repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 5222... · web view...
TRANSCRIPT
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pengadilan Tinggi Agama Makassar beralamatkan di jalan A.P.
Pettarani Nomor 66 Makassar. Pengadilan Tinggi Agama Makassar
adalah pengadilan yang menangani perkara banding di Provinsi Sulawesi
Selatan. Salah satu pengadilan yang diwilayahi oleh Pengadilan Tinggi
Agama Makassar adalah Pengadilan Agama Masamba. Perkara yang
diteliti oleh peneliti adalah putusan Pengadilan Agama Masamba yang
melalui upaya hukum banding di Pengadilan Tinggi Agama Makassar.
Sejak tahun 2009, Pengadilan Tinggi Agama Makassar telah memutus
perkara sebagaimana digambarkan pada diagram-diagram berikut:
Diagram 1. Jenis Perkara yang Diputus yang Diputus Pengadilan Tinggi Agma Makassar
Bulan Januari s.d. Desember Tahun 2009
57
Sumber: http://www.portalperkara.pta-makassarkota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=20, diakses tanggal 4
Januari 2013
Diagram 2. Perkara yang Diputus Pengadilan Tinggi Agama MakassarDan Pengadilan Agama Se-Wilayah Hukum PTA Makassar
Tahun 2010
Sumber: http://www.portalperkara.pta-makassarkota.go.id/statistikperkara/Perkara
%20yang%20diputus%20PTA%20Makassar%20dan%20PA%20sewilayah%20PTA%20Makassar%202010.pdf diakses tanggal 4
Januari 2013
58
Diagram 3. Perkara yang Diterima dan Diputus Pengadilan Tinggi Agama Makassar
Dan Pengadilan Agama Se-Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Agama Maakassar Tahun 2011
Sumber: http://www.portalperkara.pta-makassarkota.go.id/statistikperkara/perkara%20yg%20diterima%20dan%20diputus%20PTA.%20Mks%20dan%20PA%20Sewilayah%20PTA.Mks%20bulan%20Jan-Des%202011.pdf, diakses
tanggal 5 Januari 2013
4.2 Duduk Perkara
a. Pengadilan Tingkat Pertama
Bahwa pemohon dalam surat permohonannya tertanggal 7
Desember 2011 terdaftar pada Kepaniteraan Pengadilan Agama
Masamba di bawah register perkara Nomor 280/Pdt.G/2011/PA Msb,
tanggal 7 Desember 2011, dengan mengemukakan hal-hal sebagai
berikut:
59
1. Bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami istri sah, menikah
pada hari Ahad tanggal 25 Maret 1993 di Desa Cilallang,
Kecamatan Belopa, Kabupaten Luwu, sesuai dengan kutipan akta
nikah nomor: 38/15/V/1994, tanggal 25 Maret 1994 yang
dikeluarkan oleh PPN/KUA Kecamatan Belopa, Kabupaten Luwu.
2. Bahwa setelah menikah, Pemohon dan Termohon hidup sebagai
suami istri dan tinggal di Desa Cilallang, Kecamatan Belopa,
Kabupaten Luwu di rumah orang tu Termohon selama tiga bulan,
dan setelah itu Pemohon dan Termohon pindah ke rumah orang
tua Pemohon di Desa Malili selama 2 (dua) tahun, kemudian
Pemohon dan Termohon pindah ke rumah keluarga pemohon di
Desa Magani selama 4 (empat) tahun lalu terakhir Pemohon dan
Termohon pindah ke rumah kediaman bersama di Desa Asuli
selama 5 (lima) tahun dan telah dikaruniai 3 (tiga) orang anak
yaitu:
1) Iqranul bin Abd. Aris, umur 17 tahun
2) Taufiqurrahman bin Abd. Aris, umur 11 tahun
3) Raihan Amirul bin Abd. Aris, umur 9 tahun
Dan anak tersebut dalam asuhan Termohon.
3. Bahwa sejak awal pernikahan, rumah tangga Pemohon dan
Termohon harmonis, namun pada tahun 2009, Pemohon dan
Termohon mulai terjadi pertengkaran disebabkan Termohon
cemburu melihat Pemohon menelpon perempuan lain sehingga
60
menyebabkan Termohon marah, padahal perempuan tersebut
teman SMA Pemohon di mana pada saat itu Pemohon menghadiri
acara reuni SMA 1 Malili dan setelah itu Pemohon kadang
menerima telepon dari teman-teman sekolah waktu di SMA,
sehingga menyebabkan Termohon marah dan hal tersebut menjadi
pemicu pertengkaran Pemohon dan Termohon.
4. Bahwa sejak kejadian tersebut Pemohon dan Termohon sering
bertengkar serta Termohon sudah tidak lagi peduli kepada
pemohon dan bahkan tidak menyiapkan makanan lagi setiap
pemohon pulang kerja tetapi Pemohon masih bersabar
menghadapi sikap Termohon sampai tahun 2010, meskipun sejak
akhir tahun 2009 Pemohon dan Termohon telah pisah ranjang.
5. Bahwa pada awal tahun 2010, Pemohon dan Termohon bertengkar
lagi disebabkan persoalan yang sama, sehingga Pemohon tidak
bersabar lagi dan berkesimpulan pergi meninggalkan rumah
kediaman bersama di Desa Asuli ke rumah orang tua Pemohon di
Desa Malili untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
6. Bahwa sejak saat itu Pemohon dan Termohon pisah tempat tinggal
hingga sekarang selama 1 tahun 11 bulan lamanya, bahkan sudah
tidak ada komunikasi lagi dan sudah tidak berhubungan
sebagaimana layaknya suami istri, namun Pemohon masih
memberikan nafkah kepada anak-anak Pemohon dan Termohon
hingga sekarang.
61
7. Bahwa Pemohon telah berusaha semaksimal mungkin untuk
mempertahankan rumah tangga Pemohon dan Termohon, akan
tetapi Termohon tetap tidak bisa berubah.
