asuhan keperawatan dengan fraktur vertebra new

40
25 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur Lumbal Oleh: Kelompok 1 (A4-A): 1. Anak Agung Istri Gunawati (10.321.0939) 2. I Nengah Dwipayana Putra (10.321.0952) 3. Kadek Ayu Astri Novitasari (10.321.0959) 4. Luh Putu Widiatmini (10.321.0965) 5. Luh Yulia Adiningsih (10.321.0966) 6. Komang Sulistyawati (10.321.0972) 7. Ni Luh Gd Septiarini (10.321.0974)

Upload: putu-widiatmini

Post on 17-Dec-2015

91 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

nice

TRANSCRIPT

Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Dengan

Fraktur Lumbal

Oleh: Kelompok 1 (A4-A):

1. Anak Agung Istri Gunawati

(10.321.0939)2. I Nengah Dwipayana Putra

(10.321.0952)

3. Kadek Ayu Astri Novitasari

(10.321.0959)4.Luh Putu Widiatmini

(10.321.0965)5. Luh Yulia Adiningsih

(10.321.0966)

6. Komang Sulistyawati

(10.321.0972)7. Ni Luh Gd Septiarini

(10.321.0974)8. Ni Putu Widya Santika Dewi

(10.321.0979)STIKES WIRAMEDIKA PPNI BALI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN2012KATA PENGANTARPuja dan puji syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat dan rahmat-Nya makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR LUMBAL dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai pedoman bagi mahasiswa untuk mengetahui lebih jelas tentang penyakit yang berhubungan dengan Sistem Muskuloskeletal sebelum dapat melaksanakan asuhan itu sendiri kepada pasien/klien, serta dalam memenuhi tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal.Saya menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan mengingat keterbatasan kami dalam penyusunan. Sehingga dengan keterbatasan tersebut kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih dan semoga sehingga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan yang luas bagi mahasiswa dalam belajar. Denpasar, 17 September 2012

Penulis

Daftar IsiiiKATA PENGANTAR

iiiDaftar Isi

1BAB I

1PENDAHULUAN

1A.Latar Belakang

2B.Rumusan Masalah

2C.Tujuan

3BAB II

3PEMBAHASAN

3A. Konsep Dasar Teori

31. Pengertian

32. Etiologi

43. Manifestasi Klinik

44. Patofisiologi

55. Jenis Fraktur

66. Proses Penyembuhan Tulang

77. Komplikasi

98. Penatalaksanaan Medis

10B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

101. Pengkajian Keperawatan

132. Diagnosa keperawatan

133. Perencanaan keperawatan

204. Implementasi Keperawatan

225. Evaluasi Keperawatan

25BAB III

25PENUTUP

25A.Kesimpulan

25B.Saran

26Daftar Pustaka

BAB IPENDAHULUANA.Latar Belakang

Diperkirakan 80 % populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada suatu saat dalam hidup mereka. Kerusakan punggung dan tulang belakang, suatu maslah kesehatan berat merupakan penyebab kecacatan pada orang usia kerja. Keterbatasan yang diakibatkan oleh nyeri punggung bawah pada seseorang sangat berat. Jumlah kunjungan ke dokter akibat nyeri punggung bawah merupakan yang kedua setelah penyakit saluran napas atas ( Smeltzer, S 2001 ).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur patologis. Fraktur lumbal terjadi lebih umum pada lansia, terutama wanita karena jatuh. Beberapa faktor utama yang menimbulkan insiden tinggi pada wanita adalah peningkatan insiden osteoporosis setelah menopause dan lebih besar harapan hidup wanita dibandingkan dengan pria ( Engram, B, 1998 )

Penyebab fraktur lumbal atara lain : benturan atau cedera ( jatuh pada kecelakaan ), kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis, patah karena keletihan, malnutrisi karena terjadi defisit kalsium pada tulang sehingga tulang rapuh. Tanda dan gejala fraktur lumbal adalah rasa nyeri yang langsung dan menjadi lebih hebat karena berjalan dan tekanan pada daerah yang terkena, hilangnya fungsi pada daerah yang cidera, tampak deformitas bila dibandingkan dengan bagian yang normal. Akibatnya akan menimbulkan komplikasi seperti emboli lemak, tromboemboli, syok hipovolemik atau traumatik, sindrom kompertement dan koagulopati intravaskuler diseminata ( KID ) ( Smeltzer, S, 2001 ).

