bab ii landasan teori 2.1. pengelolaan pendidikan 2.1.1...

21
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1. Manajemen Pendidikan Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini populer di berbagai bidang pekerjaan. Manajemen menjadi sebuah hal yang menarik khususnya berkaitan dengan upaya untuk mencapai tujuan tertentu. Secara singkat manajemen dapat dimaknai sebagai sebuah seni sekaligus ilmu yang mengatur setiap sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. “Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya”. 1 “Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling)”. 2 Manajemen memiliki fungsi-fungsi sehingga usaha untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan setiap sumber daya yang ada dapat tercapai. Manajemen sangat berkaitan dengan organisasi atau lembaga tertentu, dalam sebuah organisasi atau lembaga dapat dipastikan terdapat suatu tujuan yang ingin dicapai 1 G. R.Terry dalam Hikmat, 2009, Manajemen Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, hal. 12 2 Kathryn. M. Batrol dan David C.Martin dalam Daryanto dan Mohammad Farid, 2013, Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Penerbit Gava Media, Yogyakarta, hal. 159

Upload: trinhnhi

Post on 07-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengelolaan Pendidikan

2.1.1. Manajemen Pendidikan

Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini populer di berbagai

bidang pekerjaan. Manajemen menjadi sebuah hal yang menarik khususnya

berkaitan dengan upaya untuk mencapai tujuan tertentu. Secara singkat

manajemen dapat dimaknai sebagai sebuah seni sekaligus ilmu yang mengatur

setiap sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

“Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri

atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk

menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan

melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber

daya lainnya”.1

“Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan

organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi

utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi

(organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan

(controlling)”.2

Manajemen memiliki fungsi-fungsi sehingga usaha untuk mencapai tujuan

dengan memanfaatkan setiap sumber daya yang ada dapat tercapai. Manajemen

sangat berkaitan dengan organisasi atau lembaga tertentu, dalam sebuah

organisasi atau lembaga dapat dipastikan terdapat suatu tujuan yang ingin dicapai

1 G. R.Terry dalam Hikmat, 2009, Manajemen Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung,

hal. 12 2 Kathryn. M. Batrol dan David C.Martin dalam Daryanto dan Mohammad Farid, 2013,

Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Penerbit Gava Media, Yogyakarta, hal. 159

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

9

melalui pemanfaatan sumberdaya yang terdapat di dalam organisasi atau lembaga

tersebut. Hal inilah yang membuat setiap lembaga atau organisasi menggunakan

konsep manajemen dalam pengelolaannya. Salah satu diantaranya adalah lembaga

pendidikan.

Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan potensi yang terdapat

dalam diri seorang manusia. Pendidikan dilakukan melalui serangkaian kegiatan

yang memerlukan keterlibatan berbagai pihak dalam melaksanakannya. Sebagai

sebuah proses yang memiliki tujuan, pengelolaan pendidikan membutuhkan

manajemen untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan

mengendalikan setiap proses yang dilakukan. Hal ini dilakukan agar tujuan yang

ada dapat dicapai secara efektif dan efisien.

“Manajemen pendidikan adalah suatu proses kerjasama

yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan

dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”3

“Manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau

rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan

usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung

dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif

dan efisien.”4

Manajemen dalam pendidikan dapat dimaknai sebagai upaya mencapai

tujuan pendidikan secara melalui langkah-langkah yang sistematis dengan

memperhatikan prinsip-prinsip manajemen. Dengan menerapkan sistem

manajemen, pengelolaan pendidikan dapat lebih terencana dan terawasi sehingga

3 Gaffar dalam E, Mulyasa, 2009, Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi dan

Implementasi, Remaja Rosdakarya Jakarta, hal. 19 4Suharsimi Arikunto dan Lia, 2012, Manajemen Pendidikan; Edisi Revisi, Aditya Media

bekerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 3

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

10

kemungkinan adanya kesalahan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi

program pendidikan akan lebih kecil.

