94726575-up-kelompok1
DESCRIPTION
uji pendahuluanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Uji pendahuluan terhadap komponen kimia bahan alam bertujuan
untuk mempermudah dalam pengerjaan isolasi. Uji pendahuluan
dilakukan terhadap bahan alam yang baru diambil dari alam dengan
menggunakan pereaksi kimia yang sesuai. Senyawa kimia yang
berkhasiat sebagai obat yang terdapat dalam bahan alam.
Senyawa kimia yang bermanfaat obat dari tumbuhan adalah hasil
dari metabolit sekunder yang berupa alkaloida, steroida/terpenoida,
flavonoida atau tanin. Senyawa ini di antaranya berfungsi sebagai
pelindung terhadap serangan atau gangguan yang ada di sekitarnya dan
sebagai antibiotika selain itu juga berpotensi sebagai antioksidan.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami senyawa aktif dalam ekstrak daun pukul
empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora crispa) dengan
uji identifikasi.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Melakukan identifikasi kandungan kimia dalam ekstrak daun pukul
empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora crispa) dengan
uji identifikasi.
I.3 Prinsip Percobaan
I.3.1 Metode Semprot
a. Alkaloid
Identifikasi kandungan senyawa alkaloid ekstrak daun pukul
empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa) dengan cara mengelusi lempeng KLT ekstrak daun
pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa), kemudian lempeng disemprot dengan reagen
dragendorff dan diamati pada UV 254 nm dan 366 nm. Hasil
positif yaitu perubahan warna noda menjadi jingga-merah.
Hasil negatif apabila satu reagen tidak menunjukkan warna
yang seharusnya terbentuk pada reagen.
b. Flavonoid
Identifikasi kandungan senyawa flavonoid ekstrak daun pukul
empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa) dengan cara mengelusi lempeng KLT ekstrak daun
pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa), kemudian lempeng disemprot dengan reagen situborat
dan diamati pada UV 254 nm dan 366 nm. Hasil positif yaitu
perubahan warna noda menjadi kuning.
c. Saponin
Identifikasi kandungan senyawa saponin ekstrak daun pukul
empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa) dengan cara mengelusi lempeng KLT ekstrak daun
pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa), kemudian lempeng disemprot dengan reagen vanilin
sulfat dan diamati pada UV 254 nm dan 366 nm. Hasil positif
yaitu perubahan warna noda menjadi kuning.
d. Steroid/Terpenoid
Identifikasi kandungan senyawa steroid/favonoid ekstrak daun
pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa) dengan cara mengelusi lempeng KLT ekstrak daun
pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa), kemudian lempeng disemprot dengan reagen LB dan
diamati pada UV 254 nm dan 366 nm. Hasil positif yaitu
perubahan warna noda menjadi hijau untuk positif steroid dan
ungu untuk positif terpenoid.
e. Tanin
Identifikasi kandungan senyawa tanin ekstrak daun pukul
empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa) dengan cara mengelusi lempeng KLT ekstrak daun
pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa), kemudian lempeng disemprot dengan reagen FeCl3
dan diamati pada UV 254 nm dan 366 nm. Hasil positif yaitu
perubahan warna noda menjadi biru.
I.3.2 Metode Tabung
a. Alkaloid
Identifikasi kandungan senyawa alkaloid ekstrak daun pukul
empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa) dengan cara mereaksikan ekstrak daun pukul empat
(Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora crispa)
dengan reagen dragendorff, wagner, dan mayer yang terlebih
dahulu ekstrak ditambahkan HCl 2N dan 10 ml air. Hasil positif
apabila warna jingga terbentuk jika ekstrak ditambahkan
reagen dragendorff, putih jika ekstrak ditambahkan reagen
mayer, dan coklat jika ekstrak ditambahkan reagen wagner.
Hasil negatif apabila salah satu reagen tidak menunjukkan
warna yang seharusnya terbentuk pada masing-masing
reagen.
b. Flavonoid
Identifikasi kandungan senyawa flavonoid pada ekstrak daun
pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa) dengan cara dengan cara meraksikan ekstrak daun
pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa) dengan bubuk Mg. Sulfat secukupnya dan
ditambahkan 10 tetes HCl pekat. Hasil positif ditunjukkan
orange merah untuk flavon dan merah untuk flavonoid.
c. Saponin
Identifikasi kandungan senyawa saponin ekstrak daun pukul
empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa) dilakukan dengan cara mengocok kuat-kuat tabung
reaksi yang berisi ekstrak awal metanol dan air panas. Lalu jika
telah terbentuk busa ditambahkan HCL 2N dua sampai tiga
tetes. Hasil positif ditunjukkan dengan busa yang tetap.
