a - edihendrim.files.wordpress.com file · web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment)...

35
A. JUDUL PENELITIAN PENGGUNAAN PENILAIAN KARYA (PRODUCT ASSESSMENT) DAN MODEL COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH SISWA PADA PEMBELAJARAN SAINS DI SDN CIKAWUNG-ADING KECAMATAN CIPATUJAH KABUPATEN TASIKMALAYA. (PTK pada Pembelajaran Sains di Kelas IV untuk Topik Merancang Pesawat Sederhana) B. BIDANG KAJIAN Sistem Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran Sains C. PENDAHULUAN Pemberlakuan Kurikulum 2004 atau popular dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), selain manfaat positif, juga telah menimbulkan dampak bermasalah bagi guru-guru di lapangan. Masalah terjadi pada saat pengimplementasian kurikulum ini, khususnya guru SD. Permasalahan yang terjadi nampaknya disebabkan oleh belum efektifnya program sosialisai yang dilakukan oleh intansi terkait. Sosialisasi Kurikulum 2004 saat ini dengan sistim penataran berantai dari pusat hingga ke daerah dengan peserta sangat terbatas telah menyebabkan terjadinya bias, reduksi, dan ketidakpastian pemaknaan bagi guru-guru SD terhadap sejumlah komponen baru dalam kurikulum tersebut. Pada ujungnya, keadaan seperti itu menimbulkan kega- mangan pelaksanaan di lapangan. Demikian kesan umum yang terungkap dalam diskusi antara sejumlah guru SD

Upload: ngocong

Post on 30-Jun-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

A. JUDUL PENELITIAN PENGGUNAAN PENILAIAN KARYA (PRODUCT ASSESSMENT) DAN MODEL COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH SISWA PADA PEMBELAJARAN SAINS DI SDN CIKAWUNG-ADING KECAMATAN CIPATUJAH KABUPATEN TASIKMALAYA. (PTK pada Pembelajaran Sains di Kelas IV untuk Topik Merancang Pesawat Sederhana)

B. BIDANG KAJIAN

Sistem Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran Sains

C. PENDAHULUAN

Pemberlakuan Kurikulum 2004 atau popular dengan nama Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK), selain manfaat positif, juga telah menimbulkan

dampak bermasalah bagi guru-guru di lapangan. Masalah terjadi pada saat

pengimplementasian kurikulum ini, khususnya guru SD. Permasalahan yang

terjadi nampaknya disebabkan oleh belum efektifnya program sosialisai yang

dilakukan oleh intansi terkait. Sosialisasi Kurikulum 2004 saat ini dengan

sistim penataran berantai dari pusat hingga ke daerah dengan peserta sangat

terbatas telah menyebabkan terjadinya bias, reduksi, dan ketidakpastian

pemaknaan bagi guru-guru SD terhadap sejumlah komponen baru dalam

kurikulum tersebut. Pada ujungnya, keadaan seperti itu menimbulkan kega-

mangan pelaksanaan di lapangan. Demikian kesan umum yang terungkap

dalam diskusi antara sejumlah guru SD di Kecamatan Cipatujah, termasuk

guru-guru SD Negeri Cikawungading Kecamatan Cipatujah.

Dalam diskusi tentang implementasi Kurikulum 2004, khususnya

untuk Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains, guru SDN Cikawungading

mengemukakan beberapa kendala yang dihadapi mereka dalam mengelola

pembelajaran sains yang berorientasi kepada Kurukulum 2004. Kendala

tersebut timbul karena guru harus mengimplementasikan hal-hal yang

dirasakan baru. Dari materi Kurikulum 2004 yang terkait dengan Mata

Pelajaran Sains yang dianggap baru oleh guru SDN Cikawungading dan oleh

karenanya dirasakan bermasalah dalam pengimplementasiannya adalah

tentang Kerja Ilmiah dan Penilaian Kelas.

Page 2: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

Kerja Ilmiah merupakan ruang lingkup Mata Pelajaran Sains yang

secara eksplisit dicantumkan dalam Kurikulum 2004, dan sekaligus merupa-

kan salah satu pembeda dengan kurikulum sebelumnya. Kerja ilmiah tersebut

meliputi kemampuan dasar siswa yang berhubungan dengan: penyelidikan/

penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan

masalah, serta sikap dan nilai ilmiah. Kerja ilmiah ini bukan merupakan bahan

ajar melainkan dampak pengiring (nurturant effect) bahan ajar yang harus

terintegrasi dalam setiap pembelajaran (Depdiknas, Standar Kompetensi Mata

Pelajaran Sains, 2004:7,12). Jika dikaitkan dengan karakteristik pembelajaran

sains, kerja ilmiah tidak lain merupakan dimensi proses dan sikap sains.

Karena tercantum dengan tegas dalam kurikulum, pengembangan kerja ilmiah

siswa dalam pembelajaran sains dipandang oleh guru-guru SD Negeri

Cikawungading sebagai kewajiban profesi yang direalisasikan.

