui Gabungan Kelompok

Tani (Gapoktan) sebanyak 51 Gapoktan dan penyuluh pendamping sebanyak 10

orang. Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Gapoktan yang

berjumlah 51 Gapoktan yang dijadikan objek penelitian dan sampel diambil secara

merata dari setiap Gapoktan. Sedangkan tehnik penentuan sampel dalam penelitian

ini dilakukan secara purposive (Sengaja). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan

Arikunto (2002), bahwa jika subyeknya lebih dari 100 orang dan sama (homogen)

maka sampel yang diambil antara 10-15 % atau 20-25 %. Jadi, diambil 10 %

sehingga jumlahnya menjadi 5 Gapoktan. Dimana dari 5 Gapoktan ini terdiri dari 18

kelompok tani. Jadi, dari 1 kelompok tani diambil 1 orang yang dapat mewakili

dalam kelompok tani. Sehingga, jumlah sampel yang diperoleh adalah 18 orang

ditambah dengan 1 orang penyuluh pendamping dari 5 Gapoktan tersebut sehingga

jumlah sampelnya adalah 19 orang .

Page 66: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Tabel 1. Berikut merupakan nama-nama Desa, Gapoktan serta Jenis Usaha yang

Diusahakan oleh Penerima Dana BLM-PUAP di Kota Kendari

Desa Nama Gapoktan Jenis Usaha

Purirano

Mata

Kampung Salo

Mangga Dua

Wundudopi

Lepo-Lepo

Bonggoeya

Talia

Lapulu

Kadia

Wawowanggu

Anaiwoi

Pondambea

Kadia

Wawowanggu

Puday

Poasia

Anggilowi

Alolama

Sodohoa

Sauna

Tipulu

Harapan Jaya

Maju Bersama

Bina Tani

Bunga Indah

Wundudopi Jaya

Mekar jaya

Kalawesi

Talia Bersinar

Mawar

Morini

Wanggu Jaya

Tina Orima

Tunas Jaya

Morini

Wanggu Jaya

Bukit Asam

Alam Makmur

Samaturu

Sejahtera

Cendrawasih

Usaha Maju

Panda

Off Farm

Off farm

Off farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Off Farm

Matabubu

Andounohu

Gunung Jati

Wua-Wua

Anawai

Kambu

Padaleu

Mokoau

Anggalomelai

Benua Nirae

Lalodati

Punggolaka

Bende

Tobuuha

Mangga Dua

Mepokoaso

Teporombu

Pokadulu

AL-Anbiya

Mekar Sari

Melati

Warumbei

Harapan Jaya

Lembah jaya

Lestari

Barakati

Lalomasara

Antero Indah

Sejahtera

Pokadulu

Hortikultura

Hortikultura

Hortikultura

Hortikultura

Hortikultura

Hortikultura

Hortikultura

Hortikultura

Hortikultura

Hortikultura

Hortikultura

Hortikultura

Hortikultura

Hortikultura

Hortikultura

Page 67: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Lalolara

Petoaha

Nambo

Bougenvile

Harapan Kita

Haraan Jaya

Perkebunan

Perkebunan

Perkebunan

Abeli

Tondonggeu

Tobimeita

Bungkutoko

Sambuli

Sodohoa

Baruga

Watu-Watu

Mekohia

Mitra Tani

Usaha Bersama

Wijaya Kusuma

Mandiri

Cendrawasih

Tiga Mandiri

Semangat Jaya

Ternak

Ternak

Ternak

Ternak

Ternak

Ternak

Ternak

Ternak

Wawombalata

Puuwatu

Labibia

Rahandouna

Pesuri

Sinar Tani

Samaturu

Tani Ramaya

Pangan

Pangan

Pangan

Pangan

Sumber Data: PMT Kota Kendari

4.4. Jenis dan Tehnik Pengumpulan Data

Adapun jenis data dalam penelitian ini ada 2 (dua) yaitu

a. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara wawancara dan observasi

langsung kepada responden sesuai pedoman wawancara dengan menggunakan

kuesioner yang telah disiapkan.

b. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari hasil kajian pustaka dan

pencatatan dari berbagai kantor atau instansi terkait yang ada hubungannya

dengan penelitian ini.

Perolehan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut:

1. Wawancara, yaitu melakukan wawancara langsung dengan obyek penelitian

untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dengan menggunakan

kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya.

Page 68: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

2. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara

langsung kepada obyek penelitian sehingga akan memberikan gambaran yang

jelas mengenai objek yang akan diteliti.

3. Melalui pencatatan, yaitu mengumpulkan data dengan mencatat data yang sudah

tersedia di kantor-kantor yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

4.5. Obyek Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah:

1. Identitas responden meliputi nama, pendidikan, dan tanggungan keluarga.

2. Tingkat keberdayaan masyarakat meliputi tingkat kemampuan pengetahuan,

tingkat kemampuan sikap serta tingkat kemampuan keterampilan.

3. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pedagang Sayur Keliling terdiri dari : faktor

eksternal (Peluang dan Ancaman) dan faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan).

4.6. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh ditabulasi sesuai kebutuhan kemudian dihitung secara

persentase sebagai acuan untuk menjelaskan secara deskriptif masing-masing

komponen dari kedua variabel diatas. Untuk menggolongkan tinggi, sedang dan

rendahnya tingkat keberdayaan masyarakat pedagang sayur keliling digunakan rumus

Rogers ( Burhan 2000) sebagai berikut:

Page 69: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

I =𝐽

𝐾

Keterangan:

I = interval kelas

J = jarak sebaran (skor tertinggi-skor terendah + 1)

K = banyaknya kelas

Selanjutnya untuk mengetahui strategi pemberdayaan masyarakat pedagang

sayur keliling akan digunakan analisis SWOT.

Dilakukan analisis dengan menggunakan Matriks SWOT (Salusu, 2000)

sebagai berikut :

Analisis SWOT : Klasifikasi Isu

EKSTERNAL

INTERNAL

OPORTUNITY TREATHS

STRENGTH

Comparative

Advantage Mobilization

WEAKNESS Drivestment/Investment Damage Control

Sebelum membuat matriks SWOT diatas, terlebih dahulu ditentukan Faktor

Strategi Internal (IFAS) dan Faktor Strategi Eksternal (EFAS). Cara penentuannya

adalah :

1. Matriks Faktor Strategi Internal (kekuatan dan kelemahan)

a. Menyusun dalam kolom 1 faktor kekuatan dan kelemahan.

b. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).

Page 70: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usaha budidaya yang

bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk

kategori Kekuatan) diberi nilai mulai dari + 1 sampai dengan + 4 (sangat

baik). Sedangkan variabel yang bersifat negatif (semua variabel yang masuk

kategori Kelemahan), kebalikannya.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang nilainya bervariasi 4,0 (outstanding) sampai

dengan 1,0 (poor).

e. Kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan.

2. Matriks Faktor Strategi Eksternal (peluang dan ancaman)

a. Menyusun dalam kolom 1 faktor peluang dan ancaman.

b. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usaha pemberdayaan

yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk

kategori Peluang) diberi nilai mulai dari + 1 sampai dengan + 4 (sangat baik).

Page 71: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Sedangkan variabel yang bersifat negatif (semua variabel yang masuk

kategori Ancaman), kebalikannya.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang nilainya bervariasi 4,0 (outstanding) sampai

dengan 1,0 (poor).

e. Kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan.

4.7. Konsep Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Pendidikan yaitu lamanya responden dalam menempuh jenjang pendidikan formal

dan dinyatakan dalam satuan tahun.

2. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya jiwa yang menjadi tanggungan

responden yang diukur dalam satuan jiwa.

3. Keberdayaan masyarakat adalah dimilikinya daya, kekuatan atau kemampuan

oleh masyarakat untuk mengidentifikasi potensi dan masalah serta dapat

menentukan alternatif pemecahannya secara mandiri.

4. Pengetahuan yaitu pemahaman atau pengetahuan petani tentang pemberian

bantuan modal usaha yang disalurkan melalui Gapoktan ( Tinggi 12, Sedang 10 -

11, Rendah 8 - 9).

Page 72: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

5. Sikap yaitu ide yang berkaitan dengan emosi yang mendorong dilakukannya

tindakan-tindakan tertentu dalam situasi sosial ( Tinggi 11 – 12, Sedang 9 – 10,

Rendah 7 – 8).

