penghayatan prefasi arwah di lingkungan santo …repository.usd.ac.id/36356/2/141124007_full.pdf ·...
TRANSCRIPT
-
i
PENGHAYATAN PREFASI ARWAH DI LINGKUNGAN SANTO
YOAKIM DEMANGAN PAROKI SANTA THERESIA SEDAYU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
Oleh:
Bonaventura Winaz Gaung Kumara
NIM: 141124007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
PERSEMBAHAN
Untuk Yohanes Sumarno dan () Theresia Ambar Sundarti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
MOTTO
“Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu.”
(Mazmur 130:1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
ABSTRAK
Judul skripsi PENGHAYATAN PREFASI ARWAH DI
LINGKUNGAN SANTO YOAKIM DEMANGAN PAROKI SANTA
THERESIA SEDAYU penulis pilih karena keingintahuan terhadap penghayatan
umat di Lingkungan Santo Yoakim Demangan akan Prefasi Arwah dalam Doa
Syukur Agung.
Latar belakang penulisan skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis
mengenai situasi penghayatan umat akan Prefasi khususnya Prefasi Arwah.
Penulis melihat bahwa pemahaman dan penghayatan umat di Lingkungan Santo
Yoakim Demangan Paroki Santa Theresia Sedayu saat ini masih belum begitu
sempurna, tetapi umat sudah bisa memberikan gambaran tentang penghayatan
Prefasi khususnya Prefasi Arwah. Penulis hanya menambahkan beberapa
pemahaman akan penghayatan dari Prefasi khususnya Prefasi Arwah.
Terdapat tiga persoalan pokok dalam skripsi ini yang membantu penulis
dalam melakukan riset dan menemukan hasil dari persoalan yang sudah
ditentukan penulis, yang antara lain adalah: Sejauh mana pemahaman umat
Lingkungan Santo Yoakim Demangan tentang letak Prefasi dalam Doa Syukur
Agung? Selain itu juga bagaimana penghayatan dan pemahaman umat tentang
Prefasi Arwah dalam Doa Syukur Agung di Lingkungan Santo Yoakim
Demangan? Dan bagaimana umat memahami dan menghayati Prefasi khususnya
Prefasi Arwah dalam kehidupan sehari-hari? Untuk mengkaji masalah tersebut
penulis melaksanakan penelitian di Lingkungan Santo Yoakim Demangan Paroki
Santa Theresia Sedayu dengan cara wawancara kepada umat sebanyak enam
responden, sehingga memperoleh data dari hasil penelitian tersebut.
Hasil akhir penelitian menunjukan dari tiga persoalan pokok tersebut
membuahkan hasil bahwa pemahaman umat akan letak Prefasi Arwah masih perlu
adanya pemberian katekese tentang macam-macam Prefasi Arwah. Kemudian
pemahaman dan penghayatan Prefasi Arwah di Lingkungan Santo Yoakim
Demangan perlu diberikan katekese yang mendalam tentang penghayatan Prefasi
khususnya Prefasi Arwah agar umat bisa lebih dalam menghayati Prefasi
khususnya Prefasi Arwah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan rekoleksi
penghayatan Prefasi Arwah yang merupakan usulan progam bagi umat di
Lingkungan Santo Yoakim Demangan diharapkan dapat meningkatkan
penghayatan prefasi khususnya Prefasi Arwah agar penghayatan umat semakin
berkembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
ABSTRACT
This undergraduate thesis entitled THE APPRECIATION OF SPIRIT
PREFACE IN SANTO YOAKIM DEMANGAN DISTRICT SANTA
THERESIA SEDAYU PARISH is chosen because the author’s curiosity toward
the appreciation of the people in Santo Yoakim Demangan district about The
Soul’s Pref in The Eucharistic Prayer.
The background of this thesis writing starts from the author’s concern
about the appreciation of The Preface, especially The Spirit Preface. The author
overviewed that the understanding and appreciation of the people in Santo
Yoakim Demangan district Santa Theresia Sedayu parish nowadays, still haven’t
been so perfect yet, but the people have could described about the understanding
and appreciation of The Preface, especially The Soul’s Pref . The author only
added few understandings about the appreciation of The Preface, especially The
Spirit Preface.
There are three main issues in this undergraduate thesis which helped the
author while doing the research and finding the results, for example: How far is
the people’s understanding about the location of The Preface in the Eucharistic
Prayer? Beside that how the understanding and appreciation about The Spirit
Preface in The Eucharistic Prayer in Santo Yoakim Demangan district? And also
how the people understand and appreciate The Preface, especially The Spirit
Preface in their daily life? In order to examine the case, the author conducted a
research in Santo Yoakim Demangan district Santa Theresia Sedayu parish by
interviewing six people as the respondents, and get the data form the research
result.
The research final result shows from the three main issues that the
understanding and appreciation of the position of The Soul”s Pref is still need the
provision of catechesis about it. Then the understanding and appreciation about
The Spirit Preface in Santo Yoakim Demangan district is well said, just need a
catechesis about experience fully The Preface, especially The Spirit Preface, so
that the people can appreciate deeper The Preface, especially The Spirit Preface,
in their daily life. The author suggests an experience fully of The Spirit Preface
recollection as a program for the people in Santo Yoakim Demangan district
which is expected can increase their appreciation of The Preface, especially The
Spirit Preface, in order to develop the appreciation of the people.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
berkat sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul
PENGHAYATAN PREFASI ARWAH DI LINGKUNGAN SANTO YOAKIM
DEMANGAN.
Skripsi ini disusun dengan proses yang panjang mulai dari kesulitan
penulis dalam mencari sumber pustaka kemudian wawancara dengan umat yang
membutuhkan waktu di sore hari karena umat masih ada yang bekerja. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi stara satu
dan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Keagamaan Katolik (PAK), Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD)
Yogyakarta.
Penulis menyadari kelancaran dan keberhasilan penulisan skripsi ini tidak
lepas dari bimbingan, bantuan, nasehat, dukungan, doa dan motivasi dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Romo Dr. Bernardus Agus Rukiyanto., selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma, yang telah
memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis. Dan telah
memberikan motivasi yang baik bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.
2. Romo P. Mutiara Andalas, SJ, selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen
penguji pertama , yang telah memberikan motivasi dan dukungan secara sabar
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini serta membimbing penulis
selama proses studi di Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik ini.
3. Segenap Staf, Dosen Program Studi PAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik, membimbing
dan memotivasi selama penulis belajar hingga menyelesaikan skripsi ini.
4. Orang tua penulis, Bapak Yohanes Sumarno dan Alm Ibu Teresia Ambar
Sundarti, yang dengan penuh cinta memberikan doa, semangat, cinta, kasih
sayang, dukungan, perhatian dan pengorbanaannya menghantar penulis
hingga sampai pada jejang pendidikan S1..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
5. Ketua lingkungan Santo Yoakim Demangan Paroki Santa Theresia Sedayu
Bapak Bonifasius Sukirjo yang telah mengijinkan untuk mewawancara umat
di lingkungan Santo Yoakim Demangan.
6. Para umat yang telah bersedia meluangkan waktu untuk dapat diwawancara
dan memberikan jawaban dalam penelitian wawancara untuk membantu
penulis dalam menjalankan penelitian .
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang selama ini
dengan tulus telah memberikan bantuan hingga selesainya skripsi ini.
8. Seluruh sahabat-sahabat angkatan 2014 yang sangat penulis sayangi, yang
telah senantiasa saling mengingatkan, memotivasi, memberikan semangat dan
saling mendukung satu sama lain dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga
penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi
ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan.
Yogyakarta, 05, Desember 2019
Penulis,
Bonaventura Winaz Gaung Kumara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………...... ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………....... iv
MOTTO …………………………………………………………………… v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMI…………………………………....
vii
ABSTRAK ………………………………………………………………… viii
ABSTRACT ………………………………………………………………... ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………... x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xii
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………….. xvi
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………... 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………… 8
C. Tujuan Penulisan………………………………………………….. 9
D. Manfaat Penulisan ………………………………………………… 9
E. Metode Penulisan …………………………………………………. 10
F. Sistematika Penulisan ……………………………………………... 10
BAB II. KAJIAN PUSTAKA……………………………………………... 12
A. Perayaan Ekaristi Arwah menurut Gereja…………………………. 12
1. Ekaristi ………………………………………………………… 12
2. Kematian………………… ……………………………………. 15
3. Kehidupan Setelah Kematian …………………………………. 17
B. Prefasi Arwah ……………………………………………………... 19
1. Prefasi …………………………………………………………. 19
2. Prefasi Arwah I “Harapan akan Kebangkitan “……………....... 20
3. Prefasi Arwah II “Kristus menang atas maut”…………………. 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
4. Prefasi arwah III “Kristus Keselamatan dan Kehidupan”……... 24
5. Prefasi Arwah IV “Ditebus Oleh Wafat Kristus”……………… 25
6. Prefasi Arwah V “Dipanggil untuk Hidup Bersama Kristus”…. 26
C. Penelitian Yang Relevan ………………………………………….. 29
D. Fokus Penelitian ………………………………………………....... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………. 30
A. Jenis Penelitian ……………………………………………………. 30
B. Desain Penelitian ………………………………………………….. 31
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 32
D. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………... 32
E. Responden Penelitian ……………………………………………... 32
F. Pertanyaan Penelitian ……………………………………………... 33
G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data………………………… 33
1. Teknik Pengumpulan Data…………………………………….. 33
2. Instrument Pengumpulan Data………………………………… 34
H. Teknik Keabsahan Data…………………………………………… 34
I. Teknik Analisis Data……………………………………………… 35
BAB IV. HASIL PENELITIAN DN TINDAK LANJUT ………………... 37
A. Hasil Penelitian ……………………………………………………. 37
1. Profil Paroki dan Lingkungan ……………………………......... 37
a. Sejarah Singkat Paroki Sedayu ……………………....... 37
2. Profil responden ……………………………………………….. 40
3. Hasil Wawancara ……………………………………………… 41
a. Apa yang dimaksud dengan Prefasi Arwah? ………….. 41
b. Ada berapakah Prefasi Arwah?………………………... 43
c. Seberapa penting penghayatan Prefasi Arwah?.............. 46
d. Bagaimana penghayatan Prefasi Arwah?……………… 48
e. Kapan mengenal Prefasi Arwah? ……………………... 50
f. Apakah memaknai Prefasi Arwah?……………………. 52
g. Apakah dengan Prefasi Arwah bapak/ibu dapat memaknai dalam kehidupan sehari-hari……..................