d. Steroid atau Terpenoid
Identifikasi kandungan senyawa steroid atau terpen ekstrak
daun pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali
(Tinospora crispa) dengan cara mereaksikan ekstrak daun
pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa) dengan reagen Lieberman-Bouchard pada tabung
reaksi. Hasil positif ditunjukkan dengan warna hijau untuk
senyawa steroid dan warna ungu untuk senyawa triterpen.
e. Tanin
Identifikasi kandungan senyawa tanin pada ekstrak daun pukul
empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora
crispa) dengan cara mereaksikan ekstrak daun pukul empat
(Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora crispa) FeCl3
sebanyak tiga sampai empat tetes, yang sebelumnya ekstrak
telah ditambahkan dengan air panas sebanyak 10 ml. Hasil
positif apabila terbentuk warna hijau kebiruan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Teori Umum
Uji pendahuluan terhadap komponen kimia bahan alam bertujuan
untuk mempermudah dalam pengerjaan isolasi. Uji pendahuluan
dilakukan terhadap bahan alam yang baru diambil dari alam dengan
menggunakan pereaksi kimia yang sesuai. Senyawa kimia yang
berkhasiat sebagai obat yang terdapat dalam bahan (1).
Senyawa kimia yang bermanfaat obat dari tumbuhan adalah hasil
dari metabolit sekunder yang berupa alkaloida, steroida/terpenoida,
flavonoida atau tanin. Senyawa ini di antaranya berfungsi sebagai
pelindung terhadap serangan atau gangguan yang ada di sekitarnya dan
sebagai antibiotika selain itu juga berpotensi sebagai antioksidan (1).
II.2 Alkaloid
Dalam dunia medis, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian
penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama
ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran
bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak
yang ditemukan di alam. Hampir semua alkaloid berasal dari tumbuhan
dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik,
daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi
mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat
ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu. Berdasarkan literatur,
diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan
biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada makhluk hidup.
Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu sampai sekarang
selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Alkaloid
secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang
bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan
alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau
mempunyai kisaran dekomposisi.(2).
Gambar 1. Struktur senyawa alkaloid (morfin)
Ciri-ciri dari alkaloid antara lain :
a. Biasanya merupakan kristal tak berwarna, tidak mudah menguap,
tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik. Beberapa alkaloid
berwujud cair dan larut dalam air. Ada juga alkaloid yang berwarna,
misalnya berberin (kuning).
b. Bersifat basa (pahit, racun).
c. Mempunyai efek fisiologis serta aktif optis.
d. Dapat membentuk endapan dengan larutan asam fosfowolframat,
asam fosfomolibdat, asam pikrat, dan kalium merkuriiodida.
Alkaloid tidak mempunyai nama yang sistematik, sehingga nama
dinyatakan dengan nama trivial misalnya kodein, morfin, heroin, kinin,
kofein, nikotin. Hampir semua nama trivial diberi akhiran –in yang
mencirikan alkaloid. Pembagian alkaloid didasarkan pada :
1. Jenis gugus kromofor yang berbeda, misalnya alkaloid indol,
isokuinolin atau kuinolin.
2. Tumbuhan asal pertama kali ditemukan, misalnya alkaloid
tembakau
3. Jenis ikatan yang predominan dalam alkaloid tersebut.
Pembagian alkoloid dalam 12 golongan berdasarkan struktur
cincinnya yaitu (3):
1. Alkaloid golongan pirol dan pirolidin, yaitu alkaloid yang
mengandung inti pirol dan pirolidin dalam struktur kimianya.
Contohnya higrin pada tumbuhan Erythtroxylon coca.
2. Alkaloid golongan pirolizidin, yaitu alkaloid yang mengandung inti
pirolizidin dalam struktur kimianya. Contoh retronesin pada
tumbuhan Senecio jacobaea.
3. Alkaloid golongan piridin dan piperidin, yaitu alkaloid yang
mengandung inti piridin dan piperidin dalam struktur kimianya.
Contohnya nikotin pada tumbuhan Nicotiana tabaccum yang
mempunyai inti piridin.
4. Alkaloid golongan tropan, yaitu alkaloid yang mengandung inti
tropan dalam struktur kimianya. Contohnya atropin pada
tumbuhan Atropa belladonna.
5. Alkaloid golongan kuinolin, yaitu alkaloid yang mengandung inti
kuinolian dalam struktur kimianya. Contohnya kuinin pada
tumbuhan Cinchona officinalis.
6. Alkaloid golongan isokuinolin, yaitu alkaloid yang mengandung
inti isokuinolin dalam struktrur kimianya. Contohnya papaverin
pada tumbuhan Papaver somniferum.
7. Alkaloid golongan aporfin, yaitu alkaloid yang mengandung inti
aporfin dalam struktrur kimianya. Contohnya boldin pada
tumbuhan Peumus boldus.
8. Alkaloid golongan norlupinan, yaitu alkaloid yang mengandung
inti norlupinan dalam struktrur kimianya. Contohnya sitisin pada
tumbuhan Cytisus scoparius.