6. Keterampilan yaitu pola kegiatan yang memerlukan manipulasi dan koordinasi

informasi yang telah dipelajari ( Tinggi 12, Sedang 10 – 11, Rendah 8 - 9).

7. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) merupakan program yang

dikembangkan oleh Departemen Pertanian yang dilaksanakan secara terintegrasi

dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M).

8. Pedagang kaki Lima adalah mereka yang melakukan kegiatan usaha dagang

perorangan atau kelompok yang dalam menjalankan usahanya

menggunakan tempat-tempat fasilitas umum, seperti trotoar, pinggir-

pinggir jalan umum, dan lain sebagainya.

9. Pedagang yaitu orang yang menjalankan kegiatan usahanya dalam jangka

waktu tertentu dengan menggunakan sarana atau perlangkapanyang mudah

dipindahkan, dibongkar pasang dan mempergunakan lahan fasilitas umum

sebagai tempat usaha.

Page 73: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Tabel 2. Indikator dan parameter tingkat keberdayaan masyarakat

Tingkat

keberdayaan

masyarakat

pedagang

sayur keliling

Indikator Parameter

a. Pengetahuan

( Kognitif)

- Tinggi (32 – 36)

- Sedang (28 – 31 )

- Rendah (24-27)

b. Sikap (afektif) - Tinggi (32 – 36)

- Sedang (28 – 31 )

- Rendah (24-27)

c. Keterampilan

(physikomotorik)

- Terampil (32 – 36)

- Kurang Terampil (28 – 31 )

- Tidak terampil (24-27)

Page 74: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1. Letak Geografis dan Luas wilayah

Wilayah Kota Kendari dengan ibukotanya Kendari dan sekaligus juga sebagai

ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak di bagian Selatan Garis

Katulistiwa berada di antara 3054‟30” -4

0 3‟11” LS dan membentang dari Barat ke

Timur di antara 1220

23‟ -1220

39‟ BT.

Kota Kendari memiliki luas ± 295,89 km² atau 0,70 persen dari luas daratan

Provinsi Sulawesi Tenggara, merupakan dataran yang berbukit dan dilewati oleh

sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Kendari sehingga teluk ini kaya akan hasil

lautnya. Sepintas tentang letak wilayah Kota Kendari sebelah Utara berbatasan

dengan Kabupaten Konawe, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Kendari, sebelah

Selatan berbatasan dengan Konawe Selatan, Sebelah Barat berbatasan dengan

Konawe Selatan.

5.1.2. Keadaan Tanah dan Iklim

Topografi wilayah Kota Kendari pada dasarnya bervariasi antara datar dan

berbukit. Daerah datar yang terdapat di bagian Barat dan Selatan Teluk Kendari.

Kecamatan Kendari yang terletak di sebelah Utara teluk sebagian besar terdiri dari

perbukitan (Pegunungan Nipa-nipa) dengan ketinggian ± 459 M dari permukaan laut,

Page 75: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

sedangkan ke arah Selatan tingkat kemiringan antara 4% -30%, bagian Barat

(Kecamatan Mandonga) dan Selatan (Kecamatan Poasia) terdiri dari daerah

perbukitan bergelombang rendah dengan kemiringan ke arah Teluk Kendari. Kondisi

tanah Kota Kendari terdiri dari tanah liat bercampur pasir halus dan berbatu

diperkirakan berjenis aluvium berwarna cokelat keputihan dan ditutupi Prafesier (batu

lempung atau batu apung). Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kota

Kendari dikenal 2 (dua) musim, yakni musim kemarau dan musim penghujan.

Keadaan musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di atas wilayah Kota

Kendari.

5.2. Keadaan Penduduk

5.2.1. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Penduduk merupakan elemen pendukung sekaligus sebagai katalis bagi

pembangunan. Dinamika penduduk menjadi unsur fundamental dalam perencanaan

pembangunan suatu wilayah. Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dan

jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 76: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Tabel 3. Jumlah Penduduk dan rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kota

Kendari, 2015.

Kecamatan Jenis Kelamin (ribu) Rasio Jenis

Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Mandonga 21 694 21 644 43 338 100,23

2. Baruga 11 655 11 558 23 213 100,84

3. Puuwatu 17 099 16 155 33 254 105,84

4. Kadia 23 410 23 621 47 031 99,11

5. Wua-wua 14 875 14 374 29 249 103,49

6. Poasia 15 258 14 674 29 932 103,98

7. Abeli 13 746 13 144 26 890 104,58

8. Kambu 16 425 16 094 32 519 102,06

9. Kendari 15 394 15 233 30 627 101,06

10. Kendari Barat 25 781 25 662 51 443 100,46

Kendari 175 337 172 159 347 496 101,85

Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035.

Tabel 3 menunjukkan bahwa penduduk kota Kendari berdasarkan proyeksi

tahun 2015 sebanyak 347.469 jiwa yang terdiri atas 175.337 jiwa penduduk laki-laki

dan 172.159 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah

penduduk tahun 2014, penduduk Kota Kendari mengalami pertumbuhan sebesar 3,46

persen dengan masing-masing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar

3,52 persen dan penduduk perempuan sebesar 3,39 persen. Sementara itu besarnya

rasio jenis kelamin tahun 2015 penduduk laki-laki terhadap perempuan sebesar

101,85. Kepadatan penduduk di Kota Kendari tahun 2015 mencapai 1.174 jiwa/km2.

Kepadatan penduduk di 10 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk

terletak di Kecamatan Kadia dengan kepadatan sebesar 6.189 jiwa/km2 dan terendah

di Kecamatan Baruga sebesar 472 jiwa/km2.

Page 77: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

5.2.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan memiliki arti penting dalam upaya membentuk manusia seutuhnya

dan seluruhnya, sebagaimana diamanatkan dalam GBHN yang mentitikberatkan pada

peningkatan mutu pendidikan dan perluasan kesempatan belajar. Tingkat pendidikan

penduduk Kota Kendari dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penduduk Kota Kendari menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin,

Tahun 2016

Angka Partisipasi Sekolah ( Persen)

Jenis kelamin dan

kelompok umur

sekolah

Tidak/belum

pernah sekolah

Masih sekolah Tidak sekolah

lagi

Laki-laki

7-12 0,96 99,04 0,00

13-15 0,00 97,91 2,09

16-18 0,00 64,64 35,36

19-24 0,00 54,82 45,18

7-24 0,32 77,06 22,62

Perempuan

7-12 0,00 100,00 0,00

13-15 0,00 95,86 4,14

16-18 0,00 80,16 19,84

19-24 0,00 68,03 31,97

7-24 0,32 82,82 17,18

Laki-

laki+Perempuan

7-12 0,52 99,48 0,00

13-15 0,00 97,07 2,93

16-18 0,00 72,85 27,15

19-24 0,00 61,40 38,60

Tabel. Angka partisipasi Sekolah (APS) tahun 2012-2015

Sumber : Survey Sosial Ekonomi Nasional ,Maret 2015.

Page 78: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada angka partisipasi sekolah kategori

tidak/belum pernah sekolah didominasi oleh umur 7-12 tahun dengan persentase

sebesar 0,52 persen, sedangkan untuk Angka partisipasi sekolah yang masih sekolah

didominasi oleh umur 7-12 tahun dengan persentase 99,48 persen. Untuk kategori

tidak sekolah lagi didominasi oleh umur 19-24 tahun dengan persentase 38,60

persen..

5.3. Identitas Responden

5.3.1. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat menjadi salah satu ukuran kemampuan seseorang

dalam mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan permasalahan yang sedang

dihadapi. Pendidikan yang memadai diharapkan akan mampu membedakan jenis

sumberdaya yang dapat dikelola secara bebas dan dapat mengenal kebutuhan prioritas

dan potensi yang dimiliki sehingga dapat beraktivitas secara efektif dan efisien dalam

rangka pemenuhan kebutuhan keluarganya. Variasi tingkat pendidikan responden

secara rinci disajikan pada Tabel 5.

Page 79: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal.