Guru-guru SDN Cikawungading menyadari bahwa kebiasaan selama

ini, yakni menyajikan pembelajaran sains yang sangat verbalistik dengan

metode utama ceramah atau tanya jawab menjadi salah satu penyebab

kesulitan mereka untuk mengembangkan kerja ilmiah siswa dalam

pembelajaran sains. Selain itu, sosialisasi oleh para penatar Kurikulum 2004

pun tidak begitu bermakna bagi mereka karena juga disampaikan sangat

verbalistik serta miskin contoh dan tidak disertai dengan implementasi konkrit

dalam pembelajaran. Dengan demikian, meskipun pelaksanaan Kurikulum

2004 sudah berlangsung selama 1 (satu) tahun, belum diarasakan dampak

positifnya terhadap kualitas pembe-lajaran sains. Satu-satunya dampak yang

ada hanya lah dalam perubahan format dan kelengkapan administrasi

pembelajaran yang makin kompleks. Adapun kualitas kegiatan belajar

mengajar relative masih sama seperti sebelum diberlakukan Kurikulum 2004.

Oleh karena itu, guru di SDN Cikawungading sangat berkeinginan

memperoleh pengalaman dan bimbingan langsung dalam merancang dan

mengoperasionalkan pembelajaran sains yang dapat mengembangkan aspek

kerja ilmiah siswa sebagaimana dituntut oleh Kurikulum 2004.

Hal lain yang saat ini dirasakan sebagai kendala oleh guru-guru di

SDN Cikawungading dalam melaksanakan Kurikulum 2004, khususnya dalam

2

Page 3: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

mata pelajaran sains, adalah merealisasikan Penilaian Kelas. Dalam buku

pedoman tentang penilaian kelas (Depdiknas, 2004:11) dijelaskan bahwa

penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis

kompetensi. Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan

informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa

berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret/profil

kemampuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam

kurikulum. Penilaian kelas dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan

belajar-mengajar. Penilaian ini dapat dilakukan baik dalam suasana formal

maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan

belajar-mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus.

Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti tes tertulis

(paper and pencil test), penilaian hasil kerja siswa melalui kumpulan hasil

kerja (karya) siswa (portofolio), penilaian produk 3 dimensi, dan penilaian,

unjuk kerja (performance) siswa. Penilaian kelas merupakan suatu proses

yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi

melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa,

pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa. Penilaian

seperti ini dikenal juga dengan istilah asesmen (assessment) (Depdiknas,

2004:12).

Pengalaman guru di SDN Cikawungading dalam melakukan penilaian

dalam pembelajaran sains selama ini, hanya terbatas pada jenis penilaian

terhadap hasil belajar kognitif berupa penguasaan konsep. Alat penilaian yang

digunakan adalah tes tertulis jenis pilihan ganda dan sedikit uraian singkat.

Jenis penilaian seperti ini merupakan jenis penilaian yang dengan formal dan

baku digunakan selama puluhan tahun oleh Dinas Pendidikan tingkat

kabupaten untuk mengukur hasil belajar siswa SD pada setiap kegiatan tes

sumatif pada setiap akhir semester. Kebijakan penggunaan jenis penilaian

yang hanya mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif telah

mempengaruhi cara guru mengelola kegiatan belajar mengajar di setiap SD.

Untuk memenuhi target keberhasilan pembelajaran dalam bentuk pencapaian

3

Page 4: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

nilai ulangan (tes) di atas rata-rata (6,0) maka para guru mengelola

pembelajaran dengan sistim mentransfer sebanyak-banyaknya konsep-konsep

dan teori-teori yang sudah jadi ke dalam otak anak. Dengan demikian

pembelajaran berlangsung sangat verbalistik dengan dominasi kegiatan siswa

mengerjakan latihan-latihan soal.

Akibat pembelajaran sains selama ini yang sangat verbalistik dengan

sistim penilaian tradisional berupa paper and pencil test, para guru (khususnya

di SDN Cikawungading) belum pernah sama sekali bersentuhan dengan

pengalaman membuat dan menggunakan jenis-jenis penilaian sebagaimana

dituntut oleh Penilaian Kelas dalam Kurikulum 2004. Oleh karenanya, dari

hasil studi pendahuluan diperoleh temuan bahwa saat ini para guru SDN

Cikawungading sangat antusias untuk mendapatkan pengalaman melakukan

kaji-tindak tentang perancangan dan penggunaan model pembelajaran dan

model penilaian untuk pembelajaran sains yang sesuai dengan karakteristik

pendidikan sains dan penilaian kelas dalam kurikulum 2004.

Diantara jenis penilaian kelas yang relevan dengan ruang lingkup

pembelajaran sains khususnya untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam

merancang dan membuat karya adalah Penilaian Produk. “Penilaian Produk

merupakan bentuk penilaian hasil kerja yang meliputi penilaian terhadap

kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni” (Depdiknas,

2003:43). Selanjutnya ditegaskan pula bahwa “Penilaian produk tidak hanya

menilai hasil akhirnya saja tetapi juga proses pembuatannya”. (Depdiknas,

2003:6).Oleh karena itu melalui penilaian produk yang dinilai bukan saja

produk akhirnya saja tetapi juga kemampuan (kinerja) siswa dalam setiap

tahapan pembuatan karya. Pelaksanaan penilaian produk dilaksanakan melalui

tiga tahap kegiatan yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pembuatan, dan (3)

tahap penilaian.

