bab ii kajian pustaka 2.1 sikap 2.1.1 pengertian...

24
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikap Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Widayatun, 1999).Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungasn tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Beberapa batasan tentang sikap yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) antara lain, menurut Campbell (1950) mengemukakan batasan tentang sikap yaitu tingka laku sosial seseorang merupakan sebuah syndrome atau gejala dari konsistensi reseptor dengan nilai objek sosialnya. Berdasarkan batasan diatas dapat dinyatakan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan suatu predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi

Upload: vuliem

Post on 01-May-2018

227 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sikap

2.1.1 Pengertian sikap

Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui

pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon

individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Widayatun,

1999).Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup.Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungasn

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Beberapa batasan tentang sikap yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) antara

lain, menurut Campbell (1950) mengemukakan batasan tentang sikap yaitu tingka

laku sosial seseorang merupakan sebuah syndrome atau gejala dari konsistensi

reseptor dengan nilai objek sosialnya.

Berdasarkan batasan diatas dapat dinyatakan bahwa manifestasi sikap itu tidak

dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan suatu predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

10

tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingka laku yang terbuka.Sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).

Diagram di bawah ini dapat menjelaskan tentang proses terbentuknya sikap dan

reaksi.

Gambar 2.1 Proses terbentuknya sikap dan reaksi (Notoatmodjo, 2003)

Sikap manusia telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli

psikologi terkemuka.Berkowitz (dalam Azwar, 1995:4) menemukan adanya lebih dari

tigapuluh definisi sikap.Puluhan definisi ini pada umumnya dapat dimasukkan ke

dalam salah-satu diantaratiga kerangka pemikiran (Azwar, 1995:4).Kelompok

pemikiran yang pertama diwakili oleh Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles

Osgood.Mereka mendefiniskan sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi

perasaan (Azwar, 1995:4).Secara lebih spesifik, Thurstone (dalam Azwar, 1995:5)

memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu

Ransangan

stimulus

Sikap

(tertutup)

Proses

Ransangan

Reaksi

tingka laku

(terbuka)

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

11

objek psikologis. Pendapat serupa diungkapkan oleh ahli psikologi lain seperti

Berkowitz.

Berkowitz (dalam Azwar, 1995:5) mengatakan bahwa sikap seseorang

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun

perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Kelompok pemikiran kedua diwakili oleh para ahli psikologi sosial dan

psikologi kepribadian seperti Chaveet al. mereka mengenai sikap lebih kompleks,

tidak hanya sekedar reaksi perasaan semata. Menurut mereka sikap merupakan

semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu.

Pendapat ini juga didukung oleh ahli psikologi lainsepertiGagne, Calhoun, Thomas,

Znaniecki dan Iken.

LaPiere (dalam Azwar 1995:5) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola

perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri

dalam situasi sosial.Sedangkan Allport (dalam Sears et al. 1985:137) mengemukakan

bahwa sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui

pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau berarah terhadap respon

individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Hal serupa

diungkapkan oleh Gagne (dalam Abror 1993:108) bahwa sikap merupakan keadaan

kesiapan mental dan susunan syaraf, yang mempengaruhi atau yang dinamis terhadap

respon individu atas semua obyek atau situasi yang berhubungan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

12

Calhoun (1990:315) sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang

melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek

tersebut dengan cara tertentu. Sementara itu, Thomas dan Znaniecki (dalam

Ramdhani, 2009) merumuskan sikap sebagai predisposisi untuk melakukan atau tidak

melakukan suatu perilaku tertentu.

Dalam istilah kecenderungan (predisposition), terkandung pengertian arah

tindakan yang akan dilakukan seseorang berkenaan dengan suatu objek (Djaali,

2008:115). Arah tersebut dapat bersifat mendekati atau menjauhi suatu objek (orang,

benda, ide, lingkungan, dan lain-lain), dilandasi oleh perasaan penilaian individu

yang bersangkutan terhadap objek-objek tersebut. Misalnya, ia menyukai atau tidak

menyukainya, menyenangi atau tidak menyenanginya, menyetujui atau tidak

menyetujuinya.

