web viewkelayakan dan kemampuan untuk ... pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Auditing merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secar kritis dan sistematis,
oleh pihak yang indeoenden terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukunnya, dengan
tujuan untuk dapat memberikan pendapatan mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut.
Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntanpublik berpedoman pada standar
professional akuntan public ( di USA: Generally Accepted Auditing Standards ),
menaati kode etik IAI dan aturan etika profesi akuntan public serta mematuhi standar
pengendalian mutu.
Agar pemeriksaan dapat dilakukan secara sistematis, akuntan publik harus
merencanakan pemeriksaannya sebelum proses pemeriksaan dimulai, dengan membuat
apa yang disebut rencana pemeriksaan ( audit plan ). Dalam audit plan antara lain
dicantumkan kapan pemeriksaan dimulai, berapa lama jangka waktu pemeriksaan
diperkirakan, kapan laporan harus selesai, berapa orang audit staf yang ditugaskan,
masalah-maslah yang diperkirakan akan dihadapi di bidang auditing, akuntansi
(accounting), perpajakan dan lain-lain. Selain itu dalam audit plan , akuntan public
harus menetapkan batas materialitas dan memperhitungkan resiko audit.
Selain audit plan, terdapat jenis audit lain seperti audit program, audit
procedures dan audit teknik, serta resiko audit dan materialitas. Audit program
membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang
harus dilaksanakan. Dan audit procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-
1
bahan bukti ( audit avidence ) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas
kewajaran laporan keuangan, serta risiko audit dan materialitas dalam PSA No. 25
diberikan pedoman bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada
saat perencanaan dan pelaksaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan ikatan akuntan Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep dan Desain Program Pemeriksaan?
C. TUJUAN
Mampu memahami dan menjelaskan, serta membuat dan menyiapkan program
audit.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KERJA SAMA DENGAN AUDITOR INTERN DALAM PENGUJIAN
PENGENDALIAN
1. Koordinator Audit dengan Auditor Intern
Auditor intern bertanggung jawab untuk memantau pengendalian intern entitas
sebagai bagian dari tugas rutinnya. Pemantauan ini mencakup review periodik terhadap
unsur-unsur pengendalian intern. Auditor dapat melakukan koordinasi pekerjaan dengan
auditor intern dan mengurangi jumlah lokasi atau divisi perusahaan yang akan diterapi
pengujian pengendalian. Dalam mengkoodinasi pekerjaannya dengan auditor intern,
auditor indenpenden melakukan (2) rapat periodeik dengan auditor intern, (2)
melakukan review jadwal kerja auditor intern, (3) meminta izin untu ekses ke kertas
kerja auditor intern, (4) melakukan review terhadap laporan audit.
Prosedur Audit Indeks KK Tanggal Pelaksanaan Pelaksana
Keberadaan atau Keterjadian1. Pilih sampel transaksi pengeluaran kas dari buku jurnal pengeluaran kas dan tentukan keberadaan :a) Bukti kas keluar yang telah
diotorisasi yang berwenang.b) Dokumen pendukung bukti
kas keluar yang telah diotorisasi oleh yang berwenang.
2. Bandingkan tanda tangan yang tercantum dalam bukti kas keluar dengan daftar tanda tangan manajer yang berwenang.
3
3. Lakukan inspeksi terhadap cap “lunas” yang tercantum dalambukti kas keluar dan dokumen pendukungnya.4. Lakukan pengamatan terhadap pemisahan tugas otorisasi bukti kas keluar dengan penandatangan cek.
Kelengkapan5. Periksa bukti digunakannya dokumen cek danbukti kas keluar bernomor urut tercetak dan pertanggungjawaban penggunaannya.6. Lakukan pengamatan terhadap penanganan dan penyimpananan cek yang belum dipakai.
Penilaian atau Alokasi7. Untuk transaksi yang dipilih pada langkah (1) diatas, lakukan pemeriksaan adanya verifikasi indenpenden terhadap bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnya.8. Lakukan inspeksi atas rekonsiliasi bank.