Selain berkeinginan memperbaiki cara menilai, para guru di SDN

Cikawungading juga berkeinginan untuk mengelola pembelajaran sains sesuai

dengan tuntutan kurikulum. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para guru

di SDN Cikawungading sepakat memilih model Cooveratif Learning sebagai

4

Page 5: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

model pembelajaran yang diduga dapat menunjang upaya kaji tindak untuk

memperbaiki pembelajaran sains tersebut. Model ini dipilih karena sebagaima-

na dikaji dalam beberapa penataran, sangat cocok untuk mengaktifkan siswa

dan mengefektifkan pencapaian hasil belajar.

Setelah melakukan kajian bersama tentang keterkaitan antara

Kurikulum 2004, Penilaian Kelas, dan karakteristik Pendidikan Sains di SD,

serta dihubungkan dengan pengalaman mereka dalam mengelola pembelajaran

sains, guru SDN Cikawungading sampai pada pemahaman bahwa penilaian

sebagai bagian dari pemelajaran mempunyai peranan yang sangat penting

terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Model penilaian yang baik dapat

memberikan kontribusi positif terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar

siswa. Pemahaman tersebut sejalan dengan penegasan Stiggins (1994:55)

bahwa pembelajaran yang efektif, efisien, dan produktif perlu disertai dengan

penilaian yang baik dan bermakna yang disebut penilaian karya atau asesmen

alternatif. Para guru juga menyimpulkan bahwa penilaian (asesmen) otentik

cukup memiliki makna penting dalam mengukur kemampuan siswa secara

terpadu dalam pembelajaran sains yang meliputi dimensi proses, sikap, dan

produk sains. Dimensi proses dan sikap dari pembelajaran sains, dalam

Kurikulum 2004 disebut Kerja Ilmiah.

Berdasarkan hasil kajian sebagaimana dipaparkan di atas, beberapa

guru SDN Cikawungading tergerak untuk melakukan kolaborasi dalam

mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan pengelolaan pembelajaran

sains menurut Kurikulum 2004. Prioritas permasalahan yang akan diatasi

adalah bagaimana merancang dan melaksanakan pembelajaran sains yang

berorientasi kepada pengimplementasian penilaian kelas (jenis penilaian

produk) yang realistik serta mampu mengembangkan kerja ilmiah siswa.

Bentuk kolaborasi akan diaktualisasikan dalam bentuk kegiatan

Penelitian Tindakan Kelas. Melalui penelitian ini, guru akan memperoleh

pengalaman berdaur melakukan tindakan reflektif dalam hal (1) menyusun

silabus pembelajaran sains berorientasi Kurikulum 2004; (2) membuat Lembar

Kerja Siswa (LKS) untuk pengembangan kerja ilmiah; (3) membuat alat

5

Page 6: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

peraga sains; (4) membuat instrument penilaian kelas (jenis penilaian produk)

untuk pembelajaran sains; dan (5) mengoperasionalkan pembelajaran sains

yang efektif sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2004.

D. PERUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana membuat

dan menggunakan penilaian produk dan model Cooperative Learning agar

dapat meningkatkan kerja ilmiah siswa dalam pembelajaran sains di SDN

Cikawungading Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya?”

Rumusan masalah tersebut lebih lanjut dirinci dengan pertanyaan

penelitian tindakan sebagai berikut.

1. Bagaimana mengoptimalkan kemampuan guru membuat penilaian karya

untuk pembelajaran sains?

2. Bagaimana mengoptimalkan kemampuan guru membuat indikator-

indikator kerja ilmiah pada pembelajaran sains?

3. Bagaimana mengoptimalkan kemampuan guru membuat silabus (rencana)

pembelajaran yang berorientasi pada penggunaan model Cooperative

Learning dan penilaian karya serta pengembangan kerja ilmiah siswa?

4. Bagaimana mengoptimalkan kemampuan guru mengelola pembelajaran

sains yang berorientasi pada penggunaan model Cooperative Learning dan

penilaian karya serta pengembangan kerja ilmiah siswa?

5. Bagaimana efektifitas pencapaian hasil belajar pada pembelajaran sains

yang berorientasi pada penggunaan model Cooperative Learning dan

penilaian karya, dan pengembangan kerja ilmiah siswa?

Agar upaya pemecahan masalah lebih terfokus, rumusan permasalah

dan pertanyaan penelitian di atas dibatasi dengan penjelasan operasional

sebagai berikut.

a. Asesmen hasil karya (asesmen produk) digunakan untuk menilaian dan

meningkatkan kreatifitas siswa dalam membuat suatu karya berupa benda

berdimensi dua (rancangan model) dan benda berdimensi tiga.

6

Page 7: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

b. Kerja ilmiah siswa yang akan ditingkatkan dalam pembelajaran sains

diprioritaskan pada jenis Kerja Ilmiah Kreativitas membuat karya.

c. Pembelajaran sains yang akan dijadikan latar penelitian adalah

pembelajaran sains pada semester genap di kelas IV pada tahun pelajaran

2006.

E. PEMECAHAN MASALAH

Implementasi penilaian kelas (berupa penilaian karya) untuk

meningkatkan kerja ilmiah siswa dalam pembelajaran sains pada penelitian

tindakan kelas ini akan lebih banyak memberikan pengalaman atau

keterlibatan langsung kepada guru Kelas IV SD Negeri Cikawungading. Guru

yang lain hanya bertindak sebagi peneliti mitra.

