faktor yang mempengaruhi kemampuan ...repository.ump.ac.id/5552/2/sri suparni cover.pdf4. ns....
TRANSCRIPT
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARMANGU I KABUPATEN BANJARNEGARA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana
Oleh : SRI SUPARNI
0811020021
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2012
HALAMAN PERSETUJUAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM
MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARMANGU I KABUPATEN BANJARNEGARA
SRI SUPARNI 0811020021
Diperiksa dan disetujui oleh:
Pembimbing I
Ns.Dedy Purwito, S.Kep.M.Sc
NIK. 2160153
Pembimbing II
Ns. Rakhmat Susilo, S.Kep
NIK.2160076
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BANJARMANGU I KABUPATEN BANJARNEGARA
SRI SUPARNI
0811020021
Telah dipertahankan didepan panitia ujian skripsi
Pada hari Senin tanggal 13 Agustus 2012
SUSUNAN PANITIA UJIAN
Ketua
Ns. Dedy Purwito, S.Kep. M. Sc NIK. 2160153
Sekretaris
Ns. Rakhmat Susilo, S. Kep NIK.2160076
Penguji I
Sodikin, A. Kep.,M. Kes NIK.2160181
Penguji II
Hj. Yulianti Suswari, S. Kp NIK. 2160286
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Ns. Dedy Purwito, S.Kep.,M.Sc NIK. 2160153
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Sri Suparni
Nim : 0811020021
Program studi : Keperawatan S1
Fakultas/ Universitas : Ilmu Kesehatan / Muhammadiyah Purwokerto
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya
dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya orang lain. Demikian pernyataan ini
saya buat, apabila kelak dikemudian hari terbukti ada unsur penjiplakan, maka
saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Purwokerto, Agustus 2012
Yang menyatakan,
Sri Suparni NIM. 0811020021
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
HALAMAN PERSEMBAHAN
• Skripsi ini aku persembahkan untuk Ayah dan Ibuku tercinta. Terima kasih yang tiada terbatas atas cinta & kasih sayang yang telah kalian curahkan ... doa, perhatian, dukungan mental, spiritual dan material yang tiada kalian perhitungkan. Semoga Beliau selalu diberi kesehatan, keselamatan & Lindungan Allah SWT . Amin ...
• Untuk Nenek dan Kakek tersayang .. yang selalu mendoakanku dan mendukung disetiap langkah baikku. Semoga Allah memberikan kesehatan dan keselamatan Dunia & Akhirat. Amin...
• Adik-adikku tercinta & tersayang (Dwi dan Dhamytha) yang selalu memberikan kelancaran dalam proses penelitian. Terima kasih atas doa, motivasi dan bantuan yang telah kalian berikan. Semoga kalian menjadi anak yang sholih n sholihah, tercapai apa yang menjadi cita-cita kalian. Amien...
• Terima kasih buat orang yang telah memberikan aku semangat lagi untuk
menjalani hidup ini, yang selalu menyempatkan waktu disela kerjamu buat mendengarkan curahan hatiku, belajar, menghibur aku dikala aku sedih, memberi semangat disaat aku rapuh dan selalu memotivasi utk cepat terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah memberi apa yang terbaik buatmu ... Amin.
• Sahabat-sahabat kost tersayang (Mba Nur, Nurul, Ani, Pipiet, Nining, Tari) dan sahabat2ku seperjuangan 2008. Terimakasih atas motivasi dan bantuan kalian. Semoga Allah selalu melindungi kalian...
• Dan terimakasih untuk semua orang yang turut memotivasi dan mendoakanku ...
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
MOTTO
Pada awalnya semua orang bangga dengan pilihannya, tapi pada akhirnya tidak semua orang setia pada pilihannya. Saat ia sadar bahwa yang dipilih mungkin tidak sepenuhnya seperti yang diimpikannya karena yang tersulit dalam hidup ini bukanlah memilih, tapi bertahan pada pilihan. Sedikit waktu mungkin sudah cukup untuk menentukan pilihan. Tapi untuk bertahan pada pilihan tersebut, mungkin harus menghabiskan sisa usia yang dimiliki. Seperti itulah satu kata yang begitu mudah diucapkan, tapi begitu keras usaha untuk mengamalkannya.
Hidup yang baik....
Ketika kita bisa mensyukuri apa yang kita peroleh... Ketika kita bisa berbagi dikala kesempitan...Ketika kita bisa tersenyum disaat cobaan datang...Ketika kita bisa memaafkan walaupun sangat menyakitkan...Ketika kita tetap peduli sedangkan yang lain lengah.
Hidup yang indah itu... Bukan disaat semua impian terwujud...Tapi keindahannya terletak pada ketulusan dan kesungguhan hati dalam menjalaninya...Karena itu.. kita tidak hanya melihat akhir dari suatu impian...Tapi renungkanlah proses pencapaian...Karena disanalah terletak keindahan hidup.
