penghayatan prefasi arwah di lingkungan santo …repository.usd.ac.id/36356/2/141124007_full.pdf ·...

130
PENGHAYATAN PREFASI ARWAH DI LINGKUNGAN SANTO YOAKIM DEMANGAN PAROKI SANTA THERESIA SEDAYU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Oleh: Bonaventura Winaz Gaung Kumara NIM: 141124007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    PENGHAYATAN PREFASI ARWAH DI LINGKUNGAN SANTO

    YOAKIM DEMANGAN PAROKI SANTA THERESIA SEDAYU

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

    Oleh:

    Bonaventura Winaz Gaung Kumara

    NIM: 141124007

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Untuk Yohanes Sumarno dan () Theresia Ambar Sundarti.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    MOTTO

    “Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu.”

    (Mazmur 130:1)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRAK

    Judul skripsi PENGHAYATAN PREFASI ARWAH DI

    LINGKUNGAN SANTO YOAKIM DEMANGAN PAROKI SANTA

    THERESIA SEDAYU penulis pilih karena keingintahuan terhadap penghayatan

    umat di Lingkungan Santo Yoakim Demangan akan Prefasi Arwah dalam Doa

    Syukur Agung.

    Latar belakang penulisan skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis

    mengenai situasi penghayatan umat akan Prefasi khususnya Prefasi Arwah.

    Penulis melihat bahwa pemahaman dan penghayatan umat di Lingkungan Santo

    Yoakim Demangan Paroki Santa Theresia Sedayu saat ini masih belum begitu

    sempurna, tetapi umat sudah bisa memberikan gambaran tentang penghayatan

    Prefasi khususnya Prefasi Arwah. Penulis hanya menambahkan beberapa

    pemahaman akan penghayatan dari Prefasi khususnya Prefasi Arwah.

    Terdapat tiga persoalan pokok dalam skripsi ini yang membantu penulis

    dalam melakukan riset dan menemukan hasil dari persoalan yang sudah

    ditentukan penulis, yang antara lain adalah: Sejauh mana pemahaman umat

    Lingkungan Santo Yoakim Demangan tentang letak Prefasi dalam Doa Syukur

    Agung? Selain itu juga bagaimana penghayatan dan pemahaman umat tentang

    Prefasi Arwah dalam Doa Syukur Agung di Lingkungan Santo Yoakim

    Demangan? Dan bagaimana umat memahami dan menghayati Prefasi khususnya

    Prefasi Arwah dalam kehidupan sehari-hari? Untuk mengkaji masalah tersebut

    penulis melaksanakan penelitian di Lingkungan Santo Yoakim Demangan Paroki

    Santa Theresia Sedayu dengan cara wawancara kepada umat sebanyak enam

    responden, sehingga memperoleh data dari hasil penelitian tersebut.

    Hasil akhir penelitian menunjukan dari tiga persoalan pokok tersebut

    membuahkan hasil bahwa pemahaman umat akan letak Prefasi Arwah masih perlu

    adanya pemberian katekese tentang macam-macam Prefasi Arwah. Kemudian

    pemahaman dan penghayatan Prefasi Arwah di Lingkungan Santo Yoakim

    Demangan perlu diberikan katekese yang mendalam tentang penghayatan Prefasi

    khususnya Prefasi Arwah agar umat bisa lebih dalam menghayati Prefasi

    khususnya Prefasi Arwah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan rekoleksi

    penghayatan Prefasi Arwah yang merupakan usulan progam bagi umat di

    Lingkungan Santo Yoakim Demangan diharapkan dapat meningkatkan

    penghayatan prefasi khususnya Prefasi Arwah agar penghayatan umat semakin

    berkembang.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    ABSTRACT

    This undergraduate thesis entitled THE APPRECIATION OF SPIRIT

    PREFACE IN SANTO YOAKIM DEMANGAN DISTRICT SANTA

    THERESIA SEDAYU PARISH is chosen because the author’s curiosity toward

    the appreciation of the people in Santo Yoakim Demangan district about The

    Soul’s Pref in The Eucharistic Prayer.

    The background of this thesis writing starts from the author’s concern

    about the appreciation of The Preface, especially The Spirit Preface. The author

    overviewed that the understanding and appreciation of the people in Santo

    Yoakim Demangan district Santa Theresia Sedayu parish nowadays, still haven’t

    been so perfect yet, but the people have could described about the understanding

    and appreciation of The Preface, especially The Soul’s Pref . The author only

    added few understandings about the appreciation of The Preface, especially The

    Spirit Preface.

    There are three main issues in this undergraduate thesis which helped the

    author while doing the research and finding the results, for example: How far is

    the people’s understanding about the location of The Preface in the Eucharistic

    Prayer? Beside that how the understanding and appreciation about The Spirit

    Preface in The Eucharistic Prayer in Santo Yoakim Demangan district? And also

    how the people understand and appreciate The Preface, especially The Spirit

    Preface in their daily life? In order to examine the case, the author conducted a

    research in Santo Yoakim Demangan district Santa Theresia Sedayu parish by

    interviewing six people as the respondents, and get the data form the research

    result.

    The research final result shows from the three main issues that the

    understanding and appreciation of the position of The Soul”s Pref is still need the

    provision of catechesis about it. Then the understanding and appreciation about

    The Spirit Preface in Santo Yoakim Demangan district is well said, just need a

    catechesis about experience fully The Preface, especially The Spirit Preface, so

    that the people can appreciate deeper The Preface, especially The Spirit Preface,

    in their daily life. The author suggests an experience fully of The Spirit Preface

    recollection as a program for the people in Santo Yoakim Demangan district

    which is expected can increase their appreciation of The Preface, especially The

    Spirit Preface, in order to develop the appreciation of the people.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

    berkat sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul

    PENGHAYATAN PREFASI ARWAH DI LINGKUNGAN SANTO YOAKIM

    DEMANGAN.

    Skripsi ini disusun dengan proses yang panjang mulai dari kesulitan

    penulis dalam mencari sumber pustaka kemudian wawancara dengan umat yang

    membutuhkan waktu di sore hari karena umat masih ada yang bekerja. Skripsi ini

    disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi stara satu

    dan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Keagamaan Katolik (PAK), Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD)

    Yogyakarta.

    Penulis menyadari kelancaran dan keberhasilan penulisan skripsi ini tidak

    lepas dari bimbingan, bantuan, nasehat, dukungan, doa dan motivasi dari berbagai

    pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Romo Dr. Bernardus Agus Rukiyanto., selaku Kepala Program Studi

    Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma, yang telah

    memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis. Dan telah

    memberikan motivasi yang baik bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

    2. Romo P. Mutiara Andalas, SJ, selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen

    penguji pertama , yang telah memberikan motivasi dan dukungan secara sabar

    kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini serta membimbing penulis

    selama proses studi di Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik ini.

    3. Segenap Staf, Dosen Program Studi PAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik, membimbing

    dan memotivasi selama penulis belajar hingga menyelesaikan skripsi ini.

    4. Orang tua penulis, Bapak Yohanes Sumarno dan Alm Ibu Teresia Ambar

    Sundarti, yang dengan penuh cinta memberikan doa, semangat, cinta, kasih

    sayang, dukungan, perhatian dan pengorbanaannya menghantar penulis

    hingga sampai pada jejang pendidikan S1..

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    5. Ketua lingkungan Santo Yoakim Demangan Paroki Santa Theresia Sedayu

    Bapak Bonifasius Sukirjo yang telah mengijinkan untuk mewawancara umat

    di lingkungan Santo Yoakim Demangan.

    6. Para umat yang telah bersedia meluangkan waktu untuk dapat diwawancara

    dan memberikan jawaban dalam penelitian wawancara untuk membantu

    penulis dalam menjalankan penelitian .

    7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang selama ini

    dengan tulus telah memberikan bantuan hingga selesainya skripsi ini.

    8. Seluruh sahabat-sahabat angkatan 2014 yang sangat penulis sayangi, yang

    telah senantiasa saling mengingatkan, memotivasi, memberikan semangat dan

    saling mendukung satu sama lain dalam penyusunan skripsi ini.

    Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga

    penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh

    karena itu penulis mengharapkan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi

    ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

    yang berkepentingan.

    Yogyakarta, 05, Desember 2019

    Penulis,

    Bonaventura Winaz Gaung Kumara

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL …………………………………………………….... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………...... ii

    HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………....... iv

    MOTTO …………………………………………………………………… v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………... vi

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

    UNTUK KEPENTINGAN AKADEMI…………………………………....

    vii

    ABSTRAK ………………………………………………………………… viii

    ABSTRACT ………………………………………………………………... ix

    KATA PENGANTAR……………………………………………………... x

    DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xii

    DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………….. xvi

    BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………... 1

    A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1

    B. Rumusan Masalah ………………………………………………… 8

    C. Tujuan Penulisan………………………………………………….. 9

    D. Manfaat Penulisan ………………………………………………… 9

    E. Metode Penulisan …………………………………………………. 10

    F. Sistematika Penulisan ……………………………………………... 10

    BAB II. KAJIAN PUSTAKA……………………………………………... 12

    A. Perayaan Ekaristi Arwah menurut Gereja…………………………. 12

    1. Ekaristi ………………………………………………………… 12

    2. Kematian………………… ……………………………………. 15

    3. Kehidupan Setelah Kematian …………………………………. 17

    B. Prefasi Arwah ……………………………………………………... 19

    1. Prefasi …………………………………………………………. 19

    2. Prefasi Arwah I “Harapan akan Kebangkitan “……………....... 20

    3. Prefasi Arwah II “Kristus menang atas maut”…………………. 22

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    4. Prefasi arwah III “Kristus Keselamatan dan Kehidupan”……... 24

    5. Prefasi Arwah IV “Ditebus Oleh Wafat Kristus”……………… 25

    6. Prefasi Arwah V “Dipanggil untuk Hidup Bersama Kristus”…. 26

    C. Penelitian Yang Relevan ………………………………………….. 29

    D. Fokus Penelitian ………………………………………………....... 29

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………. 30

    A. Jenis Penelitian ……………………………………………………. 30

    B. Desain Penelitian ………………………………………………….. 31

    C. Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 32

    D. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………... 32

    E. Responden Penelitian ……………………………………………... 32

    F. Pertanyaan Penelitian ……………………………………………... 33

    G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data………………………… 33

    1. Teknik Pengumpulan Data…………………………………….. 33

    2. Instrument Pengumpulan Data………………………………… 34

    H. Teknik Keabsahan Data…………………………………………… 34

    I. Teknik Analisis Data……………………………………………… 35

    BAB IV. HASIL PENELITIAN DN TINDAK LANJUT ………………... 37

    A. Hasil Penelitian ……………………………………………………. 37

    1. Profil Paroki dan Lingkungan ……………………………......... 37

    a. Sejarah Singkat Paroki Sedayu ……………………....... 37

    2. Profil responden ……………………………………………….. 40

    3. Hasil Wawancara ……………………………………………… 41

    a. Apa yang dimaksud dengan Prefasi Arwah? ………….. 41

    b. Ada berapakah Prefasi Arwah?………………………... 43

    c. Seberapa penting penghayatan Prefasi Arwah?.............. 46

    d. Bagaimana penghayatan Prefasi Arwah?……………… 48

    e. Kapan mengenal Prefasi Arwah? ……………………... 50

    f. Apakah memaknai Prefasi Arwah?……………………. 52

    g. Apakah dengan Prefasi Arwah bapak/ibu dapat memaknai dalam kehidupan sehari-hari……..................