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
4. Hasil Pengamatan Lapangan ………………………………...... 59
a. Pemahaman umat tentang Prefasi Arwah ……………... 59
b. Pemahaman umat mengenai jenis-jenis Prefasi Arwah 60
c. Proses penghayatan umat terhadap Prefasi Arwah dalam kehidupan sehari-hari……………………………
60
B. Pembahasan ……………………………………………………….. 61
1. Pengertian Prefasi Arwah ……………………………………... 61
2. Penghayatan umat tentang Prefasi Arwah dan jenis-jenisnya…. 63
3. Penghayatan Prefasi Arwah di Lingkungan Santo Yoakim Demangan Paroki Santa Theresia Sedayu dalam kehidupan
sehari-hari………………………………………………………
64
C. Usulan Program …………………………………………………… 67
1. Latar Belakang…………………………………………………. 68
2. Tujuan Pemilihan Program ……………………………………. 69
3. Usulan Kegiatan Rekoleksi …………………………………… 70
a. Tema …………………………………………………... 70
b. Tujuan …………………………………………………. 70
c. Sasaran atau Peserta …………………………………… 70
d. Tempat dan Waktu ……………………………………. 70
e. Bentuk dan Metode …………………………………… 70
f. Dokumen ……………………………………………… 71
g. Sarana …………………………………………………. 71
h. Matriks ………………………………………………… 72
i. Susunan Acara…………………………………………. 74
j. Detail kegiatan ………………………………………… 75
1. Menghayati Prefasi Arwah ………………………... 76
2. Menjadi umat yang dipanggil untuk hidup bersama Kristus………………………………………………
77
3. Prefasi Arwah sebagai bentuk penghayatan akan
kehidupan setelah kematian ………………………..
78
4. Refleksi dan menentukan niat kongkret…………… 78
5. Misa penutup ……………………………………… 79
BAB V. PENUTUP ………………………………………………………. 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 88
B. Saran ………………………………………………………………. 92
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 94
LAMPIRAN………………………………………………………………... 95
Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian …………………………... (1)
Lampiran 2 : Hasil Wawancara …………………………………………… (2)
Lampiran 3 : Presensi Wawancara………………………………………… (20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Kitab Suci
Ef : Efesus
Flp : Filipi
Ibr : Ibrani
Im : Imamat
Kej : Kejadian
Kis : Kisah Para Rasul
Kol : Kolose
Kor : Korintus
Luk : Lukas
Mat : Matius
Mzm : Mazmur
Ptr : Petrus
Rm : Roma
Why : Wahyu
Yoh : Yohanes
Singkatan Dokumen Gereja
KGK : Katekismus Gereja Katolik
KHK : Kitab Hukum Kanonik
LG : Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja)
SC : Sacrosanctum Concilium (Konstitusi Tentang Liturgi Suci)
TPE : Tata Perayaan Ekaristi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, bagaimana menghayati Prefasi dalam Doa Syukur Agung
umat katolik belum begitu nampak, terlebih dalam prefasi. Gereja sendiri
berupaya mendidik iman melalui perayaan ekaristi, yang salah satu bagian dari
Perayaan Ekaristi adalah Prefasi dalam Doa Syukur Agung. Dalam Perayaan
Ekaristi Doa Syukur Agung adalah bagian yang paling sakral. Dalam Doa Syukur
Agung umat kristiani dipersatukan dengan Kristus. Hati, jiwa, dan pikiran
dipusatkan pada Doa Syukur Agung agar dapat menghayati dengan sungguh Doa
Syukur Agung akan pengenangan perjamuan malam terakhir. Dalam fakta,
banyak umat belum mengerti tentang makna dari Doa Syukur Agung khususnya
dalam prefasi. Umat belum memusatkan diri secara utuh saat Doa Syukur Agung
dalam perayaan Ekaristi.
Perayaan Ekaristi sebenarnya berakar dalam tradisi Yahudi yang telah
mendahuluinya. Perayaan Ekaristi memiliki hubungan erat dengan Perjamuan
Malam Terakhir, menurut ritus Yahudi seperti yang dikatakan oleh orang Yahudi
yang lain walaupun tidak dikatakan dengan jelas, namun boleh diandaikan bahwa
Perjamuan Malam Terakhir adalah perjamuan Paskah. Akan tetapi, gambaran
Paskah tidak memainkan peran yang penting karena yang terpenting ialah Yesus
mengucapkan doa syukur, membagikan roti kepada para rasul, dan mereka semua
makan roti itu setelah mengatakan “Amin”. Perayaan Ekaristi, secara khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
mengajak umat untuk mengambil bagian dalam penyerahan Kristus kepada Bapa,
sekaligus dipersatukan satu sama lain oleh Kristus. Istilah “Ekaristi” berasal dari
bahasa Yunani, eucharista, yang berarti syukur. Oleh karena itu puncak dari
Perayaan Ekaristi adalah Doa Syukur Agung.
Dalam ritus latin Doa Syukur Agung adalah pengenangan perjamuan
malam terakhir. Ada bagian yang sama dari tradisi Yahudi, namun terdapat
perbedaan di antara keduanya. Perbedaan tersebut terlihat Yesus berkata ketika
membagikan roti dan anggur kepada para rasul. Orang Yahudi membagikan roti
dan anggur tanpa berkata sedikitpun, tetapi Yesus memberikan roti kepada mereka
dengan berkata “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagimu” juga pada saat
memberikan piala, Ia berkata “Piala ini adalah Perjanjian Baru dalam darah-Ku.
Roti dan anggur adalah komposisi utama dalam perjamuan terakhir, karena sudah
menjadi bahan utama dalam perjamuan terakhir yang dilakukan Yesus bersama
dengan murid-Nya.
Pedoman Umum Misale Romawi menjelaskan bahwa penggunaan roti dan
anggur dengan air untuk merayakan perjamuan malam terakhir. Makna roti dalam
perjamuan malam terakhir adalah kehidupan, yang berpusat kepada persoalan
badan yang tidak hanya mengenyangkan tetapi juga memberi kehidupan kepada
siapa saja yang menyantapnya. Begitu juga dengan roti dalam perjamuan malam
terakhir yang melambangkan Yesus sebagai roti hidup. Makna anggur dalam
perjamuan terakhir adalah tanda kehadiran Allah yang berpuncak pada saat Yesus
menyatakan anggur dalam piala berkat (dalam perjamuan malam terakhir bersama
dengan para murid-Nya) yang disimbolkan sebagai darah-Nya sendiri. Kita diajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
untuk mengenang akan perjamuan tersebut, karena dari perjamuan tersebut kita
disadarkan dengan pengorbanan Yesus Kristus kepada kita atas segala dosa-dosa
yang telah kita lakukan. Perjamuan malam terakhir mempunyai arti yang lebih
dalam dari pada perjamuan Yahudi yang biasa, dari segi ritus keduanya serupa
tetapi dari makna keduanya jauh berbeda, perjamuan Yahudi yang hanya biasa-
biasa saja, sedangkan perjamuan malam terakhir yang memiliki arti jauh lebih
dalam, baik hubungan dengan Allah maupun dengan Yesus sendiri.
Doa Syukur Agung merupakan inti Perayaan Ekaristi. Dalam buku
Pedoman Umum untuk Perayaan Ekaristi dirumuskan :“Perayaan Ekaristi
merupakan pusat dan puncaknya dalam Doa Syukur Agung, yaitu doa ucapan
syukur dan doa pengudusan”. Artinya, liturgis dan teologis. Jika kita melihat dari
sudut liturgi. Perayaan ekaristi berkembang dari suatu upacara yang amat
sederhana, seperti contoh doa sebelum makan dan sesudah makan. Dalam adat
Yahudi doa setelah makan memiliki susunan yang sama dengan Doa Syukur
Agung sekarang, yakni puji syukur dan permohonan. Dari sejak dulu pada jaman
Rasul Perayaan Ekaristi memang tidak lain daripada Doa Syukur Agung komuni.
Arti teologis dari Doa Syukur Agung adalah sebagai doa puji syukur dan
permohonan yang merupakan iman resmi Gereja. “Tanpa iman tidak mungkin
orang berkenan kepada Allah” (Ibr 11:6) sebab “ketika kita percaya, kita
dimateraikan dengan Roh Kudus; dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita
sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik
Allah (Ef 1:13-14). Perayaan Ekaristi adalah kesatuan kita dengan Allah dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
Kristus. Kita sebagai umat dipersatukan oleh Allah pertama-tama oleh iman yang
dinyatakan dalam Doa Syukur Agung itu sendiri.
Doa Syukur Agung adalah puncak dan pusat seluruh Perayaan Ekaristi,
baik karena seluruh Perayaan Ekaristi tidak lain daripada puji syukur, maupun
juga karena ini adalah puncak kehadiran Kristus. Doa Syukur Agung mengajak
untuk mengenang perjamuan malam terakhir, di mana dalam pengenangan
tersebut kita diminta untuk memanjatkan pujian syukur akan penyelamatan yang
dilakukan oleh Kristus pada perjamuan malam terakir bersama dengan kedua
belas rasul-Nya. Dalam Doa Syukur Agung, kita diajak untuk memahami makna
dari roti sebagai daging, anggur sebagai darah, dan sebagai lambang pengenangan
perjamuan malam terakhir yang di lakukan oleh Yesus Kristus kepada para
murid-nya. Doa Syukur Agung dipimpin oleh imam mulai dari prefasi sampai
dengan doksologi penutup, imam juga membawa dan mengajak umat untuk
mengenang perjamuan malam terakhir sebagai rasa syukur kepada Yesus Kristus
akan karya Penyelamatan umat manusia. Tindakan umat dalam Doa Syukur
Agung adalah mempersatukan kurban pujian pribadi dengan kurban pujian yang
sedang dipersembahkan gereja yang dipimpin oleh gereja sendiri sebagai bentuk
pengenangan akan Yesus yang telah mengurbankan diri-Nya untuk umat manusia
(mencintai liturgi, 2010).