Percayalah,,, jika Allah tidak pernah memberikan beban di luar batas kemampuan umatNya, dan setelah kesulitan pasti Allah akan memberikan kemudahan
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
ABSTRAK Latar belakang :Angka kesakitan dan kematian akibat pneumonia pada balita masih cukup tinggi terutama di Indonesia, sebagian besar penderitanya anak usia 1 – 5 tahun. Salah satu penyebabnya adalah kemampuan keluarga dalam merawat balita penderita pneumonia.Pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik dari ibu diharapkan pencegahan penyakit pneumonia dapat terlaksana dengan baik. Tujuan : Mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan pneumonia diPuskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara. Metode penelitian :Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.Purposive sampling teknik pengambilan sampel, sampel penelitian 67 responden yaitu ibu yang mempunyai balita yang berumur 1 – 5 tahun yang tinggal diwilayahkerja Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara.Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dan untuk mengetahui faktor yang paling dominan menggunakan regresi logistik berganda. Hasil : Menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu ( p = 0,031), pekerjaan ibu ( p = 0,019), penghasilan keluarga ( p = 0,027), pengetahuan ( p = 0,036), sikap ( p = 0,029), sikap dan dukungan petugas kesehatan ( p = 0,040). Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan pekerjaan ayah ( p = 0,825), pendidikan ayah ( p = 0,590). Pekerjaan ibu merupakan variabel yang paling dominan terhadap kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia (OR= 3,579;95%CI= 0,779- 16,445). Kesimpulan :Pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, sikap dan dukungan petugas kesehatan menunjukkan ada hubungan dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I. Pekerjaan ibu merupakan faktor paling dominan terhadap kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I. Kata kunci : Pengetahuan, sikap, sikap dan dukungan petugas kesehatan, kemampuan merawat balita pneumonia.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
ABSTRACT
Background: Number of illness and mortality because of pneumonia in children still high enough, especially in Indonesia. Many of sufferers are the children around 1-5 years old. One of the causes is the family ability to treat the children who got pneumonia, with knowledge, behavior and good action from mother is hoped the prevention of the pneumonia disease can be hold in a good way. Objective: To know the dominant factor which influence family’s ability when threat the children who got pneumonia in Banjarmangu health center community, Banjarnegara. Research methodology: This research uses analytic-descriptive methodology with cross sectional approach. Purposive sampling, the sample of this research is 67 respondents such as mother who has the children around 1-5 years old who live in Banjarmangu health center community, Banjarnegara. Statistic experiment which is used is Chi square and to know the dominant factor use regresi logistik berganda. Result: Showing the significant relationship between mother’s education (p:0,031), mother’s job(0,019) and family income (p:0,027) knowledge (p:0,036), behavior (p:0,029). Behavior and support from medic p(0,040). From statistic result showing that there is no relationship between father’s job and father’s knowledge. Mother’s job is dominant variable to the family ability when treating children who got pneumonia. Conclusion: Education, job knowledge, behavior, behavior and support from medic show that there is a relationship among family ability in treating children who got pneumonia in Banjarmangu health center community, Banjarnegara. Mother’s job is the dominant factor which influence with the family ability in treating children who got pneumonia in Banjarmangu health center community, Banjarnegara. Keyword: Knowledge, behavior, behavior and support from medic, ability in treating children who got pneumonia.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan Rahmat dan HidayahNya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Faktor yang mempengaruhi
kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan pneumonia di wilayah kerja
Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis masih banyak kekurangan dan
kesulitan, namun berkat bimbingan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat
terselesaikan. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:
1. Dr.Syamsuhadi Irsyad, SH.,MH., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Purwokerto yang telah membuat keputusan dalam penulisan skripsi ini.
2. Ns.Dedy Purwito,S.Kep.,M.Sc., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah menyetujui penulisan
skripsi ini, dan sekaligus selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
waktu bimbingan, saran dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ns. SitiNurjanah, S.Kep., M.Kep., selaku ketua Program Studi Keperawatan
S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
4. Ns. Rakhmat Susilo, S.Kep., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
5. Sodikin, M.Kes,selaku dosen penguji I yang telah memberikan saran dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Hj. Yulianti Suswari, S.Kp selaku dosen penguji II yang telah memberikan
saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan staf Akademik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
8. Seluruh staf laboratorium Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan keterampilan dan
kedisiplinan didalam praktek di laboratorium.
9. Kepala Puskesmas Banjarmangu I yang sudah memberikan izin untuk
penelitian di Puskesmas yang beliau pimpin.
10. Semua staf Puskesmas Banjarmangu I yang sudah membantu dalam
penyusunan skripsi ini
11. Seluruh masyarakat Kecamatan Banjarmangu yang berkenan menjadi
responden dalam penelitian ini.
12. Ayah, ibu dan Adik- adik tercinta yang selalu memberi semangat dan
dukungan baik moral, material dan spiritual.
13. Sahabat-sahabat seperjuangan 2008 (Pipiet dan semuanya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu) tetap semangat dan sukses dan tetap jaga tali
silaturahmi.
14. Teman-teman angkatan 2008-2012 Fakultas Ilmu Kesehatan UMP yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu tetep semangat dan semoga sukses.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
15. Staf pengajar program Studi Ilmu Kesehatan dan Perpustakaan kampus I dan
II yang telah menyediakan buku-buku literatur, demi kelancaran dalam
pebuatan skripsi ini.
16. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, semoga Allah
SWT memberikan imbalan yang sesuai, Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
faktor keterbatasan yang ada dalam diri penulis, oleh sebab itu penulis mohon
saran dan kritik yang membangun dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya kepada
mereka.