    54

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    4. Hasil Pengamatan Lapangan ………………………………...... 59

    a. Pemahaman umat tentang Prefasi Arwah ……………... 59

    b. Pemahaman umat mengenai jenis-jenis Prefasi Arwah 60

    c. Proses penghayatan umat terhadap Prefasi Arwah dalam kehidupan sehari-hari……………………………

    60

    B. Pembahasan ……………………………………………………….. 61

    1. Pengertian Prefasi Arwah ……………………………………... 61

    2. Penghayatan umat tentang Prefasi Arwah dan jenis-jenisnya…. 63

    3. Penghayatan Prefasi Arwah di Lingkungan Santo Yoakim Demangan Paroki Santa Theresia Sedayu dalam kehidupan

    sehari-hari………………………………………………………

    64

    C. Usulan Program …………………………………………………… 67

    1. Latar Belakang…………………………………………………. 68

    2. Tujuan Pemilihan Program ……………………………………. 69

    3. Usulan Kegiatan Rekoleksi …………………………………… 70

    a. Tema …………………………………………………... 70

    b. Tujuan …………………………………………………. 70

    c. Sasaran atau Peserta …………………………………… 70

    d. Tempat dan Waktu ……………………………………. 70

    e. Bentuk dan Metode …………………………………… 70

    f. Dokumen ……………………………………………… 71

    g. Sarana …………………………………………………. 71

    h. Matriks ………………………………………………… 72

    i. Susunan Acara…………………………………………. 74

    j. Detail kegiatan ………………………………………… 75

    1. Menghayati Prefasi Arwah ………………………... 76

    2. Menjadi umat yang dipanggil untuk hidup bersama Kristus………………………………………………

    77

    3. Prefasi Arwah sebagai bentuk penghayatan akan

    kehidupan setelah kematian ………………………..

    78

    4. Refleksi dan menentukan niat kongkret…………… 78

    5. Misa penutup ……………………………………… 79

    BAB V. PENUTUP ………………………………………………………. 88

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 88

    B. Saran ………………………………………………………………. 92

    DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 94

    LAMPIRAN………………………………………………………………... 95

    Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian …………………………... (1)

    Lampiran 2 : Hasil Wawancara …………………………………………… (2)

    Lampiran 3 : Presensi Wawancara………………………………………… (20)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR SINGKATAN

    Singkatan Kitab Suci

    Ef : Efesus

    Flp : Filipi

    Ibr : Ibrani

    Im : Imamat

    Kej : Kejadian

    Kis : Kisah Para Rasul

    Kol : Kolose

    Kor : Korintus

    Luk : Lukas

    Mat : Matius

    Mzm : Mazmur

    Ptr : Petrus

    Rm : Roma

    Why : Wahyu

    Yoh : Yohanes

    Singkatan Dokumen Gereja

    KGK : Katekismus Gereja Katolik

    KHK : Kitab Hukum Kanonik

    LG : Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja)

    SC : Sacrosanctum Concilium (Konstitusi Tentang Liturgi Suci)

    TPE : Tata Perayaan Ekaristi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dewasa ini, bagaimana menghayati Prefasi dalam Doa Syukur Agung

    umat katolik belum begitu nampak, terlebih dalam prefasi. Gereja sendiri

    berupaya mendidik iman melalui perayaan ekaristi, yang salah satu bagian dari

    Perayaan Ekaristi adalah Prefasi dalam Doa Syukur Agung. Dalam Perayaan

    Ekaristi Doa Syukur Agung adalah bagian yang paling sakral. Dalam Doa Syukur

    Agung umat kristiani dipersatukan dengan Kristus. Hati, jiwa, dan pikiran

    dipusatkan pada Doa Syukur Agung agar dapat menghayati dengan sungguh Doa

    Syukur Agung akan pengenangan perjamuan malam terakhir. Dalam fakta,

    banyak umat belum mengerti tentang makna dari Doa Syukur Agung khususnya

    dalam prefasi. Umat belum memusatkan diri secara utuh saat Doa Syukur Agung

    dalam perayaan Ekaristi.

    Perayaan Ekaristi sebenarnya berakar dalam tradisi Yahudi yang telah

    mendahuluinya. Perayaan Ekaristi memiliki hubungan erat dengan Perjamuan

    Malam Terakhir, menurut ritus Yahudi seperti yang dikatakan oleh orang Yahudi

    yang lain walaupun tidak dikatakan dengan jelas, namun boleh diandaikan bahwa

    Perjamuan Malam Terakhir adalah perjamuan Paskah. Akan tetapi, gambaran

    Paskah tidak memainkan peran yang penting karena yang terpenting ialah Yesus

    mengucapkan doa syukur, membagikan roti kepada para rasul, dan mereka semua

    makan roti itu setelah mengatakan “Amin”. Perayaan Ekaristi, secara khusus

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    mengajak umat untuk mengambil bagian dalam penyerahan Kristus kepada Bapa,

    sekaligus dipersatukan satu sama lain oleh Kristus. Istilah “Ekaristi” berasal dari

    bahasa Yunani, eucharista, yang berarti syukur. Oleh karena itu puncak dari

    Perayaan Ekaristi adalah Doa Syukur Agung.

    Dalam ritus latin Doa Syukur Agung adalah pengenangan perjamuan

    malam terakhir. Ada bagian yang sama dari tradisi Yahudi, namun terdapat

    perbedaan di antara keduanya. Perbedaan tersebut terlihat Yesus berkata ketika

    membagikan roti dan anggur kepada para rasul. Orang Yahudi membagikan roti

    dan anggur tanpa berkata sedikitpun, tetapi Yesus memberikan roti kepada mereka

    dengan berkata “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagimu” juga pada saat

    memberikan piala, Ia berkata “Piala ini adalah Perjanjian Baru dalam darah-Ku.

    Roti dan anggur adalah komposisi utama dalam perjamuan terakhir, karena sudah

    menjadi bahan utama dalam perjamuan terakhir yang dilakukan Yesus bersama

    dengan murid-Nya.

    Pedoman Umum Misale Romawi menjelaskan bahwa penggunaan roti dan

    anggur dengan air untuk merayakan perjamuan malam terakhir. Makna roti dalam

    perjamuan malam terakhir adalah kehidupan, yang berpusat kepada persoalan

    badan yang tidak hanya mengenyangkan tetapi juga memberi kehidupan kepada

    siapa saja yang menyantapnya. Begitu juga dengan roti dalam perjamuan malam

    terakhir yang melambangkan Yesus sebagai roti hidup. Makna anggur dalam

    perjamuan terakhir adalah tanda kehadiran Allah yang berpuncak pada saat Yesus

    menyatakan anggur dalam piala berkat (dalam perjamuan malam terakhir bersama

    dengan para murid-Nya) yang disimbolkan sebagai darah-Nya sendiri. Kita diajak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    untuk mengenang akan perjamuan tersebut, karena dari perjamuan tersebut kita

    disadarkan dengan pengorbanan Yesus Kristus kepada kita atas segala dosa-dosa

    yang telah kita lakukan. Perjamuan malam terakhir mempunyai arti yang lebih

    dalam dari pada perjamuan Yahudi yang biasa, dari segi ritus keduanya serupa

    tetapi dari makna keduanya jauh berbeda, perjamuan Yahudi yang hanya biasa-

    biasa saja, sedangkan perjamuan malam terakhir yang memiliki arti jauh lebih

    dalam, baik hubungan dengan Allah maupun dengan Yesus sendiri.

    Doa Syukur Agung merupakan inti Perayaan Ekaristi. Dalam buku

    Pedoman Umum untuk Perayaan Ekaristi dirumuskan :“Perayaan Ekaristi

    merupakan pusat dan puncaknya dalam Doa Syukur Agung, yaitu doa ucapan

    syukur dan doa pengudusan”. Artinya, liturgis dan teologis. Jika kita melihat dari

    sudut liturgi. Perayaan ekaristi berkembang dari suatu upacara yang amat

    sederhana, seperti contoh doa sebelum makan dan sesudah makan. Dalam adat

    Yahudi doa setelah makan memiliki susunan yang sama dengan Doa Syukur

    Agung sekarang, yakni puji syukur dan permohonan. Dari sejak dulu pada jaman

    Rasul Perayaan Ekaristi memang tidak lain daripada Doa Syukur Agung komuni.

    Arti teologis dari Doa Syukur Agung adalah sebagai doa puji syukur dan

    permohonan yang merupakan iman resmi Gereja. “Tanpa iman tidak mungkin

    orang berkenan kepada Allah” (Ibr 11:6) sebab “ketika kita percaya, kita

    dimateraikan dengan Roh Kudus; dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita

    sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik

    Allah (Ef 1:13-14). Perayaan Ekaristi adalah kesatuan kita dengan Allah dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Kristus. Kita sebagai umat dipersatukan oleh Allah pertama-tama oleh iman yang

    dinyatakan dalam Doa Syukur Agung itu sendiri.

    Doa Syukur Agung adalah puncak dan pusat seluruh Perayaan Ekaristi,

    baik karena seluruh Perayaan Ekaristi tidak lain daripada puji syukur, maupun

    juga karena ini adalah puncak kehadiran Kristus. Doa Syukur Agung mengajak

    untuk mengenang perjamuan malam terakhir, di mana dalam pengenangan

    tersebut kita diminta untuk memanjatkan pujian syukur akan penyelamatan yang

    dilakukan oleh Kristus pada perjamuan malam terakir bersama dengan kedua

    belas rasul-Nya. Dalam Doa Syukur Agung, kita diajak untuk memahami makna

    dari roti sebagai daging, anggur sebagai darah, dan sebagai lambang pengenangan

    perjamuan malam terakhir yang di lakukan oleh Yesus Kristus kepada para

    murid-nya. Doa Syukur Agung dipimpin oleh imam mulai dari prefasi sampai

    dengan doksologi penutup, imam juga membawa dan mengajak umat untuk

    mengenang perjamuan malam terakhir sebagai rasa syukur kepada Yesus Kristus

    akan karya Penyelamatan umat manusia. Tindakan umat dalam Doa Syukur

    Agung adalah mempersatukan kurban pujian pribadi dengan kurban pujian yang

    sedang dipersembahkan gereja yang dipimpin oleh gereja sendiri sebagai bentuk

    pengenangan akan Yesus yang telah mengurbankan diri-Nya untuk umat manusia

    (mencintai liturgi, 2010).