Bilamana auditor independen melaksanakan koodinasi pekerjaan dengan auditor
intern, auditor independen harus mengevaluasi kualitas dan efektivtas pekerjaan auditor
intern. SA Seksi 3222 Pertimbangan Auditor atas Fungsi Audit Intern dalam Audit atas
Laporan Keuangan memberikan panduan bagi auditor independen dalam melakukan
evaluasi kualitas dan efektivitas pekerjaan auditor intern. Auditor independen harus
menguji pekerjaan auditor intern dan menentukan apakah:
1. Lingkup pekerjaan auditor memadai untuk memenuhi tujuan pekerjaannya.
2. Program audit memadai untuk mencapai tujuan auditnya.
4
3. Kertas kerja yang dibuat memadai untuk mendokumentasikan pekerjaan yang
telah dilaksanakan, termasuk mencerminkan adanya supervisi dan review atas
pekerjaan yang telah dilaksanakan.
4. Kesimpulan dibuat memadai sesuai dengan keadaan.
5. Laporan sesuai dengan pekerjaan yang telah dilaksanakan.
2. Bantuan Langsung
Menurut SA Seksi 322 Pertimbangan Auditor atas Fungsi Audit Intern dalam Audit
atas Laporan Keuangan, auditor independen dapat meminta auditor intern untuk
memberikan bantuan langsung yang berkaitan dengan pekerjaan yang secara spesifik
diminta oleh auditor independen dari auditor intern untuk menyelesaikan beberapa
aspek pekerjaan auditor independen. Sebagai contoh, auditor intern dapat membantu
auditor independen dalam memahami pengendalian intern atau dalam melaksanakan
pengujian pengendalian atau pengujian substantif. Bila bantuan langsung disediakan,
auditor harus :
1. Menentukan kompetensi dan objektivitas auditor intern dan melaksanakn
supervisi, review, evaluasi, serta pengujian pekerjaan yang dilaksanakan oleh
auditor intern yang luasnya disesuaikan dengan keadaan.
2. Memberitahukan auditor intern mengenai tanggung jawab auditor intern
tersebut, tujuan prosedur yang dilaksanakan oleh auditor intern, serta hal-hal
yang mungkin berdampak terhadap sifat, saat, dan lingkup prosedur audit,
seperti masalahakuntansi dan auditing.
5
3. Memberikan auditor intern bahwa semua masalah akuntansi dan auditing yang
signifikan yang ditemukan selama audit harus diberitahukan kepada auditor
independen.
B. PENGUJIAN DENGAN TUJUAN GANDA (DUAL-PURPOSE TESTS)
Di hampir semua audit, pengujian pengendalian tambahan dilaksanakan oleh
auditor terutama dalam pekerjaan intern, sedangkan pengujian substantif dilaksanakan
terutama pada akhir tahun yang diaudit. Namun, standart auditing yang diterapkan IAI
mengizinkan auditor untuk melakukan pengujian substantif terhadap transaksi rinci
dalam periode interim, untuk mendeteksi kemungkinan kekeliruan moneter dalam akun.
Bila keadaan ini terjadi, auditor secara serentak melakukan pengujian pengendalian atas
transaksi yang sama. Sebagai contoh, auditor dapat memerika faktur penjualan tentang
tanda tangan otorisasi dari manajer yang berwenang dan pada saat yang sama, auditor
dapat membuat daftar kesalahan moneter yang terdapat dalam faktur penjualan tersebut.
Jenis pengujian semacam ini disebut dengan istilah “pengujian dengan tujuan ganda.”
Bilamana jenis pengujian ini dilaksanakan, auditor harus mendesain pengujiannya
sedemikian rupa sehingga ia dapat mengumpulkan bukti tentang efetivitas pengendalian
intern sekaligus mendapatkan bukti tentang kekeliruan moneter dalam akun. Di
samping itu, auditor harus secara cermat mengevaluasi bukti yang diperoleh. Pengujian
dengan tujuan ganda digunakan oleh auditor untuk menekan biaya pelaksanaan
pengujian.
