94726575-up-kelompok1

52
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Uji pendahuluan terhadap komponen kimia bahan alam bertujuan untuk mempermudah dalam pengerjaan isolasi. Uji pendahuluan dilakukan terhadap bahan alam yang baru diambil dari alam dengan menggunakan pereaksi kimia yang sesuai. Senyawa kimia yang berkhasiat sebagai obat yang terdapat dalam bahan alam. Senyawa kimia yang bermanfaat obat dari tumbuhan adalah hasil dari metabolit sekunder yang berupa alkaloida, steroida/terpenoida, flavonoida atau tanin. Senyawa ini di antaranya berfungsi sebagai pelindung terhadap serangan atau gangguan yang ada di sekitarnya dan sebagai antibiotika selain itu juga berpotensi sebagai antioksidan. I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan I.2.1 Maksud Percobaan

Upload: rezky-aprhodyta

Post on 09-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

uji pendahuluan

TRANSCRIPT

Page 1: 94726575-UP-Kelompok1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Uji pendahuluan terhadap komponen kimia bahan alam bertujuan

untuk mempermudah dalam pengerjaan isolasi. Uji pendahuluan

dilakukan terhadap bahan alam yang baru diambil dari alam dengan

menggunakan pereaksi kimia yang sesuai. Senyawa kimia yang

berkhasiat sebagai obat yang terdapat dalam bahan alam.

Senyawa kimia yang bermanfaat obat dari tumbuhan adalah hasil

dari metabolit sekunder yang berupa alkaloida, steroida/terpenoida,

flavonoida atau tanin. Senyawa ini di antaranya berfungsi sebagai

pelindung terhadap serangan atau gangguan yang ada di sekitarnya dan

sebagai antibiotika selain itu juga berpotensi sebagai antioksidan.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami senyawa aktif dalam ekstrak daun pukul

empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora crispa) dengan

uji identifikasi.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Melakukan identifikasi kandungan kimia dalam ekstrak daun pukul

empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora crispa) dengan

uji identifikasi.

Page 2: 94726575-UP-Kelompok1

I.3 Prinsip Percobaan

I.3.1 Metode Semprot

a. Alkaloid

Identifikasi kandungan senyawa alkaloid ekstrak daun pukul

empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

crispa) dengan cara mengelusi lempeng KLT ekstrak daun

pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

crispa), kemudian lempeng disemprot dengan reagen

dragendorff dan diamati pada UV 254 nm dan 366 nm. Hasil

positif yaitu perubahan warna noda menjadi jingga-merah.

Hasil negatif apabila satu reagen tidak menunjukkan warna

yang seharusnya terbentuk pada reagen.

b. Flavonoid

Identifikasi kandungan senyawa flavonoid ekstrak daun pukul

empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

crispa) dengan cara mengelusi lempeng KLT ekstrak daun

pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

crispa), kemudian lempeng disemprot dengan reagen situborat

dan diamati pada UV 254 nm dan 366 nm. Hasil positif yaitu

perubahan warna noda menjadi kuning.

c. Saponin

Identifikasi kandungan senyawa saponin ekstrak daun pukul

empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

Page 3: 94726575-UP-Kelompok1

crispa) dengan cara mengelusi lempeng KLT ekstrak daun

pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

crispa), kemudian lempeng disemprot dengan reagen vanilin

sulfat dan diamati pada UV 254 nm dan 366 nm. Hasil positif

yaitu perubahan warna noda menjadi kuning.

d. Steroid/Terpenoid

Identifikasi kandungan senyawa steroid/favonoid ekstrak daun

pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

crispa) dengan cara mengelusi lempeng KLT ekstrak daun

pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

crispa), kemudian lempeng disemprot dengan reagen LB dan

diamati pada UV 254 nm dan 366 nm. Hasil positif yaitu

perubahan warna noda menjadi hijau untuk positif steroid dan

ungu untuk positif terpenoid.

e. Tanin

Identifikasi kandungan senyawa tanin ekstrak daun pukul

empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

crispa) dengan cara mengelusi lempeng KLT ekstrak daun

pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

crispa), kemudian lempeng disemprot dengan reagen FeCl3

dan diamati pada UV 254 nm dan 366 nm. Hasil positif yaitu

perubahan warna noda menjadi biru.

Page 4: 94726575-UP-Kelompok1

I.3.2 Metode Tabung

a. Alkaloid

Identifikasi kandungan senyawa alkaloid ekstrak daun pukul

empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

crispa) dengan cara mereaksikan ekstrak daun pukul empat

(Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora crispa)

dengan reagen dragendorff, wagner, dan mayer yang terlebih

dahulu ekstrak ditambahkan HCl 2N dan 10 ml air. Hasil positif

apabila warna jingga terbentuk jika ekstrak ditambahkan

reagen dragendorff, putih jika ekstrak ditambahkan reagen

mayer, dan coklat jika ekstrak ditambahkan reagen wagner.

Hasil negatif apabila salah satu reagen tidak menunjukkan

warna yang seharusnya terbentuk pada masing-masing

reagen.

b. Flavonoid

Identifikasi kandungan senyawa flavonoid pada ekstrak daun

pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

crispa) dengan cara dengan cara meraksikan ekstrak daun

pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

crispa) dengan bubuk Mg. Sulfat secukupnya dan

ditambahkan 10 tetes HCl pekat. Hasil positif ditunjukkan

orange merah untuk flavon dan merah untuk flavonoid.

