repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · web view...

120
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara berkembang seperti Indonesia, dimana peranan sektor informal sangat besar, diperlukan sebuah pemahaman baru terhadap situasi ketenagakerjaan, bahwa masalahnya bukanlah orang bekerja atau tidak bekerja, melainkan kesejahteraan pekerja yang dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang mereka peroleh (Priyono, 2002). Selanjutnya, terkait dengan sektor informal, Survei Tenaga Kerja Nasional (SAKERNAS) berdasarkan jenis kelamin di tahun 2006, 74,28 % pekerja informal adalah wanita, dan bertahan hingga tahun 2007, pada tahun 2008 menurun hingga 73, 54%, akan tetapi penurunan persentase tersebut tidak merubah proporsi bahwa pekerja wanitalah yang mendominasi sektor ini yang juga menegaskan bahwa wanita merupakan tenaga produktif dalam perekonomian dimana wanita juga terlibat dalam proses pemenuhan 1

Upload: others

Post on 27-Feb-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara berkembang seperti Indonesia, dimana peranan sektor informal sangat

besar, diperlukan sebuah pemahaman baru terhadap situasi ketenagakerjaan, bahwa

masalahnya bukanlah orang bekerja atau tidak bekerja, melainkan kesejahteraan

pekerja yang dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang mereka peroleh (Priyono,

2002). Selanjutnya, terkait dengan sektor informal, Survei Tenaga Kerja Nasional

(SAKERNAS) berdasarkan jenis kelamin di tahun 2006, 74,28 % pekerja informal

adalah wanita, dan bertahan hingga tahun 2007, pada tahun 2008 menurun hingga 73,

54%, akan tetapi penurunan persentase tersebut tidak merubah proporsi bahwa

pekerja wanitalah yang mendominasi sektor ini yang juga menegaskan bahwa wanita

merupakan tenaga produktif dalam perekonomian dimana wanita juga terlibat dalam

proses pemenuhan kebutuhan (produksi) terutama yang berjarak paling dekat dalam

unit sosial yang terkecil yaitu rumah tangga.

Kondisi seperti ini menunjukan bahwa keterlibatan wanita dalam

perekonomian bukanlah hal baru. Motif bekerja wanita di sektor informal terbagi atas

dua yaitu motif wanita untuk bekerja dan motif wanita untuk memilih sektor informal.

Motif wanita untuk bekerja ditengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat

ini sangatlah banyak. Sederhananya dapat digolongkan dalam tiga motif, yaitu

"mencari nafkah", "menambah penghasilan keluarga", dan "mengisi waktu luang"

1

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

(Sajogyo,1983). Sementara itu, motif wanita untuk memilih sektor informal sebagai

tempat pencarian nafkah salah satunya dikarenakan sumberdaya yang dimiliki wanita

seperti tingkat pendidikan, modal kapital, maupun ketrampilan yang relatif lebih

rendah, juga karena sifat sektor ini yang lebih fleksibel dan mudah bagi sumberdaya

yang minim tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kasus buta aksara yang lebih tinggi

dikalangan wanita yakni 64% (Kompas, 2009) menyebabkan setengah dari jumlah

penduduk yang merupakan kaum wanita sulit memasuki sektor formal oleh karena

ketatnya persyaratan yang ditentukan untuk dapat memasuki sektor tersebut. Selain

faktor pendidikan, faktor usia pun menjadi persyaratan yang berpengaruh dalam

penyerapan tenaga kerja wanita disektor formal, adapun usia yang dianggap produktif

biasanya berada sekita 18 – 30 tahun dimana sebagian besar wanita pada usia tersebut

tidak seluruhnya memenuhi atau memiliki syarat yang memadai untuk memasuki

sektor formal.

Selain latar belakang sumberdaya yang dimiliki wanita, faktor struktur sosial,

budaya, ekonomi, dan politik juga mempengaruhi sekaligus membedakan peran laki-

laki dan wanita (Gender differens). Dalam perspektif gender, ada keyakinan bahwa

hubungan-hubungan gender (Gender relation) terbentuk bukan sebagai proses

biologis seperti perbedaan jenis kelamin tetapi melalui proses konstruksi sosial

budaya, oleh karena itu hubungan peran laki-laki dan wanita tidak bersifat alami

seperti anggapan selama ini (Mosse,2007).

Di Indonesia, hubungan-hubungan gender ini dapat dilihat dari berlakunya

Struktur masyarakat yang pada umumnya masih bersifat patriarkal, dan lembaga

2

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

utama dari sistem ini adalah keluarga. Sistem Patriarkal merupakan struktur yang

mengabsahkan bentuk struktur kekuasaan dimana lelaki mendominasi wanita.

Dominasi ini terjadi karena posisi ekonomis wanita lebih lemah dari lelaki (Arief

Budiman: 1985,60) sehingga wanita dalam pemenuhan kebutuhan materialnya sangat

tergantung pada lelaki.

Kondisi ini merupakan implikasi dari sistem patriarkal yang memisahkan

peran utama antara lelaki dan wanita dalam keluarga, lelaki berperan sebagai kepala

keluarga, terutama bertugas di sektor publik sebagai pencari nafkah, memberi peluang

bagi lelaki untuk memperoleh uang dari pekerjaannya, sedang wanita bertugas di

sektor domestik sebagai pendidik anak dan pengatur rumah tangga yang tidak

memperoleh bayaran.

Untuk pemenuhan kebutuhan materialnya wanita tergantung kepada lelaki

sebagai pencari nafkah. Pembagian peran di sektor publik untuk lelaki dan di sektor

domestik untuk wanita ini terutama terlihat jelas di lingkungan keluarga ekonomi

menengah ke atas, sedangkan pada keluarga ekonomi rendah/bawah dikotomi

pembagian peran kerja berdasarkan sistem patriarkal mengalami perubahan.

Kesulitan ekonomi memaksa mereka kaum wanita dari kelas ekonomi rendah

untuk ikut berperan dalam meningkatkan pendapatan keluarganya dengan bekerja di

luar sektor domestik. Dengan bekerjanya wanita diluar sektor domestik biasanya

disertai mekanisme yang disebut peran ganda yang berarti melakukan dua fungsi

keluarga sekaligus, (fungsi produksi dan fungsi reproduksi). Peran ganda dialami juga

baik laki-laki ataupun wanita, akan tetapi beban kerja ganda yang lebih nyata dan

3

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

lebih berat terbukti lebih banyak dipikul oleh wanita (Sajogyo,1983), terutama bagi

wanita yang telah menikah & mempunyai tanggungan, serta wanita yang menjadi

single parent atau kepala keluarga.

Kota Makassar sebagai ibu kota propinsi Sulawesi Selatan merupakan salah

satu wilayah di Indonesia yang memiliki peran untuk meningkatkan taraf hidup

penduduknya baik laki-laki maupun wanita guna mencapai pembangunan ekonomi

yang lebih baik, yang juga merujuk pada program engendering development yang

dihasilkan dari perjanjian internasional oleh majelis umum PBB tentang penghapusan

Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (CEDAW) yang telah diratifikasi oleh

Negara Republik Indonesia melalui UU No. 7/1984. Seperti pada umumnya disetiap

daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita yang dilaksanakan selama ini dinilai

memberi dampak positif bagi taraf hidup wanita di daerah ini. Hal ini dapat dilihat

dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita (TPAK) khusunya kota Makassar

sebagai kota yang memiliki jumlah penduduk wanita lebih banyak dari pada jumlah

penduduk laki-laki, mencerminkan peningkatan dan kesetabilan yang cukup dari

tahun ke tahun meskipun tetap memiliki proporsi yang lebih rendah dari laki-laki.

4

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Tabel.1 Jumlah Angkatan Kerja Menurut Jenis KelaminKota Makassar Tahun 2008-2010

Kegiatan2008 2009 2010

L P L+P L P L+P L P L+P

Angkatan Kerja

348.453 216.646 565.099 362.306 237.299 599.605 351.355 234.823 586.178

Bekerja306.923 191.730 498.653 324.330 138.132 522.462 317.996 189.966 507.962

Penganggura

n41.530 24.916 66.446 37.976 39.167 77.143 33.359 44.857 78.216

Sumber: Depnakertrans (diolah)

Secara Umum, TPAK wanita di kota Makassar jauh lebih rendah

dibandingkan TPAK laki-laki. Meskipun demikian, jika dilihat dari jumlah angkatan

kerja, selama periode 2008-2009 peningkatan jumlah angkatan kerja wanita di kota

Makassar jauh lebih besar dibanding angkatan kerja laki-laki dimana peningkatannya

berkisar 20.653 jiwa, sedangkan angkatan kerja laki-laki mengalami peningkatan

13.853 jiwa. Pada periode 2009-2010, angkatan kerja wanita mengalami penurunan

2.476 jiwa, sedangkan angkatan kerja laki-laki mengalami penurunan yang cukup

besar sekitar 10.951 jiwa.

Dari data diatas dapat dicermikan bahwa upaya wanita pemberdayaan

khususnya kota Makassar masih banyak mengalami hambatan oleh karena hasil yang

dicapai belum sesuai dengan harapan dengan belum terwujudnya kemitrasejajaran

yang harmonis antara laki-laki dan wanita.

5

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

6

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Dalam literatur teoris dan empiris, kajian seperti ini bukan merupakan hal

yang baru, namun sekiranya masih tetap menarik dan relevan untuk dicermati

kembali. Dengan berbagai literatur yang mendukung, dan dengan beragam faktor-

faktor yang mempengaruhinya sehingga penelitian ini diarahkan dengan judul

“Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan tenaga kerja wanita di sektor

informal kota Makassar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah pokok yang dikemukakan

dirumuskan sebagai berikut :

“ Apakah Jam kerja , Tingkat Pendidikan, Usia, Jumlah Tanggungan Usia

Balita, serta besarnya Modal Kerja berpengaruh positif & signifikan terhadap

pendapatan tenaga kerja wanita disektor informal di Kota Makassar “

7

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari

permasalahan seperti yang telah dikemukakam diatas yaitu untuk mengetahui apakah

faktor alokasi jam kerja, tingkat pendidikan, usia, Jumlah tanggungan usia balita, dan

Modal Kerja berpengaruh positif & signifikan terhadap pendapatan tenaga kerja

wanita di sektor Informal di Kota Makassar.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

a. Sebagai bahan Informasi atau gambaran mengenai faktor yang berpengaruh

terhadap pendapatan wanita disektor informal Kota Makassar.

b. Dapat menjadi referensi atau kajian bagi pihak pemerintah dan masyarakat

dalam upaya peningkatan pendapatan tenaga kerja wanita dalam berbagai

aktivitas ekonomi berdasarkan faktor yang mempengaruhinya.

8

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Sektor Informal Dalam Perspektif Teoritis

Dalam perekonomian suatu negara perkembangan populasi penduduk tidak

selalu berbanding lurus dengan penciptaan lapangan kerja. Oleh karena itu sektor

informal merupakan salah satu alternatif kesempatan kerja yang mampu menyangga

kelebihan tenaga kerja yang tidak terserap oleh sektor formal yang persyaratannya

lebih ketat dan kompetitif. Seperti pandangan teoritis yang membahas menyangkut

sektor informal menurut Karl Marx dalam Nurjannah (2006), mengasumsikan bahwa

pertumbuhan tenaga kerja di sektor industri lebih lambat daripada kecepatan

akumulasi kapital, bahakan adanya penggunaan teknologi modern pada industri-

industri menyebabkan terjadinya penekanan jumlah tenaga kerja dan tingkat upah

buruh. Kenyataan ini mengakibatkan pertumbuhan industri-industri dikota-kota tidak

diikuti oleh pertumbuhan jumlah kebutuhan tenaga kerja disektor industri. Model

pembangunan kapitalis marx menjelaskan sebagai berikut:

Sebagaimana tampak pada gambar 1 pada periode awasl (0) kurva permintaan

tenaga kerja pada sektor kapitalis modern terletak pada garis D0D0 yang sama dengan

kapaital (K0). Keseimbanga awal terjadi pada titik A dengan tenaga kerja 0L0 pada

upah rata-rata 0W. Menurut asumsi Marx jumlah pekerja yang mencari pekerjaan

dalam sektor industri modern sama dengan WR0 yang lebih lebar dari 0L0. Dari

9

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

gambar tersebut terlihat bahwa jumlah tenaga kerja yang dapat dipekerjakan di sektor

industri modern hanya sebesar WA, sehingga masih tersisa sejumlah tenaga kerja

yang mencari pekerjaan sebesar AR0 . Tenaga kerja yang tidak mendapatkan

pekerjaan disektor industri modern ini (AR0 ), akan mempertahankan keberadaanya

atau dapat menjaga subsistennya pada aktifitas informal kota.

