a. tinjauan persepsi - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/5577/16/bab ii.pdf · rakyat, tarian...

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Persepsi 1. Pengertian Persepsi Menurut Desdereto, yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat (1999 : 51) menyatakan bahwa “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi atau pesan”. Kemudian Mar’at (1984 : 21-22), memberikan penjelasan persepsi sebagai berikut: “Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Aspek kognisi merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan berbuat. Jadi jelas bahwa komponen kognisi akan berpengaruh terhadap predisposisi seseorang untuk bertindak, terhadap suatu objek, yang merupakan jawaban atas pernyataan atas apa yang dipikirkan dan apa yang persepsikan tentang objek tersebut”. Selanjutnya menurut Pringgodigdo, A.K. (1991 : 866) Persepsi diartikan, “sebagai proses mental yang menghasilkan bayang-bayang pada diri individu, sehingga dapat mengenal suatu objek dengan ingatan tertentu, baik secara

Upload: vokhuong

Post on 11-Aug-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Menurut Desdereto, yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat (1999 : 51)

menyatakan bahwa “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,

atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi atau pesan”.

Kemudian Mar’at (1984 : 21-22), memberikan penjelasan persepsi sebagai

berikut: “Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari

komponen kognisi. Aspek kognisi merupakan aspek penggerak perubahan

karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan

berbuat. Jadi jelas bahwa komponen kognisi akan berpengaruh terhadap

predisposisi seseorang untuk bertindak, terhadap suatu objek, yang merupakan

jawaban atas pernyataan atas apa yang dipikirkan dan apa yang persepsikan

tentang objek tersebut”.

Selanjutnya menurut Pringgodigdo, A.K. (1991 : 866) Persepsi diartikan,

“sebagai proses mental yang menghasilkan bayang-bayang pada diri individu,

sehingga dapat mengenal suatu objek dengan ingatan tertentu, baik secara

9

indera penglihatan, indera peraba, dan sebagainya sehingga akhirnya

bayangan itu dapat disadari”.

Kemudian Tim Penyusun kamus, Pusat Pembinaan dan pengembangan

Bahasa Indonesia (1997) Persepsi didefinisikan sebagai berikut :

1) Tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan

2) Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra.

Selanjutnya menurut C.P. Chaplin (1989 : 358), persepsi diberi pengertian yang

meliputi :

1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan

bantuan indra.

2) Kesadaran dari proses-proses organis.

3) (Tichener) satu kelompok pengindraan dengan penambahan arti-arti

yang berasal dari pengalaman-pengalaman masa lalu.

4) Variable yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari

kemampuan untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-

perangsang.

5) Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang

serta merta mengenai sesuatu.

Selanjutnya William James yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi (1994 :

105-106), menyatakan bahwa, “Persepsi terbentuk atas dasar data-data yang

kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indera kita serta sebagian

lainnya dari pengolahan ingatan (memory) kita (diolah kembali berdasarkan

pengalaman yang kita miliki)”.

10

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan dilihat dari isinya maka

persepsi adalah kemampuan seseorang membeda-bedakan antara objek yang

satu dengan objek yang lain. Dalam proses tersebut didahului dengan

pandangan dan pegangan yang berasal dari komponen kognisi sehingga

seseorang dapat dinyatakan dalam prilaku terhadap objek tertentu.

2. Proses Terjadinya Persepsi

1) Sensasi (Sensasion)

Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan informasi.

Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan

penguraian verbal, simbolis atau konseptual dan terutama sekali

berhubungan dengan kegiatan alat indera.

2) Perhatian (Attention)

Dalam menentukan perhatian ini ada 2 faktor yang harus dijadikan

pertimbangan, yaitu :

a. Faktor situasional disebut juga sebagai determinan perhatian yang

bersifat eksternal atau menarik perhatian. Stimulan diperhatikan karena

mempunyai sifat-sifat yang menonjol seperti gerakan, intensitas dan

perulangan.

b. Faktor personal bersifat internal atau menarik perhatian. faktor ini

merupakan faktor yang mengandalkan kemampuan alat indera masing-

masing individu untuk berkonsentrasi terhadap suatu obyek

rangsangan. Apa yang menjadi perhatian seseorang akan lolos dari

perhatian orang lain atau sebaliknya. Ada kecendrungan kita melihat

apa yang ingin kita lihat.

