pesan politik megawati soekarnoputri dalam pidato …

22
PESAN POLITIK MEGAWATI SOEKARNOPUTRI DALAM PIDATO ULANG TAHUN KE-44 PDI PERJUANGAN Political Message of Megawati Soekarnoputri’s Speech in the 44th Anniversary of PDI Perjuangan Ali Kusno Kantor Bahasa Kalimantan Timur Jalan Batu Cermin 25 Sempaja Utara Samarinda Kalimantan Timur Pos-el: [email protected] Diajukan: 16 Februari 2017, direvisi: 27 Juli 2017 Abstract Chairman of the Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati delivered a political speech in the 44th anniversary of PDIP, Megawati's speech reaped a variety of criticisms from some parties without intrepreting the whole content of the speech thoroughly. This study aims to analyze the political messages contained in the discourse of Megawat’s political speech. This study uses a model of critical discourse analysis by Fairclough. The data are taken from the discourse of Megawati's speech. The data are analyzed using an interactive model. The results show that Megawati’s political speech does not harm certain parties. The message delivered is a pure persuasion to the country to uphold Pancasila, the 1945 Constitution, and to maintain the national unity which is knows as Bhineka Tunggal Ika. Even if there is an apposing party, it could be possible because of differences in political views and interests. The issue often arises when people in the political parties are sometimes too reactive to the statement and associate it with racial issues. The problems that actually have nothing to do with the racial issues can be a big issue because they were exaggerated. Keywords: critical discourse analysis, political speech of Megawati Abstrak Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati menyampaikan pidato politik dalam HUT ke-44 PDIP. Pidato Megawati itu menuai beragam kecaman dari beberapa pihak tanpa memaknainya secara menyeluruh. Penelitian ini bertujuan menganalisis pesan politik yang terdapat dalam pidato Megawati tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Model Fairclough. Data penelitian diambil dari wacana pidato Megawati tersebut. Teknik analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Megawati dalam pidato politiknya tidak ada satu pernyataan pun yang mencederai pihak tertentu. Hal yang disampaikan murni persuasi terhadap bangsa Indonesia untuk menjunjung pancasila, UUD 1945, dan menjaga persatuan bangsa yang Berbhineka Tunggal Ika. Kalaupun ada pihak lain menentang, bisa dimungkinkan karena perbedaan pandangan politik dan kepentingan. Persoalan justru sering muncul ketika tokoh-tokoh tersebut reaktif terhadap pernyataan dan mengaitkannya dengan isu SARA. Permasalahan yang sebenarnya tidak ada kaitannya (SARA) dapat menjadi isu besar karena dibesar-besarkan. Kata kunci: analisis wacana kritis, pidato politik Megawati

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PESAN POLITIK MEGAWATI SOEKARNOPUTRI DALAM PIDATO ULANG TAHUN KE-44 PDI PERJUANGAN
Political Message of Megawati Soekarnoputri’s Speech
in the 44th Anniversary of PDI Perjuangan
Ali Kusno
Jalan Batu Cermin 25 Sempaja Utara Samarinda Kalimantan Timur Pos-el: [email protected]
Diajukan: 16 Februari 2017, direvisi: 27 Juli 2017
Abstract
Chairman of the Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati delivered a political speech in the 44th anniversary of PDIP, Megawati's speech reaped a variety of criticisms from some parties without intrepreting the whole content of the speech thoroughly. This study aims to analyze the political messages contained in the discourse of Megawat’s political speech. This study uses a model of critical discourse analysis by Fairclough. The data are taken from the discourse of Megawati's speech. The data are analyzed using an interactive model. The results show that Megawati’s political speech does not harm certain parties. The message delivered is a pure persuasion to the country to uphold Pancasila, the 1945 Constitution, and to maintain the national unity which is knows as Bhineka Tunggal Ika. Even if there is an apposing party, it could be possible because of differences in political views and interests. The issue often arises when people in the political parties are sometimes too reactive to the statement and associate it with racial issues. The problems that actually have nothing to do with the racial issues can be a big issue because they were exaggerated. Keywords: critical discourse analysis, political speech of Megawati
Abstrak
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati menyampaikan pidato politik dalam HUT ke-44 PDIP. Pidato Megawati itu menuai beragam kecaman dari beberapa pihak tanpa memaknainya secara menyeluruh. Penelitian ini bertujuan menganalisis pesan politik yang terdapat dalam pidato Megawati tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Model Fairclough. Data penelitian diambil dari wacana pidato Megawati tersebut. Teknik analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Megawati dalam pidato politiknya tidak ada satu pernyataan pun yang mencederai pihak tertentu. Hal yang disampaikan murni persuasi terhadap bangsa Indonesia untuk menjunjung pancasila, UUD 1945, dan menjaga persatuan bangsa yang Berbhineka Tunggal Ika. Kalaupun ada pihak lain menentang, bisa dimungkinkan karena perbedaan pandangan politik dan kepentingan. Persoalan justru sering muncul ketika tokoh-tokoh tersebut reaktif terhadap pernyataan dan mengaitkannya dengan isu SARA. Permasalahan yang sebenarnya tidak ada kaitannya (SARA) dapat menjadi isu besar karena dibesar-besarkan. Kata kunci: analisis wacana kritis, pidato politik Megawati
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
152
Ketua Umum Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politik dalam perayaan HUT ke-44 PDIP di Jakarta Covention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa (10/1/2017) (Putra, 2017).‎ Pidato Megawati itu menuai kecaman. Salah satunya berasal dari Politikus senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Habil Marati. Politikus asal Sulawesi Tenggara ini menyindir pidato Megawati yang menyebut, “kalau mau jadi orang Islam, jangan jadi orang Arab”. Menurut Habil Marati, Megawati tidak paham posisi agama dalam prespektif penciptaan manusia, bahwa agama Islam bukan budaya Arab. Bagi Habil Marati, Megawati tidak paham Agama dan tidak tahu beragama. Islam turun di tanah Arab dan pada orang Arab, tapi Allah mengutus Nabi Muhammad bukan untuk mewakili orang Arab dan tanah Arab dalam kenabiannya. Nabi Muhammad mewakili seluruh umat manusia sepanjang zaman (Sari, 2017).
Selain itu, Imam Besar FPI Habib Rizieq, juga menyinggung pidato Megawati. Dalam pidato tersebut, Habib Rizieq menilai Megawati mencoba menghadapkan Islam dengan Pancasila. Habib Rizieq menyesalkan mendengarkan salah satu pimpinan parpol yang menyinggung ideologi tertutup yang mencoba menghadapkan agama Islam dan Pancasila. Bagi Habib Rizieq, antara Pancasila dan agama Islam tidak ada yang perlu diperdebatkan. Menurut Habib Rizieq yang lebih menyedihkan, ada ungkapan-ungkapan pernyataan bahwa ajaran Islam yang berkaitan dengan iman kepada hari akhir. Habib Rizieq khawatir pernyataan Megawati menganggap akhirat sebagai ramalan masa depan dapat mengundang konflik
horizontal antarumat beragama. Hal itu dianggap bisa membahayakan NKRI, Pancasila, UUD 1945 dan pilar - pilar negara. Menurut Habib Rizieq sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia, tidak ada satu pun tokoh yang menjadikan Pancasila untuk menggugurkan rukun iman (Supriyadi, 2017).
Oleh karena itu, penafsiran secara menyeluruh terkait isi pidato tersebut penting untuk dilakukan. hal itu didasari atas munculnya simpang siur penafsiran yang masih sebatas pada penggalan-penggalan pidato. Padahal diperlukan penafsiran isi pidato politik Megawati secara menyeluruh agar tidak timbul kesalahan penafsiran. Penelitian ini bertujuan menganalisis pesan-pesan politik apa saja yang terdapat dalam wacana pidato politik Megawati saat perayaan HUT ke-44 PDIP di Jakarta Covention Center (JCC), Senayan, Jakarta.
Dalam KBBI (Bahasa, 2016) pengertian pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak; wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Dengan demikian pidato dapat dimaknai pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata dibawakan dalam acara, materi, dan khalayaknya khusus. Pidato sering dibawakan dalam berbagai situasi resmi. Meskipun dalam situasi yang sama, perbedaan penutur dapat memengaruhi perbedaan gaya bahasa pidato. Gaya bahasa seseorang dalam berpidato dapat membedakan jiwa dan kepribadiannya. Beberapa penelitian tentang gaya bahasa beberapa tokoh dapat dijadikan referensi sekaligus pembanding.
Penelitian tentang pidato Megawati sudah pernah dilakukan Kusno (2015) terkait gaya bahasa
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
153
pidato politik Megawati pada pembukaan kongres ke IV PDIP di Bali. Adapun hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Megawati dalam membawakan pidato politik yang mampu menggunakan gaya bahasa efektif menghidupkan sebuah pidato. Masing-masing orang memiliki gaya dalam menyampaikan pesan termasuk dalam berpidato. Megawati dalam pidato politik pada pembukaan kongres ke IV PDIP di Bali menggunakan gaya bahasa yang berkarakter, yakni gaya bahasa resmi dengan nada mulia dan serius; menggunakan Istilah-istilah berupa Politik kalangan PDIP, menggunakan Istilah-istilah Asing; dan menggunakan istilah-istilah asing. Secara keseluruhan Megawati dalam pidato politiknya dominan menggunakan nada suara tinggi persuasif yang dapat menggelorakan semangat para kader partai. Selain menggunakan nada suara tinggi, pada bagian tertentu, Megawati menggunakan nada suara yang rendah. Nada suara rendah menjadi jeda sekaligus penekanan tertentu dari dominasi penggunaan nada tinggi. Selanjutnya, kekhasan gaya struktur kalimat, berupa gaya bahasa klimaks, antiklimaks, dan repetisi. Megawati menggunakan gaya bahasa retoris berupa gaya bahasa pertanyaan retoris dan gaya bahasa hiperbol. Gaya bahasa kiasan yang digunakan Megawati berupa gaya bahasa simile, gaya bahasa metafora, dan gaya bahasa personifikasi. Megawati juga menggunakan humor untuk dapat mencairkan suasana.