9. Alkaloid golongan indol atau benzopirol, yaitu alkaloid yang
mengandung inti indol dalam struktrur kimianya. Contohnya
psilosin pada tumbuhan Psilocybe sp.
10.Alkaloid golongan imidazol atau glioksalin, yaitu alkaloid yang
mengandung inti imidazol dalam struktrur kimianya. Contohnya
pilokarpin pada tumbuhan Pilocarpus jaborandi.
11.Alkaloid golongan purin, yaitu alkaloid yang mengandung inti
purin dalam struktrur kimianya. Contohnya kafein pada
tumbuhan Coffea arabica.
12.Alkaloid steroida, yaitu alkaloid yang mengandung inti steroida
(siklopentano perhidrofenantren) dalam struktrur kimianya.
Contohnya solanidin pada tumbuhan Lycopersicon esculentum.
II.3 Saponin
Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak
macam tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi
tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman
dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui,
mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan
“waste product” dari metabolism tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain
adalah sebagai pelindung terhadap serangga.(2)
Gambar 2. Struktur senyawa saponin
Sifat-sifat saponin adalah :
1. Mempunyai rasa pahit
2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil
3. Menghemolisa eritrosit
4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksi steroid
lainnya
6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia menjadi dua yaitu
saponin steroid dan saponin triterpenoid.
a. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul
karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon
yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek
antijamur. Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot
polos. Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan
asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses
biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon
berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder
tumbuhan. Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida
jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek kuat terhadap
jantung. Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida
(Asparagus sarmentosus), Senyawa ini terkandung di dalam
ttumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup dikawasan hutan
kering afrika. Tanaman ini juga biasa digunakan sebagai obat anti
nyeri dan rematik oleh orang afrika (4).
b. Saponin tritetpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul
karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut
sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan
lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah
turunan–amyrine. Salah satu jenis contoh saponin ini adalah
asiatosida. Senyawa ini terdapat pada tumbuhan Gatu kola yang
tumbuh didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai
antibiotik (4).
II.4 Flavonoid
Flavonoid ditemukan dalam tingkatan-tingkatan yang sangat tinggi di
dalam buah apel, bawang-bawangan. Flavonoid disatukan melalui jalan
kecil phenylpropanoid-asetat di dalam semua tumbuhan yang lebih tinggi.
Itu bertanggung jawab atas banyak aktivitas biologi yang termasuk
pigmen-pigmen, antioksidatif atau agen-agen alergi anti, dan unsur-unsur
pemberian isyarat di dalam formasi bongkol yang kecil-kecil (2).
Gambar 3. Struktur senyawa falvonoid
Ciri-ciri dari senyawa flavonoid yaitu pada umumnya, cincin A dari
struktur flavonoid mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling, yaitu
pada posisi 2’, 4’, dan 6’ dari struktur terbuka calkon. Dalam banyak hal,
cincin B dari struktur flavonoid mempunyai sebuah gugus fungsi oksigen
pada posisi para, atau dua yang masing-masing berada pada posisi para
dan meta, atau pula tiga dimana satu pada posisi para dan dua pada
posisi meta. Pola oksigenasi dari cincin B dimana terdapat tiga gugus
fungsi oksigen jarang dapat ditemukan. Selain itu, cincin B yang tidak
teroksigenasi, atau teroksigenasi pada posisi orto sangat jarang
ditemukan.
Flavonoid dapat dikelompokkan berdasarkan rantai C3 yaitu :
a. Katekin dan proantosianidin
Katekin dan proantosianidin adalah dua golongan senyawa yang
mempunyai banyak kesamaan, terdapat pada tumbuhan kayu.
Katekin ditemukan dalam paku-pakuan dan dua spesies
Equisetum. Tiga jenis katekin yaitu katekin (+) dan katekin (-)
hidrogen-2 dan hidrogen-3 nya trans. Beberapa katekin terdapat
sebagai ester asam galat. Proantosianidin adalah senyawa yang
membentuk antosianidin jika dipanaskan dengan asam.
b. Flavanon dan flavanonol
Bewarna kuning sedikit karena kosentrasinya rendah. Flavanon
sering terjadi sebagai aglikon tetapi beberapa glikosidanya
dikenal sebagai hesperidin dan naragin dari kulit jeruk.
Flavononol merupakan flavonoid yang paling kurang dikenal,
senyawa ini stabil dalam asam klorida panas tetapi terurai oleh
basa hangat menjadi kalkon.
II.5 Steroid dan Terpenoid
Steroid merupakan golongan lipid utama. Steroid berhubungan
dengan terpena dalam artian bahwa keduanya dibiosintesis lewat rute
yang mirip. Lewat reaksi yang benar-benar luar biasa urutannya,
triterpena asiklik skualena dikonversi secara stereospesifik menjadi steroid
tetrasiklik lanosterol, dan dari sini disintetis steroid lain (5).