Page 5: 94726575-UP-Kelompok1

c. Saponin

Identifikasi kandungan senyawa saponin ekstrak daun pukul

empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

crispa) dilakukan dengan cara mengocok kuat-kuat tabung

reaksi yang berisi ekstrak awal metanol dan air panas. Lalu jika

telah terbentuk busa ditambahkan HCL 2N dua sampai tiga

tetes. Hasil positif ditunjukkan dengan busa yang tetap.

d. Steroid atau Terpenoid

Identifikasi kandungan senyawa steroid atau terpen ekstrak

daun pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali

(Tinospora crispa) dengan cara mereaksikan ekstrak daun

pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

crispa) dengan reagen Lieberman-Bouchard pada tabung

reaksi. Hasil positif ditunjukkan dengan warna hijau untuk

senyawa steroid dan warna ungu untuk senyawa triterpen.

e. Tanin

Identifikasi kandungan senyawa tanin pada ekstrak daun pukul

empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora

crispa) dengan cara mereaksikan ekstrak daun pukul empat

(Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora crispa) FeCl3

sebanyak tiga sampai empat tetes, yang sebelumnya ekstrak

telah ditambahkan dengan air panas sebanyak 10 ml. Hasil

positif apabila terbentuk warna hijau kebiruan.

Page 6: 94726575-UP-Kelompok1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Teori Umum

Uji pendahuluan terhadap komponen kimia bahan alam bertujuan

untuk mempermudah dalam pengerjaan isolasi. Uji pendahuluan

dilakukan terhadap bahan alam yang baru diambil dari alam dengan

menggunakan pereaksi kimia yang sesuai. Senyawa kimia yang

berkhasiat sebagai obat yang terdapat dalam bahan (1).

Senyawa kimia yang bermanfaat obat dari tumbuhan adalah hasil

dari metabolit sekunder yang berupa alkaloida, steroida/terpenoida,

flavonoida atau tanin. Senyawa ini di antaranya berfungsi sebagai

pelindung terhadap serangan atau gangguan yang ada di sekitarnya dan

sebagai antibiotika selain itu juga berpotensi sebagai antioksidan (1).

II.2 Alkaloid

Dalam dunia medis, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian

penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama

ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran

bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak

yang ditemukan di alam. Hampir semua alkaloid berasal dari tumbuhan

dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik,

daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi

mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat

ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu. Berdasarkan literatur,

Page 7: 94726575-UP-Kelompok1

diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan

biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada makhluk hidup.

Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu sampai sekarang

selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Alkaloid

secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang

bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan

alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau

mempunyai kisaran dekomposisi.(2).

Gambar 1. Struktur senyawa alkaloid (morfin)

Ciri-ciri dari alkaloid antara lain :

a. Biasanya merupakan kristal tak berwarna, tidak mudah menguap,

tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik. Beberapa alkaloid

berwujud cair dan larut dalam air. Ada juga alkaloid yang berwarna,

misalnya berberin (kuning).

b. Bersifat basa (pahit, racun).

c. Mempunyai efek fisiologis serta aktif optis.

d. Dapat membentuk endapan dengan larutan asam fosfowolframat,

asam fosfomolibdat, asam pikrat, dan kalium merkuriiodida.

Page 8: 94726575-UP-Kelompok1

Alkaloid tidak mempunyai nama yang sistematik, sehingga nama

dinyatakan dengan nama trivial misalnya kodein, morfin, heroin, kinin,

kofein, nikotin. Hampir semua nama trivial diberi akhiran –in yang

mencirikan alkaloid. Pembagian alkaloid didasarkan pada :

1. Jenis gugus kromofor yang berbeda, misalnya alkaloid indol,

isokuinolin atau kuinolin.

2. Tumbuhan asal pertama kali ditemukan, misalnya alkaloid

tembakau

3. Jenis ikatan yang predominan dalam alkaloid tersebut.

Pembagian alkoloid dalam 12 golongan berdasarkan struktur

cincinnya yaitu (3):

1. Alkaloid golongan pirol dan pirolidin, yaitu alkaloid yang

mengandung inti pirol dan pirolidin dalam struktur kimianya.

Contohnya higrin pada tumbuhan Erythtroxylon coca.

2. Alkaloid golongan pirolizidin, yaitu alkaloid yang mengandung inti

pirolizidin dalam struktur kimianya. Contoh retronesin pada

tumbuhan Senecio jacobaea.

3. Alkaloid golongan piridin dan piperidin, yaitu alkaloid yang

mengandung inti piridin dan piperidin dalam struktur kimianya.

Contohnya nikotin pada tumbuhan Nicotiana tabaccum yang

mempunyai inti piridin.

Page 9: 94726575-UP-Kelompok1

4. Alkaloid golongan tropan, yaitu alkaloid yang mengandung inti

tropan dalam struktur kimianya. Contohnya atropin pada

tumbuhan Atropa belladonna.

5. Alkaloid golongan kuinolin, yaitu alkaloid yang mengandung inti

kuinolian dalam struktur kimianya. Contohnya kuinin pada

tumbuhan Cinchona officinalis.