Pembukaan doa syukur Agung dirayakan dengan meriah dan umat diajak
untuk mengarahkan hati akan kehadiran Tuhan. Umat juga diminta memusatkan
hati untuk mengenang penyelamatan yang diberikan oleh Tuhan. Doa Syukur
Agung adalah bentuk pengenangan dan ungkapan syukur yang lebih diarahakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
untuk mempersatukan hati kepada Yesus Kristus karena Kristus telah
mengurbankan diri untuk menyelamatkan umat manusia. Melalui Doa Syukur
Agung imam mengajak umat untuk sungguh-sungguh menghayati penyelamatan
yang dilakukan oleh Kristus dengan mengarahkan hati kepada Tuhan. Doa
Syukur Agung memiliki beberapa tahapan yang perlu diketahui, tahapan tersebut
memiliki makna-makna tersendiri dari perayaan ekaristi yang sering di
laksanakan, mulai dari persembahan, prefasi, ucapan syukur, aklamasi,
konsekrasi, dan bagian-bagian lain yang juga penting. Dari beberapa tahapan
tersebut Doa Syukur Agung adalah puncak dari perwujudan permohonan pujian
syukur yang kita panjatkan kepada Kristus sebagai penyelamat kita. Doa Syukur
Agung merupakan ritus yang sangat sakral, dimana kita mengarahkan hati kepada
Tuhan karena misteri iman-Nya.
Prefasi adalah salah satu bagian pada liturgi Perjamuan Kudus atau
Ekaristi dalam Gereja Kristen, baik Gereja Katolik Roma, Gereja Protestan
maupun denominasi-denominasi lain, yang merupakan doa untuk mengakhiri
persiapan Perjamuan kudus. Prefasi juga selalu mendului nyanyian Sanctus–
Benedictus, dan diucapkan secara lantang dan meriah di hadapan umat. Disini ada
beberapa anggapan mengenai asal usul penggunaan istilah “prefasi”
Pertama, kata prefasi dikaitkan dengan kata dalam Bahasa Latin, prefatio
yang dimaknai sebagai doa untuk mengiringi suatu kurban. Anggapan kedua
adalah kata prefasi yang mengucapkan doa dengan lantang. yang ketiga, kata
prefasi dikaitkan dengan kata dalam Bahasa Yunani, (profeteia) yang sering
dikaitkan dengan tugas kenabian, yakni mewartakan. Keempat, awalan pre- yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
menunjukan sesuatu yang di awal atau di depan dimaknai sebagai tempat dimana
imam atau pelayanan perjamuan kudus berdiri yakni di hadapan Tuhan dan
jemaat-Nya. Namun prefasi lebih sering dipahami sebagai pendahuluan (Latin,
Prefatio), yaitu persiapan untuk sesuatu yang akan menyusul. Persiapan di sini
terutama terkait dengan persiapan hati dan kesadaran untuk menerima akan
menyusul nanti.
Prefasi mempunyai empat bagian yang perlu diperdalam, makna tersebut
dapat diperjelas sebagai berikut: 1. Prefasi dalam bahasa latin adalah praefatio,
yang menunjuk doa yang mengiringi suatu kurban. Menurut Jungman, bahasa
latin prefasi tersebut cocok digunakan dalam rangka ekaristi. 2. Prefasi
dihubungkan dengan kata praefari yang menunjuk doa diucapkan dengan kata
lantang. Hal tersebut dikaitkan dengan tradisi jaman dahulu sejak abad
pertengahan, untuk mengucapkan prefasi dilakukan dengan lantang seangkan
dalam doa-doa lain diucapkan secara lembut, bahkan dengan berbisik-bisik. 3.
Kata prefasi dihubungkan dengan kata Yunani yaitu propheteia. Santo agustinus
menyatakan bahwa nabi (propheta) memiliki tugas untuk mewartakan. Maka
prefasi mengandung makna pewartaan atau pemakluman. 4. Awalan prae pada
kata prefasi pada aslinya tidak mengandung makna sesuatu yang diucapkan atau
disampaikan pada awal(dalam arti : preface atau pengantar), melainkan menurut
makna lokal atau tempat. (ekaristi, tinjauan logis, liturgis, dan pastoral, 2005 :167)
Pemahaman umat katolik tentang Doa Syukur Agung belum begitu kental,
hanya beberapa orang saja yang dapat memahami tentang arti Doa Syukur Agung
yang sesungguhnya. Dalam bagian Prefasi seruan “Marilah mengarahkan hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
kepada Tuhan” tidak diajak pada awal Ekaristi, karena ada maksud tersendiri
dalam ajakan tersebut antara lain dalam ajakan tersebut kita diminta untuk
menghayati ajakan imam dalam mengarahkan hati kepada Tuhan untuk lebih
menghayati prefasi khususnya prefasi arwah karena dengan kematian-Nya hidup
manusia tidak percuma, karena dalam situasi apapun, kita akan selalu bersama
dengan Tuhan dan selalu milik Tuhan.
Dalam pemahaman umat tentang Prefasi, khususnya Prefasi Arwah,
belum menuju penghayatan yang menuju ke arah penghayatan setelah kita
manusia meninggal dari dunia ini, apa yang terjadi pada kita setelah kita
meninggal esok. Umat seringkali mengabaikan ajakan imam dengan tidak
menunjukan sikap yang khidmat pada saat prefasi. Prefasi arwah adalah bagian
pembuka dalam Doa Syukur agung sekaligus sebagai penghantar dalam
penghayatan perjamuan malam terakhir, dan penghayatan kita akan kematian
Yesus yang rela di salib demi kita.
Keprihatinan yang saya dapatkan khususnya di lingkungan Santo Yoakim
Demangan Paroki Santa Theresia Sedayu adalah kurangnya penghayatan umat
saat imam mengumandangkan prefasi. Khususnya dalam Prefasi Arwah umat di
lingkungan Santo Yoakim Demangan masih belum begitu menghayatinya. Dalam
keprihatinan saya ini saya merasa sebagian umat yang tidak benar-benar
menghayati. Karena Prefasi Arwah adalah bagian dari Doa Syukur Agung yang
memiliki makna menghantar atau mendoakan orang yang sudah meninggal dan
menghayati kematian Yesus dengan cara di salib. Dengan menghayati wafat dan
kebangkitan Yesus untuk kita umat manusia yang berdosa, yang dimana prefasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
arwah adalah sebuah penghayatan untuk kita mendoakan dan sekaligus
menghayati wafat Yesus Dikayu salib dan kebangkitan-Nya.
Umat di lingkungan Santo Yoakim Paroki Santa Theresia Sedayu banyak
dari mereka yang sebenarnya kurang menghayati Prefasi Arwah karena belum
memahami begitu jelas akan bentuk penghayatan di dalam Prefasi Arwah.
Kurangnya penghayatan umat kepada ajakan imam untuk mengarahkan hati
kepada Tuhan membuat penghayatan kita umat Katolik belum begitu mengena
akan wafat dan kebangkitan Yesus. Maksudnya adalah, kita sebagai umat katolik
yang memiliki saudara yang sudah meinggal, maupun untuk diri kita senidiri, kita
diajak untuk senantiasa menghayati wafat Yesus dikayu salib untuk menebus dosa
kita manusia. Dengan menghayati prefasi khususnya Prefasi Arwah adalah salah
satu cara untuk mengenang Yesus yang wafat di kayu salib, dan untuk lebih
menerapkannya dalam kehidupan sehari-har, agar umat semakin memiliki
penghayatan akan wafat Yesus dikayu salib.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan tiga permasalahan
yang menjadi perhatian pokok penulis adalah:
1. Bagaimana pemahaman umat di Lingkungan Santo Yoakim Demangan
tentang tempat prefasi dalam Doa Syukur Agung?
2. Bagaimana penghayatan prefasi arwah di Lingkungan Santo Yoakim
Demangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
3. Bagaimana meningkatkan pemahaman dan penghayatan prefasi arwah dalam
Doa Syukur Agung?
C. TUJUAN PENULISAN
Bedasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan ini dilakukan dengan
tujuan-tujuan sebagai berikut.
1. Mengukur pemahaman dan penghayatan umat di Lingkungan Santo
Yoakim Demangan terhadap prefasi arwah dalam Doa Syukur Agung.
2. Menemukan pokok pokok penting dalam Prefasi Arwah dalam Doa
Syukur Agung.
3. Meningkatkan penghayatan umat di Lingkungan Santo Yoakim
Demangan tentang penghayatan Prefasi Arwah.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun penulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
1. Penulis
Penulisan ini diharapkan dapat membantu penulis dalam
mempersiapkan diri sebagai calon katekis agar memiliki pemahaman tentang
prefasi arwah Doa Syukur Agung dan dapat menyampaikan dalam katekese
umat atau liturgi di berbagai tempat, waktu, dan kesempatan.
2. Umat di Lingkungan Santo Yoakim Demangan
Penulisan ini diharapkan dapat membantu umat Lingkungan Santo
Yoakim Demangan dalam pemahaman secara utuh prefasi dalam Doa Syukur
Agung supaya penghayatan tentang Doa Syukur Agung terlebih dalam bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
prefasi menjadi lebih matang dan dalam kehidupan liturgi dapat diterapkan
dalam ambil bagian bagian ketika ekaristi.
3. Kampus PAK
Penulisan ini diharapkan dapat membantu memberikan sumbangan
kajian akademik berdasar riset lapangan untuk Kampus PAK Universitas
Sanata Dharma dalam membekali mahasiswa PAK mengenai pengahayatan
Prefasi dalam Doa Syukur Agung.
E. METODE PENULISAN
Metode penulisan ini adalah menggunakan penelitian naturalistik atau
kualitatif, yaitu peneliti akan melihat secara langsung yang terjadi di lapangan
bertatap muka dengan subyek penelitian, sehingga peneliti akan
menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini mengambil judul “PENGHAYATAN PREFASI ARWAH
DI LINGKUNGAN SANTO YOAKIM DEMANGAN PAROKI SANTA
THERESIA SEDAYU” yang diuraikan dalam lima bab.
Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan
Bab II berisi uraian tentang topik-topik tentang prefasi dalam Doa
Syukur Agung menurut bahan-bahan kepustakaan untuk memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
gambaran tentang penghayatan prefasi khususnya prefasi arwah dalam
Doa Syukur Agung, dari bebrapa teori dan pendapat para ahli.
Bab III Metodologi Penelitian
Dalam bab ini disajikan tentang metodologi penelitian yang akan
dilakukan dan teknik pengumpulan data
Bab IV Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian,
pembahasan, dan tindak lanjut terkait dengan penghayatan Prefasi
Arwah di Lingkungan Santo Yoakim Demangan Paroki Santa Theresia
Sedayu.
Bab V Bab ini memaparkan penutup yang memuat kesimpulan dan
saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab pendahuluan penulis menemukan keprihatinan dimana umat
belum sepenuhnya menghayati Prefasi Arwah dalam Doa Syukur Agung. Penulis
menemukan beberapa sikap umat Lingkungan Santo Yoakim Demangan yang
belum menunjukan akan penghayatan prefasi arwah dalam bab pendahuluan
penulis menemukan juga persoalan penghayatan yang terjadi kepada umat di
Lingkungan Santo Yoakim Demangan. Bab II penulis membahas tentang
perayaan ekaristi dan penghayatan prefasi arwah. Pada bagian ini akan membahas
tentang perayaan ekaristi mengenai kematian di dalam Gereja dan kehidupan
setelah kematian. Pembahasan tentang penghayatan prefasi arwah akan dibahas
dalam 5 bagian prefasi arwah yaitu: 1.harapan akan kebangkitan Kristus, 2.Kristus
menang akan maut, 3.Kristus keselamatan dan kehidupan, 4.ditebus oleh wafat
Kristus, 5.dan dipanggil untuk hidup bersama Kristus.
A. Perayaan Ekaristi Arwah Menurut Gereja
1. Ekaristi
Pengertian Ekaristi adalah perayaan liturgis Gereja, yang berasal dari bahasa
Yunani, eucharista, yang berarti syukur. Dimana dijelaskan bahwa Ekaristi yang
mempersatukan umat dengan Kristus. Kristus hadir dalam kehidupan kita umat
manusia tetapi Ia secara khusus hadir di dalam perayaan Ekaristi. Dalam Perayaan
Ekaristi, kita sebagai umat secara khusus mengambil bagian dalam penyerahan
Kristus kepada Bapa sekaligus dipersatukan satu sama lain oleh Kristus. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
Perayaan Ekaristi, seluruh umat mendapatkan wadah untuk merayakan iman
secara bersama. (Mencintai Liturgi, 2010:8)
Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri dan Gereja, melalui pelayanan
imam, Kristus mempersembahkan diri-Nya kepada Allah Bapa dengan kehadiran-
Nya di dalam gereja dan di dalam kita dalam rupa roti dan anngur, serta
memberikan diri-Nya sebagai santapan rohani kepada umat beriman yang
menggabungkan diri dalam persembahan-Nya.(KHK § 899)
Perayaan Ekaristi adalah perayaan iman, artinya pada perayaan Ekaristi
diungkapkan iman seluruh Gereja akan penyelamatan Allah yang terjadi dalam
Yesus Kristus.” Dalam Ekaristi seluruh umat dapat bersatu sebagai Gereja secara
nyata. Melalui Ekaristi orang yang mengimani Kristus semakin penuh bersatu
dengan tubuh dan darah Kristus sebagai sumber keselamatan dan puncak seluruh
hidup Kristiani. Ekaristi dipahami sebagai “sumber dan puncak karena melalui
Ekaristi tampaklah pengungkapan diri Gereja sebagai sakramen Ekaristi yang
paling mendasar, karena dalam Ekaristi persatuan dengan Kristus dan tentu saja
juga dengan seluruh umat, ditampilkan dalam tanda.”( Madya Utomo, 2017:20)
Dalam perjamuan terakir, pada saat malam Ia diserahkan, penyelamat kita
mengadakan Kurban Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya, dengan demikian, Ia
mengabadikan Kurban Salib untuk selamanya, dan mempercayakan kepada
gereja, mempelai-Nya yang terkasih, kenangan wafat dan kebangkitan-Nya:
Sakramen cinta kasih, lambang kesatuan, ikatan cinta kasih.(SC 47)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
Ekaristi adalah “sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani” (LG 11).
“Sakramen-sakramen lainya, begitu pula semua pelayanan gerejani serta karya
kerasulan, berhubungan erat dengan Ekaristi suci dan terarahkan kepadanya.
Sebab dalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni
Kristus sendiri, Paska kita.”( KGK 1324)
Bedasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Ekaristi adalah
perayaan liturgis Gereja. Ia menyatukan umat dengan Allah melalui perantaraan
Imam melalui kehadiran-Nya dengan rupa roti dan anggur sebagai persembahan
serta pemberian diri Allah sebagai santapan rohani bagi umat-Nya. Ekaristi adalah
sebuah perayaan iman yang menyelamatkan kita. Umat bersatu dalam perayaan
Ekaristi sebagai gereja yang nyata, Ekaristi adalah sumber keselamatan dan
puncak seluruh hidup Kristiani. Ekaristi yang kita terima juga bukan sembarang
Ekaristi, melainkan sebuah perayaan liturgis Gereja yang menyatukan kita dengan
Allah melalui perantaraan imam. Dalam perayaan tersebut kita juga di tegaskan
bahwa Allah sebagai penyelamat kita hadir melalui Ekaristi tersebut. Maka
Ekaristi dipahami sebagai sumber dan puncak karena melalui Ekaristi Gereja
menampakkan diri sebagai sakramen yang paling dasar untuk bersatu dengan
Kristus yang ditampilkan dalam tanda. Ekaristi suci membuahkan bagi kita rahmat
kebangkitan di akhir zaman dan kehidupan kekal. Yang berarti kita hidup dalam
keadaan yang sepenuh-penuhnya. Dan Ekaristi Suci-lah yang mepertemukan kita
dengan Yesus Kristus sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
2. Kematian
Kematian adalah sebuah teka-teki yang mencapai pada puncaknya. Bukan
karena sakit atau semakin rusaknya badan, melainkan juga, bahkan lebih lagi,
karena rasa takut akan kehancuran yang defitinif. Kematian menjadi penyerahan
total dan utuh kepada Allah, sang Sumber dan tujuan kehidupan. Kematian
menjadi sebuah penantian akan tindakan Allah yang penuh belas kasih yang akan
membangkitkan kita berkat jasa Yesus Kristus. Karena iman kita terhadap Yesus
dan melalui pembabtisan, kita dapat mengambil bagian dalam kebangkitan-Nya.
Sebab jika kita tekah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-
Nya (Gaudium Et Spes No. 18).
Kematian adalah suatu peristiwa penting dalam kehidupan setiap orang,
kita pun tidak dapat menolak hal tersebut bahwa pada suatu ketika kita akan mati
atau meninggal. Kita juga tidak mengetahui yang akan terjadi setelah kita
meninggal. Kita manusia begitu melekat dengan kehidupan dan diri kita sendiri
sehingga banyak cara yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan. Banyak
yang beranggapan bahwa setelah kematian akan ada kehidupan. Demikian pula
dengan kita umat Kristiani yang berpendapat tentang kematian. Kita akan mati
namun akan dibangkitkan kembali oleh Tuhan dan diterima di dalam surga-Nya
(Bons-storm, 2004:5).
Kematian adalah akhir kehidupan duniawi. Hidup kita berlangsung dalam
masa tertentu, dan di dalam siklusnya kita berubah dan menjadi tua. Kematian
manusia pada umumnya adalah seperti mahluk hidup lainya, kematian tersebut
adalah kematian yang alami jika menurut jasmani, dan jika menurut rohani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
kematian adalah “upah dosa”. Dalam kehidupan, aspek kematian memberi kita
hidup yang mendesak, yang dalam keyakinan akan kefanaan dapat mengingatkan
kita manusia untuk menjalankan kehidupan kita, yang hanya tersedia bagi kita
suatu jangka waktu yang terbatas (KGK 1007).
Dalam kematian, Allah memanggil kita manusia kepada diri-Nya. Paulus
mengatakan bahwa kita sebagai orang katolik dapat merindukan kematian: “Aku
ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus” Flp 1:23.(KGK 1011).
Dalam KGK pandangan Katolik tentang kematian adalah, “bagi umat
beriman-Mu, ya Tuhan, hidup hanyalah diubah, bukannya dilenyapkan. Dan
sesudah roboh rumah kami di dunia ini, akan tersedia bagi kami kedamainan abadi
di surga (KGK 1012).
Kematian adalah titik akhir perziarahan manusia di dunia ini. Titik akhir
dari masa rahmat dan belas kasihan, yang di berikan Allah kepada kita. Tujuan
Allah memberikan hal tersebut supaya dapat melewati kehidupan di dunia ini
sesuai dengan rencana-Nya, dan dengan demikian dapat mnentukan nasibnya
yang terakhir. “Apabila jalan hidup duniawi kita yang satu-satunya sudah
berakhir” (LG 48), kita manusia tidak dapat kembali lagi di dunia ini. Karena
“Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja kali saja dan sesudah itu
dihakimi” (Ibr 9:27). Dan sesudah kematian tidak ada yang namanya Reinkarnasi”
(KGK 1013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
3. Kehidupan setelah kematian
Robert Menyatakan bahwa pada umumnya orang memberikan tiga
jawaban. Jawaban tersebut dijawab oleh ahli alam yang mengatakan, kehidupan
setelah kematian tersebut mungkin ada, tetapi kita tidak tau juga susunan apa yang
membentuk alam tersebut. Menurut ahli filsafat, seharusnya kehidupan setelah
kematian itu ada, yang mengetahuinya pun menghendaki demikian. Dan tentu
masih ada jawaban yang diberikan oleh hubungan kita dengan Tuhan. Kitab Suci
juga mengatakan “bahwa badan kembali kepada asalnya yaitu bumi”, bahwa
abulah adamu, maka kepada abupun engkau akan kembali juga (Kej 3 : 19).