Purwokerto, Agustus 2012
Penulis
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................... . iii
SURAT PERNYATAAN .............................................................. . iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................... . v
MOTTO ......................................................................................... . vi
ABSTRAK ..................................................................................... . vii
ABSTRACT .................................................................................. .. viii
KATA PENGANTAR ................................................................... . ix
DAFTAR ISI .................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xvii
BAB I :PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................... 5
E. Penelitian Terkait ............................................................ 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
A. Pneumonia ...................................................................... 9
1. Definisi Pneumonia .................................................... 9
2. Etiologi/Faktor Penyebab ........................................... 10
3. Faktor Resiko Pneumonia .......................................... 12
4. Klasifikasi Pneumonia................................................ 13
5. Tanda dan Gejala Pneumonia ..................................... 15
6. Cara Penularan........................................ ................... 15
7. Pencegahan pneumonia.............................................. 16
8. Diagnosis Pneumonia............................. .................... 16
9. Perawatan Pneumonia ................................................ 17
B. Konsep Keluarga……………………………………….. 18
1. Pengertian keluarga…………………………………. 18
2. Fungsi keluarga……………………………………... 19
C. Pelaksanaan Fungsi Perawatan Keluarga......................... 21
1. Pengertian Perawatan Keluarga.................................... 21
2. Fungsi Perawatan Keluarga.......................................... 23
3.Tugas Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Keluarga .... 23
D. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian.................... 26
1. Pengetahuan .......................................................... .... 26
2. Sikap ...................................................................... .... 29
3. Pendidikan ............................................................ ..... 30
4. Pekerjaan .............................................................. ..... 30
5. Sikap dan Dukungan Petugas Kesehatan.................... 31
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
6. Status Sosial Ekonomi............................................... . 31
E. Teori Perilaku................................................................. 32
F. Kerangka Teori........................................................... .... 36
G. Kerangka Konsep........................................................ ... 37
H. Hipotesis Penelitian......................................................... 37
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................... 38
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................ 38
C. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................... 38
D. Identifikasi Variabel Penelitian...................................... . 41
E. Definisi Operasional........................................................ 41
F. Pengumpulan Data .......................................................... 44
G. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner .............................. 45
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................... 48
I. Etika Penelitian................................................................ 51
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian ............................................................... 52
1. Analisa Univariat ....................................................... 52
2. Analisa Bivariat .......................................................... 54
3. Analisa Multivariat ................................................... . 58
B. Pembahasan .................................................................... 60
C. Kelemahan Penelitian..................................................... 72
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
A. Kesimpulan .................................................................... 74
B. Saran .............................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ...................................... 42
Tabel 3.2 Sebaran kuesioner ............................................................ 45
Tabel 4.1 Karakteristik Responden ................................................ 53
Tabel 4.2 Analisa Bivariat............................................................... 54
Tabel 4.3 Variabel penting yang masuk uji logistik ganda ............. 58
Tabel 4.4 Variabel Utama ............................................................... 59
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Kerangka Teori
Kerangka Konsep
..................................... .....................................
36
37
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampian 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Informed Consent
Kuesioner Penelitian
Uji Validitas dan Reabilitas
Analisis Univariat
Analisis Bivariat
Analisis Multivariat
Surat izin Penelitian
Lembar Konsultasi
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang
serius terutama pada anak usia 1- 5 tahun dan merupakan penyebab kematian anak
di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan
yang baik akan menjadi infeksi saluran pernafasan bawah atau pneumonia sering
terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan kombinasi
dengan keadaan lingkungan yang tidak higiene dan merupakan penyebab
kematian paling sering pada anak (Direktorat Jenderal P2M&PL, 2006).
Pneumonia merupakan salah satu bentuk infeksi saluran nafas bagian bawah
akut (ISNBA) yang tersering. Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,
dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran udara
setempat ( Dahlan, 2007).
Berdasarkan data WHO proporsi penyebab kematian anak-balita di Negara
berkembang adalah pneumonia 19%, diare 17%, malaria 8% dan campak 4%. Jika
digabungkan, di seluruh dunia pneumonia menyebabkan hampir satu pertiga atau
29% kematian anak dibawah usia 5 tahun (Said, M, 2010).
Di Indonesia menurut laporan survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10
provinsi diketahui bahwa 22,3% dari seluruh kematian bayi diakibatkan oleh pneumonia
(P2PL, 2008). Sedangkan menurut studi mortalitas pada Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar)
pada tahun 2007, diketahui bahwa proporsi kematian akibat pneumonia pada neonatus
1 Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
sebesar 23,8% dan pada anak balita sebesar 15,5%. Kedua data tersebut menunjukkan
bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian balita utama di Indonesia (Direktorat
Jenderal P2PL, 2006).
Pada tahun 2006, cakupan penemuan pneumonia balita di Jawa Tengah
mencapai 26,62%. Angka tersebut mengalami penurunan pada tahun 2007 yaitu
menjadi 24, 29% dan pada tahun 2008 juga mengalami penurunan menjadi
23,63%. Angka ini sangat jauh dari target SPM tahun 2010 sebesar 100% (Dinkes
Jawa Tengah,2008).
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 jumlah
kasus pneumonia mencapai 14,40%, sementara pada tahun 2011 jumlah kasus
pneumonia mencapai 10,67% (Dinkes Banjarnegara, 2011). Data tersebut
diantaranya 35 Puskesmas yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Tercatat di
Puskesmas Banjarmangu I tahun 2010 menyebutkan bahwa sebanyak 17,24%
kasus pneumonia balita, tahun 2011 mencapai 18,57% kasus pneumonia balita
dan tahun 2012 pada bulan Januari sampai bulan April mencapai 9,22% kasus
balita pneumonia ( Puskesmas Banjarmangu I, 2011).
Berdasarkan Lokakarya Nasional III tahun 1990, Program Pengendalian
Penyakit ISPA telah memfokuskan diri pada penanganan pneumonia pada anak
dan membagi penatalaksanaan penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia
dan bukan pneumonia. Salah satu jenis ISPA yang menjadi pembunuh utama
balita di dunia adalah pneumonia (Direktorat Jenderal P2PL, 2009).