Ciri struktur yang umum pada steroid ialah empat cincin yang
tergabung. Cincin A, B, dan C beranggota enam, dan cincin D beranggota
lima, biasanya bergabung dengan cara trans (5).
Gambar 4. Struktur senyawa steroid
Klasifikasi steroid berdasarkan jumlah atom C-nya
Nama Jumlah atom C Jenis rantai samping(R)
Estran 17 -
Androstan 19 -H
Pregnan 21 -CH2CH3
Kolan 24 -CH(CH3)(CH2)2CH3
Kolestan 27 -CH(CH3)(CH2)3CH(CH3)2
Ergostan 28 -CH(CH3)(CH2)2CH(CH3)CH(CH3)2
Stigmastan 29 -CH(CH3)(CH2)2CH(C2H5)CH(CH3)2
Terpena adalah suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan
oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada geta dan vakuola selnya.
Pada tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpena dan modifikasinya ,
terpenoid merupakan metabolit sekunder. Terpena dan terpenoid
dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama serangga dan beberapa
hewan laut. Sebagai contoh, senyawa-senyawa steroid adalah turunan
skualena, suatu triterpena, juga karoten dan retinol.(2).
Gambar 4. Struktur senyawa terpenoid
Klasifikasi terpenoid biasanya tergantung pada nilai n, diantaranya :
Nama Rumus Sumber
Monoterpen C10H16 Minyak Atsiri
Seskuiterpen C15H24 Minyak Atsiri
Diterpen C20H32 Resin Pinus
Triterpen C30H48 Saponin, Damar
Tetraterpen C40H64 Pigmen, Karoten
Politerpen (C5H8)n n 8 Karet Alam
II.6 Tanin
Tanin adalah kelas utama dari metabolit sekunder yang tersebar luas
pada tanaman. Tanin merupakan polifenol yang larut dalam air
dengan.berat molekul biasanya berkisar 1000-3000. Menurut definisi,
tanin mampu menjadi pengompleks dan kemudian mempercepat
pengendapan protein serta dapat mengikat makromolekul lainnya. Tanin
merupakan campuran senyawa polifenol yang jika semakin banyak jumlah
gugus fenolik maka semakin besar ukuran molekul tanin. Pada mikroskop,
tanin biasanya tampak sebagai massa butiran bahan berwarna kuning,
merah, atau cokelat.
Gambar 5. Struktur senyawa tanin
Tanin dapat ditemukan di daun, tunas, biji, akar, dan batang jaringan.
Sebagai contoh dari lokasi tanin dalam jaringan batang adalah tanin
sering ditemukan di daerah pertumbuhan pohon, seperti floem sekunder
dan xylem dan lapisan antara korteks dan epidermis. Tanin dapat
membantu mengatur pertumbuhan jaringan ini.(6).
Penggolongan tanin terbagi atas dua yaitu :
1. Tanin yang tidak dapat terhidrolisis atau tanin kental
Bila terhidrolisis menghasilkan senyawa-senyawa dengan bobot
molekul yang rendah, tetapi suatu zat amorf dan tidak larut,
seringkali berwarna merah disebut flobafen. Tanin yang tidak
terhidrolisi adalah polimer kotekin atau katekol. Apabila dipanaskan
dengan asam klorida dapat menghasilkan flobafen. Tanin katekol
dengan larutan FeCl3 menjadi warna hijau dan bila direaksikan
dengan bro maka akan terjadi endapan.
2. Tanin yang dapat terhidrolisis.
Merupakan ikatan ester antara suatu monosakarida, terutama D-
glukosa, yang gugus hidroksilnya (seluruhnya atau sebagian)
teriakat dengan asam galat, digalat, trigalat dan asam
heksahidroksifenat. Tanin yang mudah terhidrolisis oleh asam dan
alkali (dan oleh enzim tertentu), menghasilkan asam-asam aromatik
dan satuan karbohidrat.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah botol coklat, gegep, pipet tetes,
rak tabung, sendok tanduk besi, pinset, pipet skala, plat tetes, batang
pengaduk, dan tabung reaksi.
III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang dugunakan adalah air suling, ekstrak daun
pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora crispa)
FeCl3 10%, HCl 2N, pereaksi Dragendorff, pereaksi Liebermann-Burchard,
pereaksi Mayer, pereaksi Sitoborat, dan pereaksi Wagner.
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Penyiapan Lempeng
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipotong lempeng dengan ukuran 1 x 7 cm
3. Untuk daun pukul empat (Mirabilis jalapa) lempeng yang sudah
ditotol akan dielusi dengan menggunakan eluen heksan : etil (4:1),
sedangkan ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa)
menggunakan eluen metanol : kloroform (4:1)
III.2.2 Metode Semprot
a. Alkaloid
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dilarutkan secukupnya ekstrak dengan metanol didalam vial.