Aiken (dalam Ramdhani, 2009) mendefinisikan sikap sebagai predisposisi

atau kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara

positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap objek,

situasi, konsep, atau orang lain. Kelompok pemikiran ketiga adalah kelompok yang

berorientasi pada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini,

sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang

saling berinteraksi satu sama lain dalam memahami, merasakan dan berperilaku

terhadap suatu objek (Azwar, 1995:5). Sesuai dengan pendapat Eagly & Chaiken

(dalam Ramdhani, 2009) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

13

evaluasi terhadap objek sikap, yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif,

afektif, dan perilaku.Sebagai hasil evaluasi, Katz dan Stolen (dalam Ramdhani, 2009)

mendefiniskan sikap sebagai suatu kesimpulan dari berbagai pengamatan terhadap

objek yang diekspresikan dalam bentuk respon, kognitif, afektif, dan perilaku

individu.

Sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang

bersifat menetap dengan komponen-komponen kognitif, afektif, dan perilaku (Sears

et al. 1985:138).Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki

seseorang mengenai objek sikap tertentu―fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang

objek.Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap

objek, terutama penilaian.

Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau

kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek (Sears et al. 1985:138).Para pakar

psikologi sosial selalu mengkaji sikap sebagai komponen dari sistem yang terdiri atas

tiga bagian atau disebut juga skema triadik yaitu; keyakinan mencerminkan

komponen kognitif, sikap merupakan komponen afektif, dan tindakan mencerminkan

komponen perilaku (Atkinson et al. 1983:371).

Azwar (1995:6) selain pembagian kerangka di atas, ada dua pendekatan baru

dalam mendefinisikan sikap yang dikembangkan oleh para psikologi sosial

mutakhir.Pendekatan yang pertama adalah yang memandang sikap sebagai kombinasi

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

14

reaksi kognitif, afektif, dan perilaku terhadap suatu objek.Ketiga komponen ini secara

bersama-sama mengorganisasikan sikap individu.Pendekatan kedua timbul

dikarenakan adanya ketidakpuasan atas penjelasan mengenai inkonsistensi yang

terjadi antara ketiga komponen kognisi, afeksi, dan konasi dalam membentuk

sikap.Pengikut pendekatan ini memandang perlu untuk membatasi konsep sikap

hanya pada aspek afektif saja. Definisi yang mereka ajukan mengatakan bahwa sikap

tidak lain adalah penilaian (efek) positif atau negatif terhadap suatu objek.

“Studi Özer dan Yilmaz (2011) juga menghasilkan temuan bahwa ternyata

theory of planned behavior memberi daya penjelas yang lebih baik dari pada theory

of reasoned action dalam menjelaskan niat para akuntan untuk menggunakan

teknologi informasi. TPB merupakan model dengan kekuatan prediksi yang lebih

kuat dari pada model TRA, sebab penambahan variabel perceived behavioral control

(PBC) yang dimaksukkan ke dalam model ternyata memberi kontribusi terbaik dalam

menjelaskan variasi tentang niat para akuntan untuk menggunakan teknologi

informasi. Theory of planned behavior juga diintegrasikan dengan TAM (technology

acceptance model) untuk menjelaskan perilaku konsumen dalam membeli atau

menggunakan internet (Sentosa dan Nik Mat, 2012)”.

2.1.2 Fungsi Sikap

Katz (1964) dalam buku Wawan dan Dewi (2010:23) sikap mempunyai beberapa

fungsi, yaitu:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

15

1. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat

Fungsi berkaitan dengan sarana dan tujuan.Orang memandang sejauh

mana obyek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau alat dalam rangka

mencapai tujuan. Bila obyek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai

tujuannya, maka orang akan bersifat positif terhadap obyek tersebut. Demikian

sebaliknya obyek sikap menghambat pencapaian tujuan, maka orang akan

bersikap negatif terhadap sikap yang bersangkutan.

2. Fungsi pertahanan ego

Fungsi ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang untuk

mempertahankan ego atau akunya.Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu

orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.

3. Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk

mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan mengekspresikan diri

seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat menunjukkan kepada dirinya.

Dengan individu mengambil sikap tertentu akan menggambarkan keadaan sistem

nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.

4. Fungsi pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan pengalaman-

pengalamannya, ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

16

suatu obyek, menunjukkan tentang pengetahuan orang terhadap suatu obyek sikap

yang bersangkutan.

2.1.3 Komponen pokok sikap

Alport (1954) yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) ada tujuh

komponen pokok sikap yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek;

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek;

3. Pengaruh orang lain yang dianggap penting;

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau

searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Keinginan ini antara lain

dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari

konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Orang-orang yang biasanya

dianggap penting oleh individu adalah orang tuah, orang status sosialnya lebih

tinggi, teman sebaya, istri, suami, dan lain-lain.