6. Alkaloid golongan isokuinolin, yaitu alkaloid yang mengandung

inti isokuinolin dalam struktrur kimianya. Contohnya papaverin

pada tumbuhan Papaver somniferum.

7. Alkaloid golongan aporfin, yaitu alkaloid yang mengandung inti

aporfin dalam struktrur kimianya. Contohnya boldin pada

tumbuhan Peumus boldus.

8. Alkaloid golongan norlupinan, yaitu alkaloid yang mengandung

inti norlupinan dalam struktrur kimianya. Contohnya sitisin pada

tumbuhan Cytisus scoparius.

9. Alkaloid golongan indol atau benzopirol, yaitu alkaloid yang

mengandung inti indol dalam struktrur kimianya. Contohnya

psilosin pada tumbuhan Psilocybe sp.

10.Alkaloid golongan imidazol atau glioksalin, yaitu alkaloid yang

mengandung inti imidazol dalam struktrur kimianya. Contohnya

pilokarpin pada tumbuhan Pilocarpus jaborandi.

Page 10: 94726575-UP-Kelompok1

11.Alkaloid golongan purin, yaitu alkaloid yang mengandung inti

purin dalam struktrur kimianya. Contohnya kafein pada

tumbuhan Coffea arabica.

12.Alkaloid steroida, yaitu alkaloid yang mengandung inti steroida

(siklopentano perhidrofenantren) dalam struktrur kimianya.

Contohnya solanidin pada tumbuhan Lycopersicon esculentum.

II.3 Saponin

Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak

macam tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi

tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman

dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui,

mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan

“waste product” dari metabolism tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain

adalah sebagai pelindung terhadap serangga.(2)

Gambar 2. Struktur senyawa saponin

Sifat-sifat saponin adalah :

1. Mempunyai rasa pahit

2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil

Page 11: 94726575-UP-Kelompok1

3. Menghemolisa eritrosit

4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi

5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksi steroid

lainnya

6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi

Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia menjadi dua yaitu

saponin steroid dan saponin triterpenoid.

a. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul

karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon

yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek

antijamur. Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot

polos. Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan

asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses

biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon

berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder

tumbuhan. Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida

jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek kuat terhadap

jantung. Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida

(Asparagus sarmentosus), Senyawa ini terkandung di dalam

ttumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup dikawasan hutan

kering afrika. Tanaman ini juga biasa digunakan sebagai obat anti

nyeri dan rematik oleh orang afrika (4).

Page 12: 94726575-UP-Kelompok1

b. Saponin tritetpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul

karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut

sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan

lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah

turunan–amyrine. Salah satu jenis contoh saponin ini adalah

asiatosida. Senyawa ini terdapat pada tumbuhan Gatu kola yang

tumbuh didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai

antibiotik (4).

II.4 Flavonoid

Flavonoid ditemukan dalam tingkatan-tingkatan yang sangat tinggi di

dalam buah apel, bawang-bawangan. Flavonoid disatukan melalui jalan

kecil phenylpropanoid-asetat di dalam semua tumbuhan yang lebih tinggi.

Itu bertanggung jawab atas banyak aktivitas biologi yang termasuk

pigmen-pigmen, antioksidatif atau agen-agen alergi anti, dan unsur-unsur

pemberian isyarat di dalam formasi bongkol yang kecil-kecil (2).

Gambar 3. Struktur senyawa falvonoid

Ciri-ciri dari senyawa flavonoid yaitu pada umumnya, cincin A dari

struktur flavonoid mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling, yaitu

pada posisi 2’, 4’, dan 6’ dari struktur terbuka calkon. Dalam banyak hal,

cincin B dari struktur flavonoid mempunyai sebuah gugus fungsi oksigen

Page 13: 94726575-UP-Kelompok1

pada posisi para, atau dua yang masing-masing berada pada posisi para

dan meta, atau pula tiga dimana satu pada posisi para dan dua pada

posisi meta. Pola oksigenasi dari cincin B dimana terdapat tiga gugus

fungsi oksigen jarang dapat ditemukan. Selain itu, cincin B yang tidak

teroksigenasi, atau teroksigenasi pada posisi orto sangat jarang

ditemukan.

Flavonoid dapat dikelompokkan berdasarkan rantai C3 yaitu :

a. Katekin dan proantosianidin

Katekin dan proantosianidin adalah dua golongan senyawa yang

mempunyai banyak kesamaan, terdapat pada tumbuhan kayu.

Katekin ditemukan dalam paku-pakuan dan dua spesies

Equisetum. Tiga jenis katekin yaitu katekin (+) dan katekin (-)

hidrogen-2 dan hidrogen-3 nya trans. Beberapa katekin terdapat

sebagai ester asam galat. Proantosianidin adalah senyawa yang

membentuk antosianidin jika dipanaskan dengan asam.

b. Flavanon dan flavanonol

Bewarna kuning sedikit karena kosentrasinya rendah. Flavanon

sering terjadi sebagai aglikon tetapi beberapa glikosidanya

dikenal sebagai hesperidin dan naragin dari kulit jeruk.

Flavononol merupakan flavonoid yang paling kurang dikenal,

senyawa ini stabil dalam asam klorida panas tetapi terurai oleh

basa hangat menjadi kalkon.