3. Ditotolkan ekstrak pada lempeng
4. Kemudian lempeng dielusi
5. Lempeng disemprot dengan reagen dragendorff
6. Diamati pada UV 254 nm dan 366 nm serta penampakan warna
noda.
b. Flavonoid
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dilarutkan secukupnya ekstrak dengan metanol didalam vial.
3. Ditotolkan ekstrak pada lempeng
4. Kemudian empeng dielusi
5. Lempeng disemprot dengan reagen situborat
6. Diamati pada UV 254 nm dan 366 nm, serta penampakan warna
noda.
c. Steroid/Terpenoid
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dilarutkan secukupnya ekstrak dengan metanol didalam vial.
3. Ditotolkan ekstrak pada lempeng
4. Kemudian lempeng dielusi
5. Lempeng disemprot dengan reagen LB
6. Diamati pada UV 254 nm dan 366 nm, serta penampakan warna
noda.
d. Saponin
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dilarutkan secukupnya ekstrak dengan metanol didalam vial.
3. Ditotolkan ekstrak pada
4. Kemudian lempeng dielusi
5. Lempeng disemprot dengan reagen vanilin sulfat
6. Diamati pada UV 254 nm dan 366 nm, serta penampakan warna
noda.
e. Tanin
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dilarutkan secukupnya ekstrak dengan metanol didalam vial.
3. Ditotolkan ekstrak pada lempeng
4. Kemudian empeng dielusi
5. Lempeng disemprot dengan reagen FeCl3
6. Diamati pada UV 254 nm dan 366 nm, serta penampakan warna
noda.
III.2.3 Metode Tabung
a. Alkaloid
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dimasukkan ekstrak metanol dalam tabung reaksi secukupnya
3. Ditambahkan 1 – 2 ml HCl 2N dan 10 ml air.
4. Diaduk dengan batang pengaduk hingga larut lalu dibagi ke
dalam tiga tabung reaksi.
5. Tabung pertama ditambahkan reagen dragendorf, tabung
kedua ditambahkan reagen wagner, tabung ketiga ditambahkan
reagen meyer.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
b. Flavonoid
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dimasukkan ekstrak metanol dalam tabung reaksi secukupnya
3. Ditambahkan bubuk Mg. Sulfat secukupnya,
4. Ditambah 10 tetes HCL pekat.
5. Diamati perubahan yang terjadi.
c. Steroid / Terpen
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dimasukkan ekstrak metanol dalam tabung reaksi secukupnya.
3. Ditambahkan reagen Lieberman-Bourchard.
4. Diamati perubahan warna yang terjadi.
d. Saponin
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dimasukkan ekstrak metanol secukupnya kedalam tabung
reaksi
3. Ditambahkan air panas sebanyak 10 ml.
4. Didiamkan beberapa saat lalu dikocok kuat-kuat.
5. Jika terbentuk busa ditambahkan HCl 2N sebanyak dua sampai
tiga tetes.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
e. Tanin
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diambil ekstrak metanol secukupnya ke dalam tabung reaksi
3. Ditambahkan dengan air panas 10 ml.
4. Ditetesi dengan reagen FeCl3 10% sebanyak dua sampai 3
tetes.
5. Diamati perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan
IV.1.1 Uji Semprot
Sampel Uji Alkaloid Uji FlavonoidUji Steroid /
TerpenoidUji Saponin Uji Tanin
Daun pukul
empat
(Mirabilis
jalapa)
+ + + - -
Batang
Brotowali
(Tinospora
crispa)
+ + + + -
IV.1.2 Uji Tabung
SampelUji Alkaloid
Uji FlavonoidUji Steroid /
TerpenoidUji Saponin Uji Tanin
D M W
Daun pukul
empat
(Mirabilis
jalapa)
+ - - + + - -
Batang
Brotowali
(Tinospora
crispa)
- - + + + + -
IV.2 Gambar
IV.2.1.1 Uji Semprot Ekstrak Daun Pukul Empat (Mirabilis jalapa)
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji alkaloid daun pukul empat
(Mirabilis jalapa)
Hasil : (+) berwarna orange
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji flavonoid daun pukul empat
(Mirabilis jalapa)
Hasil : (+) berwarna kuning
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji tanin daun pukul empat
(Mirabilis jalapa)
Hasil : (-)
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji steroid daun pukul empat
(Mirabilis jalapa)
Hasil : (+) berwarna hijau
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji saponi daun pukul empat
(Mirabilis jalapa)
Hasil : (-)
IV.2.1.2 Uji Semprot Ekstrak Batang Brotowali (Tinospora crispa)
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji tanin daun pukul empat (Mirabilis
jalapa)
Hasil : (-)
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji alkaloid daun pukul empat
(Mirabilis jalapa)
Hasil : (+) berwarna orange
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji flavoid daun pukul empat (Mirabilis