6
C. PENENTUAN RISIKO DETEKSI
Dalam tahap-tahap audit atas laporan keunagan, penentuan risiko deteksi terletak
pada tahap auditor mendesain pengujian substantif. Gambar dibawah ini
menggambarkan letak penentuan risiko deteksi dalam proses audit.
Perencanaa
Audit
Pemahaman dan
Pengujian
Pengendalian Intern
Pelaksanaan
Pengujian Substantif
Penerbitan
Laporan Audit
Penaksiran
Risiko Bawaan
Penaksiran Risiko
Pengendalian
Penetapan Risiko
Deteksi
Penilaian Risiko
Audit
Risiko deteksi adalah risiko tidak akan mendeteksi salah saji material yang ada
dalam suatu asersi. Dan resiko deteksi dihitung dengan rumus sebagai berikut :
RD = RA
RB X RP
RD = risiko deteksi
RA = risiko audit
RB = risiko bawaan
RP = risiko pengendalian
Untuk tingkat resiko audit tertentu (RA) yang ditetapkan oleh auditor, risiko
deteksi berbanding terbalik dengan tingkat risiko bawaan (RB)dan risiko pengendalian
(RP).
Risiko deteksi yang direncanakan merupakan dasar untuk menentukan tingkat
pengujian substantif yang direncanakan. Hubungan antara startegi audit awal, risiko
7
deteksi yang direncanakan, dengan tingkat pengujian substantif yang direncanakan
dapat diringkas dalam gamba dibawah ini.
Tentukan Prosedur analitik yang perku dilaksanakan. Pada tahap awal pengujian
substantif terhadap pos tertentu dalam laporan kengan, pengujian analitik dimaksudkan
untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang
yang memerukan audit lebih intensif. Dalam prosedur analitik, auditor menghitung
berbagai ratio. Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan
harapan
Evaluasi terhadap Tingkat Pengujian Substantif yang direncanakan
Setelah memperoleh pemahaman atas pengendalian intern yang relevan dengan
pelaporan keuangan dan setelah menaksir tingkat resiko pengendalian untuk suatu asersi
laporan keuangan, auditor harus membandinngkan tingkat resiko pengendalian
sesungguhnya atau final dengan tingkat resiko pengendalian yang direncanakan untuk
asersi tersebut. Jika tingkat risiko pengendalian final sama dengan yang direncanaka,
auditor dapat melanjutkan untuk mendesain pengujian subsantif khusus berdasarkan
tingkat pengujian substantif yang direncanakan. Jika tingkat resiko pengendalian final
tidak sama dengan yang direncanakan, auditor harus mengubah tingkat pengujian
sebelum auditor mendesain pengujian substantif khusus untuk menampung tingkat
resiko deteksi yang dapat diterima.
Strategi Audit AwalResiko Deteksi yang
direncanakan
Tingkat Pengujian
Substantif yang
direncanakan
8
Pendekatan terutama
Substantif
Rendah atau sangat rendah Tingkat tinggi
Pendekatan taksiran resiko
pengendalian rendah
Moderat atau tinggi Tingkat Rendah
D. DESAIN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Menurut standar pekerjaan lapangan ketiga, auditor harus mengumpulkan bukti
audit kompenten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas
laporan keuangan auditan. Pengujian substantive menghasilkan bukti audit tentang
kewajaran setiap asersi laporan keuangan signifikan. Dilain pihak, pengujian substantif
dapat mengungkapkan kekeliruan atau salah saji moneter dalam pencatatan dan
pelaporan transaksi dan saldo akun. Desain pengujian substantive mencakup penentuan
sifat, saat, dan lingkup pengujian yang diperlukan untuk memenuhi tingkat resiko
deteksi setiap asersi.
1. Sifat Pengujian Substantif
Sifat pengujian substantif mencakup jenis dan efektivitas prosedur audit yang
dilakukan oleh auditor. Jika tingkat resiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah,
auditor harus menggunakan prosedur audit yang lebih efektif , dan biasanya
memerlukan biaya yang lebih tinggi. Jika tingkat resiko deteksi yang dapat diterima
adalah tinggi. Auditor yang dapat menggunakan prosedur audit yang kurang efektif, dan
biasanya memerlukan biaya yang lebih rendah. Auditor dapat menggunakan jenis
pengujian substantif berikut ini : prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi rinci,
dan pengujian terhadap saldo akun rinci.