Untuk mewujudkan perawatan secara optimal bagi penderita juga diperlukan
peranan ibu sebagai mekanisme untuk menurunkan dampak masalah kesehatan
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
pada anak dan keluarganya (Nelson, 2002). Makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi, sehingga banyak pula pengetahuan yang
dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap perubahan hidup sehat (Notoatmodjo, 2005), sedangkan
menurut Effendy (2002) dalam hal ini bila semakin tinggi tingkat pengetahuan,
maka ibu akan dapat memilih alternatif yang terbaik bagi anaknya dan cenderung
memperhatikan hal-hal yang penting tentang perawatan anaknya.
Dampak bila ibu tidak memberikan perawatan yang baik pada balitanya akan
memperberat penyakitnya yaitu menjadi pneumonia berat sehingga saat di bawa
ke rumah sakit keadaannya sudah semakin memburuk. Dampak lainnya yaitu
berat badan balita menurun, demam tidak berkurang dan nafsu makan berkurang.
Salah satu kriteria keberhasilan perawatan di rumah adalah bila saat 2 hari
kemudian pernafasannya membaik (melambat), demam berkurang dan nafsu
makan membaik dan pemberian antibiotik selama 5 hari (WHO, 2009).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 ibu yang
berkunjung ke puskesmas tentang cara perawatan balita sakit, 4 ibu menjawab
tidak memberikan kompres air hangat unuk menurunkan demam, 10 ibu tidak
tahu balita harus diberikan banyak minum, 2 ibu tidak tahu bahwa penyakit
pneumonia menular sehingga tidak melakukan upaya pencegahan.
Penanganan penyakit pneumonia yang tepat di rumah oleh orang tua dapat
mengurangi tingkat keparahan dan mengurangi kematian balita akibat pneumonia.
Beberapa upaya perawatan yang dapat dilakukan oleh ibu di rumah dengan
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
memberikan makanan bergizi, pemberian cairan, kompres saat demam dan
membersihkan jalan nafas (Kemenkes, 2010).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kejadian pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmangu
I Kabupaten Banjarnegara bahwa terdapat kasus pneumonia balita usia 1 – 5 tahun
tercatat 222 kasus. Dari pemaparan informasi diatas bahwa kejadian pneumonia
merupakan penyakit yang sering menyerang pada balita. Maka peneliti tertarik
untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam
merawat balita dengan pneumonia.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
“Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga
dalam merawat balita dengan pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas
Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh gambaran tentang pendidikan, status ekonomi, pengetahuan,
pekerjaan, perilaku keluarga, sikap, serta sikap dan dukungan petugas
kesehatan terhadap kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan
pneumonia.
b. Mengetahui hubungan antara faktor pendidikan, status ekonomi
pengetahuan, pekerjaan, sikap, serta sikap dan dukungan petugas
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
kesehatan dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan
pneumonia.
c. Menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi kemampuan keluarga
dalam merawat balita dengan pneumonia.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai proses dalam menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan
cara mengaplikasikan ilmu dan teori – teori yang diperolehnya dalam masa
perkuliahan serta mendapatkan pengalaman nyata dalam menganalisis sebagai
penelitian pemula terhadap faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga
dalam merawat balita dengan pneumonia.
2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Memberikan gambaran secara umum tentang faktor yang mempengaruhi
keluarga didalam merawat balita dengan pneumonia, sehingga pelayanan
kesehatan dapat menentukan kebijakan kesehatan selanjutnya terhadap
pelaksanaan kesehatan keluarga. Pelayanan kesehatan terutama di Puskesmas
Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara diharapkan dapat melakukan
pendekatan pada keluarga dengan balita pneumonia melalui penyuluhan
kesehatan dan pencegahan serta penanganan dan perawatan balita pneumonia.
3. Bagi Keluarga dan Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat terutama keluarga tentang faktor
yang mempengaruhi keluarga dalam merawat balita dengan kejadian
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
pneumonia, sehingga keluarga dapat merubah perilakunya menjadi lebih sehat
dan dapat mengambil keputusan dengan cepat apabila balitanya menderita
tanda gejala pneumonia serta meningkatkan status kesehatan keluarganya.
4. Bagi Ilmu Keperawatan
Meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan
komunitas dan dapat dijadikan sumber penelitian selanjutnya.
E. Penelitian Terkait
Pada penelitian sebelumnya terdapat penelitian yang mendukung penelitian
ini, Nurhidayah, Fatimah, & Rakhmawati (2008), dengan judul Upaya
Keluarga dalam pencegahan dan perawatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
Akut) di rumah pada balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya,
metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif, sampel dalam penelitian
ini adalah 42 responden dengan teknik pengambilan sampel dengan purposive
sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa (14,28%) responden memiliki
upaya yang buruk dalam melakukan pencegahan infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA).
Perbedaan dengan yang diteliti terletak pada tempat penelitian, jenis
penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dan desain penelitian cross
sectional, disini peneliti akan meneliti di daerah dataran tinggi yaitu di
Puskesmas Banjarmangu I. Variabelnya yang akan diteliti faktor yang
mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan pneumonia.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Afifah, & Djaja (2001) Determinan perilaku pencarian pengobatan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita. Penelitian deskriptif
dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ibu yang memilki anak
balita penderita ISPA. Teknik pengambilan sampel secara accidental. Metode
analisis adalah deskriptif dan analitis dengan regresi logistik sederhana. Hasil
penelitian menunjukan bahwa dari 83.656 bayi dan anak dibawah lima tahun,
47, 1% melakukan perawatan diri, 66,3% pergi ke fasilitas kesehatan dan 0,7%
memilih penyembuhan tradisional (dukun). Hampir sepertiga (28,5%) dari ibu
memilih pusat kesehatan (puskesmas), 14,7% memilih praktek swasta dokter
dan 14,5% memilih praktek paramedis swasta. Ibu dengan tingkat pendidikan
rendah lebih suka pergi ke dukun. Analisa regresi logistik ganda menunjukan
bahwa perilaku pencarian pengobatan ISPA ibu dari bayi.