Bahwa berdasarkan alasan-alasan di atas, Pemohon berkesimpulan
untuk bercerai dan mengajukan permohonan cerai ke Pengadilan Agama
Masamba, serta memohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama
Masamba cq. Majelis Hakim kiranya memeriksa, mengadili perkara ini
untuk memutuskan sebagai berikut:
a) Primer
1) Mengabulkan permohonan Pemohon.
2) Mengizinkan Permohonan Pemohon untuk menjatuhkan talak satu
terhadap Termohon di depan sidang Pengadilan Agama Masamba.
3) Memohon Panitera Pengadilan Agam Masamba untuk mengirimkan
salinan penetapan ikrar talak kepada pegawai pencatat nikah
Kantor Urusan Agama di tempat kediaman Pemohon dan
Termohon atau di tempat perkawinan Pemohon dan Termohon
dilangsungkan untuk dicatat dalam daftar yang disediakan untuk
itu.
4) Membebankan biaya perkara menurut yang berlaku.
b) Subsider
Atau jika Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-
adilnya.
62
b. Pengadilan Tingkat Banding
Mengutip segala uraian sebagaimana termuat dalam putusan yang
dijatuhkan oleh Pengadilan Agama Masamba Nomor: 280/Pdt.G/2011/PA
Msb, tertanggal 14 Februari 2012 M bertepatan dengan 21 Rabiul Awal
1433 H yang amarnya berbunyi sebagai berikut:
1. Menolak permohonan Pemohon seluruhnya;
2. Membebankan Pemohon untuk membayar biaya perkara yang hingga
kini diperhitungkan sejumlah Rp 441.000,- (empat ratus empat puluh
satu rupiah).
Membaca surat pernyataan banding yang dibuat oleh Panitera
Pengadilan Agama Masamba yang menyatakan bahwa pada hari Senin
tanggal 20 Februari 2012, pihak Pemohon telah mengajukan banding
terhadap putusan Pengadilan Agama tersebut, permohonan banding
sebagaimana telah diberitahukan kepada pihak lawan pada tanggal 24
Februari 2012.
Telah membaca memori banding yang diajukan oleh
Pemohon/Pembanding dan kontra memori banding yang diajukan oleh
Termohon/Terbanding.
Bahwa sebelum berkas perkara ini dikirim ke Pengadilan Tinggi
Agama Makassar, kepada pihak telah diberi kesempatan untuk
memeriksa berkas perkara banding (inzage), Pembanding dan Terbanding
telah mempergunakan haknya memeriksa berkas perkara banding pada
tanggal 15 Maret 2012.
63
4.3 Pertimbangan Hukum Hakim
a. Pengadilan Tingkat Pertama
Pertimbangan hukum hakim dalam pengadilan tingkat pertama yakni:
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon
adalah sebagaimana telah diuraikan pada duduk perkara.
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Perma Nomor 1
Tahun 2008, majelis hakim telah berusaha mendamaikan Pemohon
dengan Termohon melalui mediasi tanggal 3 Januari 2012 oleh Dra. Hj.
Fahima, S.H., selaku mediator dalam hal ini, ternyata mediasi antara
Pemohon dan Termohon tidak berhasil, selanjutnya Majelis Hakim
berusaha mendamaikan Pemohon dan Termohon akan tetapi tidak
berhasil sehingga pemeriksaan perkara ini dilanjutkan dengan pembacaan
surat permohonan Pemohon yang isinya tetap dipertahankan oleh
Pemohon.
Menimbang, bahwa dari jawab menjawab antara Pemohon dan
Termohon ternyata hanya sebagian yang diakui oleh Termohon, yaitu
tentang tangggal pernikahan, jumlah anak, serta antara Pemohon dan
Termohon telah berpisah tempat tinggal.
Menimbang, bahwa namun demikian, selain yang tersebut di atas
semua dalil-dalil permohonon Pemohon disangkal oleh Termohon,
sedangkan Pemohon tetap pada permohonannya,
Menimbang, bahwa Pemohon telah mendalilkan yang pada
pokoknya Pemohon akan menceraikan Termohon dengan alasan sering
64
bertengkar desebabkan karena Termohon cemburu melihat Pemohon
menelpon perempuan lain, dan perempuan tersebut adalah teman
sekolah Pemohon saat SMA dan bertemu pada saat acara reuni, hal
tersebut yang memicu pertengkaran antara Pemohon dan Termohon yang
berdampak dengan adanya pisah tempat tinggal antara Pemohon dan
Termohon.
Menimbang, bahwa oleh karena sebagian dalil-dalil permohonan
Pemohon disangkal oleh Termohon, maka Pemohon wajib lebih dahulu
membuktikan dalil-dalil yang disangkal tersebut.
Menimbang, bahwa Pemohon telah mengajukan alat bukti tertulis
(bukti P) berupa fotokopi Kutipan Akta Nikah, yang bermaterai cukup dan
telah dicocokkan sesuai dengan aslinya, oleh karena itu alat bukti tersebut
dapat dipertimbangkan dalam perkara ini.
Menimbang, bahwa berdasarkan pengakuan Pemohon dan
Termohon serta diperkuat oleh bukti P maka dinyatakan terbukti bahwa
Pemohon dan Termohon sebagai suami istri.
Menimbang, bahwa para saksi Pemohon telah memberikan
keterangan namun kedua saksi Pemohon tersebut tidak mengetahui
permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga Pemohon dan Termohon
dan tidak pernah pula melihat keduanya bertengkar yang menjadi alasan
Pemohon untuk menalak Termohon, namun kedua orang saksi tersebut
hanya mengetahui Pemohon dan Termohon telah pisah tempat tinggal.
