9- sri wahyuni, s.kep

15
ASUHAN KEPERAWATAN PENDERITA YANG MENDAPAT KEMOTERAPI Sri Wahyuni, S.Kep, M.M RSUD Dr. Moewardi Surakarta I. PENDAHULUAN Kanker adalah merupakan suatu penyakit yang sampai saat ini sangat di takuti dan membuat cemas oleh lapisan masyarakat. Untuk pengobatan / perawatan penyakit kanker perlu waktu yang cukup lama, serta melalui prosedur pemeriksaan yang sangat rumit sehingga menimbulkan dampak pengobatan yang melelahkan. Salah satu pilihan pengobatan penyakit kanker adalah dengan kemoterapi, tentu saja pengobatan semacam ini tidak sama seperti pemberian obat-obat yang lain. Pada kemoterapi di upayakan petugas harus yang sudah terlatih, bertanggung jawab dan mampu membuat asuhan keperawatan yaitu di mulai dari persiapan sampai selesai pemberian sitostatika. Asuhan keperawatan pasien kemoterapi di awali dari pengkajian pada perencanan ang komprehensif, di lihat gejala-gejalayang timbul, intervensi yang di berikan termasuk pemberian pendidikan terhadap pasien dan keluarga. Yang perlu kita ketahui bahwa bahan kemoterapi merupakan toksik untuk semua sel, sehingga membunuh sel-sel kanker tetapi juga mengganggu sel-sel yang normal. Di harapkan setiap menjalankan kemoterapi petugas berproteksi yang lengkap saat bekerja jangan sampai ada percikan atau tumpahan maupun tertusuk jarum karena dalam waktu yang lama akan mengakibatkan iritasi atau kulit mukosa membrane dan iritasi mata. Untuk perkembangan dalam penangan pengobatan kemoterapi di harapkan selalu mengikuti tata cara yang terbaru agar kita secara optimal mengetahui efek samping pemberian obat tersebut. II. KEMOTERAPI II.1 Pengertian Kemoterapi adalah penggunaan preparat antineoplastik sebagai upaya untuk membunuh sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi dan reproduksi seluler.(Brunner& Suddarth) II.2 Pola pemberian kemoterapi 1. Kemoterapi Induksi Di tujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel kanker, contoh pada tumor ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut dengan pengobatan penyelamatan ( SALVAGE) 2 Kemoterapi Adjuvant Biasanya di berikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel- sel kanker yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis). /home/website/convert/temp/convert_html/55cf98ae550346d033990e0c/document.doc 1

Upload: lulufandy

Post on 29-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kemoterapi, kedokteran, kuliah, materi

TRANSCRIPT

Page 1: 9- Sri Wahyuni, S.kep

ASUHAN KEPERAWATAN PENDERITA YANG MENDAPAT KEMOTERAPI

Sri Wahyuni, S.Kep, M.M

RSUD Dr. Moewardi Surakarta

I. PENDAHULUAN

Kanker adalah merupakan suatu penyakit yang sampai saat ini sangat di takuti dan membuat cemas oleh lapisan masyarakat.

Untuk pengobatan / perawatan penyakit kanker perlu waktu yang cukup lama, serta melalui prosedur pemeriksaan yang sangat rumit sehingga menimbulkan dampak pengobatan yang melelahkan.

Salah satu pilihan pengobatan penyakit kanker adalah dengan kemoterapi, tentu saja pengobatan semacam ini tidak sama seperti pemberian obat-obat yang lain.

Pada kemoterapi di upayakan petugas harus yang sudah terlatih, bertanggung jawab dan mampu membuat asuhan keperawatan yaitu di mulai dari persiapan sampai selesai pemberian sitostatika. Asuhan keperawatan pasien kemoterapi di awali dari pengkajian pada perencanan ang komprehensif, di lihat gejala-gejalayang timbul, intervensi yang di berikan termasuk pemberian pendidikan terhadap pasien dan keluarga.

Yang perlu kita ketahui bahwa bahan kemoterapi merupakan toksik untuk semua sel, sehingga membunuh sel-sel kanker tetapi juga mengganggu sel-sel yang normal.

Di harapkan setiap menjalankan kemoterapi petugas berproteksi yang lengkap saat bekerja jangan sampai ada percikan atau tumpahan maupun tertusuk jarum karena dalam waktu yang lama akan mengakibatkan iritasi atau kulit mukosa membrane dan iritasi mata.

Untuk perkembangan dalam penangan pengobatan kemoterapi di harapkan selalu mengikuti tata cara yang terbaru agar kita secara optimal mengetahui efek samping pemberian obat tersebut.