Selain komplikasi, pasien yang mengalami fraktur akan muncul masalah lain yang sangat berpengaruh pada proses kesembuhan. Baik itu masalah biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Masalah biologis adalah kemungkinan terjadinya ketergantungan pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari misalnya: mandi, BAK, BAB, makan dan minum. Masalah psikologi sangatlah berkaitan dengan kecemasan sehubungan dengan keadaan tubuh yang berubah dengan keadaan semula.

B.Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari fraktur lumbal ?

2. Apa saja etiologi dari fraktur lumbal ?

3. Bagaimana manifestasi klinik dari fraktur lumbal ?

4. Bagaimana patofisiologi dari fraktur lumbal ?

5. Apa saja jenis jenis fraktur lumbal ?

6. Bagaimana proses penyembuhan tulang ?

7. Bagaimana komplikasi dari fraktur lumbal ?

8. Bagaimana penatalaksanaan medis dari fraktur lumbal ?

9. Bagaimana askep dengan pasien fraktur lumbal ?

C.Tujuan1. Untuk mengetahui pengertian dari fraktur lumbal ?

2. Untuk mengetahui etiologi dari fraktur lumbal ?

3. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari fraktur lumbal ?

4. Untuk mengetahui patofisiologi dari fraktur lumbal ?

5. Untuk mengetahui jenis jenis fraktur lumbal ?6. Untuk mengetahui bagaimana proses penyembuhan tulang ?

7. Untuk mengetahui komplikasi dari fraktur lumbal ?8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari fraktur lumbal ?9. Untuk mengetahui bagaimana askep dengan pasien fraktur lumbal ?BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori

1. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. Faktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan putir, mendadak bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. (Brunner and Suddarth, 2001).

Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Gejala gejala fraktur tergantung pada sisi, beratnya dan jumlah kerusakan pada struktur lain, biasanya terjadi pada orang dewasa laki-laki yang disebabkan oleh kecelakaan, jatuh, dan perilaku kekerasan. (Marilyn, E. Doengoes, 1999).

Fraktur adalah deformasi atau dekontinuitas dari tulang oleh tenaga yang melebihi kekuatan tulang. (http://www.medicastore.com/med/detail=patah;tulang/).

Dari ketiga pengertian diatas kami menyimpulkan fraktur lumbal adalah kerusakan pada tulang belakang berakibat trauma, biasanya terjadi pada orang dewasa laki-laki yang disebabkan oleh kecelakaan, jatuh, dan perilaku kekerasan.

2. Etiologi

Adapun penyebab dari fraktur menurut Brunner and Suddart, 2001 adalah sebagai berikut : a. Trauma langsung merupakan utama yang sering menyebabkan fraktur. Fraktur tersebut terjadi pada saat benturan dengan benda keras.b. Putaran dengan kekuatan yang berlebihan (hiperfleksi) pada tulang akan dapat mengakibatkan dislokasi atau fraktur.c. Kompresi atau tekanan pada tulang belakang akibat jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya.d. Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi patologis yang menimbulkan penyakit tulang atau melemahnya tulang.e. Postur Tubuh (obesitas atau kegemukan) dan Body Mekanik yang salah seperti mengangkat benda berat.3. Manifestasi Klinik

a. Manifestasi klinik fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekkan deformitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna.b. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilasi. Spasme otot yang menyertai fraktur yang merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.c. Setelah terjadi fraktur, bagian bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas yang bisa diketahui dengan ekstermitas normal.d. Terjadi pemendekan tulang karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.e. Saat ekstermitas diperiksa teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya.

f. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.4. Patofisiologi

Fraktur tulang belakang dapat terjadi di sepanjang kolumna vertebra tetapi lebih sering terjadi di daerah servikal bagian bawah dan di daerah lumbal bagian atas. Pada dislokasi akan tampak bahwa kanalis vertebralis di daerah dislokasi tersebut menjadi sempit, keadaan ini akan menimbulkan penekanan atau kompresi pada medulla spinalis atau rediks saraf spinalis.

Dengan adanya penekanan atau kompresi yang berlangsung lama, mengakibatkan jaringan terputus akibatnya daerah sekitar fraktur mengalami oedema atau hematoma. Kompresi sering mengakibatkan iskemia otot. Tanda dan gejala yang menyertai peningkatan tekanan compartmental mencakup nyeri, kehilangan sensasi, dan paralisis. Hilangnya tonjolan tulang yang normal, pemendekan atau pemanjangan tulang, dan kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu menyebabkan terjadinya perubahan bentuk (deformitas). Imobilisasi membentuk terapi awal pasien fraktur. Imobilisasi harus dicapai sebelum pasien ditransfer dan bila mungkin bidai harus dijulurkan paling kurang satu sendi diatas dan dibawah tempat fraktur, dengan imobilisasi mengakibatkan sirkulasi darah menurun sehingga terjadi perubahan perfusi jaringan primer. (Markam, Soemarmo, 1992; Sabiston,1995; Mansjoer, 2000).

5. Jenis Fraktur

Adapun klasifikasi menurut Brunner and Suddarth, 2001 adalah sebagai berikut:

1.Berdasarkan garis patah yang terdapat pada tulang, fraktur dibedakan menjadi dua, yaitu:a. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.b. Fraktur tidak komplet adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.2. Berdasarkan robekan yang terdapat pada kulit, fraktur dibedakan menjadi dua, yaitu :a. Fraktur tertutup (fraktur simple) adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit.

b. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/ kompleks) adalah fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai patahan tulang.

3. Berdasarkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang dibedakan menjadi tulang bergeser dan fraktur tidak bergeser.4. Berbagai jenis khusus fraktur adalah sebagai berikut :

a. Greenstick adalah fraktur di mana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.

b. Transversal adalah fraktur sepanjang garis tengah tulang.

c. Oblik adalah fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

d. Spiral adalah fraktur memuntir seputar batang tulang.e. Kominutif adalah fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.f. Depresi adalah fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam.

g. Kompresi adalah fraktur di mana tulang mengalami kompresi.h. Patologik adalah fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit.i. Avulsi adalah tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendo pada perlekatannya.

6. Proses Penyembuhan Tulang

a. Tahap Hematoma, Pada tahap terjadi fraktur, terjadi kerusakan pada kanalis Havers sehingga masuk ke area fraktur setelah 24 jam terbenutk bekuan darah dan fibrin yang masuk ke area fraktur, terbenuklah hematoma kemudian berkembang menjadi jaringan granulasi.

b. Tahap Poliferasi, Pada aerea fraktur periosteum, endosteum dan sumsum mensuplai sel yang berubah menjadi fibrin kartilago, kartilago hialin dan jaringan panjang.

c. Tahap Formiasi Kalus atau Prakalus, Jaringan granulasi berubah menjadi prakalus. Prakalus mencapai ukuran maksimal pada 14 sampai 21 hari setelah injuri.

d. Tahap Osifikasi kalus, Pemberian osifikasi kalus eksternal (antara periosteum dan korteks), kalus internal (medulla) dan kalus intermediet pada minggu ke-3 sampai dengan minggu ke-10 kalus menutupi lubang.