11

Menurut Sendjaja (1994: 55), persepsi mensyaratkan tiga hal yaitu:

a. Orang yang mempersepsi

b. Objek persepsi

c. Suatu persepi atau makna yang merupakan hasil dari tindakan persepi.

Persepsi meliputi proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi

mengenai lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan,

pendengaran, dan penciuman. Dengan demikian persepsi merupakan suatu

proses pengamatan terhadap sesuatu objek yang terdiri dari:

a. Stimulasi pada alat ngindra (sensory stimulation

Pada tahap ini, alat-alat indra distimulassi atau dirangsang akan

keberadaan sesuatu hal, akan tetapi meskipun manusia memiliki

kemampuan pengindran untuk merasakan Stimulus, manusia tidak

selalu menggunakannya, sebagai contoh pada saat seseorang melamun.

b. Stimulasi terhadap alat indra di atur

Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur menurut

berbagai prinsip, salah satu prinsip yang digunakan adalah prinsip

Proximitas atau kemiripan. Sebagai contoh kita mempersepsikan pesan

yang datang segera setelah pesan yang lain sebagai suatu unit dan

menganggap bahwa keduanya tentu saling berkaitan. Prinsip lain adalah

prinsip kelengkapan (closure). Manusia cendrung mempersepsikan

gambar atau pesan yang dalam yang dalam kenyataan tidak lengkap

sebagai gambar atau pesan yang lengkap, dengan melengkapi bagian-

bagian gambar atau pesan yang tampak logis untuk melengkapi gambar

ataupun pesan tersebut.

12

c. Stimulasi alat indra ditafsirkan-dievaluasi

Langkah ketiga adalah penafsiran-evaluasi kedua istilah tersebut

digabungkan guna menegaskan bahwa keduanya tidak dapat

dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subyektif yang

melibatkan evaluasi dari pihak penerima. Penafsiran tersebut tidak

semata-mata dirasakan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat

dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem

nilai, keyakinan tentang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada

saat tersebut dan lain sebagainya.

Selanjutnya menurut Sendjaja (1994: 55), sifat-sifat persepsi adalah:

a. Persepsi adalah pengalaman

Untuk mengartikan makna dari seseorang, objek atau peristiwa, kita

harus memiliki dasar untuk melakukan interpretasi. Dasar ini biasanya

kita temukan pada pengalaman masa lalu kita dengan oran, objek atau

persitiwa tersebut atau dengan hal-hal yang menyerupainya. Tanpa

landasan pengalaman sebagai pembanding, tidak mungkin untuk

mempersepsikan suatu makna sebab ini akan membawa kita pada suatu

kebingungan.

b. Persepsi adalah selektif

Ketika kita mempersepsikan sesuatu, kita cenderung memperhatikan

hanya bagian-bagian tertentu dari suatu objek atau orang. Dengan kata

lain, kita melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari

objek persepsi kita dan mengabaikan yang lain.

13

c. Persepsi adalah penyimpulan

Proses psikologi dari persespi mencakup penarikan kesimpulan

melalui suatu proses induksi secara logis. Interpretasi yang dihasilkan

melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi

yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna adalah

melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya

didasarakan atas data yang dapat ditangkap oleh indra kita.

d. Persepsi tidak akurat

Setiap persepsi yang kita lakukan akan mengundang kesalahan dalam

kadar tertentu. Hal ini antara lain disebakan oleh pengaruh pegalaman

masa lalu, selektivitas dan penyimpulan. Biasanya ketidak akuratan ini

terjadi karena penyimpulan yang terlalu mudah atau menyama ratakan.

e. Persepsi adalah evaluatif

Persepsi tidak akan pernah objektif karena kita melakukan interpretasi

berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan

pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada objek persepsi.