Dalam penelitian tersebut dianalisis tentang gaya bahasa pidato Megawati. Sedangkan dalam penelitian ini fokus pada pemaknan menyeluruh terhadap pesan dalam pidato. Oleh karena itu, untuk mengungkapkan pesan pidato, sebagai sebuah tuturan, dapat menggunakan analisis wacana.
Crystal dan Cook dalam Nunan (Purbani, 2009) mendefinisikan wacana sebagai unit bahasa lebih besar daripada kalimat, sering berupa satuan yang runtut/koheren dan memiliki tujuan dan konteks tertentu, seperti ceramah agama, argumen, lelucon atau cerita. Nunan melihat unsur-unsur keruntutan dan koherensi sebagai hal yang penting untuk menilai sebuah wacana. Pendapat itu dapat dimaknai bahwa wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat memiliki koherensi, tujuan, dan konteks tertentu. Wacana menurut Mulyana (2005: 56) dapat diklasifikasikan berdasarkan isi sehingga relatif mudah dikenali. Hal ini disebabkan telah tersedianya ruang (space) dalam berbagai media yang secara khusus langsung mengelompokkan jenis-jenis wacana atas dasar isinya. Isi wacana sebenarnya lebih bermakna sebagai nuansa atau muatan tentang hal yang ditulis, disebutkan, diberitakan, atau diperbincangkan oleh pemakai bahasa (wacana). Masing-masing jenis wacana yang memiliki isi yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda pula.
Berdasarkan isinya, salah satu jenis wacana adalah wacana politik. Menurut Mulyana (2005: 57) sebagian orang memandang dunia politik sebagai dunia siasat, penuh strategi, dan mungkin kelicikan. Politik dalam pandangan masyarakat identik dengan saling mengakali satu dengan pihak lain. Hal itu tidak berbeda dengan pendapat George Orwell. Menurut George Orwell bahwa pada zaman ini tidak mungkin orang bisa lepas dari politik. Semua masalah adalah selalu masalah politik (Jones & Wareing, 2006: 50). Setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat tidak bisa lepas dari dunia politik. Politik adalah masalah kekuasaan, yaitu kekuasaaan untuk membuat keputusan,
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
154
mengendalikan sumber daya, mengendalikan perilaku orang lain dan sering kali juga mengendalikan nilai- nilai yang dianut orang lain (Jones & Wareing, 2006: 50). Melalui politik orang dapat memiliki kekuasaan, mengendalikan sumber daya untuk keuntungan, maupun memengaruhi ataupun mengendalikan orang lain.
Wacana-wacana politik menggunakan bahasa yang membutuhkan pemahaman. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengungkapkan makna dalam wacana-wacana politik dapat menggunana analisis wacana kritis. Istilah wacana yang digunakan dalam Critical Discourse Analysis (CDA) salah satunya dikembangkan ahli linguistik sosial seperti Norman Fairclough. Analisis wacana kritis Model Fairclough menempatkan wacana atau penggunaan bahasa sebagai praktik sosial; wacana atau penggunaan bahasa dihasilkan dalam sebuah peristiwa diskursif tertentu; wacana yang dihasilkan berbentuk sebuah genre tertentu (Ahmadi F., 2014: 255). Analisis wacana kritis model Fairclough dikenal dengan sebutan analisis tiga dimensi, yakni: 1) analisis tekstual (level mikro) adalah analisis deskriptif terhadap dimensi teks; 2) analisis praktik wacana (level meso) adalah analisis interpretatif terhadap pemproduksian, penyebaran, dan pengonsumsian wacana, termasuk intertekstualitas dan interdiskursivitas; 3) analisis sosiokultural (level makro) adalah analisis eksplanatif terhadap konteks sosiokultural yang melatarbelakangi kemunculan sebuah wacana (Fairclough dalam Ahmadi F., 2014: 255).
2. Metode
Untuk menganalisis pesan politik dalam pidato Megawati dalam perayaan HUT ke-44 PDIP di JCC, Senayan, Jakarta (Putra, 2017). Metode penelitian ini dengan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan tentang sifat individu, keadaan, gejala dari kelompok tertentu yang dapat diamati (Moleong, 1994: 6). Objek penelitian ini adalah bahasa politik yang digunakan Megawati Soekarnoputri dalam pidato politik dalam perayaan HUT ke-44 PDIP di JCC, Senayan, Jakarta. Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen. Sumber data dokumen yaitu rekaman pidato Megawati Soekarnoputri dalam perayaan HUT ke-44 PDIP di JCC, Senayan, Jakarta yang diunggah di Youtube (CNN Indonesia, 2017). Sedangkan teknik analisa data menggunakan model interaktif, seperti yang dikemukakan Miles & Huberman (2007:19-20), yang terdiri atas tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verivikasi. Aktivitas ketiga komponen itu dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data.
3. Hasil dan Pembahasan
Penafsiran atas isi pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam perayaan HUT ke-44 PDIP di JCC, Senayan, Jakarta cukup beragam. Tidak sedikit yang mengkritik isi pidato tersebut, terutama pihak-pihak yang berseberangan atau lawan politik. Berikut ini penafsiran pesan politik dalam pidato Megawati dalam perayaan HUT ke-44 PDIP di JCC, Jakarta.
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
155
3.1 Analisis Tekstual (Analisis Mikro) 1) Struktur Teks
Struktur sebuah teks biasa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup. Teks pidato politik Megawati merupakan contoh struktur teks yang memenuhi tiga bagian itu. Selanjutnya secara substansi, isi teks tuturan itu mengungkapkan beberapa hal yang dapat diidentifikasi sebagai pesan politik Megawati.
(1) Rasa syukur keberadaan PDIP
Melewati Sejarah Bangsa Sebagai pembuka pidato,
Megawati menyampaikan perasaan syukur terkait keberadaan PDIP. Berikut ini penggalan pidato Megawati yang mengungkapkan syukur keberadaan PDIP yang telah mampu melewati sejarah bangsa Indonesia.
Data 1 Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga PDI Perjuangan mampu melewati berbagai ujian sejarah selama 44 tahun. Pasang naik dan pasang surut sebagai sebuah partai politik, telah kami lalui. Saya sebagai Ketua Umum pada hari ini, ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka yang memilih berada dalam gerbong perjuangan bersama. Terima kasih kepada mereka yang tetap setia, meski kadang Partai ini mendapat terpaan gelombang yang begitu dahsyat. Mereka selalu ada, tidak hanya ketika Partai ini sedang berkibar, namun justru memperlihatkan kesetiaannya ketika Partai berada dalam posisi yang sulit.
Seperti dalam penggalan pidato tersebut, Megawati menyampaikan syukur karena PDIP mampu melewati berbagai ujian sejarah selama 44
tahun. Pasang naik dan pasang surut sebagai sebuah partai politik, telah dilalui PDIP. Megawati berterima kasih kepada kader-kader PDIP yang memilih berada dalam tim (kesatuan) perjuangan bersama. Megawati berterima kasih kepada kader yang tetap setia meskipun terkadang PDIP mendapat beragam persoalan dan kesulitan. (2) Rasa Terima kasih kepada Para
Pendahulu PDIP sebagai salah satu partai
politik besar di Indonesia dibangun oleh para pendahulu partai. Oleh karena itu, Megawati mengucapkan terima kasih kepada para pendahulu yang telah membangun PDIP. Berikut ini penggalan pernyataan Megawati tersebut.
Data 2 Ijinkan saya memberikan penghormatan, dan penghargaan sebesar-besarnya, kepada antara lain Bapak Jacob Nuwa Wea, Bapak Alexander Litaay, dan Bapak Mangara Siahaan, dan masih banyak yang lain, yang tidak bisa saya sebut satu per satu. Mereka telah mendahului kita menghadap Sang Khalik sebagai pejuang Partai. Mereka tidak hanya ada dalam sejarah hidup saya, namun juga adalah tokoh-tokoh yang berjuang mempertahankan Partai ini sebagai partai ideologis. Kesetiaan yang mereka tunjukan sepanjang hidup kepartaian, bagi saya adalah bentuk kesetiaan ideologis, yang sudah seharusnya dihayati, dan dijalankan oleh setiap kader partai.