4. Pengaruh kebudayaan;

Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai

masalah karena kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaru besar terhadap pembentukan sikap kita.

5. Media massa;

Dalam penyampain informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan-

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

17

pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan

memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu.

6. Lembaga pendidikan dan lembaga agama;

Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu

sehingga kedua lembaga ini merupakan suatu system yang mempunyai pengaruh

dalam pembentukan sikap.

7. Pengaruh faktor emosional.

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego. Peran gender sangat mempengaruhi keadaan

emosional, perempuan menekankan pada tanggung jawab sosial dalam emosinya.

Perempuan lebih merasa tanggung jawab terhadap emosi orang lain. Mereka

sangat memperhatikan keadaan emosi orang lain sehingga lebih mampu untuk

memahami perubahan emosional. Oleh sebab itu kaum perempuan biasanya jauh

lebih memiliki empati terhadap penderitaan orang lain ketimbang laki-laki.

Masyarakat cenderung menganggap bahwa perempuan lebih mudah merasakan

takut, cemas dan sedih daripada laki-laki.Sedangkan laki-laki dianggap lebih

mudah untuk marah (Smartpsikologi, 2007).

2.1.4 Berbagai tingkatan sikap

Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut :

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

18

1. Menerima (receiving)

Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan mempertahankan

stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.Karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Indikasi sikap ketiga adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala resiko.Pengukuran sikap dapat dilakukan secara

langsung atau tidak langsung.Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat

atau pernyataan responden terhadap suatu objek.Sedangkan secara tidak langsung

dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan

pendapat responden.Dan biasanya jawaban berada dalam rentang antara sangat setuju

sampai sangat tidak setuju.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

19

2.1.5 Wujud Sikap menjadi Tindakan atau Perilaku

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa suatu sikap belum otomatis terwujud

dalam suatu tindakan (over behavior). Utnuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping factor fasilitas, juga

diperlukan factor pendukung (support) dari pihak lain.

Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :

1. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided response), indikator praktek tingkat dua adalah dapat

melakukan sesuatu sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme (mecanism), yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka

ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

2.2 Norma Subyektif

Tan dan Thomson, (2000), bahwa norma-norma subyektif (subjective norms)

adalah pengaruhsosial yang mempengaruhi seseorang untuk berperilaku. Seseorang

akan memilikikeinginan terhadap suatu obyek atau perilaku seandainya ia

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

20

terpengaruh oleh orang-orang di sekitarnya untuk melakukannya atau ia meyakini

bahwa lingkungan atauorang-orang disekitarnya mendukung terhadap apa yang ia

lakukan.

Norma subjektif, yaitu keyakinan individu akan norma, orang sekitarnya dan

motivasi individu untuk mengikuti norma tersebut. Di dalam norma subjektif terdapat

dua aspek pokok yaitu :

1. keyakinan akan harapan;

2. harapan norma referensi,

Keyakinan akan harapan dan harapan norma refrensi merupakan pandangan

pihak lain yang dianggap penting oleh individu yang menyarankan individu untuk

menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu serta motivasi kesediaan

individu untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan pendapat atau pikiran pihak

lain yang dianggap penting bahwa individu harus atau tidak harus berperilaku.

Norma subjektif yaitu keyakinan individu untuk mematuhi arahan atau

anjuran orang sekitarnya untuk turut dalam aktivitas berwirausaha. Norma subjektif

diukur dengan skala subjective norm (Ramayah & Harun, 2005) dengan indikator

keyakinan peran keluarga dalam memulai usaha, keyakinan dukungan dalam usaha

dari orang yang dianggap penting, keyakinan dukungan teman dalam usaha.

2.3 Perceived Behavioral Control (PBC)

Determinan ketiga dari theory Planned Behavior adalah Perceived Behavioral

Control (PBC), sama dengan dua determinan terdahulu PBC juga terkait dengan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

21

belief. Belief dalam PBC mengenai hadir atau absennya faktor yang memfasilitasi

atau menghalangi munculnya perilaku individu.