65
Menimbang, bahwa atas bantahan Termohon terhadap dalil-dalil
permohonan Pemohon tersebut, Majelis Hakim tidak memberikan beban
pembuktian kepada Termohon karena berdasarkan keterangan dari kedua
saksi Pemohon dbahwa i persidangan serta dihubungkan dengan dalil-
dalil bantahan Termohon, sangat relevan sehingga majelis hakim menilai
telah cukup untuk dipertimbangkan.
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh
Pemohon dan dalil-dalil bantahan yang dikemukakan oleh Termohon di
persidangan, maka Majelis Hakim telah menemukan fakta-fakta sebagai
berikut:
1) Bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami istri sah, menikah
pada tanggal 25 Maret 1993 di Desa Cilallang, Kecamatan Belopa,
Kabupaten Luwu.
2) Bahwa setelah menikah Pemohon dan Termohon tinggal di Malili
dan telah dikaruniai tiga orang anak.
3) Bahwa antara Pemohon dan Termohon tidak sering terjadi
pertengkaran hanya saja Pemohon merasa terkekang karena
perbuatannya sendiri sejak Pemohon menghadiri acara reuni,
karena dampak dari acara reuni tersebut Pemohon menjalin
komunikasi lagi dengan mantan pacarnya sewaktu di SMA,
sehingga untuk lepas dari rasa terkekang tersebut, Pemohon
memilih untuk pisah tempat tinggal dengan Termohon, dan selama
pisah tempat tinggal Pemohon dan Termohon masih terjalin
66
komunikasi karena keduanya masih pernah melakukan hubungan
suami istri.
4) Bahwa sejak Pemohon dan Termohon berpisah tempat tinggal
Pemohon masih tetap memberikan jaminan nafkah kepada
anaknya.
5) Bahwa Termohon masih tetap ingin mempertahankan rumah
tangganya bahkan Termohon bersedia untuk dimadu.
6) Bahwa pihak keluarga telah berupaya untuk merukunkan tapi tidak
berhasil.
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka
Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut:
Menimbang, bahwa dalam mengarungi kehidupan rumah tangga
setiap pasangan suami istri pasti mengalami berbagai macam
permasalahan dalam rumah tangga, sehingga setiap pasangan suami istri
harus bisa mengendalikan diri dan menyadari siapa dan bagaimana dia
harus bersikap setelah dipersatukan oleh sebuah ikatan perkawinan.
Menimbang, bahwa terhadap kondisi di dalam rumah tangga
Pemohon dan Termohon pada dasarnya adalah hal yang lumrah terjadi
karena setiap manusia tidak luput dari kesalahan namun tergantung
bagaimana setiap pasangan menyikapi setiap permasalahan yang terjadi
dalam sebuah rumah tangga tidak mesti berakhir dengan sebuah
perceraian. Selain masih banyak cara yang ditempuh untuk mencari solusi
terhadap sebuah permasalahan, perceraian tidak dapat dikabulkan ketika
67
tidak cukup bagi Majelis Hakim mengenai sebab-sebab perselisihan dan
pertengkaran itu setelah mendengar pihak keluarga serta orang-orang
yang dekat dengan suami istri itu (vide Pasal 22 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan).
Menimbang, bahwa di dalam persidangan terhadap alasan
perceraian yang didalilkan oleh pemohon yaitu sering terjadi pertengkaran
antara Pemohon dan Termohon, Termohon tidak melayani Pemohon
dalam hal menyiapkan makanan, selain dibantahkan oleh Termohon hal
tersebut tidak penah disaksikan oleh kedua orang saksi yang dihadapkan
oleh Pemohon, yang mana kedua saksi tersebut adalah keluarga dekat
Pemohon.
Menimbang, bahwa terhadapa dalil permohonan Pemohon yang
mengatakan bahwa telah terjadi pisah tempat tinggal, Majelis Hakim
menilai bahwa sikap Pemohon tersebut tidak lebih dari keinginan
Pemohon untuk tidak terkekang dengan perbuatannya sendiri yaitu
membangun komunikasi terhadap mantan pacaranya yang memberi celah
bagi Pemohon dan Termohon terjadi ketersinggungan satu sama lainnya,
padahal meskipun keduanya telah berpisah tempat tinggal namun
komunikasi masih tetap ada terbukti dengan masih terjadinya hubungan
suami istri antara Pemohon dan Termohon, disamping itu sikap Termohon
setiap kali persidangan yang masih sangat ingin mempertahankan rumah
68
tangganya meskipun dirinya harus dipoligami adalah itikad yang sangat
mulia demi untuk keluarga dan anak-anak yang sangat dicintainya.
Menimbang, bahawa perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan
sebagaimana maksud Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan jo. Pasal 116 Kompilkasi Hukum Islam.
Menimbang, bahwa berdasarkan atas apa yang dipertimbangkan di
atas, maka Mejelis Hakim berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat
membuktikan dalil-dalil permohonannya serta dalil-dalil yang dibantah oleh
Termohon, sehingga karenanya permohonan Pemohon sepatutnya ditolak
seluruhnya.
Menimbang, bahwa oleh karena perkara ini termasuk bidang
perkawinan, maka berdasarkan Pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor
7 Tahun 1989 yang telah direvisi dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun
2006 dan Undang-undang Nomor 50 Tahu 2009, maka semua biaya yang
timbul dalam proses perkara ini dibebankan kepada Pemohon.
Mengingat segala peraturan perundang-undangan serta ketentuan
hukum Syar’I yang berkaitan dengan perkara ini.
b. Pengadilan Tingkat Banding
Pertimbangan hukum hakim dalam pengadilan tingkat banding yakni:
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan banding Pembanding
telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut cara-cara yang
69
ditentukan dalam undang-undang, maka permohonan banding tersebut
harus dinyatakan dapat diterima.