Kehidupan maunusia setelah kematian adalah particular judgment
(pengadilan khusus). Pengajaran ini sesuai dengan ajaran St. Agustinus yang
mengatakan “Begitu jiwa meninggalkan tubuh, maka jiwa tersebut diadili”. Hal
tersebut juga sesuai dengan pengajaran di Kitab Suci seperti yang dialami oleh
Lazarus dan orang kaya itu setelah kematian mereka (Luk 16:16-31). Rasul Paulus
mengajarkan “manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu
dihakimi (Ibr 9:27). Maka dari itu setelah kematian kita manusia akan diminta
pertanggung jawaban atas urusan kita (lih. Luk 16:2. Jika Tuhan sendiri
mengajarkan bahwa gaji pekerja tidak boleh ditunda (Im 19:13) sudah dipastikan
bahwa Tuhan juga akan memenuhi peraturan tersebut, Tuhan akan memberi
penghargaan kepada kita yang telah melakukan tugasnya di dunia dengan setia
seturut dengan perinta-perintah-Nya. Seperti yang dikatakan oleh St. Ambrosius,
“Kematian adalah penghargaan perbuatan baik mahkota dari panen.” Tuhan Yesus
akan duduk sebagai hakim (Yoh 5:22). Dalam perjamuan terakhir bersama para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
rasul-Nya Yesus berjanji untuk datang kembali setelah kenaikan-Nya ke surga
untuk membawa mereka kepada diri-Nya (Yoh 14:3). Setelah jiwa-jiwa dihakimi,
jiwa orang yang meninggal akan masuk surga (jika ia sempurna), atau masuk ke
neraka (jika ia meninggal dalam keadaan dosa berat), atau masuk dalam api
pencucian (jika ia meninggal dalam keadaan berdamai dengan Allah, namun harus
dimurnikan terlebih dahulu).
Menurut Iman Katolik, kita manusia tidak memiliki tempat tinggal yang
tetap (Ibr 13:14). Hal tersebut bukan hanya kita yang mengimani, tetapi semua
manusia mengetahui hal tersebut. “Masa hidup kita adalah tujuh puluh tahun, dan
dan jika kita kuat, delapan puluh” (Mzm 90:10). Cepat atau lambat hidup kita
berakhir dengan kematian, maka dari itu saat ini juga hidup kita dalam “bahaya
maut sepanjang hari” (Mzm 44:23). Maut bukanlah sesuatu yang entah kapan
menimpa kita, tetapi maut tersebut adalah kenyataan keterbatasan hidup kita.
Hidup sebagai manusia pasti memiliki awal dan memiliki akhir, maka dengan
demikian hidup kita tersebut bersifat terbatas dan fana, yang berarti tidak dengan
arti. Dalam kehidupan kita di dunia yang penuh dengan hidup rahmat sudah
dimulai, maka dengan demikian kita manusia harus “mempergunakan waktu yang
ada” (Ef 5:16).
Kesadaran akan kefanaan hidup ini dapat menjadi alasan yang sewaktu-
waktu membuat sadar bahwa kita hidup dihadapan Tuhan. Kematian membawa
kita ke dalam kesadaran akan tujuan hidup yang sejati. Hidup kita sebagai
manusia memang bersifat sementara, tetapi sikap hidup kita yang kita jalani
sekarang dalah bersikap definitif. “Barangsiapa menyangkal Aku di di depan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
manusia, Aku juga akan menyangkal dia di depan Bapa-Ku yang di surga” (Mat
10:33). Arti hidup manusia ditentukan di dunia ini. Kematian berarti sebuah
penyelesaian “pengembaraan” manusia (Ibr 11:13; 1Ptr 1:1; 2:11).
Hal tersebut tidak berarti bahwa kita manusia keputusan definitifnya pada
saat kematian. Selama kita hidup di dunia ini kita tekah mengambil sikap, lama
sebelum kematian. Kematian memang penting dalam kehidupan manusia, tetapi
bukanlah hal yang terpenting. Karena akhir dari hidup kita bukanlah sebuah
‘penyesalan hidup”. Tetapi sebaliknya, jika kita lemah dalam kekuatan, kita juga
akan sulit untuk mengambil sebuah keputusan dengan penuh kesadaran dan
ketegasan. (Sesudah meninggal kemanakah).
B. Prefasi rwah
1. Prefasi
Prefasi sendiri berasal dari bahasa Latin praefatio. Prefasi adalah bagian
pertama dari rangkaian Doa Syukur Agung dalam perayaan Ekaristi yang dimana
berisi tentang doa pujian dan syukur meriah. Dalam setiap prefasi pasti didahului
dialog antar imam yang memimpin Perayaan Ekaristi dengan umat. Prefasi
mengungkapkan alasan untuk memuji dan memuliakan Allah. Alasan tersebut
berhubungan erat dengan karya Allah dalam mencipta dan menebus alam semesta.
Imam, atas nama umat beriman mau menyampaikan pujian dan syukur bersama
Yesus Kristus karena karya-Nya yang agung. Ucapan syukur tersebut juga
menjadi alasan konkret kita dimana pengalaman hidup kita pada saat kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
merayakan ekaristi, dan menggabungkan dengan ucapan syukur imam pemimpin
Perayan Ekaristi (Mencintai Liturgi- 81).
Melalui prefasi Gereja berterima kasih kepada Bapa melalui Kristus akan
segala karya-Nya, untuk penciptaan, penebusan dan pengudusan. Yang dimana di
dalam prefasi kita diajak untuk selalu bersyukur kepada Bapa akan segala karya-
Nya dalam hidup kita, umat juga diajak untuk mengambil bagian dalam Ekaristi
agar dengan kekuatan-Nya menjadi tubuh dan darah Yesus Kristus. Agar kits
semua menggabungkan diri dalam pujian yang tak henti-hentinya dinyanyikan
oleh Gereja surgawi, para malaikat dan orang kudus bagi Allah (KGK 1352).
Dengan kematian-Nya hidup manusia tidak percuma, tetapi dirubah. Karena
dalam situasi apapun hidup maupun mati, kita akan selalu bersama dengan Tuhan
dan selalu milik Tuhan (Rm 14:8). Itu yang menjadi iman kepercayaan gereja
sejak awal mula. Gereja percaya bahwa Tuhan akan membangkitkan orang mati di
akhir jaman, dan meyakini bilamana semua umat Katolik sudah merasakan
kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus (Memule Ingkang Sampun Sumare).
2. Prefasi arwah I “harapan akan kebangkitan”
TPE (21 b) doa dalam prefasi disebutkan sebagai berikut “Sebab Dialah
yang telah menumbuhkan harapan kokoh akan kebangkitan mulia; sehingga kami
yang sering takut akan maut yang tak terelakkan itu sungguh-sungguh dihibur
oleh hidup abadi yang telah dijanjikan kepada kami. Oleh karena itu, sebagai umat
beriman kami yakin bahwa hidup hanyalah diubah, bukannya di lenyapkan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
bahwa suatu kedamaian abadi tersedia bagi kami di surga bila mana
pengembaraan kami di dunia ini berakhir.
Dalam prefasi tersebut dikatakan bahwa Tuhan kita Yesus Kristus sejak
dulu telah memberikan sebuah harapan di hati semua manusia akan kebangkitan
mulia. Seringkali kita sebagai manusia takut akan kematian yang bisa datang tiba-
tiba, kematian tersebut bisa datang begitu saja entah kapan waktunya dan dimana
kita berada. Yesus mengajarkan kita untuk selalu beriman akan Dia dan percaya
akan sebuah kehidupan abadi yang telah dijanjikan kepada kita. Sebagai manusia
kita layaknya percaya kepada Tuhan bahwa hidup itu hanyalah diubah bukannya
dilenyapkan, karena kita dijanjikan suatu kediaman abadi yang tersedia bagi kita
di surga jika penggembaraan kita di dunia ini telah berakir.
Allah tidak hanya mewahyukan bahwa Yesus hidup. Hidup Kristus yang
mulia memiliki arti keselamatan bagi manusia, hal tersebut adalah pokok
pewahyuan dari Allah dan iman para murid. Santo Paulus mengatakan bahwa
Yesus “oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati dinyatakan Anak Allah yang
berkuasa” (Rm 1:4). Dalam khotbah petrus pada hari Pentakosta tidak memakai
“Anak Allah” tetapi “Tuhan Kristus.” Yang dimaksud adalah dengan kebangkitan
Allah menyatakan “dukungan”-Nya terhadap Yesus. Dengan kebangkitn menjadi
jelas, bahwa Yesus sungguh diutus oleh Allah.
Yang terpenting adalah dengan kebangkitan Yesus, jelas bahwa ia diterima
oleh Allah, padahal dengan wafat disalib sudah menandakan bahwa Ia ditolak
oleh Allah. Kebangkitan Yesus tidak hanya mengubah pandangan para murid
terhadap Yesus sendiri, melainkan juga terhadap wafat-Nya. Bagi orang Yahudi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
segala kemalangan di dunia ini hukuman untuk dosa (Yoh 9: 1-2), apalagi
kematian. Dengan kebangkitan Yesus menjadi jelas jika Ia bukan lah Seorang
pendosa. Wafat-Nya juga bukan hukuman untuk dosa melainkan untuk dosa-dosa
seluruh umat manusia (Dalam buku iman katolik: 292).
Kebangkitan Yesus menegaskan ke-Allah-an Yesus. “Apabila kamu telah
meninggikan Anak Manusia, barulah kamu ta, bahwa Akulah Dia” (Yoh 8-28).
Kebangkitan orang yang tersalib itu, menerangkan bahwa Ia dengan
Sesungguhnya “AKU ADA,” Putra Allah, Allah sendiri. Rasul Paulus
menjelaskan kepada orang Yahudi bahwa “janji yang diberikan kepada nenek
moyang kita, telah digenapi Allah kepada kita, keturunak mereka, dengan
membangkitkan Yesus. Seperti yang ditulis pada mazmur kedua: Anak-Kulah
Engkau (Kis 13:32-33). Kebangkitan Yesus merupakan hubungan erat dengan
penjelmaan Allah menjadi manusia. Sesuai dengan rencana Allah yang abadi Ia
merupakan pemenuhan-Nya.
Dengan demikian harapan akan kebangkitan sesudah kematian bagi kita
manusia sudah direncanakan oleh Allah. Dengan kata lain kita jika kita
mengimani doa prefasi ini kita diyakinkan oleh Allah sendiri bahwa melalui
Yesus kita diberi tempat yang layak disisi Allah yaitu di surga (KGK: 653).