9
2. Pengujian Analitik
Prosedur analitik dapat digunakan oleh auditor pada :
1. Tahap perencanaan audit untuk mengidentifikasi bidang audit yang memiliki
resiko salah saji yang tinggi.
2. Tahap pengujian dalam proses audit sebagai suatu pengujian substantif untuk
memperoleh bukti audit tentang asersi tertentu.
3. Tahap pengujian rinci sebagai prosedur audit tambahan.
4. Tahap pengujian dalam proses audit terutama substantif
SA SEKSI 329 Proseur Analitik menunjukkan bahwa efektivitas dan efesiensi yang
diharapkan dari suatu prosedur analitik mengidentifikasi kemungkinan salah saji
tergantung atas, antara lain:
1. Sifat Asersi
2. Kelayakan dan kemampuan untuk mengidentifikasi suatu hubungan
3. Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan
4. Ketetapan harapan
Jika hasil prosedur analitik sesuai dengan yang diharapkan, dan tingkat resiko
deteksi yang dapat diterima adalah tinggi, auditor tidak perlu melakukan pengujian
terhadap transaksi atau saldo akun rinci.
Prosedur analitik umumnya memerlukan biaya yang relatif rendah. Oleh karena itu,
auditor harus mempertimbangkan seberapa jauh prosedur analitik ini membantu untuk
mencapai tingkat resiko deteksi yang dapat diterima sebelum auditor memutuskan untuk
memilih pengujian terhadap transaksi atau saldo akun rinci.
10
3. Pengujian Terhadap Transaksi Rinci
Pengujian terhadap transaksi rinci terutama berupa prosedur pengusutan
(Tracing) dan pemeriksaan bukti pendukung. Sebagai contoh, transaksi contoh dapat
diusut dari dokumen sumber (Seperti bukti kas keluar) dan bukti pendukung (seperti
faktur dari pemasok, laporan penerimaan barang, surat order pembelian) ke buku
register bukti kas keluar. Atau pencatatan rinci dalam catatan akuntansi, seperti dalam
kartu piutang, dapat diperiksa dokumen sumber dan dokumen pendukungnya ke faktur
penjualan. Laporan pengiriman barang, dan surat muat. Dalam pengujian terhadap
transaksi rinci ini, fokus perhatian auditor adalah menemukan kemungkinan kekeliruan
atau salah saji moneter, bukan penyimpangan dari pengendalian intern. Pengusutan
(Tracing) merupakan prosedur audit yang bermanfaat untuk menemukan kurang saji
(Understatement), sedangkan pemeriksaan bukti pendukung (Vouching) merupakan
prosedur audit yang bermanfaat untuk menemukan lebih saji (Overstatement).
Pengujian terhadap transaksi rinci memerlukan waktu yang lebih banyak dan
memerlukan biaya tinggi bila dibandingkan dengan prosedur analitik. Namun,
pengujian terhadap transaksi rinci lebih rendah biayanya bila dibandingkan dengan
pengujian terhadap saldo akun rinci. Pengujian terhadap transaksi rinci lebih murah lagi
jika dilaksanakan bersamaan dengan pengujian pengendalian dalam pengujian dengan
tujuan ganda (dual purpose test)
4. Pengujian Terhadap Saldo Rinci.
Pengujian terhadap saldo rinci difokuskan untuk memperoleh bukti secara
langsung tentang suatu saldo akun, bukan pendebitan dan pengkreditan secara
individual kedalam akun tersebut. Sebagai contoh, pengujian terhadap saldo rinci
11
dilaksanakan oleh auditor dengan meminta konfirmasi dari bank untuk saldo kas di bank
klien pada tanggal neraca, konfirmasi dari debitur untuk saldo piutang usaha yang
tercantum dalam kartu piutang usaha. Auditor juga melakukan inspeksi terhadap aktiva
tetap dan melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan serta melakukan
pengujian harga (Pricing Test) terhadap saldo sediian didalam pengujian terhadap saldo
rinci.