Karena persepsi merupakan proses kognitif psikologi yang ada di

dalam diri kita, maka hasil persepsi berupa baik (positif), biasa saja

(netral), maupun tidak baik (negatif) bersifat subyektif atau tergantung

pada individu yang mempersepsi.

14

B. Tinjauan Pemuda

1. Pengertian Pemuda

Komunikasi dibidang budaya akan lebih terkait dengan para pemuda yang

menjadi sasaran pokok objek penelitian. Untuk mengetahui pengertian

Pemuda sering dijumpai kesamaan pengertian antara Remaja dan pemuda hal

ini disebabkan kesamaan kriteria antara remaja dan pemuda. Berikut

pengertian pemuda dari beberapa pendapat.

Dilihat dari sudut pandang Psikologik dan Pedagogik, H.A.R Tilaar

menyebutkan “Pemuda ialah suatu masa yang identik dengan sifat

pemberontak berani tetapi pendek akal, dinamik tetapi serampangan, penuh

gairah tetapi sering berbuat yang aneh-aneh. Pendek kata Pemuda identik

dengan romantik, masa yang menarik tetapi juga perlu dikasihani setidaknya

dari kacamata orang dewasa”. (LP3S : 1974 : 21).

Dari segi Demografi, dan dari sudut kependudukan serta pandangan ekonomi

dan yang tercantum dalam penetapan inter regional seminar an the traning of

frofesural volountary yout leader (Denmark, 1969) maka Pemuda seperti yang

dikutip M. Yasin adalah “Putera-puteri yang telah masuk usia kerja antara 10-

25 tahun” (LP3S : 1974 : 21).

2. Kelompok Pemuda

Sementara dalam buku Pola Dasar Pembisaan Generasi Muda (1979) bahwa

pemuda dikelompokkan menjadi beberapa segi yaitu :

15

1) Dari segi budaya dan fungsional

Berdasarkan dari segi ini, maka dikenal isilah anak-anak, remaja, dan

dewasa kriterianya :

a. Anak ialah mereka yang berumur antara 0 – 12 tahun

b. Remaja ialah mereka berumur 13 – 18 tahun

c. Dewasa ialah mereka yang berumur 18 – 22 tahun

2) Dilihat dari segi ideologi politik

Berdasarkan ideologi politik maka generasi muda adalah calon pengganti

terdahulu dalam hal ini yaitu : yang berumur 18 – 30 tahun, dan kadang-

kadang juga hingga 40 tahun.

3) Dilihat dari segi umur, lembaga, dan ruang lingkup tempat pemuda.

Berdasarkan pengertian ini maka pengertian pemuda terbagi menjaditiga

kategori yaitu :

a. siswa berumur antara 6 – 18 tahun masih berada di bangku sekolah

b. Mahasiswa 18 – 25 tahun dan berada di perguruan tinggi

c. Pemuda di luar sekolah dan perguruan tinggi dan berumur 15 – 30

tahun.

Dari berbagai pendapat di atas maka dapat dinyatakan bahwa pemuda adalah

masa pengembangan seseorang dimana terjadi perubahan-perubahan fisik

maupun psikologis menuju kedewasaan. Sedangkan mengenai batas antara

rentangan usia baik lelaki dan perempuan adalah umur 14 – 30 tahun.

16

C. Tinjauan Komunikasi Tradisional

1. Pengertian Komunikasi Tradisional

Komunikasi tradisional menurut Effendy (1989 : 375) adalah gaya atau cara

berkomunikasi yang berlangsung lama secara turun temurun pada suatu

masyarakat tertentu yang berbeda dari masyarakat lainnya, disebabkan ciri-ciri

khas masyarakat bersangkutan beserta tata nilai kebudayaan suatu masyarakat

desa sangat ditentukan oleh faktor budaya setempat.

2. Bentuk Komunikasi Tradisional

Menurut Arni Muhammad dalam (Joewono, 1998 : 122) komunikasi

tradisional adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang sifatnya masih

tradisional, misalnya bahasa daerah, budaya daerah, kesenian daerah, dan lain-

lain. Berdasarkan definisi tersebut, maka bentuk komunikasi tradisional dapat

berupa bahasa daerah, budaya daerah ataupun simbol-simbol budaya daerah

dengan menggunakan media yang bersifat tradisional.