2.1.2. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah

Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) mulai dikenal di Indonesia

tahun 2001. Konsep ini muncul sebagai salah satu dampak dari perubahan sistem

pemerintahan Indonesia di bidang pendidikan yaitu dari sistem sentralisasi

menjadi sistem desentralisasi. MBS sebenarnya merupakan konsep yang pertama

kali muncul di Amerika Serikat. Latar belakang kemunculanya berkaitan dengan

kesesuaian antara materi yang diajarkan sekolah dengan tuntutan kebutuhan yang

ada di masyarakat. Kinerja sekolah saat itu dianggap tidak mampu memenuhi

tuntutan kebutuhan masyarakat. Untuk mengatasinya maka dilakukan upaya untuk

membangun sebuah sistem yang mampu mengatasi masalah tersebut. Hal tersebut

mendasari munculnya MBS sebagai konsep pengelolaan sekolah untuk menjawab

kebutuhan masyarakat.

“Yang dimaksud dengan manajemen berbasis

sekolah/madrasah adalah bentuk otonomi manajemen

pendidikan pada satuan pendidikan, yang dalam hal ini

kepala sekolah/madrasah dan guru dibantu oleh komite

sekolah/ madrasah dalam mengelola kegiatan

pendidikan.”5

Penerapan MBS di Indonesia merupakan bentuk pembaharuan pengelolaan

pendidikan yang dianggap sesuai dengan sistem desentralisasi. Hal ini

dikarenakan MBS memberikan otonomi kepada seluruh warga sekolah antara lain

kepala sekolah, guru, peserta didik, karyawan, wali peserta didik, dan stakeholder

5 Butir Penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 51 Ayat 1 mengenai Manajemen Berbasis Sekolah, hal. 56

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

11

yang berhubungan dengan sekolah untuk berpartisipasi dalam pengelolaan

pendidikan. Penggunaan MBS dinilai mampu memaksimalkan peran sekolah

dalam memberikan pelayanan pendidikan yang memuaskan dengan partisispasi

dan keterlibatan aktif masyarakat yang berbentuk dewan sekolah atau komite

sekolah. Melalui keterlibatan aktif tersebut diharapkan ada rasa kepedulian

masyarakat khususnya bagi para wali peserta didik dan stakeholder terhadap

kondisi sekolah sesuai dengan arti otonomi pendidikan.

“Otonomi atau disentralisasi pendidikan mempunyai dua

arti. Pertama, menata kembali sistem pendidikan nasional

yang sentralistis menuju suatu sistem yang memberikan

kesempatan luas kepada inisiatif masyarakat setempat.

Kedua, otonomi pendidikan bukan berarti melepaskan

segala ikatan untuk membangun Negara kesatuan

Republik Indonesia, melainkan untuk memperkuat dasar-

dasar pendidikan pada tingkat grass root guna

membentuk suatu masyarakat Indonesia yang bersatu

berdasarkan kebinekaan masyarakat.”6

Otonomi pendidikan adalah mengembalikan pendidikan kepada stake

holder, sehingga sistem MBS sebagai hasil dari kebijakan otonomi pendidikan

sering juga disebut dengan Site Based Management, yaitu pengelolaan sekolah

dengan memperhatikan kondisi dan potensi yang terdapat pada lingkungan dan

lembaga setempat dengan mengharapkan peran aktif unsur-unsur dalam

masyarakat.

Tujuan penerapan konsep MBS pada dasarnya adalah mendorong

peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Keunggulan konsep ini antara lain

adalah memutus sistem birokrasi pendidikan yang sebelumnya dianggap berbelit-

belit karena dikelola seluruhnya oleh pusat dan adanya peran aktif masyarakat

6 Umiarso dan Imam Gojali, 2010, Manajemen Mutu Pendidikan di Era Otonomi

Pendidikan, IRCiSoD, Yogyakarta, hal. 27

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

12

kepada sekolah sehingga setiap potensi yang ada di sekitar sekolah dapat

dimanfaatkan bagi peningkatan kualitas sekolah. Adanya konsep MBS ini

memungkinkan sekolah untuk lebih mandiri, dan berinovasi dalam mengupayakan

peningkatan kualitasnya sesuai dengan sumber daya yang ada. Hal tersebut

diwujudkan dalam penyusunan hingga evaluasi program-program sekolah, visi

misi sekolah, dan berbagai kebijakan sekolah.

Di Indonesia MBS diterapkan pada jalur pendidikan formal di jenjang

pendidikan dasar dan menengah.

“Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan

berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip

manajemen berbasis sekolah/madrasah..”7

Penerapan MBS dalam pengelolaan pendidikan di Indonesia diharapakan

mampu memperbaiki kondisi pelayanan pendidikan pada jenjang tersebut. Hal ini

karena jenjang pendidikan tersebut merupakan fondasi bagi peserta didik untuk

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Layaknya sebuah fondasi

tentu kondisi pendidikan pada jenjang ini akan sangat mempengaruhi kesiapan

peserta didik dalam menghadapi jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun

dalam menghadapi lingkungan kerja khususnya bagi peserta didik yang berada

pada jenjang pendidikan menengah. MBS sebagai bagian dari proses dalam siklus

pembelajaran tentu akan sangat berpengaruh dalam menentukan kualitas output

yang dihasilakan oleh proses pembelajaran itu sendiri.

Pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dapat berbentuk Sekolah Dasar

(SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau yang sederajat dan bentuk Sekolah Menegah

7 Indonesia, Pasal 51 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, hal. 24

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

13

Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau yang sederajat sebagai

lanjutan dari SD atau MI. Setelah peserta didik menyelesaikan pendidikan dasar

maka jenjang pendidikan yang dapat ditempuh selanjutnya adalah pendidikan

menegah. Salah satu bentuk pendidikan jenjang menengah adalah Sekolah

Menengah Atas (SMA). Penyelenggraan pendidikan di tingkat SMA di Indonesia

dapat dilaksanakan dibawah naungan pemerintah maupun swasta atau yayasan.

SMA adalah jenjang pendidikan menengah yang menjadi dasar bagi peserta didik

untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan demikian

sistem penyelenggaraan pendidikan yang digunakan di SMA dibagi menjadi

beberapa jurusan, pembagian ini dimulai di tingkat kelas XI, jurusan yang umum

diadakan pada jenjang SMA di Indonesia antara lain, Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Bahasa.

Penerapan MBS dalam pengelolaan pendidikan, mengharuskan setiap

sekolah termasuk diantaranya SMA memiliki visi dan misi yang menunjukan arah

yang akan dicapai. Dalam mencapai tujuan tersebut sebuah SMA harus mampu

mendayagunakan berbagai komponen manusia yang menjadi anggotanya. Setiap

komponen yang menjadi unsur-unsur di dalam organisasi harus bekerja sesuai

dengan tugas, fungsi dan perannya masing-masing.

2.2. Organisasi Lembaga Pendidikan

Organisasi adalah institusi atau wadah tempat orang berinteraksi dan

bekerjasama sebagai suatu unit terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang atau

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

14

lebih yang berfungsi mencapai sasaran atau serangkaian sasaran.8 Organisasi

dibagai menjadi dua jenis berdasarkan struktur organisasinya. Keberadaan

struktur organisasi menjadi pembeda utama antara organisasi formal dan

inforrmal. 9

Sekolah sebagai organisasi yang memiliki struktur organisasi dan

tujuan yang jelas termasuk dalam organisasi formal. Organisasi formal adalah

organisasi yang dicirikan oleh struktur organisasi.10

Struktur dalam organisasi

formal dimaksudkan untuk menyediakan penugasan kewajiban dan tanggung

jawab kepada personil dan untuk membangun hubungan tertentu diantara orang-

orang pada berbagai kedudukan.11

Adanya struktur organisasi dalam organisasi

formal menunjukan adanya pembagian tugas, fungsi dan berbagai peran yang

harus dilakukan masing-masing anggota organisasi.

Suatu lembaga adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir yang

mewujudkan nilai-nilai dan tata cara umum tertentu dan memenuhi kebutuhan

dasar masyarakat tertentu.12

Salah satu lembaga yang saat ini ada di Indonesia

adalah lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan adalah suatu lembaga yang

bertujuan mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki peserta didik agar

mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara

individual maupun sebagai anggota masyarakat.13

Organisasi lembaga pendidikan

adalah koordinasi secara rasional sejumlah orang dalam membentuk institusi

8 Syaiful Sagala, 2009, Memahami Organisasi Pendidikan, Alfabeta, Bandung, hal. 13

9 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2009, Manajemen

Pendidikan, Alfabeta, Bandung, hal. 71 10

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Ibid, hal. 71 11

Oteng Sutisna, 1993, Administrasi Pendidikan : Dasar Teoritis Untuk Praktik

Profesional, Angkasa, Bandung, hal. 207 12

Daryanto dan Mohammad Farid, 2013, Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Di