Semakin tinggi deteksi, semakin terbatas prosedur audit yang dilaksanakan oleh
auditor terhadap asersi yang bersangkutan dan semakin rendah tingkat keandalan bukti
audit yang diperoleh oleh auditor. Sebaliknya, semakin rendah resiko deteksi semakin
luas prosedur audit yang ditempuh oleh auditor dan semakin tinggi kompetensi bukti
audit yang diperlukan oleh auditor.
RESIKO DETEKSI PENGUJIAN TERHADAP SALDO
RINCI
Tinggi Periksa secara selintas (Scan) Rekonsiliasi
bank yang dibuat oleh klien mengenai
keakuratan matematis yang terdapat
didalamnya.
Moderat Lakukan review terhadap rekonsiliasi bank
yang dibuat oleh klien dan lakukan
verifikasi terhadap pos-pos yang
direkonsiliasi serta keakuratan sistematis.
Rendah Buatlah rekonsiliasi bank dengan
menggunakan rekening koran yang
diperoleh dari klien dan lakukan verifikasi
12
terhadap po-pos yang direkonsiliasi serta
keakuratan matematis.
Sangat Mudah Mintalah rekening koran secara langsung
dari bank, buatlah rekonsiliasi bank,
lakukan verifikasi terhadap pos-pos yang
di rekonsiliasi serta keakuratan sistematis.
5. Saat Pengujian
Tingkat resiko detekasi yang dapat diterima berdampak terhadap saat
pelaksanaan pengujian substantif. Jika resiko deteksi adalah tinggi, pengujian substansi
dapat dilaksanakan beberapa bulan sebelum akhir tahun yang diaudit. Sebaliknya, jika
resiko deteksi untuk asersi tertentu adalah rendah, pengjuian substantif biasanya
dilaksanakan oleh auditor pada atau mendekati tanggal neraca.
6. Pengujian Substantif SebelumTanggal Neraca
SA Seksi 313 Pengujian Substantif sebelum tanggal neraca memberikan panduan
bagi auditor tentang :
a. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh auditor sebelum menerapkan
pengujian substantif terhadap akun rinci sebelum tanggal neraca.
b. Prosedur yang dapat memberikan dasar memadai untuk perluasan dari tanggal
audit interim ke tanggal neraca (sisa periode) kesimpulan audit dari pengujian
substantif utama.
c. Pengkoordinasian saat (Timing) pelaksanaan berbagai prosedur audit.
Auditor dapat menerapkan pengujian substantif terhadap saldo suatu akun secara
13
rinci dalam periode interim. Keputusan untuk melaksanakan pengujian sebelum yanggal
neraca harus didasarkan pada apakah auditor dapat :
1. Pengendalian resiko audit tambahan bahwa salah saji material yang terdapat
dalam akun pada tanggal neraca tidak akan terdeteksi oleh auditor. Resiko ini
menjadi lebih besar jika periode waktu antara tanggal pengujian interim dengan
tanggal neraca diperpanjang.
2. Mengurangi sedemikian besar biaya pengujian substantif yang diperlukan pada
tanggal neraca untuk memenuhi tujuan audit yang telah direncanakan, sehingga
pengujian sebelum tanggal neraca akan menjadi lebih efisien.
Pengujian substantif yang dilakukan sebelum tanggal neraca tidak meniadakan
perlunya pengujian substantif pada tanggal neraca. Pengujian substantif untuk periode
sisa biasanya mencakup :
1. Perbandingan saldo akun pada dua tanggal mengidentifikasi jumlah yang
tampak luar biasa dan penyelidikan jumlah perbedaan tersebut.
2. Prosedur analitik lain atau pengujian substantif lain terhadap rincian untuk
menyediakan bukti yang dapat dipakai sebagai dasar memadai untuk
memperluas kesimpulan dari audit interim ke tanggal neraca.
Bila direncanakan dan dilaksanakan semestinya, kombinasi pengujian substantif
sebelum tanggal neraca dan pengujian substantif untuk periode sisanya dapat
menghasilkan bukti kompeten bagi auditor sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan klien.