Pemberian porsi terbesar keterlibatan bagi guru dalam penelitian

didasarkan pada pertimbangan bahwa dalam konteks PTK guru adalah peneliti

yang lebih mengetahui dan memahami permasalahan dan keperluan penye-

lesaiannya. Dengan demikian produk dan penggunaan penilaian karya serta

tindakan pengembangan kerja ilmiah siswa dalam pembelajaran akan

berlangsung lebih objektif dan realistis.

Secara garis besar, pemecahan masalah dalam penelitian ini akan

dilaksanakan melalui tindakan reflektif meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

No. Aspek Tindakan Indikator Keberhasilan

1. Meningkatan kompetensi guru melaku-kan penilaian karya dalam pembela-jaran sains.

Guru mampu membuat con-toh instrumen untuk penilai-an karya bagi pembelajaran sains.

2. Meningkatan kompetensi guru me-ngembangkan kerja ilmiah siswa dalam pembelajaran sains.

Guru mampu membuat con-toh indikator bagi setiap ker-ja ilmiah kreativitas mem-buat karya dalam pembela-jaran sains.

3. Meningkatan kompetensi guru tentang penggunaan penilaian karya yang relevan dengan kerja ilmiah siswa

Guru mampu memilih, mem-buat dan menggunakan jenis-jenis instrumen penilaian

7

Page 8: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

dalam pembelajaran sains. karya yang relevan dengan kerja ilmiah siswa yang akan dikembangkan dalam pembe-lajaran.

4. Meningkatkan kompetensi guru meran-cang dan membuat instrumen-instru-men penunjang bagi pembelajaran sains yang efektif.

Guru mampu membuat Lem-bar Kerja Siswa (LKS) dan alat peraga sains yang sesuai dengan karakteristik pendi-dikan sains dan tuntutan Ku-rikulum 2004.

5. Meningkatkan kompetensi guru meran-cang dan mengelola pembelajaran sains yang efektif dengan model cooparative learning.

Guru mampu menyusun dan mengoperasionalkan silabus pembelajaran sains yang se-suai dengan karakteristik pendidikan sains dan tun-tutan Kurikulum 2004 serta rambu-rambu cooverative learning.

3. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan rencana pemecahan masalah

seperti diungkapkan di muka, maka hipotesis tindakan secara umum dirumus-

kan sebagai berikut.

“Serangkaian tindakan reflektif berdaur untuk mengoptimalkan wawasan dan

keterampilan guru dalam menyusun dan mengoperasionalkan penilaian karya

akan dan model cooperative learning dapat meningkatkan kerja ilmiah siswa

pada pembelajaran sains di kelas IV SDN Cikawungading”

F. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengoptimalkan kemam-

puan guru SDN Cikawungading dalam membuat dan mengimplementasikan

penilaian karya yang dapat berfungsi meningkatkan kerja ilmiah siswa dalam

pembelajaran sains. Lebih spesifik tujuan tersebut dirinci sebagai berikut.

1. Mengoptimalkan kemampuan guru membuat penilaian karya untuk

pembelajaran sains.

8

Page 9: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

2. Mengoptimalkan kemampuan guru membuat indicator-indikator kerja

ilmiah pada pembelajaran sains.

3. Mengoptimalkan kemampuan guru membuat silabus (rencana) pembe-

lajaran yang berorientasi pada penggunaan penilaian karya dan

pengembangan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran sains.

4. Mengoptimalkan kemampuan guru mengelola pembelajaran sains yang

berorientasi pada penggunaan penilaian karya dan pengembangan kerja

ilmiah siswa.

5. Mengefektifkan pencapaian hasil belajar pada pembelajaran sains yang

berorientasi pada penggunaan penilaian karya dan pengembangan kerja

ilmiah siswa.

G. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Memberikan kontribusi inspiratif dan faktual bagi upaya peningkatan

kualitas pembelajaran sains di sekolah dasar, khususnya di SDN

Cikawungading Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya.

2. Memberikan solusi untuk mengatasi kesulitan guru-guru SDN

Cikawungading dalam memahami Kurikulum 2004, khususnya yang

terkait dengan implementasi Penilaian Kelas dan pengembangan Kerja

Ilmiah siswa.

3. Memberikan pengalaman berupa cara-cara ilmiah, realistik, dan relatif

mudah dalam mengatasi permasalahan pembelajaran melalui pelaksanaan

penelitian tindakan kelas.

4. Memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga bagi siswa dalam

hal pengembangan potensi ‘sainstis’ dan potensi kreatif melalui

pembelajaran sains yang menyenangkan.

5. Menjadi dorongan bagi guru-guru SD dan para pemegang kebijakan

pendidikan dasar di tingkat kecamatan/kabupaten untuk mencoba

melakukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran melalui PTK.

6. Memberikan masukan data empiris bagi dosen pengampu mata kuliah IPA

di PGSD sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas perkuliahan IPA SD

yang lebih berorientasi kepada kebutuhan objektif di lapangan.