II. KEMOTERAPI

II.1 Pengertian

Kemoterapi adalah penggunaan preparat antineoplastik sebagai upaya untuk membunuh sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi dan reproduksi seluler.(Brunner& Suddarth)

II.2 Pola pemberian kemoterapi

1. Kemoterapi InduksiDi tujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel kanker, contoh pada tumor ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut dengan pengobatan penyelamatan ( SALVAGE)

2 Kemoterapi AdjuvantBiasanya di berikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).

3 Kemoterapi PrimerDi maksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.

4 Kemoterapi Neo-AdjuvanDi berikan mendahului / sebelum pengobatan / tindakan yang lain seperti pembedahan atau penyinaran kemudian di lanjutkan dengan kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.

II.3 Cara PemberianCara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara :1. PO : Per Oral2. SC : Sub Cutan

/tt/file_convert/55cf98ae550346d033990e0c/document.doc 1

Page 2: 9- Sri Wahyuni, S.kep

3. IM : Intra Muscular4. IV : Intra Vena5. IT : Intra Thecal6. IP : Intra Peritoneal / Pleural

Pemilihan vena dan tempat penusukanPemilihan vena dan arteri yang tepat serta peralatan yang harus dipakai ditentukan oleh usia pasien, status vena dan obat yang di berikan melalui infus. Lakukan pemilihan vena diatas area yang lentur serta pemilihan iv cateter yang paling pendek dan ukurannya yang paling kecil yang sesuai. Vena yang sering di gunakan adalah : Basillic, cephalica dan metakarpal. Tempat penusukan harus diganti setiap 72 jam dan vena yang cocok untuk penusukan terasa halus dan lembut, tidak keras dan menonjol serta memilih vena yang cukup lebar untuk tempat peralatan. kemoterapi dapat membuat iritasi pada vena dan jarigan lunak.ri kankernya

II.4 Prosedur

Hal yang menjadikannya berbeda adalah

1. Kemoterapi di berikan pada penderita kanker, di mana penderita sangat berharap bisa sembuh dari kankernya.

2. Kemoterapi memiliki tata cara khusus dalam persiapan dn pemberiannya agar tujuan kemoterapi dapat tercapai dan petugas kesehatan serta lingkungan yang berhubungan dengan penderita terlindungi dari toksisitas obat tersebut.

3. Efek samping kemoterapi sering hampir selalu dapat di duga ( predictabe dan manageble )4. Harganya mahal.

Persiapan Obat dan Pemberian Obat

Ada beberapa aspek yang perlu di persiapkan sebelum pemberian kemoterapi, mengingat kekhususan obat kemoterapi di bandingkan obat-obatan yang lain. Aspek tersebut meliputi :

1. Aspek penderita dan keluarga2. Aspek onkologis3. Aspek medis

Aspek penderita dan keluarga

Yang di maksud dengan aspek penderita dan keluarganya adalah :

1. Penjelasan tentang tujuan dan perlunya pemberian kemoterapi sehubungan dengan penyakitnya.

2. Penjelasan mengenai macam obatnya, jadwalnya pemberiannya serta persiapan yang di perlukan setiap siklus obat kemoterapi di berikan

3. Penjelasan mengenai efek samping yang mungkin terjadi pada penderita4. Penjelasan mengenai harga obat kemoterapi ( kalau perlu )5. Informed concent

Aspek Onkologis

Yang di maksud dengan aspek onkologis adalah :

1. Diagnosa keganasan telah confirmed baik secara klinis , radiologist dan patologis ( triple diagnosic )

2. Tentukan stadium ( klinis, imaging ) dengan system TNM3. Tentukan tujuan terapi ( sebagai neoadjuvant, adjuvant, terapeutik, paliatif )4. Tentukan regimen kombinasi kemoterapi, dosis dan prosedur pemberiannya

/tt/file_convert/55cf98ae550346d033990e0c/document.doc 2

Page 3: 9- Sri Wahyuni, S.kep

Aspek Medis

1. Anamnesa yang cermat mengenai adanya komorbiditas yang mungkin ada yang dapat mempengaruhi pemberian kemoterapi seperti usia, penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kelainan fungsi ginjal atau hati, kehamilan dan lain-lain.