jalapa)
Hasil : (+) berwarna kuning
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji saponin daun pukul empat
(Mirabilis jalapa)
Hasil : (+) berwarna kuning
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji steroid daun pukul empat (Mirabilis
jalapa)
Hasil : (+) berwarna hijau
IV.2.2.1 Uji Tabung Ekstrak Daun Pukul Empat
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji alkaloid daun pukul empat
(Mirabilis jalapa)
Hasil : Dragendroff (+), Wagner (-),
Mayer (-)
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji flavonoid daun pukul empat
(Mirabilis jalapa)
Hasil : (-)
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji tanin daun pukul empat (Mirabilis
jalapa)
Hasil : (-)
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji steroid daun pukul empat
(Mirabilis jalapa)
Hasil : (+) mengandung steroid
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji saponin daun pukul empat
(Mirabilis jalapa)
Hasil : (-) tidak terdapat busa
IV.2.2.2 Uji Tabung Ekstrak Batang Brotowali (Tinospora crispa)
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji tanin daun pukul 4
Hasil : (-)
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji alkaloid daun pukul 4
Hasil : Dragendroff (-), Wagner (-),
Mayer (+)
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji flavonoid daun pukul 4
Hasil : (+) berwarna merah
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji saponin daun pukul 4
Hasil : (+) terdapat busa
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji steroid daun pukul 4
Hasil : (+) mengandung steroid
IV.3 Reaksi
a. Uji Alkaloid (Dragendorff)
b. Uji Flavonoid
c. Uji Steroid dan Terpenoid
d. Uji Tanin
e. Uji Saponin
BAB V
PEMBAHASAN
Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa
yang terdapat pada suatu tanaman. Hal ini berfungsi sebagai data awal
untuk menentukan metode ekstraksi yang akan digunakan agar
komponen aktif yang terdapat pada sampel dapat diekstrasi secara
optimal.Senyawa kimia yang bermanfaat obat dari tumbuhan adalah hasil
dari metabolit sekunder yang berupa alkaloida, steroida/terpenoida,
flavonoida saponin, dan tanin. Senyawa ini di antaranya berfungsi sebagai
pelindung terhadap serangan atau gangguan yang ada di sekitarnya dan
sebagai antibiotika. Selain itu, juga berpotensi sebagai antioksidan.
Komponen yang terdapat ekstrak daun pukul empat (Mirabilis jalapa)
dan batang brotowali (Tinospora crispa) dianalisis golongan senyawanya
dengan tes uji warna dengan beberapa pereaksi untuk golongan
senyawa alkaloid, flavonoid, steroid/terpen, tanin, dan saponin.
Dari hasil pengamatan uji tabung untuk daun pukul empat,
diperoleh hasil pada uji alkaloid ekstrak positif mengandung alkaloid
namun hanya pada pengujian menggunakan dragondroff, untuk pengujian
menggunakan wagner dan mayer menunjukkan hasil negatif. Pada uji
flavonoid, ekstrak sampel ditambahkan dengan bubuk Mg. Sulfat dan HCl
pekat menunjukkan hasil negatif, untuk uji Steroid/terpenoid ekstrak
sampel direaksikan dengan LB menunjukkan hasil positif berwarna hijau,
yang artinya ekstrak sampel positif mengandung steroid.
Untuk uji saponin ekstrak sampel direaksikan dengan HCL 2N yang
sebelumnya telah ditambahkan air panas 10 ml dan dikocok selama 10
menit, hasil yang ditunjukkan adalah negatif dimana busa yang dihasilkan
dari penambahan air panas dan pengocokan hilang saat direaksikan
dengan HCl 2 N. Sedangkan pada uji tanin, ekstrak sampel ditambahkan
air panas 10 ml dan direaksikan dengan FeCl3, hasil yang ditunjukkan
ekstrak sampel larutan berwarna kuning yang berarti negatif.
Pada uji semprot ekstrak daun pukul empat (Mirabilis jalapa)
menunjukkan hasil yang sama, yaitu positif mengandung alkaloid, steroid,
dan saponin, serta negatif mengandung flavonoid dan tanin. Pada uji
alkaloid saat disemprotkan dengan reagen dragondroff warna noda
berubah menjadi warna orange yang artinya positif mengandung alkaloid,
dan pada uji steroid saat disemprot dengan reagen LB warna noda
berubah menjadi hijau, untuk uji flavonoid setelah penyemprotan dengar
reagen situborat hasil yang ditunjukkan yaiu adanya penampakan noda
berwarna kuning. Sedangkan pada uji tanin saat dilakukan penyemprotan
dengan FeCl3, hasil yang ditunjukkan tidak ada perubahan warna pada
noda menjadi biru, serta pada uji saponin dengan vanilin sulfat juga
menujukkan hasil yang negatif.