e. Tahap consolidasi, Dengan aktivitas osteoblasi dan osteoklas, kalus mengalami proses tulang sesuai dengan hasilnya.Faktor faktor yang mempengaruhi proses pemulihan :

a. Usia klien

b. Immobilisasi

c. Tipe fraktur dan area fraktur

d. Tipe tulang yang fraktur, tulang spongiosa lebih cepat sembuh dibandingkan dengan tulang kompak.

e. Keadaan gizi klien

f. Asupan darah dan hormon hormon pertumbuhan yang memadai

g. Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang

h. Komplikasi atau tidak misalnya infeksi biasa menyebabkan penyembuhan lebih lama.

i. Keganasan lokal, penyakit tulang metabolik dan kortikosteroid.

7. Komplikasi

a. Syok

Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak sehingga terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar akibat trauma.

b. Mal union

Gerakan ujung patahan akibat imobilisasi yang jelek menyebabkan mal union, sebab-sebab lainnya adalah infeksi dari jaringan lunak yang terjepit diantara fragmen tulang, akhirnya ujung patahan dapat saling beradaptasi dan membentuk sendi palsu dengan sedikit gerakan (non union).c. Non union

Non union adalah jika tulang tidak menyambung dalam waktu 20 minggu. Hal ini diakibatkan oleh reduksi yang kurang memadai.

d. Delayed union

Delayed union adalah penyembuhan fraktur yang terus berlangsung dalam waktu lama dari proses penyembuhan fraktur.

e. Tromboemboli, infeksi, kaogulopati intravaskuler diseminata (KID).Infeksi terjadi karena adanya kontaminasi kuman pada fraktur terbuka atau pada saat pembedahan dan mungkin pula disebabkan oleh pemasangan alat seperti plate, paku pada fraktur.f. Emboli lemak

Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit dan membentuk emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil, yang memsaok ke otak, paru, ginjal, dan organ lain.

g. Sindrom Kompartemen

Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Berakibat kehilangan fungsi ekstermitas permanen jika tidak ditangani segera.

h. Cedera vascular dan kerusakan syaraf yang dapat menimbulkan iskemia, dan gangguan syaraf. Keadaan ini diakibatkan oleh adanya injuri atau keadaan penekanan syaraf karena pemasangan gips, balutan atau pemasangan traksi.

8. Penatalaksanaan Medis

1. Pengobatan dan Terapi Medis

a. Pemberian anti obat antiinflamasi seperti ibuprofen atau prednisone

b. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut

c. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot

d. Bedrest, Fisioterapi

2. Konservatif

Pembedahan dapat mempermudah perawatan dan fisioterapi agar mobilisasi dapat berlangsung lebih cepat. Pembedahan yang sering dilakukan seperti disektomi dengan peleburan yang digunakan untuk menyatukan prosessus spinosus vertebra; tujuan peleburan spinal adalah untuk menjembatani discus detektif, menstabilkan tulang belakang dan mengurangi angka kekambuhan. Laminectomy mengangkat lamina untuk memanjakan elemen neural pada kanalis spinalis, menghilangkan kompresi medulla dan radiks. Microdiskectomy atau percutaeneus diskectomy untuk menggambarkan penggunaan operasi dengan mikroskop, melihat potongan yang mengganggu dan menekan akar syaraf.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Merupakan tahap awal dari pendekatan proses keperawatan dan dilakukan secara sistematika mencakup aspek bio, psiko, sosio, dan spiritual. Langkah awal dari pengkajian ini adalah pengumpuln data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan klien dan keluarga, observasi pemeriksaan fisik, konsultasi dengan anggota tim kesehatan lainnya dan meninjau kembali catatan medis ataupun catatan keperawatan. Pengkajian fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Adapun lingkup pengkajian yang dilakukan pada klien fraktur menurut Brunner and Suddarth, 2002 adalah sebagai berikut :

a. Data demografi/ identitas klien

Antara lain nama, umur, jenis kelamin, agama, tempat tinggal, pekerjaan, dan alamat klien.