    Pembukaan doa syukur Agung dirayakan dengan meriah dan umat diajak

    untuk mengarahkan hati akan kehadiran Tuhan. Umat juga diminta memusatkan

    hati untuk mengenang penyelamatan yang diberikan oleh Tuhan. Doa Syukur

    Agung adalah bentuk pengenangan dan ungkapan syukur yang lebih diarahakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    untuk mempersatukan hati kepada Yesus Kristus karena Kristus telah

    mengurbankan diri untuk menyelamatkan umat manusia. Melalui Doa Syukur

    Agung imam mengajak umat untuk sungguh-sungguh menghayati penyelamatan

    yang dilakukan oleh Kristus dengan mengarahkan hati kepada Tuhan. Doa

    Syukur Agung memiliki beberapa tahapan yang perlu diketahui, tahapan tersebut

    memiliki makna-makna tersendiri dari perayaan ekaristi yang sering di

    laksanakan, mulai dari persembahan, prefasi, ucapan syukur, aklamasi,

    konsekrasi, dan bagian-bagian lain yang juga penting. Dari beberapa tahapan

    tersebut Doa Syukur Agung adalah puncak dari perwujudan permohonan pujian

    syukur yang kita panjatkan kepada Kristus sebagai penyelamat kita. Doa Syukur

    Agung merupakan ritus yang sangat sakral, dimana kita mengarahkan hati kepada

    Tuhan karena misteri iman-Nya.

    Prefasi adalah salah satu bagian pada liturgi Perjamuan Kudus atau

    Ekaristi dalam Gereja Kristen, baik Gereja Katolik Roma, Gereja Protestan

    maupun denominasi-denominasi lain, yang merupakan doa untuk mengakhiri

    persiapan Perjamuan kudus. Prefasi juga selalu mendului nyanyian Sanctus–

    Benedictus, dan diucapkan secara lantang dan meriah di hadapan umat. Disini ada

    beberapa anggapan mengenai asal usul penggunaan istilah “prefasi”

    Pertama, kata prefasi dikaitkan dengan kata dalam Bahasa Latin, prefatio

    yang dimaknai sebagai doa untuk mengiringi suatu kurban. Anggapan kedua

    adalah kata prefasi yang mengucapkan doa dengan lantang. yang ketiga, kata

    prefasi dikaitkan dengan kata dalam Bahasa Yunani, (profeteia) yang sering

    dikaitkan dengan tugas kenabian, yakni mewartakan. Keempat, awalan pre- yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    menunjukan sesuatu yang di awal atau di depan dimaknai sebagai tempat dimana

    imam atau pelayanan perjamuan kudus berdiri yakni di hadapan Tuhan dan

    jemaat-Nya. Namun prefasi lebih sering dipahami sebagai pendahuluan (Latin,

    Prefatio), yaitu persiapan untuk sesuatu yang akan menyusul. Persiapan di sini

    terutama terkait dengan persiapan hati dan kesadaran untuk menerima akan

    menyusul nanti.

    Prefasi mempunyai empat bagian yang perlu diperdalam, makna tersebut

    dapat diperjelas sebagai berikut: 1. Prefasi dalam bahasa latin adalah praefatio,

    yang menunjuk doa yang mengiringi suatu kurban. Menurut Jungman, bahasa

    latin prefasi tersebut cocok digunakan dalam rangka ekaristi. 2. Prefasi

    dihubungkan dengan kata praefari yang menunjuk doa diucapkan dengan kata

    lantang. Hal tersebut dikaitkan dengan tradisi jaman dahulu sejak abad

    pertengahan, untuk mengucapkan prefasi dilakukan dengan lantang seangkan

    dalam doa-doa lain diucapkan secara lembut, bahkan dengan berbisik-bisik. 3.

    Kata prefasi dihubungkan dengan kata Yunani yaitu propheteia. Santo agustinus

    menyatakan bahwa nabi (propheta) memiliki tugas untuk mewartakan. Maka

    prefasi mengandung makna pewartaan atau pemakluman. 4. Awalan prae pada

    kata prefasi pada aslinya tidak mengandung makna sesuatu yang diucapkan atau

    disampaikan pada awal(dalam arti : preface atau pengantar), melainkan menurut

    makna lokal atau tempat. (ekaristi, tinjauan logis, liturgis, dan pastoral, 2005 :167)

    Pemahaman umat katolik tentang Doa Syukur Agung belum begitu kental,

    hanya beberapa orang saja yang dapat memahami tentang arti Doa Syukur Agung

    yang sesungguhnya. Dalam bagian Prefasi seruan “Marilah mengarahkan hati

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    kepada Tuhan” tidak diajak pada awal Ekaristi, karena ada maksud tersendiri

    dalam ajakan tersebut antara lain dalam ajakan tersebut kita diminta untuk

    menghayati ajakan imam dalam mengarahkan hati kepada Tuhan untuk lebih

    menghayati prefasi khususnya prefasi arwah karena dengan kematian-Nya hidup

    manusia tidak percuma, karena dalam situasi apapun, kita akan selalu bersama

    dengan Tuhan dan selalu milik Tuhan.

    Dalam pemahaman umat tentang Prefasi, khususnya Prefasi Arwah,

    belum menuju penghayatan yang menuju ke arah penghayatan setelah kita

    manusia meninggal dari dunia ini, apa yang terjadi pada kita setelah kita

    meninggal esok. Umat seringkali mengabaikan ajakan imam dengan tidak

    menunjukan sikap yang khidmat pada saat prefasi. Prefasi arwah adalah bagian

    pembuka dalam Doa Syukur agung sekaligus sebagai penghantar dalam

    penghayatan perjamuan malam terakhir, dan penghayatan kita akan kematian

    Yesus yang rela di salib demi kita.

    Keprihatinan yang saya dapatkan khususnya di lingkungan Santo Yoakim

    Demangan Paroki Santa Theresia Sedayu adalah kurangnya penghayatan umat

    saat imam mengumandangkan prefasi. Khususnya dalam Prefasi Arwah umat di

    lingkungan Santo Yoakim Demangan masih belum begitu menghayatinya. Dalam

    keprihatinan saya ini saya merasa sebagian umat yang tidak benar-benar

    menghayati. Karena Prefasi Arwah adalah bagian dari Doa Syukur Agung yang

    memiliki makna menghantar atau mendoakan orang yang sudah meninggal dan

    menghayati kematian Yesus dengan cara di salib. Dengan menghayati wafat dan

    kebangkitan Yesus untuk kita umat manusia yang berdosa, yang dimana prefasi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    arwah adalah sebuah penghayatan untuk kita mendoakan dan sekaligus

    menghayati wafat Yesus Dikayu salib dan kebangkitan-Nya.

    Umat di lingkungan Santo Yoakim Paroki Santa Theresia Sedayu banyak

    dari mereka yang sebenarnya kurang menghayati Prefasi Arwah karena belum

    memahami begitu jelas akan bentuk penghayatan di dalam Prefasi Arwah.

    Kurangnya penghayatan umat kepada ajakan imam untuk mengarahkan hati

    kepada Tuhan membuat penghayatan kita umat Katolik belum begitu mengena

    akan wafat dan kebangkitan Yesus. Maksudnya adalah, kita sebagai umat katolik

    yang memiliki saudara yang sudah meinggal, maupun untuk diri kita senidiri, kita

    diajak untuk senantiasa menghayati wafat Yesus dikayu salib untuk menebus dosa

    kita manusia. Dengan menghayati prefasi khususnya Prefasi Arwah adalah salah

    satu cara untuk mengenang Yesus yang wafat di kayu salib, dan untuk lebih

    menerapkannya dalam kehidupan sehari-har, agar umat semakin memiliki

    penghayatan akan wafat Yesus dikayu salib.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan tiga permasalahan

    yang menjadi perhatian pokok penulis adalah:

    1. Bagaimana pemahaman umat di Lingkungan Santo Yoakim Demangan

    tentang tempat prefasi dalam Doa Syukur Agung?

    2. Bagaimana penghayatan prefasi arwah di Lingkungan Santo Yoakim

    Demangan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    3. Bagaimana meningkatkan pemahaman dan penghayatan prefasi arwah dalam

    Doa Syukur Agung?

    C. TUJUAN PENULISAN

    Bedasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan ini dilakukan dengan

    tujuan-tujuan sebagai berikut.

    1. Mengukur pemahaman dan penghayatan umat di Lingkungan Santo

    Yoakim Demangan terhadap prefasi arwah dalam Doa Syukur Agung.

    2. Menemukan pokok pokok penting dalam Prefasi Arwah dalam Doa

    Syukur Agung.

    3. Meningkatkan penghayatan umat di Lingkungan Santo Yoakim

    Demangan tentang penghayatan Prefasi Arwah.

    D. MANFAAT PENULISAN

    Adapun penulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi

    1. Penulis

    Penulisan ini diharapkan dapat membantu penulis dalam

    mempersiapkan diri sebagai calon katekis agar memiliki pemahaman tentang

    prefasi arwah Doa Syukur Agung dan dapat menyampaikan dalam katekese

    umat atau liturgi di berbagai tempat, waktu, dan kesempatan.

    2. Umat di Lingkungan Santo Yoakim Demangan

    Penulisan ini diharapkan dapat membantu umat Lingkungan Santo

    Yoakim Demangan dalam pemahaman secara utuh prefasi dalam Doa Syukur

    Agung supaya penghayatan tentang Doa Syukur Agung terlebih dalam bagian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    prefasi menjadi lebih matang dan dalam kehidupan liturgi dapat diterapkan

    dalam ambil bagian bagian ketika ekaristi.

    3. Kampus PAK

    Penulisan ini diharapkan dapat membantu memberikan sumbangan

    kajian akademik berdasar riset lapangan untuk Kampus PAK Universitas

    Sanata Dharma dalam membekali mahasiswa PAK mengenai pengahayatan

    Prefasi dalam Doa Syukur Agung.

    E. METODE PENULISAN

    Metode penulisan ini adalah menggunakan penelitian naturalistik atau

    kualitatif, yaitu peneliti akan melihat secara langsung yang terjadi di lapangan

    bertatap muka dengan subyek penelitian, sehingga peneliti akan

    menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

    perilaku yang dapat diamati.

    F. SISTEMATIKA PENULISAN

    Skripsi ini mengambil judul “PENGHAYATAN PREFASI ARWAH

    DI LINGKUNGAN SANTO YOAKIM DEMANGAN PAROKI SANTA

    THERESIA SEDAYU” yang diuraikan dalam lima bab.

    Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan

    masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan

    sistematika penulisan

    Bab II berisi uraian tentang topik-topik tentang prefasi dalam Doa

    Syukur Agung menurut bahan-bahan kepustakaan untuk memberikan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    gambaran tentang penghayatan prefasi khususnya prefasi arwah dalam

    Doa Syukur Agung, dari bebrapa teori dan pendapat para ahli.

    Bab III Metodologi Penelitian

    Dalam bab ini disajikan tentang metodologi penelitian yang akan

    dilakukan dan teknik pengumpulan data

    Bab IV Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian,

    pembahasan, dan tindak lanjut terkait dengan penghayatan Prefasi

    Arwah di Lingkungan Santo Yoakim Demangan Paroki Santa Theresia

    Sedayu.

    Bab V Bab ini memaparkan penutup yang memuat kesimpulan dan

    saran.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    Pada bab pendahuluan penulis menemukan keprihatinan dimana umat

    belum sepenuhnya menghayati Prefasi Arwah dalam Doa Syukur Agung. Penulis

    menemukan beberapa sikap umat Lingkungan Santo Yoakim Demangan yang

    belum menunjukan akan penghayatan prefasi arwah dalam bab pendahuluan

    penulis menemukan juga persoalan penghayatan yang terjadi kepada umat di

    Lingkungan Santo Yoakim Demangan. Bab II penulis membahas tentang

    perayaan ekaristi dan penghayatan prefasi arwah. Pada bagian ini akan membahas

    tentang perayaan ekaristi mengenai kematian di dalam Gereja dan kehidupan

    setelah kematian. Pembahasan tentang penghayatan prefasi arwah akan dibahas

    dalam 5 bagian prefasi arwah yaitu: 1.harapan akan kebangkitan Kristus, 2.Kristus

    menang akan maut, 3.Kristus keselamatan dan kehidupan, 4.ditebus oleh wafat

    Kristus, 5.dan dipanggil untuk hidup bersama Kristus.

    A. Perayaan Ekaristi Arwah Menurut Gereja

    1. Ekaristi

    Pengertian Ekaristi adalah perayaan liturgis Gereja, yang berasal dari bahasa

    Yunani, eucharista, yang berarti syukur. Dimana dijelaskan bahwa Ekaristi yang

    mempersatukan umat dengan Kristus. Kristus hadir dalam kehidupan kita umat

    manusia tetapi Ia secara khusus hadir di dalam perayaan Ekaristi. Dalam Perayaan

    Ekaristi, kita sebagai umat secara khusus mengambil bagian dalam penyerahan

    Kristus kepada Bapa sekaligus dipersatukan satu sama lain oleh Kristus. Dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Perayaan Ekaristi, seluruh umat mendapatkan wadah untuk merayakan iman

    secara bersama. (Mencintai Liturgi, 2010:8)

    Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri dan Gereja, melalui pelayanan

    imam, Kristus mempersembahkan diri-Nya kepada Allah Bapa dengan kehadiran-

    Nya di dalam gereja dan di dalam kita dalam rupa roti dan anngur, serta

    memberikan diri-Nya sebagai santapan rohani kepada umat beriman yang

    menggabungkan diri dalam persembahan-Nya.(KHK § 899)

    Perayaan Ekaristi adalah perayaan iman, artinya pada perayaan Ekaristi

    diungkapkan iman seluruh Gereja akan penyelamatan Allah yang terjadi dalam

    Yesus Kristus.” Dalam Ekaristi seluruh umat dapat bersatu sebagai Gereja secara

    nyata. Melalui Ekaristi orang yang mengimani Kristus semakin penuh bersatu

    dengan tubuh dan darah Kristus sebagai sumber keselamatan dan puncak seluruh

    hidup Kristiani. Ekaristi dipahami sebagai “sumber dan puncak karena melalui

    Ekaristi tampaklah pengungkapan diri Gereja sebagai sakramen Ekaristi yang

    paling mendasar, karena dalam Ekaristi persatuan dengan Kristus dan tentu saja

    juga dengan seluruh umat, ditampilkan dalam tanda.”( Madya Utomo, 2017:20)

    Dalam perjamuan terakir, pada saat malam Ia diserahkan, penyelamat kita

    mengadakan Kurban Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya, dengan demikian, Ia

    mengabadikan Kurban Salib untuk selamanya, dan mempercayakan kepada

    gereja, mempelai-Nya yang terkasih, kenangan wafat dan kebangkitan-Nya:

    Sakramen cinta kasih, lambang kesatuan, ikatan cinta kasih.(SC 47)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Ekaristi adalah “sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani” (LG 11).

    “Sakramen-sakramen lainya, begitu pula semua pelayanan gerejani serta karya

    kerasulan, berhubungan erat dengan Ekaristi suci dan terarahkan kepadanya.

    Sebab dalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni

    Kristus sendiri, Paska kita.”( KGK 1324)

    Bedasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Ekaristi adalah

    perayaan liturgis Gereja. Ia menyatukan umat dengan Allah melalui perantaraan

    Imam melalui kehadiran-Nya dengan rupa roti dan anggur sebagai persembahan

    serta pemberian diri Allah sebagai santapan rohani bagi umat-Nya. Ekaristi adalah

    sebuah perayaan iman yang menyelamatkan kita. Umat bersatu dalam perayaan

    Ekaristi sebagai gereja yang nyata, Ekaristi adalah sumber keselamatan dan

    puncak seluruh hidup Kristiani. Ekaristi yang kita terima juga bukan sembarang

    Ekaristi, melainkan sebuah perayaan liturgis Gereja yang menyatukan kita dengan

    Allah melalui perantaraan imam. Dalam perayaan tersebut kita juga di tegaskan

    bahwa Allah sebagai penyelamat kita hadir melalui Ekaristi tersebut. Maka

    Ekaristi dipahami sebagai sumber dan puncak karena melalui Ekaristi Gereja

    menampakkan diri sebagai sakramen yang paling dasar untuk bersatu dengan

    Kristus yang ditampilkan dalam tanda. Ekaristi suci membuahkan bagi kita rahmat

    kebangkitan di akhir zaman dan kehidupan kekal. Yang berarti kita hidup dalam

    keadaan yang sepenuh-penuhnya. Dan Ekaristi Suci-lah yang mepertemukan kita

    dengan Yesus Kristus sendiri.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    2. Kematian

    Kematian adalah sebuah teka-teki yang mencapai pada puncaknya. Bukan

    karena sakit atau semakin rusaknya badan, melainkan juga, bahkan lebih lagi,

    karena rasa takut akan kehancuran yang defitinif. Kematian menjadi penyerahan

    total dan utuh kepada Allah, sang Sumber dan tujuan kehidupan. Kematian

    menjadi sebuah penantian akan tindakan Allah yang penuh belas kasih yang akan

    membangkitkan kita berkat jasa Yesus Kristus. Karena iman kita terhadap Yesus

    dan melalui pembabtisan, kita dapat mengambil bagian dalam kebangkitan-Nya.

    Sebab jika kita tekah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-

    Nya (Gaudium Et Spes No. 18).

    Kematian adalah suatu peristiwa penting dalam kehidupan setiap orang,

    kita pun tidak dapat menolak hal tersebut bahwa pada suatu ketika kita akan mati

    atau meninggal. Kita juga tidak mengetahui yang akan terjadi setelah kita

    meninggal. Kita manusia begitu melekat dengan kehidupan dan diri kita sendiri

    sehingga banyak cara yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan. Banyak

    yang beranggapan bahwa setelah kematian akan ada kehidupan. Demikian pula

    dengan kita umat Kristiani yang berpendapat tentang kematian. Kita akan mati

    namun akan dibangkitkan kembali oleh Tuhan dan diterima di dalam surga-Nya

    (Bons-storm, 2004:5).

    Kematian adalah akhir kehidupan duniawi. Hidup kita berlangsung dalam

    masa tertentu, dan di dalam siklusnya kita berubah dan menjadi tua. Kematian

    manusia pada umumnya adalah seperti mahluk hidup lainya, kematian tersebut

    adalah kematian yang alami jika menurut jasmani, dan jika menurut rohani

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    kematian adalah “upah dosa”. Dalam kehidupan, aspek kematian memberi kita

    hidup yang mendesak, yang dalam keyakinan akan kefanaan dapat mengingatkan

    kita manusia untuk menjalankan kehidupan kita, yang hanya tersedia bagi kita

    suatu jangka waktu yang terbatas (KGK 1007).

    Dalam kematian, Allah memanggil kita manusia kepada diri-Nya. Paulus

    mengatakan bahwa kita sebagai orang katolik dapat merindukan kematian: “Aku

    ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus” Flp 1:23.(KGK 1011).

    Dalam KGK pandangan Katolik tentang kematian adalah, “bagi umat

    beriman-Mu, ya Tuhan, hidup hanyalah diubah, bukannya dilenyapkan. Dan

    sesudah roboh rumah kami di dunia ini, akan tersedia bagi kami kedamainan abadi

    di surga (KGK 1012).

    Kematian adalah titik akhir perziarahan manusia di dunia ini. Titik akhir

    dari masa rahmat dan belas kasihan, yang di berikan Allah kepada kita. Tujuan

    Allah memberikan hal tersebut supaya dapat melewati kehidupan di dunia ini

    sesuai dengan rencana-Nya, dan dengan demikian dapat mnentukan nasibnya

    yang terakhir. “Apabila jalan hidup duniawi kita yang satu-satunya sudah

    berakhir” (LG 48), kita manusia tidak dapat kembali lagi di dunia ini. Karena

    “Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja kali saja dan sesudah itu

    dihakimi” (Ibr 9:27). Dan sesudah kematian tidak ada yang namanya Reinkarnasi”

    (KGK 1013).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    3. Kehidupan setelah kematian

    Robert Menyatakan bahwa pada umumnya orang memberikan tiga

    jawaban. Jawaban tersebut dijawab oleh ahli alam yang mengatakan, kehidupan

    setelah kematian tersebut mungkin ada, tetapi kita tidak tau juga susunan apa yang

    membentuk alam tersebut. Menurut ahli filsafat, seharusnya kehidupan setelah

    kematian itu ada, yang mengetahuinya pun menghendaki demikian. Dan tentu

    masih ada jawaban yang diberikan oleh hubungan kita dengan Tuhan. Kitab Suci

    juga mengatakan “bahwa badan kembali kepada asalnya yaitu bumi”, bahwa

    abulah adamu, maka kepada abupun engkau akan kembali juga (Kej 3 : 19).