3. Prefasi II “Kristus Menang Atas maut”
TPE (21b) dalam doa prefasi disebutkan sebagai berikut: “Sebab Ia
menerima maut sorang diri supaya kami semua tidak mati; bahkan Ia sudah rela
wafat seorang diri, supaya kami semua hidup bagi-Mu untuk selama-lamanya. Di
dalam doa ini saya menangkap bahwa Yesus Kristus menerima hukuman mati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
yang diberikan kepada-Nya, dalam doa ini Dia rela mati seorang diri agar kita
dapat hidup selamanya dan mewatakan Kerajaan-Nya. Di sini dikatakan Kristus
menang akan maut, Ia bangkit dan tinggal bersama Bapa disurga. Kemenangan ini
bukan hanya untuk diri-Nya saja, melainkan untuk kita umat yang mengimani-
Nya.
Kebangkitan itu adalah karya Allah. Yesus juga tidak pernah dikatakan
dalam kitab suci bahwa Ia bangkit sendiri; melainkan “dibangkitkan”. Yang
membangkitkan ialah Allah Bapa. Kebangkitan itu rahmat, anugerah dari Allah.
Maka dengan demikian kemenangan Kristus dari maut adalah sebuah karya Allah
yang ingin menunjukkan keagunggan-Nya. Kita manusia sebenarnya tidak dapat
memahami arti kebangkitan itu sendiri, karena kebangkitan tidak dapat dimengerti
berpangkal pada hidup manusia di dunia ini. Kebangkitan tidak berarti bahwa kita
hidup kembali, seperti pada Lazarus yang kemudian hari akan menginggal lagi,
Lazarus belum menerima “tubuh rohani” (1 Kor 15:45), tetapi ia dikembalikan
pada hidup yang fana ini dan harus mati lagi.
Lain dengan kebangkitan Yesus Kristus, yang dimana “Ia bangkit dari
antara orang mati, Ia tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia” (Rm 6:9).
“Yesus beralih dari dunia ini kepada Bapa” (Yoh 13:3) dan masuk ke dalam dunia
Ilahi. Dengan demikian Yesus menang atas maut karena Ia tidak mati lagi setelah
Ia bangkit, Ia kembali pada Bapa disurga, dengan kematian dialami suatu
perubahan dalam hubungan antaara jiwa dan badan, dan perubahan itulah yang
disebut kebangkitan. Dalam kebangkitan hal tersebut di balik: badan ditentukan
jiwa, yang dipenuhi oleh Roh. Maka dari itu, dengan kebangkitan diciptakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
waktu dan tempat yang baru: surga yang baru dan dunia yang baru (Why 21:2)
(Iman Katolik: 465-466).
4. Prefasi III “Kristus Keselamatan dan Kehidupan”
TPE (21b) doa prefasi disebutkan sebagai berikut “Sebab dalam Dia dunia
diselamatkan, umat manusia diberi kehidupan, dan orang mati dibangkitkan. Demi
Kristus itu pula para malaikat menyembah keagungan-Mu dalam sukacita abadi”.
Di dalam doa ini saya menangkap bahwa kita diberi keselamatan dalam Yesus
melalui wafat dan kebangkitan-Nya. Yesus sebagai juru selamat kita Ia rela mati
untuk menebus dosa-dosa manusia, bukan hanya pada waktu itu tetapi juga hingga
sampai saat ini. Pemahaman saya akan prefasi ini mengingatkan kembali bahwa
kita manusia yang memiliki kerabat atau teman bahkan keluarga yang telah
meninggal akan diberi keselamatan yang dijanjikan oleh Yesus Kristus sendiri
kepada kita.
Dalam Kitab Suci, sudah dimaklumkan terlebih dahulu sebagai misteri
penebusan yag mencakup segala sesuatu, artinya sebagai tebusan yang
membebaskan manusia dari perhambaan dosa. Santo Paulus sendiri mengakui
bahwa “Kristus telah wafat untuk dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci”.
Wafat Yesus tersebut adalah sebuah permenuhan dari nubuat mengenai hamba
Allah yang menderita. Yesus sendiri menjelaskan arti kehidupan dan kematian-
Nya dalam terang kata-kata hamba Allah ini (KGK 601).
Cinta Allah yang menebus dan mencakup segala sesuatu. Yang berarti
dengan menyerahkan Yesus karena dosa kita, Allah sendiri menunjukan bahwa
rencana-Nya untuk kita tersebut penuh dengan satu keputusan cinta yang penuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
kebaikan dan mendahului setiap jasa dari pihak kita. “inilah kasih itu” hal tersebut
menunjukan bahwa bukan kita yang mengasihi Allah melainkan Allah mengasihi
kita lewat Tuhan kita Yesus Kristus sebagai keselamatan dan kehidupan kita. Hal
tersebut nampak ketika Yesus wafat untuk menebus dosa-dosa kita (KGK 604).
5. Prefasi arwah IV “Ditebus Oleh Wafat Kristus”
Dalam prefasi IV doa disebutkan sebagai berikut “Sebab kami dilahirkan
oleh kuasa cipta-Mu, hidup kami diatur oleh kebijaksanaan-Mu dan atas
ketentuan-Mu pula kami kembali menjadi tanah sebagai dosa. Namun, kami sudah
ditebus oleh wafat Putra-Mu dan seturut kehendak-Mu, kami akan dibangkitkan
supaya ikut serta menikmati kebahagiaan mulia bersama Yesus Kristus, Tuhan
kami. Dalam doa tersebut nampak bahwa kita sebagai manusia yang hidup di
dunia seturut dengan kehendak Allah, mulai dari lahir, hidup dan mati kita. Dalam
doa tersebut nampak bahwa Allah pencipta yang bijaksana, dalam artian bahwa ia
memiliki kuasa terhadap kita manusia yang percaya kepada-Nya.
Yesus turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Nya,
melainkan kehendak Bapa-Nya yang telah mengutus-Nya (Yoh 6:38). Dan karena
ini lah kita sebagai manusia dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh
persembahan tubuh Yesus Kristus. Sudah sejak pertama bahwa Yesus yang
menjadi manusia menghayati rencana keselamatan ilahi mengenai perutusan-Nya
sebagai penebus. Pengurbanan diri Yesus adalah bentuk persekutuan-Nya kepada
Allah dengan penuh cinta, “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan
nyawa-Ku. Hal tersebut menunjukan bahwa Yesus memang sudah diutus oleh
Bapa untuk melakukan kehendak Bapa di dunia, agar manusia sadar bahwa kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
tidak luput dari dosa, maka Yesus rela mati untuk penebus dosa kita agar kita
percaya bahwa Allah sungguh mengasihi kita manusia(KGK 606).
Yesus menampung cinta Bapa-Nya terhadap manusia dalam hati
manusiawi-Nya sendiri, Ia menunjukan cinta-Nya kepada kita sampai dengan
kesudahan-Nya. “Karena tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang
yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13) dengan
demikian dalam kesengsaraan dan kematian-Nya kodrat manusiawi-Nya menjadi
alat sukarela dan sempurna dari cinta ilahi-Nya, yang menghendaki keselamatan
manusia. Dengan pernyataan tersebut terlihat bahwa Yesus sudah rela sejak
pertama diutus oleh Bapa untuk menebus dosa kita manusia, agar kita semakin
percaya kepada Bapa dan semakin mengimani-Nya (KGK 609).
6. Prefasi V “Dipanggil Untuk Hidup Bersama Kristus”
Dalam Prefasi V doa disebutkan sebagai berikut “Sebab kami yang
seharusnya binasa karena dosa telah ditebus oleh kemenangan Kristus atas maut,
dan karena kemurahan serta kebaikan-Mu kami di panggil untuk hidup bersama
Dia, Tuhan dan pengantara kami” dalam doa ini diperlihatkan bahwa Yesus yang
mati di salib bertujuan untuk menebus dosa manusia karena kemurahan serta
kebaikan-Nya.
Kristus akan membangkitkan kita “pada hari kiamat” tetapi dalam arti
tertentu kita telah bangkit bersama Kristus dalam arti tertentu. Dengan Roh
Kudus, kehidupan kita di dunia ini sudah merupakan keikutsertaan pada kematian
dan kebangkitan Kristus (KGK 1002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan dalam Dia kamu
turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah
membangkitkan Dia dari orang mati. Karena itu kalau kamu dibangkitkan
bersama dengan Kristus, carilah perkara yang diatas, dimana Kristus duduk, di
sebelah kanan Allah” (Kol 2:12; 3:1) dalam kutipan teks tersebut disebutkan
bahwa kita yang telah dikubur dalam baptisan akan dibangkitkan karena kita
percaya kepada Allah yang sudah membangkitkan Yesus dari mati untuk hidup
bersama Allah selamanya di surga.
Kita sebagai umat beriman telah disatukan dengan Kristus melalui
pembabtisan dan karena itu sekarang juga telah mengambil bagian dalam
kehidupan surgawi Kristus yang telah dibangkitkan. Tetapi kehidupan ini
tersembunyi, tersembunyi di dalam Kristus di dalam Allah (Kol 3:3). Di dalam
Kristus ia telah membangkitkan kita juga memberikan tempat bersama sama
dengan Dia Disurga. Sebagai orang yang telah dipuaskan dengan tubuh-Nya
dalam ekaristi kita sebagai manusia sudah termasuk dalam Kristus. Jikalau kita
bangkit pada hari kiamat, kitapun akan menyatakan diri bersama dengan Dia
dalam kemuliaan (Kol3:4).