(W)D1

S0 S1

D0

A B R0 R1

W

D0(K0) D1(K1) (L)

0 L0 L1

Sumber: Nurjannah (2006)

Gambar 1. Model Pembangunan Ekonomi Kapitalis

Marx

Karena para pemilik modal (kapitalis) cenderung

mengivestasikan keuntunga yang diperolehnya dalam teknologi,

yang mengakibatkan peningkatan permintaan jumlah tenaga kerja

menjadi lebih lambat (dari 0L0 ke 0L0), sedangkan pertumbuhan

output meningkat tajam di daerah AD0 0L0 ke BD1 0L1, yang

menyebabkan terjadinya kelebihan penawaran tenaga kerja BR1

Kelebihan permintaan tenaga kerja di sektor industri modern tidak

10

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

akan pernah terjadi, karena kurva horizontal pada industri model

kapitalis, yang menyebabkan peningkatan jumlah pencari kerja di

sektor industri, yang tidak mendapatkan pekerjaan akan memasuki

sektor informal ini merupakan “ Industrial reserve army” sebagai

mana dikemukakan Marx.

Sedangkan pengertian sektor informal menurut Hart

(Manning dan Effendi, 1996), memiliki ciri ciri mudah keluar

masuk pekerjaan, mengusahakan bahan baku lokal tanpa

berdasarkan hukum formal, unit usaha merupakan keluarga,

jangkauan operasionalnya sempit, kegiatannya bersifat padat karya

dengan menggunakan teknologi yang masih sederhana

(tradisional), pekerja yang terlibat di dalamnya memiliki tingkat

pendidikan formal yang rendah serta keahlian yang kurang

memadai, kondisi pasar sangat bersaing karena menyangkut

hubungan antara penjual dan pembeli yang bersifat personal dan

keadaanya tidak teratur. Prakarsa dari Hart ini kemudian diteruskan

oleh ILO (International Labour Organization) dalam berbagai

studinya di negara-negara sedang berkembang (Sjahrir, 1985:

77).

Untuk memberikan gambaran pengertian sektor informal di

Indonesia, Hidayat (Effendi. 1998: 5) mengemukakan ciri-cirinya

sebagai berikut. Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik,

11

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

karena unit usaha yang timbul tidak menggunakan fasilitas atau

kelembagaan yang tersedia di sektor formal. Pada umumnya, unit

usaha tidak mempunyai izin usaha. Pola kegiatan usaha tidak

teratur, baik dalam arti lokasi maupun jam kerja. Pada umumnya,

kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi

lemah tidak sampai ke sektor ini. Unit usaha mudah keluar masuk

dari satu sub sektor ke lain sub sektor. Teknologi yang

dipergunakan bersifat tradisional. Modal dan perputaran usaha

relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif kecil. Tidak

diperlukan pendidikan formal karena pendidikan yang diperlukan

diperoleh dari pengalaman sambil bekerja. Pada umumnya, usaha

termasuk golongan yang mengerjakan sendiri usahanya dan kalau

mengerjakan buruh berasal dari keluarga. Sumber dana modal

usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau dari

lembaga keuangan yang tidak resmi. Hasil produksi atau jasa

terutama dikonsumsi kota atau desa yang berpenghasilan rendah,

tetapi kadang-kadang juga berpenghasilan menengah.

Selanjutnya menurut Krissantono kelahiran sektor informal dinilai

karena adanya dualisme dalam pembangunan ekonomi yang diterapkan zaman

colonial. Ciri ekonomi kolonial adalah adanya dualisme antara kota (yang maju dan

tempat lokasi industri barang konsumsi) dan desa (yang terbelakang dan tempat

dominasi tenaga kerja yang berlebihan), di daerah pedesaan juga terdapat dualisme

12

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

lain, yaitu antara ekonomi enklave (lokasi perkebunan dan usaha pertambangan

modern) dan ekonomi tradisional (lokasi peternakan, petani, nelayan, pengrajin dan

lain-lain)

Sukar untuk dirumuskan secara tegas batas-batasan sektor informal karena

luasnya spektrum dan kompleksitas sektor ini walaupun dengan mudah orang

menggolongkan mereka bekerja sebagai pedagang kecil, termasuk kategori bekerja di

sektor informal, sehingga proses pemberian batasan tampaknya harus ditempuh secara

terbalik. Dari data empiris yang ada diturunkan karakteristik umumnya untuk

kemudian digunakan sebagai apa yang dimaksud dengan sektor informal ini.

13

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Tabel 2. Perbandingan Karakteristik Sektor Formal dan Sektor Informal

Sumber: Tambunan, 1999

14

Karakteristik Sektor Formal Sektor Informal

Modal Relatif mudah Sukar diperoleh

Teknologi Padat modal Padat karya

Kredit Lembaga resmi Lembaga tidak resmi

Sertifikat Buruh Sangat berperan Tidak berperan

Bantuan

Pemerintah

Penting untuk

kelangsungan usaha

Tidak ada

Hubungan dengan

Desa

One-way Trafic untuk

kepentingan sektor

Saling menguntungkan

Sifat Wiraswasta Sangat tergantung dari

perlindungan pemerintah

Berdikari

Penyediaan Barang Jumlah besar kualitas baik Jumlah dan kualitas

berbeda

Hubungan Kerja

dengan Majikan

Berdasar kontrak Berdasar kepercayaan

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Beberapa kekuatan yang dimiliki sektor informal adalah sebagai berikut:

(Tambunan, 1999)

a. Padat Karya, dibanding sektor formal, khususnya usaha skala besar, sektor

informal yang pada umumnya dalah usaha kecil bersifat padat karya. Sementara

itu persediaan tenaga kerja di Indonesia sangat banyak, sehingga upahnya

relative lebih murah jika dibandingkan di negara-negara lain dengan jumlah

penduduk yang kurang dari Indonesia. Dengan asumsi faktor-faktor lain yang

mendukung (seperti kualitas produk yang dibuat baik dan tingkat efisiensi usaha

serta produktivitas pekerja tinggi), maka upah murah merupakan salah satu

keunggulan komparatif yang dimiliki usaha kecil di Indonesia.

b. Daya Tahan, selama krisis terbukti sektor informal tidak hanya dapat

bertahan, bahkan berkembang pesat. Hal ini disebabkan faktor permintaan

(pasar output) dan faktor penwaran. Dari sisi permintaan, akibat krisis ekonomi

pendapatan riil rata-rata masyarakat menurun drastis dan terjadi pergeseran

permintaan masyarakat, dari barang-barang sektor formal atau impor (harganya

relatif murah) ke barang-barang sederhana buatan sektor informal (harganya

relative murah).

c.Keahlian Khusus (Tradisional), bila dilihat dari jenis-jenis produk yang dibuat

di industri kecil dan industri rumah tangga di Indonesia, dapat dikatakan bahwa

produk-produk yang mereka buat umumnya sederhana dan tidak terlalu

membutuhkan pendidikan formal, tetapi membutuhkan keahlian khusus

(traditional skill). Di sinilah keunggulan lain sektor informal, yang selama ini

15

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

terbukti dapat membuat mereka bertahan walaupun persaingan dari sektor

formal, termasuk impor sangat tinggi. Keahlian khusus tersebut biasanya

dimiliki pekerja atau pengusaha secara turun temurun, dari generasi ke generasi.

d. Permodalan, kebanyakan pengusaha di sektor informal menggantungkan diri

pada uang (tabungan) sendiri, atau dana pinjaman dari sumber-sumber informal

(di luar sektor perbankan/keuangan) untuk kebutuhan modal kerja dan investasi

mereka. Walaupun banyak juga pengusaha-pengusaha kecil yang memiliki

fasilitas-fasilitas kredit khusus dari pemerintah. Selain itu, investasi di sektor

informal rata-rata jauh lebih rendah daripada investasi yang dibutuhkan sektor

formal. Tentu, besarnya investasi bervariasi menurut jenis kegiatan dan skala

usaha.

Selain faktor-faktor kekuatan tersebut di atas, masa depan perkembangan

sektor informal di Indonesia juga sangat ditentukan kemampuan sektor tersebut,

dibantu maupun dengan kekuatan sendiri, menanggulangi berbagai permasalahan

yang mereka hadapi sehari-hari. Dengan kata lain, mampu tidaknya sektor informal

bersaing dengan sektor formal atau barang-barang impor, juga tergantung pada

seberapa serius dan sifat serta bentuk dari kelemahan-kelemahan yang dimiliki sektor

informal. Kelemahan sektor informal tercermin pada kendala-kendala yang dihadapi

sektor tersebut, yang sering sekali menjadi hambatan-hambatan serius bagi

pertumbuhan dan perkembangannya.

Kendala-kendala yang banyak dialami pengusaha-pengusaha di sektor informal

terutama adalah keterbatasan modal, khususnya modal kerja. Kendala lain adalah

16

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

kesulitan pemasaran dan penyediaan bahan-bahan baku, keterbatasan sumber daya

manusia, pengetahuan minim mengenai bisnis, dan kurang penguasaan teknologi.

Sebagian besar industri kecil, terlebih industri rumah tangga di Indonesia adalah

sektor informal. Masalah paling besar yang dialami mereka adalah keterbatasan

modal dan pemasaran. Masalah lainnya adalah pengadaan bahan baku (misalnya

tempat beli terlalu jauh, harga mahal, dan tidak selalu tersedia), kurang keahlian

dalam jenis-jenis teknik produksi tertentu (misalnya tenaga ahli/perancang sulit dicari

atau mahal), dan kurang keahlian dalam pengelolaan. Yang juga jadi persoalan adalah

mereka menghadapi persaingan yang tajam dan kemampuan mereka berkomunikasi

sangat rendah, termasuk akses mereka ke fasilitas-fasilitas untuk berkomunikasi

sangat terbatas. Dalam hal persaingan, industri kecil dan industri rumah tangga

menghadapi mendapat persaingan sangat ketat, baik dari industri menengah dan besar

(IMB) maupun dari barang-barang impor. Persaingan itu tidak saja dalam hal kualitas

dan harga, tetapi juga dalam pelayanan-pelayanan setelah penjualan dan penampilan

produk. Dengan berbagai keterbatasan yang ada, mulai dari keterbatasan dana, skills,

hingga kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas baik, membuat banyak

industri kecil dan indurstri rumah tangga di Indonesia kesulitan meningkatkan kualitas

produk mereka agar mampu bersaing di pasar domestik dan ekspor. Apalagi ketika

mereka harus menangani masalah-masalah tersebut sendirian.

2.1.2Teori Pekerja Wanita Dalam Perspektif Gender

Sumberdaya Manusia atau Human Resources mengandung dua pengertian :

pertama, SDM mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan

17

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

dalam proses produksi, kedua SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

(Simanjuntak, 1985).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2009) yang disebut Tenaga Kerja

(Manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih)

yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa Dari dua pengertian diatas dapat

disederhanakan bahwa tenaga kerja adalah Sumberdaya Manusia yang mampu

bekerja dan mempunyai nilai ekonomis yaitu memproduksi baran dan jasa, termasuk

didalamnya wanita yang juga merupakan tenaga produktif.

Penyediaan kesempatan kerja bagi wanita menjadi begitu penting

keberadaannya. Hal tersebut menjadi beralasan karena wanita khususnya dari

keluarga miskin merupakan tenaga yang potensial bagi kesejahteraan

keluarganyabahkan acap kali memberikan sumbangan yang besar bagi kelangsungan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Kartasasmita, 1996)

Sejalan dengan itu, Mosse (2007) mengemukaan bahwa saat ini perempuan bekerja

di pabrik, bekerja keluar negeri sebagai pembantu rumah tangga dan bekerja apa saja

yang dapat mendatangkan penghasilan untuk mengurangi beban ekonomi keluarga

akibat meningkatnya kebutuhan sejalan dengan merasuknya ekonomi uang.

18

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Dalam pembahasan menyangkut wanita tentunya berdasarkan pada pembagian

berbasis gender, dimana oleh Dian Novita (2010) pengertian gender adalah

pembedaan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan hasil konstruksi sosial

budaya. Adapun basis perbedaan laki-laki dan perempuan diluar konstruk sosial

budaya atau biasa disebut dengan perbedaan berbasis seks atau ciri biologis yang

bersifat alamiah. Untuk mempermudah identifikasi perbedaan tersebut dapat dilihat

pada table berikut.