14
7. Lingkup Pengujian
Bukti audit diperlukan lebih banyak untuk mencapau tingkat resiko deteksi rendah bila
dibandingkan dengan tingkat resiko deteksi tinggi. Auditor dapat mengubah jumlah
bukti audit yang dikumpulkan dengan mengubah lingkup pengujian substantif yang
dilaksanakan. Libgkup pengujian substantif menunjukkan jumlah pos atau besarnya
sample yang diuji. Besarnya sample merupakan masalah pertimbangan profesional.
Auditor dapat menggunakan pendekatan statistik untuk mengkuatifikasikan
pertimbangan profesionalnya dalam menetukan besarnya sample untuk mencapai resiko
deteksi tertentu.
E. PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN SUBSTANTIF
Laporan keuangan berisi lima golongan asersi :
1. Keberadaan atau keterjadian
2. Kelengkapan
3. Hak dan kewajiban
4. Penilaian dan alokasi
5. Penyajian dan pengungkapan
Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan
keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hala yang material sesuai dengan
prisip akuntansi berterima umum di Indonesia. Laporan keuangan dinyatakan wajar bila
kelima golongan asersi yang terdapat didalam laporan keuangan tersebut sesuai dengan
prisip akuntansi berterima umum di indonesia. Biasanya auditor mengembangkan lebih
lanjut tujuan audit untuk berbagai akun berdasarkan lima golongan asersi yang terdapat
dalam laporan keuangan. Dalam mendesain pengujian substantif, auditor harus
15
menentukan pengujian semestinya untuk mencapai setiap tujuan audit khusus yang
berkaitan dengan setiap asersi. Jika cara ini dilaksakan untuk setiap akun yang isajikan
dalam laporan keuangan, tujuan audit secara umum dapat tercapai.
1. Hubungan antara Asersi, Tujuan Audit khusus dan Pengujian Substantif
Untuk memberikan gambaran langkah auditor dalam mengembangkan pengujian
substantif.
2. Rerangka Umum Pengembangan Program Audit untuk Pengujian Substantif
Dalam pengembangan program audit untuk pengujian substantif, rerangka umum
yang dapat dipakai sebagai acuan disajikan berikut ini :
1. Tentukan prosedur audit awal. Prosedur audit awal ditujukan oleh auditor untuk
memperoleh keyakina bahwa asersi dalam laporan keuangan didukung oleh
catatan akuntansi yang handal. Oleh karena itu, prosedur audit awal ini terdiri
dari lima langkah berikut ini :
a. Usut saldo pos yang tercantum didalam neraca kas saldo akun yang
bersnagkutan didalam buku besar.
b. Hitung kembali saldo akun yang bersangkutan didalam buku besar.
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun yang bersangkutan.
d. Usut saldo awal akun yang bersnagkutan ke kertas kerja tahun yang lalu.
e. Usut posting pendebitan dan atau pengkreditan akun tersebut kedalam jurnal
yang bersangkutan.
16
f. Lakukan rekonsiliasi akun control tersebut dalam buku besar ke buku
pembantu yang bersangkutan.
Langkah ke lima hanya dilaksanakan oleh auditor jika klien menyelenggaran
buku pembantu untuk merinci akun yang bersangkutan kedalam buku besar.
3. Tujuan Audit
Sediaan yang dicantumkan dalam neraca secara fisik ada
Tujuan Audit Contoh Pengujian SubstantifKeberadaan atau KeterjadianSediaan yang tercantum dalam neraca secara fisik ada
Sediaan merupakan unsur yang disimpan untuk dijual atau digunakan dalam bisnis
KelengkapanSediaan meliputi semua produk, bahan, supplies yang ada di lokasi perusahaan
Kuantitas sediaan meliputi semua produk, bahan, supplies yang masih ada dalam
Mengamati perhitungan fisik sediaan.
Mendapatkan konfirmasi atas sediaan yang ditempatkan di lokasi luar perusahaan.