Page 14: 94726575-UP-Kelompok1

II.5 Steroid dan Terpenoid

Steroid merupakan golongan lipid utama. Steroid berhubungan

dengan terpena dalam artian bahwa keduanya dibiosintesis lewat rute

yang mirip. Lewat reaksi yang benar-benar luar biasa urutannya,

triterpena asiklik skualena dikonversi secara stereospesifik menjadi steroid

tetrasiklik lanosterol, dan dari sini disintetis steroid lain (5).

Ciri struktur yang umum pada steroid ialah empat cincin yang

tergabung. Cincin A, B, dan C beranggota enam, dan cincin D beranggota

lima, biasanya bergabung dengan cara trans (5).

Gambar 4. Struktur senyawa steroid

Klasifikasi steroid berdasarkan jumlah atom C-nya

Nama Jumlah atom C Jenis rantai samping(R)

Estran 17 -

Androstan 19 -H

Pregnan 21 -CH2CH3

Kolan 24 -CH(CH3)(CH2)2CH3

Kolestan 27 -CH(CH3)(CH2)3CH(CH3)2

Ergostan 28 -CH(CH3)(CH2)2CH(CH3)CH(CH3)2

Stigmastan 29 -CH(CH3)(CH2)2CH(C2H5)CH(CH3)2

Page 15: 94726575-UP-Kelompok1

Terpena adalah suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan

oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada geta dan vakuola selnya.

Pada tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpena dan modifikasinya ,

terpenoid merupakan metabolit sekunder. Terpena dan terpenoid

dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama serangga dan beberapa

hewan laut. Sebagai contoh, senyawa-senyawa steroid adalah turunan

skualena, suatu triterpena, juga karoten dan retinol.(2).

Gambar 4. Struktur senyawa terpenoid

Klasifikasi terpenoid biasanya tergantung pada nilai n, diantaranya :

Nama Rumus Sumber

Monoterpen C10H16 Minyak Atsiri

Seskuiterpen C15H24 Minyak Atsiri

Diterpen C20H32 Resin Pinus

Triterpen C30H48 Saponin, Damar

Tetraterpen C40H64 Pigmen, Karoten

Politerpen (C5H8)n  n  8 Karet Alam

II.6 Tanin

Tanin adalah kelas utama dari metabolit sekunder yang tersebar luas

pada tanaman. Tanin merupakan polifenol yang larut dalam air

dengan.berat molekul biasanya berkisar 1000-3000. Menurut definisi,

tanin mampu menjadi pengompleks dan kemudian mempercepat

Page 16: 94726575-UP-Kelompok1

pengendapan protein serta dapat mengikat makromolekul lainnya. Tanin

merupakan campuran senyawa polifenol yang jika semakin banyak jumlah

gugus fenolik maka semakin besar ukuran molekul tanin. Pada mikroskop,

tanin biasanya tampak sebagai massa butiran  bahan berwarna kuning,

merah, atau cokelat.

Gambar 5. Struktur senyawa tanin

Tanin dapat ditemukan di daun, tunas, biji, akar, dan batang jaringan.

Sebagai contoh dari lokasi tanin dalam jaringan batang adalah tanin

sering ditemukan di daerah  pertumbuhan pohon, seperti floem sekunder

dan xylem dan lapisan antara korteks dan epidermis. Tanin dapat

membantu mengatur pertumbuhan jaringan ini.(6).

Penggolongan tanin terbagi atas dua yaitu :

1. Tanin yang tidak dapat terhidrolisis atau tanin kental

Bila terhidrolisis menghasilkan senyawa-senyawa dengan bobot

molekul yang rendah, tetapi suatu zat amorf dan tidak larut,

seringkali berwarna merah disebut flobafen. Tanin yang tidak

terhidrolisi adalah polimer kotekin atau katekol. Apabila dipanaskan

dengan asam klorida dapat menghasilkan flobafen. Tanin katekol

Page 17: 94726575-UP-Kelompok1

dengan larutan FeCl3 menjadi warna hijau dan bila direaksikan

dengan bro maka akan terjadi endapan.

2. Tanin yang dapat terhidrolisis.

Merupakan ikatan ester antara suatu monosakarida, terutama D-

glukosa, yang gugus hidroksilnya (seluruhnya atau sebagian)

teriakat dengan asam galat, digalat, trigalat dan asam

heksahidroksifenat. Tanin yang mudah terhidrolisis oleh asam dan

alkali (dan oleh enzim tertentu), menghasilkan asam-asam aromatik

dan satuan karbohidrat.

Page 18: 94726575-UP-Kelompok1

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah botol coklat, gegep, pipet tetes,

rak tabung, sendok tanduk besi, pinset, pipet skala, plat tetes, batang

pengaduk, dan tabung reaksi.

III.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang dugunakan adalah air suling, ekstrak daun

pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora crispa)

FeCl3 10%, HCl 2N, pereaksi Dragendorff, pereaksi Liebermann-Burchard,

pereaksi Mayer, pereaksi Sitoborat, dan pereaksi Wagner.