2. pemeriksaan secara menyeluruh semua keadaan yang berhubungan dengan penyakittersebut di atas ( klinis, imaging dan laboratorium ). Pemeriksaan laboratorium terdiri dari

Darah lengkap Fungsi hati, albumin Fungsi ginjal kalau perlu periksa clearance creatinine ( untuk jenis kemoterapi yang

nephhrotoxic. Gula darah puasa dan 2 jam pp ( sesuai indikasi ) Bila kita mencurigai akan kemungkinan terjadi Tumor Lysis Syndrome, pemeriksaan di

tambah dengan elektrolit, uric acid Pemeriksaan jantung ( EKG ) atau kalau perlu ekokardiografi terutama bila menggunakan

regimen yang bersifat kardiotoksik Pemeriksaan laboratorium yang lain tergantung dari macamm keganasannya. Bila

fasilitas ada, dapat di periksakan tumor marker ( misal CEA, Ca15-3 untuk kanker payudara ) yang akan di pakai sebagai data dasar dan kelak dapat di gunakan dalam follow up terapi.

Pada pemberian kemoterapi siklus berikutnya, bila tidak ada kelainan pada pemeriksaan fisik cukup di periksakandarah lengkap saja. ( HB, lekosit, trombosit, netrofil ).

Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui luas permukaan tubuh penderita.

III. PEMBERIAN KEMOTERAPI ( DRUG ADMINISTRATION )

Keamanan penanganan obat onkologi merupakan hal yang penting yang harus di perhatikan oleh personel : Dokter Perawat Farmasis Penderita Gudang / distribusi

III.1 Persiapan obat : ( kemoterapi dan obat emergency dan extravasation kit )

Dosis : bila tak ada ketentuan spesifik dari data tersebut dosis di tentukan dengan menggunakan luas permukaan tubuh ( body surface area = BSA ) yang di ketahui dengan mengukur TB dan BB.

Storage dan Stability : baca petunjuk mengenai strorage dan stability masing-masing obat sehingga kondisi obat dalam keadaan baik. Obat yang tidak mengandung preservasi setelah di buka / di larutkan ( oplos ) harus segera di buang dalam waktu 8-24 jam.

Preparasi ( pelarutan ) : pelarut untuk masing-masing obat biasanya di sebutkan dalam penjelasan pemakaian masing-masing obat. Secara umum pelarut yang biasa di pakai adalah : Dextrose 5% atau NaCL fisiologis. Pelarutan / preparation di lakukan dalm tempat tertentu dan di lakukan oleh petugas ( dokter, perawat ) atau pharmacist yang terlatih. Pemberian di awali premedikasi dengan injeksi deksametason 10-20 mg/iv ( berperan sebagai antimetik ), cimetidin 300 mg/ranitidine 50 mg dan ondansetron 8 mg/tropisetron 5 mg/granisetron 3 mg, dipenhidramin ( bila menggunakan golongan taksan ), rehidrasi ( bila menggunakan golongan platinum, terutama cisplatinum ).

III.2 Persiapan provider

Memakai gaun yang khusus atau schort Memakai masker yang disposibel Memakai handschoen karet

/tt/file_convert/55cf98ae550346d033990e0c/document.doc 3

Page 4: 9- Sri Wahyuni, S.kep

Memakai topi pelindung kepala Memakai kaca mata pelindung terhadap percikan obat, tanpa menghalangi lapangan

pengeliatan ( kaca goggle )

III.3 Persiapan peralatan dan cairan

Jarum suntik yang halus, abbocath / surflo no 20 Spuit disposable 5 cc, 20 cc, 30 cc. Infuse set Larutan Nacl 0,9 %, 100 cc dan Aquadest 25 cc Alas penyuntikan, untuk menghindari kontak obat dengan sprei tempat tidur

III.4 Penyuntikan

Teliti protocol kemoterapi yang akan di berikan Cek apakah informed consent sudah ada Pilih vena yang paling distal dan lurus ( biasanya meta carpal bagian dorsal ) dan kontralateral

dari kankernya. Di pastikan tidak terjadi ekstravasasi dengan memasang infuse dan drip cepat. Setelah penyuntikan selesai, alat-alat atau botol bekas obat sitostatika di masukkan dalam

kantong plastic dan di ikat serta di masukkan dalam sampah medis khusus Buat catatan pada rekaman medik

a. Cara kerjanya

Semua obat di campur oleh staf farmasi yang ahli dibagian farmasi dengan memakai alat “biosafety laminary airflow” kemudian di kirim ke bangsal perawatan dalam tempat khusus tertutup. Di terima oleh perawat dengan catatan nama pasien, jenis obat, dosis obat dan jam pencampuran. Bila tidak mempunyai biosafety laminary airflow maka, pencampuran di lakukan di ruangan khusus yang tertutup dengan cara :

1. Meja di alasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau kain2. Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu.3. Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%, D5% atau intralit.4. Sebelum membuka ampul pastikan bahwa cairan tersebut tidak berada pada puncak

ampul. Gunakan kasa waktu membuka ampul agar tidak terjadi luka dan terkontaminasi dengan kulit. Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup, dengan tidak mengambil 2 kali

5. Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan kapas atau kasa steril diujung jarum spuit.

6. Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9 % atau D5% dengan volume cairan yang telah ditentukan

7. Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat kedalam flabot atau botol infus.

8. Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian atau dengan syringe pump.

9. Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan.10. Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau jarum bekas

dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari tusukan.

b. Prosedur cara pemberian kemoterapi

• Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian.• Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan dan sepatu.• Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik• Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan infus• Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran, kitril secara

/tt/file_convert/55cf98ae550346d033990e0c/document.doc 4

Page 5: 9- Sri Wahyuni, S.kep

intra vena)• Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %• Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai program• Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%• Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat serta di beri etiket.• Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi etiket, kirim ke incinerator / bakaran.• Catat semua prosedurAwasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi.

Untuk menghindari ekstravasasi, prosedur yang harus diikuti adalah :

a.Oplosan obat dengan pelarut yang sesuai untuk menghindari konsentrasi aktif yang terlalu tinggi.

b. Gunakan vena yang lurus ( ditangan depan, punggung tangan )c.Untuk vena fungsi gunakan kateter bayi, hindari fungsi berulang – ulang pada vena yang

sama.d. Mempererat wing needle atau abocath dengan plester yang kuat. Yakinkan bahwa plester

tidak menutup kemungkinan sekitar luka.e. Suntikan 5 ml cairan fisiologis dan aspirasi sedikit darah untuk mengecek integritas, lepas

jarum atau tusukan. Untuk menjaga dari ekstravasasi.f. Suntikan obat perlahan – lahan. Cek kembali posisisi jarum. Tanyakan kepada pasien jika ada

perasaan sakit atau panas sekitar tusukan jarum.g.Setelah selesai menyuntikan anti neoplastik bilas dengan Nacl 0,9 %.

.. III.5 Tujuan Pemberian Kemoterapi

1. Pengobatan.2. Mengurangi masa tumor selain pembedahan atau radiasi.3. Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kwalitas hidup.4. Mengurangi komplikasi akibat metastase.

III.6 Efek Samping Kemoterapi

1. Efek samping yang segera terjadi (immediate side effects) timbul dalam 24 jam pertama ,misalnya mual dan muntah.

2. Efek samping yang awal terjadi (early side effects),timbul dalam beberapa hari sampai minggu kemudian ,misalnya stomatitis.

3. Efek samping yang terjadi belakangan (delayed side effects),yang timbul beberapa minggu sampai bulan, misalnya nefropati.

4. Efek samping yang terjadi kemudian (late side effects),timbul beberapa bulan sampai tahun.Misalnya : keganasan sekunder.

Efek samping (intensitas) tergantung dari karakter obat ,dosis dan setiap pasien akan berbeda dalam gejalanya walaupun dengan dosis dan obat yang sama. Sebagai contoh:

1. AlopesiaKerontokan rambut yang bersifat sementara dan akan tumbuh lagi bila obat-obat dihentikan, hari 10-21 setelah pengobatan.

2. KonstipasiObat-obat yang potensial menyebabkan konstipasi ( misalnya Vincristin, Vinblastin) neurotoxic otot saluran cerna sehingga menurunkan peristaltic.

3. Cystitis Pengguaan obat cyclophospamide dapat menimbulkan pendarahan, nyeri dan demam.4. Diare

/tt/file_convert/55cf98ae550346d033990e0c/document.doc 5

Page 6: 9- Sri Wahyuni, S.kep

Dapat terjadi hamper 75% pada pemberian kemoterapi.

5. Fatigue Kelelahan yang timbul akibat stress berkepanjangan karena kemoterapi atau tindakan keperawatan.

6. Nausia dan vomitingObat-obat yang mengakibatkan mual dan muntah. Misalnya : adriamicin, cisplatin, daunorubicin, cyclophospamide.

7. Stomatitis Peradangan mulut yang dapat berkembang menjadi nyeri ulserasi , perdarahan dan sekunder infeksi, timbul setelah hari ke 5-7 setelah kemoterapi.

8. Hematopoietic Changes - Leukopenia terjadi pada hari 7-14 setelah pemberian kemoterapi. - Trombositopenia, pendarahan terlihat ( kulit ), atau tidak terlihat. Misalnya : retina atau otak. - Anemia menyebabkan lelah dan lemas ( perlu monitor hemoglobin ).