2. Sifat-Sifat Media Tradisional

Ranganath dalam (Jahi, 1999 : 103), misalnya, menuturkan bahwa media

tradisional akrab dengan masa khalayak, kaya akan variasi dengan segera akan

tersedia, dan biayanya rendah. Sedangkan menurut Eapen dalam (Jahi, 1999 :

103) menyatakan bahwa media ini secara komparatif murah, tidak perlu di

impor, karena ia merupakan milik komunitas. Disamping itu, medianya tidak

akan menimbulkan ancaman kolonialisme kebudayaan dan dominasi ideology

asing.

17

Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat. dalam pengertian yang

lebih sempit, media ini sering juga disebut sebagai media rakyat. dalam

hubungan ini, Coseteng dan Fernandes dalam (Jahi, 1999 : 101)

mendefinisikan media tradisional sebagai “bentuk verbal, gerakan, lisan dan

visual yang dikenal atau dipertunjukkan oleh mereka dengan maksud

menghibur, memaklumkan, menjelaskan, mengajar dan mendidik”.

Sejalan dengan definisi ini, maka media rakyat tampil dalam bentuk nyanyian

rakyat, tarian rakyat, musik instrumental rakyat, drama rakyat, pidato rakyat

yaitu semua kesenian rakyat apakah berupa produk sastra visual ataupun

pertunjukkan yang diteruskan dari generasi ke generasi Glovel dalam (Jahi,

1999 : 10) oleh karena sifat-sifat di atas, media ini berfungsi sebagai pembawa

pesan yang lebih baik daripada media lainnya bagi kesejahteraan seluruh

warga masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan sosial, ekonomi dan

budaya. Kesejahteraan ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup

manusia di daerah pedesaan secara menyeluruh.

Dipihak lain, Dissanayake dalam (Jahi, 1999 : 104) menunjukan kelebihan

media rakyat ini, jika dibandingkan dengan media massa yang ada di Negara-

negara yang sedang berkembang. pertama, kredibilitas media tradisional lebih

besar, karena ia telah lama dikenal. Media tersebut dapat mengekspresikan

kebutuhan, kegembiraan, kesedihan, kesenangan atupun kekecewaan

masyarakat yang mendalam karena menderita kekalahan. Kedua, media

tradisional menggunakan ungkapan-ungkapan dan symbol-simbol yang mudah

dipahami oleh rakyat dan mencapai sebagian dari populasi yang berada diluar

18

jangkauan pengaruh media massa, dan yang menuntut partisipasi aktif dalam

proses komunikasi.

D. Tinjauan Kesenian

1. Pengertian Kesenian

Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan

untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain

mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian juga

mempunyai fungsi lain. Misalnya, mitos berfungsi menentukan norma untuk

perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan. Secara

umum, kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.

Kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-

norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari

manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil

manusia. Kuntjaraningrat

Kesenian merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan seni.

Sedangkan menurut pengertian awam, seni adalah keindahan yang diciptakan

oleh manusia. Bunga mawar yang indah bukan suatu karya seni, tetapi jika

bunga tersebut dilukis maka lukisan tersebut merupakan sebuah karya seni. Ki

Hajar Dewantara memberi batasan yang lebih luas lagi dengan pendapatnya,

bahwa seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan

bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia.

19

1. Faktor-faktor Lahirnya Kesenian

Seni dapat lahir dan berkembang karena pada umumnya manusia senang pada

keindahan. Sampai dengan sekarang telah terdapat banyak macam seni yang

dapat dikelompokkan menjadi beberapa cabang seni. Pengelompokkan tersebut

berdasarkan pada media yang dipakai untuk mengungkapkannya.

Macam-macam cabang seni adalah:

1) Seni suara, yaitu seni yang diungkapkan dengan media suara. Misalnya seni

musik, seni vokal, seni baca Al Qur’an.

2) Seni gerak, yaitu seni yang diungkapkan dengan media gerak. Misalnya

seni tari, seni pantomim, senam irama.