    Kehidupan maunusia setelah kematian adalah particular judgment

    (pengadilan khusus). Pengajaran ini sesuai dengan ajaran St. Agustinus yang

    mengatakan “Begitu jiwa meninggalkan tubuh, maka jiwa tersebut diadili”. Hal

    tersebut juga sesuai dengan pengajaran di Kitab Suci seperti yang dialami oleh

    Lazarus dan orang kaya itu setelah kematian mereka (Luk 16:16-31). Rasul Paulus

    mengajarkan “manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu

    dihakimi (Ibr 9:27). Maka dari itu setelah kematian kita manusia akan diminta

    pertanggung jawaban atas urusan kita (lih. Luk 16:2. Jika Tuhan sendiri

    mengajarkan bahwa gaji pekerja tidak boleh ditunda (Im 19:13) sudah dipastikan

    bahwa Tuhan juga akan memenuhi peraturan tersebut, Tuhan akan memberi

    penghargaan kepada kita yang telah melakukan tugasnya di dunia dengan setia

    seturut dengan perinta-perintah-Nya. Seperti yang dikatakan oleh St. Ambrosius,

    “Kematian adalah penghargaan perbuatan baik mahkota dari panen.” Tuhan Yesus

    akan duduk sebagai hakim (Yoh 5:22). Dalam perjamuan terakhir bersama para

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    rasul-Nya Yesus berjanji untuk datang kembali setelah kenaikan-Nya ke surga

    untuk membawa mereka kepada diri-Nya (Yoh 14:3). Setelah jiwa-jiwa dihakimi,

    jiwa orang yang meninggal akan masuk surga (jika ia sempurna), atau masuk ke

    neraka (jika ia meninggal dalam keadaan dosa berat), atau masuk dalam api

    pencucian (jika ia meninggal dalam keadaan berdamai dengan Allah, namun harus

    dimurnikan terlebih dahulu).

    Menurut Iman Katolik, kita manusia tidak memiliki tempat tinggal yang

    tetap (Ibr 13:14). Hal tersebut bukan hanya kita yang mengimani, tetapi semua

    manusia mengetahui hal tersebut. “Masa hidup kita adalah tujuh puluh tahun, dan

    dan jika kita kuat, delapan puluh” (Mzm 90:10). Cepat atau lambat hidup kita

    berakhir dengan kematian, maka dari itu saat ini juga hidup kita dalam “bahaya

    maut sepanjang hari” (Mzm 44:23). Maut bukanlah sesuatu yang entah kapan

    menimpa kita, tetapi maut tersebut adalah kenyataan keterbatasan hidup kita.

    Hidup sebagai manusia pasti memiliki awal dan memiliki akhir, maka dengan

    demikian hidup kita tersebut bersifat terbatas dan fana, yang berarti tidak dengan

    arti. Dalam kehidupan kita di dunia yang penuh dengan hidup rahmat sudah

    dimulai, maka dengan demikian kita manusia harus “mempergunakan waktu yang

    ada” (Ef 5:16).

    Kesadaran akan kefanaan hidup ini dapat menjadi alasan yang sewaktu-

    waktu membuat sadar bahwa kita hidup dihadapan Tuhan. Kematian membawa

    kita ke dalam kesadaran akan tujuan hidup yang sejati. Hidup kita sebagai

    manusia memang bersifat sementara, tetapi sikap hidup kita yang kita jalani

    sekarang dalah bersikap definitif. “Barangsiapa menyangkal Aku di di depan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    manusia, Aku juga akan menyangkal dia di depan Bapa-Ku yang di surga” (Mat

    10:33). Arti hidup manusia ditentukan di dunia ini. Kematian berarti sebuah

    penyelesaian “pengembaraan” manusia (Ibr 11:13; 1Ptr 1:1; 2:11).

    Hal tersebut tidak berarti bahwa kita manusia keputusan definitifnya pada

    saat kematian. Selama kita hidup di dunia ini kita tekah mengambil sikap, lama

    sebelum kematian. Kematian memang penting dalam kehidupan manusia, tetapi

    bukanlah hal yang terpenting. Karena akhir dari hidup kita bukanlah sebuah

    ‘penyesalan hidup”. Tetapi sebaliknya, jika kita lemah dalam kekuatan, kita juga

    akan sulit untuk mengambil sebuah keputusan dengan penuh kesadaran dan

    ketegasan. (Sesudah meninggal kemanakah).

    B. Prefasi rwah

    1. Prefasi

    Prefasi sendiri berasal dari bahasa Latin praefatio. Prefasi adalah bagian

    pertama dari rangkaian Doa Syukur Agung dalam perayaan Ekaristi yang dimana

    berisi tentang doa pujian dan syukur meriah. Dalam setiap prefasi pasti didahului

    dialog antar imam yang memimpin Perayaan Ekaristi dengan umat. Prefasi

    mengungkapkan alasan untuk memuji dan memuliakan Allah. Alasan tersebut

    berhubungan erat dengan karya Allah dalam mencipta dan menebus alam semesta.

    Imam, atas nama umat beriman mau menyampaikan pujian dan syukur bersama

    Yesus Kristus karena karya-Nya yang agung. Ucapan syukur tersebut juga

    menjadi alasan konkret kita dimana pengalaman hidup kita pada saat kita

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    merayakan ekaristi, dan menggabungkan dengan ucapan syukur imam pemimpin

    Perayan Ekaristi (Mencintai Liturgi- 81).

    Melalui prefasi Gereja berterima kasih kepada Bapa melalui Kristus akan

    segala karya-Nya, untuk penciptaan, penebusan dan pengudusan. Yang dimana di

    dalam prefasi kita diajak untuk selalu bersyukur kepada Bapa akan segala karya-

    Nya dalam hidup kita, umat juga diajak untuk mengambil bagian dalam Ekaristi

    agar dengan kekuatan-Nya menjadi tubuh dan darah Yesus Kristus. Agar kits

    semua menggabungkan diri dalam pujian yang tak henti-hentinya dinyanyikan

    oleh Gereja surgawi, para malaikat dan orang kudus bagi Allah (KGK 1352).

    Dengan kematian-Nya hidup manusia tidak percuma, tetapi dirubah. Karena

    dalam situasi apapun hidup maupun mati, kita akan selalu bersama dengan Tuhan

    dan selalu milik Tuhan (Rm 14:8). Itu yang menjadi iman kepercayaan gereja

    sejak awal mula. Gereja percaya bahwa Tuhan akan membangkitkan orang mati di

    akhir jaman, dan meyakini bilamana semua umat Katolik sudah merasakan

    kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus (Memule Ingkang Sampun Sumare).

    2. Prefasi arwah I “harapan akan kebangkitan”

    TPE (21 b) doa dalam prefasi disebutkan sebagai berikut “Sebab Dialah

    yang telah menumbuhkan harapan kokoh akan kebangkitan mulia; sehingga kami

    yang sering takut akan maut yang tak terelakkan itu sungguh-sungguh dihibur

    oleh hidup abadi yang telah dijanjikan kepada kami. Oleh karena itu, sebagai umat

    beriman kami yakin bahwa hidup hanyalah diubah, bukannya di lenyapkan;

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    bahwa suatu kedamaian abadi tersedia bagi kami di surga bila mana

    pengembaraan kami di dunia ini berakhir.

    Dalam prefasi tersebut dikatakan bahwa Tuhan kita Yesus Kristus sejak

    dulu telah memberikan sebuah harapan di hati semua manusia akan kebangkitan

    mulia. Seringkali kita sebagai manusia takut akan kematian yang bisa datang tiba-

    tiba, kematian tersebut bisa datang begitu saja entah kapan waktunya dan dimana

    kita berada. Yesus mengajarkan kita untuk selalu beriman akan Dia dan percaya

    akan sebuah kehidupan abadi yang telah dijanjikan kepada kita. Sebagai manusia

    kita layaknya percaya kepada Tuhan bahwa hidup itu hanyalah diubah bukannya

    dilenyapkan, karena kita dijanjikan suatu kediaman abadi yang tersedia bagi kita

    di surga jika penggembaraan kita di dunia ini telah berakir.

    Allah tidak hanya mewahyukan bahwa Yesus hidup. Hidup Kristus yang

    mulia memiliki arti keselamatan bagi manusia, hal tersebut adalah pokok

    pewahyuan dari Allah dan iman para murid. Santo Paulus mengatakan bahwa

    Yesus “oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati dinyatakan Anak Allah yang

    berkuasa” (Rm 1:4). Dalam khotbah petrus pada hari Pentakosta tidak memakai

    “Anak Allah” tetapi “Tuhan Kristus.” Yang dimaksud adalah dengan kebangkitan

    Allah menyatakan “dukungan”-Nya terhadap Yesus. Dengan kebangkitn menjadi

    jelas, bahwa Yesus sungguh diutus oleh Allah.

    Yang terpenting adalah dengan kebangkitan Yesus, jelas bahwa ia diterima

    oleh Allah, padahal dengan wafat disalib sudah menandakan bahwa Ia ditolak

    oleh Allah. Kebangkitan Yesus tidak hanya mengubah pandangan para murid

    terhadap Yesus sendiri, melainkan juga terhadap wafat-Nya. Bagi orang Yahudi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    segala kemalangan di dunia ini hukuman untuk dosa (Yoh 9: 1-2), apalagi

    kematian. Dengan kebangkitan Yesus menjadi jelas jika Ia bukan lah Seorang

    pendosa. Wafat-Nya juga bukan hukuman untuk dosa melainkan untuk dosa-dosa

    seluruh umat manusia (Dalam buku iman katolik: 292).

    Kebangkitan Yesus menegaskan ke-Allah-an Yesus. “Apabila kamu telah

    meninggikan Anak Manusia, barulah kamu ta, bahwa Akulah Dia” (Yoh 8-28).

    Kebangkitan orang yang tersalib itu, menerangkan bahwa Ia dengan

    Sesungguhnya “AKU ADA,” Putra Allah, Allah sendiri. Rasul Paulus

    menjelaskan kepada orang Yahudi bahwa “janji yang diberikan kepada nenek

    moyang kita, telah digenapi Allah kepada kita, keturunak mereka, dengan

    membangkitkan Yesus. Seperti yang ditulis pada mazmur kedua: Anak-Kulah

    Engkau (Kis 13:32-33). Kebangkitan Yesus merupakan hubungan erat dengan

    penjelmaan Allah menjadi manusia. Sesuai dengan rencana Allah yang abadi Ia

    merupakan pemenuhan-Nya.

    Dengan demikian harapan akan kebangkitan sesudah kematian bagi kita

    manusia sudah direncanakan oleh Allah. Dengan kata lain kita jika kita

    mengimani doa prefasi ini kita diyakinkan oleh Allah sendiri bahwa melalui

    Yesus kita diberi tempat yang layak disisi Allah yaitu di surga (KGK: 653).