Tingkat Pendidikan Formal Jumlah Pedagang

(Jiwa)

Persentase (%)

Rendah (Tidak Tamat/Tamat SD ) 5 27,78

Sedang (Tidak Tamat/Tamat

SMP/SMA)

11 61,11

Tinggi (Tidak Tamat-/Tamat PT) 2 11,11

Jumlah 18 100,00

Sumber : Analisis data primer setelah diolah,2016

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar (61,11 %) tingkat pendidikan

responden hanya sampai tamat SMA. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas

sumberdaya manusia di daerah penelitian jika dilihat dari indikator tingkat

pendidikan yang pernah ditempuh, masih dalam kategori sedang. Berkaitan dengan

kondisi ini, maka diperlukan usaha-usaha yang dapat mendorong peningkatan

pengetahuan dan keterampilan dasar masyarakat agar proses pemberdayaan dapat

berjalan sesuai yang diharapkan, seperti kegiatan pendampingan, pembimbingan,

pelatihan, dan kursus-kursus yang berkaitan dengan profesi dan potensi sumberdaya

yang lokal. Masyarakat yang berpendidikan SLTA dan perguruan tinggi dapat

dibina dan dilatih dengan pengetahuan teknis, sehingga mereka menjadi motivator,

mediator, fasilitator dan pelaku utama dalam proses pemberdayaan di daerahnya.

Page 80: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

5.3.2. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga adalah orang yang tinggal serumah maupun

tidak serumah tetapi kebutuhan hidupnya menjadi tanggungan pedagang yang

bersangkutan. Tanggungan keluarga merupakan salah satu sumberdaya manusia

yang dapat dikembangkan untuk membantu kepala keluarga terutama yang telah

berusia produktif. Tanggungan yang berada pada usia produktif sangat membantu

dalam usahataninya. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga semakin besar pula

usaha yang dilakukan pedagang guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

Soeharjo dan Patong (1984) mengemukakan bahwa yang termasuk anggota

keluarga kecil yaitu berkisar 2-4 orang sedangkan anggota keluarga >4 orang

termasuk keluarga besar. Hasil penelitian diperoleh data mengenai jumlah anggota

keluarga responden seperti pada tabel 6.

Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan tanggungan keluarga.

Tanggungan keluarga Jumlah (jiwa) Persentase(%)

Besar ( > 4) 8 44,45

Kecil (2 - 4) 10 55,55

Jumlah 18 100,00

Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2016.

Pengklasifikasian jumlah tanggungan keluarga responden dikelompokkan atas

dua kategori, yaitu keluarga kecil apabila tanggungan keluarga yakni 2 – 4 jiwa

dengan persentase (55,55%), sedangkan keluarga besar berjumlah >4 jiwa, dengan

persentase sebesar (44,45%). Dari hasil wawancara bersama responden menunjukkan

Page 81: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

bahwa jumlah tanggungan untuk masing-masing responden lebih dominan pada

kategori keluarga kecil.

5.4. Tingkat Keberdayaan Masyarakat Pedagang Sayur Keliling

a. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah seberapa besar

pemahaman atau pengetahuan pedagang sayur keliling tentang pemberian bantuan

modal usaha yang disalurkan melalui Gapoktan di Kota Kendari. Pengetahuan

pedagang sayur keliling sangat menunjang kemampuannya untuk mengadopsi

teknologi dalam usahataninya. Untuk lebih jelasnya mengenai pengetahuan

pedagang sayur keliling responden dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengetahuan Masyarakat Pedagang Sayur Keliling di Kota Kendari, 2016

No Pengetahuan Jumlah responden (jiwa) Persentase (%)

1.

2.

3.

Tinggi ( 12 )

Sedang ( 10 - 11)

Rendah (8 - 9)

3

11

4

16,67

61,11

22,22

Jumlah 18 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah,2016

Tabel 7 menunjukkan bahwa pengetahuan pedagang sayur keliling di Kota

Kendari yaitu kategori tinggi berjumlah 3 jiwa (16,67 %), disebabkan oleh tingginya

tingkat pengetahuan pedagang sayur keliling dalam melaksanakan program bantuan

modal usaha tersebut sangat menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan program,

karena pedagang sayur keliling yang memiliki pengetahuan yang cukup akan

meningkatkan keterampilannya sebab mengambil sikap yang tepat dalam

melaksanakan program tersebut dan lebih cepat dalam mengadopsi teknologi baru

Page 82: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

disebabkan oleh adanya motivasi dari pedagang sayur keliling sendiri. Sedangkan

pedagang sayur keliling untuk kategori sedang berjumlah 11 jiwa ( 61,11%).

menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki sudah cukup untuk membantu

dirinya (pedagang sayur keliling) dalam melakukan kegiatan usahanya sehingga dapat

mengetahui apa yang perlu dan tidak perlu dilakukan dalam usahataninya. Untuk

kategori rendah berjumlah 4 jiwa ( 22,22%), disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

pedagang sayur keliling dalam melaksanakan usahanya sehingga pedagang tersebut

tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk melakukan usahanya.

Sesuai dengan pendapat Sutardja ( 2008) yang mengemukakan bahwa tingkat

pengetahuan petani mempengaruhi petani didalam mengadopsi teknologi baru dan

kelanggengan usahataninya. Pendapat tersebut memberikan pengertian bahwa jika

tingkat pengetahuan tinggi, maka kemampuannya dalam mengadopsi teknologi baru

di bidang pertanian juga tinggi, demikian pula sebaliknya jika tingkat pengetahuan

rendah, maka akan rendah juga kemampuannya dalam mengadopsi teknologi baru.

b. Sikap

Sikap adalah ide yang berkaitan dengan emosi yang mendorong dilakukannya

tindakan-tindakan tertentu dalam suatu situasi sosial. Sikap yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah perasaan mendukung ataupun menolak terhadap evaluasi yang

dilakukan dalam melakukan kegiatan masyarakat pedagang sayur keliling dalam

usahanya guna untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri beserta keluarganya.

Untuk lebih jelasnya sikap petani responden dapat dilihat dalam Tabel 8.

Page 83: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Tabel 8. Sikap Masyarakat Pedagang Sayur Keliling di Kota Kendari, 2016

No. Sikap (Skoring) Jumlah responden (jiwa) Persentase(%)

1.

2.

3.

Tinggi (11 – 12)

Sedang ( 9 - 10)

Rendah ( 7 – 8)

6

8

4

33,33

44,45

22,22

Jumlah 18 100,00

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2016.

Tabel 8 menunjukkan bahwa sikap pedagang sayur keliling yang memiliki

kategori tinggi sejumlah 6 jiwa (33,33%) yang artinya pedagang sayur keliling di

Kota Kendari sudah cukup memahami tindakan apa yang harus dilakukan untuk

mengambil suatu tindakan atau keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan

bantuan modal usaha dari Program PUAP dan sudah mempunyai pengetahuan dan

pemahaman yang baik dalam melakukan kegiatan usahanya, sebab melalui sikap

seorang pedagang sayur keliling dalam memahami proses kesadaran yang

menentukan tindakan nyata yang mungkin dilakukan individu.

Sikap pedagang sayur keliling dalam kategori sedang berjumlah 8 jiwa

(44,45%), menunjukan bahwa pedagang sayur keliling responden sudah dapat

mengambil sebuah kebijakan ataupun keputusan tetapi masih dalam keadaan tidak

yakin atau ragu-ragu disebabkan karena pengetahuan yang mereka miliki masih

belum memadai dalam menunjang kegiatan mereka dalam melaksanakan bantuan

modal usaha tersebut. Sedangkan kategori rendah berjumlah 4 jiwa (22,22%), hal ini

disebabkan karena adanya sikap dari sebagian masyarakat yang menganggap bahwa

bantuan modal usaha yang disalurkan melalui Gapoktan adalah dana hibah yang tidak

Page 84: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

perlu dikembalikan karena itu merupakan milik pemerintah sehingga mereka merasa

tidak perlu untuk dikembalikan kepada pengurus Gapoktan.

c. Keterampilan

Keterampilan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pola kegiatan yang

bertujuan dan memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang telah dipelajari.

Untuk lebih jelasnya keterampilan pedagang sayur keliling responden dapat dilihat

pada Tabel 9.

Tabel 9. Keterampilan Masyarakat Pedagang Sayur Keliling di Kota Kendari, 2016.

No. Keterampilan (Skoring) Jumlah responden (Jiwa) Persentase (%)

1.

2.

3.

Tinggi (12)

Sedang (10-11)

Rendah (8-9)

1

6

11

5,56

33,33

61,11

Jumlah 18 100,00

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2016.