3) Seni sastra, yaitu seni yang diungkapkan dengan media bahasa. Misalnya

seni prosa, seni puisi.

4) Seni rupa, yaitu seni yang diungkapkan dengan media rupa. Misalnya seni

lukis, seni patung, seni bangunan.

5) Seni drama, yaitu seni yang memperagakan suatu cerita dengan media

suara, gerak dan rupa. Misalnya seni lenong, seni ludruk, seni opera.

Pada waktu dulu penciptaan karya seni juga banyak terpengaruh oleh bentuk-

bentuk alam, di samping faktor keindahan. Hal itu tampak jelas terutama pada

karya-karya seni rupa. Pada zaman modern sekarang, karya-karya

kontemporer (masa kini) lebih mengutamakan pada ide atau gagasan baru,

ujudnya tampak lebih bebas bahkan banyak yang tidak berujud bentuk alam

atau abstrak. Kadang-kadang juga tidak menunjukkan adanya keindahan,

tetapi tetap dapat menyentuh rasa.

20

Pengertian atau Definisi Kesenian diambil dari kata Seni yang berarti Proses

dari manusia (menciptakan) atau intisari ekspresi dari kreativitas yang

mengandung unsur keindahan dan keelokan, orang yang menciptakan sebuah

kreativitas seni disebut Seniman.

Definisi atau pengertian kesenian adalah bagian dari kebudayaan yang ada

hubungannya dengan unsur keindahan dan keelokan, unsur itu adanya dalam

batin dipikiran manusia yang termasuk unsur keindahan itu dan bisa juga

definisi atau pengertian kesenian adalah proses penciptaan unsur-unsur yang

membuat hati senang, puas buat melengkapi sisi bathin kehidupan manusiawi.

E. Tinjauan Lempar Selendang

1. Sejarah Lahirnya Lempar Selendang

Upacara adat pernikahan ini salah satunya adalah tari selendang/lempar

selendang, yaitu sebuah tarian menggunakan kain selendang oleh muli

mekhanai yang diringi oleh musik tradisional gong dan rebana. Secara

bergantian muli mekhanai mencari pasangan hingga terbentuk dua pasangan

lalu barulah tarian dimulai, proses pergantian antar muli mekhanai satu dengan

yang lainnya adalah saat dihentikannya alunan musik ditengah pasangan muli

mekhanai yang sedang menari lalu mereka masing-masing memilih dan

memberikan selendang untuk penari selanjutnya secara berpasangan dan

demikian seterusnya.

Acara muda mudi ini bisa di bilang tradisi, turun temurun dari generasi ke

generasi. Upacara adat pernikahan ini salah satunya adalah tari

21

selendang/lempar selendang, yaitu sebuah tarian menggunakan kain selendang

oleh muli mekhanai yang diringi oleh musik tradisional gong dan rebana.

Secara bergantian muli mekhanai mencari pasangan hingga terbentuk dua

pasangan lalu barulah tarian dimulai, proses pergantian antar muli mekhanai

satu dengan yang lainnya adalah saat dihentikannya alunan musik ditengah

pasangan muli mekhanai yang sedang menari lalu mereka masing-masing

memilih dan memberikan selendang untuk penari selanjutnya secara

berpasangan dan demikian seterusnya.

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang

bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses

manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi

mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Dahulu di Lampung Barat

hanya ada alat musik gong dan rebana dan belum ada VCD Player maka

sekarang sudah ada VCD Player yang lebih canggih, sehingga alat-alat musik

tradisional tadi ditinggalkan dan digantikan dengan alat musik yang lebih

canggih dan lebih mudah digunakan, kondisi yang demikian mau tidak mau

berpengaruh terhadap kesenian tradisonal kita, padahal kesenian tradisional

kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga

kelestariannya.

Sebenarnya perubahan dan pergeseran nilai suatu kebudayaan adalah lumrah

adanya, asalkan tidak bergeser terlalu jauh dari sifat dan nilai-nilai aslinya,

karena pada dasarnya pun kebudayaan sebagai hasil cipta, rasa, dan karya

manusia adalah bergerak secara dinamis.

