98901801 fraktur vertebra thorakolumbalis

38
JOURNAL READING FRAKTUR VERTABRA Oleh : Mutiara Aulia 09310263 Pembimbing : dr. H. Sunaryo, SpOT, SH, MH. Kes. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BAGIAN ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TASIKMALAYA TAHUN 2013

Upload: mutiara-aulia

Post on 28-Nov-2015

49 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

JOURNAL READING

FRAKTUR VERTABRA

Oleh :

Mutiara Aulia

09310263

Pembimbing :

dr. H. Sunaryo, SpOT, SH, MH. Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

BAGIAN ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TASIKMALAYA

TAHUN 2013

Page 2: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN....…………………………………………………………...............ii

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….....................iii

DAFTAR ISI.……………………………………………………………….................................iv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….................1

BAB II FRAKTUR VERTEBRA THORAKOLUMBALIS………………..................................3

II.1. ANATOMI..........................................................................................................3

II.2. MEKANISME CEDERA.....................................................................................8

II.3. CEDERA THORAKOLUMBAL..........................................................................11

II.4. CEDERA MEDULLA SPINALIS.......................................................................17

II.5. DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN FRAKTUR VERTEBRA.............................20

II.6. PENANGANAN DAN TERAPI..........................................................................22

BAB III PENUTUP..............................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27

Page 3: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

BAB I

PENDAHULUAN

Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentuk skeleton dari leher,

punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa dan sternum). Fungsi vertebra

yaitu melindungi medulla spinalis dan serabut saraf, menyokong berat badan dan berperan dalam

perubahan posisi tubuh. Vertebra pada orang dewasa terdiri dari 33 vertebra dengan pembagian 5

regio yaitu 7 cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal.1

Tulang belakang merupakan suatu satu kesatuan yang kuat diikat oleh ligamen di depan dan

dibelakang serta dilengkapi diskus intervertebralis yang mempunyai daya absorbsi tinggi terhadap

tekanan atau trauma yang memberikan sifat fleksibel dan elastis. Semua trauma tulang belakang

harus dianggap suatu trauma hebat sehingga sejak awal pertolongan pertama dan transportasi ke

rumah sakit harus diperlakukan dengan hati-hati.2,3

Trauma medulla spinalis dapat terjadi bersamaan dengan trauma pada tulang belakang yaitu

terjadinya fraktur pada tulang belakang, ligamentum longitudinalis posterior dan duramater bisa

robek, bahkan dapat menusuk ke kanalis vertebralis serta arteri dan vena-vena yang mengalirkan

darah ke medula spinalis dapat ikut terputus. Cedera medulla spinalis merupakan kelainan yang

pada masa kini banyak memberikan tantangan karena perubahan dan pola trauma serta kemajuan

di bidang penatalaksanaannya. Jika di masa lalu cedera tersebut lebih banyak disebabkan oleh

jatuh dari ketinggian, pada masa kini penyebabnya lebih beraneka ragam seperti kecelakaan lalu

lintas, jatuh dari tempat ketinggian dan kecelakaan olah raga. Pada masa lalu, kematian penderita

dengan cedera medulla spinalis terutama disebabkan oleh terjadinya penyulit berupa infeksi

saluran kemih, gagal ginjal, pneumoni / decubitus.4

Page 4: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

Trauma tulang belakang dapat mengenai jaringan lunak berupa ligamen, diskus dan faset

tulang belakang dan medulla spinalis. Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu

lintas (44%), kecelakaan olah raga (22%), terjatuh dari ketinggian (24%), kecelakaan kerja.2,3

Di U.S., insiden cedera medulla spinalis sekitar 5 kasus per satu juta populasi per tahun atau

sekitar 14.000 pasien per tahun. Insiden cedera medulla spinalis tertinggi pada usia 16-30 tahun

(53,1 %). Insiden cedera medulla spinalis pada pria adalah 81,2 %. Sekitar 80 % pria dengan

cedera medulla spinalis terdapat pada usia 18-25 tahun. SCIWORA (spinal cord injury without

radiologic abnormality) terjadi primer pada anak-anak. Tingginya insiden cedera medulla spinalis

komplit yang berkaitan dengan SCIWORA dilaporkan terjadi pada anak-anak usia kurang dari 9

tahun.5

Pasien dengan trauma tulang belakang komplit berpeluang sembuh kurang dari 5 %. Jika

terjadi paralisis komplit dalam waktu 72 jam setelah trauma, peluang perbaikan adalah nol.