Seperti dalam penggalan pidato tersebut, Megawati menyampaikan penghormatan dan penghargaan kepada pendahulu partai, seperti Jacob Nuwa Wea, Alexander Litaay, dan Mangara Siahaan, dan masih banyak
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
156
yang lain. Pihak-pihak tersebut merupakan pejuang partai yang berkesan dalam kehidupan Megawati. Bagi Megawati tokoh-tokoh tersebut berjuang mampu mempertahankan PDIP sebagai partai ideologis. Kesetiaan tokoh-tokoh tersebut ditunjukan sepanjang hidup kepartaian. Hal itu bagi Megawati sebagai bentuk kesetiaan ideologis, yang sudah seharusnya dihayati dan dijalankan oleh setiap kader partai. (3) Penghargaan kepada Presiden
Jokowi telah Menetapkan Hari Lahir Pancasila
Megawati dalam kesempatan pidato politik tersebut, juga menyampaikan terima kasih terhadap Presiden Jokowi atas ditetapkannya hari lahir Pancasila. Berikut ini penggalan pidato Megawati yang menyinggung tentang penetapan Hari Lahir Pancasila.
Data 3 Dari awal mula saya membangun Partai ini, tanpa ragu saya telah menyatakan dan memperjuangkan, bahwa PDI Perjuangan adalah partai ideologis, dengan ideologi Pancasila 1 Juni 1945. Syukur alhamdulillah, pada tanggal 1 Juni tahun 2015 yang lalu, Presiden Jokowi telah menetapkan 1 Juni 1945 sebagai hari lahirnya Pancasila. Artinya, secara resmi negara telah mengakui, bahwa Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi bangsa Indonesia.
Dalam penggalan pidato tersebut, Megawati menyampaikan bahwa dirinya membangun PDIP, tanpa ragu telah menyatakan dan memperjuangkan, bahwa PDIP adalah partai ideologis, dengan ideologi Pancasila 1 Juni 1945. Megawati bersyukur dan berterima kasih tanggal 1 Juni tahun 2015, Presiden
Jokowi telah menetapkan 1 Juni 1945 sebagai hari lahirnya Pancasila. Dengan demikian, secara resmi negara telah mengakui bahwa Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi bangsa Indonesia. (4) Refeksi Bangsa Indonesia pada
Penghujung Tahun 2016 Pada akhir tahun 2016, gejolak
politik nasional sangat terasa. Hal itu pulalah yang disinggung Megawati seperti dalam penggalan pidato berikut.
Data 4 Peristiwa di penghujung tahun 2015 (ed.2016), telah menggugah sebuah pertanyaan filosofis dalam diri saya: cukupkah bagi bangsa ini sekedar memperingati 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila? Dari kacamata saya, pengakuan 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila, memuat suatu konsekuensi ideologis yang harus dipikul oleh kita semua. Dengan pengakuan tersebut, maka segala keputusan dan kebijakan politik yang kita produksi pun, sudah seharusnya bersumber pada jiwa dan semangat nilai-nilai Pancasila 1 Juni 1945.
Berdasarkan penggalan tersebut Megawati menyampaikan bahwa peristiwa pada akhir tahun 2016 mengundang pertanyaan dalam diri Megawati. Sebagaimana yang terjadi, pada akhir tahun 2016, dalam kancah perpolitikan nasional terjadi gejolak yang bermula dengan adanya tuntutan atas dugaan penistaan Agama yang dilakukan oleh Ahok. Megawati mempertanyakan bahwa bangsa Indonesia telah memperingati 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila, namun tindakan-tindakan (beragam aksi yang menyudutkan Ahok) mencederai Pancasila sebagai dasar negara masih terjadi. Selayaknya pengakuan 1 Juni
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
157
sebagai hari lahirnya Pancasila memuat suatu konsekuensi ideologis yang harus dipikul oleh bangsa Indonesia. Dengan pengakuan tersebut, segala keputusan dan kebijakan politik yang diproduksi pun sudah seharusnya bersumber dari jiwa dan semangat nilai-nilai Pancasila 1 Juni 1945. Tidak dapat dipungkiri, pada era keterbukaan ini bermunculan paham-paham ideologis yang berasal dari luar negeri. Paham-paham itulah yang mulai muncul dan berkembang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu juga disinggung oleh Megawati dalam pidato politiknya. berikut. Data 5 Apa yang terjadi di penghujung tahun 2015, harus dimaknai sebagai cambuk yang mengingatkan kita terhadap pentingnya Pancasila sebagai “pendeteksi sekaligus tameng proteksi” terhadap tendensi hidupnya “ideologi tertutup”, yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Ideologi tertutup tersebut bersifat dogmatis. Ia tidak berasal dari cita-cita yang sudah hidup dari masyarakat. Ideologi tertutup tersebut hanya muncul dari suatu kelompok tertentu yang dipaksakan diterima oleh seluruh masyarakat. Mereka memaksakan kehendaknya sendiri; tidak ada dialog, apalagi demokrasi. Apa yang mereka lakukan, hanyalah kepatuhan yang lahir dari watak kekuasaan totaliter, dan dijalankan dengan cara-cara totaliter pula.
Dalam penggalan pidato tersebut, Megawati menuturkan bahwa berbagai peristiwa yang terjadi pada akhir tahun 2016 harus dimaknai sebagai cambuk yang mengingatkan bangsa Indonesia terhadap pentingnya Pancasila sebagai pendeteksi sekaligus
tameng proteksi terhadap tendensi hidupnya ideologi tertutup yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Ideologi tertutup tersebut bersifat dogmatis yang berasal dari cita-cita yang sudah hidup dari masyarakat. Ideologi tersebut hanya muncul dari suatu kelompok tertentu yang dipaksakan diterima oleh seluruh masyarakat. Kelompok tersebut memaksakan kehendaknya sendiri, tidak ada dialog, apalagi demokrasi. Hal itu hanyalah kepatuhan yang lahir dari watak kekuasaan totaliter dan dijalankan dengan cara-cara totaliter pula. (5) Teror dan Propaganda Ideologi
Tertutup yang antikebinekaan Megawati juga menuding adanya bentuk teror dan propaganda ideologi tertutup. Berikut ini penggalan pidato yang mengungkapkan adanya teror dan propaganda ideologi tertutup tersebut. Data 6 Bagi mereka, teror dan propaganda adalah jalan kunci tercapainya kekuasaan. Data 7 Syarat mutlak hidupnya ideologi tertutup adalah lahirnya aturan-aturan hingga dilarangnya pemikiran kritis. Mereka menghendaki keseragaman dalam berpikir dan bertindak, dengan memaksakan kehendaknya. Oleh karenanya, pemahaman terhadap agama dan keyakinan sebagai bentuk kesosialan pun dihancurkan, bahkan dimusnahkan. Selain itu, demokrasi dan keberagaman dalam ideologi tertutup tidak ditolelir karena kepatuhan total masyarakat menjadi tujuan.
Seperti dalam data (6) tersebut, Megawati menuturkan upaya pihak- pihak pemaksa ideologi tertutup, teror,
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
158
dan propaganda merupakan sarana mencapai kekuasaan. Sedangkan dalam data (7) bagi Megawati syarat mutlak hidupnya ideologi tertutup adalah lahirnya aturan-aturan hingga dilarangnya pemikiran kritis. Menurut Megawati, pihak-pihak tersebut menghendaki keseragaman dalam berpikir dan bertindak dengan memaksakan kehendak. Oleh karena itu, pemahaman terhadap agama dan keyakinan sebagai bentuk kesosialan pun dihancurkan bahkan dimusnahkan. Selain itu, demokrasi dan keberagaman dalam ideologi tertutup tidak ditolelir karena kepatuhan total masyarakat menjadi tujuan. Data 8 Apa yang saya sampaikan di atas tentang ideologi tertutup, jelas bertentangan dengan Pancasila. Pancasila bukan suatu ideologi yang dipaksakan oleh Bung Karno atau pendiri bangsa lainnya. Pancasila lahir dari nilai-nilai, norma, tradisi dan cita- cita bangsa Indonesia sejak masa lalu, bahkan jauh sebelum kemerdekaan. Bung Karno sendiri menegaskan, dirinya bukan sebagai penemu Pancasila, tetapi sebagai penggali Pancasila. Beliau menggalinya dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya bangsa dari buminya Indonesia. Pancasila dengan sendirinya adalah warisan budaya bangsa Indonesia. Apakah ketika Indonesia berumur 71 tahun, kita telah melupakan sejarah bangsa? Jangan sekali-kali melupakan sejarah kita!!
Berdasarkan data tersebut dapat dipahami bahwa ideologi tertutup jelas bertentangan dengan Pancasila. Pancasila bukan suatu ideologi yang dipaksakan oleh Bung Karno atau pendiri bangsa lainnya. Pancasila lahir dari nilai-nilai, norma, tradisi, dan cita-
cita bangsa Indonesia sejak masa lalu, bahkan jauh sebelum kemerdekaan. Bung Karno sendiri menegaskan, dirinya bukan sebagai penemu Pancasila, tetapi sebagai penggali Pancasila. Bung Karno menggali Pancasila dari harta kekayaan rohani, moral, dan budaya bangsa dari bumi Indonesia. Pancasila dengan sendirinya adalah warisan budaya bangsa Indonesia. Megawati mengingatkan agar bangsa Indonesia yang sudah berumur 71 tahun tidak melupakan sejarah bangsa.
Selain menuding keberadaan pihak-pihak yang mencoba memaksakan ideologi tertutup, Megawati menuding ada pihak-pihak yang antikebhinekaan. Berikut ini penggalan pidato Megawati yang mengungkapkan adanya pihak yang antikebhinekaan.