22

2. Makna Lempar Selendang

Makna banyak yang terkandung dalam kesenian lempar selendang ini, selain

makna keberamanaan, makna silaturhami, ajang perjodohan. Setiap jenis

musik yang dilaksanakan dalam acara-acara sesuai dengan alunan musik yang

dipakai dalam acara tersebut. misalnya dalam acara pernikahan maka yang

digunakan adalah alat musik tradisional sedangkan pada saat acara muda-mudi

digunakan alat musik modern VCD/CD.

Makna simbolik lempar selendang ini bersifat objektif, artinya arti simbolik

yang terkandung di dalamnya sudah menjadi tradisi yang telah dilakukan sejak

lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat yang

diteruskan dari gener.

3. Tahapan Kegiatan Seni Lempar Selendang

Kesenian lempar selendang adalah suatu kegiatan acara pada upacara

perkawinan yang sering dilakukan masyarakat Lampung Barat khususnya dan

sebagian besar sumatra bagian selatan. Adapun tahapan kegiatan acara muli

mekhanai dalam acara lempar selendang pada resepsi upacara perkawinan

biasanya dilakukan dengan cara menyampaikan sebuah pesan dari tuan rumah

kepada kepala bujang. Lalu pesan tersebut di sebarkan dari mulut kemulut

sehinggga beritanya menyebar ke pada muli mekhanai di kampung tersebut

dan bahkan menyebar sampai kampung- kampung tetangga.

23

Pada saatnya acara lempar selendang akan dilaksanakan mula-mula kepala

bujang atau pembawa acara “jenang” akan berpidato, yang bermaksud

menyampaikan tata acara dari kegiatan lempar seledang dan tata tertib yang

harus dipatuhi perserta atau pemuda yang mengikuti acara tersebut, baik

prilaku, bahasa, serta busana yang layak dipakai. Setelah pembawa acara

menyampaikan pidato tata acara dan tata tertib peraturan kegiatan lempar

selendang yang akan dilaksankaan, barulah pemuda/pemudi yang siap dan

bersedia mengikuti peraturan tersebut dipersilahkan untuk memasuki rungan

acara.

Kemudian tahapan selanjutnya di dalam ruangan muda/mudi melakukan surat

menyurat antara mereka sebagai awal mula perkenalan antara mereka dengan

diiringi musik lempar selendang. Lalu lempar seledang dilakukan setelah

kegiatan surat menyurat dilakukan sebagai tahap perkenalan selanjut antara

mereka. Setelah beberapa rangkaian acara dilakukan masuklah pada tahapan

kegiatan membakar rokok “sesuahan khuku”, yang mana pemuda yang telah

melakukan perkenalan pada kegiatan sebelumnya meminta untuk rokok yang

pemuda “mekhanai” punya dibakarkan oleh pemudi “muli”. Setelah kegiatan

sesuahan khuk berakhir masuklah tahapan meminum kopi ngupi dan makan-

makanan khas lampung “cucur, rengginang,dodol, dll”. Dengan telah

berakhirnya beberapa kegiatan tahapan lempar selendang, tibalah untuk

pemuda/pemudi makan bersama “mengan bersama”. Lalu pembawa acara

“jenang” menyampaikan pesan penutup kepada pemuda/pemudi bahwa acara

lempar selendang telah berakhir antara mereka, dan dengan itu berakhir pula

acara pernikahan antara teman sebayanya yang telah tiba lebih dulu jodohnya.

24

F. Landasan Teori

Teori persepsi yang melandasi penelitian ini ialah teori mengenai faktor-

faktor yang menentukan persepsi yang dikemukakan oleh David Krech dan

Ricard S. Crutchfield dalam Rakhmat (1994:4), yang terdiri dari faktor

fungsional dua faktor struktural, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Fungsional

Faktor Fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain

yang termasuk dari faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis

atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik yang memberikan respon pada stimuli

tersebut.

Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama : persepsi

bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek- objek yang

mendapatkan tekanan dalam persepsi kita biasanya objek- objek yang

memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi mereka memberikan

contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasanan emosional dan latar

belakang budaya terhadap persepsi. Pengruh kebudayaan terhadap persepsi.