Tabel 9 menunjukkan bahwa keterampilan pedagang sayur keliling di Kota

Kendari kategori terampil berjumlah 1 jiwa (5,56%), ini menunjukan pedagang sayur

keliling sudah terampil dalam mengolah usahanya sehingga pedagang sayur keliling

tersebut mampu melakukan pola kegiatan usaha tani yang bernilai ekonomis yang

dengan sendirinya penghasilan yang diperolehnya dapat bertambah pula. Sedangkan

pedagang sayur keliling responden dengan kategori kurang terampil berjumlah 6 jiwa

(33,33%), ini menunjukan bahwa pedagang sayur keliling kurang terampil dalam

melakukan usahataninya yang disebabkan karena pengetahuan yang mereka miliki

tidak memadai sehingga dalam mengambil sebuah sikap menjadi lambat yang

Page 85: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

berakibat pada keterampilan pedagang sayur keliling yang menjadi terbatas dalam

melakukan usahanya. Keterampilan pedagang sayur keliling responden kategori

tidak terampil berjumlah 11 orang (61,11%), ini menunjukan bahwa pedagang sayur

keliling responden sama sekali tidak memiliki keterampilan di dalam melaksanakan

kegiatan usahanya disebabkan pengetahuan yang mereka miliki tidak memadai

sehingga dalam mengambil sikap mereka menjadi lambat.

5.5. Tingkat Keberdayaan Masyarakat Pedagang Sayur Keliling

Tingkat keberdayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa besar

kemampuan setiap individu dalam melaksanakan bantuan modal usaha yang

diberikan kepada petani responden yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan

keterampilan pedagang sayur keliling. Tingkat keberdayaan masyarakat pedagang

sayur keliling dibagi dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Tergolong

tinggi jika skor yang diperoleh 32 – 36 = Tinggi, sedangkan jika skor yang diperoleh

28 – 31 tergolong dalam ketegori sedang dan rendah jika skor yang diperoleh 24 – 27.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberdayaan pedagang sayur

keliling responden dalam melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan skor terendah adalah 24 dan tertinggi 36. Untuk lebih jelasnya mengenai

tingkat keberdayaan masyarakat pedagang sayur keliling dalam melaksanakan

program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 86: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Tabel 10. Persentase tingkat keberdayaan masyarakat Pedagang Sayur Keliling di

Kota Kendari Tahun 2016.

No Tingkat

keberdayaan

masyarakat

pedagang

Tingkat keberdayaan Rata-rata

Pengetahuan Sikap Keterampilan

1. Tinggi 16,67

33,33

5,56 18,52

2. Sedang 61,11 44,45

33,33 46,30

3. Rendah 22,22 22,22

61,11 35,18

Jumlah 55,56 138,89

105,55

100,00

Tabel 10 menunjukkan bahwa pedagang sayur keliling responden yang

memiliki persentase kategori tinggi dalam melaksanakan program PUAP yaitu

18,52%, ini menunjukan bahwa tingkat keberdayaan masyarakat pedagang sayur

keliling dalam melaksanakan program PUAP sudah memadai, pedagang sayur

keliling cukup aktif dalam meningkatkan keberdayaan mereka miliki meliputi

pengetahuan, sikap, dan keterampilan pedagang sayur keliling dalam melaksanakan

suatu program karena pengetahuan merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seorang

pedagang sayur keliling dalam melaksanakan suatu kegiatan usahatani. Sedangkan

persentase kategori sedang dalam melaksanakan program PUAP yaitu 46,30%, ini

menunjukkan bahwa pedagang sayur keliling yang memiliki tingkat keberdayaan

sedang ini mempengaruhi kemampuan kerja pedagang sayur keliling, karena dengan

kemampuan kerja yang terbatas ini akan mempengaruhi pola kegiatan pedagang

sayur keliling dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Untuk persentase kategori

Page 87: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

rendah dalam melaksanakan program PUAP yaitu 35,18%, ini menunjukkan bahwa

petani yang memeiliki tingkat keberdayaan rendah ini dipengaruhi oleh pengetahuan

pedagang sayur keliling yang masih rendah, sehingga pedagang sayur keliling

responden dalam melakukan kegiatan usahataninya mengalami hambatan disebabkan

karena rendahnya pengetahuan mereka tentang apa saja yang harus mereka lakukan

dalam kegiatan usahataninya.

5.6. Analisis SWOT

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan latar belakang,

potensi dan permasalahan yang ada baik secara internal berupa kekuatan dan

kelemahan maupun secara eksternal berupa peluang dan ancaman. Strategi

pemberdayaan masyarakat pedagang sayur keliling dalam Program Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan(PUAP) dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor

strategis usaha responden melalui analisis SWOT yaitu menganalisis kekuatan

(Strenghts), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunity) dan ancaman (Threats).

Metodologi penentuan bobot dan rating dalam penilaian Faktor Strategi Internal dan

Ekternal dapat dilihat dalam Bab IV. Matrik faktor strategi internal (kekuatan dan

kelemahan) dan faktor strategi eksternal (peluang dan ancaman) Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan(PUAP) di Kota Kendari tersaji pada

Lampiran 5 dan 6.

Page 88: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

5.6.1. Identifikasi Faktor Internal Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Pedagang Sayur Keliling Tahun 2016

Identifikasi faktor-faktor strategi internal adalah menentukan secara sistematis

faktor-faktor yang mendukung pelaku usaha dalam pengambilan keputusan. Faktor-

faktor tersebut adalah :

Tabel 11. Identifikasi Faktor Internal Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pedagang

Sayur Keliling, Tahun 2016

Uraian Bobot Rating Rating x

Bobot

Kekuatan (Strength)

- Gapoktan merupakan wadah yang dikelola langsung oleh

anggota kelompok tani. 30%

4

1,2

- Soliditas antara sesama pengurus terjaga dengan baik karena

para pengurus masih berada dalam satu wilayah, paling tidak

ada dalam satu kecamatan.

20%

4

0,8

- Gapoktan hadir sebagai penyedia pinjaman yang prosesnya

tidak susah dan hanya menggunakan ketua kelompoknya.

30%

4 1,2

- Bagi hasil dari pinjaman adalah 1 % lebih menarik dari pada

meminjam dari rentenir atau lembaga keuangan mikro

lainnya..

20% 3 0,6

Total

1,0

3,8

Kelemahan (Weakness)

a) Secara umum, petani belum memenuhi syarat perbankan

(non bankable), sehingga bank belum memberikan kredit

kepada petani

30%

3 0,9

b) Akses petani terhadap program-program pemerintah di luar

Kementan dan perbankan masih kurang 20% 2 0,4

c) Pengurus poktan tidak memiliki keterampilan penggunaan

IT/komputer, dan sulit mengakses internet. 20% 2 0,4

d) Kelembagaan di tingkat petani masih lemah 30% 4 1,2

Total 1,0

2,9

Page 89: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa diantara faktor-faktor strategi internal,

faktor kekuatan yang paling besar adalah Gapoktan merupakan wadah yang dikelola

langsung oleh anggota kelompok tani dan Gapoktan hadir sebagai penyedia pinjaman

yang prosesnya tidak susah dan hanya menggunakan ketua kelompoknya.dengan skor

masing-masing 1,2.

Faktor internal dalam analisis SWOT adalah faktor yang menjadi kekuatan dan

kelemahan dari stretegi pemberdayaan masyarakat petani dalam program PUAP :

1. Kekuatan (Strength)

- Gapoktan merupakan wadah yang dikelola langsung oleh anggota kelompok tani,

sehingga lebih mampu menilai apa yang dibutuhkan petani dan melalui Gapoktan

pula diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para anggota Poktan sehingga

taraf hidup para anggota dapat meningkat.

- Soliditas antara sesama pengurus terjaga dengan baik karena para pengurus

masih berada dalam satu wilayah, paling tidak ada dalam satu kecamatan.

Sehingga dengan adanya ikatan tersebut diharapkan hubungan antar pengurus

semakin erat lagi agar apa yang diingankan dapat tercapai guna untuk

kepentingan bersama.

- Gapoktan hadir sebagai penyedia pinjaman yang prosesnya tidak susah dan hanya

menggunakan ketua kelompoknya. Sehingga, dengan adanya bantuan modal

yang disalurkan kepada Gapoktan maka diharapkan para anggota kelompok tani

tidak susah lagi dalam mendapatkan modal usaha.