Menimbang, bahwa setelah membaca secara saksama salinan
putusan Pengadilan Agama Masamba tersebut, Majelis Hakim Pengadilan
Tingkat Banding tidak sependapat dengan pertimbangan Majelis Hakim
Pengadilan Tingkat Pertama yang telah menjatuhkan putusan menolak
permohonan Pemohon, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut
dibawah ini.
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dalam
persidangan mulai dari alasan permohonan Pemohon dan jawaban
Termohon, Majelis Hakim Pengadilan Tingkat Banding dapat menilai
bahwa Jawaban Termohon pada poin 3, pada awalnya Termohon
menolak alasan permohonan Pemohon poin 3 yang menyatakan kalau
rumah tangga Pemohon dan Termohon tidak harmonis, sering terjadi
pertengkaran antara Pemohon dan Termohon yang dipicu oleh rasa
cemburu, akan tetapi Termohon secara tidak terus terang telah mengakui
sejak bulan April 2010 setelah acara Pemohon mengadakan reuni di SMA
Negeri 1 Malili pada bulan Januari 2010, Termohon mendapati Pemohon
sedang berkomunikasi dengan mantan pacarnya dulu, maka pada saat itu
Termohon marah, cemburu hingga bertengkar dengan Pemohon, yang
berujung kepada tuduhan Termohon kepada Pemohon, bahwa Pemohon
telah kawin siri dengan mantan pacarnya dan hal itu dilaporkan Termohon
ke Polsek Luwu Timur, pada tanggal 16 Desember 2011 dengan surat
70
laporan Nomor: LP/357/XII/2011/ Sulsel/Res Lutim dan Surat panggilan
Kapolres Luwu Timur No. Pol.S.Pgl/837/XII/2011/Reskrim tertanggal 27
Desember 2011.
Menimbang, bahwa berdasarkan jawaban Termohon poin 5,
Pemohon telah meninggalkan Termohon dari rumah tempat tinggal
bersama sejak tanggal 13 September 2010, Pemohon bertempat tinggal di
tempat orang tuanya di Malili, akibat dari pertengkaran Pemohon dan
Termohon dikarenakan Pemohon menduga bahwa Termohon telah di
SMS oleh mantan pacaranya, akibat pertengkaran Pemohon dan
Termohon yang menyebabkan Pemohon pisah tempat tinggal dengan
Termohon, kemudian Pemohon dan Termohon dimediasi oleh orang tua
Pemohon dan ipar Termohon akan tetapi tidak berhasil, dan pada saat
Pemohon pergi meninggalkan Termohon sambil mengatakan “Jangan
mengurus saya lagi, urus saja anak-anakmu”.
Menimbang, bahwa berdasarkan jawaban Termohon poin 3 dan 5
dapat dikonstruksikan bahwa di dalam rumah tangga Pemohon dan
Termohon sudah tidak harmonis dikarenakan sering terjadi pertengkaran
antara Pemohon dan Termohon yang dipicu oleh kecemburuan, sehingga
akibat pertengkaran tersebut Pemohon sejak tanggal 13 September 2010
berpisah tempat tinggal dengan Termohon dan berdasarkan pembuktian
dari 2 (dua) orang saksi Pemohon, bahwa sudah dinasehati untuk kembali
ke rumah tangganya dengan Termohon akan tetapi Pemohon bersikeras
tidak mau kembali.
71
Menimbang, bahwa berdasarkan beberapa pertimbangan Majelis
Hakim Pengadilan Tingkat Banding tersebut di atas, dapat disimpulkan,
bahwa Termohon telah mengakui bahwa rumah tangganya sudah tidak
harmonis akibat dari seringnya terjadi pertengkaran antara Pemohon dan
Termohon yang dipicu rasa cemburu, dengan demikian berdasarkan
ketentuan Pasal 311 Rbg jo Pasal 1925 KUH Perdata, ”Pengakuan di
depan hakim merupakan bukti lengkap” apalagi dikuatkan oleh keterangan
dua orang saksi Pemohon, yang menerangkan bahwa Pemohon sudah
setahun lebih tinggal di tempat orang tuanya di Malili, dan telah dinasehati
untuk kembali ke rumah tempat tinggal bersamanya dengan Termohon
akan tetapi Pemohon sudah tidak mau lagi atau menolak untuk kembali ke
tempat kediaman bersama dengan Termohon.
Menimbang, bahwa berdasarkan pengakuan Termohon yang
dikuatkan keterangan dua orang saksi, maka telah terbukti rumah tangga
Pemohon dengan Termohon sudah tidak harmonis lagi dan sudah
beberapa kali terjadi pertengkaran antara Pemohon dan Termohon yang
mengakibatkan antara Pemohon dengan Termohon pisah tempat tinggal,
Pemohon bertempat tinggal di rumah orang tuanya di Malili dan Termohon
bertempat tinggal di rumah tempat tinggal bersama, dalam waktu yang
relatif lama dan sudah diupayakan mediasi oleh orang tua Pemohon dan
ipar Termohon namun tidak berhasil, disamping itu Pemohon sudah
dinasehati oleh orang tuanya untuk kembali kepada Termohon, tetapi
Pemohon bersikeras tidak mau kembali kepada Termohon, hal tersebut
72
adalah menggambarkan bahwa hubungan lahir dan batin antara Pemohon
dan Termohon sudah tidak ada lagi, yang mengakibatkan rapuhnya
fondasi perkawinan keduanya yang mengarah kepada putusnya tali
perkawinan (brooken married) yang tidak mungkin disatukan kembali
dalam satu kehidupan berumah tangga, apabila dipaksakan untuk
disatukan, malah akan menimbulkan kemadharatan yang
menyengsarakan kedua belah pihak, maka unsur yang diperlukan untuk
memenuhi ketentuan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah No.9 Tahun
1975 jo Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam telah terpenuhi,
dengan demikian permohonan Pemohon patut untuk dikabulkan dengan
mengizinkan Pemohon menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon.