III.2 Cara Kerja

III.2.1 Penyiapan Lempeng

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dipotong lempeng dengan ukuran 1 x 7 cm

3. Untuk daun pukul empat (Mirabilis jalapa) lempeng yang sudah

ditotol akan dielusi dengan menggunakan eluen heksan : etil (4:1),

sedangkan ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa)

menggunakan eluen metanol : kloroform (4:1)

III.2.2 Metode Semprot

a. Alkaloid

1. Disiapkan alat dan bahan.

Page 19: 94726575-UP-Kelompok1

2. Dilarutkan secukupnya ekstrak dengan metanol didalam vial.

3. Ditotolkan ekstrak pada lempeng

4. Kemudian lempeng dielusi

5. Lempeng disemprot dengan reagen dragendorff

6. Diamati pada UV 254 nm dan 366 nm serta penampakan warna

noda.

b. Flavonoid

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dilarutkan secukupnya ekstrak dengan metanol didalam vial.

3. Ditotolkan ekstrak pada lempeng

4. Kemudian empeng dielusi

5. Lempeng disemprot dengan reagen situborat

6. Diamati pada UV 254 nm dan 366 nm, serta penampakan warna

noda.

c. Steroid/Terpenoid

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dilarutkan secukupnya ekstrak dengan metanol didalam vial.

3. Ditotolkan ekstrak pada lempeng

4. Kemudian lempeng dielusi

5. Lempeng disemprot dengan reagen LB

6. Diamati pada UV 254 nm dan 366 nm, serta penampakan warna

noda.

Page 20: 94726575-UP-Kelompok1

d. Saponin

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dilarutkan secukupnya ekstrak dengan metanol didalam vial.

3. Ditotolkan ekstrak pada

4. Kemudian lempeng dielusi

5. Lempeng disemprot dengan reagen vanilin sulfat

6. Diamati pada UV 254 nm dan 366 nm, serta penampakan warna

noda.

e. Tanin

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dilarutkan secukupnya ekstrak dengan metanol didalam vial.

3. Ditotolkan ekstrak pada lempeng

4. Kemudian empeng dielusi

5. Lempeng disemprot dengan reagen FeCl3

6. Diamati pada UV 254 nm dan 366 nm, serta penampakan warna

noda.

III.2.3 Metode Tabung

a. Alkaloid

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dimasukkan ekstrak metanol dalam tabung reaksi secukupnya

3. Ditambahkan 1 – 2 ml HCl 2N dan 10 ml air.

4. Diaduk dengan batang pengaduk hingga larut lalu dibagi ke

dalam tiga tabung reaksi.

Page 21: 94726575-UP-Kelompok1

5. Tabung pertama ditambahkan reagen dragendorf, tabung

kedua ditambahkan reagen wagner, tabung ketiga ditambahkan

reagen meyer.

6. Diamati perubahan yang terjadi.

b. Flavonoid

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dimasukkan ekstrak metanol dalam tabung reaksi secukupnya

3. Ditambahkan bubuk Mg. Sulfat secukupnya,

4. Ditambah 10 tetes HCL pekat.

5. Diamati perubahan yang terjadi.

c. Steroid / Terpen

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dimasukkan ekstrak metanol dalam tabung reaksi secukupnya.

3. Ditambahkan reagen Lieberman-Bourchard.

4. Diamati perubahan warna yang terjadi.

d. Saponin

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dimasukkan ekstrak metanol secukupnya kedalam tabung

reaksi

3. Ditambahkan air panas sebanyak 10 ml.

4. Didiamkan beberapa saat lalu dikocok kuat-kuat.

5. Jika terbentuk busa ditambahkan HCl 2N sebanyak dua sampai

tiga tetes.

Page 22: 94726575-UP-Kelompok1

6. Diamati perubahan yang terjadi.

e. Tanin

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Diambil ekstrak metanol secukupnya ke dalam tabung reaksi

3. Ditambahkan dengan air panas 10 ml.

4. Ditetesi dengan reagen FeCl3 10% sebanyak dua sampai 3

tetes.

5. Diamati perubahan yang terjadi.

Page 23: 94726575-UP-Kelompok1

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Tabel Pengamatan

IV.1.1 Uji Semprot

Sampel Uji Alkaloid Uji FlavonoidUji Steroid /

TerpenoidUji Saponin Uji Tanin

Daun pukul

empat

(Mirabilis

jalapa)

+ + + - -

Batang

Brotowali

(Tinospora

crispa)

+ + + + -

IV.1.2 Uji Tabung

SampelUji Alkaloid

Uji FlavonoidUji Steroid /

TerpenoidUji Saponin Uji Tanin

D M W

Daun pukul

empat

(Mirabilis

jalapa)

+ - - + + - -

Batang

Brotowali

(Tinospora

crispa)

- - + + + + -

Page 24: 94726575-UP-Kelompok1

IV.2 Gambar

IV.2.1.1 Uji Semprot Ekstrak Daun Pukul Empat (Mirabilis jalapa)

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji alkaloid daun pukul empat

(Mirabilis jalapa)

Hasil : (+) berwarna orange

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji flavonoid daun pukul empat

(Mirabilis jalapa)

Hasil : (+) berwarna kuning

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji tanin daun pukul empat

(Mirabilis jalapa)

Hasil : (-)

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji steroid daun pukul empat

(Mirabilis jalapa)