Berdasarkan pustaka ekstrak daun pukul empat (Mirabilis jalapa)
dengan menggunakan metanol mengandung alkaloid, flavonoid, saponin,
dan tanin serta tidak mengandung steroid, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada percobaan identifikasi senyawa kimia yang dilakukan pada
ekstak daun pukul empat (Mirabilis jalapa) tidak sesuai, karena pada
percobaan identifikasi diperoleh bahwa ekstrak metanol sampel positif
mengandung alkaloid, steroid, dan flavonoid, serta negatif mengandung
tanin dan saponin.
Dari hasil pengamatan uji tabung untuk batang brotowali (Tinospora
crispa), diperoleh hasil pada uji alkaloid ekstrak positif mengandung
alkaloid namun hanya pada pengujian menggunakan wagner, untuk
pengujian menggunakan dragondroff dan mayer menunjukkan hasil
negatif. Pada uji flavonoid, ekstrak sampel ditambahkan dengan bubuk
Mg. Sulfat dan HCl pekat menunjukkan hasil positif berwarna orange
merah yang artinya ekstrak positif mengandung flavono, untuk uji
Steroid/terpenoid ekstrak sampel direaksikan dengan LB menunjukkan
hasil positif berwarna hijau, yang artinya ekstrak sampel positif
mengandung steroid. Untuk uji saponin ekstrak sampel direaksikan
dengan HCL 2N yang sebelumnya telah ditambahkan air panas 10 ml
dan dikocok selama 10 menit, hasil yang ditunjukkan adalah positif
dimana busa yang dihasilkan dari penambahan air panas dan pengocokan
masih tetap ada saat direaksikan dengan HCl 2 N. Sedangkan pada uji
tanin, ekstrak sampel ditambahkan air panas 10 ml dan direaksikan
dengan FeCl3, hasil yang ditunjukkan ekstrak sampel larutan berwarna
kuning yang berarti negatif.
Pada uji semprot ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa)
menunjukkan hasil yang sama, yaitu positif mengandung alkaloid,
flavonoid, steroid,dan saponin, serta negatif mengandung tanin. Pada uji
alkaloid saat disemprotkan dengan reagen dragondroff warna noda
berubah menjadi warna orange yang artinya positif mengandung alkaloid,
dan pada uji steroid saat disemprot dengan reagen LB warna noda
berubah menjadi hijau, untuk uji flavonoid setelah penyemprotan dengar
reagen situborat hasil yang ditunjukkan yaitu adanya penampakan noda
berwarna kuning, serta pada uji saponin saat lempeng disemprotkan
dengan reagen vanilin sulfat warna noda pada lempeng berubah menjadi
kuning. Sedangkan pada uji tanin saat dilakukan penyemprotan dengan
FeCl3, hasil yang ditunjukkan tidak ada perubahan warna pada noda
menjadi biru.
Berdasarkan pustaka ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa)
mengandung alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada percobaan identifikasi senyawa kimia yang
dilakukan pada ekstak batang brotowali (Tinospora crispa) tidak sesuai,
karena pada percobaan identifikasi diperoleh hasil bahwa ekstrak batang
brotowali (Tinospora crispa) positif mengandung alkaloid, flavonoid,
steroid dan saponin, negatif mengandung tanin.
Hasil positif alkaloid pada uji Mayer ditandai dengan terbentuknya
endapan putih. Diperkirakan endapan tersebut adalah kompleks kalium-
alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Mayer, larutan merkurium(II) klorida
ditambah kalium iodida akan bereaksi membentuk endapan merah
merkurium(II) Iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan berlebih maka
akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat(II). Alkaloid mengandung atom
nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat
digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam.
Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada
alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium
tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang
mengendap. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen
digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K+ yang
merupakan ion logam. Hasil positif alkaloid pada uji Dragendorff juga
ditandai dengan terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning.
Endapan tersebut adalah kaliumalkaloid. Pada pembuatan pereaksi
Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan dalam HCl agar tidak terjadi reaksi
hidrolisis karena garam-garam bismut mudah terhidrolisis membentuk ion
bismutil (BiO+), Agar ion Bi3+ tetap berada dalam larutan, maka larutan
itu ditambah asam sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri.
Selanjutnya ion Bi3+ dari bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodida
membentuk endapan hitam Bismut(III) iodida yang kemudian melarut
dalam kalium iodida berlebih membentuk kalium tetraiodobismutat.Hasil
positif alkaloid pada uji Wagner ditandai dengan terbentuknya endapan
coklat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah
kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi dengan
ion I- dari kalium iodida menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat. Pada
uji Wagner, ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat
dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang
mengendap.