Page 90: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

- Bagi hasil dari pinjaman adalah 1 % lebih menarik dari pada meminjam dari

rentenir atau lembaga keuangan mikro lainnya. Oleh karena itu, dibandingkan

dengan meminjam modal di bank atau rentenir yang memiliki bunga yang tinggi

maka para anggota kelompok tani lebih memilih modal yang diberikan lewat

Gapoktan karena bunganyapun jauh lebih rendah.

2. Kelemahan (Weakness)

- Secara umum, pedagang sayur keliling belum memenuhi syarat perbankan (non

bankable), Sehingga bank belum memberikan kredit kepada pedagang sayur

keliling karena menganggap bahwa pedagang sayur keliling tidak akan mampu

mengembalikan kreditnya.

- Akses petani terhadap program-program pemerintah di luar Kementan dan

perbankan masih kurang. Sehingga menyebabkan pedagang sayur keliling hanya

mengandalkan bantuan dari Kementan saja yang disalurkan melalui Gapoktan.

- Pengurus poktan tidak memiliki keterampilan penggunaan IT/komputer, dan sulit

mengakses internet. Sehingga pengetahuan para pengurus dalam mengakses

informasi terbatas.

- Kelembagaan di tingkat petani masih lemah. Sehingga diperlukan adanya

kelembagaan yang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan para

pedagang sayur keliling yang merupakan anggota dari kelompok tani.

Page 91: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

5.6.2. Identifikasi Faktor Eksternal Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Pedagang Sayur Keliling di Kota Kendari

Identifikasi faktor-faktor strategi eksternal adalah menentukan secara sistematis

faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku usaha budidaya pelaksana program PUAP

dalam proses pengambilan keputusan yang berasal dari luar lingkungan usaha

budidaya. Faktor-faktor tersebut adalah :

Tabel 12. Penilaian Faktor Eksternal Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pedagang

Sayur Keliling, Tahun 2016

Uraian Bobot Rating

Rating

x

Bobot

Peluang

a. Dukungan pemerintah dalam

menumbuhkembangkan kelembagaan

petani sebagai lembaga ekonomi mandiri

yang dimilki dan dikelola oleh petani.

15%

4

0,60

b. Jumlah peduduk Indonesia yang terus

meningkat menjadi peluang pemasaran

hasil pertanian baik hasil tani segar ataupun

hasil olahan.

20 % 4 0,8

c. Sektor pertanian masih memberikan

kontribusi penting terhadap PDB Indonesia

15%

3

0,45

d. Mayoritas masyarakat petani kecil

membutuhkan permodalan, dimana tidak

mampu mengakses pembiayaan perbankan.

20%

4

0,8

e. Teknologi pengembangan cara bertani baik

untuk on farm ataupun of farm sudah

sangat beragam dan modern.

20 3 0,6

f. Belum adanya lembaga keuangan yang

bergerak khusus untuk pertanian.

10% 4 0,4

Total 1,0 3,65

Page 92: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Ancaman (Threats)

a. Masih minimnya pemupukan modal

Gapoktan yang hanya mengandalkan iuran

anggota saja dan dana PUAP.

20%

4 0,8

b. Pengelolaan keuangan masih bersifat

tradisional dan manual sehingga

menyulitkan dalam proses pembuatan

laporan keuangan.

20%

4

0,8

c. Struktur kepengurusan yang masih minim,

hanya mengandalkan ketua, sekertaris dan

bendahara saja, belum mengembangkan

bidang lain yang harusnya menjadi bagian

dari keberadaan Gapoktan.

30%

4

1,2

d. Lemahnya interaksi antara pengurus

Gapoktan dengan anggota sehingga

kesadaran beroganisasi masih terbatas pada

pengurus, padahal rapat anggota menjadi

ujung tombak kerja – kerja Gapoktan.

30% 3 0,9

Jumlah 1.0

3,7

Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa diantara faktor-faktor strategi

eksternal, faktor peluang paling besar adalah adanya jumlah penduduk Indonesia

yang terus meningkat menjadi peluang pemasaran hasil pertanian baik hasil tani segar

ataupun hasil olahan serta mayoritas masyarakat petani kecil membutuhkan

permodalan, dimana tidak mampu mengakses pembiayaan perbankan dengan skor

masing-masing 0,8. Faktor ancaman yang paling tinggi adalah struktur kepengurusan

yang masih minim, hanya mengandalkan ketua, sekertaris dan bendahara saja, belum

mengembangkan bidang lain yang harusnya menjadi bagian dari keberadaan

Gapoktan dengan skor 1,2.. Skor total faktor strategi eksternal sebesar 3,65 lebih

besar dari skor total faktor strategi internal sebesar 3,8. Nilai tersebut menunjukkan

Page 93: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

bahwa faktor-faktor strategi internal lebih berpengaruh terhadap pemberdayaan

masyarakat petani dalam usaha budidayanya dibanding dengan faktor-faktor strategi

eksternalnya.

a. Faktor eksternal, dalam faktor eksternal diteliti faktor-faktor yang menjadi

peluang dan ancaman bagi pemberdayaan masyarakat petani :

1. Peluang (Opportunity)

- Dukungan pemerintah dalam menumbuh kembangkan kelembagaan petani

sebagai lembaga ekonomi mandiri yang dimilki dan dikelola oleh petani artinya

Adanya dukungan pemerintah terhadap organisasi-organisasi yang di bentuk oleh

petani untuk memperlancar dalam memasarkan hasil pertanian serta member

peluang petani dalam mengelola hasil-hasil pertanian. Lembaga ini dapat di

pergunakan untuk memberikan aspirasi bagi petani untuk membentuk dan

mendapatkn dukungan dari stakeholder dan pemangku kepentingan.

- Jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat menjadi peluang pemasaran

hasil pertanian baik hasil tani segar ataupun hasil olahan. Artinya, dengan

meningkatnya populasi penduduk memberikan peluang bagi petani untuk

meningkatkan hasil pertanian mereka baik di kemas dengan berbagai olahan

maupun di bentuk dengan keterampilan-keterampilan yang unik sehingga hasil

produksi bias mendapatkan permintaan yang tinggi dari konsumen atau pengguna.

- Sektor pertanian masih memberikan kontribusi penting terhadap PDB Indonesia

Artinya sektor pertanian sangat berperan penting dalam pengembangan dan

kelangsungan produk-produk dalam negeri dan menjamin hasil pertanian yang

Page 94: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

bisa di produksi dan menambah penghasilan para petani, hal ini dapat

mengindikasikan tidak adanya ekspor hasil pangan dari luar negeri.

- Mayoritas masyarakat petani kecil membutuhkan permodalan, dimana tidak

mampu mengakses pembiayaan perbankan artinya masyarakat Indonesia identik

dengan petani sehingga memberikan peluang usaha di bidang pertanian

menjanjikan dengan adanya dukungan sumber daya alam dan iklim yang sesuai

sehingga tingkat kesuburan tanaman dapat menunjang hasil produk yang

melimpah.

- Teknologi pengembangan cara bertani baik untuk on farm ataupun of farm sudah

sangat beragam dan modern. Artinya, dengan teknologi pertanian yang sudah

modern maka diharapkan para petani dapat memanfaatkannya dan sedikit demi

sedikit dapat merubah kebiasaan mereka dalam melakukan kegiatan usahataninya

guna untuk meningkatkan produktivitasnya.

- Belum adanya lembaga keuangan yang bergerak khusus untuk pertanian artinya

dengan adanya peluang di bidang pertanian maka memberikan ruang untuk

membentuk lembaga-lembaga keuangan yang bersifat universal tanpa

memberatkan para petani dalam berwirausaha sehingga menghidupkan aliran

dana serta peningkatan usaha yang semakin berkembang.

2. Ancaman (Threats)

- Masih minimnya pemupukan modal Gapoktan yang hanya mengandalkan iuran

anggota saja dan dana PUAP. Sehingga beberapa program kegiatan yang

direncanakan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Page 95: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

- Pengelolaan keuangan masih bersifat tradisional dan manual, sehingga

menyulitkan dalam proses pembuatan laporan keuangan yang mengakibatkan

laporan keuangan yang tidak falid dalam pelaporannya.