Prognosis trauma tulang belakang inkomplit lebih baik. Jika fungsi sensoris masih ada, peluang

pasien untuk dapat berjalan kembali lebih dari 50 %.5

Oleh karena itu, penulis menyusun referat ini untuk mengetahui mekanisme trauma,

diagnosis dan penatalaksanaan dari cedera tulang belakang terutama thoracolumbal, secara tepat

sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas dan harapan hidup penderita.

Page 5: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

BAB II

FRAKTUR VERTEBRA THORAKOLUMBALIS

II.1. ANATOMI

Vertebra adalah pilar yang berfungsi sebagai penyangga tubuh dan melindungi medulla

spinalis. Pilar itu terdiri atas 33 ruas tulang belakang yang tersusun secara segmental yang

terdiri atas 7 ruas tulang servikal (vertebra servikalis), 12 ruas tulang torakal (vertebra

torakalis), 5 ruas tulang lumbal (vertebra lumbalis), 5 ruas tulang sakral yang menyatu

(vertebra sakral), dan 4 ruas tulang ekor (vertebra koksigea).6

Gambar 1. Anatomi Tulang Belakang

Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena adanya dua

sendi di posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior. Pada pandangan dari samping,

Page 6: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

pilar tulang belakang membentuk lengkungan atau lordosis di daerah servikal dan lumbal.

Keseluruhan vertebra maupun masing-masing tulang vertebra berikut diskus

intervertebralisnya merupakan satu kesatuan yang kokoh dengan diskus yang memungkinkan

gerakan antar korpus ruas tulang belakang. Lingkup gerak sendi pada vertebra servikal adalah

yang terbesar. Vertebra torakal berlingkup gerak sedikit karena adanya tulang rusuk yang

membentuk toraks, sedangkan vertebra lumbal mempunyai ruang lingkup gerak yang lebih

besar dari torakal tetapi makin ke bawah lingkup geraknya semakin kecil.6

Secara umum, struktur tulang belakang tersusun atas dua yaitu :

1. Korpus vertebra beserta semua diskus intervetebra yang berada di antaranya.

2. Elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang terdiri atas lamina, pedikel,

prosesus spinosus, prosesus transversus dan pars artikularis, ligamentum-ligamentum

supraspinosum dan intraspinosum, ligamentum flavum, serta kapsul sendi.6

Setiap ruas tulang belakang terdiri atas korpus di depan dan arkus neuralis di belakang

yang di situ terdapat sepasang pedikel kanan dan kiri, sepasang lamina, 2 pedikel, 1 prosesus

spinosus, serta 2 prosesus transversus. Beberapa ruas tulang belakang mempunyai bentuk

khusus, misalnya tulang servikal pertama yang disebut atlas dan ruas servikal kedua yang

disebut odontoid. Kanalis spinalis terbentuk antara korpus di bagian depan dan arkus neuralis

di bagian belakang. Kanalis spinalis ini di daerah servikal berbentuk segitiga dan lebar,

sedangkan di daerah torakal berbentuk bulat dan kecil. Bagian lain yang menyokong

kekompakan ruas tulang belakang adalah komponen jaringan lunak yaitu ligamentum

longitudinal anterior, ligamentum longitudinal posterior, ligamentum flavum, ligamentum

interspinosus, dan ligamentum supraspinosus.6

Stabilitas tulang belakang disusun oleh dua komponen, yaitu komponen tulang dan

komponen jaringan lunak yang membentuk satu struktur dengan tiga pilar. Pertama yaitu satu

tiang atau kolom di depan yang terdiri atas korpus serta diskus intervertebralis. Kedua dan

Page 7: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

ketiga yaitu kolom di belakang kanan dan kiri yang terdiri atas rangkaian sendi

intervertebralis lateralis. Tulang belakang dikatakan tidak stabil, bila kolom vertikal terputus

pada lebih dari dua komponen. 6

Gambar 2. Sendi dan Ligamen Kolumna Vertebra

Medulla spinalis berjalan melalui tiap-tiap vertebra dan membawa saraf yang

menyampaikan sensasi dan gerakan dari dan ke berbagai area tubuh. Semakin tinggi

kerusakan saraf tulang belakang, maka semakin luas trauma yang diakibatkan. Misal, jika

kerusakan saraf tulang belakang di daerah leher, hal ini dapat berpengaruh pada fungsi di