b. Keluhan utama

Adanya nyeri dan sakit pada daerah punggung

c. Riwayat kesehatan keluarga

Untuk menentukan hubungan genetik perlu diidentifikasi misalnya adanya predisposisi seperti arthritis, spondilitis ankilosis, gout/ pirai (terdapat pada fraktur psikologis).

d. Riwayat spiritual

Apakah agama yang dianut, nilai-nilai spiritual dalam keluarga dan bagaimana dalam menjalankannya.e. Aktivitas kegiatan sehari-hari

Identifikasi pekerjaan klien dan aktivitasnya sehari-hari, kebiasaan membawa benda-benda berat yang dapat menimbulkan strain otot dan jenis utama lainnya. Orang yang kurang aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau trauma dapat timbul pada orang yang suka berolah raga dan hockey dapat menimbulkan nyeri sendi pada tangan.

f. Pemeriksaan fisik

1) Pengukuran tinggi badan

2) Pengukuran tanda-tanda vital

3) Integritas tulang, deformitas tulang belakang

4) Kelainan bentuk pada dada

5) Adakah kelainan bunyi pada paru-paru, seperti ronkhi basah atau kering, sonor atau vesikuler, apakah ada dahak atau tidak, bila ada bagaimana warna dan produktivitasnya.

6) Kardiovaskuler: sirkulasi perifer yaitu frekuensi nadi, tekanan darah, pengisian kapiler, warna kulit dan temperatur kulit.

7) Abdomen tegang atau lemas, turgor kulit, bising usus, pembesaran hati atau tidak, apakah limpa membesar atau tidak.

8) Eliminasi: terjadinya perubahan eliminasi fekal dan pola berkemih karena adanya immobilisasi.

9) Aktivitas adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur

10) Apakah ada nyeri, kaji kekuatan otot, apakah ada kelainan bentuk tulang dan keadaan tonus otot.g. Tes Diagnostik

Pada klien dengan trauma tulang belakang, biasanya dilakukan beberapa tes diagnostik untuk menunjang diagnosa medis, yaitu :

1) Foto Rontgen Spinal, yang memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang belakang, atau tulang intervetebralis atau mengesampingkan kecurigaan patologis lain seperti tumor, osteomielitis.

2) Elektromiografi, untuk melokalisasi lesi pada tingkat akar syaraf spinal utama yang terkena.

3) Venogram Epidural, yang dapat dilakukan di mana keakuratan dan miogram terbatas.

4) Fungsi Lumbal, yang dapat mengkesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi adanya darah.

5) Tanda Le Seque (tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas) untuk mendukung diagnosa awal dari herniasi discus intervertebralis ketika muncul nyeri pada kaki posterior.

6) CT - Scan yang dapat menunjukkan kanal spinal yang mengecil, adanya protrusi discus intervetebralis.

7) MRI, termasuk pemeriksaan non invasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang dan jaringan lunak dan dapat memperkuat adanya herniasi discus.

8) Mielogram, hasilnya mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang discus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan secara teoritis menurut Doengoes, 2002 untuk klien dengan gangguan tulang belakang, yaitu :

a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/imobilisasi, stress, ansietasb. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri: ketidaknyamanan; spasme otot; kerusakan neuromuscular.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kehilangan sensori dan mobilitas permanen.d.Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan imobilisasi

e.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi, tidak mengenal sumber informasi

f.Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer:kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan3. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan secara teoritis menurut Doengoes, 2002 adalah sebagai berikut :No. DxTujuan & Kriteria HasilIntervensiRasional

1

Setelah dilakukan tindakan keperawatan x24 jam diharapkan nyeri berkurang/terkontrol, dengan criteria hasil : Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

Klien dapat mengungkapkan yang dapat menghilangkan

Klien dapat mendomenstrasikan penggunaan intervensi terapeutik seperti keterampilan relaksasi, modifikasi perilaku untuk menghilangkan nyeri

Mandiri :1. Pertahankan tirah baring selama fase akut. Letakkan klien dalam posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi; posisi telentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10 - 30 atau pada posisi lateral.