Sudah merupakan disiplin tersendiri dalam psikologi antar budaya (croos

cultural psychology) dan komunikasi antar budaya (intercultural

communication).

Faktor- faktor fungsional yang mempengruhi persepsi lazim disebut sebagai

kerangka rujukan. Kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang

memberi makna pada pesan yang diterimanya. Mula- mula konsep ini berasal

25

dari psikofisik yang berkaitan persepsi objek. Para psikolog sosial menerapkan

konsep ini untuk menjelaskan persepsi sosial. Adapun faktor- faktor

fungsional meliputi :

1) Kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada diri seseorang akan

mempengaruhi atau menentukan persepsi seseorang. Dengan demikian,

kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.

2) Kesiapan mental, suasana mental seseorang akan mempengaruhi atau

menentukan persepsi seseorang.

3) Suasana emosi, suasana emosi seseorang baik dalam keadaan baik, sedih,

bahagia, gelisah maupun marah akan sangat mempengaruhi persepsinya

terhadap suatu objek rangsangan.

4) Latar belakang budaya, latar belakang budaya seseorang berasal, akan

mempengaruhi dan menentukan persepsi seseorang pada suatu rangsangan.

2. Faktor Struktural

Faktor Struktural semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek

syarat yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Krech dan Cruthfield

dalam Rakhmat (2005: 59- 60), merumuskan dalil persepsi :

1) Bahwa medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi

arti dan manusia akan mengorganisikan tentang sebuah objek yang

diterimanya enggan menginterpretasikan konteks petunjuknya.

2) Bahwa sifat- sifat perseptual dan kognitif dari sub struktur ditentukan pada

umumnya oleh sifat- sifat struktur secara keseluruhan. Artinya bahwa sifat

26

struktur keseluruhan akan memberikan efek kontras atau asimilasi

terhadap sub struktur.

3) Bahwa objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau

menyerupai saatu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari

struktur.

Dalam konteks penelitian ini, dari kedua faktor tersebut yang akan dikaji

hanya pada faktor fungsional yaitu kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosi

dan latar belakang budaya. Alasan pemilihan faktor ini adalah untuk

pembatasan pembahasan agar tidak meluas dan berbagai faktor fungsional

tersebut sesuai dengan kajian penelitan mengenai persepsi pemuda terhadap

pergeseran musik pengiring kesenian lempar selendang asi ke generasi baik

tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah,

seperti kesenian lempar selendang. Hal ini disebabkan karena kesenian lempar

selendang dapat menjalin silahturahim, mengumpulkan kebahagiaan dan

semangat untuk muda-mudi yang belum menikah, bisa juga jadi ajang

perkenalan atau perjodohan.

G. Kerangka Pikir

Bentuk komunikasi tradisional dapat berupa bahasa daerah, budaya daerah

ataupun simbol-simbol budaya daerah dengan menggunakan media yang

bersifat tradisional. Lempar selendang merupakan tradisi yang turun menurun

hingga sekarang masih tetap dipertahankan dan menjadi bagian dari kehidupan

suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu,

atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya

27

informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun

(sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah, seperti

tradisi upacara pernikahan adat.

Dalam hal ini Peneliti persepsi dan pemahaman pemuda, selaku orang yang

bertanggung jawab dalam upacara penikahan adat yang akan dihadiri oleh

muda-mudi dan para pemuda anggota sanggar seni Way Tippon Kelurahan

Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa Kota Bandar Lampung tentang

kesenian lempar selendang serta dikaji lebih mendalam melalui teori makna

simbolik. Dengan mengumpulkan data-data di lapangan baik secara

pengamataan atau observasi serta melakukan wawancara terhadap informan

yang telah ditentukan melalui teknik sample purposive.

28

Gambar Bagan

Bagan Kerangka Pikir

Ket: Pergeseran Alat Musik Kesenian Lempar Selendang

Kesenian LemparSelendang

Pergeseran AlatMusik

Tradisional

- Gong- Rebana- Gamolan- Gambus

Modern

- Tape- VCD- MP3

Persepsi Pemuda