9

Page 10: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

H. KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini dikaji berbagai teori dan pendapat para ahli tentang:

1. Penilaian (Asesmen) KaryaSumber: Tuliskan minimal 3 sumber2. Model Cooperative LearningSumber: Tuliskan minimal 3 sumber3. Pembelajaran Sains di SDSumber: Tuliskan minimal 3 sumber

I. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN

Model PTK yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah model

PTK yang diadaptasi dari John Elliot. Dalam desain model ini, satu fokus

tindakan (Action) merupakan satu siklus tindakan terdiri dari satu step atau

langkah tindakan pembelajaran. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa

PTK dilakukan untuk meningkatkan lebih dari satu aspek kerja ilmiah

(kemampuan siswa melakukan penyelidikan dan kreatifitas dalam membuat

karya) pada satu pokok bahasan atau satu materi pokok. Satu materi pokok

terdiri dari beberapa materi yang yang diselesaikan dalam beberapa kali

tindakan, (Depdikbud, 1999:21-22). Sedangkan bentuk PTK yang

dilaksanakan adalah PTK kolaboratif yang melibatkan beberapa pihak dengan

jalinan bersifat kemitraan sebagaimana dijelaskan oleh Kasihani Kasbolah

(1998:123) yang menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kolaboratif melibatkan

beberapa pihak yaitu guru, kepala sekolah, peneliti, maupun dosen secara serempak

melakukan penelitian dengan tujuan meningkatkan prakatek pembelajaran,

menyumbang pada perkembangan teori, dan meningkatkan karir guru

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IV dan guru yang melakukan

tindakan pada Pembelajaran sains di Kelas IV SDN Cikawungading.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas akan berlangsung selama 2

bulan (Juli – Agustus 2006), bertempat di SDN Cikawungading, UPT Dinas

Pendidikan Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya.

10

Page 11: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

3. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang

oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi. Agar variabel

tersebut dapat terukur, variabel tersebut didefinisikan ke dalam bentuk

rumusan yang lebih operasional (Faisal, 1982:82-83). Variabel penelitian

dalam PTK terdiri dari variabel input, variabel proses, dan variabel output

(Tim Pelatih PGSM, 1999:65). Variabel-variabel tersebut dirumuskan dalam

definisi operasional sebagai berikut.

a. Variabel Input

Variabel input penelitian adalah pengetahuan dan kerja ilmiah awal siswa

dalam membuat karya pesawat parasut; materi pembelajaran; serta wawasan

dan bekal keterampilan guru (peneliti) mengelola pembelajaran dengan

mengimplementasikan Asesmen Karya atau Penilaian Karya.

b. Variabel Proses

Variabel proses dalam tindakn pembelajaran adalah:

1) Aktivitas guru Kelas IV menggunakan Penilaian Karya dalam proses

pembelajaran sains. Dinyatakan dengan skor dan deskripsi hasil penilaian

observer terhadap kinerja guru pada setiap pembelajaran.

2) Aktivitas siswa Kelas IV dalam proses pembelajaran sains dengan

menggunakan Penilaian karya yang berhubungan dengan kerja ilmiah

siswa antara lain: penggunaan alat indera, penggunaan alat ukur,

pencatatan data hasil pengamatan, dan intensitas keaktifan dalam

kelompok; serta pengembangan kreatifitas dalam merancang, membuat,

dan medemonstrasikan hasil karya.

c. Variabel Output

Variabel output berkaitan dengan kualitas pembelajaran yaitu peningkatan

waktu efektif belajar (on task) dan kerja ilmiah siswa selama mengikuti

pembelajaran sains. Kerja ilmiah dibatasi pada kemampuan melakukan

penyelidikan dasar (observasi), dan pengembangan kreatifitas dalam

membuat karya (benda berdimensi tiga).

11

Page 12: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

4. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam bentuk proses

berdaur (siklus). Setiap siklus terdiri dari tahapan (fase): perencanaan

(planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi

(reflection). Berikut digambarkan ikhtisar siklus tindakan pada penelitian ini:

Bagan Model Dasar Siklus PTK (Sumber: Edi Hendri, 2005)

Fase-fase tersebut dioperasionalkan dalam kegiatan berikut.:

a. Tahap Refleksi Awal

Pada tahap ini guru kelas mencermati, mengidentifikasi dan meru-

muskan masalah dalam pembelajaran sains di Kelas IV SD Cikawungading

terutama terkait dengan isu Kerja Ilmiah dan Penilaian Kelas yang berorientasi

kepada Kurikulum 2004.

12

Refleksi

Tindakan & Observasi

Identifikasi Masalah

Perumusan Rencana

Refleksi

Tindakan & Observasi

Perubahan Rencana

Refleksi

Tindakan & Observasi

Pra Tindakan

Siklus 1

Siklus 2

Page 13: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

b. Merancang langkah-langkah tindakan pemecahan masalah

Pada tahap ini dirumuskan upaya penyelesaian atau penanganan terhadap

masalah utama yang teridentifikasi. Rumusan lebih difokuskan kepada

memilih tindakan pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kemampuan guru

membuat dan menggunakan Penilaian karya untuk meningkatkan kemam-

puan siswa melakukan kerja ilmiah sebagaimana dituntut oleh Kurikulum

2004, terutama dalam hal melakukan kegiatan observasi dan penyelidikan.

Dalam merumuskan masalah serta tindakan penyelesaiannya guru mempertim-

bangkan: karakteristik siswa, aspek prioritas manfaat, kesanggupan guru untuk

melakukan tindakan, fasilitas pendukung, materi pembelajaran, waktu

pelaksanaan serta landasan teori pembelajaran sains terutama yang

berhubungan dengan Kerja Ilmiah dan penggunaan Penilaian karya.

c. Menuangkan gagasan penyelesaian masalah ke dalam bentuk:

1) Rencana atau silabus pembelajaran.