- Struktur kepengurusan yang masih minim, hanya mengandalkan ketua, sekertaris

dan bendahara saja, belum mengembangkan bidang lain yang harusnya menjadi

bagian dari keberadaan Gapoktan. Sehingga segala program kegiatan dari

Gapoktan lebih diketahui dan dimengerti oleh ketua sekretaris dan bendahara saja,

yang mengakibatkan banyaknya anggota yang tidak memahami tupoksinya

masing-masing.

- Lemahnya interaksi antara pengurus Gapoktan dengan anggota sehingga

kesadaran beroganisasi masih terbatas pada pengurus, padahal rapat anggota

menjadi ujung tombak kerja – kerja Gapoktan.

Page 96: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

5.6.3. Pemilihan Alternatif Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pedagang

Sayur Keliling di Kota Kendari, tahun 2016

Tabel 13. Matriks Faktor Internal dan Faktor Eksternal pemberdayaan masyarakat

Pedagang Sayur Keliling, Tahun 2016

Eksternal

Internal

Peluang

(Opportunty = O)

Ancaman

(Threats = T)

a. Pemerintah dalam

menumbuhkembangkan

kelembagaan petani sebagai

lembaga ekonomi mandiri

yang dimilki dan dikelola

oleh petani.

b. Jumlah penduduk Indonesia

yang terus meningkat

menjadi peluang pemasaran

hasil pertanian baik hasil tani

segar ataupun hasil olahan.

c. Sektor pertanian masih

memberikan kontribusi

penting terhadap PDB

Indonesia disebabkan hampir

40% tenaga kerja Indonesia

terserap pada sektor

pertanian.

d. Mayoritas masyarakat petani

kecil membutuhkan

permodalan, dimana tidak

mampu mengakses

pembiayaan perbankan.

e. Teknologi pengembangan

cara bertani baik untuk on

farm ataupun of farm sudah

sangat beragam dan modern.

f. Belum adanya lembaga

keuangan yang bergerak

khusus untuk pertanian.

a. Masih minimnya

pemupukan modal

Gapoktan yang hanya

mengandalkan iuran

anggota saja dan dana

PUAP.

b. Pengelolaan keuangan

masih bersifat

tradisional dan manual

sehingga menyulitkan

dalam proses

pembuatan laporan

keuangan.

c. Struktur kepengurusan

yang masih minim,

hanya mengandalkan

ketua, sekertaris dan

bendahara saja, belum

mengembangkan

bidang lain yang

harusnya menjadi

bagian dari keberadaan

Gapoktan.

d. Lemahnya interaksi

antara pengurus

Gapoktan dengan

anggota sehingga

kesadaran beroganisasi

masih terbatas pada

pengurus.

Page 97: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Kekuatan

(Strenght = S) Strategi (S-O) Strategi (S-T)

a. Gapoktan

merupakan

wadah yang

dikelola langsung

oleh anggota

kelompok tani.

b. Soliditas antara

sesama pengurus

terjaga dengan

baik karena para

pengurus masih

berada dalam satu

wilayah,paling

tidak ada dalam

satu kecamatan.

c. Gapoktan hadir

sebagai penyedia

pinjaman yang

prosesnya tidak

susah dan hanya

menggunakan

ketua

kelompoknya

untuk agunan

pada kasus

pinjaman di

bawah Rp

1.000.000.

d. Bagi hasil dari

pinjaman adalah

1 % lebih

menarik dari pada

meminjam dari

rentenir atau

lembaga

keuangan mikro

lainnya.

a. Mengembangkan usaha tani

melalui pemaksimalan basis

kelembagaan tani dengan

teknologi terbarukan yang

efisien.

b. Membuka peluang

pemasaran hasil dengan

segmen yang beragam

dengan membentuk unit

usaha gapoktan yang dikelola

oleh petani – petani yang

memiliki usaha sejenis.

c. Menumbuhkan unit lembaga

keuangan mikro berbasis

modal dari petani dengan

meningkatkan peran modal

petani dalam pemupukan

modal Gapoktan.

a. Memaksimalkan dana

PUAP untuk penguatan

usaha anggota melaui

fasilitas pinjaman

dengan sistem bagi hasil

yang kompetitif.

b. Memaksimalkan peran

ketua kelompok tani

untuk memobilisasi

anggotanya yang belum

menjadi anggota

Gapoktan.

c. Mengenalkan Gapoktan

sebagai lembaga

kerjasama antar petani

dalam rangka

meningkatkan

kesejahteraan petani.

d. Memenuhi kebutuhan

petani anggota tentang

informasi eksternal

dalam rangka

peningkatan

kemampuan.

e. Menguatkan posisi

Gapoktan sebagai bagian

dari permodalan petani

anggota.

Page 98: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Kelemahan

(Weakness = W)

Strategi (W-O) Strategi (W-T)

a. Secara umum,

petani belum

memenuhi syarat

perbankan (non

bankable).

b. Akses petani

terhadap

program-

program

pemerintah di

luar Kementan

dan perbankan

masih kurang,

sehingga

menyebabkan

petani hanya

mengandalkan

bantuan dari

Kementan saja.

c. Pengurus poktan

tidak memiliki

keterampilan

penggunaan

IT/komputer, dan

sulit mengakses

internet,

sehingga

pengetahuan para

pengurus

terbatas.

d. Kelembagaan di

tingkat petani

masih lemah.

a. Memahami secara utuh tentang

fungsi Gapoktan bagi petani

b. Menyediakan pinjaman bagi

anggota Gapoktan untuk

peningkatan usaha tani.

c. Penyadaran kembali kepada

anggota kelompok tani yang

belum tergabung dalam

Gapoktan.

d. Memperkuat kompetensi inti

sebagai penyedia keuangan

bagi petani kecil sekaligus

merapikan pelaporan sesuai

dengan standar laporan

keuangan

e. Membangun interaksi dengan

asosiasi petani lain yang sudah

terlebih dahulu eksis.

f. Memanfaatkan teknologi

dalam proses penumbuhan

Gapoktan.

a. Memperbaiki sistem

pengelolaan Gapoktan

dengan mengikuti

pelatihan – pelatihan

kelembagaan baik dari

pihak suku dinas

pertanian ataupun

dengan mengikuti

pelatihan diluar binaan

penyuluh.

b. Memperkuat posisi

Gapoktan sebagai

lembaga petani yang

salah satunya

menyalurkan dana

PUAP dalam bentuk

pinjaman yang harus

dikembalikan beserta

bagi hasilnya.

c. Menghindari

berkurangnya anggota

yang telah tergabung.

d. Memperkuat struktur

kepengurusan dengan

memaksimalkan peran

masing – masing.

Sumber: Data sekunder dan hasil wawancara dengan Gapoktan dan Penyuluh

Pendamping.

Page 99: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Berdasarkan hasil analisis SWOT diketahui bahwa dalam tahap analisis,

sudah diketahui posisi pemberdayaan organisasi yang di peroleht dari hasil analisis

SWOT ini menandakan organisasi kuat dan memiliki peluang besar. Pada matriks

SWOT telah di dapat beberapa alternatif strategi SO (Strength - opportunity).

Adapun alternatif strateginya adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan usahatani melalui pemaksimalan basis kelembagaan tani dengan

teknologi terbarukan yang efisien.

b. Membuka peluang pemasaran hasil dengan segmen yang beragam dengan

membentuk unit usaha Gapoktan yang dikelola oleh pedagang-pedagang yang

memiliki usaha sejenis.

c. Menumbuhkan unit lembaga keuangan mikro berbasis modal dari pedagang

dengan meningkatkan peran modal pedagang dalam pemupukan modal Gapoktan.

Page 100: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tingkat keberdayaan para pedagang sayur keliling yang telah diberikan modal

dari Program PUAP yang penyalurannya melalui Gapoktan belum berjalan

dengan efektif yang disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan, sikap dan

keterampilan dari para anggotanya.

2. Strategi yang dilakukan para pedagang sayur keliling agar sayurannya laris

adalah dengan membersihkan dan memisahkan sayuran dari tangkainya (agar

siap dimasak) oleh konsumen atau pelanggannya.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan disimpulkan diatas,

disusunlah beberapa saran atau rekomendasi sebagai berikut :

1. Bagi aparatur pemerintah ( tingkat Kecamatan dan tingkat Desa) diharapkan

mampu menjalankan tugas,tanggungjawab serta fungsinya masing-masing

sehingga Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dapat

berjalan dengan baik, tepat sasaran serta dilakukan pelatihan oleh penyuluh

pertanian sehingga para pedagang sayur keliling dapat meningkatkan

perekonomian mereka.