Tabel 3. Perbedaan Gender dan Seks

GENDER SEKS

Dibentuk Sosial Biologis dan Natural

Mempunyai fungsi publik Mempunyai fungsi personal

Tidak berlaku universal Bersifat Universal

Bentuknya berbeda dalam setiap

perkembangan masyarakat

Sama dalam setiap

perkembangan masyarakat

Sumber: Outline sekolah feminis Perempuan Mahardika 2010

Untuk memberi penjelasan yang lebih tentang sejarah perbedaan peran

perempuan dan laki-laki Lewis H. Morgan dalam bukunya Ancient Society yang

diterbitkan pada tahun 1877 menyatakan “fakta bahwa institusi pokok dalam

masyarakat beradab yaitu keluarga, kepemilikan pribadi, dan Negara terbukti tidak

pernah eksis di dalam kehidupan pra-sejarah”.

19

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Berikutnya Menyempurnakan apa yang ditulis Morgan tersebut, Frederick

Engels dalam “The Origin of the Family, Private Property and State” yang terbit pada

tahun 1884, memberi tekanan terhadap banyaknya data yang sudah dikumpulkan para

arkeolog dan para antropolog yang “membenarkan ide bahwa komunitas manusia

pada awalnya tidak terbagi-bagi kedalam kelas-kelas sosial dan secara gender

egalitarian”.

Selanjutnya didalam bukunya Engels menegaskan bahwa eksploitasi kelas dan

penindasan seksual atas perempuan lahir bersamaan dengan tujuan melayani sistem

kepemilikan pribadi dan itu berlaku sampai kini”. Sejalan dengan konsep piramida

sosial dimana modus produksi (basic stucture) yaitu cara masyarakat mengorganisir

dirinya dalam memproduksi, distribusi, dan reprodiksi guna memenuhi kebutuhannya,

sangat menentukan corak dan sistem sosial (super structure).

Gambar 2. Konsep piramida sosial Frederick Engels

Sistem Sosial(Super strukture)

Modus Produksi( Basic Sturture)

Menurut Frederick Engels, pengaruh modus produksi dalam setiap fase

masyarakat ditentukan oleh kepemilikan pribadi alat atas produksi dan alokasi nilai

lebih yang dihasilkan dimana Engels membagi fase perkembangan sosial-ekonomi

20

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

masyarakat menjadi empat bagian menurut corak produksinya, salah satunya yaitu

Komunal primitif yang bercorak produksi berburuh beralih menjadi pemeliharaan/

peternakan dan bercocok tanam dengan ciri hidup berkomune atau berkelompok,

sistem produksi bersifat koletif serta perkembangan alat kerjanya yang sangat

sederhana (paleolitikum, neolitikum) hingga di temukannya logam.

Pada fase komunal primitif ini, terbagi dua tahap berdasarkan mobilisasi

tempat tinggalnya yaitu Nomaden (berpindah-pindah) dan menetap. Pembagian

tersebut dilatar belakangi karena keterbatasan alat kerja yang masih sangat sederhana

dalam upaya menaklukan alam dan pemenuhan kebutuhan hidup. Pada tahap

menetap, perempuan muncul sebagai manusia yang sangat berpengaruh dalam sektor

produksi cocok tanam hingga terjadi pembangian kerja antara laki-laki dan

perempuan, dimana perempuan dikonsentrasikan pada sektor reproduksi untuk

melahirkan tenaga kerja yang lebih banyak dikarena alat kerja yang sederhana

sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang lebih guna extensifikasi atau membuka lahan

baru sebagai sasaran kerja corak produksi holtikultura. Hal ini berlangsung hingga

ditemukannya logam.

Revolusi alat kerja menjadi faktor yang berpengaruh atas munculnya

kepemilikan pribadi. Ditemukannya logam kemudian menciptakan bajak yang

merupakan alat kerja pada corak produksi bercocok tanam (holtikultura) pada fase

tersebut, menjadikan hubungan produksi yang sebelumnya koletif menjadi individual

dimana setiap orang dapat menghasilkan kebutuhannya sendiri bahakan meghasilkan

nilai lebih. Dengan lahirnya kepemilikan pribadi secara otomatis posisi perempuan

21

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

yang sebelumnya telah terkonsentrasi pada sektor reproduksi semakin terpinggirkan

dari sektor produksinya sehingga tidak memiliki Berginning Power dalam kekuasaan

dan pengambilan keputusan selayaknya laki-laki yang telah berada disektor produksi

sebelumnya. Hal ini dipertajamkan sebagai pembagian peran sosial (bukan sebatas

pembagian kerja) di fase-fase masyarakat selanjutnya yaitu Perbudakan, Feodalisme

dan semakin kompleks pada fase Kapitalisme dimana banyak perempuan memikul

“beban ganda”.

Kemudian, Pat Weber dalam sebuah pamflet The Dispossession of Women,

yang diterbitka oleh Resistance Book pada tahun 2000, menambahkan bukti-bukti

baru menyangkut akar penyebab penyingkiran perempuan dari sistem produsi sosial

pertanian. Bahwa peningkatan produktivitas pertanian hasil revolusi alat kerja dengan

penemuan logam (yang menggunakan bajak) lebih besar dibandingkan peningkatan

produktivitas holtikultura (tidak menggunakan bajak) dan seiring dengan itu, terdapat

landasan material bahwa kaum laki-laki menurun minatnya dalam kegiatan (mata

pencaharian) berburuh. Ini merupakan fakta yang mengungkapkan bahwa memang

proses membajak merupakan kerja yang lebih individual dan lebih berat dibandingkan

dengan holtikultura, dan terdapat kesulitan untuk mengkombinasikannya dengan

kegiatan memelihara bayi yang merupakan hasil pembagian kerja bagi kaum

perempuan yang merupakan landasan bagi terciptanya status dan kekuasaan yang

sama antara kaum lai-laki dan perempuan dalam masyarakat sebelumnya.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat tersirat bahwa perbedaan peran laki-laki

dan perempuan dari sejarahnya dinilai dikarenakan tersingkirnya perempuan dari rana

22

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

produksinya sebagai basis penentu kekuasaan dan kebijakan (basic structure) pada

sistem sosial seperti kebudayaan, pendidikan, termasuk didalamnya pembagian peran

perempuan dan laki-laki yang bersifat patriarki masih ada hingga kini.

Jika ditinjau dari sudut pandang ketenagakerjaan, perbedaan kerja menurut

gender didasarkan pada konsep maskulin dan feminin dimana terdapat pembagian

kerja antara sektor publik yang indentik dengan maskulinitas dan kerja domesti yang

indentik dengan feminin meskipun konsep tersebut tidak boleh dipandang secara

absolute atau paten karena aspek-aspek yang lain turut mewarnai pembagian gender

tersebut. Sebagai contoh pekerjaan yang dilekatkan dengan sifat feminin seperti koki,

perawat, designer pakaian, tukang jahit, dan lainnya yang dipandang sebagai

kelanjutan dari peran domestik perempuan, pada konteks kekinian pekerjaan-

pekerjaan tersebut telah banyak dilakukan oleh laki-laki di pasar kerja, bahkan tidak

jarang perempuan kurang trampil hingga adapun yang sama sekali tidak dapat

melaksanaakan pekerjaan tersebut. Kenyataan ini menyebabkan persaingan dalam

mendapatkan pekerjaan, perempuan tergeser dari pasar kerja diikuti melemahnya

peran. Meskipun konsep feminin masih banyak digunakan dalam menelaah peran

perempuan dalam pasar kerja, dalam kenyataannya tidak selamanya seperti apa yang

terkandung dalam konsep tersebut (Gailey, 1987 dalam Effendi, 1995).

Selanjutnya Effendi (1995) mengemukaan pula bahwa sebaliknya, pekerjaan-

pekerjaan yang dianggap maskulin tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang terjadi

dalam pasar kerja. Beberapa pekerjaan bercirikan maskulin, seperti politikus, pilot,

militer, buruh bangunan, dan lainnya telah banyak dilakukan oleh perempuan bahkan

23

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

dapat dengan sukses menjalankannya. Sulitnya membedakaan pekerjaan maskulin dan

feminin memunculkan pertanyaan apakah perubahan sosial dan budaya secara lambat

laun merubah pandangan feminin kearah maskulin atau sebaliknya. Tampak

kenyataannya tidak seperti itu, Peralihan sangat ditentukan oleh kondisi masyarakat

setempat. Berarti gender tidak bersifat universal. Ini mengarahkan pada suatu

kesimpulan bahwa jenis pekerjaan feminin atau maskulin tidak dibedakan menurut

jenis kelamin melainkan oleh konstruk sosial dalam perkembangan peradaban

manusia. Boleh jadi turut mewarnai perbedaan peran perempuan dan laki-laki-dalam

pasar kerja.

2.1.3 Perspektif Teori Tentang Pendapatan

Tujuan pokok dijalankannya suatu usaha perdagangan adalah untuk

memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha perdagangannya.

Pendapatan yang diterima adalah dalam bentuk uang, dimana uang adalah merupakan

alat pembayaran atau alat pertukaran (Samuelson dan Nordhaus, 2003).

Selanjutnya, pendapatan juga dapat di definisikan sebagai jumlah seluruh uang

yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu

(biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja,

pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer

atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau asuransi pengangguran

(Samuelson dan Nordhaus, 2003).

24

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil hasil dari penjualan faktor-

faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi.

Sedangkan dalam Pedoman Akuntansi Indonesia dikatakan bahwa pendapatan

adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban suatu badan

usaha yang timbul dari pengaruh barang dan jasa atau aktivitas usaha lainnya dalam

suatu periode.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 pendapatan

diartikan sebagai arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas

normal usaha selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan

ekuitas, yang tidak berasaPendapatan didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang yang

diterima oleh seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu.

Pendapatan terdiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari

kekayaan seperti sewa, bunga, deviden serta pembayaran transfer atau penerimaan

dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran (Samuelson dan

Nordhaus, 2003).

Menurut Kardasan (1995), pendapatan bersih adalah selisih antara

penerimaan total dengan pengeluaran total. Penerimaan tersebut bersumber dari hasil

pemasaran atau penjualan hasil usaha sedangkan pengeluaran merupakan biaya total

yang digunakan selama proses produksi. Pendapatan dapat diartikan dari dua

pendekatan, yaitu pendapatan menurut ilmu ekonomi diartikan sebagai nilai

25

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seorang dalam satu periode seperti keadaan

semulal dari kontribusi penanam modal.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2009) pendapatan yang diterima

seseorang tidak hanya berupa uang tetapi dapat berupa barang atau lainnya.

Pendapatan berupa uang merupakan penghasilan yang diterima biasanya sebagai balas

jasa, sumber utama gaji atau upah serta lain-lain balas jasa, misalnya dari majikan,

pendapatan bersih dari usaha sendiri dan dari pekerjaan bebas. Pendapatan dari

penjualan barang yang dipelihara dari halaman rumah, hasil investasi seperti modal

tanah, uang pensiun, jaminan sosial serta keuntungan sosial berupa barang 25

merupakan segala penghasilan yang diterimakan dalam bentuk barang dan jasa.

Barang dan jasa yang diterima dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi ataupun

disertai transaksi uang yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian juga

penerimaan barang secara cuma-cuma pembelian barang dengan harga subsidi atau

reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang.

Menurut Pass dan Lowes, (1994), berpendapat bahwa pendapatan adalah

uang yang diterima oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji (salaries), upah

(wage), sewa (rent), bunga (interest), dan laba (profit) serta sebagainya bersama-sama

dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun.

Pendapatan dibagi menjadi dua yaitu yaitu pendapatan kotor dan pendapatan

bersih. Pendapatan kotor adalah hasil penjualan barang dagangan atau jumlah omset

penjualan. Pendapatan bersih adalah penerimaan hasil penjualan dikurangi pembelian

bahan, biaya transportasi, retribusi dan biaya makanan atau pendapatan total di mana

26

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

total dari penerimaan (revenue) dikurangi total biaya (cost). Besarnya pendapatan

kotor ini berpengaruh langsung dengan pendapatan bersih per hari (Anwar, 2011).

Upah dan gaji yang biasa disebut dalam istilah asing wages and salaries

merupakan pendapatan yang diperoleh rumah tangga keluarga sebagai imbalan

terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja yang mereka gunakan dalam

pembentukan produk nasional (Soediyono, 1984).