Perbedaannya terletak pada pengambilan sampel menggunakan
Purposive Sampling. Variabel bebas dan terikatnya yang akan di teliti serta
tempat penelitian.
Machmud (2009) Pengaruh kemiskinan keluarga pada kejadian
pneumonia Balita di Indonesia. Metode survei rumah tangga yang mengukur
berbagai faktor pada level rumah tangga dan level individu serta survei institusi
yang mengatur faktor kinerja program pada level kabupaten. Perkiraan besar
sampel menggunakan Multistage Cluster dengan probabilitas proportionate to
the size dari populasi tiap cluster. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa
sosio ekonomi rumah tangga berperan secara bermakna terhadap kejadian
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
pneumonia balita, yang berarti rumah tangga miskin akan lebih besar terkena
pneumonia.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan pada variabel yang
diteliti, penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian deskriptif analitik
dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling. Analisa datanya menggunakan
regresi logistik.
Yamin, Susanti, & Sulastri (2008) Kebiasaan ibu dalam pencegahan
primer penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) pada Balita Keluarga
Non Gakin di Desa Nanjung Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Nanjung Mekar
Kabupaten Bandung. Jenis penelitian ini deskriptif dengan teknik sampling
yang digunakan Proportionate Stratified Random Sampling dengan jumlah
sampel 87 orang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebiasaan ibu dalam
pencegahan primer penyakit ISPA pada balita keluarga non gakin sebagian
besar (55,17%) memiliki kebiasaan baik, dan hampir setengahnya (44,83%)
tidak baik. Pada subvariabel pemenuhan nutrisi dan istirahat sebagian besar
responden (59,77%) memiliki kategori baik, menciptakan rumah yang sehat
setengahnya responden (50,57%) memiliki kategori tidak baik, kebersihan diri
(personal hygiene) sebagian besar responden (64,37%) memiliki kategori baik,
mencari informasi tentang ISPA sebagian besar responden (52,87%) memiliki
kategori baik.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan ini terletak pada
desain penelitian, pengambilan sampel, variabel, serta tempat penelitian.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pneumonia
1. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru (alveoli) dan
mempunyai gejala batuk, sesak nafas, ronki dan infiltrat pada foto rontgen. Terjadinya
pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada
bronkhus yang disebut BronkoPneumonia (Direktorat Jenderal P2PL, 2009).
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru (alveoli).
Selain gambaran umum diatas, pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda –
tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium) (Wilson,
2006).
Pneumonia adalah salah satu bentuk infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA)
yang tersering. Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran udara setempat
(Dahlan, 2007).
Jadi pneumonia pada balita adalah infeksi saluran pernafasan bawah akut
yang sering menyerang balita pada usia 1- 5 tahun yang sangat beresiko
menyerang jaringan paru – paru (alveoli). Selain itu juga biasanya ditandai
dengan gejala batuk - pilek, sesak nafas yang sangat berbahaya apabila tidak
ditangani dengan tepat oleh petugas kesehatan.
9
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran
napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil,
suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat Celcius, sesak napas, nyeri
dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga
hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut,
kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri)
dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain seperti aspirasi dan radiasi. Di
negara berkembang, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh bakteri.
Bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Staphylococcus aureus (Said,
2008).
2. Etiologi Pneumonia
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh
bakteri, virus mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan
protozoa (Djojodibroto, 2009).
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling
umum adalah Streptococcus pneumonia sudah ada di kerongkongan
manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau
malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan
kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi,
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat
cepat.
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh
virus.Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory
Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang
saluran pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu
pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini
tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi
bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang
menyebabkan kematian.
c. Mikroplasma
Mikroplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan
penyakit pada manusia. Mikroplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai
virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia
yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikroplasma
menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan
usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak
diobati.
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii
Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa
minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan
hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan
paru atau spesimen yang berasal dari paru.
3. Faktor Risiko Pneumonia
Hasil penelitian dari berbagai Negara termasuk Indonesia dan berbagai
publikasi ilmiah dilaporkan faktor risiko baik yang meningkatkan insiden
(morbiditas) maupun kematian (mortalitas) akibat pneumonia (Direktorat
Jenderal P2PL, 2009) adalah:
a. Faktor risiko yang meningkatkan insiden pneumonia meliputi:
1) Faktor risiko pasti (definite): malnutrisi, BBLR, tidak ASI Eksklusif,
tidak dapat imunisasi campak, polusi udara dalam rumah dan kepadatan.
2) Faktor risiko hampir pasti (likely): asap rokok, defisiensi Zinc,
kemampuan ibu merawat, penyakit penyerta (diare dan asma).
3) Kemungkinan faktor risiko (possible): pendidikan ibu, kelembaban,
udara dingin, defisiensi vitamin A, polusi udara luar, urutan kelahiran
dalam keluarga, kemiskinan.
b. Faktor risiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia,
Faktor risiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia ini perlu
mendapatkan perhatian kita semua agar upaya penurunan kematian karena
pneumonia dapat dicapai. Faktor risiko ini merupakan gabungan faktor
risiko insidens seperti tersebut diatas ditambah dengan faktor tatalaksana di
pelayanan kesehatan yaitu:
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
1) Ketersediaan pedoman tatalaksana
2) Ketersediaan tenaga kesehatan terlatih yang memadai
3) Kepatuhan tenaga kesehatan terhadap pedoman
4) Ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk tatalaksana pneumonia
(obat, oksigen, perawatan intensif)
5) Prasarana dan sistem rujukan.