9. Skin Change Terjadi kerusakan sel-sel basal dari epidermis. Misalnya : hiperpigmentasi.

10. Toxicyti ( toksik pada organ lain ) a. Toksisitas jantung Obat-obat yang potensial menyebabkan toksisitas jantung : cyclophosphamide, doxorubicin, daunorubicin, mitoxantrone. b. Toksisitas hepar Obat-obat yang potensial menyebabkan toksisitas hepar : adriamycin, asparaginase, methotrexate, cytabirine, cyclopahosphamide, busulfan. c. Toksisitas renal

Obat-obat yang potensial menyebabkan toksisitas renal : cisplatin, cyclophospamide, ifosfamide, methotrexate. d. Toksisitas paru Obat-obat yang potensial menyebabkan toksisitas paru : bleomycin, busulfan, carmustine. e. Toksisitas pernafasan Obat-obat yang potensial menyebabkan toksisitas pernafasan : vincristin, vinblastin, dosis tinggi cytarabin dan cisplatin.

f. Toksisitas telinga Obat-obat yang menyebabkan toksisitas telinga : cisplatin.

g. Disfungsi sistem reproduksi Obat-obat yang potensial menyebabkan toksisitas sistem reproduksi : cyclophospamide, vincristin, hormonal ( zoladex, tamoxifen ).

IV ASKEP

IV.1 Pengertian

Dokumentasi keperawatan adalah system pelaporan dan pencatatan asuhan keperawatan.

Dua macam cara dokumentasi : 1. Pelaporan yang berhubungan dengan informasi pasien secara lisan kepada perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya. 2. Pencacatan yang merupakan satu catatan syah tentang status kesehatan pasien dan perkembangannya.

IV.2 Pengkajian

/tt/file_convert/55cf98ae550346d033990e0c/document.doc 6

Page 7: 9- Sri Wahyuni, S.kep

Perawat harus mengkaji apakah pasien yang akan diberi pengobatan kemoterapi sudah siap baik fisik dan mentalnya, karena biasanya pasien akan merasa takut, apalagi dengan efek sampingnya. Maka penting sekali kesiapan pasien dalam pengobatan kemoterapi yaitu :

1. Pengkajian Prekemoterapia. Evaluasi fisik - Riwayat masa lalu, yang meliputi diagnosis dan penyakitnya, kondisi kesehatan dan

riwayat alergi. - Pemeriksaan sistem 1. Fungsi hematopoietik : hasil laboratorium Hb, leukosit, trombosit, hematokriat. 2. Fungsi neurologi : periperal neuripathy, gangguan eliminasi. 3. Keadaan rongga mulut dan kulit : mukositas di mulut, nasoparing, esopagus, rektum,

anus, stoma. 4. Fungsi kardiovaskuler : hasil pemeriksaan enzim, elektrolit, EKG, ECHO. 5. Fungsi pernafasan : jumlah, irama dan kedalaman, batuk, perokok. 6. Fungsi perkemihan : hasil pemeriksaan BUN, CCT, kreatinin, asam urat, elektrolit, urin, nepropati, sistitis, pendarahan. 7. Fungsi saluran cerna : hasil pemeriksaan protein total, albumin, BB, anoreksia, mual

dan muntah, gangguan eliminasi, hepatotoksik.

- Adanya terapi kanker yang toksik, pada terapi operasi, radiasi dan kemoterapi. - Berat dan tinggi badan. - Route pemberian obat.

b. Evaluasi Ppsikososial - Pengetahuan tentang penyakitnya ( kanker ) dan pengobatannya ( kemoterapi ), adakah

rasa cemas, takut. - Pengalaman pertama kemoterapi. - Support system dan orang-orang terdekat. - Informed consent.

c. Pendidikan pasien dan keluarga Pengertian, kesediaan dukungan moral dan dana.

2. Pengkajian selama kemoterapi Pengkajian ulang terhadap perubahan obat :

- Evaluasi psikososial ( rasa takut, cemas ). - Efek samping obat yang segera terjadi.

3. Pengkajian post kemoterapi a. Pengkajian ulang terhadap perubahan. Respon tumor, status perbaikan, ditemukan kelainan.

b. Penanganan efek sampingc. Pendidikan pasien dan keluarga

IV.3 Diagnosa Keperawatan

1. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan efek samping kemoterapi2. Ansietas berhubungan dengan pemberian kemoterapi dan tindakan keperawatan3. Anaphylactic shock.4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan efek samping obat. 5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan sistem imun dan proses

penyakit. 6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah

dan diare karena kemoterapi. 7. Gangguan eliminasi alvi ( Obstipasi ). 8. Gangguan eliminasi alvi ( diare ).