Pendapatan adalah sama dengan pengeluaran. Pendapatan yang dicapai oleh

jangka waktu tertentu senantiasa sama dengan pengeluaran jangka waktu tersebut.

Pendapatan senantiasa harus sama dengan pengeluaran karena kedua istilah ini

menunjukan hal yang sama hanya dipandang dari sudut pandang lain (Winardi,

1975).

Dalam analisis mikroekonomi, istilah pendapatan khususnya dipakai berkenan

dengan aliran penghasilan dalam suatu periode waktu yang berasal dari penyediaan

faktor-faktor produksi (sumber daya alam, tenaga kerja dan modal) masing masing

dalam bentuk sewa, upah dan bunga maupun laba, secara berurutan. Dalam analisis

ekonomi makro, istilah pendapatan nasional (national income) dipakai berkenaan

dengan pendapatan agregat suatu Negara dari sewa, upah, bunga dan pembayaran,

tidak termasuk biaya transfer (tunjangan pengangguran, pension dan lain sebagainya).

Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat

adalah hasil “penjualan”nya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor

produksi. Dan sektor produksi ini”membeli” faktor-faktor produksi tersebut untuk

digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor

27

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi ( seperti halnya juga untuk

barang-barang dipasar barang ) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan

permintaan.

Berkenan dengan pendapatan yang diperkenalkan oleh Fisher dan Hicks.

Fisher menegaskan bahwa pendapatan adalah sebagian dari serangkaian kejadian

yang berkaitan dengan beberapa tahap yang berbeda yaitu: 1) Kenikmatan pendapatan

psikis, 2) Pendapatan riil dan 3) Pendapatan uang.

Pendapatan psikis adalah barang dan jasa yang sungguh-sungguh dikonsumsi

oleh orang yang menciptakan kesenangan psikis dan kepuasan kebutuhan. Pendapatan

psikis merupakan konsep psikologis yag tidak dapat diukur secara langsung namun

dapat ditaksir oleh pendapatan riil. Sedangkan pendapatan riil adalah ekspansi

kejadian yang menimbulkan kenikmatan psikis. Pendapatan ini diukur dengan biaya

hidup. Dengan kata lain kepuasan yang diciptakan oleh kenikmatan psikis dari

keuntungan yang diukur dengan pengeluaran uang yang dilakukan oleh perolehan

barang dan jasa sebelum dan sesudah konsumsi. Jadi pendapatan psikis, pendapatan

riil dan biaya hidup merupakan tiga tahap yang berbeda bagi pendapatan. Akhirnya

pendapatan uang menunjukkan seluruh uang yang diterima dan dimaksudkan akan

dipergunakan untuk konsumsi biaya hidup. Sementara pendapatan psikis lebih

mendasar dan pendapatan uang sering disebut dengan pendapatan.

28

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:

a. Gaji dan Upah

Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk

orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu atau satu bulan.

b. Pendapatan dari Usaha Sendiri

c. Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurang dengan biaya-biaya

yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga

sendiri, nilai sewa capital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak

diperhitungkan.

d. Pendapatan dari Usaha Lain

Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja dan ini

merupakan pendapatan sampingan antara lain: pendapatan dari hasil

menyewakan asset yang dimiliki, bunga dari uang, sumbangan dari pihak lain,

pendapatan pensiun, dan lain-lain.

2.1.4 Kaitan Jam Kerja dan Pendapatan

Sumber daya waktu merupakan sumberdaya yang unik, selain tidak dapat

dikategorikan sebagai sumberdaya manusia atau non-manusia, juga tidak dapat

ditambah, dikurangi, diakumulasi atau disimpan. Dalam hidup manusia waktu

digunakan untuk berkegiatan atau beraktifitas, untuk menyederhanakannya, kegiatan

manusia tersebut dibagi menjadi dua kegiatan yaitu bekerja dengan mendapatkan

upah (Job), dan bekerja yang tidak mendapatkan upah (Work). Tetapi bekerja yang

29

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

tidak mendapatkan upah biasanya termasuk dalam kategori menganggur ( Leisure)

karena tidak mempunyai nilai atau imbalan ekonomis.

Dalam kurva penawaraan tenaga kerja (Labour supply curve),

memperlihatkan kuantitas tenaga kerja yang ditawarkan pada tingkat upah

( Pendapatan) yang berbeda-beda,Bentuk kurva penawaran tenaga kerja tergantung

pada bagaimana individu bereaksi terhadap perubahan tingkat upah. Jika dilihat dari

kenaikan upah akan membuat individu merasa diuntungkan dengan jumlah jam kerja

dan tenaga kerja yang sama akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan

mampu membeli banyak barang dan jasa. Jika waktu luang adalah barang normal

( permintaan meningkat ketika pendapatan meningkat) maka kenaikan pendapatan

akan mengakibatkan permintaan atas waktu luang lebih tinggi dan penawaran tenaga

kerja yang lebih rendah, ini adalah efek pendapatan dari kenaikan upah.

Akan tetapi, adapun potensi dari efek subtitusi kenaikan upah, tingkat upah

yang lebih tinggi berarti waktu luang lebih mahal, jika tingkat upah dianggap sebagai

harga waktu luang, setiap waktu luang yang dikonsumsi pada tingkat upah yang lebih

tinggi mempunyai biaya yang lebih besar bila diukurdalam upah yang dikorbankan.

Akibtanya, kita akan mengharapkan individu mengganti waktu lain dengan barang

lain. Ini berarti bekerja lebih sering atau kuantitas waktu luang yang diminta lebih

rendah serta kuantitas tenaga kerja yang ditawarkan lebih tinggi.

30

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Tingkat Upah Tingkat Upah

Tenaga kerja Tenaga kerja

(a) (b) Efek subtitusi mendominasi Efek pendapatan mendominasi

Gambar 3. Kurva penawaran tenaga kerja

Efek subtitusi dari kenaikan upah menyiratkan membeli sedikit waktu luang

dan bekerja lebih sering, sedang efek pendapatan kenaikan upah menyiratkan

pembelian banyak waktu luang dan bekerja lebih jarang. Jika efek pendapatan lebih

besar dari efek subtitusi kenaikan upah, mengakibatkan konsumsi waktu luang

bertambah & penawaraan tenaga kerja menurun (gambar (b)), sebaliknya jika

efeksubtitusi lebih besar dari pendapatan, kenaikan upah akan meningkatkan

penawaran tenaga kerja (gambar (a)).

Banyak faktor yang mempengaruhi kemungkinan tenaga kerja informal untuk

memperoleh pendapatan yang lebih baik seperti Perbedaan lokasi usaha, lapangan

usaha, jumlah jam kerja dan jumlah modal. Dari faktor- faktor tersebut yang

memberikan pengaruh paling besar terhadap pendapatan tenaga kerja informal adalah

jumlah jam kerja. ( Sastra, 2007).

Defenisi jam kerja yang dikemukakan Sajogyo (1983) diartikan sebagai waktu

yang dipakai untuk kegiatan-kegiatan rumah tangga padat sekali. Bagi kebanyakan

31

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

rumah tangga terutama golongan tidak mampu, pekerjaan ini sangat memakan waktu

dan tenaga karena fasilitas teknologi rumah tangga yang kurang.

Rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluargabukan usia kerja yang

semakin banyak cenderung akan mengurangi kesempatan istri mencari nafkah. Hal ini

disebabkan ibu rumah tangga harus semakin banyak memberi perhatian dalam

memelihara atau menjaga anak.

Jika dilihat dari perspektif gender dalam konteks masyarakat yang cenderung

patriarki, waktu luang yang dimiliki wanita lebih sedikit disbanding dengan laki-laki,

ini sejalan denga hasil penelitian Sajogyo (1983) di dua desa di Jawa Barat

memperlihatkan bahwa untuk pekerjaan rumah tangga, wanita menghabiskan waktu

sekitar 5-6 jam dan mencari nafkah rata-rata 2-4 jam sehari.

2.1.5 Kaitan Tingkat Pendidikan dan Pendapatan

Pendidikan adalah salah satu modal potensial yang dimiliki oleh manusia,

dimana pendidikan itu akan eksis ketika diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata

termasuk dalam bekerja. Liebert & Neake (1977) berpendapat bahwa tingkat

pendidikan mempengaruhi pemilihan pekerjaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan tingkat tantangan yang

tinggi semakin kuat. Harapan-harapan dan ide kreatif akan dituangkan dalam usaha

penyelesaian tugas yang sempurna. Ide kreatif merupakan symbol aktualisasi diri dan

membedakan dirinya dengan orang lain dalam penyelesaian tugas serta kualitas hasil.

32

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Teori modal manusia menjelaskan proses dimana pendidikan memiliki

pengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Teori ini mendominasi literatur

pembangunan ekonomi dan pendidikan pada pasca perang dunia kedua sampai pada

tahun 70-an. Termasuk para pelopornya adalah pemenang hadian Nobel ilmu

ekonomi Gary Becker dari Universitas Chicago, Amerika Serikat, Edward Denison

dan Theodore Schultz, juga pemenang hadiah nobel ekonomi atas penelitiannya

tentang masalah ini. Argumen yang disampaikan pendukung teori ini adalah manusia

yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, yang diukur juga dengan lamanya

waktu sekolah, akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibanding yang

pendidikannya lebih rendah. Apabila upah mencerminkan produktivitas, maka

semakin banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi, semakin tinggi produktivitas

dan hasilnya ekonomi nasional akan bertumbuh lebih tinggi.

Pekerja di sektor informal pada umumnya mempunyai pendidikan yang relatif

rendah dibandingkan pekerja di sektor formal, mengingat ketatnya persyaratan

memasuki sektor formal, sehingga tenaga kerja yang berpendidikan tinggi dominan

terserap pada sektor formal.

2.1.6 Kaitan Usia dan Pendapatan

Terdapat kesamaan persepsi tentang usia pekerja baik sektor formal maupun

informal. Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan usia. Tujuan dari pemilihan

batasan umur tersebut adalah supaya definisi yang diberikan adalah sedapat mungkin

mengambarkan kenyataan yang sebenarnya (Simanjuntak, 1985). Hal ini sesuai

dengan pengertian Tenaga Kerja menurut Badan Pusat Statistik (BPS,2009) adalah

33

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat

memproduksi barang dan jasa.

Pendapat bahwa para pekerja muda pada umunya mempunyai tingkat harapan

dan ambisi yang tinggi juga dikemukakan oleh Gellerman (1987) dimana para

pekerja yang berusia muda lebih mempunyai tantangan dalam pekerjaan dan menjadi

bosan dengan tugas-tugas rutin. Mereka tidak puas dengan kedudukan yang kurang

berarti. Hal ini juga terjadi pada pekerja usua menengah, status menjadi sesuatu yang

penting., sebaliknya, diusia lanjut, kompetisi biasa dielakkan karena menurunya

stamina.

Melihat perspektif usia pekerja wanita, Wambraw (2007) mengemukaan

bahwa dari sisi kelompok umur, diketahui bahwa tingkat partisipasi penduduk wanita

meningkat seiring dengan perkembangan umur. Namun demikian pada umur tertentu

tingkat partisipasinya mencapai titik optimal kemudian menurun hingga titik terendah,

terutama pada kelompok umur yang tergolong kurang lebih enam puluh tahun keatas.

Dari beberapa pengertian dan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa usia

sangat mempengaruhi stamina dan produktifitas tenaga kerja dalam melakukan

aktifitasnya (dalam hal ini bekerja yang memperoleh upah atau pendapatan).

2.1.7 Kaitan Jumlah Tanggungan Usia Balita dan Pendapatan

Ciri khusus yang dimiliki pekerja wanita dalam system yang bersifat patriarkal

adalah masih melekatnya area domestik rumah tangga pada pembagian dan peran

kerjanya, oleh karena itu kehadiran dan pertumbuhan anak dalam suatu keluarga juga

34

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

dilekatkan pada peran kerja ibunya yang cenderung mengurangi semangat partisipasi

angkatan kerja di kalangan wanita bersuami. Kehadiran anak dalam rumah tangga

yang menciptakan suatu permintaan bagi semacam produksi rumah tangga yang

dikenal sebagai perawatan anak. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa perwatan anak

merupakan suatu kegiatan produksi yang intensif. Walaupun demikian terdapat

barang-barang yang di hasilkan pasar serta pelayanan, seperti pusat penitipan anak-

anak, tempat perawatan anak-anak, dan pembatu rumah tangga sebagai penggati

waktu seorang ibu dalam produksi perawatan anak, sehingga subtitusi semacam itu

melepaskan waktu bersama anak-anak dalam rumah tangga yang juga cenderung

mengurangi partisipasi kerja wanita yang telah menikah (Rachmiar, 2002).