Page 101: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

2. Bagi Pedagang sayur keliling penerima bantuan Program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP). Diharapkan para pedagang sayur keliling agar

tetap mempertahankan strategi mereka supaya para pelangganya tidak beralih

kepada pedagang lain.

Page 102: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

DAFTAR PUSTAKA

Adi, I.R. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Ahmad, Abu dan Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Balai Pustaka.

Aida. 1992. Penyuluhan Pembangunan di Indonesia. Jakarta. Pustaka Pembangunan.

Anggito, Abimanyu dkk. 1995. Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan

Masyarakat. Yogyakarta : PAU-SE UGM bersama BP. FE.

Amy Trauger, Carolyn Sachs, Mary Barbercheck(2010) „„Our market is our

community’’: women farmers and civic agriculture in Pennsylvania, USA.

Agric Hum Values (2010) 27:43–55. DOI 10.1007/s10460-008-9190-5.

Anu Kasmel, Pernille Tanggaard Andersen (2011) Measurement of Community

Empowerment in Three Community Programs in Rapla (Estonia). Int. J.

Environ. Res. Public Health 2011, 8, 799-817; doi:10.3390/ijerph8030799

Andi Sopandi ( 2010). Strategi Pemberdayaan Masyarakat : Studi Kasus Strategi dan

Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bekasi. Jurnal Kybernan,

Vol. 1, No. 1 Maret 2010

Arifin, Anwar. 1994. Strategi Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung:

Armico Bandung.

Arbi Sanit. 2001. Otonomi Daerah Versus Pemberdayaan Masyarakat

(Sebuah Kumpulan Gagasan). Klaten : Mitra Parlemen.

BPS Sulawesi Tenggara. 2011. Kota Kendari dalam angka. Kota Kendari.

Chris Manning dan Tadjuddin Noer Effendi. 1991. Urbanisasi Pengangguran dan

Sektor Informal di Kota. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Cholisin. (2011). Pemberdayaan Masyarakat. Tulisan di sampaikan pada Gladi

Manajemen Pemerintahan Desa bagi Kepala Bagian/Kepala Urusan Hasil

Pengisian Tahun 2011 di Lingkungan Kabupaten Sleman. Tersedia di

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PEMBERDAYAAN%20MASYA

RAKAT.pdf. Diakses tanggal 3 Mei 2015.

Page 103: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Bielefeld: PT Raja Grafindo Persada.

Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek : Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya.

IS Hadri Utomo. 2000. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Dalam Implementasi

Proyek Peremajaan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai Kali Anyar

Mojosongo. ( Jurnal: DIK200005012.)

Jamasy, 0. (2004). Kemitraan Usaha.' Konsepsi dan Strategi'. Jakarta: Sinar

Harapan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 2002. Jakarta: Balai Pustaka.

Kadarsan, H.W. 1992. Keuangan Pertanian Pembiayaan Perusahaan Agribisnis.

Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Kartasasmita Ginanjar, 1995. Pembangunan Untuk Rakyat . : Jakarta: Gramedia.

Kurniadi dan Tangkilisan. 2002. Ketertiban Umum dan Pedagang Kaki Lima di DKI

Jakarta. Yogyakarta: YPAPI.

Macaulay Steve dan Sarah Cook. 1996. Customer Service, Kiat Meningkatkan

Pelayanan Bagi Pelanggan. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mardikato, T. 1993. Penyuluhan Pembanguan Pertanian. Surakarta: Sebelas

Maret University Press.

2003, Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta : UNS PRESS.

Moeljarto, T. 1995. Politik Pembangunan, Sebuah Analisis Konsep, Arah dan

Strategi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana:

Parsons, Ruth J., James D. Jorgensen dan Santos H. Hernandez (1994), The

Integration of Social Work Practice, California: Brooks/Cole

Suanggana,A. dalam Yulia Richa 2015. Pengaruh Penguatan Modal terhadap

Pendapatan Usahatani Padi Ponpes Attuhamah Cianjur melalui Program

Pengembangan Usaha Agribisnis LM3 [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan

Manajemen,Institut Pertanian Bogor.

Sudaryanti. 2002. Pengaruh Modal Usaha, Motivasi Kerja, dan Strategi Pemasaran

terhadap Laba Usaha Pedagang Kaki Lima Makanan dan Minuman (Studi

Kasus di Lingkungan Universitas Wangsa Manggala). Skripsi Tidak

Dipublikasikan. FIS UNY.

Page 104: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Sugiono. 2008. Statistik Non Parametric Untuk Penelitian. Alfabet. Bandung.

Sugiharsono,dkk. 2002. Ekonomi. Jakarta: Grafindo Media Pratama.

Sulistyani. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta : Graha

Ilmu

Sumardjo. 1999. ”Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan

Kemandirian Petani: Kasus di Propinsi Jawa Barat”. Disertasi Doktor. Bogor:

Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sumodiningrat, G . 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial.

Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

2000. Visi dan Misi Pembangunan Pertanian Berbasis

Pemberdayaan. Yogyakarta: IDEA.and International Studies (CSIS).

. 2007. Pemberdayaan Sosial. (Kajian Ringkas tentang Pemberdayaan Manusia

Indonesia). Jakarta : Kompas.

Suparjan dan Hempri, S. (2003). Studi Pengembangan Masyarakat . Aditya Medika:

Yogyakarta.

Suprijatna, T. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Rineka Cipta:

Jakarta.

Surni dan Murdjani K. (2014). Nilai Tambah dan Penguatan Ekonomi Kelompok

Usaha Bajo Indah Lapulu Kendari Melalui Segmentasi Pasar Desain Kemasan

Terasi Instant. AGRIPLUS,Volume 24 Nomor: 03 September, ISSN 0854-

0128.

Sutoro, Eko. 2002. Pemberdayaan Masyarakat Desa, Materi Diklat Pemberdayaan

Masyarakat Desa, Yang Diselenggarakan Badan Diklat Propinsi Kaltim,

Samarinda, Desember, 2002. Tidak Dipublikasikan.

Suwondo, K. 2002. Perubahan Pola Pemerintahan Dan Kepemimpinan Lokal.

Salatiga: Forsa Pustaka.

Soetomo. 2006. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, JSP Vol 9 No.1 Vol. 10

No2, November 2006. Yogyakarta.

Purbayu Budi Santoso, Darwanto (2015). Strategy for Strengthening Farmer Groups

by Institutional Strengthening. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni

2015, 33-45.

Page 105: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Pranaka dan Vidhyandika. 1996. Pemberdayaan (Empowerment). Jakarta: Centre

of Strategic.

Tjokrowinoto, M. 2001. Pembangunan Dilema dan Tantangan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Yulia Richa 2015. Pengaruh Penguatan Modal terhadap Pendapatan Usahatani Padi

Ponpes Attuhamah Cianjur melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis

LM3. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Page 106: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

Lampiran 1. Data hasil penelitian terhadap identitas responden di Kota Kendari

Tahun 2016.

Responden Umur

(Tahun)

Pendidikan Tanggungan

Keluarga

(Jiwa)

1 30 SMA 3

2 32 SMA 4

3 34 SMP 6

4 35 SD 3

5 38 SMA 4

6 40 SD 5

7 43 SMP 2

8 40 SMP 4

9 44 SD 5

10 45 SMA 6

11 48 SD 3

12 38 SMA 5

13 40 SMP 6

14 43 S1 4

15 44 S1 5

16 38 SMA 2

17 40 SMP 3

18 44 SD 5

Page 107: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

93

Lampiran 2. Data hasil tingkat keberdayaan masyarakat pedagang sayur keliling di

Kota Kendari, Tahun 2016.