Ada lima variabel yang terkandung dalam theory of planned behavior, yaitu

sikap terhadap perilaku, norma subyektif, perceived behavioral control, niat

berperilaku, dan perilakuitu sendiri. Ajzen dan Fishbein (1980) memberi definisi

berikut:

1. Sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior) merupakan perasaan (feeling)

positif atau negatif seseorang berkaitan dengan melakukan suatu perilaku tertentu.

Seseorang akan bersikap positif terhadap suatu perilaku tertentu apabila ia yakin

bahwa melakukan perbuatan itu akan memberikan hasil yang positif.

2. Norma subyektif (subjective norm) adalah persepsi terhadap adanya tekanan atau

pengaruh sosial untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu.

3. Perceived behavioral control merupakan persepsi seseorang terhadap kemampuan

dirinya untuk melakukan suatu perilaku tertentu.

4. Niat berperilaku (intention to behavior) adalah indikasi yang menunjukkan

kesiapan seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu, dan dipandang

sebagai anteseden yang segera menyebabkan terjadinya perilaku.

5. Perilaku (behavior) adalah respon atau reaksi yang bersifat manifes atau dapat

diobservasi dalam sebuah situasi yang berkaitan dengan target tertentu.

Ajzen (1988) mendefinisikan Perceived Behavioral Control (PBC) sebagai

berikut : “this factor refresh to the perceived ease or difficulty peforming the

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

22

behavior and it assume to reflect past experience as well as anticipates impediment

and obstacles”, faktor ini menggambarkan persepsi individu mengenai mudah atau

tidaknya individu untuk melakukan tingkah laku dan diasumsikan merupakan refleksi

dari pengalaman yang telah terjadi sebelumnya serta hambatan-hambatan yang

diantisipasi.

Dalam Ajzen (2005), hal yang perlu diingat mengenai theory planned

behavior tidaklah secara langsung dengan banyaknya kontrol individu mempngaruhi

situasi, justru menganggap kemungkinan efek dari PBC dalam pencapaian akhir

tingkah laku. Dimana intensi merefleksikan keutamaan keinginan individu untuk

mencoba kemungkinan pengaruh tingkah laku, dan perceived control seperti

menimbang beberapa hal dari pertahanan-pertahananrealistis yang masih ada. Lebih

luasnya adalah persepsi dari kontrol tingkah laku turut menyebabkan kontrol

langsung dan mereka harus mengembangkan informasi yang melingkupi intensi.

Masihi menurut Ajzen (2005), ada dua hal penting terkait dengan teori

planned behavior. Yang pertama adalah asumsi jika PBC memiliki implikasi-

implikasi motivasional terhadap intensi. Seseorang yang yakin jika dirinya tidak

memiliki sumber-sumber maupun tidak memilki kesempatan untuk memunculkan

tingkah laku, lebih cenderung tidak akan memiliki intensi yang kuat untuk

memunculkan tingkah laku tersebut meskipun ia memiliki attitude toward behavior

(sikap terhadap tingkah laku ) yang positif dan percaya bahwa orang-orang yang

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

23

penting dan berarti bagi dirinya (significant others) akan setuju ia memunculkan

tingkah laku tersebut. Dengan demikian menunjukkan adanya hubungan anatara PBC

dan intensi tanpa perantara sikap dan norma subyektif. Seperti yang terlihat pada

gambar 2.1, ditunjukkan dengangaris panah penghubung antara PBC ke arah intensi.

Hal kedua adalah kemungkinan adanya hubungan langsung antara PBC

dengan behavior (tingkah laku). Pada beberapa contoh pemunculan tingkah laku tidak

hanya tergantung pada motivasi untuk melakukannya tetapi jug adekuat yang

mengontrol tingkah laku dalam petanyaan. Dengan demikian PBC dapat memprediksi

tujuan bebas tingkah laku intensi, lebih luasnya PBC merefleksikan kontrol langsung

dengan derajat keakuratan. Dengan kata lain, PBC dapat mempengaruhi tingkah laku

secara tidak langsung, melalui intensi.

2.4 Niat Berwirausaha

Intensi menurut Fishbein & Ajzen (1975) merupakan komponen dalam diri

individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu.Intensi

didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjektif individu dalam kaitan antara

diridan perilaku.