Menimbang, bahwa didalam Kontra memori bandingnya,
Termohon/Terbanding telah menyadari bahwa rumah tangganya dengan
Pemohon /Pembanding sudah tidak mungkin untuk dipertahankan lagi,
maka Terbanding menyatakan keikhlasannya untuk menerima
permohonan Pemohon/Pembanding agar supaya Pengadilan Tingkat
Banding mengabulkan permohonan Pemohon/Pembanding dengan
memberikan izin kepada Pemohon/Pembanding menjatuhkan talak satu
raj’i terhadap Termohon/Terbanding, dengan harapan hak-haknya dan
hak anak-anaknya dipenuhi yaitu nafkah lampau selama 1 tahun 8 bulan
sebesar Rp 1000.000,- (satu juta rupiah per bulan), mut’ah Rp 5.000.000,-
(lima juta rupiah), nafkah iddah selama tiga bulan Rp 9.000.000,-
(sembilan juta rupiah) dan nafkah anak sebesar Rp 2.000.000,- (dua juta
73
rupiah) setiap anak perbulan dan memberikan sertifikat rumah di Jl. Nusa
Indah Nomor 23 yang telah dijadikan jaminan untuk mengambil uang di
perusahaan (PT.INCO) yang dipakai untuk membeli mobil pribadi dan
sekarang dikuasai Pemohon, agar diberikan kepada anak-anaknya,
memberikan surat-surat tanah seluas 25 x 100 m2 di desa Trans lorong 5
Kecamatan Malili dan memberikan uang asuransi jaminan kesehatan dari
perusahaan PT.INCO yang telah diberikan kepada Pemohon/Pembanding
akan tetapi belum disampaikan kepada Termohon/ Terbanding.
Menimbang, bahwa tuntutan nafkah lampau dan harta bersama,
Majelis Hakim tingkat banding berpendapat oleh karena tidak diajukan
pada tingkat pertama sebagai rekonvensi maka sesuai ketentuan Pasal
156 ayat (2) Rbg. Bahwa jika dalam tingkat pertama tidak diajukan
gugatan balik maka hal itu tidak dimungkinkan dalam tingkat banding
namun demikian dapat diajukan gugatan tersendiri oleh
Termohon/Terbanding di Pengadilan Agama Masamba.
Menimbang, bahwa masalah mut’ah, nafkah iddah serta nafkah anak
akan dipertimbangkan oleh Majelis Hakim Tingkat Banding secara ex
offisio berdasarkan ketentuan Pasal 41 huruf (c) Undang-undang No.1
Tahun 1974 tentang perkawinan yang berbunyi “Pengadilan dapat
mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan
dan/atau menentukan sesuatu kewajiaban bagi bekas istri”.
Menimbang, bahwa permohonan Pemohon/ Pembanding telah
dikabulkan, dengan memberikan izin kepada Pemohon/Pembanding
74
menjatuhkan talak satu raj’I kepada Termohon/Terbanding, maka
berdasarkan ketentuan Pasal 149 Kompilasi Hukum Islam, bekas suami
wajib memberikan mut’ah, nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas istri
dan memberikan biaya hidup bagi anak-anaknya.
Menimbang, bahwa Pemohon sebagai bekas suami Termohon wajib
memberikan mut’ah yang layak kepada Termohon sebagai bekas istri
Pemohon berdasarkan ketentuan Pasal 149 huruf (a) Kompilasi Hukum
Islam yang berbunyi “Bilamana perkawinan putus karena talak, maka
bekas suami wajib memberikan mut’ah yang layak kepada bekas istri, baik
berupa uang atau benda, kecuali bekas istri tersebut qobla duhul”.
Menimbang, bahwa kelayakan mut’ah yang harus diberikan
Pemohon sebagai bekas suami kepada Termohon sebagai bekas istri,
adalah di dasarkan kepada:
1. Fungsi mut’ah itu sendiri adalah sebagai penghibur hati Termohon
sebagai bekas istri Pemohon yang sakit, kecewa dan suram masa
depannya akibat diceraikan oleh Pemohon sebagai suaminya,
padahal Termohon masih mencintai Pemohon sebagai suaminya
dan Termohon sebagai istri telah menjadi pendamping setia
Pemohon sebagai suaminya selama kurang lebih 9 tahun.
2. Kemampuan Pemohon sebagai bekas suaminya yang mempunyai
penghasilan cukup memadai (sebagai supervisor PT.INCO).
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
terlepas dari harapan yang disampaikan oleh Termohon/Terbanding,
75
Majelis Hakim Pengadilan Tingkat Banding berpendapat adalah wajar,
layak dan adil apabila Pemohon dihukum untuk memberikan mut’ah
kepada Termohon sebagai bekas istrinya sebesar Rp 15.000.000,- (lima
belas juta rupiah).
Menimbang, bahwa Pemohon juga berkewajiban memberikan
nafkah, maskan dan kiswah selama masa iddah kepada Termohon
sebagai bekas istrinya berdasarkan Pasal 149 huruf (b) teksnya berbunyi
“Bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib
memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas istri selama dalam
iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak ba’in atau nusyuz dan dalam
keadaan tidak hamil”.
Menimbang, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tingkat Banding akan
mempertimbangkan apakah Termohon sebagai bekas istri Pemohon
dalam keadaan hamil atau tidak, dan merupakan istri yang nusyuz atau
tidak, untuk menentukan apakah Termohon sebagai bekas istri Pemohon
berhak atau tidak atas nafkah, maskan dan kiswah dari Pemohon sebagai
bekas suami, dan akan mempertimbangkan besarnya nafkah, maskan
dan kiswah selama masa iddah berdasarkan kepatutan, kebutuhan bekas
istri, kondisi harga kebutuhan pokok kehidupan sehari-hari di tempat
bekas istri, dan berdasarkan kemampuan Pemohon sebagai bekas suami.