/tt/file_convert/55cf98ae550346d033990e0c/document.doc 7

Page 8: 9- Sri Wahyuni, S.kep

9. Perubahan membran mukosa oral.

IV.4 Rencana Keperawatan

Diagnosa I : Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan efek samping obat. Tujuan : Pasien mengerti informasi tentang kemoterapi dan efek samping pengobatan.Kriteria hasil :

- Pasien dapat mendiskusikan tentang pengobatan.- Bisa mengatasi efek samping jika terjadi.

Intervensi dan rasional : 1. Kaji tingkat pengetahan tentang kemoterapi, efek samping obat dan tindakan keperawatan. R/ Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan.2. Beri tahu mengenai nama dan jenis kemoterapi, kegunaan, cara pemberian, rute dan jadwal

pemberian. R/ Meningkatkan pengetahuan pasien.3. Jelaskan efek samping yang terjadi dari kemoterapi, mual dan muntah, rambut rontok dan

reaksi kulit. R/ Berkaitan dengan efek kemoterapi secara fisik. 4. Instruksikan pasien dan keluarga atas tindakan-tindakan yang diberikan untuk pengobatan dan menangani efek samping obat. R/ Meningkatkan manajemen perawatan mandiri. 5. Beri tahu pasien untuk tidak menggunakan obat tertentu selain yang diperbolehkan oleh

dokter. R/ Mencegah kemungkinan interaksi obat. 6. Beri tahu pasien terhadap perubahan yang harus dilaporkan kepada petugas kesehatan. R/ Pencegahan komplikasi dengan meningkatkan pelaporan dini pada tenaga kesehatan.

Diagnosa II : Ansietas berhubungan dengan pemberian kemoterapi dan tindakan keperawatan.Tujuan : Ansietas menurun Kriteria hasil :

- Pasien menyatakan cemas menurun.- Tidak gelisah dan tenang.

Intervensi dan rasional : 1. Kaji tanda dan gejala adanya ansietas. R/ Membantu dalam mengidentifikasi berat ringannya ansietas. 2. Berikan informasi nyata tentang pengobatan dan prognosis. R/ Pengetahuan tentang apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas.3. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan. R/ Mencegah ansietas 4. Lakukan tindakan yang membuat nyaman, missal : gosok punggung, posisi yang nyaman. R/ Meningkatkan relaksasi.5. Dengarkan dengan penuh perhatian terhadap ekspresi perasaan dan kekuatirannya. R/ Menciptakan suasana saling percaya.6. Berikan aktivitas pengalihan perhatian. R/ Dapat menurunkan ketegangan.

7. Berikan obat penurun ansietas. R/ Obat untuk menurunkan ansietas.

Diagnosa III : Terjadinya anaphylactic shock.Tujuan : Tidak terjadinya anaphylactic shock.Kriteria hasil :

- Tidak timbul tanda-tanda anaphylactic shock seperti nyeri dada, sesak nafas, bradycardi.

Intervensi dan rasional : 1. Beri penjelasan pada pasien tentang tindakan yang kita lakukan serta prosedur pemberian

obat anti kanker. R/ Dengan pemberian penjelasan, pasien akan mengerti.

/tt/file_convert/55cf98ae550346d033990e0c/document.doc 8

Page 9: 9- Sri Wahyuni, S.kep

2. Observasi gejala cardinal sebelum dan tiap jam selama pemberian obat anti kanker. R/ Dengan observasi gejala cardinal kita akan mengetahui bila ada perubahan.3. Berikan obat sesuai program dan tetesan harus benar. R/ Cara pemberian tetesan yang tidak sesuai aturan mempengaruhi reaksi reaksi obat. 4. Observasi tanda-tanda hipersentivitas obat kemoterapi. R/ bila timbul tanda-tanda hipersentivitas segera hentikan obat kemoterapi. 5. Kolaborasi dengan tim medis R/ untuk pemberian obat-obatan anaphylactic shock bila diperlukan perbaiki sirkulasi, berikan

obat-obat anti histamin.

Diagnosa IV : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan efek samping obat.

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan. Kriteria hasil :

- Keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.- Turgor kulit balik. - Observasi tanda vital stabil.

Intervensi dan rasional : 1. Pantau pemasukan cairan dan pengeluaran sesuai dengan kebutuhan. R/ Pemasukan oral yang tidak adekuat menyebabkan hipovolemia.

2. Kaji tanda-tanda vital / nadi perifer dan pengisian kapiler. R/ Perubahan tanda vital berhubungan dengan dehidrasi. 3. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa dan perhatikan keluhan haus.

R/ Indikator tidak langsung dari status dehidrasi / kekurangan cairan. 4. Pantau kadar elektrolit sesuai dengan kebutuhan.

R/ Mual, muntah, diare dapat mengarah pada penurunan elektrolit.5. Timbang berat badan sesuai indikasi danpantau kecenderungannya.