2.1.8 Kaitan Modal Kerja dan Pendapatan

Salah satu faktor produksi yang tidak kalah pentingnya adalah modal, sebab

didalam suatu usaha masalah modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan

berhasil tidaknya suatu usaha yang telah didirikan. Modal dapat dibagi sebagai berikut :

1. Modal Tetap :

Adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi dalam jangka waktu

yang relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi.

2. Modal Lancar :

Adalah modal memberikan jasa hanya sekali dalam proses produksi, bisa dalam

bentuk bahan-bahan baku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha tersebut

35

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Dapat dikemukakan pengertian secara klasik, dimana modal mengandung

pengertian sebagai “hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut”.

Beberapa pengertian modal dibawah ini akan memberikan pengertian yang lebih baik,

antara lain pendapat Schwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih

luas, yaitu modal meliputi baik modal dalam bentuk uang (Geldkapital), maupun dalam

bentuk barang atau (Sachkapital), misalnya mesin barang-barang dagangan dan lain

sebagainya. (Kuncoro, 1994)

Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun

tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah output. (Irawan dan M.

Suparmoko;1986:93). Dalam pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang

bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang

dan jasa-jasa baru.

Menurut Suparmoko, modal merupakan input (faktor produksi) yang sangat

penting dalam menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti merupakan

faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan.

Sedangkan menurut Karl Marx dalam Pengantar Ekonomi Politik (2011)

modal adalah faktor produksi yang digunakan untuk memperoleh comoditi yang berupa

sarana kerja (alat kerja dan sasaran kerja) serta tenaga kerja yang akan melakukan proses

produksi kemudian menghasilkan nilai lebih dari dirinya (modal) sendiri, dimana modal

sangat menentukan besaran comoditi yang diperoleh yang turut menentukan output hasil

proses produksi dan tiap nilai lebihnya.

36

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

2.2 Tinjauan empiris

Sejalan dengan kesimpulan dari Survey ketenagakerjaan yang dilakukan oleh

Gavin Jones dan Bondan Supratilah pada tahun 1975 di Palembang dan Ujung

Pandang bahwa masalah ketenagakerjaan yang perlu mendapat perhatian bukan

kesempatan kerja semata, melainkan kesempatan kerja yang sekurang-kurangnya

dapat memberikan suatu standar hidup minimum yang memadai, didalamnya

termasuk sektor informal. (Sastra, dian 2007)

Dian Sastra (2007) dalam Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan tenaga kerja informal di atas minimum propoinsi di Sumatra Barat,

menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja informal mempunyai pendapatan di

bawah Upah Minimum Propinsi. Ini berarti kesejahteraan mayoritas tenaga kerja

informal masih rendah dan rata-rata berada dibawah kesejahteraan tenaga kerja

formal.

Selanjutnya Dewi Lengkana (2007) memperoleh bahwa wanita yang

berfungsi sebagai ibu rumah tangga di Pulau Sebesi , walaupun memiliki keterbatasan

dalam tingkat pendidikannya , telah berperan dalam menyumbangkan tenaganya

terhadap pendapatan rumah tangga dengan menggunakan sumber daya yang ada di

lingkungannya, namun dalam porsi yang minimal.

Sedangkan, Dyah Ajeng Ratri (2005) Ditinjau dari tingkat pendapatannya,

wanita di Desa Mojopuro Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen mempunyai

tingkat pendapatan yang termasuk dalam kriteria rendah, karena sebagian besar (85

37

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

responden atau 85%) mempunyai pendapatan perkapita dibawah upah minimum di

Kabupaten Sragen. Hal ini disebabkan karena hanya sebagian kecil (7 responden atau

7%) suami responden yang mempunyai pekerjaan sampingan, sebagian besar

responden (37%) tidak bekerja.

Selanjutnya, Donny Putra Brahmana (2008) Dalam Hasil Penelitiannya

menjelaskan Pendapatan Aron (sektor Informal) Wanita Lebih rendah dari Upah

Mnimnimum Regional Kabupaten Karo, Kontribusi pendapatan Aron wanita bagi

pendapatan keluarga cukup tinggi, Serta persepsi wanita terhadap pekerjaan Aron di

desa penelitian cukup diminati karena dapat menambah pendapatan keluarga,

membiayai sekolah anak, tidak menuntut persyaratan, mudah dimasuki, tanpa

keterampilan khusus, tidak mengikat, dapat membiayai sewa rumah, air listrik dan lai-

lain.

Sedangkan hasil penelitian Hugeng (2011) Menjelaskan alokasi waktu

perempuan bekerja pada kegiatan usaha tani sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh

beberapa faktor, salah satunya adalah ada atau tidaknya tanggungan anak Balita dalam

keluarga. Alokasi waktu kerja di lahan usaha bagi transmigran yang mempunyai anak

Balita lebih sedikit jika disbanding yang tidak punya anak Balita, karena waktunya

lebih banyak digunakan untukmengurus anak Balita. Kaum perempuan di Kimtrans

selain mengurus kebutuhankeluarga, seperti pekerjaan di dapur dan mengurus anak-

anak, juga membantubekerja di lahan pekarangan dan lahan

usaha. Sisanya digunakan untuk kegiatan reproduktif dan sosial. Dengan demikian

38

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

perempuan (isteri transmigran)mempunyai peran ganda yaitu sebagai ibu rumah

tangga dan bekerja membantu suami di lahan atau sebagai buruh upahan di

perkebunan di sekitar Kimtrans.lebih lanjut dijelaskan bahwa umumnya wanita di

Kimtrans Sei Rambutan SP 2 yang tidak bekerja di perkebunan kelapa sawit karena

dalam keluarga masih ada tanggungan anak Balita, dan mereka lebih mementingkan

untuk merawat anak.

39

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

2.3 Kerangka Pikir

Pendapatan adalah faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan tingkat

konsumsi dan kesejahteran seseorang dalam kondisi perekonomian saat ini, termasuk

tenaga kerja wanita yang merupakan tenaga kerja produtif dalam aktifitas ekonomi,

ini terbukti dengan keterlibatan wanita di berbagai kegiatan khususnya perekonomian,

Kaum wanita terlibat aktif dalam berbagai jenis usaha dengan berbagai tujuan,

akan tetapi tujuan pada umumnya adalah untuk memperoleh pendapatan tambahan

disamping pendapatan keluarga dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Salah

satunya pilihan usaha di sektor informal yang sebahagain besar ditekuni wanita oleh

karena sifat sektor informal yang lebih fleksibel dan "mudah" bagi sumberdaya

wanita yang terbatas, terutama wanita dari lapisan ekonomi kelas bawah yang tidak

memiliki modal yang besar untuk berusaha pada sektor formal.

Meskipun wanita yang bekerja termasuk sumberdaya manusia yang produktif

dalam perekonomian, akan tetapi terdapat banyak faktor yang juga potensial

menghambatnya sebagai tenaga produktif, misalnya faktor-faktor yang dikarenakan

dominasi budaya patriarki yang menciptakan beban ganda bagi wanita khususnya

yang telah menikah dimana mereka harus mengalokasikan waktu untuk urusan rumah

tangga khususnya yang mempunyai balita sehingga dapat mengurangi alokasi

waktunya untuk bekerja.

Keberadaan tenaga kerja wanita pada sektor informalpun tidak lepas dari

ketatnya persyaratan memasuki sektor formal salah satunya adalah jenjang

pendidikan, hal ini dapat dilihat dari kasus buta aksara di Indonesia yang lebih tinggi

40

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

dikalangan wanita yakni 64% yang menyebabkan kaum wanita sulit memasuki sektor

formal.

Selain faktor-faktor diatas, Usia pun mempengaruhi tenaga kerja termasuk

pekerja wanita dalam memperoleh upah dan pendapatan , mengingat stamina juga

berpengaruh terhadap produktifitas seseorang dalam bekerja.

Dari paparan diatas maka kerangka pikir penelitian ini dapat diuraikan sebagai

berikut:

Gambar 4. Kerangka Pikir

41

Jam Bekerja

Usia Pekerja

Jumlah TanggunganUsia Balita

Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Di Sektor Informal

Di Kota Makassar

Tingkat Pendidikan Pekerja

Modal Kerja

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini secara spesifik mengambil lokasi kota Makassar dimana pencari

kerja wanita yang belum ditempatkan meningkat lebih pesat dibandingkan pencari

kerja wanita yang ditempatkan, yang berpotensi diserap pada sektor informal.

3.2 Jenis dan Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan

data sekunder dengan perincian sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer secara khusus

dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian (Indiriantoro, 1999).

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

dari lapangan melalui wawancara langsung dengan responden dengan

menggunakan kosioner (daftar pertanyaan) yang mencakup identitas

responden, jenis kelamin, usia, waktu bekerja, tingkat pendidikan, pendapatan

usaha, jumlah tanggungan usia balita serta pendapatan keluarganya.

42

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh

pihak lain (Indriantoro, 1999). Data sekunder dalam penelitian ini adalah

data yang diperoleh dari berbagai teks book, jurnal, makalah, artikel, internet,

laporan, dan kepustakaan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah metode pengumpulan data dengan cara penelitian lapangan dan

penelitian kepustakaan (library research). Penelitian lapangan adalah

pengambilan data di daerah/ lokasi penelitian dengan teknik pengumpulan data

secara observasi, interview dan kuisioner.

Observasi adalah teknik yang digunakan untuk mendeskripsikan tentang

keadaan lapangan dengan pengamatan yang dilakukan terhadap tenaga kerja

wanita yang senantiasa bersifat obyektif faktual. Tujuannya untuk memperoleh

gambaran yang lengkap mengenai keadaan lokasi penelitian.

Interview adalah teknik yang digunakan untuk mendapatkan informasi

yang akurat dan lengkap mengenai tenaga kerja wanita di sektor informal, maka

dilakukan wawancara terhadap narasumber dan responden yaitu Pekerja wanita

di sektor informal kota Makassar.

43

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Kuisioner adalah teknik yang digunakan untuk merekam data tentang

kegiatan tenaga kerja wanita. Pengisian kuisioner dilakukan secara terstruktur

dengan mempergunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan.

Sedangkan penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian

melalui beberapa buku bacaan, literatur atau keterangan-keterangan ilmiah

untuk memperoleh teori yang melandasi dalam menganalisa data yang diperoleh

dari lokasi penelitian.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi (Universe) adalah totalitas dari semua objek atau individu jelas dan

lengkap akan diteliti. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

wanita yang bekerja di sektor informal khususnya sektor perdagangan yang berada di

Kota Makassar dimana jumlah responden yang diambil sebagai sampel adalah 100

responden yang telah menikah.

3.5 Metode Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel yang dilakukan adalah

menggunakan metode sampel acak sederhana (Simple random sampling) kepada

wanita yang mempunyai penghasilan sendiri. Dalam penelitian ini pengambilan

sampel dilakukan secara random artinya, semua populasi mempunyai kesempatan

yang sama untuk dipilih sebagai sampel, berdasarkan karakteristik yang dimaksud,

siapapun, dimana dan kapan saja dapat ditemui yang selanjutnya dijadikan sebagai

responden.

44

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

3.6 Metode Analisis

Metode analisis data merupakan proses penyederhanaan data dalam proses

yang lebih mudah di baca dan diinterprestasikan. Metode yang dipilih dalam analisis

data harus sesuai dengan pola penelitian dan variabel yang akan diteliti.

Metode analisis yang akan digunakan dalam penekitian ini adalah metode

deskriptif dan kuantitatif, yaitu medeskripsikan suatu permasalahan dan menganalisis

data dan data dan hal – hal yang berhubungan dengan angka-angka atau rumus –

rumus perhitungan yang digunakan untuk menganalisi masalah yang sedang diteliti.

Untuk menganalisis hubungan antar variabel dependen dan independen, maka

pengelolaan data dilakukan dengan metode analisis dengan model Ordinary Least

Square (OLS). Metode OLS diguanakan untuk memperoleh estimasi parameter

dalam menganalisis pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel

dependen. Metode OLS dipilih karena merupakan salah satu metode sederhana

dengan analisis regresi yang kuat dan popular, dengan asumsi-asumsi tertentu

(Gujarati, 2003).