Hasil : (+) berwarna hijau

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji saponi daun pukul empat

(Mirabilis jalapa)

Hasil : (-)

Page 25: 94726575-UP-Kelompok1

IV.2.1.2 Uji Semprot Ekstrak Batang Brotowali (Tinospora crispa)

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji tanin daun pukul empat (Mirabilis

jalapa)

Hasil : (-)

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji alkaloid daun pukul empat

(Mirabilis jalapa)

Hasil : (+) berwarna orange

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji flavoid daun pukul empat (Mirabilis

jalapa)

Hasil : (+) berwarna kuning

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji saponin daun pukul empat

(Mirabilis jalapa)

Hasil : (+) berwarna kuning

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji steroid daun pukul empat (Mirabilis

jalapa)

Hasil : (+) berwarna hijau

Page 26: 94726575-UP-Kelompok1

IV.2.2.1 Uji Tabung Ekstrak Daun Pukul Empat

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji alkaloid daun pukul empat

(Mirabilis jalapa)

Hasil : Dragendroff (+), Wagner (-),

Mayer (-)

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji flavonoid daun pukul empat

(Mirabilis jalapa)

Hasil : (-)

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji tanin daun pukul empat (Mirabilis

jalapa)

Hasil : (-)

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji steroid daun pukul empat

(Mirabilis jalapa)

Hasil : (+) mengandung steroid

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji saponin daun pukul empat

(Mirabilis jalapa)

Hasil : (-) tidak terdapat busa

Page 27: 94726575-UP-Kelompok1

IV.2.2.2 Uji Tabung Ekstrak Batang Brotowali (Tinospora crispa)

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji tanin daun pukul 4

Hasil : (-)

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji alkaloid daun pukul 4

Hasil : Dragendroff (-), Wagner (-),

Mayer (+)

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji flavonoid daun pukul 4

Hasil : (+) berwarna merah

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji saponin daun pukul 4

Hasil : (+) terdapat busa

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Uji steroid daun pukul 4

Hasil : (+) mengandung steroid

Page 28: 94726575-UP-Kelompok1

IV.3 Reaksi

a. Uji Alkaloid (Dragendorff)

b. Uji Flavonoid

c. Uji Steroid dan Terpenoid

Page 29: 94726575-UP-Kelompok1

d. Uji Tanin

e. Uji Saponin

Page 30: 94726575-UP-Kelompok1

BAB V

PEMBAHASAN

Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa

yang terdapat pada suatu tanaman. Hal ini berfungsi sebagai data awal

untuk menentukan metode ekstraksi yang akan digunakan agar

komponen aktif yang terdapat pada sampel dapat diekstrasi secara

optimal.Senyawa kimia yang bermanfaat obat dari tumbuhan adalah hasil

dari metabolit sekunder yang berupa alkaloida, steroida/terpenoida,

flavonoida saponin, dan tanin. Senyawa ini di antaranya berfungsi sebagai

pelindung terhadap serangan atau gangguan yang ada di sekitarnya dan

sebagai antibiotika. Selain itu, juga berpotensi sebagai antioksidan.

Komponen yang terdapat ekstrak daun pukul empat (Mirabilis jalapa)

dan batang brotowali (Tinospora crispa) dianalisis golongan senyawanya

dengan tes uji warna dengan beberapa pereaksi untuk golongan

senyawa alkaloid, flavonoid, steroid/terpen, tanin, dan saponin.

Dari hasil pengamatan uji tabung untuk daun pukul empat,

diperoleh hasil pada uji alkaloid ekstrak positif mengandung alkaloid

namun hanya pada pengujian menggunakan dragondroff, untuk pengujian

menggunakan wagner dan mayer menunjukkan hasil negatif. Pada uji

flavonoid, ekstrak sampel ditambahkan dengan bubuk Mg. Sulfat dan HCl

pekat menunjukkan hasil negatif, untuk uji Steroid/terpenoid ekstrak

sampel direaksikan dengan LB menunjukkan hasil positif berwarna hijau,

yang artinya ekstrak sampel positif mengandung steroid.

Page 31: 94726575-UP-Kelompok1

Untuk uji saponin ekstrak sampel direaksikan dengan HCL 2N yang

sebelumnya telah ditambahkan air panas 10 ml dan dikocok selama 10

menit, hasil yang ditunjukkan adalah negatif dimana busa yang dihasilkan

dari penambahan air panas dan pengocokan hilang saat direaksikan

dengan HCl 2 N. Sedangkan pada uji tanin, ekstrak sampel ditambahkan

air panas 10 ml dan direaksikan dengan FeCl3, hasil yang ditunjukkan

ekstrak sampel larutan berwarna kuning yang berarti negatif.

Pada uji semprot ekstrak daun pukul empat (Mirabilis jalapa)

menunjukkan hasil yang sama, yaitu positif mengandung alkaloid, steroid,

dan saponin, serta negatif mengandung flavonoid dan tanin. Pada uji

alkaloid saat disemprotkan dengan reagen dragondroff warna noda

berubah menjadi warna orange yang artinya positif mengandung alkaloid,

dan pada uji steroid saat disemprot dengan reagen LB warna noda

berubah menjadi hijau, untuk uji flavonoid setelah penyemprotan dengar

reagen situborat hasil yang ditunjukkan yaiu adanya penampakan noda

berwarna kuning. Sedangkan pada uji tanin saat dilakukan penyemprotan

dengan FeCl3, hasil yang ditunjukkan tidak ada perubahan warna pada

noda menjadi biru, serta pada uji saponin dengan vanilin sulfat juga

menujukkan hasil yang negatif.