bawahnya dan menyebabkan seseorang lumpuh pada kedua sisi mulai dari leher ke bawah

dan tidak terdapat sensasi di bawah leher. Kerusakan yang lebih rendah pada tulang sakral

mengakibatkan sedikit kehilangan fungsi.6

Page 8: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

Gambar 3. Persarafan Tulang Belakang

Gambar 4. Gerakan Kolumna Vertebra

Page 9: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

Gambar 5. Otot yang Memproduksi Gerakan dari Sendi Intervertebra Torakal dan Lumba

l

Page 10: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

II.2. MEKANISME CEDERA

Pada cedera tulang belakang, mekanisme cedera yang mungkin adalah:

1. Hiperekstensi (kombinasi distraksi dan ekstensi)

Hiperekstensi jarang terjadi di daerah torakolumbal tetapi sering pada leher, pukulan

pada muka atau dahi akan memaksa kepala ke belakang dan tanpa menyangga

oksiput sehingga kepala membentur bagian atas punggung. Ligamen anterior dan

diskus dapat rusak atau arkus saraf mungkin mengalami fraktur. Cedera ini stabil

karena tidak merusak ligamen posterior.7

2. Fleksi

Trauma ini terjadi akibat fleksi dan disertai kompresi pada vertebra. Vertebra

akan mengalami tekanan dan remuk yang dapat merusak ligamen posterior. Jika

ligamen posterior rusak maka sifat fraktur ini tidak stabil sebaliknya jika

ligamentum posterior tidak rusak maka fraktur bersifat stabil. Pada daerah

cervical, tipe subluksasi ini sering terlewatkan karena pada saat dilakukan

pemeriksaan sinar-X vertebra telah kembali ke tempatnya.7

Page 11: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

3. Fleksi dan kompresi digabungkan dengan distraksi posterior

Kombinasi fleksi dengan kompresi anterior dan distraksi posterior dapat

mengganggu kompleks vertebra pertengahan, di samping kompleks posterior.

Fragmen tulang dan bahan diskus dapat bergeser ke dalam kanalis spinalis.

Berbeda dengan fraktur kompresi murni, keadaan ini merupakan cedera tak stabil

dengan risiko progresi yang tinggi. Fleksi lateral yang terlalu banyak dapat

menyebabkan kompresi pada setengah corpus vertebra dan distraksi pada unsur

lateral dan posterior pada sisi sebaliknya. Jika permukaan dan pedikulus remuk, lesi

bersifat tidak stabil.7

4. Pergeseran aksial (kompresi)

Kekuatan vertikal yang mengenai segmen lurus pada spina servikal atau lumbal akan

menimbulkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan mematahkan lempeng vertebra

dan menyebabkan fraktur vertikal pada vertebra, dengan kekuatan yang lebih besar,

bahan diskus didorong masuk ke dalam badan vertebral, menyebabkan fraktur remuk

(burst fracture). Karena unsur posterior utuh, keadaan ini didefinisikan sebagai

cedera stabil. Fragmen tulang dapat terdorong ke belakang ke dalam kanalis

spinalis dan inilah yang menjadikan fraktur ini berbahaya, kerusakan neurologik

sering terjadi.7

Page 12: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

5. Rotasi-fleksi

Cedera spina yang paling berbahaya adalah akibat kombinasi fleksi dan rotasi.

Ligamen dan kapsul sendi teregang sampai batas kekuatannya, kemudian dapat

robek, permukaan sendi dapat mengalami fraktur atau bagian atas dari satu

vertebra dapat terpotong. Akibat dari mekanisme ini adalah pergeseran atau dislokasi

ke depan pada vertebra di atas, dengan atau tanpa kerusakan tulang. Semua

fraktur-dislokasi bersifat tak stabil dan terdapat banyak risiko munculnya kerusakan

neurologik.7

6. Translasi Horizontal

Kolumna vertebralis teriris dan segmen bagian atas atau bawah dapat bergeser ke

anteroposterior atau ke lateral. Lesi bersifat tidak stabil dan sering terjadi kerusakan

syaraf.7

Page 13: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

II.3. CEDERA THORAKOLUMBAL

Penyebab tersering cedera torakolumbal adalah jatuh dari ketinggian serta kecelakaan lalu

lintas. Jatuh dari ketinggian dapat menimbulkan patah tulang vertebra tipe kompresi. Pada

kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggi dan tenaga besar sering didapatkan berbagai

macam kombinasi gaya, yaitu fleksi, rotasi, maupun ekstensi sehingga tipe frakturnya

adalah fraktur dislokasi.6

Terdapat dua tipe berdasarkan kestabilannya, yaitu:

- Cedera stabil : jika bagian yang terkena tekanan hanya bagian medulla spinalis

anterior, komponen vertebral tidak bergeser dengan pergerakan normal, ligamen

posterior tidak rusak sehingga medulla spinalis tidak terganggu, fraktur kompresi dan

burst fraktur adalah contoh cedera stabil.