Sekolah, Penerbit Gava Media, Yogyakarta, hal. 16 13

Daryanto dan Mohammad Farid, Ibid, hal. 19

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

15

pendidikan.14

Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan merupakan

sarana melaksanakan pelayanan belajar dan proses pendidikan.15

Sekolah

merupakan institusi yang terdiri berbagai komponen dalam melaksanakan

kegiatannya. Setiap komponen memiliki peran yang harus dijalankan dalam

kegiatan pengelolaan sekolah. Dalam menjalankan peran tersebut, setiap

komponen harus mengetahui tugas dan fungsinya, sehingga tujuan sekolah dapat

tercapai melalui pengelolaan yang efektif dan efisien.

“Dalam konteks institusi persekolahan, organisasi dapat

didefinisikan sebagai unit sosial yang berbasis idiologi

akademik dan/atau vokasional yang sengaja dibangun dan

distrukturkan untuk mencapai tujuan tertentu secara

efektif dan efisien.”16

Pengertian tentang organisasi dalam konteks sekolah dapat diberi makna

sebagai sebuah unit sosial. Unit sosial yang dimaksud merupakan komunitas

sekolah yang terdiri atas kepala sekolah, guru, staf tata uasaha, laboran, teknisi

sumber belajar, pustakawan, penjaga sekolah, siswa, anggota komite sekolah, dan

lain-lain.17

Setiap program sekolah akan berjalan dengan baik apabila unsur-unsur

yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sekolah mampu melaksanakan tugas

dan fungsinya dengan baik. Tugas dan fungsi dari masing-masing unsur tersebut

dihubungkan secara vertikal maupun horisontal dalam bentuk koordinasi.

Pengelolaan sekolah sebagai organisasi harus dilaksanakan dengan cara

mendorong unsur-unsur dalam organisasi sekolah untuk mampu dinamis dan

14

Daryanto dan Mohammad Farid, Ibid, hal. 20 15

Syaiful Sagala, 2009, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,

Alfabeta, Bandung, hal. 70 16

Sudarwan Danim, 2006, Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke Lembaga

Akademik, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 117 17

Sudarwan Danim, Ibid, hal. 117

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

16

saling bekerja sama. Salah satu pihak yang dituntut untuk mampu berperan aktif

dan bekerjasama demi peningkatan kualitas sekolah adalah komite sekolah, hal ini

sesuai dengan konsep MBS yang menuntut peran aktif masyarakat dalam

pengelolaan lembaga pendidikan khususnya pada tingkat sekolah.

“Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu

pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan,

pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui

dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.”18

Sebagai wakil dari masyarakat khususnya orang tua atau wali peserta didik,

komite sekolah diberikan beberapa kewenangan mulai dari tahap penyusunan

program dan kebijakan sekolah sampai pada evaluasi. Semua kebijakan dan

program sekolah ditetapkan oleh Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan.19

Komite sekolah sebagai bagian dari organisasi sekolah memiliki beberapa peran

strategis dalam pengelolaan sekolah. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa

pelaksanaan dan pengelolaan sekolah dalam konsep MBS menjadi tanggung

jawab organisasi pada tingkat satuan pendidikan yaitu organisasi sekolah,

termasuk didalamnya Komite Sekolah.

2.3. Komite Sekolah

Komite sekolah merupakan organisasi yang dibentuk pada tingkat satuan

pendidikan Komite sekolah masuk sebagai bagian dari organisasi sekolah dimulai

sejak penarapn konsep MBS di Indonesia. Komite sekolah merupakan

pengembangan dari organisasi sebelumnya yaitu Badan Pembantu

18

Indonesia, Pasal 56 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, hal. 26 19

E. Mulyasa, 2011, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung,

hal. 35

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

17

Penyelenggaraan Pendidikan (BP3). Komite sekolah/madrasah adalah lembaga

mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah,

serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.20

“Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi

peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu

pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di

satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah,

jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar

sekolah.”21

Komite sekolah dibentuk dengan maksud agar dapat mendorong

keterlibatan masyarakat dalam proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah

dengan cara menumbuhkan sikap kepedulian masyarakat terhadap pendidikan.

Melalui partisipasi masyarakat dalam kegiatan pendidikan diharapkan setiap

permasalahan yang timbul dalam pendidikan khususnya di tingkat sekolah dapat

diselesaikan melalui keterlibatan masyarakat.

“Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri,

dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan

dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan

tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan

pada tingkat satuan pendidikan.”22

Keberadaan komite sekolah yang mengerti tentang peran dan fungsinya

sangat penting, karena secara langsung maupun tidak, penyelesaian masalah yang

dialami oleh sekolah tidak hanya dilakukan oleh kepala sekolah dan guru, tetapi

harus melibatkan komite sekolah khususnya mengenai kegiatan-kegiatan

nonakademik. Selain itu, upaya-upaya peningkatan mutu sekolah dalam sistem

20

Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan, hal. 66 21

Indonesia, Lampiran II Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002

Tanggal 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, hal. 7 22

Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pasal 56 ayat 3, hal. 26

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

18

MBS tidak hanya dirumuskan oleh kepala sekolah dan guru, tetapi komite sekolah

dengan unsur-unsur keanggotaan yang tepat juga harus mampu merumuskan

upaya-upaya untuk mendorong tercapainya tujuan sekolah demi peningkatan mutu

sekolah.

Unsur-unsur pembentuk komite sekolah tersebut diharapkan mampu

mendorong peningkatan mutu sekolah melalui partisipasi masyarakat, sehingga

upaya peningkatan mutu sekolah mampu dilaksanakan dengan lebih mudah dan

lebih terarah dengan adanya partisipasi unsur-unsur tersebut. Dengen maksud

tersebut maka komite sekolah didirikan dengan tujuan antara lain :

“Komite sekolah bertujuan untuk :

1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa

masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional

dan program di satuan pendidikan.

2. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta

masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di

satuan pendidikan.

3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan,

akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan

pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan

pendidikan.”23

Tujuan pembentukan komite akan tercapai apabila seluruh anggota komite

sekolah memahami esensi dari pembentukan komite sekolah. Komite sekolah

sebagai pihak yang terdiri dari unsur internal sekolah dan unsur eksternal sekolah

atau masayarakat, memiliki potensi besar sebagai pihak yang mampu bergerak

lebih jauh dalam upaya peningkatan kualitas sekolah. Komite sekolah memiliki

tanggung jawab untuk menjadi jembatan antara sekolah dengan masayarakat

23

Indonesia, Lampiran II Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002

Tanggal 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, hal. 7

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

19

sehingga masyarakat memahami kondisi sekolah dan tumbuh rasa kepedulian

terhadap kondisi sekolah. Hal in ini berhubungan dengan peran komite sekolah.

“Komite sekolah berperan sebagai :

1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam

penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di

satuan pendidikan.

2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud

financial, pemikiran maupun tenaga dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka

transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan

keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan

masyarakat di satuan pendidikan.”24

Peran komite sekolah sebagai Badan Pertimbangan diwujudkan dalam

pertama proses perencanaan program sekolah, kedua pelaksanaan program

sekolah yang meliputi kurikulum, praktek belajar mengajar, dan penilaian, ketiga

pengelolaan sumber daya pendidikan yang meliputi SDM, sarana dan prasarana,

anggaran. Selanjutnya sebagai Badan Pendukung peran komite sekolah meliputi

kegiatan pengelolaan sember daya, pengelolaan sarana prasarana, dan pengelolaan

anggaran. Sebagai Badan Pengontrol perannya diwujudkan dalam mengontrol

perencanaan pendidikan di sekolah, memantau pelaksanaan program sekolah, dan

memantau output pendidikan. Peran komite sekolah yang lain adalah sebagai

Badan Penghubung yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan program,

dan tahap pengelolaan sumber daya pendidikan. Selain bertanggung jawab

melaksanakan peran-peran tersebut, komite sekolah juga memilki fungsi dalam

organisasi sekolah.

“Komite sekolah berfungsi sebagai berikut :

24

Indonesia, Ibid, hal. 7

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

20

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen

masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan

yang bermutu.

2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat

(perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia

industri) dan pemerintah berkenaan dengan

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide,

tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang

diajukan oleh masyarakat.

4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan

rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai:

a. Kebijakan dan program pendidikan.

b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja

Sekolah (RAPBS).

c. Kriteria kinerja satuan pendidikan.

d. Kriteria tenaga kependidikan.

e. Kriteria fasilitas pendidikan.

f. Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.

5. Mendorong orangtua dan masyarakat

berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung

peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.