Menguji transaksi sediaan diantara tanggal awal perhitungan fisik sediaan dengan tanggal neraca
Mereview kartu sediaan, catatan produksi, catatan pembelian-pembelian kegiatan normal sebagai petunjuk kegiatan yang bersangkutan dengan sediaan
Membandingkan sediaan dengan catalog penjualan sekarang dengan laporan penjualan dan laporan pengiriman
Menggunakan jasa spesialis untuk menguatkan sifat produk khusus
Mengamati perhitungan fisik sediaan.
Membandingkan hubungan antara saldo akun sediaan dengan kegiatan pembelian, produksi dan penjualan sekarang.
Menguji prosedur pisah batas pengiriman dan penerimaan.
Mendapatkan konfirmasi atas sediaan yang ditempatkan di lokasi
17
perjalanan maupun yang disimpan di lokasi luar perusahaan
Daftar hasil perhitungan fisik sediaan di kompilasi dengan teliti dan totalnya telah dimasukkan dalam akun sediaan
Hak dan KewajibanEntitas memiliki hak milik secara hukum atau hak milik serupa terhadap sediaan
Sediaan tidak mencakup unsure yang ditagihkan kepada pelanggan atau yang dimiliki oleh pihak lain
Penilaian atau alokasiSediaan dinyatakan secara semestinya pada costnya (at cost), kecuali jika harga pasarnya.
luar perusahaan. Membandingkan hubungan antara
saldo akun sediaan dengan kegiatan pembelian, produksi, dan penjualan sekarang.
Menguji prosedur pisah batas pengiriman dan penerimaan.
Menelusuri hitung uji yang dicatat dalam kartu hasil perhitunga fisik sediaan kedalam daftar perhitungan fisik sediaan
Meminta pertanggung jawaban semua kartu perhitungan fisik (inventory tags) dan daftar hasil perhitungan fisik atau (count sheet inventory summary sheet) yang digunakan untuk mencatat hasil perhitungan fisik sediaan
Merekonsiliasi hasil perhitungan fisik dengan kartu sediaan dan saldo akun sediaan dalam buku besar serta menyelidiki fluktuasi yang signifikan
Mengamati perhitungan fisik sediaan.
Mendapatkan konfirmasi atas sediaan yang ditempatkan dilokasi luar perusahaan.
Memeriksa faktur dari pemasok yang telah dibayar, perjanjian konsinyasi, dan kontrak.
Memeriksa faktur dari pemasok yang telah dibayar, perjanjian konsinyasi, dan kontrak.
Menguji prosedur pisah batas pengiriman dan penerimaan
Memeriksa faktur dari pemasok Mereview tarif upah karyawan
langsung Memeriksa analisis selisih harga
pembelian dan lebih rendah selisih biaya produksi
18
Unsur sediaan yang lambat perputarannya, berlebihan, rusak, dan using yang dimasukkan kedalam sediaan telah di identifikasi
Sediaan dikurangi, jika semestinya demikian, kecost pengganti (replacement cost) atau nilai bersih yang dapat direalisasikan
Penyajian dan pengungkapanSediaan digolongkan dengan semestinya dalam neraca sebagai aktiva lancar
Golongan besar sediaan dan dasar penilaian diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan
Sediaan yang digadaikan atau dititipkan keperusahaan lain diungkapakan secara memadai
Memeriksa analisis perputaran sediaan
Mereview pengalaman semestinya dan trend industri
Membandingkan hubungan antara saldo sediaan dengan volume penjualan yang diperkirakan
Melakukan perjalanan peninjauan ke pabrik
Meminta keterangan kepada karyawan produksi dan penjualan tentang kemungkinan kelebihan atau keusangan sediaan
Mendapatkan nilai pasar sediaan sekarang
Mereview cost produksi sekarang Memeriksa penjualan setelah akhir
tahun dan kesanggupan membeli yang tercantum dalam surat order pembelian yang belum direalisasikan penerimaan barangnya
Mereview draft laporan keuangan
Mereview draft laporan keuangan Mebandingkan pengungkapan yang
dicantumkan dalam laporan keuangan dengan yang ditetapkan dalam prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia
Mendapatkan konfirmasi tentang sediaan yang digadaiakan dibawah kontrak penarikan pinjaman
19
4. Tentukan prosedur analitik yang perlu dilaksanakan. Pada tahap awal pengujian
substantif terhadap post tertentu dalam laporan keuangan, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam
menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Dalam prosedur
analitik auditor menghitung berbagai ratio. Ratio yang telah dihitung tersebut
kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya ratio tahun yang lalu
rerata ratio industry, atau ratio yang dianggarkan. Pembandingannya ini
membantu auditor untuk mengungkapkan : (1) Peristiwa atau transaksi yang
tidak biasa, (2) Perubahan akuntansi, (3) Perubahan usaha, (4) Fluktuasi acak,
atau (5) salah saji.