- Cedera tidak stabil : cedera yang dapat bergeser dengan gerakan normal karena

ligamen posteriornya rusak atau robek. Fraktur medulla spinalis disebut tidak stabil

jika kehilangan integritas dari ligamen posterior. Menentukan stabil atau tidaknya

fraktur membutuhkan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan radiografi minimal ada 4

posisi yaitu anteroposterior, lateral, oblik kanan dan kiri. Dalam menilai stabilitas

vertebra, ada tiga unsur yamg harus dipertimbangkan yaitu kompleks posterior

(kolumna posterior), kompleks media dan kompleks anterior (kolumna anterior).6

Pembagian kolumna vertebralis adalah sebagai berikut :

1. kolumna anterior yang terbentuk dari ligament longitudinal dan 2/3 bagian anterior dari

corpus vertebra, diskus dan annulus vertebralis.

2. kolumna media yang terbentuk dari 1/3 bagian posterior dari corpus vertebralis, diskus

dan annulus vertebralis.

3. kolumna posterior yang terbentuk dari pedikulus, sendi-sendi permukaan, arkus tulang

posterior, ligamen interspinosa dan supraspinosa.6

Page 14: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

Berdasarkan mekanisme cederanya, dapat dibagi menjadi:

1. Fraktur kompresi (Wedge fractures)

Adanya kompresi pada bagian depan corpus vertebralis yang tertekan dan membentuk

patahan irisan. Fraktur kompresi adalah fraktur tersering yang mempengaruhi kolumna

vertebra. Fraktur ini dapat disebabkan oleh kecelakaan jatuh dari ketinggian dengan

posisi terduduk ataupun mendapat pukulan di kepala, osteoporosis dan adanya metastase

kanker dari tempat lain ke vertebra kemudian membuat bagian vertebra tersebut menjadi

lemah dan akhirnya mudah mengalami fraktur kompresi. Vertebra dengan fraktur

kompresi akan menjadi lebih pendek ukurannya daripada ukuran vertebra sebenarnya. 8

Page 15: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

2. Fraktur remuk (Burst fractures)

Fraktur yang terjadi ketika ada penekanan corpus vertebralis secara langsung, dan tulang

menjadi hancur. Fragmen tulang berpotensi masuk ke kanalis spinalis. Terminologi

fraktur ini adalah menyebarnya tepi korpus vertebralis kearah luar yang disebabkan

adanya kecelakaan yang lebih berat dibanding fraktur kompresi. Tepi tulang yang

menyebar atau melebar itu akan memudahkan medulla spinalis untuk cedera dan ada

fragmen tulang yang mengarah ke medulla spinalis dan dapat menekan medulla spinalis

dan menyebabkan paralisis atau gangguan syaraf parsial. Tipe burst fracture sering

terjadi pada thoraco lumbar junction dan terjadi paralysis pada kaki dan gangguan

defekasi ataupun miksi. Diagnosis burst fracture ditegakkan dengan x-rays dan CT scan

untuk mengetahui letak fraktur dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan

fraktur kompresi, burst fracture atau fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI,

fraktur ini akan lebih jelas mengevaluasi trauma jaringan lunak, kerusakan ligamen dan

adanya perdarahan.9

3. Fraktur dislokasi

Terjadi ketika ada segmen vertebra berpindah dari tempatnya karena kompresi, rotasi

atau tekanan. Ketiga kolumna mengalami kerusakan sehingga sangat tidak stabil, cedera

ini sangat berbahaya. Terapi tergantung apakah ada atau tidaknya korda atau akar syaraf