45

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Model Analisis Regresi Berganda

Untuk menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independent,

maka pengolaan data dilakukan dengan metode analisis regresi berganda dengan

rumus sebagai berikut:

Y = f ( X1, X2, X3, X4 )

Kemudian dibentuk dalam model ekonometrika dengan persamaan sebagai berikut:

Y = α + β1 X1 + β2 X2+ β3 X3+ β4 D4+ e

Dimana :

Y = Pendapatan (dalam satuan Rupiah per Minggu)

α = Konstanta / Intercept

β = Koefisien Regresi

e = Term Of Error

X1 = Jam Kerja (Jam/Minggu)

X2 = Usia (Tahun)

X3 = Jumlah Tanggungan Usia Balita (orang)

X4 = Tingkat Pendidikan (Dummy) 0 = < SMU/ sederajat, 1= > SMU/Sederajat

X5 = Besarnya Modal Kerja ( Dalam Satuan Rupiah)

46

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Untuk mengetahui tingkat signifikan dari masing-masing koefisien regresi

variabel independen (variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel terikat)

maka menggunakan uji statistik diantaranya:

1. Analisis Koefisien Determinasi (R-Square / R2)

Koefisien Determinan (R2) pada intinya mengukur kebenaran model

analisis regresi. Dimana analisisnya adalah apabila nilai R2 mendekati angka

1, maka variabel independen semakin mendekati hubungan dengan variabel

dependen sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan model tersebut dapat

dibenarkan. Model yang baik adalah model yang meminimumkan residual

berarti variasi variabel independen dapat menerangkan variabel dependennya

dengan α sebesar diatas 0,05 (Gujarati, 2003), sehingga diperoleh korelasi

yang tinggi antara variabel dependen dan variabel independen.

Akan tetapi ada kalanya dalam penggunaan koefisisen determinasi terjadi bias

terhadap satu variabel independen yang dimasukkan dalam model. Setiap

tambahan satu variabel independen akan menyebabkan peningkatan R2, tidak

peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara siginifikan terhadap

varibel dependen (memiliki nilai t yang signifikan).

2. Analisis Uji Keseluruhan (F-Test)

Uji signifikansi ini pada dasarnya dimaksudkan untuk membuktikan

secara statistik bahwa seluruh variabel independen yaitu, jam kerja (X1), Usia

(X2) Jumlah Tanggungan Usia Balita (X3) , Tingkat pendidikan (X4) serta

Bersarnya Modal Kerja (X5) berpengaruh secara bersama-sama terhadap

47

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

variabel dependen yaitu pendapatan (Y). Uji F digunakan untuk menunjukkan

apakah keseluruhan variabel independen berpengaruh terhadap variabel

dependen dengan menggunakan Level of significance 5 persen, Kriteria

pengujiannya apabila nilai F-hitung < F-tabel maka hipotesis diterima yang

artinya seluruh variabel independen yang digunakan tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen. Apabila Fhitung > Ftabel maka

hipotesis ditolak yang berarti seluruh variabel independen berpengaruh secara

signifikan taerhadap variabel dependen dengan taraf signifikan tertentu.

3. Analisis Uji Parsial (T-Test)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah

masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi

pada variabel dependen secara nyata.

Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara

individu dapat dilihat hipotesis berikut: H0 : ß1 = 0 tidak berpengaruh, H1 :

ß1 > 0 berpengaruh positif, H1 : ß1 < 0 berpengaruh negatif. Dimana ß1

adalah koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis.

Biasanya nilai ß dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variable X1 terhadap

Y. Bila thitung > ttabel maka Ho diterima (signifikan) dan jika thitung < ttabel Ho

diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah

hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5

persen.

48

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

3.7 Definisi Variabel

Untuk menyatukan persepsi tentang pengertian variabel-variabel yang diteliti

dan analisis dalam penelitian ini, maka dikemukakan batasan-batasan defenisi pada

setiap variable tersebut. Adapun defenisi variablel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan adalah rata- rata pendapatan wanita bekerja per minggu

dinyatakan dalam satuan rupiah.

2. Jam Kerja adalah akumulasi waktu yang digunakan oleh tenaga kerja wanita

di Kota Makassar setiap hari untuk bekerja yang mendapatkan imbalan (Job)

dan dinyatakan dalam satuan jam per minggu.

3. Usia adalah umur yang dimiliki oleh wanita bekerja di Kota Makassar yang

dinyatakan dalam tahun.

4. Jumlah Tanggungan Usia Balita adalah anak yang hidup bersama responden

yang berusia dibawah atau sampai dengan 5 tahun yang masih menjadi

tanggungan responden.

5. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal di Kota Makassar yang

berdasarkan jenjang pendidikannya yaitu SMU/ Sederajat kebawah = 0 dan

SMU/ sederajat keatas =1.

6. Modal Kerja adalah modal baik berupa uang atau nilai barang usaha yang

memberikan jasa hanya sekali dalam proses produksi yang dihitung dalam satuan

Rupiah.

49

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

7. Sektor informal adalah unit usaha berskala kecil yang umumnya dilakukan

untuk melayani kebutuhan dari berbagai golongan masyarakat di Kota

Makassar.

50

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

3.8 Hipotesis

Berdasarkan berbagai tesis yang telah dibahas dalam bab sebelumnya maka

hipotesa atau dugaan sementara terhadap objek yang akan dibuktikan dalam penelitian

adalah:

1. Diduga secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

variabel alokasi jam kerja, usia , jumlah tanggungan usia balita serta modal

kerja terhadap pendapatan tenaga kerja wanita pada sektor informal di Kota

Makassar, Sedangkan variabel tingkat pendidikan berpengaruh negatif &

signifikan terhadap pendapatan.

2. Diduga bahwa secara simultan terdapat pengaruh signifikan antara variabel

alokasi jam kerja, tingkat pendidikan, usia, jumlah tanggungan usia balita

serta modal usaha terhadap pendapatan tenaga kerja wanita disektor

informal kota Makassar.

51

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan juga merupakan

pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara geografis

Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian selatan Sulawesi Selatan, pada

titik koordinat 119°, 18’, 27’, 97” Bujur Timur dan 5’. 8’, 6’, 19” Lintang Selatan.

Secara administratif Kota Makassar mempunyai batas-batas wilayah yaitu

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, Sebelah utara berbatasan

dengan Kabupaten Maros, Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan

Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Topografi pada umumnya berupa

daerah pantai. Letak ketinggian Kota Makassar berkisar 0,5 – 10 meter dari

permukaan laut.

Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 km2 yang terbagi kedalam 14

Kecamatan dan 143 Kelurahan. Selain memiliki wilayah daratan, Kota Makassar juga

memiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota

Makassar.Pada dataran rendah mulai dari tepi utara sebelah barat dan melebar kea rah

timur sejauh lebih dari 20 km. , memanjang dari selatan ke utara merupakan daerah-

daerah pengembangan pemukiman, pertokoan, perkantoran, pendidikan dan bahkan

kawasan industri.

52

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

4.2 Keadaan Penduduk

Penduduk kota Makassar tahun 2010 tercatat sebanyak 1.339.374 jiwa yang

terdiri dari 661.379 laki-laki dan 677.99 perempuan dimana angka tersebut

memperlihatkan komposisi penduduk berdasarkan rasio jenis kelamin Penduduk kota

Makassar yaitu sekitar 97,55 persen yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat

98 penduduk laki-laki yang menegaskan bahwa kota Makassar memiliki penduduk

wanita yang lebih besar dari penduduk laki-laki.

Populasi dan penyebaran penduduk suatu daerah sangat mempengaruhi

ketersediaan akan sumberdaya manusia yang diberdayakan dalam upaya pertumbuhan

ekonomi dan pembangunannya, tidak terkecuali kota Makassar sebagai Ibu kota

propinsi Sulawesi Selatan yang secara geografis juga berada pada posisi strategis

sebagai pintu gerbang kawasan timur Indonesia yang berimplikasi pada derasnya arus

urbanisasi maupun migrasi masuk dari kabupaten, kota maupun propinsi lainnya.

53

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk, Persentase Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut

Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2010

No Kecamatan JumlahKepadadat Penduduk

(/ Km2)

Persentase Penduduk (%)

1 Mariso 55.875 30.701 4.172 Mamajang 58.998 26.221 4.403 Tamalate 170.878 8.455 12.764 Rappocini 151.091 16.370 11.285 Makassar 81.700 32.421 6.106 Ujung Pandang 26.904 10.230 2.017 Wajo 29.359 14.753 2.198 Bontoala 54.197 25.808 4.059 Ujung tanah 46.688 7.860 3.4910 Tallo 134.294 23.035 10.0311 Panakkukang 141.382 8.292 10.5612 Manggala 117.075 4.850 8.7413 Biringkanaya 167.741 3.479 12.5214 Tamalanrea 103.192 3.241 7.70

Jumlah Total 1.339.374 7.620 100Sumber: Makassar Dalam Angka 2010

Pada Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa penduduk masih berkonsentrasi

diwilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak 170.878 jiwa atau sekitar 12.76 persen

dari total penduduk, disusul kecamatan Biringkanaya sebanyak 167.741 jiwa (12.52

persen) dan Kecamatan Rappocini sebanyak 151.091 jiwa (11,28 persen) sebaliknya

kecamatan yang terendah adalah kecamatan Ujung pandang sebanyak 26.904 jiwa

(2,01 persen).

Ditinjau dari kepadatan penduduknya, Kecamatan Makassar adalah terpadat

yaitu 32.421 jiwa per km persegi, disusul kecamatan Mariso (30.701 jiwa per km

persegi) dan Kecamatan Mamajang (26.221 jiwa per km persegi) kecamatan yang

berpenduduk terbanyak tidak serta merta menjadi yang terpadat, hal ini dapat

54

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

disebabkan oleh karena luas wilayah tertentu dengan daya hunian yang sempit tidak

memungkinkan adanya pengembangan wilayah, sebaliknya tiga kecamatan yang

kepadatan penduduknya masih rendah dan masih memungkinkan untuk

pengembangan daerah pemukiman yaitu kecamatan Biringkanaya (3.479 jiwa per km

persegi), Tamalanrea (3.241 jiwa per km persegi) dan Manggala (4.850 jia per km

persegi). Untuk kecamatan yang persentase penduduknya tidak terlalu padat bisa jadi

disebabkan merupakan pusat perkantoran, perbelanjaan, pelabuhan, Bandar udara,

industry dan jasa.

Tabel 4.2

Persebaran dan Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex rasio Menurut Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2010

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin

1 Mariso 27.836 28.039 55.875 99.282 Mamajang 28.811 30.187 58.998 95.443 Tamalate 84.474 86.404 170.878 97.774 Rappocini 73.377 77.714 151.091 94.425 Makassar 40.233 41.467 81.700 97.026 Ujung Pandang 12.684 14.220 26.904 89.207 Wajo 14.279 15.080 29.359 94.698 Bontoala 26.432 27.765 54.197 95.209 Ujung tanah 23.380 23.308 46.688 100.3110 Tallo 67.247 67.047 134.294 100.3011 Panakkukang 69.996 71.386 141.382 98.0512 Manggala 58.451 58.624 117.075 99.7013 Biringkanaya 83.203 84.538 167.741 98.4214 Tamalanrea 50.976 52.216 103.192 97.63

Jumlah Total 661.379 677.995 1.339.374 97.55

Jika dilihat dari persebaran penduduk berdasarkan rasio jenis kelamin,

Kecamatan Ujung Pandang memiliki populasi penduduk perempuan yang

perbandingannya cukup besar yakni hampir dua kali lipat populasi laki-laki,

55

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Sebaliknya Kecamatan Tallo memiliki jumlah populasi penduduk laki- laki lebih dari

dua kali lipat populasi perempuan, meskipun demikian Tabel diatas juga

memperlihatkan konsentrasi populasi penduduk perempuan terbesar berada pada tiga

kecamatan yang juga memiliki populasi penduduk terbanyak yaitu Kecamatan

Tamalate, Biringkanaya dan Rappocini yang dapat menjadi potensi keterpusatan

tenaga kerja wanita berada di daerah – dearah tersebut.