R/ Berat badan membantu dalam pengukuran / keseimbangan cairan. 6. Anjurkan pasien untuk minum sampai 3.000 ml/hari sesuai dengan toleransi individu.

R/ Muntah dan diare dapat menurunkan kalium dan membantu dalam memelihara kebutuhan cairan.

Diagnosa V : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan system imun dan proses penyakit.

Tujuan : Tidak terjadi infeksi.Kriteria hasil :

- Potensial infeksi menurun.- Tidak ada tanda-tanda infeksi.- Jumlah leukosit dalam batas normal.

Intervensi dan rasional : 1. Pantau jumlah leukosit sama atau lebih 4.000 sel/mm3. R/ Peningkatan leukosit memperberat berkembangnya infeksi.2. Pantau tanda-tanda vital meliputi suhu setiap 4 jam dan lebih sering jika diperlukan. R/ Demam ( hipotemi ) bisa mengidentifikasi munculnya infeksi. 3. Ajarkan pasien, keluarga tindakan untuk menurunkan resiko infeksi. R/ Menurunkan potensial adanya infeksi. 4. Kaji semua daerah prosedur invasif terhadap kemungkinan adanya tanda infeksi. R/ Membantu mengidentifikasi adanya komplikasi infeksi.5. Berikan obat anti biotik. Anti jamur dan obat-obat anti mikrobial lainnya sesuai kebutuhan. R/ Mencegah dan atau mengatasi agen-agen infeksi bagi pasien yang mengalami gangguan

sistem imun.6. Bantu pasien dalam melakukan higiene individu ( mandi, perawatan mulut dan perawatan

perineal ). R/ Menurunkan hadirnya organisme endogen.7. Anjurkan untuk beristirahat sesuai dengan kebutuhan. R/ Kelelahan dapat menurunkan fungsi imun.

Diagnosa VI : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah dan diare karena kemoterapi.

/tt/file_convert/55cf98ae550346d033990e0c/document.doc 9

Page 10: 9- Sri Wahyuni, S.kep

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.Kriteria hasil :

- Masukkan makanan dan minuman yang adekuat.- Mempertahankan berat badan yang stabil.

Intervensi dan rasional : 1. Kaji adanya anoreksia, mual, muntah ( berapa kali dan jumlah ), stomatitis, dispepsis atau

disfagia. R/ Tanda dan gejala yang berhubungan dengan kemoterapi dan mempengaruhi mukosa oral / gastrointestinal, sehingga membuat pencernaan makanan menjadi sulit.2. Kaji masukan makanan dan cairan, tanyakan adanya alergi makanan dan minuman yang di

sukai. R/ Memberikan informasi untuk pencernaan diet dan menghindari makanan tertentu.3. Timbang berat badan saat masuk dan setiap minggu dengan memakai timbangan yang sama. R/ Memberikan informasi mengenai perubahan berat badan.4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk nutrisi dan sesuai kebutuhan. R/ Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang diperlukan.5. Berikan anti emetik sebelum kemoterapi dan secara reguler melewatkan rasa mual, dan

muntah yang di perkirakan. R/ Pencegahan mual dan muntah akan membantu kelancaran selama pemberian kemoterapi.6. Anjurkan makan porsi kecil namun sering jika nafsu makan menurun. R/ Mencegah mual dan mutah serta mengurangi distensi.7. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, mudah dikonsumsi. R/ Protein memberikan energi dan mencegah kelemahan otot.8. Berikan perawatan mulut sebelum makan dan atau obat topikal bila ada rasa nyeri mulut /

oral. R/ Stomatitis dapat menyebabkan mukosa kering, iritasi dan nyeri yang membuat kesulitan

untuk makan.

Diagnosa V II : Gangguan eliminasi alvi ( obstipasi ) sehubungan dengan penurunan peristati usus akibat Efek samping obat kemoterapi.

Tujuan : Pasien tidak terjadi gangguan eliminasi alvi ( eliminasi alvi adekuat ). Kriteria hasil :

- Pasien menyatakan tidak terjadi gangguan eliminasi alvi, faeces lembek, dubur tidak sakit Waktu BAB setiap hari.

Intervensi dan rasional :

1. Kaji faktor penyebab dan tanda-tanda eliminasi alvi ( konstipasi ). R/ Lebih cepat melakukan tindakan, konstipasi disebabkan oleh beberapa factor.

2. Anjurkan pada pasien lebih banyak makan-makanan yang banyak serat.R/ Serat dari makanan tidak bisa direasorsi oleh usus sehingga faeces menjadi lembek.