Page 16: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

yang rusak. Kerusakan akan terjadi pada ketiga bagian kolumna vertebralis dengan

kombinasi mekanisme kecelakaan yang terjadi yaitu adanya kompresi, penekanan, rotasi

dan proses pengelupasan. Pengelupasan komponen akan terjadi dari posterior ke anterior

dengan kerusakan parah pada ligamentum posterior, fraktur lamina, penekanan sendi

facet dan akhirnya kompresi korpus vertebra anterior. Namun dapat juga terjadi dari

bagian anterior ke posterior. kolumna vertebralis. Pada mekanisme rotasi akan terjadi

fraktur pada prosesus transversus dan bagian bawah costa. Fraktur akan melewati lamina

dan seringnya akan menyebabkan dural tears dan keluarnya serabut syaraf.2

4. Cedera pisau lipat (Seat belt fractures)

Sering terjadi pada kecelakaan mobil dengan kekuatan tinggi dan tiba-tiba

mengerem sehingga membuat vertebra dalam keadaan fleksi, dislokasi fraktur sering

terjadi pada thoracolumbar junction.10

Page 17: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

Kombinasi fleksi dan distraksi dapat menyebabkan tulang belakang

pertengahan membentuk pisau lipat dengan poros yang bertumpu pada bagian kolumna

anterior vertebralis. Pada cedera sabuk pengaman, tubuh penderita terlempar kedepan

melawan tahanan tali pengikat. Korpus vertebra kemungkinan dapat hancur selanjutnya

kolumna posterior dan media akan rusak sehingga fraktur ini termasuk jenis fraktur tidak

stabil.7

Tabel 1. Klasifikasi Fraktur Stabil dan Tidak Stabil

Tipe fraktur Bagian yang terkena Stable vs Unstable

Wedge fractures Hanya Anterior Stable

Burst fractures Anterior dan middle Unstable

Fracture/dislocation injuries Anterior, middle, posterior Unstable

Seat belt fractures Anterior, middle, posterior Unstable

Page 18: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

Gambar 6. Klasifikasi Magerl

Terdapat 3 jenis fraktur berdasarkan mekanismenya (mechanism of failure):

1. Type A

Compressive loads

2. Type B

Distraction forces

3. Type C

Multidirectional forces and translation11

II.4. CEDERA MEDULLA SPINALIS

Antara Vertebra Th I dan Th X

Segmen korda lumbal pertama pada orang dewasa berada pada tingkat vertebra T10.

Akibatnya, transeksi korda pada tingkat itu akan menghindarkan korda toraks tetapi

mengisolasikan seluruh korda, lumbal dan sakral, disertai paralisis tungkai bawah dan visera.

Akar toraks bagian bawah juga dapat mengalami transeksi tetapi tak banyak pengaruhnya.7

Di Bawah Vertebra Th X

Korda membentuk suatu tonjolan kecil (konus medularis) di antara vertebra T I dan LI, dan

meruncing pada ruang di antara vertebra LI dan L2. Akar saraf L2 sampai S4 muncul dari

Page 19: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

konus medularis dan beraturan turun dalam suatu kelompok (cauda equina) untuk muncul

pada tingkat yang berurutan pada spina lumbosakral. Karena itu, cedera spinal di atas

vertebra T10 menyebabkan transeksi korda, cedera di antara vertebra T10 dan LI dapat

menyebabkan lesi korda dan lesi akar saraf, dan cedera di bawah vertebra Ll hanya

menyebabkan lesi akar saraf. 7

Akar sakral mempersarafi:

(1) sensasi dalam daerah "pelana", suatu jalur di sepanjang bagian belakang paha dan tungkai

bawah, dan dua pertiga sebelah luar telapak kaki

(2) tenaga motorik pada otot yang mengendalikan pergelangan kaki dan kaki

(3) refleks anal dan penis, respons plantar dan refleks pergelangan kaki

(4) pengendalian kencing.7

Akar lumbal mempersarafi:

(1) sensasi pada seluruh tungkai bawah selain bagian yang dipasok oleh segmen sakral