Berdasarkan pustaka ekstrak daun pukul empat (Mirabilis jalapa)

dengan menggunakan metanol mengandung alkaloid, flavonoid, saponin,

dan tanin serta tidak mengandung steroid, sehingga dapat disimpulkan

bahwa pada percobaan identifikasi senyawa kimia yang dilakukan pada

Page 32: 94726575-UP-Kelompok1

ekstak daun pukul empat (Mirabilis jalapa) tidak sesuai, karena pada

percobaan identifikasi diperoleh bahwa ekstrak metanol sampel positif

mengandung alkaloid, steroid, dan flavonoid, serta negatif mengandung

tanin dan saponin.

Dari hasil pengamatan uji tabung untuk batang brotowali (Tinospora

crispa), diperoleh hasil pada uji alkaloid ekstrak positif mengandung

alkaloid namun hanya pada pengujian menggunakan wagner, untuk

pengujian menggunakan dragondroff dan mayer menunjukkan hasil

negatif. Pada uji flavonoid, ekstrak sampel ditambahkan dengan bubuk

Mg. Sulfat dan HCl pekat menunjukkan hasil positif berwarna orange

merah yang artinya ekstrak positif mengandung flavono, untuk uji

Steroid/terpenoid ekstrak sampel direaksikan dengan LB menunjukkan

hasil positif berwarna hijau, yang artinya ekstrak sampel positif

mengandung steroid. Untuk uji saponin ekstrak sampel direaksikan

dengan HCL 2N yang sebelumnya telah ditambahkan air panas 10 ml

dan dikocok selama 10 menit, hasil yang ditunjukkan adalah positif

dimana busa yang dihasilkan dari penambahan air panas dan pengocokan

masih tetap ada saat direaksikan dengan HCl 2 N. Sedangkan pada uji

tanin, ekstrak sampel ditambahkan air panas 10 ml dan direaksikan

dengan FeCl3, hasil yang ditunjukkan ekstrak sampel larutan berwarna

kuning yang berarti negatif.

Pada uji semprot ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa)

menunjukkan hasil yang sama, yaitu positif mengandung alkaloid,

Page 33: 94726575-UP-Kelompok1

flavonoid, steroid,dan saponin, serta negatif mengandung tanin. Pada uji

alkaloid saat disemprotkan dengan reagen dragondroff warna noda

berubah menjadi warna orange yang artinya positif mengandung alkaloid,

dan pada uji steroid saat disemprot dengan reagen LB warna noda

berubah menjadi hijau, untuk uji flavonoid setelah penyemprotan dengar

reagen situborat hasil yang ditunjukkan yaitu adanya penampakan noda

berwarna kuning, serta pada uji saponin saat lempeng disemprotkan

dengan reagen vanilin sulfat warna noda pada lempeng berubah menjadi

kuning. Sedangkan pada uji tanin saat dilakukan penyemprotan dengan

FeCl3, hasil yang ditunjukkan tidak ada perubahan warna pada noda

menjadi biru.

Berdasarkan pustaka ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa)

mengandung alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin, sehingga dapat

disimpulkan bahwa pada percobaan identifikasi senyawa kimia yang

dilakukan pada ekstak batang brotowali (Tinospora crispa) tidak sesuai,

karena pada percobaan identifikasi diperoleh hasil bahwa ekstrak batang

brotowali (Tinospora crispa) positif mengandung alkaloid, flavonoid,

steroid dan saponin, negatif mengandung tanin.

Hasil positif alkaloid pada uji Mayer ditandai dengan terbentuknya

endapan putih. Diperkirakan endapan tersebut adalah kompleks kalium-

alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Mayer, larutan merkurium(II) klorida

ditambah kalium iodida akan bereaksi membentuk endapan merah

merkurium(II) Iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan berlebih maka

Page 34: 94726575-UP-Kelompok1

akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat(II). Alkaloid mengandung atom

nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat

digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam.

Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada

alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium

tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang

mengendap. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen

digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K+ yang

merupakan ion logam. Hasil positif alkaloid pada uji Dragendorff juga

ditandai dengan terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning.

Endapan tersebut adalah kaliumalkaloid. Pada pembuatan pereaksi

Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan dalam HCl agar tidak terjadi reaksi

hidrolisis karena garam-garam bismut mudah terhidrolisis membentuk ion

bismutil (BiO+), Agar ion Bi3+ tetap berada dalam larutan, maka larutan

itu ditambah asam sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri.

Selanjutnya ion Bi3+ dari bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodida

membentuk endapan hitam Bismut(III) iodida yang kemudian melarut

dalam kalium iodida berlebih membentuk kalium tetraiodobismutat.Hasil

positif alkaloid pada uji Wagner ditandai dengan terbentuknya endapan

coklat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah

kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi dengan

ion I- dari kalium iodida menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat. Pada

uji Wagner, ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat

Page 35: 94726575-UP-Kelompok1

dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang

mengendap.