A. Pengetahuan

Responden Pengetahuan

1 3 3 3 3 12

2 3 3 3 3 12

3 2 1 3 3 9

4 3 3 2 3 11

5 3 2 3 2 10

6 3 3 2 2 10

7 3 3 3 2 11

8 3 3 3 2 11

9 2 1 3 2 8

10 3 3 3 2 11

11 3 3 2 2 10

12 3 2 2 2 9

13 1 1 3 3 8

14 3 3 3 2 11

15 3 3 2 2 10

16 3 3 2 1 9

17 3 2 2 3 10

18 2 2 3 3 10

I = J/K

I = 12 – 8 +1 8 - 9 = Rendah ( 4 orang )

3 10 - 11 = Sedang ( 11 orang)

= 2 12 = Tinggi ( 3 Orang)

Page 108: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

94

b. Sikap

Responden Sikap

1 3 2 3 2 10

2 3 3 3 3 12

3 1 1 2 1 5

4 3 2 3 2 10

5 3 2 3 3 11

6 2 2 2 2 8

7 3 2 2 1 8

8 3 2 2 1 8

9 2 1 2 2 7

10 3 2 3 2 10

11 3 3 2 3 11

12 3 3 3 3 12

13 3 2 1 2 8

14 3 3 3 3 12

15 2 2 2 3 9

16 3 2 2 2 9

17 3 2 2 2 9

18 2 3 2 2 9

I = J/K

I = 12 – 5 +1 5 - 7 = Rendah ( 4 orang )

3 8 - 10 = Sedang ( 8 orang)

= 3 12 = Tinggi ( 6 Orang)

Page 109: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

95

c. Keterampilan

Responden Keterampilan

1 3 2 2 2 9

2 3 3 3 3 12

3 2 2 2 3 9

4 3 2 2 3 10

5 2 3 2 2 9

6 2 2 2 3 9

7 2 2 2 3 9

8 2 2 2 3 9

9 3 3 3 1 10

10 3 2 2 2 9

11 3 2 2 3 10

12 3 2 2 2 9

13 2 2 2 2 8

14 2 2 2 3 9

15 2 2 2 2 8

16 1 2 2 3 8

17 3 3 3 2 11

18 3 2 2 3 10

I = J/K

I = 11 – 8 +1 8 - 9 = Rendah (11 orang )

3 9 - 10 = Sedang (6 orang)

= 1 11 = Tinggi (1 Orang)

Page 110: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

96

Responden Pengetahuan

Sikap

Keterampilan

1 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2

2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2

3 2 1 3 3 1 1 2 1 2 2 2 3

4 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3

5 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2

6 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3

7 3 3 3 2 3 2 2 1 2 2 2 3

8 3 3 3 2 3 2 2 1 2 2 2 3

9 2 1 3 2 2 1 2 2 3 3 3 1

10 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2

11 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3

12 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2

13 1 1 3 3 3 2 1 2 2 2 2 2

14 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3

15 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2

16 3 3 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2

17 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2

18 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3

Jumlah 182 168 168

Rata-Rata 10,11 9,33 9,33

Page 111: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

97

Lampiran 4. Data hasil tingkat keberdayaan masyarakat pedagang sayur kelilig di

Kota Kendari Tahun 2016.

Responden Pengetahuan Sikap Keterampilan Skor Kategori

1 12 10 9 31 Sedang

2 12 12 12 36 Tinggi

3 9 7 9 25 Rendah

4 11 10 10 31 Sedang

5 10 11 9 30 Sedang

6 10 8 9 27 Rendah

7 12 12 11 35 Tinggi

8 11 10 9 30 Sedang

9 8 7 10 25 Rendah

10 11 10 9 30 Sedang

11 10 11 10 31 Sedang

12 10 12 9 31 Sedang

13 8 8 8 24 Rendah

14 11 12 9 32 Tinggi

15 10 9 8 27 Rendah

16 9 9 9 27 Rendah

17 10 9 11 30 Sedang

18 10 9 10 29 Sedang

I = J/K

I = 36 – 24 +1 24 – 27 = Rendah ( 6 orang )

3 28 – 31 = Sedang ( 9 orang)

= 4 32 – 36 = Tinggi ( 3 Orang)

Page 112: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

98

Lampiran 5. Persentase tingkat keberdayaan masyarakat Pedagang Sayur Keliling di

Kota Kendari Tahun 2016.

No Tingkat

keberdayaan

masyarakat

pedagang

Tingkat keberdayaan Rata-rata

Pengetahuan Sikap Keterampilan

1. Tinggi 16,67

33,33

5,56 18,52

2. Sedang 61,11 44,45

33,33 46,30

3. Rendah 22,22 22,22

61,11 35,18

Jumlah 55,56 138,89

105,55

100,00

Page 113: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

99

Lampiran 6. Penilaian Faktor Eksternal Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pedagang

Sayur Keliling di Kota Kendari, Tahun 2016

Uraian Bobot Rating Rating x

Bobot

Peluang

a. Dukungan pemerintah dalam menumbuhkembangkan kelembagaan

petani sebagai lembaga ekonomi mandiri yang dimilki dan dikelola

oleh petani.

15%

4

0,60

b. Jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat menjadi peluang

pemasaran hasil pertanian baik hasil tani segar ataupun hasil olahan.

20 % 4 0,8

c. Sektor pertanian masih memberikan kontribusi penting terhadap

PDB Indonesia

15%

3

0,45

d. Mayoritas masyarakat petani kecil membutuhkan permodalan,

dimana tidak mampu mengakses pembiayaan perbankan.

20%

4

0,8

e. Teknologi pengembangan cara bertani baik untuk on farm ataupun of

farm sudah sangat beragam dan modern.

20%

3

0,6

f. Belum adanya lembaga keuangan yang bergerak khusus untuk

pertanian 10% 4 0,4

Total 1,0 3,65

Ancaman (Threats)

a. Masih minimnya pemupukan modal Gapoktan yang hanya

mengandalkan iuran anggota saja dan dana PUAP.

20%

4 0,8

b. Pengelolaan keuangan masih bersifat tradisional dan manual

sehingga menyulitkan dalam proses pembuatan laporan keuangan

20%

4

0,8

c. Struktur kepengurusan yang masih minim, hanya mengandalkan

ketua, sekertaris dan bendahara saja, belum mengembangkan bidang

lain yang harusnya menjadi bagian dari keberadaan Gapoktan.

30%

4

1,2

d. Lemahnya interaksi antara pengurus Gapoktan dengan anggota

sehingga kesadaran beroganisasi masih terbatas pada pengurus,

padahal rapat anggota menjadi ujung tombak kerja – kerja

Gapoktan.

30% 3 0,9

Jumlah 1.0

3,7

Page 114: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

100

Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0 dengan keterangan sebagai

berikut :

0.05 = di bawah rata-rata

0.10 = rata-rata

0.15 = diatas rata-rata

0.20 = sangat kuat

Lampiran 7. Penilaian Faktor Interrnal Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pedagang

Sayur Keliling di Kota Kendari Tahun 2016

Uraian Bobot Rating Rating x

Bobot

Kekuatan (Strength)

- Gapoktan merupakan wadah yang dikelola langsung oleh anggota

kelompok tani. 30%

4

1,2

- Soliditas antara sesama pengurus terjaga dengan baik karena para

pengurus masih berada dalam satu wilayah, paling tidak ada dalam

satu kecamatan.

20%

4

0,8

- Gapoktan hadir sebagai penyedia pinjaman yang prosesnya tidak

susah dan hanya menggunakan ketua kelompoknya.

30%

4 1,2

- Bagi hasil dari pinjaman adalah 1 % lebih menarik dari pada

meminjam dari rentenir atau lembaga keuangan mikro lainnya.. 20% 3 0,6

Total 1,0

3,8

Kelemahan (Weakness)

- Secara umum, petani belum memenuhi syarat perbankan (non

bankable).

30%

3 0,9

- Akses petani terhadap program-program pemerintah di luar

Kementan dan perbankan masih kurang. 20% 2 0,4

- Pengurus poktan tidak memiliki keterampilan penggunaan

IT/komputer, dan sulit mengakses internet. 20% 2 0,4

- Kelembagaan di tingkat petani masih lemah 30% 4 1,2

Total 1,0

2,9

Page 115: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

101

Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0 dengan keterangan sebagai

berikut :

0.05 = di bawah rata-rata

0.10 = rata-rata

0.15 = diatas rata-rata

0.20 = sangat kuat

Page 116: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

102

Wawancara dengan responden

Page 117: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

103

Responden ketika sedang Berjualan

Page 118: ABSTRAK WA DE MEGAWATI (G2 B1 14 015). - SITEDI UHOsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G2B114015_sitedi_WA DE MEGAWATI PDF... · Dibimbing oleh Dasmin Sidu sebagai Pembimbing I dan Mukhtar

104

Foto sayuran yang dijual