2) Lembar Kerja Siswa

3) Alat peraga pembelajaran.

4) Instrumen penilaian karya untuk menilai kerja ilmiah

siswa.

5) Instrumen penilaian karya untuk mengukur waktu efektif

belajar siswa.

6) Instrumen untuk mengobservasi aktivitas guru.

d. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan penelitian yang dimaksud adalah langkah realistik yang

ditempuh oleh peneliti bersama peneliti mitra di lapangan sejak orientasi, pra

tindakan hingga terselesaikannya pemecahan masalah. Secara garis besar

tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Orientasi

Orientasi yang dilakukan oleh peneliti bersama peneliti mitra adalah

melakukan studi pendahuluan yang berhubungan dengan konsep-konsep

penting pelaksanaan PTK. Studi tersebut berupa hal-hal berikut:

13

Page 14: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

a) Menyamakan persepsi antara peneliti, peneliti mitra, dan kepala sekolah

tentang Penelitian Tindakan Kelas.

b) Menyamakan pemahaman peneliti dan observer tentang Kerja Ilmiah dan

penggunaan Penilaian karya pada pembelajaran sains.

c) Penetapan siklus dan fokus tindakan, topic (materi) pembelajaran beserta

instrumen dan administrasi persiapan mengajar yang akan digunakan.

2) Persiapan Pra Tindakan

Sebelum penelitian dilakukan dalam bentuk pembelajaran, persiapan

awal yang dilakukan guru kelas (peneliti) adalah sebagai berikut.

a) Bersama peneliti mitra mendiskusikan rencana umum PTK sebagai upaya

mengoptimalkan kemampuan guru membuat dan menggunakan Penilaian

karya untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa dalam pembelajaran sains;

alternatif tema pembelajaran yang digunakan dalam penelitian, instrumen

penelitian yang diperlukan, dan waktu pelaksanaan.

b) Bersama peneliti mitra mendiskusikan jenis penilaian karya dan aspek

kerja ilmiah yang bagaimana yang mungkin untuk ditingkatkan dalam

PTK yang waktunya sangat terbatas.

c) Berdasarkan hasil kesepahaman dengan peneliti mitra dan dosen

pembimbing diusun rencana pembelajaran dan instrumen penelitian..

d) Untuk keperluan membuat instrumen penelitian, menetapkan indikator

bagi masing-masing aspek fokus tindakan. Peningkatan kerja ilmiah jenis

observasi dalam PTK ini direncanakan dalam dua aspek fokus tindakan,

yaitu: penggunaan penilaian karya untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa

melakukan penyelidikan; dan penggunaan penilaian karya untuk

meningkatkan kreatifitas siswa dalam membuat karya .

e) Direncanakan bahwa ketiga aspek fokus tindakan tersebut akan ditindaki

dan diobservasi pada setiap siklus tindakan.

3). Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Pembelajaran

Tindakan pembelajaran dilakukan dalam bentuk siklus tindakan. Setiap

siklus terdiri dari beberapa tindakan pembelajaran. Jumlah pembelajaran pada

setiap siklus bersifat realistik, artinya bergantung pada ketercapaian tujuan

14

Page 15: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

PTK. Upaya tindakan perbaikan pada penelitian ini direncanakan akan

dilakukan dalam 2 sampai 3 siklus tindakan sesuai dengan ketercapaian

optimal rencana tindakan.

Untuk merealisasikan fokus tindakan dan mencapai indikator

keberhasilan yang ditetapkan, siklus tindakan akan dilaksanakan dalam format

sebagai berikut.

a) Merancang tindakan pembelajaran antara lain: pembuatan persiapan

mengajar guru, pembuatan lembar pengamatan, menyiapkan media dan

alat peraga yang diperlukan, dan mengelompokkan siswa untuk memudah-

kan dalam pengamatan proses aktivitas siswa.

b) Melaksanakan tindakan pembelajaran 1, 2, 3 dan setrusnya. Pada saat

berlangsung tindakan pembelajaran, guru kelas dan pengamat mitra

bertindak sebagai observer.

4) Tahap Refleksi

Data yang terkumpul sebagai hasil observasi terhadap setiap pem-

belajaran segera diolah, dideskripsikan, kalau perlu disederhanakan dalam

bentuk tabel, grafik bagan, atau skema. Data yang telah tersaji dianalisis,

didiskusikan dan dikaji ulang secara bersama-sama terutama yang berkaitan

dengan kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran.

Hasil kegiatan merefleksi ini digunakan untuk bahan pertimbangan dalam

menyusun rencana tindakan berikutnya, yang dilaksanakan, diobservasi dan

direfleksi seperti pada pembelajaran sebelumnya. Kegiatan refleksi dilakukan

pada dan setelah kegiatan pembelajaran untuk bahan pertimbangan pembela-

jaran selanjutnya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikui:

a) Teknik Observasi

Observasi kegiatan di kelas dibantu oleh rekan pengamat mitra yang

duduk di belakang untuk mengamati proses pembelajaran model penemuan

15

Page 16: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

terbimbing; sementara penulis sendiri melakukan pengelolaan kelas dan

pengamatan terhadap siswa. Alat yang digunakan untuk menjaring data

tersebut yaitu alat perekam, lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru

dalam pembelajaran, lembar observasi untuk mengamatai kerja ilmiah siswa,

dan catatan lapangan. Tiga alat bantu tersebut digunakan oleh pengamat mitra

dan guru sebagai alat bantu untuk menganalisis dan merefleksi setiap tahapan

tindakan pembelajaran yang dijadikan bahan perbaikan pada tindakan

berikutnya, sehingga menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih

meningkat.