    3. Prefasi II “Kristus Menang Atas maut”

    TPE (21b) dalam doa prefasi disebutkan sebagai berikut: “Sebab Ia

    menerima maut sorang diri supaya kami semua tidak mati; bahkan Ia sudah rela

    wafat seorang diri, supaya kami semua hidup bagi-Mu untuk selama-lamanya. Di

    dalam doa ini saya menangkap bahwa Yesus Kristus menerima hukuman mati

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    yang diberikan kepada-Nya, dalam doa ini Dia rela mati seorang diri agar kita

    dapat hidup selamanya dan mewatakan Kerajaan-Nya. Di sini dikatakan Kristus

    menang akan maut, Ia bangkit dan tinggal bersama Bapa disurga. Kemenangan ini

    bukan hanya untuk diri-Nya saja, melainkan untuk kita umat yang mengimani-

    Nya.

    Kebangkitan itu adalah karya Allah. Yesus juga tidak pernah dikatakan

    dalam kitab suci bahwa Ia bangkit sendiri; melainkan “dibangkitkan”. Yang

    membangkitkan ialah Allah Bapa. Kebangkitan itu rahmat, anugerah dari Allah.

    Maka dengan demikian kemenangan Kristus dari maut adalah sebuah karya Allah

    yang ingin menunjukkan keagunggan-Nya. Kita manusia sebenarnya tidak dapat

    memahami arti kebangkitan itu sendiri, karena kebangkitan tidak dapat dimengerti

    berpangkal pada hidup manusia di dunia ini. Kebangkitan tidak berarti bahwa kita

    hidup kembali, seperti pada Lazarus yang kemudian hari akan menginggal lagi,

    Lazarus belum menerima “tubuh rohani” (1 Kor 15:45), tetapi ia dikembalikan

    pada hidup yang fana ini dan harus mati lagi.

    Lain dengan kebangkitan Yesus Kristus, yang dimana “Ia bangkit dari

    antara orang mati, Ia tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia” (Rm 6:9).

    “Yesus beralih dari dunia ini kepada Bapa” (Yoh 13:3) dan masuk ke dalam dunia

    Ilahi. Dengan demikian Yesus menang atas maut karena Ia tidak mati lagi setelah

    Ia bangkit, Ia kembali pada Bapa disurga, dengan kematian dialami suatu

    perubahan dalam hubungan antaara jiwa dan badan, dan perubahan itulah yang

    disebut kebangkitan. Dalam kebangkitan hal tersebut di balik: badan ditentukan

    jiwa, yang dipenuhi oleh Roh. Maka dari itu, dengan kebangkitan diciptakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    waktu dan tempat yang baru: surga yang baru dan dunia yang baru (Why 21:2)

    (Iman Katolik: 465-466).

    4. Prefasi III “Kristus Keselamatan dan Kehidupan”

    TPE (21b) doa prefasi disebutkan sebagai berikut “Sebab dalam Dia dunia

    diselamatkan, umat manusia diberi kehidupan, dan orang mati dibangkitkan. Demi

    Kristus itu pula para malaikat menyembah keagungan-Mu dalam sukacita abadi”.

    Di dalam doa ini saya menangkap bahwa kita diberi keselamatan dalam Yesus

    melalui wafat dan kebangkitan-Nya. Yesus sebagai juru selamat kita Ia rela mati

    untuk menebus dosa-dosa manusia, bukan hanya pada waktu itu tetapi juga hingga

    sampai saat ini. Pemahaman saya akan prefasi ini mengingatkan kembali bahwa

    kita manusia yang memiliki kerabat atau teman bahkan keluarga yang telah

    meninggal akan diberi keselamatan yang dijanjikan oleh Yesus Kristus sendiri

    kepada kita.

    Dalam Kitab Suci, sudah dimaklumkan terlebih dahulu sebagai misteri

    penebusan yag mencakup segala sesuatu, artinya sebagai tebusan yang

    membebaskan manusia dari perhambaan dosa. Santo Paulus sendiri mengakui

    bahwa “Kristus telah wafat untuk dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci”.

    Wafat Yesus tersebut adalah sebuah permenuhan dari nubuat mengenai hamba

    Allah yang menderita. Yesus sendiri menjelaskan arti kehidupan dan kematian-

    Nya dalam terang kata-kata hamba Allah ini (KGK 601).

    Cinta Allah yang menebus dan mencakup segala sesuatu. Yang berarti

    dengan menyerahkan Yesus karena dosa kita, Allah sendiri menunjukan bahwa

    rencana-Nya untuk kita tersebut penuh dengan satu keputusan cinta yang penuh

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    kebaikan dan mendahului setiap jasa dari pihak kita. “inilah kasih itu” hal tersebut

    menunjukan bahwa bukan kita yang mengasihi Allah melainkan Allah mengasihi

    kita lewat Tuhan kita Yesus Kristus sebagai keselamatan dan kehidupan kita. Hal

    tersebut nampak ketika Yesus wafat untuk menebus dosa-dosa kita (KGK 604).

    5. Prefasi arwah IV “Ditebus Oleh Wafat Kristus”

    Dalam prefasi IV doa disebutkan sebagai berikut “Sebab kami dilahirkan

    oleh kuasa cipta-Mu, hidup kami diatur oleh kebijaksanaan-Mu dan atas

    ketentuan-Mu pula kami kembali menjadi tanah sebagai dosa. Namun, kami sudah

    ditebus oleh wafat Putra-Mu dan seturut kehendak-Mu, kami akan dibangkitkan

    supaya ikut serta menikmati kebahagiaan mulia bersama Yesus Kristus, Tuhan

    kami. Dalam doa tersebut nampak bahwa kita sebagai manusia yang hidup di

    dunia seturut dengan kehendak Allah, mulai dari lahir, hidup dan mati kita. Dalam

    doa tersebut nampak bahwa Allah pencipta yang bijaksana, dalam artian bahwa ia

    memiliki kuasa terhadap kita manusia yang percaya kepada-Nya.

    Yesus turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Nya,

    melainkan kehendak Bapa-Nya yang telah mengutus-Nya (Yoh 6:38). Dan karena

    ini lah kita sebagai manusia dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh

    persembahan tubuh Yesus Kristus. Sudah sejak pertama bahwa Yesus yang

    menjadi manusia menghayati rencana keselamatan ilahi mengenai perutusan-Nya

    sebagai penebus. Pengurbanan diri Yesus adalah bentuk persekutuan-Nya kepada

    Allah dengan penuh cinta, “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan

    nyawa-Ku. Hal tersebut menunjukan bahwa Yesus memang sudah diutus oleh

    Bapa untuk melakukan kehendak Bapa di dunia, agar manusia sadar bahwa kita

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    tidak luput dari dosa, maka Yesus rela mati untuk penebus dosa kita agar kita

    percaya bahwa Allah sungguh mengasihi kita manusia(KGK 606).

    Yesus menampung cinta Bapa-Nya terhadap manusia dalam hati

    manusiawi-Nya sendiri, Ia menunjukan cinta-Nya kepada kita sampai dengan

    kesudahan-Nya. “Karena tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang

    yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13) dengan

    demikian dalam kesengsaraan dan kematian-Nya kodrat manusiawi-Nya menjadi

    alat sukarela dan sempurna dari cinta ilahi-Nya, yang menghendaki keselamatan

    manusia. Dengan pernyataan tersebut terlihat bahwa Yesus sudah rela sejak

    pertama diutus oleh Bapa untuk menebus dosa kita manusia, agar kita semakin

    percaya kepada Bapa dan semakin mengimani-Nya (KGK 609).

    6. Prefasi V “Dipanggil Untuk Hidup Bersama Kristus”

    Dalam Prefasi V doa disebutkan sebagai berikut “Sebab kami yang

    seharusnya binasa karena dosa telah ditebus oleh kemenangan Kristus atas maut,

    dan karena kemurahan serta kebaikan-Mu kami di panggil untuk hidup bersama

    Dia, Tuhan dan pengantara kami” dalam doa ini diperlihatkan bahwa Yesus yang

    mati di salib bertujuan untuk menebus dosa manusia karena kemurahan serta

    kebaikan-Nya.

    Kristus akan membangkitkan kita “pada hari kiamat” tetapi dalam arti

    tertentu kita telah bangkit bersama Kristus dalam arti tertentu. Dengan Roh

    Kudus, kehidupan kita di dunia ini sudah merupakan keikutsertaan pada kematian

    dan kebangkitan Kristus (KGK 1002).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan dalam Dia kamu

    turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah

    membangkitkan Dia dari orang mati. Karena itu kalau kamu dibangkitkan

    bersama dengan Kristus, carilah perkara yang diatas, dimana Kristus duduk, di

    sebelah kanan Allah” (Kol 2:12; 3:1) dalam kutipan teks tersebut disebutkan

    bahwa kita yang telah dikubur dalam baptisan akan dibangkitkan karena kita

    percaya kepada Allah yang sudah membangkitkan Yesus dari mati untuk hidup

    bersama Allah selamanya di surga.

    Kita sebagai umat beriman telah disatukan dengan Kristus melalui

    pembabtisan dan karena itu sekarang juga telah mengambil bagian dalam

    kehidupan surgawi Kristus yang telah dibangkitkan. Tetapi kehidupan ini

    tersembunyi, tersembunyi di dalam Kristus di dalam Allah (Kol 3:3). Di dalam

    Kristus ia telah membangkitkan kita juga memberikan tempat bersama sama

    dengan Dia Disurga. Sebagai orang yang telah dipuaskan dengan tubuh-Nya

    dalam ekaristi kita sebagai manusia sudah termasuk dalam Kristus. Jikalau kita

    bangkit pada hari kiamat, kitapun akan menyatakan diri bersama dengan Dia

    dalam kemuliaan (Kol3:4).

    Dari beberapa pernyataan dan berbagai sumber diatas dapat ditarik

    kesimpulan bahwa Ekaristi adalah perayaan iman yang dimana di dalam gereja

    mengungkapkan seluruh iman akan penyelamatan Allah yang terjadi dalam Yesus

    Kristus. Umat bersatu di dalam perayaan Ekaristi untuk mengimani Kristus

    sebagai sumber keselamatan dan puncak hidup Kristiani, karena nampak

    pengungkapan diri gereja sebagai sakramen yang paling mendasar. Karena dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Ekaristi persatuan dengan Kristus dan tentu saja dengan seluruh umat ditampilkan

    dalam tanda-tanda

    Kematian adalah suatu peristiwa penting dalam kehidupan setiap orang,

    kita sebagai umat manusia tidak bisa menolak akan hal tersebut bahwa suatu

    ketika kita akan mati atau meninggal. Kita juga tidak akan tau apa yang terjadi

    setelah kita meninggal. Dengan kehidupan dan diri kita sendiri banyak cara yang

    kita lakukan untuk mempertahankan kehidupan. Dengan demikian kita sebagai

    umat Kristiani yang berpendapat tentang kematian akan dibangkitkan kembali

    oleh Tuhan dan diterima di dalam surga-Nya. Ucapan syukur tersebut menjadikan

    sebuah pengalaman kongkrit kita saat merayakan Ekaristi, dan menggabungkan

    ucapan syukur melalui perantara imam.