Data 9 Mereka benar-benar anti kebhinekaaan. Itulah yang muncul dengan berbagai persoalan SARA akhir-akhir ini.
Berdasarkan data tersebut dapat dipahami bahwa Megawati menuding pihak-pihak tertentu benar-benar antikebhinekaaan. Bentuk-bentuk antikebhinekaan yang muncul dengan berbagai persoalan SARA akhir-akhir ini (akhir 2016). (6) Sindiran para Pemimpin Ideologi
Tertutup sebagai Peramal Masa Depan
Megawati, dalam menanggapi berbagai persoalan yang mendera bangsa Indonesia pada akhir tahun 2016, mengungkapkan bahwa pemimpin ideologi tertutup seolah sebagai peramal masa depan. Pernyataan inilah salah satunya yang memicu kontroversi pada sebagian kalangan masyarakat. Lebih lanjut
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
159
disampaikan Megawati mengenai kelompok tersebut.
Data 10 Di sisi lain, para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun memosisikan dirinya sebagai pembawa “self fulfilling prophecy”, para peramal masa depan. Mereka dengan fasih meramalkan yang akan pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana, yang notabene mereka sendiri belum pernah melihatnya.
Bagi Megawati para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun memosisikan dirinya sebagai pembawa self fulfilling prophecy, para peramal masa depan. Menurut Megawati para pemimpin tersebut dengan fasih meramalkan yang pasti terjadi pada masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana yang kenyataannya belum pernah melihatnya. Penggalan pidato inilah yang menurut sebagian kalangan telah menyinggung umat Islam. (7) Mengingatkan Peran Pancasila
dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Berbagai persoalan yang mendera bangsa Indonesia pada akhir tahun 2016, Megawati mengingatkan kembali bangsa Indonesia agar mengingat kembali Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti dalam penggalan pidato berikut. Data 11 Pancasila berisi prinsip dasar, selanjutnya diterjemahkan dalam konstitusi UUD 1945 yang menjadi penuntun sekaligus rambu dalam membuat norma-norma sosial politik. Produk kebijakan politik pun tidak boleh bersifat apriori, bahkan harus
merupakan keputusan demokratis berdasarkan musyawarah mufakat. Dengan demikian, Pancasila sebagai jiwa bangsa, tidak memiliki sifat totaliter dan tidak boleh digunakan sebagai “stempel legitimasi kekuasaan”. Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipasif dan mampu menjadi “leidstar”, bintang penuntun dan penerang, bagi bangsa Indonesia. Pancasila selalu relevan di dalam menghadapi setiap tantangan yang sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan, serta dinamika aspirasi rakyat. Namun, tentu saja implementasi Pancasila tidak boleh terlalu kompromistis saat menghadapi sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya. Meskipun demikian, guna meng- eksplisit-kan ide dan gagasan agar menjadi konkret, dan agar Pancasila tidak kaku dan keras, dalam merespon keaktualan problematika bangsa, maka instrumen implementasinya pun harus dijabarkan dengan lebih nyata, tanpa bertentangan dengan filsafat pokok dan kepribadiaan bangsa.
Dalam penggalan pidato tersebut, Megawati mengingatkan bahwa Pancasila berisi prinsip dasar yang selanjutnya diterjemahkan dalam konstitusi UUD 1945 menjadi penuntun sekaligus rambu dalam membuat norma-norma sosial politik. Produk kebijakan politik pun tidak boleh bersifat apriori, bahkan harus merupakan keputusan demokratis berdasarkan musyawarah mufakat. Dengan demikian, Pancasila sebagai jiwa bangsa tidak memiliki sifat totaliter dan tidak boleh digunakan sebagai stempel legitimasi kekuasaan. Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipasif, dan mampu menjadi bintang penuntun serta penerang, bagi bangsa Indonesia. Pancasila selalu
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
160
relevan di dalam menghadapi setiap tantangan yang sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, serta dinamika aspirasi rakyat.
Implementasi Pancasila tidak boleh terlalu kompromistis saat menghadapi sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila. Untuk mengeksplisitkan ide dan gagasan agar menjadi konkret dan Pancasila tidak kaku dan keras dalam merespon keaktualan problematika bangsa, instrumen implementasinya pun harus dijabarkan dengan lebih nyata, tanpa bertentangan dengan filsafat pokok dan kepribadiaan bangsa.
(8) Hakikat Pancasila sebagai
Pandangan Hidup Bangsa Megawati dalam pidato politiknya juga mengingatkan hakikat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sepeti dalam penggalan pidato berikut. Data 12 Indonesia diakui sebagai negara demokratis, namun demokrasi yang kita anut dengan Pancasila sebagai “the way of life bangsa” telah secara tegas mematrikan nilai-nilai filosofis ideologis, agar kita tidak kehilangan arah dan jati diri bangsa. Pancasila, lima sila, jika diperas menjadi Trisila, terdiri dari: Pertama, sosio- nasionalisme yang merupakan perasan dari kebangsaan dan internasionalisme; kebangsaan dan peri kemanusiaan. Kedua, sosio-demokrasi. Demokrasi yang dimaksud bukan demokrasi barat, demokrasi yang dimaksud adalah demokrasi politik ekonomi, yaitu demokrasi yang melekat dengan kesejahteraan sosial, yang diperas menjadi satu dalam sosio- demokrasi. Ketiga, adalah ke-Tuhan-an.
Menjadi poin ketiga, bukan karena derajat kepentingannya paling bawah, tetapi justru karena Ke-Tuhan-an sebagai pondasi kebangsaan, demokrasi politik dan ekonomi yang kita anut. Tanpa Ke-Tuhan-an bangsa ini pasti oleng. Ke-Tuhan-an yang dimaksud adalah Ke-Tuhan-an dengan cara berkebudayaan dan berkeadaban; dengan saling hormat menghormati satu dengan yang lain, dengan tetap tidak kehilangan karakter dan identitas sebagai bangsa Indonesia.
Dalam penggalan pidato tersebut, Megawati menyampaikan bahwa Indonesia diakui sebagai negara demokratis. Demokrasi yang dianut bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa telah secara tegas mematrikan nilai-nilai filosofis ideologis agar bangsa Indonesia tidak kehilangan arah dan jati diri. Menurut Megawati, Pancasila, lima sila, jika diperas menjadi Trisila. Pertama, sosio- nasionalisme yang merupakan perasan dari kebangsaan dan internasionalisme; kebangsaan dan perikemanusiaan. Kedua, sosiodemokrasi, demokrasi yang dimaksud bukan demokrasi barat, melainkan melekat dengan kesejahteraan sosial yang diperas menjadi satu dalam sosiodemokrasi. Ketiga, adalah Ketuhanan. Menjadi poin ketiga, bukan karena derajat kepentingannya paling bawah, melainkan justru karena Ketuhanan sebagai pondasi kebangsaan, demokrasi politik dan ekonomi yang dianut bangsa Indonesia. Tanpa Ketuhanan bangsa ini pasti kehilangan arah. Ketuhanan yang dimaksud adalah Ketuhanan dengan cara berkebudayaan dan berkeadaban, dengan saling hormat menghormati satu dengan yang lain dengan tetap
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
161
tidak kehilangan karakter dan identitas sebagai bangsa Indonesia. (9) Pesan Bung Karno Jati diri Bangsa
Indonesia Megawati menyentil pihak-
pihak yang terkesan memaksakan kehendak dengan meminjam istilah yang pernah digunakan Presiden pertama Ir. Soekarno seperti dalam penggalan pidato berikut.
Data 13 Bung Karno menegaskan, “kalau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau jadi Islam, jangan jadi orang Arab, kalau jadi Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini.”
Megawati mengungkapkan bahwa Bung Karno menegaskan kalau menjadi Hindu, jangan menjadi orang India. Kalau menjadi Islam, jangan menjadi orang Arab. Kalau menjadi Kristen, jangan menjadi orang Yahudi. Tetaplah menjadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya. (10) Semangat Gotong Royong
Bangsa Indonesia Trisila Megawati menuturkan bahwa perlunya semangat gotong royong bahasa Indonesia trisila, seperti dalam penggalan pidato berikut ini. Data 14 Trisila jika diperas menjadi Ekasila, yaitu gotong royong. Inilah suatu paham yang dinamis, berhimpunnya semagat bersama untuk membanting tulang bersama, memeras keringat bersama untuk kebahagiaan bersama. Kebahagian yang dimaksud adalah kebahagian kolektif sebagai sebuah bangsa, yang memiliki tiga kerangka: pertama, Satu Negara
Republik Indonesia yang berbentuk Negara-Kesatuan dan Negara- kebangsaan yang demokratis dengan wilayah kekuasaan dari Sabang sampai Merauke; dari Miangas hingga ke Rote. Kedua, satu masyarakat yang adil dan makmur materiil dan spiritual dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia. Ketiga, satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua negara di dunia, atas dasar saling hormat- menghormati satu sama lain, dan atas dasar membentuk satu Dunia Baru yang bersih dari penindasan dalam bentuk apa pun, menuju perdamaian dunia yang sempurna.