Bandura (1986) menyatakan bahwa intensi merupakan suatu kebulatan tekad

untuk melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan tertentu di masa

depan. Intensi menurutnya adalah bagian vital dari Self regulation individu yang

dilatarbelakangi oleh motivasi seseorang untuk bertindak.Merangkum pendapat di

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

24

atas, Santoso (1995) beranggapan bahwa intensi adalah hal-hal yang diasumsikan

dapat menjelaskan faktor-faktor motivasi serta berdampak kuat pada tingkah laku.Hal

ini mengindikasikan seberapa keras seseorang berusaha dan seberapa banyak usaha

yang dilakukan agar perilaku yang diinginkan dapat dilakukan.

Intensi adalah bagian penting teori aksi beralasan (Theory of reasoned action)

dari Fishbein & Ajzen (1975). Intensi merupakan prediktor sukses dari perilaku

karena ia menjembatani sikap dan perilaku. Intensi dipandang sebagai ubahan yang

paling dekat dari individu untuk melakukan perilaku, maka dengandemikian intensi

dapat dipandang sebagai hal yang khusus dari keyakinan yang obyeknya selalu

individu dan atribusinya selalu perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1975).

Selain itu Ancok (1992) menyatakan bahwa intensi dapat didefinisikan

sebagai niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah

istilah yang terkait dengan tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam

sejumlah tindakan, yang menunjukan pada keadaan pikiran seseorang yang diarahkan

untuk melakukan sesuatu tindakan, yang senyatanya dapat atau tidak dapat dilakukan

dan diarahkan entah pada tindakan sekarang atau pada tindakan yang akan datang.

Intensi memainkan peranan yang khas dalam mengarahkan tindakan, yakni

menghubungkan antara pertimbangan yang mendalam yang diyakini dan diinginkan

oleh seseorang dengan tindakan tertentu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi adalah

kesungguhan niat seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculkan suatu

perilaku tertentu.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

25

Drucher (1996) menyatakan wirausaha adalah semangat, sikap, perilaku,

kemampuan seseorang dalam menangani usaha yang mengarah pada upaya, mencari,

menciptakan, menerapkan, cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan

meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan

memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Wirausaha adalah proses yang mempunyairesiko tinggi untuk menghasilkan

nilai tambah produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan

kemakmuran bagi wirausahawan. Wirausaha adalah usaha untuk menciptakan nilai

dengan peluang bisnis, berani mengambil resiko dan melakukan komunikasi serta

ketrampilan melakukan mobilisasi agar rencana dapat terlaksana dengan baik.

Pendapat lain diekmukakan oleh Pekerti (1999) bahwa wirausaha adalah

individu yang mendirikan, mengelola, mengembangkan dan melembagakan

perusahaan miliknya sendiri dan individu yang dapat menciptakan kerja bagi orang

lain dengan berswadaya. Hadipranata (1999) menyatakan seorang wirausaha adalah

sosok pengambil resiko yang diperlukan untuk mengatur dan mengelola bisnis serta

menerima keuntungan finansial maupun imbalan non materi.wirausaha adalah orang

yang mengambil resiko dalam bisnis untuk memperoleh keuntungan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyatakan bahwa

berwirausaha adalah usahauntuk menciptakan bisnis harus berani mengambilresiko

untuk memperoleh keuntungan.

Telah diterangkan di atas bahwa pengertianintensi adalah kesungguhan niat

seseorang untukmelakukan perbuatan atau memunculkan suatuperilaku tertentu, dan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

26

pengertian wirausaha adalahkemampuan individu dalam menanganai usaha

yangmengarah pada upaya menciptakan pekerjaan dan menerapkan cara kerja. Dari

pendapat tentang intensi dan wirausaha yang telah dikemukakan, intensi wiruasaha

adalah keinginan/niat yang ada pada diri seseorang (mahasiswa Fakultas Ekonomi,

Universidade da Paz) untuk melakukan suatu tindakan wirausaha.

Aspek-aspek Intensi Berwirausaha Aspek intensi merupakan aspek-aspek

yang mendorong niat individu berperilaku seperti keyakinan dan pengendalian

diri.Terbentuknya perilaku dapat diterangkan dengan teori tindakan beralasan yang

mengasumsikan manusia selalu mempunyai tujuan dalam berperilaku (Fisbein &

Ajzen, 1975). Teori ini menyebutkan bahwa intensi adalah fungsi dari tiga

determinan dasar, yaitu:

1) Keyakinan perilaku, yang merupakan dasar bagipembentukan norma subyektif.