Pada uji saponin, setelah dilakukan pengocokan kuat pada filtrat

akan terbentuk busa, menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai

kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa

dan senyawa lainnya. Buih ini menandakan adanya saponin, karena saponin

merupakan senyawa golongan glikosida yang mempunyai struktur steroid dan

mempunyai sifat-sifat khas yang dapat membentuk larutan koloidal dalam air dan

membuih bila dikocok.Untuk membuktikan busa yang terbentuk ditambahkan

HCL encer dan apa bila menghasilkan busa yang stabil maka merupakan

hasil positif. Alasan penambahan HCl karena saponin bersifat asam dan

netral dan jika ditambahkan HCl akan menimbulkan asam yang tetap

sehingga busatidak hilang (tetap).

Pada uji tanin terjadinya pembentukan warna hijau ini karena

terbentuknya senyawa kompleks antara logam Fe dan tanin. Senyawa

kompleks terbentuk karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara ion

atau atom logam dengan atom nonlogam.

Pada uji flavonoid penambahan logam Mg dan HCl untuk

mendeteksi adanya senyawa flavanoid dimana flavanoid akan bereaksi

dengan Mg setelah penambahan asam klorida pekat dengan terjadinya

perubahan warna merah muda/ungu sebab flavanoid mengalami

perubahan serapan cahaya ke arah panjang gelombang yang lebih besar

akibat adanya reaksi reduksi oleh HCl.

Page 36: 94726575-UP-Kelompok1

Pada uji steroid digunakan Liebermann-Burchard yang merupakan

uji karakteristik untuk sterol tidak  jenuh dan triterpen. Hasil positif pada uji

Liebermann-Burchard ditandai dengan terbentuknya cincin hijau yang

berasal dari reaksi antara sterol tidak  jenuh dengan adanya asam

(CH3COOH atau H2SO4), sedangkan pada uji kandungan terpenoid

nantinya akan memberikan warna jingga atau ungu untuk terpenoid dan

warna biru untuk steroid. Uji ini didasarkan pada kemampuan senyawa

triterpenoid dan steroid membentuk warna oleh adanya H2SO4 pekat

dalam pelarut asetat glasial sehingga membentuk warna jingga

Page 37: 94726575-UP-Kelompok1

BAB VI

PENUTUP

VI.I Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak daun pukul empat (Mirabilis jalapa) pada uji tabung dan uji

semprot positif mengandung alkaloid, steroid, flavonoid, serta

negatif mengandung tanin, dan saponin.

2. Ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa) pada uji tabung dan uji

semprot positif mengandung alkaloid, flavonoid, steroid dan

saponin, serta negatif mengandung tanin.

3. Hasil yang diperoleh dari percobaan uji identifikasi ekstrak daun

pukul empat (Mirabilis jalapa) dan ekstrak batang brotowali

(Tinospora crispa) tidak sesuai dengan pustaka.

VI.2 Saran

1. Untuk laboratorium, diharapkan agar bahan yang digunakan saat

praktikum disiapkan secara berlebih karena pada saat praktikum

masih ada praktikan yang kekurangan atau kehabisan reagen.

2. Untuk asisten, diharapkan saat mengawasi lebih teliti agar

hasil .yang diperoleh saat praktikum lebih akurat.

3. Untuk PJ, ketika menjelaskan jangan terlalu singkat karena masih

ada beberapa praktikan yang kurang mengerti dan masih

kebingungan.

Page 38: 94726575-UP-Kelompok1

DAFTAR PUSTAKA

1. Alam, Gemini dan dkk. 2012. Penuntun Praktikum Fitokimia.

Makassar :Fakultas Farmasi UNHAS

2. Harborne, J.B. 2006. Metode Fitokimia. Bandung : ITB

3. Trease,G.E. And Evans,W.C.,. Pharmacognosy. 12th ed.

ELBS/Baillere Tindall, Eastbourne,1985.

4. Amirth, Pal, Singh, 2002. A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience

Ltd.

5. Hart, Harold. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga.

Jakarta.

6. Shahin Hassanpour, Naser MaheriSis, Behrad Eshratkhah, & Farhad

Baghbani Mehmandar (2011). Plants and Secondary Metabolites

(Tannins): A Review

7. Shaik, Sharmila., Rajendra, Y., Chandra reddy, P.Jaya. 2012.

Phytochemical And Pharmaclogical Studies Of Mirabilis Jalapa.Linn.

International Journal Of Pharmacy & Technology. Review Article.

8. Hook & Thomson. “Tinospora crispa”. 13 April 2015.

http://www.globinmed.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=104888:tinospora-crispa-l-hook-

f-thomson&catid=209&Itemid=143.

Page 39: 94726575-UP-Kelompok1

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP KELOMPOK

“UJI PENDAHULUAN”

KELOMPOK I :

LA DARI ADRIANUS N111 12 256

AKHYAR SUKARDI N111 13 013

FITRIA DEWI N111 13 019

SILVA MALIKU N111 13 026

SITI HAJAR N111 13 065

REZKY APRODHYTA D.M. N111 13 312

DERISYANTI KALA’PADANG N111 13 533

ASISTEN : HELVI SULISTIANI

GOLONGAN : KAMIS SIANG

MAKASSAR

2015