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota

Makassar Tahun 2010

Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah

0 - 4 66.461 62.009 128.4705 – 9 66.096 61.864 127.960

10 – 14 61.244 57.787 119.03115 – 19 68.302 73.282 141.58420 – 24 82.580 86.488 169.06825 – 29 64.916 65.678 130.59430 – 34 54.031 55.979 110.01035 – 39 47.835 49.552 97.38740 – 44 41.573 44.981 86.55445 – 49 32.906 34.849 67.75550 – 54 25.517 25.246 50.76355 – 59 18.404 18.695 37.09960 - 64 12.877 15.277 28.154

65+ 18.637 26.308 44.945Jumlah 661.379 677.995 1.339.374

Sumber: Makassar dalam Angka 2011

56

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Tabel. 4.3 terlihat bahwa komposisi penduduk kota Makassar menurut

kelompok umur dan jenis kelaminnya sangat beragam. Kelompok umur yang terbesar

di daerah tersebut adalah kelompok umur 20 sampai dengan 24 tahun dimana pada

kelompok usia tersebut didominasi oleh perempuan dengan jumlah 86.488 jiwa. Jika

melihat komposisi tersebut maka dapat dikatakan sebagian besar penduduk Kota

Makassar berada pada usia produktif yang sangat berpotensi mendukung

pengembangan wilayahhnya.

4.3 Keadaan Tenaga Kerja

Pada tahun 2010 pencari kerja yang tercatat pada Dinas Tenaga Kerja kota

Makassar sebanyak 10.212 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 4.823 orang dan

perempuan 5389 orang.

Dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa pencari kerja menurut tingkat

pendidikan terlihat bahwa tingkat pendidikan SMA yang menempati peringkat

pertama yaitu sekitar 42,78 persen disusul tingkat pendidikan Sarjana sekitar 36,82

persen.

Adapun grafik jumlah pencari kerja wanita yang terdaftar dan yang

ditempatkan di Kota Makassar dapat dilihat pada gambat berikut :

57

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Gambar 5

Jumlah Pencari Kerja Wanita yang Terdaftar dan Pencari Kerja Wanita Yang

Ditempatkan di Kota Makassar, 2000-2010.

Sumber: BPS Kota Makassar 2010

Tahun Jumlah wanita pencari kerja yang terdaftar

Jumlah wanita pencari kerja yang ditempatkan

2000 11572 29022001 12438 6562002 15639 11472003 17734 16762004 23249 7372005 15.495 16192006 30.535 6432007 36.211 4452008 5273 -2009 3026 2262010 5389 1134

Sumber: BPS Kota Makassar

Pada gambar diatas dapat terlihat bahwa proporsi pencari kerja wanita terus

meningkat dari tahun 2000- 2010, dimana mencapai puncak tertinggi pada tahun

2007, meskipun menurun drastis pada tahun berikutnya tapi tidak merubah proporsi

bahwa pencari kerja wanita selalu menunjukan angka lebih besar dari pencari kerja

yang ditempatkan sehingga sebagian besar pencari kerja yang tidak terserap tersebar

disektor-sektor informal kota Makassar.

58

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

Pencari Kerja Wanitayang Terdaftar

Pencari Kerja Wanitayang Ditempatkan

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden Tenaga Kerja Wanita Sektor Informal

5.1.1 Responden Menurut Jam Kerja

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis maka berikut ini jika

dilihat dari jam kerja tenaga kerja wanita yang telah menikah di sektor informal kota

Makassar jumlah responden terbanyak bekerja antara 36 – 65 jam perminggu yakni

sebesar 57 persen, respoden yang bekerja antara 66 – 85 jam per minggu sebesar 22

persen, selanjutnya responden yang bekerja 7- 35 jam per minggu sebesar 16 persen

dan responden yang bekerja lebih dari 86 jam per minggu sebanyak 5 persen seperti

yang digambarkan pada table berikut ini.

Tabel 5.1

Distribusi Responden Menurut Jam Kerja di Sektor Informal Di Kota Makassar

Jam Kerja(Jam / Minggu)

Jumlah (orang)

Persentase(%)

7 – 35 16 16

36 – 65 57 57

66 – 85 22 22

>86 5 5

Jumlah 100 100Sumber : Data primer diolah 2012

59

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Hasil penelitian yang ditemukan dilapangan menunjukan wanita yang bekerja

disektor informal cenderung menggunakan lebih banyak waktunya untuk mencari

nafkah oleh karena pekerjaan sektor informal ini lebih mudah dikomparasikan dengan

kegiatan rumah tangga seperti merawat anak, juga dengan berbagai alas an lainnya

antara lain membantu menambah pendapatan keluarga, karena posisi responden yang

menjadi tulang punggung keluarga, juga mengisi waktu luangnya.

5.1.2 Responden Menurut Usia

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa responden

pada usia 37- 43 menempati urutan tertinggi yakni sebesar 31 persen, selanjutnya

pada kelompok usia antara 29 – 36 tahun yakni sebesar 26 persen ,Kemudian

kelompok usia antara 44 – 51 tahun yakni sebesar 19 persen, sedangkan kelompok

usia antara 21 – 28 tahun sebesar 18 persen, dan kelompok usia diatas 52 tahun

sebesar 6 persen. Mengenai keadaan usia responden tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Tingkat Usia

Usia(Tahun)

Jumlah (orang)

Persentase(%)

21 – 28 18 18

29 – 36 26 26

37 – 43 31 31

44 – 51 19 19

> 52 6 6

Jumlah 100 100Sumber : Data Primer Diolah 2012

60

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Tabel 5.2 diatas menunjukan bahwa wanita yang bekerja pada sektor informal

adalah wanita dengan usia yaitu antara 34-46 tahun. Fakta ini menjelaskan bahwa

secara umum, keterlibatan wanita dalam dunia kerja khusunya sektor informal

meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Hal ini disebabkan karena, makin

bertambah usia wanita makin bertambah pula kebutuhan akan kerja, dengan beragam

alasan seperti pendapatan berkurang setelah suaminya pensiun, serta pekerjaan pada

sektor informal itu sendiri tidak membutuhkan tenaga fisik yang berat sehingga meski

berusia tua, pekerjaan ini masih dapat dilakukan.

5.1.3 Responden Menurut Jumlah Tanggungan Usia Balita

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang memiliki jumlah tanggungan

usia balita sebanyak 52 persen, selanjutnya yang memiliki jumlah tanggungan 3-4

orang sebesar 27 persen dan 4 orang sebesar 3 persen, dan yang belum punya anak

adalah sebesar 18 persen. Gambaran lebih lengkap tentang jumlah tanggungan usia

balita responden ditunjukan pada table 5. 3 berikut ini.

Tabel 5.3

Distribusi Responden Menurut Jumlah Tanggungan Usia Balita

Jumlah AnakJumlah

Responden(orang)

Persentase(%)

1 - 2 52 52

3 – 4 27 27

> 4 3 3

Tidak Punya 18 18

Jumlah 100 100Sumber : Data Primer Diolah 2012

61

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Dari data tersebut mudah dipahami bahwa responden yang bekerja di sektor

informal yang memiliki anak (sebanyak 82 responden ) adalah lebih besar dari jumlah

nya jika dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki anak (18 responden),

sehingga dari kondisi tersebut dapat diasumsikan bahwa salah satu motivasi utama

wanita bekerja di sektor informal adalah karena adanya tanggungan termasuk usia

balita yang dimiliki sebagai wujud dari tanggung jawabnya sebagai orangtua dan ibu

rumah tangga dalam membiayai kebutuhan anaknya.

5.1.4 Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Klasifikasi tingkat pendidikan responden dibagi dalam dua kategori dimana

tiap kategori merupakan jenjang pendidikan yang terakhir dilalui. Dari hasil

penelitian, ditemukan bahwa tingkat pendidikan terbanyak yaitu tingkat pendidikan

dibawah hingga SMU/ Sederajat yaitu sebanyak 61 persen, sedangkan yang memiliki

jenjang pendidikan diatas SMU/ Sederajat sebanyak 39 persen.

Tabel 5.4

Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan Jumlah Responden(orang)

Persentase(%)

< SMU/ Sederajat 39 39> SMU / Sederajat 61 61

Jumlah 100 100Sumber : Data Primer Diolah 2012

62

Page 63: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

yang bekerja pada sektor informal memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga

sulit mencari kerja di sektor formal.

5.1.5 Responden menurut Modal Kerja

Dari perolehan data pendapatan wanita disektor yang beragam, dapat dilihat

bahwa jumlah responden yang memiliki modal kerja antara. 2000.001 – 3.500.000

rupiah adalah sebesar 64 persen atau memiliki responden yang terbanyak, sedangkan

responden yang modal kerjanya berkisar antara 3.500.001 – 5.000.000 rupiah adalah

sebanyak 16 persen , selanjutnya modal kerja Rp. 500.000 – 2.000.000 sebanyak 15

persen, antara Rp. 3.500.001 – 5.000.000 sebanyak 16 persen, dan terakhir terdapat 5

persen responden yang memiliki modal kerja diatas 5.000.000 rupiah.

Tabel 5.5

Distribusi responden menurut Modal Kerja

Modal Kerja (Rp) Jumlah Responden(orang)

Persentase(%)

500.000 – 2.000.000 15 152.000.001 – 3.500.000 64 643.500.001 – 5.000.000 16 16

> 5.000.000 5 5Jumlah 100 100

Sumber : Data Primer Diolah 2012

Dari hasil penelitian diatas memperlihatkan bahwa meskipun hanya sebagaian

kecil yang memiliki modal yang tergolong besar yakni 5 persen namun dengan modal

yang terbatas tenaga kerja wanita sektor informal memiliki minat yang cukup besar

63

Page 64: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

untuk berusaha dimana modal kerja yang didapatkan sebagaian besar berasal dari

tabungan sendiri dan lainya melalui kredit baik koperasi, perbankan atau sumber

kredit yang tidak resmi.

5.1.6 Responden Menurut Pendapatan

Dari perolehan data pendapatan wanita disektor informal berfariatif, sehingga

pendapatan tersebut kemudian digolongkan kedalam beberapa kelompok pendapatan

terlihat bahwa jumlah responden yang memiliki pendapatan antara Rp. 250.001 –

500.000 rupiah perminggunya adalah sebesar 46 persen, sedangkan responden yang

berpendapatan antara Rp.100.000 – 250.000 perminggu adalah sebanyak 40 persen,

selanjutnya antara Rp. 500.001 – 750.000 perminggunya sebesar 10 persen dan

terakhir terdapat 4 persen responden yang memiliki pendapatan diatas 750.000

Rupiah.

Tabel. 5.6

Distribusi Responden Menurut Rata-Rata Pendapatan Per Minggu Yang

Diperoleh Di Sektor Informal Di Kota Makassar

Pendapatan Responden

(Rp)

Jumlah Responden(orang)

Persentase(%)

100.000 – 250.000 40 40250.001 – 500.000 46 46500.001 – 750.000 10 10

> 750.000 4 4Jumlah 100 100

Sumber : Data Primer Diolah 2012

64

Page 65: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Kondisi ini mencerminkan bahwa pada responden pada umumnya memilih

sektor informal sebagai salah satu bidang yang ditekuni karena selain sektor informal

tidak membutuhkan banyak persyaratan, juga karena pendapatan yang diterima cukup

dapat diharapkan dalam membantu membiayai pemenuhan ekonomi rumah tangga.

5.2 Analisis Hasil Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh

antara variabel independen dengan variabel dependen, hubungan masing-masing

variabel independen yang positif atau negatif, dan memprediksi nilai dari variabel

independen. Dari pengolahan data dengan menggunakan program E-Views diketahui

pendapatan wanita sektor informal sebagai variabel dependen serta variabel Jam Kerja

(X1), Usia (X2), Tanggungan Usia Balita (X3) , Tingkat Pendidikan (X4) dan Modal

Kerja (X5) sebagai variabel independen maka diperoleh hasil seperti yang disajikan

pada Tabel 5.6, sebagai berikut :

65

Page 66: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Tabel 5.7

Hasil Analisis Regresi Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

Dependent Variable: X1Method: Least SquaresDate: 08/17/12 Time: 17:35Sample: 1 100Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -4.840899 0.539695 -8.969696 0.0000

Jam Kerja (X1) 0.029101 0.039245 0.741538 0.4602Usia (X2) -0.040165 0.037286 -1.077214 0.2841Tanggungan Usia Balita (X3) 0.003842 0.006490 0.592013 0.5553Tingkat Pendidikan (X4) 0.050034 0.024828 2.015269 0.0467Modal Kerja (X5) 1.058008 0.040054 26.41447 0.0000R-squared 0.966943 Mean dependent var 10.83609Adjusted R-squared 0.965184 S.D. dependent var 0.411981S.E. of regression 0.076872 Akaike info criterion -2.235237Sum squared resid 0.555468 Schwarz criterion -2.078927Log likelihood 117.7619 F-statistic 549.9064Durbin-Watson stat 1.781499 Prob(F-statistic) 0.000000

Berdasarkan pengujian koefisien regresi yang terlihat pada Tabel 17 maka

model persamaan linier berganda dapat disusun, sebagai berikut :

Y = -4.84089906 + 0.0291014811*JK - 0.04016492087*UK +

0.003842430639*TUB + 0.05003432122*TP + 1.058007672*MK

66

Page 67: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

5.2.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan nilai R2 dari model regresi adalah

0.966943. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen secara

bersama-sama dapat menjelaskan varian variabel dependen sebesar 96.69 persen.