3. Anjurkan pada pasien untuk minum paling sedikit 2 liter perhari.R/ Minum banyak menyebabkan faeces lebih lembek.

4. Anjurkan pada pasien untuk meningkatkan aktivitas sehari-hari. R/ Peningkatan aktivitas merangsang bising usus.5. Beri pelumas atau minyak menjelang pasien buang air besar. R/ Pelumas menyebabkan dubur menjadi licin.6. Kolaborasi dengan tim medis dengan pemberian lexative. R/ Lexative merangsang bising usus dan mengurangi absorsi air pada colon.7. Beri penyuluhan pada pasien penyebab dan bahaya dari konstipas.

Diagnosa VIII : Gangguan eliminasi alvi (diare ) sehubungan dengan efek samping obat ditandai dengan Feces cair, buang air besar 4-5 kali sehari.

Tujuan : Diare teratasi.Kriteria hasil :

- Penderita mengatakan diare berkurang / sudah tidak diare.

Intervensi dan Rasional : 1. Kaji factor penyebab diare. R/ Dengan mengkaji penyebab kita bisa menentukan tindakan.

/tt/file_convert/55cf98ae550346d033990e0c/document.doc 10

Page 11: 9- Sri Wahyuni, S.kep

2. Beri penjelasan pada pasien dan keluarga tentang tindakan kita dan tanda-tanda kekurangan cairan.

R/ Dengan memberi penjelasan pada pasien dan keluarga agar bisa melakukan tindakan.3. Hentikan makan makanan padat. R/ Makanan padat akan memperkuat kerja usus.4. Perbanyak cairan tinggi kalium dan natrium ( juice jeruk, buah anggur ). R/ Cairan yang mengandung kalium dan natrium yang tinggi dapat mengganti cairan yang

keluar.5. Hindari minum yang panas atau dingin. R/ Minum terlalu panas dan dingin merangsang peristaltic usus.6. Observasi gejala cardinal. R/ Dengan observasi gejala cardinal bisa mengetahui tanda-tanda kekurangan cairan. 7. Kolaborasi dengan tim medis. R/ Untuk mendapatkan terapi.

Diagnosa IX : Perubahan membrane Mukosa OralTujuan : Tidak terjadi perdarahan dan luka pada rongga mulutKriteria hasil :

- Pasien merasa sangat segar pada mulutnya, dan pasien mengerti tentang perlunya oral higiene.

Intervensi dan rasional : 1. Memberi penjelasan pasien, pentingnya oral higiene dan mengajarkan untuk melakukannya. R/ Pasien akan mengerti dan akan bisa melakukan oral hygiene. 2. Evaluasi kemampuan pasien untuk melakukan oral higiene. R/ perawat akan mengetahui apakah pasien bisa melakukan hygiene dengan benar.3. Anjurkan :

a. Makan makanan yang dihaluskan.b. Minum air tiap 2 jam ( sesering mungkin ) dan makan buah-buahan segar yang berair.c. Menghindari makanan yang terlalu panas, dan makanan yang terlalu dingin atau makanan

pedas. R/ Memberi rasa segar di mulut.

4. Amati rongga mulut. R/ Bisa melakukan evaluasi dan tindakan lebih lanjut.5. Kolaborasi dengan tim medis. R/ Memberikan obat kumur dan terapi yang lain.

KESIMPULAN

Perawat harus bertanggung jawab dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang mendapat obat-obatan kemoterapi, oleh karena itu perawat harus mengerti dan memahami tujuan pengobatan. Klasifikasi obat, reaksi obat, efek samping serta penjelasan pada pasien dan keluarga mengenai pengobatan dan cara mengurangi efek samping sehingga pasien dan keluarga dapat berpartisipasi dalam pengobatan.

Mengingat efek samping obat, selain pasien juga berdampak pada petugas. Maka yang boleh memberikan obat kemoterapi adalah perawat yang telah mendapat pengetahuan dan trampil dalam prosedur pemberian kemoterapi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gale Daniele,Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta, 20002. Joyce M. Yasco. RN. Phd, 1993, Nursing Management of Symptoms Associated With Chemotherapy,

edisi 3.3. Joyce L. Kee dan Evelyn R Hayes, 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.4. Doenges Marilyn E ( 2002 ), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC Jakarta. 5. Divisi Keperawatan dan Instalasi Diklat Rumah Sakit Kanker Dharmais 21-25 Juli 2003. Kumpulan

Makalah Pelatihan Perawatan Pasien Kanker dengan Kemoterapi.6. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa Agung

Waluyo, dkk.Editor Monica Ester, dkk.Ed.8.Jakarta : EGC

/tt/file_convert/55cf98ae550346d033990e0c/document.doc 11