Megawati mengungkapkan bahwa Trisila jika diperas menjadi Ekasila, yaitu gotong royong. Inilah suatu paham yang dinamis, berhimpunnya semangat bersama untuk membanting tulang bersama, memeras keringat bersama untuk kebahagiaan bersama. Kebahagian yang dimaksud adalah kebahagian kolektif sebagai sebuah bangsa, yang memiliki tiga kerangka: pertama, satu negara Republik Indonesia yang berbentuk negara kesatuan dan negara kebangsaan yang demokratis dengan wilayah kekuasaan dari Sabang sampai Merauke; dari Miangas hingga ke Rote. Kedua, satu masyarakat yang adil dan makmur materiil dan spiritual dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia. Ketiga, satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua negara di dunia, atas dasar saling hormat menghormati satu sama lain, dan atas dasar membentuk satu dunia baru yang bersih dari penindasan dalam bentuk apa pun, menuju perdamaian dunia yang sempurna.
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
162
(11) Penekanan Perlunya Landasan Idiil dan Strukturil
Megawati menuturkan perlunya landasan idiil dan strukturiil seperti dalam pengalan pidato berikut ini. Data 15 Adapun untuk mencapai kerangka tujuan di atas diperlukan dua landasan: landasan idiil, yaitu Pancasila dan landasan strukturil, yaitu pemerintahan yang stabil... Keduanya merupakan syarat mutlak atas tanggung jawab sejarah yang harus kita tuntaskan sekaligus sebagai konsekuensi ideologis yang telah saya sampaikan di awal, yang mengakui Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi bangsa.
Berdasarkan data tersebut untuk mencapai kerangka tujuan bangsa diperlukan dua landasan: landasan idiil, yaitu Pancasila dan landasan strukturil, yaitu pemerintahan yang stabil. Keduanya merupakan syarat mutlak atas tanggung jawab sejarah yang harus kita tuntaskan sekaligus sebagai konsekuensi ideologis yang mengakui Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi bangsa. (12) Komitmen Terhadap
Pemerintahan Jokowi Kalla Ada sebagian isu yang menggiring bahwa adanya upaya menggulingkan pemerintahan Jokowi Kalla. Kekhawatiran itu ditepis oleh Megawati sebagai Ketua Umum PDIP partai pemerintah. Megawati selaku Ketua umum PDIP siap pasang badan menghadapi upaya-upaya itu. Data 16 Untuk itulah PDI Perjuangan selalu ikut dan berdiri kokoh menjaga jalannya pemerintah Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai pemerintahan yang terpilih secara konstitusional.
Megawati seperti dalam penggalan pidato tersebut menyampaikan bahwa untuk itulah PDI Perjuangan selalu ikut dan berdiri kokoh menjaga jalannya pemerintah Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai pemerintahan yang terpilih secara konstitusional. (13) PDIP Partai Ideologis
Megawati dalam berbagai kesempatan menyampaikan bahwa PDIP sebagai partai ideologis. Hal yang sama diungkapkan dalam pidato politik saat hari jadi PDIP tahun 2017.
Data 17 Kader-kader Partai yang saya cintai, hadirin yang saya hormati, Saya menjabarkan hal-hal di atas dalam forum ini, untuk menegaskan kembali bahwa PDI Perjuangan tetap memilih jalan ideologis. PDI Perjuangan menyatakan diri tidak hanya sebagai rumah bagi kaum Nasionalis, tetapi juga sebagai Rumah Kebangsaan bagi Indonesia Raya. Kepada kader Partai di seluruh Indonesia, saya instruksikan agar tidak lagi ada keraguan, apalagi rasa takut, untuk membuka diri dan menjadikan kantor-kantor Partai sebagai rumah bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi.
Megawati dalam penggalan pidato tersebut mengungkapkan bahwa PDIP tetap memilih jalan ideologis. PDIP menyatakan diri tidak hanya sebagai rumah bagi kaum Nasionalis, tetapi juga sebagai Rumah Kebangsaan bagi Indonesia Raya. Megawati menginstruksikan agar tidak lagi ada keraguan, apalagi rasa takut, untuk membuka diri dan menjadikan kantor- kantor partai sebagai rumah bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi. (14) Instruksi Menjaga Kebinekaan
Megawati mencermati berbagai persoalan yang menerpa bangsa pada
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
163
akhir tahun 2016, mengingatkan agar menjaga kebhinekaan bangsa Indonesia.
Data 18 Saya instruksikan, jadilah “Banteng Sejati” di dalam membela keberagaman dan kebhinekaan. Berdirilah di garda terdepan, menjadi tameng yang kokoh untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saya yakin, TNI dan POLRI akan bersama kita dalam menjalankan tugas ini, dan tidak akan memberi ruang sedikit pun pada pihak-pihak yang anti Pancasila dan anti demokrasi Pancasila. Apresiasi saya kepada TNI-POLRI yang telah berani bersikap tegas dalam menyikapi pihak-pihak tersebut.
Dalam penggalan pidato tersebut Megawati mengungkapkan agar menjadi‎ ‘Banteng‎ Sejati’‎ dalam membela keberagaman dan kebhinekaan. Berdirilah di garda terdepan menjadi tameng yang kokoh untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. TNI dan POLRI akan bersama PDIP dalam menjalankan tugas ini. TNI POLRI tidak akan memberi ruang sedikit pun pada pihak-pihak yang anti Pancasila dan anti demokrasi Pancasila. Megawati mengapresiasi TNI-POLRI yang telah berani bersikap tegas dalam menyikapi pihak-pihak tersebut. (15) Pesan kepada kalangan legislatif
dan eksekutif Lebih lanjut Megawati
mengajak merenungkan hakikat penguasa.
Data 19 Luangkan waktu untuk merenung, sudah tepatkah langkah-langkah yang kalian ambil atas jabatan yang telah diberikan oleh rakyat, ataukah justru sebaliknya. Jangan kalian justru
menjadi bagian dari orang-orang yang menindas dan menyengsarakan rakyat dengan kekuasaan yang sebenarnya justru merupakan amanah dari rakyat. Saya tegaskan kembali, sebagai Ketua Umum Partai, instruksi saya kepada kalian adalah mensejahterakan rakyat, bukan sebaliknya! Kebhinekaan harus disertai dengan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat! Berdasarkan data tersebut Luangkan waktu untuk merenung, sudah tepatkah langkah-langkah yang kalian ambil atas jabatan yang telah diberikan oleh rakyat, ataukah justru sebaliknya. Jangan kalian justru menjadi bagian dari orang-orang yang menindas dan menyengsarakan rakyat dengan kekuasaan yang sebenarnya justru merupakan amanah dari rakyat. Saya tegaskan kembali, sebagai Ketua Umum Partai, instruksi saya kepada kalian adalah mensejahterakan rakyat, bukan sebaliknya! Kebhinekaan harus disertai dengan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat! Berdasarkan penggalan pidato tersebut, Megawati mengajak meluangkan waktu untuk merenung. Sudah tepatkah langkah-langkah yang diambil atas jabatan yang telah diberikan oleh rakyat, ataukah justru sebaliknya. Jangan justru menjadi bagian dari orang-orang yang menindas dan menyengsarakan rakyat dengan kekuasaan yang sebenarnya justru merupakan amanah dari rakyat. Megawati menginstruksikan menyejahterakan rakyat, bukan sebaliknya. Kebhinekaan harus disertai dengan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Megawati mengingatkan kader- kadernya yang berada di legislatif dan di eksekutif mengenai jabatan yang diemban.
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
164
Data 20 Bagi kader Partai yang berada di legislatif dan eksekutif, kalian tidak hanya dibutuhkan negeri ini untuk mempertahankan kesatuan dan kebangsaan. Perlu disadari, terutama bagi kader yang telah mendapat kepercayan rakyat di eksekutif. Saya tahu, kalian, bahkan saya, adalah manusia biasa. Tentu, sebagai manusia biasa kita tidak luput dari kesalahan. Tetapi, sebagai pemimpin harus disadari pula bahwa jabatan yang kalian emban adalah jabatan politik. Kesalahan dalam keputusan politik tidak hanya berdampak bagi diri pribadi dan keluarga. Kesalahan tersebut berdampak pada kehidupan seluruh rakyat. Karena itu, hati-hatilah dalam membuat keputusan-keputusan politik, baik itu berupa perkataan, tindakan, produk politik baik berupa kebijakan politik legislasi, maupun kebijakan politik anggaran. Berdasarkan penggalan pidato tersebut Megawati mengingatkan kader partai yang berada di legislatif dan eksekutif untuk mempertahankan kesatuan dan kebangsaan. Perlu disadari, terutama bagi kader yang telah mendapat kepercayan rakyat di eksekutif, bahwa sebagai pemimpin harus disadari pula bahwa jabatan yang diemban adalah jabatan politik. Kesalahan dalam keputusan politik tidak hanya berdampak bagi diri pribadi dan keluarga. Kesalahan tersebut berdampak pada kehidupan seluruh rakyat. Oleh karena itu, para pejabat legislatif dan eksekutif dalam membuat keputusan-keputusan politik, baik itu berupa perkataan, tindakan, produk politik baik berupa kebijakan politik legislasi, maupun kebijakan politik anggaran.
(16) Silent Majority Waktunya Bersuara
Berbagai persoalan bangsa yang muncul, Megawati mengajak kadernya yang lebih banyak diam, silent majority untuk bersuara dan bertindak. Data 21 Terakhir, saya ucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia yang tetap setia membatinkan Pancasila di dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu reaksioner, tetapi sudah saatnya silent majority bersuara dan menggalang kekuatan bersama. Saya percaya mayoritas rakyat Indonesia mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika. Kita akan bersama-sama terus berjuang, kita pasti mampu membuktikan pada dunia, bahwa Pancasila mampu menjadikan keberagaman sebagai kekuatan untuk membangun kehidupan yang berperikemanusiaan dan berperikeadilan.