(2) tenaga motorik pada otot yang mengendalikan pinggul dan lutut

(3) refleks kremaster dan refleks lutut. 7

Bila cedera tulang berada pada sambungan torakolumbal, penting untuk

membedakan antara transeksi korda tanpa kerusakan akar saraf dan transeksi korda dengan

kerusakan akar saraf. Pasien tanpa kerusakan akar saraf jauh lebih baik.7

Lesi Korda Lengkap

Paralisis lengkap dan tidak ada sensasi di bawah tingkat cedera menunjukkan

transeksi korda. Selama stadium syok spinal, bila tidak ada refleks anal (tidak lebih dari 24

jam pertama) diagnosis tidak dapat ditegakkan dan jika refleks anal pulih kembali dan

defisit saraf terus berlanjut, lesi korda bersifat lengkap. Setiap lesi korda lengkap yang

berlangsung lebih dari 72 jam tidak akan sembuh.7

Lesi Korda Tidak Lengkap

Page 20: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

Adanya sisa sensasi apapun di bagian distal cedera (uji menusukkan peniti di

daerah perianal ) menunjukkan lesi tak lengkap sehingga prognosis baik. Penyembuhan

dapat berlanjut sampai 6 bulan setelah cedera. Penyembuhan paling sering terjadi pada

sindroma korda centra. Di bawah vertebra Th X, diskrepansi antara tingkat neurologik dan

tingkat rangka adalah akibat transeksi akar yang turun dari segmen yang lebih tinggi dari

lesi korda.12

Sindrom Deskripsi

Anterior cord Lesi yang mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensitivitas

terhadap nyeri, temperature namun fungsi propioseptif masih normal

Brown-

Sequard

Proposeptif ipsilateral normal, motorik hilang dan kehilangan sensitivitas

nyeri dan temperatur pada sisi kontralateral

Central cord Khusus pada regio sentral, anggota gerak atas lebih lemah dibanding

anggota gerak bawah

Dorsal cord

(posterior

cord)

Lesi terjadi pada bagian sensori terutama mempengaruhi propioseptif

Conus

medullaris

Cedera pada sacral cord dan nervus lumbar dengan kanalis neuralis ;

arefleks pada vesika urinaria, pencernaan dan anggota gerak bawah

Cauda

equina

Cedera pada daerah lumbosacral dengan kanalis neuralis yang

mengakibatkan arefleksia vesika urinaria, pencernaan dan anggota gerak

bawah

Tabel 2. Incomplete Cord Syndromes

Grading syste m pada cedera medulla spinalis :

1. Klasifikasi Frankel :

Grade A : motoris (-), sensoris (-)

Page 21: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

Grade B : motoris (-), sensoris (+)

Grade C : motoris (+) dengan ROM 2 atau 3, sensoris (+)

Grade D : motoris (+) dengan ROM 4, sensoris (+)

Grade E : motoris (+) normal, sensoris (+) 8

2. Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury Association)

Grade Description

A Lengkap: tidak ada sensorik maupun motorik dibawah level

defisit neurologi

B Tidak lengkap : sensorik baik namun motorik nya menurun di

bawah level defisit neurology

C Tidak lengkap : sensorik baik dan fungsi motorik dibawah defisit

neurology memiliki kekuatan otot dibawah 3

D Tidak lengkap : sensorik baik namun kekuatan otot motoriknya

lebih dari 3 atau sama dengan 3

E Fungsi sensorik dan motorik normal

Tabel 3. ASIA Impairment Scale 8

II.5. DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN FRAKTUR VERTEBRA

Diagnosis klinik adanya fraktur thorakolumbal didapatkan melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Kecurigaan yang tinggi akan adanya cedera

pada vertebra pada pasien trauma sangat penting sampai kita mengetahui secara tepat

bagaimana mekanisme cedera pasien tersebut. Setiap pasien dengan cedera tumpul diatas

klavikula, cedera kepala atau menurunnya kesadaran, harus dicurigai adanya cedera cervical

sebelum curiga lainnya. Dan setiap pasien yang jatuh dari ketinggian atau dengan

mekanisme kecelakaan high-speed deceleration harus dicurigai ada cedera thoracolumbal.

Page 22: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

Selain itu patut dicurigai pula adanya cedera medulla spinalis, jika pasien datang dengan

nyeri pada leher, tulang belakang dan gejala neurologis pada tungkai. 13

Pemeriksaan klinik pada punggung hampir selalu menunjukkan tanda-tanda fraktur

yang tak stabil namun fraktur remuk yang disertai paraplegia umunya bersifat stabil. Sifat dan

tingkat lesi tulang dapat diperlihatkan dengan sinar-X, sedangkan sifat dan tingkat lesi saraf

dengan CT atau MRI. Pemeriksaan neurologik harus dilakukan dengan amat cermat. Tanpa

informasi yang rinci, diagnosis dan prognosis yang tepat tidak mungkin ditentukan.