Observasi yang dilaksanakan, merekam dan mencatat semua peristiwa

yang terjadi dalam pembelajaran, terutama hal-hal yang telah disepakati

bersama dalam upaya pengumpulan data. Hasil observasi yang berupa data,

segera diberikan kepada pelaku tindakan dan didiskusikan agar segera

diketahui apa-apa yang sudah tercapai dan apa pula yang belum tercapai.

b) Teknik Tes atau Penilaian

Tes digunakan untuk menjaring data tentang hasil belajar penguasaan

konsep siswa.

c) Analisis Deskriptif

Teknik Analisis Deskriftif digunakan untuk menjelaskan seluruh rangkaian

penelitian mulai dari perencanaan sampai tahap refleksi, begitu juga dengan

daur dan hasil penelitian.

6. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan tes dianalisis

dengan mengacu kepada pola pengolahan data dari Hopkin (1993) dalam

Kanda (2001:55), yang dilakukan melalui tahap-tahap berikut:

a) Coding atau Labeling. Yang dimaksud adalah mekanisme pengolahan data

yang berkaitan dengan pengumpulan data (melalui observasi, tes dan

wawancara), penamaan data, kategorisasi data, pengklasifikasian data, dan

deskripsi makna data baik berdasarkan jenis subjek penelitian (siswa dan

guru), fokus tindakan (kerja ilmiah siswa dalam melakukan observasi),

16

Page 17: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

waktu dan proses tindakan (tahapan pembelajaran) maupun hasil tindakan

(peningkatan kerja ilmiah siswa dalam melakukan observasi).

b) Triangulasi, merupakan teknik validasi data yang berarti bahwa kesahihan

(validitas) data ditentukan oleh sumber data dan interpretasi data yang

berasal dari berbagai pihak terkait, terutama yang merepresentasikan

keterwakilan: peneliti, guru sejawat (peneliti mitra) dan kepala sekolah,

serta pakar akademik yang relevan dengan masalah yang dianalisis, baik

bersifat personal maupun gagasan-gagasan dalam literatur yang dapat

dipertanggungjawabkan.

c) Saturasi (Kejenuhan). Karena keterbatasan waktu penelitian, saturasi juga

dijadikan salah satu teknik validasi tindakan dan data. Dengan teknik ini

peneliti memastikan bahwa tindakan dan hasil perbaikan ditetapkan telah

optimal dilakukan dengan pertimbangan bahwa potensi perubah, baik yang

terdapat pada peneliti (guru), subjek penelitian (siswa), fasilitas, waktu dan

faktor-faktor penentu perubahan lainnya sudah sampai pada batas

kemampuan optimal saat itu.

7. Alur Pelaksanaan Tindakan.

Rencana yang telah dibuat berdasrkan hasil studi pendahuluan, refleksi

awal, dan orientasi materi penelitian, dilaksanakan dalam bentuk tindakan

pada proses pembelajaran di kelas. Pelaksanaan tindakan ini diikuti dengan

observasi terhadap semua aspek dan indikator keberhasilan yang telah

ditetapkan dan disepakati sebelumnya. Hasil observasi dianalisis dan direfleksi

sebagai bahan pertimbangan pada tindakan selanjutnya.

Alur pelaksanaan tindakan tersebut ditunjukkan pada bagan berikut.

17

Page 18: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

18

Hasil dan Evaluasi Keseluruhan Tindakan

Analisis dan Refleksi thdp tindakan siklus II

-Hasil temuan-Rekomendasi bagi tin dakan berikutnya

Siklus II:Tindakan dan refleksi

pembelajaran 1,2,3, . . .

Observasi pelaksanaan dan pengaruh tindakan pembelajaran 1,2,3, . . .

Analisis dan refleksi

terhadap Siklus I

siklus I

Hasil temuan dan rekomendasi bagi tin

dakan selanjutnya

ObservasiTerhadap tindakan

pembelajaran

Refleksi awal terhadap- Pembelajaran Sains di kelas IV- Kerja ilmiah siswa yang akan

dikembangkan- Materi kurikulum & Penilaian

Identifikiasi Masalah- perlu penggunaan

penilaian karya untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa

- perlu ditetapkan kerja ilmiah siswa dan jenis asesmen yang tepat untuk tindakan awal.

- tindakan perbaikan dilaksa-nakan melalui PTK

Pra tindakanDiskusi tentang as-pek kerja ilmiah siswa yang akan di-jadikan fokus tin-dakan.Diskusi dengan ob-server ttng Ases-men dan PTK yang akan digunakan.

Rencana Tindakan-Menetapkan metode penelitian dan siklus tindakan-Siklus I: Fokus Tinda kan 1 pembelajaran 1,2,3 …

-Siklus II: Fokus Tin-dakan 2 pembelajaran 1,2,3 …

Siklus I:Tindakan dan refleksi

pembelajaran 1,2,3, . . .

Page 19: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

Gambar Bagan Daur (Siklus) Pelaksanaan PTK

J. JADWAL PENELITIAN

KegiatanBulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8Studi Pendahuluan ke lokasi SD penelitian dan refleksi hasil studi pendahuluan.