2. Batasi aktivitas selama fase akut sesuai kebutuhan

3. Letakkan semua kebutuhan, termasuk bel panggil dalam batas yang mudah dijangkau atau diraih klien.

4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

5. Berikan kesempatan untuk berbicara atau mendengarkan masalah klien

6. Berikan tempat tidur ortopedik atau letakan papan dibawah kasur atau matras.Observasi :

7. Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lama serangan, faktor pencetus atau memperberat. Minta klien untuk mendapatkan skala nyeri 1 10. Health Education :

8. Instruksikan atau anjurkan klien untuk melakukan mekanisme tubuh atau gerakan yang tepat.

Kolaborasi :

9. Berikan obat sesuai kebutuhan: relakskan otot seperti Diazepam (Valium)1. Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan klien untuk menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan intervertebralis.

2. Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar discus intervertebralis yang terkena.

3. Menurunkan resiko peregangan saat meraih4. Memfokuskan perhatian klien dan membantu menurunkan tegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan.

5. Berbicara dapat menurunkan strees atau rasa takut selama dalam keadaan sakit dan dirawat.6. Memberikan sokongan dan menurunkan fleksi spinal yang menurunkan spasme.

7. Membantu menentukan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi.

8. Menghilangkan stress pada otot dan mencegah trauma lebih lanjut.

9. Merelaksasikan otot dan menurunkan nyeri

2Setelah dilakukan tindakan keperawatan x24 jam diharapkan kerusakan mobilitas fisik tidak terjadi, dengan criteria hasil :

Klien mengungkapkan pemahaman tentang situasi atau faktor resiko dan aturan pengobatan individu.

Mendemonstrasikan teknik atau perilaku yang mungkin

Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit atau kompensasi.

Mandiri :1. Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik.

2. Catat respon-respon emosi atau perilaku pada immobilisasi, berikan aktivitas yang disesuaikan dengan klien.

3. Bantu klien untuk melaksanakan latihan rentang gerak aktif dan pasif

4. Bantu klien dalam melakukan ambulasi progresifHealth Education:

5. Anjurkan klien untuk melatih kaki bagian bawah dan lutut

1. Tergantung pada bagian tubuh yang terkena atau jenis prosedur, aktivitas yang kurang berhati-hati akan meningkatkan kerusakan spinal.

2. Immobilisasi yang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan, peka rangsangan. Aktivitas pengalihan dapat membantu dalam memfokuskan perhatian dan meningkatkan koping dengan batasan tersebut.

3. Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang belakang, memperbaiki mekanika tubuh.

4. Keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisi yang khusus, tapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi.5. Stimulasi sir vena atau arus balik vena menurunkan keadaan vena yang statis dan kemungkinan terbentuknya trombus

3Setelah dilakukan tindakan keperawatan x24 jam diharapkan kerusakan integritas kulit dapat teratasi, dengan criteria hasil: Menunjukan perilaku untuk mencegah kerusakan kulit memudahkan penyembuhan sesuai indikasi. Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/ penyembuhan lesi terjadiMandiri :1. Masase kulit dan penonjolan tulang, pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.

2. Ubah posisi dengan sering

Observasi :

3. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna.

Kolaborasi :

4. Gunakan tempat tidur busa, bulu domba, bantal apung atau kasur udara sesuai indikasi.

1. Menurunkan tekanan pada area yang peka dan risiko abrasi/kerusakan kulit 2. Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan risiko kerusakan kulit

3. Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan oleh alat traksi/ gibs.