Menimbang, bahwa Termohon sebagai bekas istri Pemohon
berdasarkan fakta yang diperoleh dalam persidangan di Pengadilan
Tingkat Pertama, adalah selama berumah tangga taat mendampingi
76
Pemohon sebagai suaminya dan tetap berdiam di tempat kediaman
bersama, berarti Termohon sebagai istri yang tidak Nusyuz, maka dengan
demikian Termohon sebagai istri Pemohon yang tidak nusyuz berhak atas
nafkah, maskan dan kiswah dari Pemohon sebagai suami selama masa
iddah.
Adapun besarnya nafkah, maskan dan kiswah yang layak, wajar,
sesuai kebutuhan Termohon juga berdasarkan kemampuan Pemohon
sebagai bekas suami adalah Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah) setiap bulan,
selama tiga bulan sehingga berjumlah Rp 9.000.000,- (sembilan juta
rupiah).
Menimbang, bahwa Pemohon sebagai suami Termohon sekaligus
sebagai orang tua dari anak-anak mereka berdua, mempunyai kewajiban
memberi biaya hadhanah untuk anak anaknya yang belum berumur 21
tahun sebagaimana ketentuan Pasal 149 huruf (d) Kompilasi Hukum
Iskam yang berbunyi “Bilamana perkawinan putus karena talak, maka
bekas suami wajib memberikan biaya hadhanah untuk anak- anaknya
yang belum mencapai umur 21 tahun” yang dalam hal ini Pemohon dan
Termohon selama berumah tangga telah dikaruniai 3 orang anak yaitu:
1. Iqranul bin Abd.Aris umur 17 tahun
2. Taufiqurrahman bin Abd Aris umur 11 tahun
3. Raihan amirul bin Abd Aris umur 9 tahun
Bahwa ketiga orang anak Pemohon dan Termohon masih dibawah
umur 21 tahun dan kenyataannya dalam asuhan Termohon, maka biaya
77
hadhanah ke tiga anak Pemohon dan Termohon tersebut, masih menjadi
tanggung jawab Pemohon, yang berdasarkan harapan dari Termohon
dalam kontra memori bandingnya setiap anak membutuhkan biaya
pemeliharaan termasuk pendidikan sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta
rupiah) perbulan, karena tidak dijelaskan tingkat pendidikannya, maka
Majelis Hakim Pengadilan Tingkat Banding tidak bisa memperhitungkan
secara detail, oleh karenanya berpendapat cukup layak dan adil setiap
anak minimal perbulan Rp 1.500.000,- (satu jutalima ratus ribu rupiah)
sejak putusan ini berkekuatan hukum tetap sampai dengan masing-
masing anak berumur 21 tahun atau bisa mandiri.
Menimbang, bahwa untuk memenuhi ketentuan administrasi perkara
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 84 Undang-undang No.7 Tahun
1989, maka diperintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Masamba,
untuk menyampaikan sehelai salinan Penetapan Ikrar Talak kepada
Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama diwilayah Pemohon dan
Termohon bertempat tinggal, dan kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor
Urusan Agama dimana pernikahan Pemohon dan Termohon dilaksanakan
dahulu.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
Majelis Hakim Pengadilan Tingkat Banding sebagaimana tersebut di atas,
maka putusan Majelis Hakim Pengadilan Tingkat Pertama tidak dapat
dipertahankan lagi dan harus di batalkan, dan Majelis Hakim Pengadilan
Tingkat Banding dengan mengadili sendiri, mengabulkan permohonan
78
Pemohon/Pembanding yang amar selengkapnya sebagaimana tertuang
dalam diktum putusan Majelis Hakim Pengadilan Tingkat Banding dan
dengan beberapa pertimbangan tersebut diatas, memori banding yang
diajukan oleh Pemohon/Pembanding dan Kontra memori banding yang
diajukan oleh Termohon/ Terbanding dianggap sudah dipertimbangkan.
Menimbang, bahwa oleh karena perkara a quo termasuk bidang
perkawinan maka bedasarkan ketentuan Pasal 89 Undang-undang No 7
Tahun 1989 yang telah diubah dan ditambah dengan undang-undang No.
3 Tahun 2006 dan perubahan yang kedua kali dengan undang-undang
No. 50 Tahun 2009, biaya perkara pada tingkat pertama dan tingkat
banding dibebankan kepada Pemohon/Pembanding.
Mengingat, segala peraturan perundang-undangan dan hukum syar’i
yang terkait dengan perkara ini.
Sesuai dengan pertimbangan hukum hakim tersebut, majelis hakim
mengadili:
1) Menyatakan bahwa permohonan banding yang diajukan oleh
Pemohon/Pembanding dapat diterima.
2) Membatalkan putusan Pengadilan Agama Masamba No.
280/Pdt.G/2011/PA.Msb tertanggal 14 Februari 2012 bertepatan
tanggal 21 Rabiul Awal 1433 H.
Dengan mengadili sendiri:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon/Pembanding.
79
2. Memberi izin kepada Pemohon/Pembanding menjatuhkan talak
satu raj’I terhadap Termohon/Terbanding di depan sidang
Pengadilan Agama Masamba setelah putusan berkekuatan a quo
berkekuatan hukum tetap.
3. Menghukum kepada Pemohon/Pembanding untuk membayar
kepada Termohon/Terbanding.
3.1 Mut’ah sebesar Rp 15.000.000,- (lima belas juta rupiah)
3.2 Nafkah maskan dan kiswah masa iddah sebesar Rp
9.000.000,- (Sembilan juta rupiah)
3.3 Nafkah tiga orang anak yang bernama Iqranul bin Abd Aris
umur 17 tahun, Taufiqurrahman bin Abd Aris umur 11 tahun
dan Raihan Amirul bin Abd. Aris umur 9 tahun masing-
masing sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap
bulan sejak perkara a quo berkekuatan hukum tetap sampai
masing-masing anak berumur 21 tahun atau mandiri.
4. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Masamba
untuk menyampaikan sehelai salinan penetapan ikrar talak kepada
Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama yang mewilayahi
tempat tinggal Pemohon/Pembanding dan Termohon/Terbanding
dan kepada Kantor Pencatat Nikah Kantor urusan Agama di mana
pernikahan Pemohon/Pembanding dengan Termohon/Terbanding
dahulu dilaksanakan.
80
5. Membebankan kepada Pemohon/Pembanding untuk membayar
biaya perkara pada tingkat pertama sebesar Rp 441.000,- (empat
ratus empat puluh satu ribu rupiah).
3) Membebankan biaya perkara pada tingkat banding kepada
Pemohon/Pembanding sebesar Rp 150.000,- (seratus lima puluh ribu
rupiah).
Mengacu pada pertimbangan hukum hakim dan isi amar putusan
tersebut maka nampak bahwa terdapat perbedaan antara isi
pertimbangan mengenai nafkah anak dengan isi amar putusan mengenai
nafkah anak yang dibebankan kepada Pemohon/Pembanding. Dalam
pertimbangan hakim berpendapat cukup layak dan adil setiap anak
memperoleh Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) sedangkan
dalam isi amar putusan dituliskan masing-masing anak sebesar Rp
1.000.000,- (satu juta rupiah).
4.4 Akibat Hukum Terhadap Amar Putusan yang Berbeda dengan
Pertimbangan Hukum Hakim
Pada dasarnya amar putusan tidak boleh berbeda dengan
pertimbangan hukum hakim. Begitu pentingnya amar dengan
pertimbangan hukum harus saling melengkapi dan saling mendukung.
Namun sebagai manusia biasa, tentunya hakim dapat saja melakukan
kesalahan atau kekhilafan. Jika kesalahan ini terjadi, menurut Sukarno
Aburaera selaku guru besar hukum acara perdata Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin, yang dijalankan atas putusan ini adalah apa yang
81
dimuat dalam amar putusan karena pertimbangan hukum itu hanya
peruntukkan hal ilmiah saja.1
Hakim Tinggi Abd. Munir, selaku Hakim Anggota pada putusan
Nomor 44/Pdt.G/2012/PTA Mks berpendapat bahwa perbedaan ini tidak
terlalu prinsipil, karena hanya menyangkut nilai nominal, bukan perbedaan
antara mengabulkan dan menolak. Namun selayaknya hal ini tidak terjadi,
hal ini adalah semata-mata kelalaian hakim. Hakim yang merupakan salah
satu dari majelis hakim yang memutus perkara ini menyatakan bahwa
dalam konsepnya sewaktu musyawarah majelis sepakat jumlah uang
yang dibebankan kepada pemohon/pembanding untuk nafkah anak
perbulan adalah Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) tetapi yang tertulis
dalam amar putusan adalah Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu
rupiah).2
Perbedaan amar putusan dan pertimbangan hukum hakim yang
merupakan kelalaian majelis hakim yang memutus perkara ini adalah di
luar faktor kesengajaan. Hal ini didukung oleh salah satu hakim tinggi di
Pengadilan Tinggi Agama Makassar, Muh. Rasul Lily yang berpendapat
bahwa hal tersebut mungkin saja dapat diakibatkan oleh faktor kelalaian,
ketidaksengajaan, dan faktor kurang teliti atau ceroboh.3
Menurut Hakim Tinggi H. Muh. Rasul Lily, akibat hukum terhadap
amar putusan yang berbeda dengan pertimbangan hukum hakim
berpotensi untuk dapat dibatalkan. Pembatalan putusan ini dilakukan oleh
1 Wawancara pada tanggal 28 Desember 2012 di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin2 Wawancara pada 20 Desember 2012 di Pengadilan Tinggi Agama Makassar3 Ibid.
82
pengadilan tingkat kasasi jika perkaranya belum berkekuatan hukum tetap
(selama belum lewat masa kasasi).4
Menurut peneliti, perbedaan amar putusan dengan pertimbangan
hukum hakim tidak boleh di anggap sebagai sesuatu yang sepeleh. Dalam
kasus ini, sangat mungkin terjadi ketidakadilan terhadap amar putusan
yang telah ditetapkan, mungkin saja pada bagian pertimbangan, hakim
sudah memberikan argumen yang mencerminkan rasa keadilan, namun
karena kesalahan dalam pengetikan sehingga amar putusan yang diambil
berbeda dengan pertimbangan hukum hakim. Sebagai masalah dalam hal
proses beracara, menurut salah satu hakim yang diwawancarai peneliti,
yakni Muh. Rasul Lily, beliau mengemukakan bahwa kesalahan dalam hal
terjadinya perbedaan antara amar putusan dengan pertimbangan hukum
hakim dapat menjadi salah satu alasan dalam memori kasasi dan dapat
menjadi salah satu penyebab dibatalkannya putusan tersebut. Namun
menurut peneliti, sebaiknya perlu ada mekanisme khusus yang lebih
sederhana, untuk menyelesaikan permasalahan ini. Berikut ini adalah
pembahasan terkait upaya hukum terhadap putusan yang amar
putusannya tidak sesuai dengan pertimbangan hukum hakim.
4.5 Upaya Hukum yang dapat dilakukan Terhadap Amar Putusan
yang Berbeda dengan Pertimbangan Hukum Hakim
Dalam hal amar putusan yang berbeda dengan pertimbangan hukum
hakim, H. Muh. Rasul Lily selaku Hakim Tinggi Pengadilan Agama
Makassar menyatakan bahwa ada tiga pilihan upaya hukum yang dapat 4 Ibid.
83
dilakukan oleh pihak yang merasa belum memenuhi rasa keadilan dan
kebenaran, yaitu5:
1. Kasasi yang artinya memohon pembatalan terhadap putusan
tingkat banding ke Mahkamah Agung di Jakarta, melalui pengadilan
tingkat pertama (Pengadilan Agama) yang dahulunya memutus.