4. Klasifikasi Pneumonia
a. Berdasarkan Umur
1) Kelompok umur < 2 bulan
a) Pneumonia berat
Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu
(jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang
tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang,
mengi, demam (38ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di
bawah 35,5 ºC), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit,
penarikan dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah),
serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang. Penderita
pneumonia berat juga mungkin disertai tanda-tanda lain seperti :
(1) Napas cuping hidung, hidung kembang kempis waktu
bernafas.
(2) Suara rintihan
(3) Sianosis (Kulit kebiru-biruan karena kekurangan oksigen).
(4) Wheezing yang baru pertama dialami.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b) Bukan pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit
dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.
2) Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun
a) Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral,
tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang
dan sulit dibangunkan.
b) Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi
tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.
c) Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa
penarikan dinding dada.
d) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau
penarikan dinding dada.
e) Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah
diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan
antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada,
frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan. (WHO,
2003).
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
5. Gejala Klinis dan Tanda Pneumonia
a. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran
napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam,
menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat Celcius, sesak
napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat
berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala
lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala (Misnadiarly,
2008)
b. Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita
antara lain :
Batuk nonproduktif , Ingus (nasal discharge), suara napas lemah,
penggunaan otot bantu napas, demam , cyanosis (kebiru-biruan), thorax photo
menujukkan infiltrasi melebar , sakit kepala , kekakuan dan nyeri otot, sesak
napas, menggigil, berkeringat, lelah, terkadang kulit menjadi lembab, dan mual
dan muntah.
6. Cara penularan
Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang
ditularkan melalui udara.Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang
menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk
droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab
pneumonia kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
samping itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan
droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara
kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui
ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran
pernapasan penderita (Azwar,2002).
7. Pencegahan Pneumonia
Mengingat pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda awalnya
sangat mirip dengan flu, alangkah baiknya para orang tua tetap waspada
dengan memperhatikan cara berikut ini (Misnadiarly, 2008).
a. Menghindarkan bayi atau anak dari paparan asap rokok, polusi udara, dan
tempat keramaian yang berpotensi penularan.
b. Menghindarkan bayi atau anak dari kontak dengan penderita ISPA.
c. Membiasakan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan.
d. Segera berobat jika mendapati anak mengalami panas, batuk, pilek.
Terlebih jika disertai suara serak, sesak nafas, dan adanya tarikan pada otot
diantara rusuk (retraksi).
e. Periksakan kembali jika dalam dua hari belum menampakan perbaikan,
dan segera ke rumah sakit jika kondisi anak memburuk.
f. Imunisasi, untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi
seperti imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus).
8. Diagnosis Pneumonia
Berdasarkan pedoman diagnosis dan tatalaksana pneumonia yang diajukan
oleh WHO di dalam buku Mansjoer (2008), pneumonia dibedakan atas :
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
a. Pneumonia sangat berat : bila ada sianosis dan tidak sanggup minum,
harus dirawat di RS dan diberi antibiotik.
b. Pneumonia berat : bila ada retraksi, tanpa sianosis, dan masih sanggup
minum, harus dirawat di RS dan diberi antibiotik.
c. Pneumonia : bila tidak ada retraksi tapi napas cepat :
1) > 60x/menit pada bayi < 2 bulan
2) > 50x/menit pada anak 2 bulan – 1 tahun
3) > 40x/menit pada anak 1 – 5 tahun
Bukan pneumonia : hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti di atas,
tidak perlu dirawat, tidak perlu antibiotik.
9. Perawatan Pneumonia pada balita di Rumah
Perawatan di rumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak balita
yang menderita pneumonia antara lain:
a. Mengatasi demam
Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun, demam dapat diatasi
dengan memberikan kompres air hangat, adalah kompres dengan air suam –
suam kuku atau air hangat (Rudianto, 2010). Suatu prosedur menggunakan
kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat. Menurut Anneahira
(2010), adapun manfaat kompres hangat adalah dapat memberikan rasa
nyaman dan menurunkan suhu tubuh.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b. Mengatasi batuk
Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari.
c. Pemberian makanan
Dianjurkan memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit
tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika terjadi
muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d. Pemberian minuman
Diusahakan memberikan cairan (air putih, air buah dan sebagainya)
lebih banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak,
selain itu kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
B. Konsep Keluarga
1) Pengertian Keluarga
Marilyn M. Friedman (1998) yang menyatakan bahwa keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing
– masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan
bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing –
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
2) Fungsi Keluarga
Fungsi – fungsi dasar keluarga adalah memenuhi kebutuhan –
kebutuhan anggota keluarga dan masyarakat yang lebih luas. Lima fungsi
keluarga menurut Friedman (1998) adalah :
a. Fungsi afektif (affective function)
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap
anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif, perasaan
memiliki, perasaan yang berarti, dan merupakan sumber kasih sayang dan
reinforcement. Hal tersebur dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi
dan berhubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri yang positif. Fungsi afektif merupakan sumber
energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Perceraian, kenakalan anak
atau masalah keluarga yang sering timbul sebagai akibat tidak terpenuhinya
fungsi afektif.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (sosialization and social
placement function)
Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan
kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.
Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi
atau hubungan antara anggota keluarga yang ditujukan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar tentang disiplin, norma – norma, budaya dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
c. Fungsi reproduksi (reproductive function)
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah
sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka
fungsi ini sedikit terkontrol. Di sisi lain, banyak kelahiran yang tidak
diharapkan atau di luar ikatan perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru
dengan satu orang tua.
d. Fungsi ekonomi (economic function)
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat
mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan
dan memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian dan rumah.