Pada uji saponin, setelah dilakukan pengocokan kuat pada filtrat
akan terbentuk busa, menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai
kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa
dan senyawa lainnya. Buih ini menandakan adanya saponin, karena saponin
merupakan senyawa golongan glikosida yang mempunyai struktur steroid dan
mempunyai sifat-sifat khas yang dapat membentuk larutan koloidal dalam air dan
membuih bila dikocok.Untuk membuktikan busa yang terbentuk ditambahkan
HCL encer dan apa bila menghasilkan busa yang stabil maka merupakan
hasil positif. Alasan penambahan HCl karena saponin bersifat asam dan
netral dan jika ditambahkan HCl akan menimbulkan asam yang tetap
sehingga busatidak hilang (tetap).
Pada uji tanin terjadinya pembentukan warna hijau ini karena
terbentuknya senyawa kompleks antara logam Fe dan tanin. Senyawa
kompleks terbentuk karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara ion
atau atom logam dengan atom nonlogam.
Pada uji flavonoid penambahan logam Mg dan HCl untuk
mendeteksi adanya senyawa flavanoid dimana flavanoid akan bereaksi
dengan Mg setelah penambahan asam klorida pekat dengan terjadinya
perubahan warna merah muda/ungu sebab flavanoid mengalami
perubahan serapan cahaya ke arah panjang gelombang yang lebih besar
akibat adanya reaksi reduksi oleh HCl.
Pada uji steroid digunakan Liebermann-Burchard yang merupakan
uji karakteristik untuk sterol tidak jenuh dan triterpen. Hasil positif pada uji
Liebermann-Burchard ditandai dengan terbentuknya cincin hijau yang
berasal dari reaksi antara sterol tidak jenuh dengan adanya asam
(CH3COOH atau H2SO4), sedangkan pada uji kandungan terpenoid
nantinya akan memberikan warna jingga atau ungu untuk terpenoid dan
warna biru untuk steroid. Uji ini didasarkan pada kemampuan senyawa
triterpenoid dan steroid membentuk warna oleh adanya H2SO4 pekat
dalam pelarut asetat glasial sehingga membentuk warna jingga
BAB VI
PENUTUP
VI.I Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak daun pukul empat (Mirabilis jalapa) pada uji tabung dan uji
semprot positif mengandung alkaloid, steroid, flavonoid, serta
negatif mengandung tanin, dan saponin.
2. Ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa) pada uji tabung dan uji
semprot positif mengandung alkaloid, flavonoid, steroid dan
saponin, serta negatif mengandung tanin.
3. Hasil yang diperoleh dari percobaan uji identifikasi ekstrak daun
pukul empat (Mirabilis jalapa) dan ekstrak batang brotowali
(Tinospora crispa) tidak sesuai dengan pustaka.
VI.2 Saran
1. Untuk laboratorium, diharapkan agar bahan yang digunakan saat
praktikum disiapkan secara berlebih karena pada saat praktikum
masih ada praktikan yang kekurangan atau kehabisan reagen.
2. Untuk asisten, diharapkan saat mengawasi lebih teliti agar
hasil .yang diperoleh saat praktikum lebih akurat.
3. Untuk PJ, ketika menjelaskan jangan terlalu singkat karena masih
ada beberapa praktikan yang kurang mengerti dan masih
kebingungan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alam, Gemini dan dkk. 2012. Penuntun Praktikum Fitokimia.
Makassar :Fakultas Farmasi UNHAS
2. Harborne, J.B. 2006. Metode Fitokimia. Bandung : ITB
3. Trease,G.E. And Evans,W.C.,. Pharmacognosy. 12th ed.
ELBS/Baillere Tindall, Eastbourne,1985.
4. Amirth, Pal, Singh, 2002. A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience
Ltd.
5. Hart, Harold. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga.
Jakarta.
6. Shahin Hassanpour, Naser MaheriSis, Behrad Eshratkhah, & Farhad
Baghbani Mehmandar (2011). Plants and Secondary Metabolites
(Tannins): A Review
7. Shaik, Sharmila., Rajendra, Y., Chandra reddy, P.Jaya. 2012.
Phytochemical And Pharmaclogical Studies Of Mirabilis Jalapa.Linn.
International Journal Of Pharmacy & Technology. Review Article.
8. Hook & Thomson. “Tinospora crispa”. 13 April 2015.
http://www.globinmed.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=104888:tinospora-crispa-l-hook-
f-thomson&catid=209&Itemid=143.
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP KELOMPOK
“UJI PENDAHULUAN”
KELOMPOK I :
LA DARI ADRIANUS N111 12 256
AKHYAR SUKARDI N111 13 013
FITRIA DEWI N111 13 019
SILVA MALIKU N111 13 026
SITI HAJAR N111 13 065
REZKY APRODHYTA D.M. N111 13 312
DERISYANTI KALA’PADANG N111 13 533
ASISTEN : HELVI SULISTIANI
GOLONGAN : KAMIS SIANG
MAKASSAR
2015