Kasasi dapat diajukan dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari
sesudah putusan di tingkat banding.
2. Jika putusannya telah inkracht van gewijsde, dapat memasukkan
gugatan baru dengan alasan khusus mengenai biaya hadhanah
anak yang dipermasalahkan. Dalam hal ini, anak juga dapat selaku
penggugat.
3. Jika putusan kasasi masih belum diterima, maka dapat dilakukan
peninjauan kembali.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti berpendapat perlu
ada cara yang sederhana guna menyelesaikan permasalahan ini,
mengingat bahwa asas peradilan acara perdata harus memperhatikan tiga
hal, yakni peradilan cepat, biaya ringan dan sederhana. Oleh karena itu
peneliti menyarankan agar mekanisme terhadap pembatalan putusan
yang amar putusannya berbeda dengan pertimbangan hukum hakim,
dapat dilakukan dengan menyurat saja kepada Ketua Pengadilan di mana
putusan tersebut disidangkan.
Ditambahkan pula oleh hakim tinggi Muh. Rasul Lily jika ditinjau
secara hukum positif hal ini menjadi permasalahan. Namun secara 5 Ibid.
84
syariah, jika hubungan pemohon/pembanding dengan ketiga anaknya
baik, melakukan pendekatan, mungkin saja pemohon/pembanding merasa
berkewajiban memberikan lebih dari apa yang diputus pada tingkat
banding, jadi putusan ini tidak menjadi masalah. Jika kemudian
merugikan, melanggar hak anak, pemohon/pembanding dengan tidak
menafkahi anak maka anak dapat mengajukan gugatan baru.
BAB 5
PENUTUP
85
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Perbedaan amar putusan dengan pertimbangan hukum hakim
merupakan kelalaian majelis hakim yang terjadi di luar faktor
kesengajaan. Jika terdapat perbedaan antara amar putusan dan
pertimbangan hukum hakim, yang benar atau yang dijalankan
adalah apa yang tertera pada amar putusan. Putusan tersebut
bisa saja tidak mengikat dan tidak dapat dipaksakan karena
putusan tersebut bermasalah dan berpotensi untuk dibatalkan
oleh Pengadilan Tingkat Kasasi.
2. Dalam hal perbedaan ini terjadi pihak yang merasa dirugikan
dapat mengajukan permohonan kasasi selama belum lewat
jangka waktu pengajuan permohonan kasasi.
5.2 Saran
Berdasar pada kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan agar
kiranya:
1. Perbedaan amar putusan dan pertimbangan hukum hakim
sejogyanya tidak terjadi maka untuk menghindari terjadinya hal
tersebut para hakim harus lebih teliti, hati-hati, dan melakukan
pemeriksaan dengan seksama sebelum memutus salinan
86
putusan serta memperhatikan etika dan profesi hakim agar lebih
diterapkan secara kualitatif.
2. Untuk penyelesaian sengketa terhadap perbedaan amar putusan
dan pertimbangan hukum hakim, diperlukan suatu mekanisme
yang sederhana seperti mengajukan keberatan melalui surat
kepada Ketua Pengadilan Tinggi tempat sengketa diputuskan,
sehingga permasalahan terkait perbedaan tersebut tidak
merugikan salah satu pihak yang bersengketa, dan tidak
menghambat pelaksanaan eksekusi putusan.
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan. 2005. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama. Jakarta: Prenada Media.
Abdulkadir Muhammad. 2000. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Ahmad Ali. 2008. Menguak Tabir Hukum Sosiologi Hukum.
Ahmad Ali. 2008. Menguak Tabir Hukum. Ciawi-Bogor: Ghalia Indonesia.
Bambang Sugeng dan Sujayadi. 2011. Hukum Acara Perdata Jakarta: Kencana.
M. Yahya Harahap. 2008. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika.
M. Yahya Harahap. 2005. Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama. Jakarta: Sinar Grafika.
M. Yahya Harahap. 2008. Ruang Lingkup Permasalahan Eskekusi Bidang Perdata. Jakarta: Gramedia.
R. Abdoel Djamali. 2009. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
R. Soepomo. 1993. Hukum Acara Pengadilan Negeri. Jakarta: Pradya Paramita.
R. Soeparmono. 2005. Hukum Acara Perdata dan Yurisprudensi. Bandung: CV. Mandar Maju.
Sudikno Mertokusumo. 1998. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty.
Roihan A. Rasyid. 2005. Hukum Acara Peradilan Agama. Jakarta: Rajawali Pers.
Taufiq Hamami. 2003. Mengenal Lebih Dekat Kedudukan dan Eksistensi Peradilan Agama dalam Sistem Tata Hukum di Indonesia. Bandung: Alumni.
88
Internet
Hermansyah. http://www.badilag.net/component/content/article/315-berita-kegiatan/13072-format-putusan-pa-akan-dibahas-di-rakernas-2010.html. Diakses 30 Oktober 2012.
Hukum Zone, http://hukumzone.blogspot.com/2012/03/pertimbangan-hakim-dan-tata-cara-dalam.html, Diakses tanggal 8 November 2012.
NM. Wahyu Kuncoro, S.H. Mengenal Macam dan Putusan Pengadilan. http://advokatku.blogspot.com/2010, diakses tanggal 2 November 2012.
Lain-lain
MA RI. 1962-1991. Himpunan Kaidah Hukum Putusan. Jakarta.
MA RI. 1994. Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan, Buku II. Jakarta.
Mardani. Keyakinan Hakim dalam Pembuktian Perkara Perdata Persperktif Hukum acara Nasional dan Hukum Acara Perdata Islam.
Rangkuman Yurisprudensi (RY) MA Indonesia II. 1979. Hukum Perdata dan Acara Perdata. Jakarta.
89