Pemeriksaan rektum juga harus dilakukan. Pemeriksaan tentang tanda-tanda shock juga

sangat penting. 13

Macam-macam shock yang dapat terjadi pada cadera tulang belakang :

a. Hypovolemic shock yang ditandai dengan takikardia, akral dingin dan hipotensi jika

sudah lanjut.

b. Neurogenic shock adalah hilangnya aktivitas simpatis yang ditandai dengan hipotensi,

bradikardi.

c. Spinal shock : disfungsi dari medulla spinalis yang ditandai dengan hilangnya fungsi

sensoris dan motoris. Keadaan ini akan kembali normal tidak lebih dari 48 jam.13

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan:

1. Roentgenography: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat tulang vertebra, untuk melihat

adanya fraktur ataupun pergeeseran pada vertebra.

2. Computerized Tomography : pemeriksaan ini sifatnya membuat gambar vertebra 2 dimensi .

Pemeriksaan vertebra dilakukan dengan melihat irisan-irisan yang dihasilkan CT scan.

3. Magnetic Resonance Imaging: pemeriksaan ini menggunakan gelombang frekuensi radio

untuk memberikan informasi detail mengenai jaringan lunak di daerah vertebra. Gambaran

yang akan dihasilkan adalah gambaran 3 dimensi . MRI sering digunakan untuk mengetahui

kerusakan jaringan lunak pada ligament dan discus intervertebralis dan menilai cedera medulla

spinalis.13

Page 23: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

II.6. PENANGANAN DAN TERAPI

Pertolongan pertama dan penanganan darurat trauma spinal terdiri atas: penilaian

kesadaran, jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, kemungkinan adanya perdarahan dan segera

mengirim penderita ke unit trauma spinal ( jika ada). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan

klinik secara teliti meliputi pemeriksaan neurologis fungsi motorik, sensorik dan reflek untuk

mengetahui kemungkinan adanya fraktur pada vertebra.2

Terapi pada fraktur vertebra diawali dengan mengatasi nyeri dan stabilisasi untuk mencegah

kerusakan yang lebih parah lagi, semuanya tergantung dari tipe fraktur.

1. Braces & Orthotics

Ada tiga hal yang dilakukan yakni,

a. mempertahankan kesejajaran vertebra (alignment)

b. imobilisasi vertebra dalam masa penyembuhan

c. mengatasi rasa nyeri yang dirasakan dengan membatasi pergerakan.

Fraktur yang sifatnya stabil membutuhkan stabilisasi, sebagai contoh; brace rigid collar

(Miami J) untuk fraktur cervical, cervical-thoracic brace (Minerva) untuk fraktur pada

punggung bagian atas, thoracolumbar-sacral orthosis (TLSO) untuk fraktur punggung

bagian bawah, dalam waktu 8 sampai 12 minggu brace akan terputus, umumnya fraktur

pada leher yang sifatnya tidak stabil ataupun mengalami dislokasi memerlukan traksi, halo

ring dan vest brace untuk mengembalikan kesejajaran.3

Page 24: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

2. Pemasangan alat dan proses penyatuan (fusion).

Teknik ini adalah teknik pembedahan yang dipakai untuk fraktur tidak stabil. Fusion

adalah proses penggabungan dua vertebra dengan adanya bone graft dibantu dengan alat-

alat seperti plat, rods, hooks dan pedicle screws. Hasil dari bone graft adalah penyatuan

vertebra dibagian atas dan bawah dari bagian yang disambung. Penyatuan ini memerlukan

waktu beberapa bulan atau lebih lama lagi untuk menghasilkan penyatuan yang solid. 3

Page 25: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

3. Vertebroplasty & Kyphoplasty

Tindakan ini adalah prosedur invasi yang minimal. Pada prinsipnya teknik ini digunakan

pada fraktur kompresi yang disebabkan osteoporosis dan tumor vertebra. Pada

vertebroplasti bone cement diinjeksikan melalui lubang jarum menuju corpus vertebra

sedangkan pada kypoplasti, sebuah balon dimasukkan, dikembungkan untuk melebarkan

vertebra yang terkompresi sebelum celah tersebut diisi dengan bone cement.3

Pengelolaan penderita dengan paralisis meliputi :

a. Pengelolaan kandung kemih dengan pemberian cairan yang cukup, kateterisasi dan

evakuasi kandung kemih dalam 2 minggu

b. Pengelolaan saluran pencernaan dengan pemberian laksansia setiap dua hari

c. Monitoring cairan masuk dan cairan yang keluar dari tubuh

d. Nutrsi dengan diet tinggi protein secara intravena

e. Cegah dekubitus

f. Fisioterapi untuk mencegah kontraktur 2

Page 26: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

BAB III

PENUTUP

Vertebra pada orang dewasa terdiri dari 33 vertebra dengan pembagian 5 regio yaitu 7

cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal.1 Fungsi vertebra yaitu melindungi medulla

spinalis dan serabut saraf, menyokong berat badan dan berperan dalam perubahan posisi tubuh.