6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka

pembiayaan penyelenggaraan pendidikan disatuan

pendidikan.

7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap

kebijakan, program, penyelenggaraan, dan

keluaran pendidikan di satuan pendidikan”.25

Komite sekolah merupakan badan yang dibentuk untuk mewujudkan

peningakatan mutu sekolah. Fungsi dan peran komite sekolah merupakan dua hal

yang saling berkaitan. Fungsi-fungsi tersebut dilaksanakan oleh komite sekolah

sebagai bentuk peranan untuk mewujudkan peningkatan mutu pendidikan di

tingkat satuan pendidikan. Berikut adalah peran komite sekolah dan fungsinya

dalam menejemen pendidikan serta indikator kinerja yang menunjukan peran-

perannya.

25

Indonesia, Ibid, hal. 8

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

21

PERAN KOMITE

SEKOLAH

FUNGSI MANAJEMEN

PENDIDIKAN INDIKATOR KINERJA

Badan

Pertimbangan

(Advisory Agency)

1. Perencanaan Sekolah a. Identifikasi sumber daya

pendidikan dalam

masyarakat

b. Memberikan masukan

untuk penyusunan

RAPBS

c. Menyelenggrakan rapat

RAPBS (sekolah, orang

tua siswa, dan

masyarakat)

d. Memberikan

pertimbangan perubahan

RAPBS

e. Ikut mengesahkan

RAPBS bersama kepala

sekolah

2. Pelaksanaan Program

a. Kurikulum

b. PBM

c. Penilaian

a. Memberikan masukan

terhadap proses

pengelolaan sekolah

b. Memberikan masukan

terhadap proses

pembelajaran kepada guru

3. Pengelolaan Sumber

daya Pendidikan

a. SDM

b. S/P

c. Anggaran

a. Identifikasi sumber daya

pendidikan dalam

masyarakat

b. Memberikan

pertimbangan tentang

tenaga kependidikan yang

dapat diperbantukan di

sekolah

c. Memberikan

pertimbangan tentang

sarana dan prasarana yang

dapat diperbantukan

disekolah

d. Memberikan

pertimbangan tentang

anggaran yang dapat

dimanfaatkan disekolah.

Badan Pendukung

(Supporting

Agency)

1. Pengelolaan sumber

daya

a. Memantau kondisi

ketenagaan pendidikan di

sekolah

b. Mobilisasi guru

sukarelawan untuk

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

22

menanggulangi

kekurangan guru di

sekolah

c. Mobilisasi tenaga

kependidikan non guru

untuk mengisi kekurangan

di sekolah

2. Pengelolaan Sarana dan

prasarana

a. Memantau kondisi sarana

dan prasaranan yang ada

di sekolah

b. Memobilisasi bantuan

sarana dan prasarana di

sekolah

c. Mengkoordinasi

dukungan sarana dan

prasarana sekolah

d. Mengevaluasi

pelaksanaan dukungan

sarana dan prasarana

sekolah

3. Pengelolaan Anggaran a. Memantau kondisi

anggaran pendidikan di

sekolah

b. Memobilisasi dukungan

terhadap anggran

pendidikan di sekolah

c. Mengkoordinasi

dukungan terhadap

anggran pendidikan di

sekolah

d. Mengevaluasi

pelaksanaan dukungan

anggaran di sekolah

Badan Pengontrol

(Controlling

Agency)

1. Mengontrol

perencanaan

pendidikan di sekolah.

a. Mengontrol proses

pengambilan keputusan di

sekolah.

b. Mengontrol kualitas

kebijakan di sekolah.

c. Mengontrol proses

perencanaan pendidikan

di sekolah.

d. Pengawasan terhadap

kualitas perencanaan

sekolah.

e. Pengawasan terhadap

kualitas program sekolah.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

23

2. Memantau pelaksanaan

program di sekolah

a. Memantau organisasi

sekolah.

b. Memantau penjadwalan

program sekolah.

c. Memantau alokasi

anggaran untuk

pelaksanaan program

sekolah.

d. Memantau sumber daya

pelaksanaan program

sekolah.

e. Memantau partisispasi

stake-holder pendidikan

dalam pelaksanaan

program sekolah.

3. Memantau output

pendidikan

a. Memantau hasil ujian

akhir.

b. Memantau angka

partisipasi sekolah.

c. Memantau angka

mengulang sekolah.

d. Memantau angka bertahan

di sekolah.