Perolehan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 96.69 persen, artinya bahwa

variabel independen dalam model ini, yaitu Jam Kerja (X1), Usia (X2), Tanggungan

Usia Balita (X3) Tingkat Pendidikan (X4) dan Modal Kerja (X5) mampu menjelaskan

terhadap variasi dari variabel dependen, yaitu pendapatan wanita sektor informal

sebesar 96.69 persen. Sedangkan sisanya sebesar 3.31 persen dipengaruhi oleh

variabel-variabel lain di luar model.

5.2.2 Uji F (Uji Regresi secara Keseluruhan)

Uji F pada dasarnya menunjukkan bahwa apakah semua variable independen

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh yang secara bersama-sama

terhadap variabel dependen. Keseluruhan variabel independen dikatakan memiliki

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen apabila nilai dari F-hitung

lebih besar dari tingkat kesalahan.

Dari hasil F-hitung diperoleh hasil sebesar 549.90 lebih besar dari tingkat

kesalahan sebesar 0.0000 maka semua variabel independen secara keseluruhan dapat

dikatakan signifikan.

Dengan demikian, secara serentak atau bersama-sama variabel independen

yang terdiri dari Jam Kerja (X1), Usia (X2), Tanggungan Usia Balita (X3) dan Tingkat

Pendidikan (X4) dan Modal Kerja (X5) berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu

67

Page 68: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Pendapatan Wanita Sektor Informal (Ŷ) dan model tersebut dapat diterima sebagai

penduga yang baik dan layak untuk digunakan.

5.2.3 Uji t (Uji Regresi Secara Individual)

Uji t pada dasarnya menujukkan bahwa seberapa jauh pengaruh suatu variabel

independen secara individual terhadap variabel dependen. Signifikansi yang

digunakan adalah sebesar 95 persen atau dengan kata lain tingkat kesalahan yang

ditolerir sebesar 5 persen. Variabel independen dianggap memiliki pengaruh terhadap

variabel dependen apabila nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat kesalahan (0.05).

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari variabel Jam Kerja (X1),

Usia (X2), Tanggungan Usia Balita (X3) dan Tingkat Pendidikan (X4) dan Modal

Kerja (X5) terhadap pendapatan wanita sektor informal (Ŷ).

Dari kajian teori, penelitian ini mengadopsi teori-teori yang mengkaji tentang

determinan pendapatan tenaga kerja. Berdasarkan estimation output (Tabel 5.6)

memperlihatkan tanda (-) atau (+) dari koefisien parameter yang telah diestimasi. Dari

sini kita dapat melihat parameter mana yang sesuai atau tidak serta melihat pengaruh

hubungannya secara teoritis. Pengujian mengenai ada tidaknya pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijelaskan, sebagai

berikut :

1. Pengaruh Jam Kerja (X1) Terhadap Pendapatan Wanita Sektor Informal

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa variabel Jam Kerja (X1) memiliki

koefisien positif (0.029101) serta tingkat signifikansi juga bertanda positif

(0.4602), jadi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jam kerja berpengaruh

68

Page 69: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

positif dan namun tidak signifikan terhadap tingkat pendapatan, yang berarti

kenaikan 1 persen jam kerja hanya akan meningkatkan pendapatan sebesar

0.029101 rupiah/hari dengan asumsi variable independen lain dianggap

konstan.

Dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel jam kerja

berpengaruh positif, bila jam kerja bertambah maka pendapatan wanita sektor

informal akan meningkat namun peningkatan pendapatan tersebut tidak

signifikan.

2. Pengaruh Usia (X2) Terhadap Pendapatan Wanita Sektor Informal

Pengujian terhadap variabel usia kerja (X2) memiliki koefisien negative (-

0.040165) dengan nilai signifikansi 0.2841 lebih besar dari 0.05 maka variabel

X2 dinyatakan tidak signifikan dan tidak berpengaruh besar terhadap

pendapatan wanita di sektor informal. Berdasarkan regresi di atas diperoleh

koefisien regresi untuk variabel usia kerja sebesar (-0.040165) hal ini berarti

terdapat hubungan negatif antara variabel usia dengan dan tidak berpengaruh

terhadap pendapatan wanita di sektor informal, yang artinya setiap terjadi

peningkatan rata-rata tingkat umur sebesar 1 persen akan menurunkan

pendapatan wanita di sektor informal sebesar 0.2841 per hari jika variabel

independen lain dianggap konstan.

Tidak adanya pengaruh signifikan usia kerja terhadap pendapatan wanita di

sektor informal mencerminkan tidak ada perbedaan apabila usia kerja wanita

tersebut tinggi ataupun rendah. Hal ini disebabkan karena wanita yang berada

69

Page 70: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

di Makassar rata-rata berumur lebih dari 40 tahun yang dapat dikategorikan

pada usia cukup tua, namun masih produktif dalam melakukan pekerjaannya.

Dalam teori curahan waktu dikatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi keterlibatan wanita dalam kegiatan ekonomi adalah faktor

umur. Pada mulanya semakin bertambah usia seseorang akan semakin tinggi

waktu kerjanya. Namun, pada usia tertentu waktu kerjanya akan menurun

sejalan dengan kekuatan fisik yang semakin menurun pula. Sejalan dengan

bertambahnya usia keterampilan dan pengetahuannya juga akan bertambah,

tetapi hal itu tidak dapat berlangsung seumur hidupnya melainkan hanya pada

umur tertentu.

3. Pengaruh Tanggungan Usia Balita (X3) Terhadap Pendapatan Wanita Sektor

Informal

Pengujian terhadap variabel tanggungan usia balita (X3) memiliki nilai

koefisien 0.003842 dengan tingkat signifikansi 0.5553 lebih besar dari 0.05 maka

variable X3 dinyatakan tidak signifikan dan berpengaruh positif terhadap

pendapatan wanita di sektor informal.

Dalam hasil Berdasarkan regresi di atas, diperoleh koefisien regresi untuk

variabel jumlah tanggungan usia balita sebesar 0.003842. Hal ini berarti terdapat

hubungan positif antara variabel jumlah tanggungan usia balita dengan

pendapatan wanita di sektor informal, yang artinya setiap terjadi peningkatan rata-

rata jumlah tanggungan usia balita di keluarga sebesar 1 persen akan menaikan

70

Page 71: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

pendapatan wanita di sektor informal sebesar 0.5553 rupiah jika variabel

independen lain dianggap konstan.

penelitian ini menunjukkan bahwa variabel jumlah tanggungan usia balita di

keluarga memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pendapatan

wanita di sektor informal. Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan bahwa

apabila jumlah tanggungan usia balita pekerja wanita di sektor informal semakin

banyak maka pendapatannya akan mengalami kenaikan karena wanita akan

cenderung menambah pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan balitanya yang

juga didukung oleh karakteristik sektor informal yang fleksibel sehingga mudah

mengkomparasikan antara kerja mengasuh anak dan kerja aktifitas ekonominya.

4. Pengaruh Tingkat Pendidikan (X4) Terhadap Pendapatan Wanita Sektor

Informal

Pengujian terhadap variabel tingkat pendidikan (X4) memiliki nilai

signifikansi 0.0467 lebih kecil dari 0.05 maka variabel X4 dinyatakan signifikan

dan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan wanita di sektor informal.

Berdasarkan regresi di atas, diperoleh koefisien regresi untuk variabel tingkat

pendidikan sebesar 0.050034, yang artinya setiap terjadi peningkatan rata-rata

tingkat pendidikan sebesar 1 persen akan meningkatkan pendapatan wanita di

sektor informal sebesar 0.0467 rupiah jika variabel independen lain dianggap

konstan.

Dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan wanita di sektor informal.

71

Page 72: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan wanita di Makassar relatif tinggi

dibarengi dengan waktu kerja yang tinggi. Oleh karena itu, sesuai dengan

kenyataan di lapangan mencerminkan bahwa tidak ada perbedaan apabila tingkat

pendidikan wanita tersebut tinggi ataupun rendah karena rata-rata pekerja wanita

di sektor informal berpendidikan SMP dan SMA.

Teori mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin

mampu menangkap kesempatan ekonomi yang lebih baik di sekitarnya. Dan

dengan pendidikan yang semakin tinggi pula akan meningkatkan mutu kerja

sekaligus meningkatkan produktivitasnya.

5. Pengaruh Modal Kerja (X5) Terhadap Pendapatan Wanita Sektor Informal

Pengujian terhadap variabel Modal Kerja (X5) memiliki nilai signifikansi

0.0000 lebih kecil dari 0.05 maka variabel X5 dinyatakan signifikan dan

berpengaruh terhadap tingkat pendapatan wanita di sektor informal.

Berdasarkan regresi di atas, diperoleh koefisien regresi untuk variabel tingkat

pendidikan sebesar 1.058008, yang artinya setiap terjadi peningkatan rata-rata

modal kerja sebesar 1 persen akan meningkatkan pendapatan wanita di sektor

informal sebesar 1.058008 rupiah jika variabel independen lain dianggap konstan.

Dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel modal kerja memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan wanita di sektor informal. Hal ini

disebabkan karena modal kerja menjadi penunjang awal dalam menentukan

kelanjutan usaha.

72

Page 73: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan mengenai pengaruh Jam Kerja, Usia, Jumlah Tanggungan Usia

Balita, Tingkat Pendidikan serta Modal Kerja terhadap Pendapatan Tenaga Kerja

Wanita disektor informal di Kota Makassar. Adapun kesimpulan yang ditarik adalah

sebagai berikut:

1. Pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen :

a) Variabel Jam Kerja (X1) memiliki berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap tingkat pendapatan (Y).

b) Variabel Usia (X2) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap tingkat pendapatan (Y).

c) Variabel Jumlah Tanggungan Usia Balita (X3) memiliki pengaruh positif

dan tidak signifikan terhadap tingkat pendapatan (Y)

d) Variabel Tingkat Pendidikan (X4) memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap tingkat pendapatan (Y).

e) Variabel Modal Kerja (X5) memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap tingkat pendapatan (Y).

73

Page 74: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

2. Secara simultan variabel independen yang terdiri dari Jam Kerja (X1), Usia

(X2), Tanggungan Usia Balita (X3), Tingkat Pendidikan (X4) dan Modal Kerja

(X5) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Pendapatan

Wanita Sektor Informal (Y).

74

Page 75: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3253... · Web view repository.unhas.ac.idSeperti pada umumnya disetiap daerah di Indonesia, Pemberdayaan wanita

6.2 Saran

Dari analisis yang diperoleh peneliti ingin menyampaikan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Dibutuhkan pendidikan kesetaraan gender yang lebih massif dan proaktif sejak

dini untuk mempermudah terciptanya kemitra sejajaran antara wanita dan laki-

laki salah satunya sebagai tenaga produktif pendorong perekonomian Negara.

2. Disarankan kepada pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih

terdistribusi dengan merata disetiap daerah guna meningkatkan produktifitas

perekonomian dan tenaga kerjanya khusunya wanita yang kurang memiliki

akses guna meningkatkan pendapatannya.

3. Perlunya penambahan akses terhadap informasi tentang kewirausahaan dan

pemberdayaan perekonomian mandiri termasuk pembukaan akses terhadap

perolehan modal bagi sektor informal agar lebih produktif, kreatif, dan

inovatif untuk menciptakan perekonomian yang lebih mandiri.

4. Penyediaan sarana jaminan pendidikan dan kesehatan yang modern, dan

terjangkau terutama untuk wanita yang sangat berperan pada sektor reproduksi

yang turut menentukan kualitas generasi tenaga produktif selanjutnya.

5. Di sarankan kepada peneliti selanjutnya agar mempertimbangkan

menggunakan variabel yang pengaruhnya tidak signifikan tersebut kedalam

model penelitiannya.

75