92714459-laporan-pendahuluan-thalasemia
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ANAK DENGAN THALASSEMIA
OLEH: MARSELUS OCEN
NIM: 070210630
MENGETAHUI
PEMBIMBING LAPANGAN
(…………………………….)
PEMBIMBING MATERI
(……………………………)
THALASSEMIA PADA ANAK
A. DEFENISI
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah
merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100
hari). (Ngastiyah, 2005).
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defesiensi
prosuksi rantai globin pada hemoglobin. (Suriadi, 2001).
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan oleh kedua
orang tua, kepada anak-anaknya secara resesif.
B. KLASIFIKASI THALASSEMIA
Thalassemia α (gangguan pembentukan rantai α )
Sindrom thalassemia α disebabkan oleh delesi pada gen α globin pada kromosom 16
(terdapat 2 gen α globin pada tiap kromosom 16) dan nondelesi seperti gangguan mRNA
pada penyambungan gen yang menyebabkan rantai menjadi lebih panjang dari kondisi
normal.
Faktor delesi terhadap empat gen α globin dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Delesi pada satu rantai α (Silent Carrier/ α -Thalassemia Trait 2)
Gangguan pada satu rantai globin α sedangkan tiga lokus globin yang ada masih bisa
menjalankan fungsi normal sehingga tidak terlihat gejala-gejala bila ia terkena
thalassemia.
2. Delesi pada dua rantai α (α -Thalassemia Trait 1)
Pada tingkatan ini terjadi penurunan dari HbA2 dan peningkatan dari HbH dan terjadi
manifestasi klinis ringan seperti anemia kronis yang ringan dengan eritrosit hipokromik
mikrositer dan MCV(mean corpuscular volume) 60-75 fl.
3. Delesi pada tiga rantai α (HbH disease)
Delesi ini disebut juga sebagai HbH disease (β4) yang disertai anemia hipokromik
mikrositer, basophylic stippling, heinz bodies, dan retikulositosis. HbH terbentuk dalam
jumlah banyak karena tidak terbentuknya rantai α sehingga rantai β tidak memiliki
pasangan dan kemudian membentuk tetramer dari rantai β sendiri (β4). Dengan banyak
terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi dalam eritrosit sehingga dengan
mudah eritrosit dapat dihancurkan. Penderita dapat tumbuh sampai dewasa dengan
anemia sedang (Hb 8-10 g/dl) dan MCV(mean corpuscular volume) 60-70 fl.
4. Delesi pada empat rantai α (Hidrops fetalis/Thalassemia major)
Delesi ini dikenal juga sebagai hydrops fetalis. Biasanya terdapat banyak Hb Barts (γ4)
yang disebabkan juga karena tidak terbentuknya rantai α sehingga rantai γ membentuk
tetramer sendiri menjadi γ4. Manifestasi klinis dapat berupa ikterus, hepatosplenomegali,
dan janin yang sangat anemis. Kadar Hb hanya 6 g/dl dan pada elektroforesis Hb
menunjukkan 80-90% Hb Barts, sedikit HbH, dan tidak dijumpai HbA atau HbF.
Biasanya bayi yang mengalami kelainan ini akan mati beberapa jam setelah kelahirannya.
Thalassemia-β (gangguan pembentukan rantai β)
Thalassemia- β disebabkan oleh mutasi pada gen β globin pada sisi pendek kromosom 11.
1. Thalassemia β o
Pada thalassemia βo, tidak ada mRNA yang mengkode rantai β sehingga
tidak dihasilkan rantai β yang berfungsi dalam pembentukan HbA
2. Thalassemia β+
Pada thalassemia β+, masih terdapat mRNA yang normal dan fungsional namun hanya
sedikit sehingga rantai β dapat dihasilkan dan HbA dapat dibentuk walaupun hanya sedikit
Secara klinis thalasemia dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
Thalasemia minor / thalasemia trait.
Gejala yang muncul pada penderita Thalasemia minor bersifat ringan, biasanya hanya
sebagai pembawa sifat. Istilah Thalasemia trait digunakan untuk orang normal namun
dapat mewariskan gen thalassemia pada anak-anaknya:ditandai oleh splenomegali,
anemia berat, bentuk homozigot.
Pada anak yang besar sering dijumpai adanya:
Gizi buruk
Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba
Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati (Hepatomegali ), Limpa
yang besar ini mudah ruptur karena trauma ringan saja
Gejala khas adalah:
Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung, jarak antara
kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar.
Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya menjadi
kelabu karena penimbunan besi
Thalasemia mayor
Terjadi bila kedua orang tuanya membawa gen pembawa sifat thalassemia. Gejala
penyakit muncul sejak awal masa kanak-kanak dan biasanya penderita hanya bertahan
hingga umur sekitar 2 tahun. Penderita bercirikan :
Lemah
Pucat
Perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur
Berat badan kurang
Tidak dapat hidup tanpa transfusi transfusi darah seumur hidupnya
C. ETIOLOGI
Thalasemia dapat terjadi antara lain karena:
Gangguan genetika
Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal)
Gangguan jumlah (salah satu/ beberapa) rantai globin pada thalasemia (Ngastiyah,
2005).
Mutasi gen β-globin pada kromosom 16
Adanya pasutri yang membawa gen/carier thalasemia
Adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai α atau β dari HB
berkurang
Berkurangnya sintesis HBA dan eritropoesis yang tidak efektif diertai
Penghancuran sel-sel eritrosit intramuscular
D. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis dari thalasemia antara lain:
Letergi
Pucat
Kelemahan
Anoreksia
Sesak nafas
Tebalnya tulang cranial
Pembesaran limfe
Distritmia
Menipisnya tulang kartilago
(Suriadi, 2001)
E. PENATALAKSANAAN
Hingga kini belum ada obat yang tepat untuk menembuhkan penyakit thalasemia.
Trasfusi darah diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali (kurang dari 69 %) atau bila anak
terlihat tidak ada nafsu makan. Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua diumur 2
tahun sebelum terjadi pembesaran limfa atau hemosiderosis. Disamping itu diberikan
beberapa vitamin, tetapi preparat yang mengandung zat besi tidak boleh. Pada dasarnya
perawatan pasien thalasemia sama dengan pesien anemia lainnya. Masalah pasien yang perlu
diperhatikan adalah kebutuhan nutrisi, resiko tinggi terjadi komplikasi akibat transfusi yang
berulang-ulang, gangguan rasa aman dan nyaman.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu meliputi Studi hematologi (terdapat perubahan-
perubahan pada sel darah merah, yaitu mikrositosis, hipokromia, anisositosis, foikilositosis,
sel target, eritrosit yang imatur, penurunan hemoglobin dan hematokrit) dan Elektroforesis
Hemoglobin (peningkatan hemoglobin F dan A2).
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa I : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d input yang tidak adekuat.
Tujuan: Pasien mendapat suplai zat besi adekuat dan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil: Nutrisi terpenuhi.
Intervensi:
timbang BB setiap hari
beri konseling diet pada pemberi perawatan, mengenai sumber besi dari makanan.
kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai dan catat masukan makanan
pasien
Diagnosa II : Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi dan neurologis
Tujuan: Mempertahankan intergritas kulit.
Kriteria hasil: Mengidentifikasi factor resiko / perilaku individu untuk mencegah cedera
dermal.
Intervensi:
kaji integritas kulit, catat turgor, gangguan warna, hangat local.
ajarkan perawatan kulit kering dan bersih
bantu untuk perawatan pasif dan aktif.
Diagnosa III : Gangguan rasa nyaman; Nyeri b/d anoreksia jaringan (krisis Vaso- oklusif)
Tujuan: Pasien tidak mengalami nyeri
Kriteria hasil:Anak tidak mengalami nyeri/ nyeri minimal.
Intervensi:
kenali macam-macam analgesik, termasuk aploid, serta penjadwalan obat mungkin
perlu dicoba
hindari kompres dingin
berikan pemanas pada area yang sakit.
Diagnosa IV : Kurangnya pengetahuan b.d kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan:Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit, prosedur dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil: Mengidentifikasikan factor penyebab, melakukan tindakan yang perlu /
perubahan pola hidup.
Intervensi:
berikan informasi tentang thalasemia
tinjauan umum dan persiapan untuk pemerisaak diagnostic
jelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan
memperburuk thalasemia.
Diagnosa V : Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik
Tujuan: Klien mampu beraktifitas seperti biasanya tanpa mengalami kelelahan.
Kriteria hasil: Tidak kelihatan lelah saat beraktifitas, mampu bermain layaknya anak
seumuran, anak terlihat aktif.
Intervensi:
- Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas normal, catat laporan kelelahan,
keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas.
- Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan
batasi pengunjung, telepon, dan gangguan berulang tindakan yang tak direncanakan.
- Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat. Pilih periode
istirahat dengan periode aktivitas.
- Berikan bantuan dalam aktivitas bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya
sebanyak mungkin.
- Rencanakan kemampuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang pasien
pandang perlu. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi.
- Gunakan teknik penghematan energi, misal., mandi dengan duduk, duduk untuk
melakukan tugas-tugas Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi,
nyeri dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Slamet Suyono, 2001. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak,Jakarta: IDAI.
A.V. Hoffbrand, et al., 2001. Kapita Selekta Haematologi, edisi ke 2. Jakarta, EGC.
Healthjockey. (2001). www.healthjockey.com/2001/8/20/thalassemia-and-hemodialisa
diunduh 12/02/2011.09.2 1 wib.