Badan

Penghubung

(Mediator Agency)

1. Perencanaan. a. Menjadi penghubung

antara komite sekolah

dengan masyarakat,

sekolah , dan dengan

dewan pendidikan.

b. Mengidentifikasi aspirasi

masyarakat untuk

perencanaan pendidikan.

c. Membuat ususlan

kebijakan dan program

pendidikan kepada

sekolah.

2. Pelaksanaan program. a. Mensosialisasikan

kebijakan dan program

sekolah kepada

masyarakat.

b. Memfasilitasi berbagai

masukan terhadap

kebijakan dan program

sekolah.

c. Menampung pengaduan

dan keluhan terhadap

kebijakan dan program

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

24

sekolah.

d. Mengkomunikasikan

pengaduan dan keluhan

masyarakat terhadap

sekolah.

3. Pengelolaan Sumber

Daya Pendidikan

a. Mengidentifikasi kondisi

sumber daya sekolah.

b. Mengidentifikasi sumber-

sumber daya masyarakat.

c. Memobilisasi bantuan

masyarakat untuk

pendidikan di sekolah.

d. Mengkoordinasikan

bantuan masayarakat.

Tabel. 2.1 Peran Komite Sekolah, Fungsi Manajemen Pendidikan, dan

Indikator Kinerja. Sumber ; Tim Pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah Ditjen Dikdasmen

Depdiknas

Melalui kewenangannya sebagai badan pertimbangan, badan pendukung,

badan pengontrol, dan badan penghubung, komite sekolah diharapkan mampu

memberikan dukungan tenaga, finasial, dan sarana prasarana, serta pengawasan

pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagai salah satu upaya meningkatkan

kualitas pendidikan.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mengangkat masalah berhubungan dengan peran

komite sekolah yang pertama adalah penelitian Indriyani (2011) dengan judul

“Hubungan Peran Komite Sekolah dengan Peningkatan Mutu Pendidikan”.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan

signifikan antara peran komite sekolah sebagai badan pertimbangan, badan

pendukung, badan pengontrol, dan badan penghubung dengan peningkatan mutu

pendidikan ditinjau dari komponen sarana dan prasarana pendidikan di SD Gugus

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

25

Sultan Agung, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan. Metode yang

digunakan dalam penelitian tersebut adalah kuantitatif dengan jenis penelitian

korelasi, teknik pengambilan data cluster sampling, dan teknik pengumpulan data

melalui angket dan observasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Peran

Komite sekolah dengan peningkatan mutu pendidikan ditinjau dari komponen

sarana dan prasarana pendidikan memiliki hubungan yang positif dan signifikan.

Penelitian terdahulu yang kedua adalah “Pelaksanaan Peran Komite Sekolah

Dalam Penyelenggaraan SMK di DIY” yang dilakukan oleh Moch Alip dan

Sunarto (2008) . Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi tentang

bagaiamana peran komite sekolah di DIY sebagai bahan kaji ulang mekanisme

kerja dan peranannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

fenomenologis rancangan multisitus. Hasil penelitian menunjukan bahwa komite

sekolah terpilih sangat aktif, namun belum melaksanakan semua perannya secara

optimal, yaitu sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan sebagai

mediator.

Penelitian terdahulu yang ketiga adalah penelitian Siti Lestari (2013) dengan

judul “Peran Komite Sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah Di Sekolah

Dasar Gugus P. Diponegoro Kecamatan Dempet”. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menggambarkan peran komite sekolah dalam manajemen berbasis sekolah

di sekolah dasar Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet, baik sebagai badan

pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol, maupun sebagai mediator,

serta untuk mengetahui peran mana yang paling kurang optimal dibandingkan

dengan peran lainnya. Data diambil dengan cara menyebar angket yang berisi

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

26

pertanyaan-pertanyaan dengan kriteria jawaban yang sudah disediakan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan nilai mean untuk peran komite

sekolah dalam manajemen berbasis sekolah di Gugus Diponegoro Kecamatan

Dempet sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol

maupun sebagai mediator termasuk kategori cukup baik, ini berarti Komite

Sekolah di Sekolah Dasar Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet belum optimal

berperan dalam memberi pertimbangan atas perencanaan dan penyusunan

program sekolah, memberi dukungan terhadap kegiatan sekolah, mengontrol

kinerja sekolah serta menjadi mediator antara orang tua siswa dengan sekolah.