Dalam penggalan tersebut Megawati menyampaikan ucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia yang tetap setia membatinkan Pancasila di dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu reaksioner, tetapi sudah saatnya silent majority bersuara dan menggalang kekuatan bersama. Saya percaya mayoritas rakyat Indonesia mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika. Bersama-sama terus berjuang pasti mampu membuktikan pada dunia bahwa Pancasila mampu menjadikan keberagaman sebagai kekuatan untuk membangun kehidupan yang berperikemanusiaan dan berperikeadilan. (17) Gotong Royong dalam Bertahan
Megawati mengajak kader- kader untuk bergotong royong dalam bertahan.
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
165
Data 22 Bangsa ini sedang berada dalam “struggle to survive”, dalam perjuangan untuk bertahan, bertahan secara fisik dan mental! Bertahan agar tetap hidup, secara badaniah dan mental. Hadapilah tantangan-tantangan yang ada dengan kekuatan gotong royong sebagai kepribadian bangsa. Berderaplah terus menuju fajar kemenangan sebagai bangsa yang sejati-jatinya merdeka.
Dalam penggalan pidato tersebut Megawati mengungkapkan bahwa bangsa Indonesia sedang berada dalam perjuangan untuk bertahan secara fisik dan mental. Megawati menyerukan untuk menghadapi tantangan yang ada dengan kekuatan gotong royong sebagai bentuk kepribadian bangsa. 2) Penggunaan Gramatika Transitif
Analisis tekstual pada bagian tata bahasa menurut Fairclough (Ahmadi F., 2014: 257), meliputi tiga aspek yang bisa dianalisis, yakni ketransitifan, tema, dan modalitas. Aspek ketransitifan berkenaan dengan fungsi ideasional bahasa, aspek tema berkenaan dengan fungsi tekstual bahasa, sedangkan aspek modalitas berkenaan dengan fungsi interpersonal bahasa (Eriyanto dalam Ahmadi F., 2014: 257).
Aspek ketransitifan pidato politik Megawati dalam perayaan HUT ke-44 PDIP terkait dengan kebangsaan, Pancasila, dan Kebhinekaan. Dalam pidato politik tersebut menunjukkan bahwa Megawati menguatkan hal-hal positif dan mengurangi hal negatif. Penguatan hal negatif dalam pidato Megawati terkait pihak-pihak yang dipersepsikan akan merusak tatanan kenegaraan, Pancasila, dan kebhinekaan. Terdapat penekanan Megawati terhadap stereotipe negatif yang melekat pada kelompok tersebut.
Pidato politik Megawati tersebut memiliki motif untuk menyindir pihak-pihak yang cenderung mencederai kebhinekaan bangsa Indonesia. Selanjutnya, fungsi modalitas dalam pidato Megawati tersebut berupa motivasi dan arahan politik bagi kader, pemerintah, dan bangsa Indonesia.
3) Penggunaan Kosakata
Pidato politik Megawati dalam perayaan HUT ke-44 PDIP menggunakan bahasa khas Megawati. Sama seperti dalam pidato-pidato politik Megawati sebelum-sebelumnya. Dalam pidato politik tersebut, Megawati juga menggunakan gaya khasnya berupa penggunaan gaya bahasa efektif menghidupkan pidato. Megawati menggunakan gaya bahasa yang berkarakter. Beberapa gaya bahasa yang digunakan berupa gaya bahasa resmi dengan nada mulia dan serius. Megawati juga menggunakan jargon-jargon politik kalangan PDIP. Megawati juga menggunakan istilah- istilah asing.
Hampir keseluruhan pidato, Megawati menggunakan gaya mulia dan bertenaga yang menjadikan pidato (berupa bahasa lisan) lebih nyata dan bertenaga karena disertai sugesti. Megawati dalam pidato politiknya dominan menggunakan nada suara tinggi disertai persuasif. Penggunaan bahasa tersebut dapat menggelorakan semangat para kader PDIP. Selain menggunakan nada suara tinggi, pada bagian tertentu, Megawati menggunakan nada suara yang rendah. Nada suara rendah menjadi jeda sekaligus penekanan tertentu dari dominasi penggunaan nada tinggi.
Pidato politik Megawati memiliki kekhasan gaya struktur kalimat, berupa gaya bahasa klimaks, antiklimaks, dan repetisi. Megawati menggunakan gaya bahasa retoris
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
166
berupa gaya bahasa pertanyaan retoris dan gaya bahasa hiperbol. Megawati juga menggunakan gaya bahasa kiasan berupa gaya bahasa simile, gaya bahasa metafora, dan gaya bahasa personifikasi. Ada bagian pidato Megawati yang menyentil Ketua MPR yang dikemas dalam bentuk humor.
3.2 Dimensi Praktik Wacana (Level
Meso) Analisis teks dilanjutkan
dengan analisis dimensi praktik wacana. Menurut Failrlough (dalam Jorgensn dan Philips (Ahmadi F., 2014: 261). Analisis praktik kewacanaan ini dipusatkan pada bagaimana teks diproduksi dan dikonsumsi, termasuk di dalamnya menelisik proses apakah yang dilalui suatu teks sebelum dicetak dan perubahan apa yang dialami sebelum disebarluaskan. Dimensi ini sangat bermanfaat untuk menggali latar belakang pidato politik Megawati dan akibat tuturan itu.
Apabila menilik konteks latar belakang pidato politik Megawati tidak lepas dari perkembangan perpolitikan nasional akhir tahun 2016 yang begitu panas terkait Pilkada DKI Jakarta. Berkembang aneka isu di masyarakat terkait aksi 212, 411 dan lainnya. Aksi- aksi tersebut terkait dengan tuntutan terhadap Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) karena dinilai telah melakukan penistaan agama.
Bagi Megawati, aneka isu tersebut dinilai mengancam kebhinekaan Indonesia. Hal itulah yang menjadi fokus dalam pidato politik Megawati dalam perayaan HUT ke-44 PDIP di Jakarta Covention Center (JCC). Selain itu, seperti dalam pidato-pidato politik Megawati lainnya, selalu disampaikan arah kebijakan partai yang menjadi arahan bagi kader PDIP yang di legislatif dan eksekutif. Megawati juga memberikan
pernyataan partai terkait berbagai persoalan kebangsaan. Megawati memang dikenal irit dalam memberikan pernyataan informal menanggapi berbagai persoalan bangsa. Megawati lebih sering memerikan pernyataan-pernyataan politik menanggapi berbagai persoalan bangsa dan politik dalam forum-forum resmi.
3.3 Dimensi Praktik Sosial Budaya
(Level Makro) Terkait dimensi sosial budaya
pidato politik Megawati dalam perayaan HUT ke-44 PDIP di Jakarta Covention Center (JCC) tentu harus ditelaah berdasarkan bagian-bagian isi yang disampaikan. Megawati menyampaikan rasa syukur keberadaan PDIP yang mampu melewati sejarah selama 44 tahun yang dibangun para pendahulu partai yang memiliki kesetiaan ideologis. Megawati juga berterima kasih kepada Presiden Jokowi atas ditetapkannya hari lahir Pancasila. Dengan demikian, secara resmi negara telah mengakui bahwa Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi bangsa Indonesia.
Pada akhir tahun 2016, gejolak politik nasional sangat terasa. Masalah bermula dengan adanya tuntutan atas dugaan penghinaan Ahok terhadap umat Islam (Al Maidah 51). Bagi sebagian pihak, hal itu tidak lebih sebagai muatan politik untuk menjatuhkan Ahok sebagai calon Gubernur DKI Jakarta 2017. Ada kesan bahwa upaya itu tidak lebih dari upaya pemaksaan kehendak oleh sekelompok orang saja. Oleh karena itu, patut dipertanyakan arti peringatan 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila. Sedangkan tindakan-tindakan itu dinilai mencederai Pancasila sebagai dasar negara.
Ada dugaan telah bermunculan paham-paham ideologis yang berasal
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
167
dari luar negeri yang mulai berkembang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang diistilahkan dengan ideologi tertutup. Ideologi tertutup jelas bertentangan dengan Pancasila. Ideologi tertutup tersebut dimaknai sebagai ideologi syariat Islam. Megawati dalam pidatonya menyinggung fenomena di penghujung tahun 2016 yang mengarah pada peristiwa Aksi 411 dan Aksi 212.
Megawati menuturkan bahwa pihak-pihak pemaksa ideologi tertutup, teror, dan propaganda sebagai antikebhinekaan dan memiliki tujuan tersembunyi untuk mencapai kekuasaan. Syarat mutlak hidupnya ideologi tertutup adalah lahirnya aturan-aturan hingga dilarangnya pemikiran kritis. Menurut Megawati pihak-pihak tersebut menghendaki keseragaman dalam berpikir dan bertindak dengan memaksakan kehendaknya. Akibatnya, pemahaman terhadap agama dan keyakinan sebagai bentuk kesosialan pun dihancurkan bahkan dimusnahkan. Selain itu, demokrasi dan keberagaman dalam ideologi tertutup tidak ditolelir karena kepatuhan total masyarakat menjadi tujuan.