Di dalam sikap terhadap perilaku terdapat dua aspek pokok, yaitu:keyakinan

individu bahwa menampilkan atautidak menampilkan perilaku tertentu akan

menghasilkanakibat-akibat atau hasil-hasil tertentu, danmerupakan aspek

pengetahuan individu tentangobyek sikap dapat pula berupa opini individu

halyang belum tentu sesuai dengan kenyataan.formal memberikan pemahaman

yang lebih baiktentang proses kewirausahaan, tantang yang dihadapinyapara

pendiri usaha baru dan masalah-masalahyang harus diatasi agar berhasil.

Sementara itu menurut Hisrich dan Peters (1998)pendidikan penting bagi

wirausaha, tidak hanya gelaryang didapatkannya saja, namun pendidikan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

27

jugamempunyai peranan yang besar dalam membantumengatasi masalah-masalah

dalam bisnis sepertikeputusan investasi dan sebagainya.

Dari penelitianHisrich dan Brusch (Hisrich dan Reteter, 1989)ditemukan

bahwa 70% wirausahawati adalah lulusanperguruan tinggi.Secara lebih spesifik

penelitian inimenemukan bahwa pendidikan yang dibutuhkanuntuk berwiraswasta

termasuk dalam area finansial,strategi perencanaan, marketing (termasuk

pemasarandan manajemen).

2) Nilai Personal

Beberapa penelitian menemukan bahwa wirausahawanmemiliki sikap

yang berbeda terhadapproses manajemen dan bisnis secara umum (Hisrichdan

Peters, 1998).Nilai personal dibentuk olehmotivasi, dan optimisme

individu.Penelitian Indarrt&Kristiansen (2003) menemukan bahwa tingkatintensi

wirausaha siswa dipengaruhi tinggi rendahnyakapasitas motivasi, pengendalian

diri dan optimism Mahasiswa.Dengan demikian nilai personal juga

menentukantingkat intensi wira usaha seseorang.

3) Usia dan Jenis Kelamin

Roe (1964) mengatakan bahwa minat terhadappekerjaan mengalami

perubahan sejalan dengan usiatetapi menjadi relatif stabil pada post

abdolence.Penelitian Strong dalam Hartini (2002) terhadapsejumlah pria berusia

15-25 tahun tentang minatterhadap pekerjaan menunjukkan bahwa minatberubah

secara sedang dan cepat pada usia 15-25tahun dan sesudahnya sangat sedikit

perubahannya.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

28

Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap minatberwirausaha

mengingat adanya perbedaan terhadappandangan pekerjaan antra pria dan

wanita.Mansondan Hogg (1991) mengemukakan bahwa kebanyakanwanita

cenderung sambil lalu dalam memilihpekerjaan dibanding dengan pria.Wanita

menganggappekerjaan bukanlah hal yang penting.Karenawanita masih

dihadapkan pada tuntutan tradisionalyang lebih besar menjadi istri dan ibu rumah

tangga.Selain faktor-faktor yang mempengaruhi intensiberwirausaha di atas,

seorang wirausahawan memilikitiga dasar motif sosial : motif untuk berprestasi,

motifuntuk berafiliasi (menjalin persahabatan), dan motifuntuk berkuasa. Dari

perbandingan keduanya ternyataseorang wirausaha terlihat jelas memiliki

motifberprestasi yang menonjol (sangat tinggi) dibandingkandengan individu

yang tidak tertarik berwirausaha.

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa adabeberapa faktor yang

mempengaruhi intensi berwirausahaseperti lingkungan, keluarga, pendidikan,

nilaipersonal, usia dan jenis kelamin. Lingkungan, keluargadan pendidikan

merupakan faktor eksternalsedangkan nilai personal, usia dan jenis

kelaminmerupakan faktor internal yang mempengaruhiintensi individu untuk

berwirausaha.

Tarmudji (2006) menyatakan bahwa minat adalah perasaan tertarik atau

berkaitan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang meminta/menyuruh.

Tarmudji menyatakan bahwa minat seseorang dapat diekspresikan melalui pernyataan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

29

yang menunjukkan seorang lebih tertarik pada suatu obyek lain dan melalui

partisipasi dalam suatu aktivitas.

Hurlock dalam Riyanti (2003) menjelaskan bahwa minat adalah sumber

motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan bila

seseorang bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat,

maka akan terbentuk minat yang kemudian hal tersebut akan mendatangkan

kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun sehingga

minat tidak bersifat permanen, tetapi bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.