Penyusunan silabus pembela-jaran, asesmen, dan LKS.

Pembuatan alat peraga dan lem-bar observasi

Pelaksanaan pra tindakan dan tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan Siklus II dan evaluasi akhir tindakan

Pembuatan draft skripsi, produk, dan draft laporan hasil pene-litian; serta pelaksanaan seminar.

Penyelesaian dokumen penggandaan dan pengi-riman laporan, publikasi hasil penelitian.

19

Page 20: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

K. DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Nugraha, dkk. 1998. Penggunaan Performance Assessment untuk meningkatkan Efektivitas Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Laporan Penelitian Tindakan Kelas di SD Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. PGSD FIP IKIP Bandung.

Asmawi, Z. dan Nasution, N. 1994. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan (BPTP). 2004. Pengantar Penilaian Pemelajaran Sains. http://www.bptpdisdik-jabar.go.id

Carin, A.A. & Sund, R.B. 1989. Teaching Science Through Discovery. Columbus: Merrill Publishing Company.

Cavendish, S. et al. 1990. Observing Activities: Assessing Science in the Primary Classroom. London: Paul Chapman Publishing Ltd.

Dahar, R.W. 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional.2004. Kurikulum 2004 : Kompetensi Standar Mata Pelajaran Sains. Jakarta: DepdiknasRepublik Indonesia.

________.2003. Pedoman Pengembangan Silabus. Jakarta:Pusat Kurikulum.

________.2003. Kerangka Dasar Kurikulum 2004. Jakarta: Pusat Kurikulum

________.2003. Pedoman Pengembanagan Silabus. Jakarta: Pusat Kuriku-lum

Galton, M. & Harlen, W. 1990. Assessing Science in the Primary School: Written Task. London: Paul Chapman Publishing Ltd.

Harlen, W. & Galton, M. (Eds.).1990. Observing Activities - Assessing Science in The Primary Classroom. London: Paul Chapman Publishing Ltd.

Kanda. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Guru.

Kasbolah, K. 1998. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Mulyana, Edi Hendri. 2003. Metodologi Pendidikan Sains Sekolah Dasar. Tasikmalaya: Buku Wajib Perkuliahan IPA PGSD UPI Kampus Tasikmalaya. Tidak dipublikasikan.

20

Page 21: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosdakarya

L. LAMPIRAN

1. Kerangka dan Rambu-rambu Instrumen Penelitian

a. Instrumen Penilaian Kinerja (Performance Assessment)

Kelompok/Nama Siswa: Tanggal:

No. Aspek Kinerja SK K C B SB

1 Menunjukkan minat/inisiatif beraktivitas

2 Terlibat aktif melaksanakan kegiatan

3 Ketepatan melakukan tugas/menggunakan alat

4 Menghargai hak orang lain

5 Menunjukkan kreatifitasNilai: SK = 0 – 3,4; K = 3,5 – 5,4; C = 5,5 – 6,4; B = 6,5 – 8,4; SB = 8,5 – 10

b. Format penilaian Karya Siswa (Penilaian Produk/Product Assessment). Misalnya membuat parasut dari plastisin.

1. Penilaian Perencanaan

ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB

Memilih bahan sesuai dengan tujuanMenetapkan alat-alat sesuai dengan tujuanMemilih jenis pesawat yang akan dibuatMenetapkan bahan-bahan untuk memperindah parasut

2. Penilaian Proses Pembuatan

ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB

Dikerjakan mandiri (tanpa bantuan guru yang berarti)Kerjasama antar anggota nampak kompakWaktu yang digunakan untuk membuat parasut efektifUpaya dan hasil untuk memperindah parasut

3. Penilaian Produk/Hasil Karya

ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB

Penampilan pesawat: rapih dengan bentuk wajarUkuran ruang parasut sudah optimal sesuai dengan bahanAda hasil kreasi untuk memperindah penampilan

21

Page 22: A - edihendrim.files.wordpress.com file · Web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment) dan model cooperative learning untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran

Daya tampung parasut (jumlah beban yang diangkut)

d. Instrumen menilai proses pembuatan dan hasil karya siswa berupa ‘parasut’.

1. Penilaian Perencanaan

ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB

Memilih bahan sesuai dengan tujuanMenetapkan alat-alat sesuai dengan tujuanMemilih jenis pesawat yang akan dibuatMenetapkan bahan-bahan untuk memperindah parasut

2. Penilaian Proses Pembuatan

ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB

Dikerjakan mandiri (tanpa bantuan guru yang berarti)Kerjasama antar anggota nampak kompakWaktu yang digunakan untuk membuat parasut efektifUpaya dan hasil untuk memperindah parasut

3. Penilaian Produk/Hasil Karya

ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB

Penampilan pesawat: rapih dengan bentuk wajarDengan mudah parasut dapat diatur penerbangannyaAda hasil kreasi untuk memperindah penampilan

Catatan.

Masih perlu diperjelas kriteria dan indikator pada setiap aspek yang dinilai SK

(sangat kurang), K (kurang), C (cukup), B (baik), dan SB (sangat baik).

e. Instrumen menilai kerja ilmiah siswa

Kerja ilmiah yang dinilai adalah keterampilan proses dasar: mengamati,

melakukan pengukuran dan mencatat/menyajikan data hasil pengamatan/

pengukuran.

22