Ideologi tertutup jelas bertentangan dengan Pancasila. Pancasila lahir dari nilai-nilai, norma, tradisi dan cita-cita bangsa Indonesia sejak masa lalu, bahkan jauh sebelum kemerdekaan. Pancasila lahir dari rohani, moral, dan budaya bangsa dari bumi Indonesia. Pancasila bagian dari warisan budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pihak-pihak yang mencoba memaksakan ideologi tertutup dinilai juga sebagai pihak yang antikebhinekaan.
Di sisi lain, para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun memosisikan dirinya sebagai pembawa, para peramal masa depan.
Para pemimpin tersebut dengan fasih meramalkan yang akan pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana. Pernyataan inilah salah satunya yang memicu kontroversi sebagian kalangan masyarakat.
Megawati dianggap tidak memahami agama. Pernyataan Megawati tersebut ditentang pihak- pihak yang memang gencar menyerang Ahok.
Megawati mengingatkan kembali bangsa Indonesia agar mengingat kembali Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Megawati mengingatkan bahwa Pancasila berisi prinsip dasar yang selanjutnya diterjemahkan dalam konstitusi UUD 1945 menjadi penuntun sekaligus rambu dalam membuat norma-norma sosial politik.
Produk kebijakan politik pun tidak boleh bersifat apriori, bahkan harus merupakan keputusan demokratis berdasarkan musyawarah mufakat. Dengan demikian, Pancasila sebagai jiwa bangsa tidak memiliki sifat totaliter dan tidak boleh digunakan sebagai legitimasi kekuasaan. Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipasif dan mampu menjadi penuntun dan penerang bagi bangsa Indonesia. Pancasila selalu relevan di dalam menghadapi setiap tantangan yang sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, serta dinamika aspirasi rakyat.
Implementasi Pancasila tidak boleh terlalu kompromistis saat menghadapi sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam Pancasila. Untuk mengeksplisitkan ide dan gagasan agar menjadi konkret, namun tidak kaku dan keras dalam merespon keaktualan problematika bangsa. Instrumen implementasinya pun harus
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
168
dijabarkan dengan lebih nyata, tanpa bertentangan dengan filsafat pokok dan kepribadiaan bangsa. Demokrasi yang dianut Indonesia berdasarkan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa telah secara tegas mematrikan nilai-nilai filosofis ideologis agar bangsa Indonesia tidak kehilangan arah dan jati diri.
Megawati menyentil pihak- pihak yang terkesan memaksakan kehendak dengan meminjam istilah yang pernah digunakan Presiden pertama Ir. Soekarno. Megawati mengungkapkan bahwa Bung Karno menegaskan, kalau jadi Hindu, jangan menjadi orang India. Kalau jadi Islam, jangan menjadi orang Arab. Kalau menjadi Kristen, jangan menjadi orang Yahudi. Tetaplah menjadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya.
Megawati menuturkan bahwa perlunya semangat gotong royong bahasa Indonesia trisila. Trisila jika diperas menjadi Ekasila, yaitu gotong royong. Inilah suatu paham yang dinamis, berhimpunnya semangat bersama untuk membanting tulang bersama, memeras keringat bersama untuk kebahagiaan bersama. Kebahagian yang dimaksud adalah kebahagian kolektif sebagai sebuah bangsa, yang memiliki tiga kerangka, yakni pertama, Satu Negara Republik Indonesia yang berbentuk negara kesatuan dan negara kebangsaan yang demokratis. Kedua, satu masyarakat yang adil dan makmur materiil dan spiritual dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. Ketiga, satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua negara di dunia, atas dasar saling hormat- menghormati satu sama lain, dan atas dasar membentuk satu dunia baru yang bersih dari penindasan dalam bentuk apa pun, menuju perdamaian dunia yang sempurna.
Untuk mencapai kerangka tujuan bangsa diperlukan dua landasan, yakni landasan idiil, yaitu Pancasila dan landasan strukturil, yaitu pemerintahan yang stabil. Keduanya merupakan syarat mutlak atas tanggung jawab sejarah yang harus dituntaskan sekaligus sebagai konsekuensi ideologis yang mengakui Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi bangsa.
Ada sebagian isu yang menggiring bahwa adanya upaya menggulingkan pemerintahan Jokowi Kalla. Kekhawatiran itu ditepis oleh Megawati sebagai Ketua Umum PDIP partai pemerintah. Megawati selaku Ketua umum PDIP siap pasang badan menghadapi upaya-upaya itu. PDI Perjuangan selalu ikut dan berdiri kokoh menjaga jalannya pemerintah Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai pemerintahan yang terpilih secara konstitusional.
PDIP tetap memilih jalan ideologis. PDIP menyatakan diri tidak hanya sebagai rumah bagi kaum nasionalis, tetapi juga sebagai rumah kebangsaan bagi Indonesia Raya. Megawati mengingatkan kader agar menjaga kebhinekaan bangsa Indonesia. TNI POLRI tidak akan memberi ruang sedikit pun pada pihak-pihak yang anti Pancasila dan anti demokrasi Pancasila. Megawati mengapresiasi TNI-POLRI yang telah berani bersikap tegas dalam menyikapi pihak-pihak tersebut.
Megawati mengajak kader PDIP meluangkan waktu untuk evaluasi langkah-langkah yang diambil atas jabatan yang telah diberikan oleh rakyat. Megawati menginstruksikan mensejahterakan rakyat, bukan sebaliknya. Perlu disadari, terutama bagi kader yang telah mendapat kepercayan rakyat di eksekutif, bahwa sebagai pemimpin harus disadari pula bahwa jabatan yang diemban adalah
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
169
jabatan politik. Kesalahan dalam keputusan politik tidak hanya berdampak bagi diri pribadi dan keluarga. Kesalahan tersebut berdampak pada kehidupan seluruh rakyat.
Megawati mengajak kadernya, yang lebih banyak diam (silent majority), untuk bersuara dan bertindak. Saatnya silent majority bersuara dan menggalang kekuatan bersama yang mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber- Bhineka Tunggal Ika. Bangsa Indonesia sedang berada dalam perjuangan untuk bertahan (struggle to survive), bertahan secara fisik dan mental. Bertahan agar tetap hidup, secara badaniah dan mental. Megawati menyerukan untuk menghadapi tantangan yang ada dengan kekuatan gotong royong sebagai kepribadian bangsa.
a. Kesatuan Makna Pesan Politik
Megawati dalam Pidato Ulang Tahun ke-44 PDIP
Dalam pidato tersebut, Megawati menegaskan Pancasila sebagai ideologi bangsa yang diakui negara. PDIP, sebagai partai yang ideologis, menempatkan Pancasila sebagai ideologi partai. Perjuangan PDIP untuk menempatkan Pancasila sebagai ideologi berbuah manis setelah pada 1 Juni 2015, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengukuhkan sebagai Hari Lahir Pancasila (Rahmatullah, 2017).
Pendapat itu selaras dengan hasil analisis wacana kritis yang menunjukkan bahwa pidato politik Megawati dalam perayaan HUT ke-44 PDIP menekankan tentang pemaknaan Pancasila dan kebhinekaan. PDIP sebagai salah satu partai besar di Indonesia sudah puluhan tahun mewarnai dinamika bangsa Indonesia. Pemerintah secara resmi telah
mengakui bahwa Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi bangsa Indonesia.
Sayangnya, pada akhir tahun 2016, yang mengarah pada peristiwa Aksi 411 dan Aksi 212, gejolak politik nasional mencederai Pancasila sebagai dasar negara. Ada pihak-pihak yang dinilai memaksakan kehendak dengan melakukan berbagai tuntutan untuk menjatuhkan Ahok sebagai calon Gubernur DKI Jakarta 2017. Ada kesan bahwa upaya itu tidak lebih dari upaya pemaksaan kehendak oleh sekelompok orang saja. Oleh karena itu, patut dipertanyakan arti peringatan 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila.
Dalam aksi-aksi yang dilakukan pada akhir 2016, banyak kepentingan yang muncul. Salah satunya, ada dugaan penyusupan paham-paham ideologis yang berasal dari luar negeri yang mulai berkembang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang diistilahkan dengan ideologi tertutup. Ideologi tertutup jelas bertentangan dengan Pancasila. Pihak-pihak pemaksa ideologi tertutup, teror, dan propaganda sebagai antikebhinekaan dan memiliki tujuan tersembunyi untuk mencapai kekuasaan.
Ideologi tertutup jelas bertentangan dengan Pancasila. Pancasila lahir dari nilai-nilai, norma, tradisi dan cita-cita bangsa Indonesia sejak masa lalu, bahkan jauh sebelum kemerdekaan. Oleh karena itu, pihak- pihak yang mencoba memaksakan ideologi tertutup dinilai sebagai pihak yang antikebhinekaan. Para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun memosisikan dirinya sebagai peramal masa depan. Para pemimpin tersebut dengan fasih meramalkan yang akan pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana. Hal ini terkait dengan adanya pihak-pihak yang dengan mudah mengkafirkan orang lain.