Crow & Crow dalam Yuwono dkk (2008) menyebutkan ada tiga aspek minat

pada diri seseorang, yaitu:

1) Dorongan dari dalam untuk memenuhi kebutuhan diri sebagai sumber penggerak

untuk melakukan sesuatu.

2) Kebutuhan untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang akan

menentukan posisi individu dalam lingkungannya.

3) Perasaan individu terhadap suatu pekerjaan yang dilakukannya.

Masrun dalam Yuwono et al. (2008) menyatakan bahwa banyak lulusan

perguruan tinggi belum mampu berwirausaha.Mahasiswa cenderung berpikir

bagaimana caranya mereka bisa diterima bekerja sesuai dengan gelar kesarjanaannya

dan dengan gaji yang sesuai ketika menyelesaikan kuliahnya.Mereka berpendapat

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

30

lebih baik menganggur daripada mendapat pekerjaan yang tidak sesuai dengan

keahliannya.Lebih lanjut Masrun menyatakan bahwa penduduk yang mempunyai

pendidikan tinggi justru kurang berminat menjadi wirausaha, tercatat hanya 10%

yang berminat menjadi wirausaha.Mereka yang pendidikannya rendah justru 49%

yang berminat menjadi wirausaha.

Dalam Enterpreneur.s Handbook seperti yang dikutip oleh Wirasasmita

dalam Suryana (2006: 55) dikemukakan beberapa alasan yang menumbuhkan minat

seseorang menjadi wirausaha yakni:

1. Alasan keuangan. Untuk mencari nafkah, menjadi kaya, mencari pendapatan

tambahan dan sebagai jaminan stabilitas keuangan.

2. Alasan sosial. Memperoleh gengsi/status agar dikenal dan dihormati banyak

orang, menjadi teladan untuk ditiru orang lain dan agar dapat bertemu banyak

orang.

3. Alasan pelayanan. Agar bisa membuka lapangan pekerjaan dan membantu

meningkatkan perekonomian masyarakat.

4. Alasan pemenuhan diri. Untuk bisa menjadi seorang atasan, mencapai sesuatu

yang diinginkan, menghindari ketergantungan kepada orang lain, menjadi lebih

produktif dan menggunakan potensi pribadi secara maksimum.

Mudjiarto et al. (2005: 42) menyatakan bahwa bahwa umumnya orang

berminat membuka usaha sendiri karena beberapa alasan berikut ini:

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

31

1. Mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan.

2. Memenuhi minat dan keinginan pribadi.

3. Membuka diri untuk berkesempatan menjadi bos bagi diri sendiri.

4. Adanya kebebasan dalam manajemen.

Zimmerer (2004) menyatakan bahwa ada 8 faktor yang menjadi pendorong

pertumbuhan minat kewirausahaan, yakni:

1. Pendapat bahwa wirausaha adalah seorang pahlawan.

2. Pendidikan kewirausahaan.

3. Faktor ekonomi dan kependudukan.

4. Pergeseran dari ekonomi industri ke ekonomi jasa.

5. Kemajuan teknologi.

6. Gaya hidup bebas.

7. E-Commerce dan The World Wide Web.

8. Terbukanya peluang bisnis internasional.

Swasono (1978) menyatakan bahwa individu yang berminat wirausaha lebih

dipacu oleh keinginan berprestasi daripada hanya sekedar mengejar keuntungan.

Seseorang wirausaha tidak cepat puas akan hasil yang dicapai akan tetapi selalu

mencari cara dan kombinasi baru serta produksi baru sehingga tercapai perluasan

usahanya. Hal ini berarti individu yang mempunyai minat berwirausaha harus

memiliki sikap bertanggung jawab dengan memperhitungkan konsekuensi yang

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sikap 2.1.1 Pengertian sikaperepo.unud.ac.id/10019/3/8d59db50f754d08414c6337d0873cbbc.pdf · tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap ... Fungsi instrumental

32

mungkin ada. Minat berwirausaha akan menarik individu terhadap suatu usaha

dimana usaha tersebut dirasakan dapat memberikan suatu yang berguna, bermanfaat

dan sangat penting bagi kehidupan dirinya sehingga menimbulkan suatu dorongan

atau keinginan untuk mendapatkannya. Pada minat berwirausaha dibutuhkan

kesanggupan untuk berhubungan dengan bidang kewirausahaan sehingga individu

memiliki minat terhadap pekerjaan wirausaha.