    Prefasi Arwah adalah rangkaian doa sebelum memasuki Doa Syukur

    Agung yang berisi tentang pujian dan Syukur yang meriah. Dengan imam kita

    melakukan dialog pujian dan syukur yang meriah kepada Allah untuk selalu

    memuji dan bersyukur kepada-Nya atas segala berkat dan rahmat dalam

    kehidupan kita. Prefasi arwah sendiri menunjukan bahwa Yesus wafat dan bangkit

    seturut dengan kehendak Allah, dengan kata lain kita yang beriman kepada Allah

    juga akan mengalami hal demikian. Hal tersebut sudah ditampakkan pada setiap

    bagian prefasi yang ditunjukan, mulai dari harapan kebangkitan, Kristus yang

    menang akan maut, Kristus keselamatan dan kehidupan, ditebus oleh wafat

    Kristus, dan dipanggil untuk hidup Bersama Kristus. Dari kelima prefasi ini ingin

    menunjukan bahwa kematian bukanlah hal yang menakutkan melainkan untuk

    permenuhan janji Allah kepada kita untuk kehidupan yang kekal di surga.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    C. Penelitian yang Relevan

    Dengan berbagai macam sumber yang di dapat, penelitian ini adalah penelitian

    yang relevan. Didapat dari sumber yang sudah menerangkan tentang Prefasi

    Arwah, walaupun belum banyak yang menulis tentang Prefasi Arwah.

    D. Fokus Penelitian

    Fokus penelitian ini adalah penghayatan prefasi arwah di lingkungan St.

    Yoakim Demangan paroki Santa Theresia Sedayu. Fokus tersebut diambil penulis

    untuk membantu umat dalam menghayati Prefasi Arwah. Dengan tujuan utama

    yaitu membantu umat untuk lebih menghayati Prefasi khususnya Prefasi Arwah,

    kemudian membantu umat unutk menemukan makna dari penghayatan Prefasi

    Arwah yang kemudian bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Agar

    kedepannya umat mampu untuk lebih menghayati doa dalam Prefasi, khususnya

    dalam Prefasi Arwah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Dalam bab II penulis menguraikan topik-topik tentang Prefasi arwah

    dalam Doa Syukur Agung menurut bahan-bahan kepustakaan yang ada, sehingga

    dapat menjelaskan pemahaman tentang penghayatan Prefasi Arwah dalam Doa

    Syukur Agung. Bab Metode Penelitian ini dilaksanakan sebagai bentuk usaha

    untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai Penghayatan Prefasi

    Arwah di lingkungan Santo Yoakim Demangan paroki Santa Theresia Sedayu.

    Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan jenis penelitian, tempat dan waktu,

    responden penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik keabsahan

    data, objektivitas data, dan teknik analisis data.

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

    deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

    dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan kepada latar dan individu tersebut secara

    holistik. Penulis tidak boleh mengisolasikan individu atau dalam organisasi ke

    dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandang sebagai bagian dari suatu

    keutuhan (Moleong, 2012 : 5).

    Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,

    dengan menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan yang

    melibatkan berbagai metode. Dalam penelitian ini metode yang dilakukan

    biasanya wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen. (Denzim dan

    Lincoln 1987). Penelitian ini memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau

    sekelompok orang.

    Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif

    fenomenologis. Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau

    pengalaman fenomenologikal. Ia suatu studi tentang kesadaran dari perspektif

    pokok dari seseorang (Husserl). Fenomologi menggambarkan arti sebuah

    pengalaman hidup untuk beberapa orang tentang sebuah konsep atau fenomena.

    Orang-orang yang terlibat dalam menangani sebuah fenomena melakukan

    eksplorasi terhadap struktur kesadaran pengalaman hidup manusia (Creswell

    1998). Istilah fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan umum untuk

    menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang

    ditemui.

    B. Desain penelitian

    Penelitian ini menggunakan desain studi kasus. Penelitian ini bertujuan

    untuk mengekplorasi isu yang spesifik dan kontekstual secara mendalam. Lingkup

    desain penelitian studi kasus sangat terbatas dan hasilnya hampir selalu tidak bisa

    diaplikasikan pada konteks atau tempat yang lain. Studi kasus sebagai desain

    penelitian kualitatif menerapkan etnografi dengan wawancara mendalam dan

    observasi partisipatoris sebagai teknik pengumpulan datanya. Fokus penelitian

    studi kasus sangat terbatas. Biasanya hanya fokus pada satu isu. Studi kasus

    berlangsung di Lingkungan Santo Yoakim Demangan Paroki Sedayu. Isu yang

    spesifik adalah penghayatan Prefasi Arwah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. menggambarkan penghayatan Prefasi Arwah dalam Doa Syukur Agung

    diantara umat lingkungan St. Yoakim Demangan

    2. mengukur pengenalan Prefasi Arwah dan jenis-jenisnya diantara umat

    lingkungan St. Yoakim Demangan.

    3. meningkatkan penghayatan Prefasi Arwah diantara umat Lingkungan Santo

    Yoakim Demangan.

    D. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian berlangsung di lingkungan Santo Yoakim Demangan paroki

    Santa Theresia Sedayu. Lingkungan ini masih minim penghayatan Prefasi Arwah

    dalam liturgi arwah. Hal ini menjadi alasan bagi penulis memilih lingkungan

    Yoakim Demangan Paroki Santa Theresia Sedayu. Penelitian ini berlangsung

    dalam kurun waktu satu bulan, yakni pada pertengahan Juni 2019 – pertengahan

    Juli 2019.

    E. Responden Penelitian

    Responden adalah pihak-pihak yang memberikan informasi berkaitan

    dengan data penelitian. Dalam penelitian kualitatif manusia adalah responden

    yang merupakan instrumen responsif terhadap lingkungan dan terhadap pribadi-

    pribadi yang menciptakan lingkungan (Moleong, 2012: 169). Peran responden

    dalam penelitian adalah memberikan informasi data yang penulis butuhkan dan

    memberikan masukan kepada penulis secara langsung maupun tidak langsung.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    Responden penelitian ini adalah umat Santo Yoakim Demangan paroki

    Santa Theresia Sedayu. Alasan dalam pemilihan responden adalah kemampuan

    mereka dalam mememberikan informasi yang akurat dan terpercaya. Dengan

    demikian, responden dalam penelitian ini adalah beberapa umat Santo Yoakim

    Demangan paroki Santa Theresia Sedayu. Penulis memilih 6 responden karena

    mereka tokoh dan aktivis lingkungan. Informasi responden lebih dari cukup untuk

    kebutuhan riset.

    F. Pertanyaan penelitian

    Dalam skripsi ini pertanyaan yang diajukan dalam wawancara adalah sebagai

    berikut.

    1. Apa yang dimaksud dengan prefasi arwah?

    2. Seberapa penting prefasi arwah untuk bapak ibu?

    3. Ada berapa prefasi Arwah?

    4. Bagaimana bapak/ibu menghayati prefasi arwah?

    5. Kapan bapak/ibu mengenal prefasi arwah?

    6. Apakah bapak/ibu menghayati setiap prefasi arwah?

    7. Apakah dengan prefasi arwah bapak/ibu dapat menghayati dalam

    kehidupan sehari-hari?

    G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

    1. Teknik pengumpulan data

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data

    dengan metode wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud

    tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

    memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

    Dengan metode wawancara penulis mengharapkan mendapatkan data yang

    mendalam dari narasumber sesuai kebutuhan. Wawancara dilakukan kepada umat

    lingkungan Santo Yoakim Demangan Paroki Santa Theresia Sedayu. Hasil

    wawancara yang berbentuk lisan akan penulis ubah ke dalam bentuk tulisan

    sehingga memudahkan untuk mengolah.

    2. Instrumen Pengumpulan Data

    Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan

    tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, hasil rekaman

    wawancara. Jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, dan sumber

    data tertulis. (Moleong 2012: 157 mengutip Lofland dan Lofland). Dalam

    penelitian ini penulis menggunakan alat rekam dan alat dokumentasi guna

    membantu penulis dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan selama penelitian.

    H. Teknik Keabsahan Data

    Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik

    pemeriksaan. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan

    (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan

    kepastian (confirmability) (Moleong, 2012: 324).

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan kriteria kepercayaan (credibility).

    Kriterium ini berfungsi: pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa

    sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan

    pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti (Moleong,

    2012:324). Penulis memilih satu kriteria yaitu kepercayaan (credibility) karena

    penulis mempercayai bahwa jawaban dari responden adalah jawaban yang

    mereka ketahui dan tidak dibuat-buat. Penulis juga mempercayai bahwa jawaban

    responden bukan jawaban yang asal, tetapi di dapat dari pemahaman mereka.

    I. Teknik Analisis Data

    Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

    mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

    mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang penting dan

    yang dipelajari, dan memutuskan yang dapat diceritakan kepada orang lain

    (Moleong, 2012:248).

    Mengenai analisis data kualitatif, Seiddel (dalam Moleong, 2012:248)

    menjabarkan prosesnya sebagai berikut. Pertama penulis mencatat yang

    menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya

    tetap dapat ditelusui. Kedua, penulis mengumpulkan, memilah-milah,

    mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.

    Ketiga, penulis berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai

    makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat

    temuan-temuan umum.

    Dalam menentukan keabsahan penulis memilih kategori derajat kepercayaan

    (credibility). Penulis memilih kategori tersebut karena melihat umat yang

    menjawab pertanyaan dengan pengetahuan mereka, penulis juga mempercayai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    bahwa jawaban tersebut dari hasil pemahaman dan penghayatan responden

    tersebut, tidak ada jawaban yang mereka karang, tetapi murni dari pengetahuan

    dan penghayatan umat sendiri.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN TINDAK LANJUT

    A. Hasil Penelitian

    Pada bab sebelumnya, penulis telah mendapatkan tujuan penelitian, kemudian

    menentukanan responden, menyusun pertanyaan panduan wawancara kemudian

    teknik dan instrumen pengumpulan data.

    Kemudian dalam Bab IV ini, penulis akan memaparkan hasil wawancara

    dengan responden. dalam bab IV penulis juga akan menyimpulkan hasil

    wawancara yang dimasukkan dalam penelitian yang sehingga penulis dapat

    menyimpulkan rencana program yang dapat mengubah pemahaman atau

    penghayatan umat.