4. Karena imobilisasi bagian tubuh, tonjolan tulang lebih dari area yang sakit oleh pen mungkin sakit karena penurunan sirkulasi

4Setelah dilakukan tindakan keperawatan x24 jam diharapkan perawatan diri pasien dapat terpenuhi, dengan criteria hasil :

Pasien dapat berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari untuk meningkatkan kemampuan diri Pasien dapat ikut berpartisipasi dalam perawatan dirinyaMandiri :1. Bekerjasama dengan klien untuk memprioritaskan tugas-tugas merawat diri

2. Pertahankan mobilitas, control terhadap nyeri dan program latihan

Observasi :

3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi/rencana untuk modifikasi lingkungan

Health Education :

4. Ajarkan klien dan keluarga tentang cara-cara untuk memodifikasi perubahan perawatan diri1. Untuk meningkatkan kemampuan dalam merawat diri

2. Mendukung kemandirian fisik/emosional3. Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri 4. Agar perawatan diri dapat terpenuhi

5Setelah dilakukan tindakan keperawatan x24 jam diharapkan klien dapat memahami dan mengerti tentang penyakitnya, dengan criteria hasil :

Pasien dapat menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan pengobatan

Pasien dapat melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakan Mandiri : 1. Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan di bawah fraktur 2. Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai intruksi dengan terapis fisik bila diindikasikan

Observasi :

3. Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang4. Kaji ulang perawatan pen/luka yang tepat

Helath Education :

5. Berikan penjelasan kepada pasien untuk penggunaan backpack1. Mencegah kekauan sendi, kontraktur dan kelelahan otot, meningkatkan kembalinya aktivitas sehari-hari secara dini

2. Banyak fraktur memerlukan gips, bebat atau penjepit selama proses penyembuhan

3. Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi

4. Menurunkan risiko trauma tulang/jaringan dan infeksi yang dapat berlanjut menjadi osteomielitis

5. Memberikan tempat untuk membawa artikel tertentu

6Setelah dilakukan tindakan keperawatan x24 jam diharapkan klien tidak mengalami risiko infeksi, dengan criteria hasil :

Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau eritema dan demam

Mandiri :

1. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas

2. Berikan perawatan pen/kawat steril sesuai protocol dan latihan mencuci tanganObservasi :

3. Kaji sisi pen atau kulit, perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema, eritema, drainase atau bau tak enak Kolaborasi :

4. Pemeriksaa laboratorium contoh :

- Hitung darah lengkap

5. Berikan obat sesuai indikasi contoh :

- Antibiotik IV/Topikal

Tetanus toksoid1. Pen/kawat tidak harus dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi, kemerahan atau abrasi (dapat menimbulkan infeksi tulang)

2 Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi

3. Dapat mengindikasikan timbulnya infeksi local atau nekrosis jaringan, yang dapat menimbulkan osteomilitis

Anemia dapat terjadi pada osteomilitis, leukositosis biasanya ada dengan proses infeksi Antibiotik spectrum luas dapat digunaka secara profilaktif atau dapat ditujukan pada mikroorganisme khusus Diberikan secara profilaktik karena kemungkinan adanya tetanus pada luka terbuka

4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Drs. Nasrul Effendi, 2000). Ada tiga fase dalam tindakan keperawatan, yaitu :1. Fase PersiapanMeliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan dan keterampilan menginterpretasikan rencana, persiapan klien dan lingkungan.2. Fase Intervensi