Pada cedera tulang belakang, mekanisme cedera yang mungkin adalah: Hiperekstensi

(kombinasi distraksi dan ekstensi), fleksi, fleksi dan kompresi digabungkan dengan distraksi

posterior, kompresi, rotasi-fleksi, translasi horizontal.

Penyebab tersering cedera torakolumbal adalah jatuh dari ketinggian serta kecelakaan lalu

lintas. Jatuh dari ketinggian dapat menimbulkan patah tulang vertebra tipe kompresi. Pada

kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggi dan tenaga besar sering didapatkan berbagai

macam kombinasi gaya, yaitu fleksi, rotasi, maupun ekstensi sehingga tipe frakturnya adalah

fraktur dislokasi.6 Terdapat dua tipe berdasarkan kestabilannya, yaitu: cedera stabil, cedera tidak

stabil.

Berdasarkan mekanisme cederanya, dapat dibagi menjadi: Fraktur kompresi (Wedge

fractures), Fraktur remuk (Burst Fracture), fraktur dislokasi, Seat Belt Fracture.

Diagnosis klinik adanya fraktur thorakolumbal didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang. Pertolongan pertama dan penanganan darurat trauma spinal

terdiri atas: penilaian kesadaran, jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, kemungkinan adanya

perdarahan. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan neurologis fungsi motorik, sensorik dan reflek

untuk mengetahui kemungkinan adanya fraktur pada vertebra.2

Terapi pada fraktur vertebra diawali dengan mengatasi nyeri dan stabilisasi untuk mencegah

kerusakan yang lebih parah lagi, semuanya tergantung dari tipe fraktur : Braces & Orthotics,

Pemasangan alat dan prosoes penyatuan (fusion), Vertebroplasty & Kyphoplasty

Page 27: 98901801 Fraktur Vertebra Thorakolumbalis

DAFTAR PUSTAKA

1. Moore K. Essential Clinical Anatomy. Second Edition. Baltimore: Williams and Wilkins.

2002

2. Rasjad C. Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Lamumpatue. 2003

3. Roper S. Spine Fracture. In: Dept. Neurosurgery Unversity of Florida. (Last updated: 2003;

accesed: 14 April 2012). Available from :

http://www.neurosurgery.ufl.edu/Patients/fracture.shtml

4. Harna. Trauma Medulla Spinalis. (Last updated: 2008; accesed: 14 April 2012). Available

from : http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/17/trauma-medula-spinalis/.

5. Schreiber, D. Spinal Cord Injury. (Last updated: 2004; accesed: 14 April 2012). Available

from : http://emedicine.medscape.com/article/793582-overview.

6. Jong, W.D, Samsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005; 870-874.

7. Apley,A.Graham. Apley’s System O Orthopaedic And Fracture.Seventh Edition. London:

Butterworth Scientific. 2000; 658-665.

8. Young W. Spinal Cord Injury Level And Classification. (Last updated: 2000; accesed: 14

April 2012). Available from : http://www.neurosurgery.ufl.edu/Patients/fracture.shtml

9. Deblick T. Burst Fracture. (Last updated: 2001; accesed: 14 April 2012). Available from :

http://www.emedicine.medscape.com/specialties

10. Claire M. The Three Column Concept. (Last updated: 2005; accesed: 14 April 2012).

Available from: http://www.spineuniverse/columnconcept.html

11. Rimel R.W. An Educational Training Program for the Care at the Site of Injury of Trauma

to Central Nervous System. 2001; 9:23-28.

12. Thomas, V.M. Thoracolumbal Vertebral Fracture. Journal of Orthopaedics. (Last updated:

2004; accesed: 14 April 2012). Available from : http://www.jortho.org/index.html

13. Kuntz C. Spine Fracture. Emedicine Journals. (Last updated: 2004; accesed: 14 April

2012). Available from : http://www.emedicine.com/orthoped/topic567.htm