    1. Profil Paroki dan Lingkungan

    a. Sejarah Singkat Paroki Sedayu

    Keberadaan umat katolik di Sedayu dan sekitarnya bukan proses yang

    berkembang dalam waktu yang singkat dan mudah. Tentu perlu proses yang

    berjalan setahap demi setahap. Namun, pada waktu itu tidak ada dokumentasi

    yang memadai. Sebuah catatan yang berkorelasi dengan itu menyatakan pada 14

    April 1922, seorang pastor bernama Jean Babtist Palinckx, SJ. menjadi pastor

    pertama yang bertugaskan di Stasi Yogyakarta. Pada saat itu, umat Stasi

    Yogyakarta meliputi Kedu, Bagelan, dan Banyumas. Jumlah keseluruhan sekitar

    seribu orang.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Pada masa itu, di perempatan Sedayu terdapat pabrik penggilingan tebu

    yang sedang di ambang kebangkrutan. Pabrik ini kemudian masih berjalan sampai

    dengan kedatangan tentara Jepang. Di dekat pabrik tersebut, terdapat stasiun

    kereta api, yang merupakan stasiun terbesar di Yogyakarta bagian barat. Sekitar

    pabrik menjadi daerah yang ramai. Diantara warga di sana, terdapat umat Katolik.

    Mereka didatangi katekis Yoseph Poerwodiwiryo untuk menerima pelajaran

    agama Katolik. Namun, ada juga warga Sedayu yang ikut pelajaran agama di

    Yogyakarta.

    Pada 1923, Romo Reksoatmadja SJ berkunjung ke Sedayu. Beberapa

    warga menyambut dengan baik kedatangannya. Nama-nama lain yang tercatat

    pernah datang ke Sedayu adalah Pastor H Nollen M.S.C. pada 18 Desember 1921

    dan Pastor H. Van Drissche. Pada 1924 Romo Reksoatmadja SJ bersama pastor

    Karl de Hoog, SJ. Pada saat itu Pastor De Hoog tengah bertugas di Muntilan.

    Tahun berikutnya Romo Reksoatmadja datang bersama Pastor Strater, SJ dan

    mengadakan pertemuan dengan 25 warga Sedayu untuk memberikan ajaran

    agama Katolik.

    Proses berkembangnya komunitas Katolik di Sedayu ini bukan tanpa

    hambatan. Sebagian Warga yang tidak suka dengan aktivitas para misionaris ini.

    Meskipun demikian, akhirnya Ekaristi pertama bisa dilangsungkan di Sedayu

    pada 14 Januari 1926. Ekaristi ini dihadiri 180 warga, 30 diantaranya sudah

    menjadi Katolik dan menerima Sakramen Mahakudus.

    Mengetahui bahwa sebagian besar umat Sedayu belum bisa membaca dan

    menulis, Romo Reksoatmadja, SJ dan Pastor Strater, SJ tergerak hati untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    memprakarsai sekolah-sekolah untuk masyarakat umum. Mereka kemudian

    mendirikan Volkschool di Nglahar-Tiwir, Volkschool di Kaliduren dan

    Vervolkschool di Gubug. Pastor Strater, SJ yang saat itu memimpin Novisiat SJ di

    Yogyakarta kemudian memecah Yogykarta menjadi 8 stasi utama dan 25 stasi

    pembantu. 8 stasi utama ini adalah Medari, Somohitan, Mlati, Klepu-Ngijon,

    Wates, Bantul, Wonosari, dan Kalasan. Sedayu dan Ganjuran termasuk stasi

    pembantu.

    Melihat perkembangan yang menggembirakan di Sedayu, Romo

    Reksoatmadja, SJ dan Pastor Strater, SJ mencetuskan gagasan untuk mendirikan

    gereja di Sedayu. Peristiwa ini terjadi pada 1925. Mereka kemudian mencari

    sebidang tanah dengan harga 300 ribu gulden. Mangoendarmo, seorang penguasa

    tanah di Gubug bersedia melepas sebidang tanahnya yang terletak di tepi sungai.

    Mangoendarmo yang semula tinggal di tanah tersebut kemudian pindah di tengah

    dusun. Proses jual beli tanah ini menjadi awal keterlibatan Mangoendarmo dalam

    penyebaran agama Katholik (https://parokisedayu.org/).

    b. Sejarah Singkat Lingkungan Santo Yoakim Demangan

    Demangan berasal dari kata demang yang mempunyai sejarah ketika orang

    kraton yang datang di desa Demangan kemudian Ki Demang membawa teman

    temannya yang diantaranya Mbah yang bernawa Atemo yang sudah beragama

    Katolik kemudian menyebarkan agama Katolik di desa Demangan.

    Lingkungan Santo Yoakim Demangan adalah lingkungan paling selatan di

    Paroki Santa Theresia Sedayu. Lingkungan ini memiliki 3 blok, yaitu blok A, blok

    B, dan blok C. Dalam sejarahnya, lingkungan Yoakim Demangan adalah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    https://parokisedayu.org/

  • 40

    lingkungan yang memiliki teritorial yang cukup besar. Lingkungan Yoakim ini

    juga lingkungan yang tertua di Paroki Santa Theresia Sedayu. Ia lingkungan yang

    pada jamannya memiliki berbagai macam kegiatan yang dahulu dilakukan oleh

    para kaum muda yang sekarang menjadi tokoh-tokoh di Lingkungan Santo

    Yoakim Demangan. Lingkungan ini dahulunya diketuai oleh Bernadus Adi

    Sutrisno yang menjadi penggerak berbagai macam kegiatan di Lingkungan Santo

    Yoakim Sedayu.

    2. Profil Responden

    Responden 1 – dengan inisial DL, adalah mantan prodiakon periode 1995-1998 di

    lingkungan St. Yoakim Demangan

    Responden 2 – dengan inisial BK, merupakan salah satu pengurus lingkungan dan

    mantan prodiakon periode 2005-2012 di lingkungan St. Yoakim Demangan

    Responden 3 – dengan inisial AOL, merupakan salah satu pengurus Lingkungan

    St. Yoakim Demangan periode 2014-2016

    Responden 4 – dengan inisial MMS, merupakan guru agama yang terlibat dalam

    kepengurusan di lingkungan St. Yoakim Demangan 2021-2015

    Responden 5 – dengan inisial BS, Ketua Lingkungan Lingkungan St. Yoakim

    Demangan 2018-2019

    Responden 6 – dengan inisial YS, Merupakan mantan prodiakon periode 2017-

    2019 di lingkungan St. Yoakim Demangan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    Ke-enam responden dipilih karena mereka tokoh di dalam lingkungan dan

    memiliki peran di dalam lingkungan. Penulis memilih responden karena

    pengetahuan mereka lebih dari umat yang lain.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    3. Hasil Wawancara

    Pada bagian ini penulis menyajikan jawaban atau tanggapan dari responden tentang bagaimana penghayatan prefasi arwah di

    Lingkungan Santo Yoakim Demangan Untuk mendapatkan tanggapan tentang hal tersebut, penulis sudah menyiapkan beberapa

    pertanyaan kunci yang dapat dijawab oleh responden. Pada bagian ini, penulis mengajukan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan

    tanggapan yang komprehensif tentang penghayatan Prefasi Arwah di Lingkungan Yoakim Demangan.

    a. Apa yang dimaksud dengan prefasi arwah?

    Responden 1 2 3 4 5 6

    Jawaban

    responden

    Prefasi itu kan

    pembukaan untuk

    menuju Ekaristi,

    Prefasi Arwah ini

    tidak ada data

    yang pasti,

    maksudnya kita

    mengarang, kalau

    saya dalam

    prefasi arwah itu,

    arwah siapa yang

    dimohonkan

    kemudian arwah

    itu kita mohonkan

    kepada Tuhan

    Kalau dalam

    arti yang

    sebenarnya mas

    itu saya nggak

    tahu tapi kalau

    menurut saya

    itu hanya

    sebagai apa ya

    mas untuk

    liturgi tata cara

    dalam

    pembuatan teks

    panduan unutk

    arwah itu

    .[wawancara

    Prefasi

    dalam arwah

    ya, kalau

    untuk saya

    Prefasi

    Arwah

    berarti kita

    menyiapkan

    hati kita

    untuk selalu

    siap

    mengarahkan

    hati kepada

    Tuhan.

    Berarti hati

    Kalau dari saya ya

    mas setahu saya

    prefasi arwah itu

    adalah bagian dari

    doa syukur agung

    yang membawa kita

    untuk bersyukur

    akan Kristus yang

    memberi kehidupan

    dan

    kematian.[wawancar

    a R4, 30 Juni 2019]

    Prefasi

    Arwah

    adalah

    komunikasi

    kita dengan

    Tuhan yang

    dimana kita

    memohon

    untuk arwah

    yang kita

    doakan

    kepada

    Tuhan.

    [wawancara

    R5, 2 Juli

    Yang dimaksud

    Prefasi Arwah

    dalah doa ajakan

    untuk mengawali

    Doa Syukur

    Agung dalam

    misa arwah atau

    dalam

    memule(peringata

    n) dipanggilnya

    mengahadap

    Tuhan untuk bisa

    lebih

    mengarahkan hati

    kepada Tuhan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    sebagaimana

    arwah itu

    nantinya

    mendapat berkat

    karena cinta kasih

    Tuhan melalui

    Ekaristi itu kita

    mohon kepada

    Kristus karena

    Kristus adalah

    Pengampun

    segala umat.

    lebih-lebih umat

    kristiani selalu

    percaya kepada

    Kristus bahwa

    adalah satu-

    satunya

    permohonan kita

    serahkan karena

    kepercayaan kita

    karena kita

    serahkan kepada

    Tuhan

    saja.[Wawancara

    R1, 28 juni 2019]

    R2, 29 Juni

    2019]

    kita selalu

    disiapkan

    ketika kita

    itu mau

    berbicara

    pada Tuhan.

    [wawancara

    R3, 30 Juni

    2019]

    2019]

    dengan layak dan

    sepantasnya

    karena sebagai

    manusia berdosa

    yang dijanjikan

    akan menerima

    pesta perjamuan

    abadi bersama

    para kudus di

    surga.[wawancara

    R6, 5 Juli 2019]

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    b. Seberapa penting penghayatan prefasi arwah?

    Responden 1 2 3 4 5 6

    Jawaban Dalam

    jawaban itu

    kalau tidak

    penting

    mestinya tidak

    ada prefasi

    dalam itu saya

    meyakini

    bahwa Prefasi

    dalam Arwah

    itu sungguh-

    sungguh kita

    percaya

    dengan

    menyerahkan

    diri kepada

    Kristus

    melalui

    Ekaristi di

    dalam misa

    arwah itu dan

    saya

    diteguhkan

    dan mendapat

    Prefasi arwah

    juga penting

    karena

    mengingatka

    n kita yang

    masih hidup

    supaya kita

    dipanggi