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
170
Seperti pernyataan Ir. Soekarno, Megawati menegaskan agar bagsa Indonesia tetap menjadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya. Bangsa Indonesia perlu mengingat kembali Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila berisi prinsip dasar yang selanjutnya diterjemahkan dalam konstitusi UUD 1945 menjadi penuntun sekaligus rambu dalam membuat norma-norma sosial politik. Produk kebijakan politik pun tidak boleh bersifat apriori, bahkan harus merupakan keputusan demokratis berdasarkan musyawarah mufakat. Pancasila sebagai jiwa bangsa tidak memiliki sifat totaliter dan tidak boleh digunakan sebagai legitimasi kekuasaan. Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipasif dan mampu menjadi penuntun dan penerang bagi bangsa Indonesia.
Implementasi Pancasila tidak boleh terlalu kompromistis saat menghadapi sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam Pancasila. Ide dan gagasan Pancasila agar dikonkretkan, namun tidak kaku dan keras dalam merespon keaktualan problematika bangsa. Instrumen implementasinya pun harus dijabarkan dengan lebih nyata, tanpa bertentangan dengan filsafat pokok dan kepribadiaan bangsa.
Megawati menuturkan bahwa perlunya semangat gotong royong bahasa Indonesia trisila yang disarikan menjadi Ekasila, yaitu gotong royong. Inilah suatu paham yang dinamis, berhimpunnya semangat bersama untuk membanting tulang bersama, memeras keringat bersama untuk kebahagiaan bersama. Kebahagian yang dimaksud adalah kebahagian kolektif sebagai sebuah bangsa, yang
memiliki tiga kerangka, yakni pertama, Satu Negara Republik Indonesia yang berbentuk negara kesatuan dan negara kebangsaan yang demokratis. Kedua, satu masyarakat yang adil dan makmur materiil dan spiritual dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. Ketiga, satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua negara di dunia, atas dasar saling hormat-menghormati satu sama lain, dan atas dasar membentuk satu dunia baru yang bersih dari penindasan dalam bentuk apa pun, menuju perdamaian dunia yang sempurna.
Untuk mencapai kerangka tujuan bangsa diperlukan dua landasan, yakni landasan idiil, yaitu Pancasila dan landasan strukturil, yaitu pemerintahan yang stabil. Ada sebagian isu yang menggiring bahwa adanya upaya menggulingkan pemerintahan Jokowi Kalla. Kekhawatiran itu ditepis oleh Megawati sebagai Ketua Umum PDIP partai pemerintah. Megawati selaku Ketua umum PDIP siap pasang badan menghadapi upaya-upaya itu. PDI Perjuangan selalu ikut dan berdiri kokoh menjaga jalannya pemerintah Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai pemerintahan yang terpilih secara konstitusional.
PDIP menyatakan diri tidak hanya sebagai rumah bagi kaum nasionalis, tetapi juga sebagai rumah kebangsaan bagi Indonesia Raya. Megawati mengingatkan kader agar menjaga kebhinekaan bangsa Indonesia. TNI POLRI tidak akan memberi ruang sedikit pun pada pihak-pihak yang anti Pancasila dan antidemokrasi Pancasila.
Megawati mengajak kader partai meluangkan waktu untuk evaluasi langkah-langkah yang diambil atas jabatan (legislatif dan eksekutif) yang telah diberikan oleh rakyat.
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
171
4. Simpulan
Berdasarkan analisis dan
pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pidato politik Megawati dalam perayaan HUT ke-44 PDIP menekankan tentang pemaknaan Pancasila dan kebhinekaan. Pidato politik itu dilatarbelakangi isu yang berkembang pada akhir tahun 2016 (mengarah pada peristiwa Aksi 411 dan Aksi 212). Gejolak politik nasional itu telah mencederai Pancasila sebagai dasar negara. Ada pihak-pihak yang dinilai memaksakan kehendak dengan melakukan berbagai tuntutan dan aksi untuk menjatuhkan Ahok sebagai calon Gubernur DKI Jakarta 2017.
Dalam aksi-aksi tersebut banyak kepentingan yang muncul, salah satunya, adanya penyusupan paham-paham ideologis yang berasal dari luar negeri yang mulai berkembang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang diistilahkan dengan ideologi tertutup. Pihak-pihak pemaksa ideologi tertutup, teror, dan propaganda sebagai antikebhinekaan dan memiliki tujuan tersembunyi untuk mencapai kekuasaan. Ideologi tertutup jelas-jelas bertentangan dengan Pancasila.
Bangsa Indonesia harus tetap menjadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya. Bangsa Indonesia perlu mengingat kembali Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang selanjutnya diterjemahkan dalam
konstitusi UUD 1945. Implementasi Pancasila tidak boleh terlalu kompromistis saat menghadapi sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang terkandung. PDIP siap selalu ikut dan berdiri kokoh menjaga jalannya pemerintah Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai pemerintahan yang terpilih secara konstitusional.
PDIP menyatakan diri tidak hanya sebagai rumah bagi kaum nasionalis, tetapi juga sebagai rumah kebangsaan bagi Indonesia Raya. Megawati mengingatkan kader agar menjaga kebhinekaan bangsa Indonesia. TNI POLRI tidak akan memberi ruang sedikit pun pada pihak-pihak yang anti Pancasila dan antidemokrasi Pancasila. Perlunya evaluasi langkah-langkah yang diambil atas jabatan (legislatif dan eksekutif) yang telah diberikan oleh rakyat. Megawati menginstruksikan mensejahterakan rakyat. Megawati mengajak kadernya yang lebih banyak diam (silent majority) untuk bersuara dan bertindak menggalang kekuatan bersama yang mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber- Bhineka Tunggal Ika. Apabila pesan politik Megawati dalam pidatonya dicermati secara menyeluruh, tidak ada satu pernyataan pun yang mencederai pihak atapun kelompok tertentu. Hal yang disampaikan murni persuasi terhadap bangsa Indonesia untuk menjunjung pancasila dan UUD 1945, menjaga persatuan bangsa Indonesia yang Berbhineka Tunggal Ika. Kalaupun ada pihak lain menentang, bisa dimungkinkan karena perbedaan pandangan politik dan kepentingan.
Persoalan justru sering muncul ketika tokoh-tokoh (agama maupun politik) reaktif terhadap sebuah pernyataan dengan membawa-bawa SARA. Permasalahan yang sebenarnya
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
172
tidak ada kaitannya (SARA) dapat menjadi isu besar karena dibesar- besarkan. Sedangkan Masyarakat umum menerima begitu saja pandangan tokoh yang dianut tanpa berusaha mencerna dan memahami tentang sebuah pernyataan. Memang, perpolitikan yang membawa isu SARA hanya akan menjadi biang perpecahan bangsa Indonesia.
Daftar Acuan Ahmadi F., Y. D. 2014. Analisis Wacana Kritis:
Ideologi Hizbut Tahrir Indonesia Dalam Wacana Kenaikan Harga BBM 2013 di Buletin Al-Islam yang berjudul “Menaikkan Harga BBM: Nenaikkan Kemiskinan.” Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa, 12 (2)(Analisis Wacana Kritis), 253–265.
Bahasa, B. P. dan P. 2016. KBBI Daring.
Diakses tanggal 12 februari 2017 dari http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pid ato CNN Indonesia. 2017. Pidato Jokowi & Megawati di HUT ke-44 PDI Perjuangan (Full). Diakses tanggal 12 Januari 2017, dari https://www.youtube.com/watch?v=E JuwKKhZchc&t=1920s
Jones, J., & Wareing, S. 2006. Bahasa dan
Politik. In A. S. Ibrahim (Ed.), Bahasa, Masyarakat, & Kekuasaan (I, p. 50). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kusno, A. 2015. Kekhasan Gaya Bahasa
Pidato Megawati Soekarnoputri dalam Kongres IV PDI Perjuangan di Bali: Tinjauan Retorika. LOA: Jurnal Ilmiah Kebahasaan Dan Kesastraan, 10, 173– 186.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogayakarta: Tiara Wacana.
Purbani, W. 2009. Analisis Wacana Kritis dan
Analisis Wacana Feminis. Diakses tanggal 3 Februari 2016, dari http://staff.uny.ac.id/system/files/pen gabdian/dr-widyastuti-purbani- ma/analisis-wacana-kritis.pdf
Putra, P. M. S. 2017. Pidato Lengkap
Megawati Soekarnoputri dalam HUT PDIP. Diakses tanggal 23 Januari 2017, dari http://news.liputan6.com/read/28228 38/pidato-lengkap-megawati- soekarnoputri-dalam-hut-pdip
Rahmatullah. 2017. HUT ke-44 PDIP Pidato
Megawati Tegaskan Pancasila sebagai Ideologi Bangsa. Diakses tanggal 23 Januari 2017, dari http://nasional.sindonews.com/read/ 1169617/12/pidato-megawati- tegaskan-pancasila-sebagai-ideologi- bangsa-1484030989
Sari, H. R. 2017. PPP soal pidato politik di
HUT PDIP: Megawati tidak paham agama. Diakses tanggal 23 Januari 2017, dari https://www.merdeka.com/politik/pp p-soal-pidato-politik-di-hut-pdip- megawati-tidak-paham-agama.html
Supriyadi, E. 2017. Habib Rizieq Sesalkan
Pidato Megawati di HUT PDIP. Diakses tanggal 23 Agustus 2017, dari http://nasional.republika.co.id/berita/ nasional/politik/17/01/11/ojlzs3354- habib-rizieq-sesalkan-pidato- megawati-di-hut-pdip