Dari beberapa pernyataan dan berbagai sumber diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa Ekaristi adalah perayaan iman yang dimana di dalam gereja
mengungkapkan seluruh iman akan penyelamatan Allah yang terjadi dalam Yesus
Kristus. Umat bersatu di dalam perayaan Ekaristi untuk mengimani Kristus
sebagai sumber keselamatan dan puncak hidup Kristiani, karena nampak
pengungkapan diri gereja sebagai sakramen yang paling mendasar. Karena dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
Ekaristi persatuan dengan Kristus dan tentu saja dengan seluruh umat ditampilkan
dalam tanda-tanda
Kematian adalah suatu peristiwa penting dalam kehidupan setiap orang,
kita sebagai umat manusia tidak bisa menolak akan hal tersebut bahwa suatu
ketika kita akan mati atau meninggal. Kita juga tidak akan tau apa yang terjadi
setelah kita meninggal. Dengan kehidupan dan diri kita sendiri banyak cara yang
kita lakukan untuk mempertahankan kehidupan. Dengan demikian kita sebagai
umat Kristiani yang berpendapat tentang kematian akan dibangkitkan kembali
oleh Tuhan dan diterima di dalam surga-Nya. Ucapan syukur tersebut menjadikan
sebuah pengalaman kongkrit kita saat merayakan Ekaristi, dan menggabungkan
ucapan syukur melalui perantara imam.
Prefasi Arwah adalah rangkaian doa sebelum memasuki Doa Syukur
Agung yang berisi tentang pujian dan Syukur yang meriah. Dengan imam kita
melakukan dialog pujian dan syukur yang meriah kepada Allah untuk selalu
memuji dan bersyukur kepada-Nya atas segala berkat dan rahmat dalam
kehidupan kita. Prefasi arwah sendiri menunjukan bahwa Yesus wafat dan bangkit
seturut dengan kehendak Allah, dengan kata lain kita yang beriman kepada Allah
juga akan mengalami hal demikian. Hal tersebut sudah ditampakkan pada setiap
bagian prefasi yang ditunjukan, mulai dari harapan kebangkitan, Kristus yang
menang akan maut, Kristus keselamatan dan kehidupan, ditebus oleh wafat
Kristus, dan dipanggil untuk hidup Bersama Kristus. Dari kelima prefasi ini ingin
menunjukan bahwa kematian bukanlah hal yang menakutkan melainkan untuk
permenuhan janji Allah kepada kita untuk kehidupan yang kekal di surga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
C. Penelitian yang Relevan
Dengan berbagai macam sumber yang di dapat, penelitian ini adalah penelitian
yang relevan. Didapat dari sumber yang sudah menerangkan tentang Prefasi
Arwah, walaupun belum banyak yang menulis tentang Prefasi Arwah.
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah penghayatan prefasi arwah di lingkungan St.
Yoakim Demangan paroki Santa Theresia Sedayu. Fokus tersebut diambil penulis
untuk membantu umat dalam menghayati Prefasi Arwah. Dengan tujuan utama
yaitu membantu umat untuk lebih menghayati Prefasi khususnya Prefasi Arwah,
kemudian membantu umat unutk menemukan makna dari penghayatan Prefasi
Arwah yang kemudian bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Agar
kedepannya umat mampu untuk lebih menghayati doa dalam Prefasi, khususnya
dalam Prefasi Arwah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab II penulis menguraikan topik-topik tentang Prefasi arwah
dalam Doa Syukur Agung menurut bahan-bahan kepustakaan yang ada, sehingga
dapat menjelaskan pemahaman tentang penghayatan Prefasi Arwah dalam Doa
Syukur Agung. Bab Metode Penelitian ini dilaksanakan sebagai bentuk usaha
untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai Penghayatan Prefasi
Arwah di lingkungan Santo Yoakim Demangan paroki Santa Theresia Sedayu.
Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan jenis penelitian, tempat dan waktu,
responden penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik keabsahan
data, objektivitas data, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan kepada latar dan individu tersebut secara
holistik. Penulis tidak boleh mengisolasikan individu atau dalam organisasi ke
dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandang sebagai bagian dari suatu
keutuhan (Moleong, 2012 : 5).
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan yang
melibatkan berbagai metode. Dalam penelitian ini metode yang dilakukan
biasanya wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen. (Denzim dan
Lincoln 1987). Penelitian ini memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau
sekelompok orang.
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif
fenomenologis. Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau
pengalaman fenomenologikal. Ia suatu studi tentang kesadaran dari perspektif
pokok dari seseorang (Husserl). Fenomologi menggambarkan arti sebuah
pengalaman hidup untuk beberapa orang tentang sebuah konsep atau fenomena.
Orang-orang yang terlibat dalam menangani sebuah fenomena melakukan
eksplorasi terhadap struktur kesadaran pengalaman hidup manusia (Creswell
1998). Istilah fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan umum untuk
menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang
ditemui.
B. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus. Penelitian ini bertujuan
untuk mengekplorasi isu yang spesifik dan kontekstual secara mendalam. Lingkup
desain penelitian studi kasus sangat terbatas dan hasilnya hampir selalu tidak bisa
diaplikasikan pada konteks atau tempat yang lain. Studi kasus sebagai desain
penelitian kualitatif menerapkan etnografi dengan wawancara mendalam dan
observasi partisipatoris sebagai teknik pengumpulan datanya. Fokus penelitian
studi kasus sangat terbatas. Biasanya hanya fokus pada satu isu. Studi kasus
berlangsung di Lingkungan Santo Yoakim Demangan Paroki Sedayu. Isu yang
spesifik adalah penghayatan Prefasi Arwah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. menggambarkan penghayatan Prefasi Arwah dalam Doa Syukur Agung
diantara umat lingkungan St. Yoakim Demangan
2. mengukur pengenalan Prefasi Arwah dan jenis-jenisnya diantara umat
lingkungan St. Yoakim Demangan.
3. meningkatkan penghayatan Prefasi Arwah diantara umat Lingkungan Santo
Yoakim Demangan.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian berlangsung di lingkungan Santo Yoakim Demangan paroki
Santa Theresia Sedayu. Lingkungan ini masih minim penghayatan Prefasi Arwah
dalam liturgi arwah. Hal ini menjadi alasan bagi penulis memilih lingkungan
Yoakim Demangan Paroki Santa Theresia Sedayu. Penelitian ini berlangsung
dalam kurun waktu satu bulan, yakni pada pertengahan Juni 2019 – pertengahan
Juli 2019.
E. Responden Penelitian
Responden adalah pihak-pihak yang memberikan informasi berkaitan
dengan data penelitian. Dalam penelitian kualitatif manusia adalah responden
yang merupakan instrumen responsif terhadap lingkungan dan terhadap pribadi-
pribadi yang menciptakan lingkungan (Moleong, 2012: 169). Peran responden
dalam penelitian adalah memberikan informasi data yang penulis butuhkan dan
memberikan masukan kepada penulis secara langsung maupun tidak langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
Responden penelitian ini adalah umat Santo Yoakim Demangan paroki
Santa Theresia Sedayu. Alasan dalam pemilihan responden adalah kemampuan
mereka dalam mememberikan informasi yang akurat dan terpercaya. Dengan
demikian, responden dalam penelitian ini adalah beberapa umat Santo Yoakim
Demangan paroki Santa Theresia Sedayu. Penulis memilih 6 responden karena
mereka tokoh dan aktivis lingkungan. Informasi responden lebih dari cukup untuk
kebutuhan riset.
F. Pertanyaan penelitian
Dalam skripsi ini pertanyaan yang diajukan dalam wawancara adalah sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan prefasi arwah?
2. Seberapa penting prefasi arwah untuk bapak ibu?
3. Ada berapa prefasi Arwah?
4. Bagaimana bapak/ibu menghayati prefasi arwah?
5. Kapan bapak/ibu mengenal prefasi arwah?
6. Apakah bapak/ibu menghayati setiap prefasi arwah?
7. Apakah dengan prefasi arwah bapak/ibu dapat menghayati dalam
kehidupan sehari-hari?
G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
dengan metode wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Dengan metode wawancara penulis mengharapkan mendapatkan data yang
mendalam dari narasumber sesuai kebutuhan. Wawancara dilakukan kepada umat
lingkungan Santo Yoakim Demangan Paroki Santa Theresia Sedayu. Hasil
wawancara yang berbentuk lisan akan penulis ubah ke dalam bentuk tulisan
sehingga memudahkan untuk mengolah.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, hasil rekaman
wawancara. Jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, dan sumber
data tertulis. (Moleong 2012: 157 mengutip Lofland dan Lofland). Dalam
penelitian ini penulis menggunakan alat rekam dan alat dokumentasi guna
membantu penulis dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan selama penelitian.
H. Teknik Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan
kepastian (confirmability) (Moleong, 2012: 324).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan kriteria kepercayaan (credibility).
Kriterium ini berfungsi: pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa
sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan
pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti (Moleong,
2012:324). Penulis memilih satu kriteria yaitu kepercayaan (credibility) karena
penulis mempercayai bahwa jawaban dari responden adalah jawaban yang
mereka ketahui dan tidak dibuat-buat. Penulis juga mempercayai bahwa jawaban
responden bukan jawaban yang asal, tetapi di dapat dari pemahaman mereka.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang penting dan
yang dipelajari, dan memutuskan yang dapat diceritakan kepada orang lain
(Moleong, 2012:248).
Mengenai analisis data kualitatif, Seiddel (dalam Moleong, 2012:248)
menjabarkan prosesnya sebagai berikut. Pertama penulis mencatat yang
menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya
tetap dapat ditelusui. Kedua, penulis mengumpulkan, memilah-milah,
mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
Ketiga, penulis berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat
temuan-temuan umum.
Dalam menentukan keabsahan penulis memilih kategori derajat kepercayaan
(credibility). Penulis memilih kategori tersebut karena melihat umat yang
menjawab pertanyaan dengan pengetahuan mereka, penulis juga mempercayai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
bahwa jawaban tersebut dari hasil pemahaman dan penghayatan responden
tersebut, tidak ada jawaban yang mereka karang, tetapi murni dari pengetahuan
dan penghayatan umat sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN TINDAK LANJUT
A. Hasil Penelitian
Pada bab sebelumnya, penulis telah mendapatkan tujuan penelitian, kemudian
menentukanan responden, menyusun pertanyaan panduan wawancara kemudian
teknik dan instrumen pengumpulan data.
Kemudian dalam Bab IV ini, penulis akan memaparkan hasil wawancara
dengan responden. dalam bab IV penulis juga akan menyimpulkan hasil
wawancara yang dimasukkan dalam penelitian yang sehingga penulis dapat
menyimpulkan rencana program yang dapat mengubah pemahaman atau
penghayatan umat.