Merupakan puncak dari implementasi yang berorientasi pada tujuan dan fokus pada pengumpulan data yang berhubungan dengan reaksi klien termasuk reaksi fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab secara professional, yaitu :a. Secara Mandiri (Independen)Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi karena adanya stressor (penyakit), misalnya :1) Membantu klien dalam melakukan kegiatan sehari hari2) Melakukan perawatan kulit untuk mencegah dekubitus3) Memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara wajar.4) Menciptakan lingkungan terapeutikb. Saling ketergantungan/ kolaborasi (Interdependen)Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja sama sesama tim perawatan atau kesehatan lainnya seperti dokter, fisiotherapy, analisis kesehatan, dsb.c. Rujukan/ KetergantunganAdalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain diantaranya dokter, psikologis, psikiater, ahli gizi, fisiotherapi, dsb.Pada penatalaksanaanya tindakan keperawatan dilakukan secara :1). Langsung : Ditangani sendiri oleh perawat2). Delegasi : Diserahkan kepada orang lain/ perawat lain yang dapat dipercaya3. Fase DokumentasiMerupakan terminasi antara perawat dan klien. Setelah implementasi dilakukan dokumentasi terhadap implementasi yang dilakukan. Ada tiga sistem pencatatan yang digunakan :a. Sources Oriented Recordb. Problem Oriented Recordc. Computer Assisted Record5. Evaluasi KeperawatanAdalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Teknik penilaian yang didapat dari beberapa cara, yaitu :1. Wawancara : Dilakukan pada klien dan keluarga2. Pengamatan : Pengamatan klien terhadap sikap, pelaksanaan, hasil yang dicapai dan perubahan tingkah laku klien.Jenis evaluasi ada dua macam, yaitu :a. Evaluasi FormatifEvaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera.b. Evaluasi SumatifMerupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada saat tertentu berdasarkan tujuan rekapitulasi dari hasil yang direncanakan pada tahap perencanaan. Ada tiga alternatif yang dapat dipergunakan oleh perawat dalam memutuskan/ menilai :1) Tujuan tercapai : Jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.2) Tujuan tercapai sebagian : Jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan.3) Tujuan tidak tercapai : Jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan akan timbul masalah baru.DiagnosaEvaluasi

1 Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

Klien dapat mengungkapkan yang dapat menghilangkan

Klien dapat mendomenstrasikan penggunaan intervensi terapeutik seperti keterampilan relaksasi, modifikasi perilaku untuk menghilangkan nyeri

2 Klien mengungkapkan pemahaman tentang situasi atau faktor resiko dan aturan pengobatan individu.

Klien dapat mendemonstrasikan teknik atau perilaku yang mungkin

Klien dapat Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit atau kompensasi.

3 Klien dapat menunjukan perilaku untuk mencegah kerusakan kulit memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.

Klien dapat mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/ penyembuhan lesi terjadi

4 Pasien dapat berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari untuk meningkatkan kemampuan diri

Pasien dapat ikut berpartisipasi dalam perawatan dirinya

5 Pasien dapat menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan pengobatan

Pasien dapat melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakan

6 Klien dapat mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau eritema dan demam

BAB IIIPENUTUPA.Kesimpulan

Fraktur lumbal adalah kerusakan pada tulang belakang berakibat trauma, biasanya terjadi pada orang dewasa laki-laki yang disebabkan oleh kecelakaan, jatuh, dan perilaku kekerasan.Penyebab dari frakturlumbal adalah trauma, kompresi atau tekanan pada tulang belakang akibat jatuh dari ketinggian, gangguan spinal bawaan atau cacat sejak lahir dan postur tubuh ( obesitas atau kegemukan ).

Manifestasi klinik dari fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekkan deformitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warnaKomplikasi dari fraktur yaitu syok, Tromboemboli, infeksi, kaogulopati intravaskuler diseminata (KID), emboli lemak.

Asuhan keperawatan dari peritonitis yaitu dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi serta evaluasi. B.Saran

Sebagai seorang perawat kita harus menngetahui apa itu fraktur, jenis jenis fraktur, lokasi, luas dan apa yang penyebab dari fraktur itu sendiri. Selain itu perawat juga harus mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur sehingga perawat mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk menangani pasien dengan fraktur agar pasien dengan fraktur lumbal bisa menjalani kehidupan secara wajar sehingga aktivitas pasien tidak terganggu.

Daftar Pustaka

Brunner and Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2. Jakarta :EGCDoenges, Marilynn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC

Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9.Jakarta : EGC