5. Tentukan pengujian terhadap transaksi rinci. Sebagaimana telah diuraikan diatas
pengujian terhadap transaksi rinci terutama terdiri dari prosedur pengusutan
(tracing) dan pemeriksaan bukti pendukung (vouching) untuk membuktikan
asersi keberadaan atau keterjadiaan , kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian
atau alokasi, penyajian dan pengungkapan transaksi atau golongan transaksi.
6. Tentukan pengujian terhadap akun rinci. Auditor menentukkan berbagai
prosedur audit untuk membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian,
kelengkapan, hak dan kewajiban,penilaian atau alokasi, penyajian dan
pengungkapan akun tertentu.
Program Audit dalam perikatan pertama
Menurut SA seksi 323 perikatan audit tahun pertama-saldo awal, terdapat dua hal yang
memerlukan perhatian khusus dari auditor dalam mendesain program audit dalam
perikatan pertama:
20
1. Auditor harus memastikan bahwa saldo awal mencerminkan penerapan
kebijakan akuntansi yang semestinya dan,
2. Bahwa kebijakan tersebut diterapkan secra konsisten dalam laporan keuangan
tahun berjalan.
Program Audit dalam Perikatan Berulang
Dalam perikatan audit berulang, auditor dapat melakukan akses ke program audit yang
digunakan dalam audit tahun yang lalu dan kertas kerja yang dihasilkan dari program
audit tersebut. Dalam keadaan ini, strategi audit awal yang dipilih auditor biasanya
didsarkan pada asumsi tingkat resiko pengendalian yang dipakai dalam audit tahun yang
lalu. Dalam perikatan audit berulang, program audit sring kali disiapkan sebelum
auditor menyelesaikan study dan evauasi terhadap intern. Jika informasi yang diperoleh
dari audit tahun berjalan menunjukan tingkat resiko pengendalian tidak lagi memadahi,
program audit perlu disesuaikan.
Pengujian Pengendalian Dengan Pengujian Substantif
Prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian
Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian yaitu:
1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan klien.
2. Pengamatan terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya.
3. Melakukan inspeksi dokumen, catatan, dan laporan.
4. Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor
Prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif
21
Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian subtantif:
1. Pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka.
2. Pengamatan atau observasi terhadap personil dalam melaksankan tugas mereka.
3. Menginspeksi dokumen dan catatan.
4. Melakukan perhitungan kembali.
5. Konfirmasi
6. Analisis
7. Tracing atau pengusutan
8. Vouching atau penelusuran.
22
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Auditor intern bertanggung jawab untuk memantau pengendalian intern entitas
sebagai bagian dari tugas rutinnya. Pemantauan ini mencakup review periodik terhadap
unsur-unsur pengendalian intern. Auditor dapat melakukan koordinasi pekerjaan dengan
auditor intern dan mengurangi jumlah lokasi atau divisi perusahaan yang akan diterapi
pengujian pengendalian. Di hampir semua audit, pengujian pengendalian tambahan
dilaksanakan oleh auditor terutama dalam pekerjaan intern, sedangkan pengujian
substantif dilaksanakan terutama pada akhir tahun yang diaudit.
Menurut standar pekerjaan lapangan ketiga, auditor harus mengumpulkan bukti
audit kompenten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas
laporan keuangan auditan. Pengujian substantif menghasilkan bukti audit tentang
kewajaran setiap asersi laporan keuangan signifikan.
23