1. Profil Paroki dan Lingkungan
a. Sejarah Singkat Paroki Sedayu
Keberadaan umat katolik di Sedayu dan sekitarnya bukan proses yang
berkembang dalam waktu yang singkat dan mudah. Tentu perlu proses yang
berjalan setahap demi setahap. Namun, pada waktu itu tidak ada dokumentasi
yang memadai. Sebuah catatan yang berkorelasi dengan itu menyatakan pada 14
April 1922, seorang pastor bernama Jean Babtist Palinckx, SJ. menjadi pastor
pertama yang bertugaskan di Stasi Yogyakarta. Pada saat itu, umat Stasi
Yogyakarta meliputi Kedu, Bagelan, dan Banyumas. Jumlah keseluruhan sekitar
seribu orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
Pada masa itu, di perempatan Sedayu terdapat pabrik penggilingan tebu
yang sedang di ambang kebangkrutan. Pabrik ini kemudian masih berjalan sampai
dengan kedatangan tentara Jepang. Di dekat pabrik tersebut, terdapat stasiun
kereta api, yang merupakan stasiun terbesar di Yogyakarta bagian barat. Sekitar
pabrik menjadi daerah yang ramai. Diantara warga di sana, terdapat umat Katolik.
Mereka didatangi katekis Yoseph Poerwodiwiryo untuk menerima pelajaran
agama Katolik. Namun, ada juga warga Sedayu yang ikut pelajaran agama di
Yogyakarta.
Pada 1923, Romo Reksoatmadja SJ berkunjung ke Sedayu. Beberapa
warga menyambut dengan baik kedatangannya. Nama-nama lain yang tercatat
pernah datang ke Sedayu adalah Pastor H Nollen M.S.C. pada 18 Desember 1921
dan Pastor H. Van Drissche. Pada 1924 Romo Reksoatmadja SJ bersama pastor
Karl de Hoog, SJ. Pada saat itu Pastor De Hoog tengah bertugas di Muntilan.
Tahun berikutnya Romo Reksoatmadja datang bersama Pastor Strater, SJ dan
mengadakan pertemuan dengan 25 warga Sedayu untuk memberikan ajaran
agama Katolik.
Proses berkembangnya komunitas Katolik di Sedayu ini bukan tanpa
hambatan. Sebagian Warga yang tidak suka dengan aktivitas para misionaris ini.
Meskipun demikian, akhirnya Ekaristi pertama bisa dilangsungkan di Sedayu
pada 14 Januari 1926. Ekaristi ini dihadiri 180 warga, 30 diantaranya sudah
menjadi Katolik dan menerima Sakramen Mahakudus.
Mengetahui bahwa sebagian besar umat Sedayu belum bisa membaca dan
menulis, Romo Reksoatmadja, SJ dan Pastor Strater, SJ tergerak hati untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
memprakarsai sekolah-sekolah untuk masyarakat umum. Mereka kemudian
mendirikan Volkschool di Nglahar-Tiwir, Volkschool di Kaliduren dan
Vervolkschool di Gubug. Pastor Strater, SJ yang saat itu memimpin Novisiat SJ di
Yogyakarta kemudian memecah Yogykarta menjadi 8 stasi utama dan 25 stasi
pembantu. 8 stasi utama ini adalah Medari, Somohitan, Mlati, Klepu-Ngijon,
Wates, Bantul, Wonosari, dan Kalasan. Sedayu dan Ganjuran termasuk stasi
pembantu.
Melihat perkembangan yang menggembirakan di Sedayu, Romo
Reksoatmadja, SJ dan Pastor Strater, SJ mencetuskan gagasan untuk mendirikan
gereja di Sedayu. Peristiwa ini terjadi pada 1925. Mereka kemudian mencari
sebidang tanah dengan harga 300 ribu gulden. Mangoendarmo, seorang penguasa
tanah di Gubug bersedia melepas sebidang tanahnya yang terletak di tepi sungai.
Mangoendarmo yang semula tinggal di tanah tersebut kemudian pindah di tengah
dusun. Proses jual beli tanah ini menjadi awal keterlibatan Mangoendarmo dalam
penyebaran agama Katholik (https://parokisedayu.org/).
b. Sejarah Singkat Lingkungan Santo Yoakim Demangan
Demangan berasal dari kata demang yang mempunyai sejarah ketika orang
kraton yang datang di desa Demangan kemudian Ki Demang membawa teman
temannya yang diantaranya Mbah yang bernawa Atemo yang sudah beragama
Katolik kemudian menyebarkan agama Katolik di desa Demangan.
Lingkungan Santo Yoakim Demangan adalah lingkungan paling selatan di
Paroki Santa Theresia Sedayu. Lingkungan ini memiliki 3 blok, yaitu blok A, blok
B, dan blok C. Dalam sejarahnya, lingkungan Yoakim Demangan adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
https://parokisedayu.org/
-
40
lingkungan yang memiliki teritorial yang cukup besar. Lingkungan Yoakim ini
juga lingkungan yang tertua di Paroki Santa Theresia Sedayu. Ia lingkungan yang
pada jamannya memiliki berbagai macam kegiatan yang dahulu dilakukan oleh
para kaum muda yang sekarang menjadi tokoh-tokoh di Lingkungan Santo
Yoakim Demangan. Lingkungan ini dahulunya diketuai oleh Bernadus Adi
Sutrisno yang menjadi penggerak berbagai macam kegiatan di Lingkungan Santo
Yoakim Sedayu.
2. Profil Responden
Responden 1 – dengan inisial DL, adalah mantan prodiakon periode 1995-1998 di
lingkungan St. Yoakim Demangan
Responden 2 – dengan inisial BK, merupakan salah satu pengurus lingkungan dan
mantan prodiakon periode 2005-2012 di lingkungan St. Yoakim Demangan
Responden 3 – dengan inisial AOL, merupakan salah satu pengurus Lingkungan
St. Yoakim Demangan periode 2014-2016
Responden 4 – dengan inisial MMS, merupakan guru agama yang terlibat dalam
kepengurusan di lingkungan St. Yoakim Demangan 2021-2015
Responden 5 – dengan inisial BS, Ketua Lingkungan Lingkungan St. Yoakim
Demangan 2018-2019
Responden 6 – dengan inisial YS, Merupakan mantan prodiakon periode 2017-
2019 di lingkungan St. Yoakim Demangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
Ke-enam responden dipilih karena mereka tokoh di dalam lingkungan dan
memiliki peran di dalam lingkungan. Penulis memilih responden karena
pengetahuan mereka lebih dari umat yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
3. Hasil Wawancara
Pada bagian ini penulis menyajikan jawaban atau tanggapan dari responden tentang bagaimana penghayatan prefasi arwah di
Lingkungan Santo Yoakim Demangan Untuk mendapatkan tanggapan tentang hal tersebut, penulis sudah menyiapkan beberapa
pertanyaan kunci yang dapat dijawab oleh responden. Pada bagian ini, penulis mengajukan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan
tanggapan yang komprehensif tentang penghayatan Prefasi Arwah di Lingkungan Yoakim Demangan.
a. Apa yang dimaksud dengan prefasi arwah?
Responden 1 2 3 4 5 6
Jawaban
responden
Prefasi itu kan
pembukaan untuk
menuju Ekaristi,
Prefasi Arwah ini
tidak ada data
yang pasti,
maksudnya kita
mengarang, kalau
saya dalam
prefasi arwah itu,
arwah siapa yang
dimohonkan
kemudian arwah
itu kita mohonkan
kepada Tuhan
Kalau dalam
arti yang
sebenarnya mas
itu saya nggak
tahu tapi kalau
menurut saya
itu hanya
sebagai apa ya
mas untuk
liturgi tata cara
dalam
pembuatan teks
panduan unutk
arwah itu
.[wawancara
Prefasi
dalam arwah
ya, kalau
untuk saya
Prefasi
Arwah
berarti kita
menyiapkan
hati kita
untuk selalu
siap
mengarahkan
hati kepada
Tuhan.
Berarti hati
Kalau dari saya ya
mas setahu saya
prefasi arwah itu
adalah bagian dari
doa syukur agung
yang membawa kita
untuk bersyukur
akan Kristus yang
memberi kehidupan
dan
kematian.[wawancar
a R4, 30 Juni 2019]
Prefasi
Arwah
adalah
komunikasi
kita dengan
Tuhan yang
dimana kita
memohon
untuk arwah
yang kita
doakan
kepada
Tuhan.
[wawancara
R5, 2 Juli
Yang dimaksud
Prefasi Arwah
dalah doa ajakan
untuk mengawali
Doa Syukur
Agung dalam
misa arwah atau
dalam
memule(peringata
n) dipanggilnya
mengahadap
Tuhan untuk bisa
lebih
mengarahkan hati
kepada Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
sebagaimana
arwah itu
nantinya
mendapat berkat
karena cinta kasih
Tuhan melalui
Ekaristi itu kita
mohon kepada
Kristus karena
Kristus adalah
Pengampun
segala umat.
lebih-lebih umat
kristiani selalu
percaya kepada
Kristus bahwa
adalah satu-
satunya
permohonan kita
serahkan karena
kepercayaan kita
karena kita
serahkan kepada
Tuhan
saja.[Wawancara
R1, 28 juni 2019]
R2, 29 Juni
2019]
kita selalu
disiapkan
ketika kita
itu mau
berbicara
pada Tuhan.
[wawancara
R3, 30 Juni
2019]
2019]
dengan layak dan
sepantasnya
karena sebagai
manusia berdosa
yang dijanjikan
akan menerima
pesta perjamuan
abadi bersama
para kudus di
surga.[wawancara
R6, 5 Juli 2019]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
b. Seberapa penting penghayatan prefasi arwah?
Responden 1 2 3 4 5 6
Jawaban Dalam
jawaban itu
kalau tidak
penting
mestinya tidak
ada prefasi
dalam itu saya
meyakini
bahwa Prefasi
dalam Arwah
itu sungguh-
sungguh kita
percaya
dengan
menyerahkan
diri kepada
Kristus
melalui
Ekaristi di
dalam misa
arwah itu dan
saya
diteguhkan
dan mendapat
Prefasi arwah
juga penting
karena
mengingatka
n kita yang
masih hidup
supaya kita
dipanggi