Diantara keempat peran tersebut diketahui bahwa peran sebagai badan mediator

paling rendah bila dibandingkan dengan peran lainnya.

Penelitian terdahulu yang keempat adalah penelitian Andhita Nur Widya

(2008) dengan judul “Peran komite sekolah dalam peningkatan kualitas pelayanan

pendidikan di SMA Negeri 8 Surakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui peran komite sekolah dalam peningkatan kualitas pelayanan

pendidikan SMA Negeri 8 Surakarta. Lokasi penelitian adalah di SMA Negeri 8

Surakarta Jalan Sumbing No. VI / 49 Mojosongo Surakarta. Penelitian

menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan keadaan, sifat,

individu, gejala maupun frekuensi hubungan tertentu dan gejala lain dalam

masyarakat. Data diperoleh dari wawancara observasi non partisipan, dan

dokumentasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive

sampling dan snowball sampling. Sedangkan teknik analisa data menggunakan

analisa interaktif dengan mendasarkan pada proses reduksi data, sajian data, dan

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

27

penarikan kesimpulan. Untuk menguji validitas data menggunakan triangulasi

data. Hasil penelitian menunjukan bahwa masih ada program-program komite

sekolah yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan pendidikan belum

berjalan dengan lancar karena terhambat oleh masalah keterbatasan dana. Dengan

adanya komite sekolah, semua permasalahan tersebut satu persatu dapat teratasi.

Hal ini dapat dilihat keberhasilan Komite Sekolah SMA Negeri 8 Surakarta

mewujudkan program-program sekolah dalam hal perencanaan dan penggalangan

dana, serta terealisirnya pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Program-

program yang telah terealisir tersebut masuk dalam program kerja yang telah

disusun dan disepakati bersama oleh pihak sekolah dan komite, dalam

pelaksanaannya dilakukan oleh pihak sekolah sedangkan komite berperan sebagai

pengawas atau badan yang melakukan kontrol. Komite sekolah dalam

peningkatan kualitas pelayanan pendidikan di SMA Negeri 8 Surakarta

mengalami kendala dalam pelaksanaan program dan kegiatan sekolah karena

banyak orang tua siswa tidak mampu untuk itu kegiatan belum berjalan dengan

lancar.

2.5. Kerangka Berfikir Penelitian

Tujuan pendidikan akan tercapai dengan pendidikan yang bermutu. untuk

mewujudkan pendidikan yang bermutu perlu keterlibatan unsur-unsur yang

berhubungan dengan lembaga pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan salah

satunya adalah komite sekolah. Sesuai Keputusan Menteri Pendidikan nasional

Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, bahwa

komite sekolah dibentuk dengan tujuan untuk menyalurkan aspirasi,

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5577/3/T1_162010012_BAB II.pdf · Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini

28

meningkatkan tanggungjawab masyarakat terhadap pendidikan dan menciptakan

suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel, dan demokratis dalam

penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu.

Peran Komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan, pendukung,

pengontrol, dan mediator menjadi harapan dalam meningkatkan mutu layanan

pendidikan. Untuk itu komite sekolah harus memahami perannya, dengan

memahami perannya komite sekolah mampu melaksanakan tugas dan fungsinya

dengan baik, sehingga peningkatan mutu sekolah dapat dicapai.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Peran Komite Sekolah di SMA PGRI1

Temanggung

Komite Sekolah SMA PGRI

1 Temanggung

Peran Komite Sekolah SMA

PGRI 1 Temanggung

Pendukung baik

yang berwujud

financial,

pemikiran

maupun tenaga

dalam

penyelenggaraan

pendidikan di

satuan

pendidikan.

Pemberi

pertimbangan

dalam

penentuan dan

pelaksanaan

kebijakan

pendidikan di

satuan

pendidikan.

Pengontrol

dalam rangka

transparansi

dan

akuntabilitas

penyelenggaraa

n dan keluaran

pendidikan di

satuan

pendidikan.

Diskripsi Pemaknaan dan Evaluasi

Peran Komite Sekolah di SMA PGRI

1 Temanggung

Mediator antara

pemerintah

(eksekutif)

dengan

masyarakat di

satuan

pendidikan.