Fungsi ini sukar dipenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (health care function)
Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar
tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Kemampuan keluarga dalam
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
memberikan perawatan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Bagi tenaga kesehatan keluarga yang profesional, fungsi perawatan
kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga.
Untuk menempatkannya dalam perspektif, fungsi ini merupakan salah
satu fungsi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan – kebutuhan fisik seperti
makan, pakaian, tempat tinggal dan perawatan kesehatan. Keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan memelihara kesehatan.
Keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Keluarga pula yang menentukan kapan anggota keluarga yang terganggu
perlu meminta pertolongan tenaga profesional. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan keperawatan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga
dan individu. Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat – sakit juga
mempengaruhi perilaku keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga.
C. Pelaksanaan Fungsi Perawatan Keluarga
1. Pengertian Perawatan Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan kesehatan
masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai unit satu kesatuan yang
dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya
mencegah penyakit. Sedangkan keluarga adalah sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
emosional serta sosial dari anggota keluarga. Keluarga adalah unit
pelayanan kesehatan dan merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang
ada dan tidak ada hubungan secara hukum akan tetapi berperan sebagai
keluarga atau siapapun yang di katakan klien sebagai keluarganya
(Friedman, 1998).
Perawatan keluarga yang komprehensif merupakan suatu proses yang
rumit, sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis
untuk bekerja dengan keluarga dan anggota keluarga. Pendekatan ini disebut
proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan inti dan sari
keperawatan, dimana proses adalah suatu aksi gerak yang dilakukan dengan
sengaja dan sadar dari satu titik ke titik yang lain menuju pencapaian tujuan.
Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan suatu proses pemecahan
masalah yang sistematis, yang digunakan ketika bekerja dengan individu,
keluarga, kelompok atau komunitas. Salah satu aspek terpenting dari
keperawatan adalah penekanan pada keluarga. Keluarga bersama dengan
individu, kelompok dan komunitas adalah klien atau resipien keperawatan.
Secara empiris, disadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan
kualitas kesehatan keluarga mempunyai hubungan yang erat. Akan tetapi,
hingga saat ini sangat sedikit yang diberikan perhatian pada keluarga
sebagai obyek dari studi yang sistematis dalam bidang keperawatan
(Friedman, 1998).
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
2. Fungsi Perawatan Keluarga
Fungsi perawatan kesehatan merupakan hal yang penting dalam
pengkajian keluarga. Sejauh mana masing – masing anggota keluarga
melaksanakan fungsinya antara lain termasuk fungsi afektif dalam
menyelesaikan masalah, fungsi sosialisasi dalam melakukan interaksi baik
sesama anggota keluarga maupun dengan orang lain, fungsi kesehatan
seperti yang dikemukakan oleh Friedman antara lain dalam mengenal
masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit,
memelihara dan memodifikasi lingkungan dan menggunakan sumber di
masyarakat. Fungsi kesehatan keluarga juga mengenai kebiasaan diet
keluarga mempengaruhi status gizi sebagai faktor pendukung, pola istirahat
dan tidur mempengaruhi status ketahanan tubuh, kebiasaan mengkonsumsi
obat atau zat aditif mempengaruhi berhasil atau tidaknya pengobatan, pola
perawatan diri mempengaruhi proses penularan dan higiene seseorang,
lingkungan dan riwayat kesehatan keluarga berpengaruh dalam bertambah
parah atau tidak masalah kesehatan yang dialami keluarga (Friedman,
1998).
3. Tugas Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Keluarga
Terdapat beberapa tugas dalam pelaksanaan perawatan kesehatan
keluarga, yaitu (Friedman, 1998) :
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Mengenal masalah kesehatan keluarga yaitu sejauh mana
keluarga mengenal fakta – fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta
persepsi keluarga terhadap masalah. Dalam hal ini memerlukan data
umum keluarga yaitu nama keluarga, alamat, komposisi keluarga, tipe
keluarga, suku, agama, status sosial ekonomi keluarga dan aktivitas
rekreasi keluarga.
b) Membuat keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
Mengambil sebuah keputusan kesehatan keluarga merupakan
langkah sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang
dihadapi, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap
negatif terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas yang
ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi
yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. Dalam hal ini
yang dikaji berupa akibat dan keputusan keluarga yang diambil.
Perawatan sederhana dengan melakukan cara – cara perawatan yang
sudah dilakukan keluarga dan cara pencegahannya.
c) Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
Anggota keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui
sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui
sumber – sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui
keberadaan fisik yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga
terhadap yang sakit. Perawatan keluarga dengan melakukan perawatan
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
sederhana sesuai dengan kemampuan, dimana perawatan keluarga yang
biasa dilakukan dan cara pencegahannya seminimal mungkin.
d) Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Sejauh mana mengetahui sumber – sumber keluarga yang
dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan,
mengetahui pentingnya higiene sanitasi dan kekompakan antar anggota
keluarga. Dengan memodifikasi lingkungan dapat membantu dalam
melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan, dalam bentuk kebersihan rumah dan menciptakan
kenyamanan agar anak dapat beristirahat dengan tenang tanpa adanya
gangguan dari luar.
e) Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
Dimana keluarga mengetahui apakah keberadaan fasilitas
kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas
kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
dan fasilitas tersebut terjangkau oleh keluarga. Dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan, dimana biasa mengunjungi pelayanan kesehatan
yang biasa dikunjungi dan cenderung yang paling dekat misalnya
posyandu, puskesmas maupun Rumah Sakit. Hal ini dilakukan dengan
alasan lebih efisien waktu dan merasa cocok.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
D. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian
Menurut hasil penelitian yang ada, dapat diketahui bahwa pneumonia
menyerang pada balita maupun bayi usia 1- 5 tahun, dimana pada usia tersebut
tubuh bayi akan mudah terserang penyakit infeksi apabila tidak dirawat
kekebalan tubuhnya dengan baik. Hal ini bisa terjadi apabila keluarga dalam
perawatan balita pneumonia tidak tepat dan bisa mengakibatkan kematian
apabila pengobatan tidak dilakukan dengan baik dan tepat, faktor resiko yang
menyebabkan kemampuan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan
balita pneumonia (Sarwono, 1997) adalah:
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjaadi
melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Menurut penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yakni:
a) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, disini
sikap objek sudah mulai timbul.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
c) Evaluation (menimbang - nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
e) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Menurut
Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkat yaitu:
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sebagai suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu”
ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan menginterpretasi materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi- formulais yang ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
suatu materi atau objek sesuai kriteria – kriteria yang ada. Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau lewat angket atau
kuesioner yang menyatakan tentang suatu materi ingin di ukur dengan
subjek penelitian atau responden. Pengukuran atau penilaian pengetahuan
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
menurut Notoatmodjo (2003) dapat dikategorikan menjadi 4 (empat),
yaitu:
(1) Pengetahuan baik : 61 – 100%
(2) Pengetahuan cukup baik : 31 – 60%
(3) Pengetahuan tidak baik : 0 – 30%
Pengetahuan ibu tentang pneumonia dapat diperoleh baik dari
pengalaman sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Pengetahuan yang
mencakup cara mengenal pneumonia dan pengelolaan pneumonia akan
berpengaruh menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat
penyakit pneumonia.
2) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap mengandung tiga komponen
yang membentuk struktur sikap yaitu komponen kognitif (komponen
perseptual) yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, keyakinan.
Komponen afektif (komponen emosional dan komponen konaktif,
komponen perilaku atau action component).
Sikap menggambarkan suka atau tidak sukanya seseorang pada suatu
obyek, yang sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain. Sikap yang positif terhadap nilai – nilai kesehatan terutama yag
berkaitan dengan pneumonia, diharapkan terwujud dalam suatu tindakan
yang mendukung hidup sehat yang dapat menurunkan kesakitan dan
kematian akibat pneumonia.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
3) Pendidikan
Pendidikan merupakan proses seseorang mengembangkan
kemampuan, sikap dan bentuk – bentuk tingkah laku lainnya didalam
masyarakat, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari
sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan
kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal. Pendidikan
terbagi dalam ruang lingkup yang meliputi pendidikan formal, informal dan
non formal.
Notoatmodjo yang dikutip Alimin (2003), menyatakan bahwa orang
dengan pendidikan formal lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang
lebih tinggi dibanding orang dengan tingkat pendidikan formal yang lebih
rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan
pentingnya kesehatan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan.
4) Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan,
status sosial, pendidikan, status ekonomi, resiko cedera atau masalah
kesehatan dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu
determinan resiko dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang
pekerjaan tertentu serta merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi
tempat suatu populasi bekerja.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
5) Sikap dan dukungan petugas kesehatan
Dukungan petugas kesehatan sangat besar pengaruhnya terhadap
penurunan angka kesakitan maupun kematian balita yang menderita
pneumonia. Dimana dukungan petugas kesehatan ini bisa dilakukan pada
masyarakat terutama ibu balita yang anaknya menderita pneumonia supaya
diberikan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan dan perawatan pada
balita dengan pneumonia, sehingga diharapkan keluarga lebih mengerti dan
termotivasi untuk melakukan tindakan pencegahan dan perawatan pada
balita dengan pneumonia, sehingga diharapkan dapat mengurangi resiko
terjadinya pneumonia pada balita (Direktorat Jenderal P2PL, 2006).
6) Status Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan
dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan prestasinya dan hak –
hak serta kewajiban dalam hubungannya dengan sumber daya (Soerjono,
2002). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan orang tua
adalah penghasilan berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dari
kegiatan baik dari sektor formal dan informal selama satu bulan dalam
satuan rupiah.
Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk akan
berbeda antara yang satu dengan yang lain, hal ini karena dipengaruhi oleh
keadaan penduduk sendiri dalam melakukan berbagai macam kegiatan
sehari – hari. Menurut Sumardi dalam Yerikho (2004) mengemukakan
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh
tinggi pendidikan yang dimilikinya.
Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat
dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena
ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah
yang mereka hadapi. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi
kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga
mereka terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat, pendidikan
dan kebutuhan – kebutuhan lainnya. Jelas kesemua itu akan dengan mudah
dapat menimbulkan penyakit (Effendy, 1998).
Berdasarkan standar UMR kabupaten Banjarnegara tahun 2011
pendapatan masyarakat Banjarnegara dibagi tiga kategori yaitu tinggi ≥
Rp.785.000, kategori sedang Rp.350.000 – Rp.785.000 dan kategori rendah
< Rp 350.000 (Dinsosnakertrans, 2011).
E. Teori Perilaku
Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara – negara berkembang
pada dasarnya menyangkut dua aspek: aspek fisik dan non fisik, misalnya
tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua
adalah aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku
ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap status kesehatan individu
maupun masyarakat.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam
pengalamannya serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Sarwono, 1997). Perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau
obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungannya (Notoatmodjo, 2003).
Ada beberapa penelitian yang mengaitkan dengan peran keluarga dalam
perilaku mencari bantuan kesehatan. Menurut penelitian D’Souza (2003),
meneliti tentang peran dari perilaku mencari bantuan kesehatan terhadap
kematian anak di perkampungan miskin di Karachi, Pakistan berdasarkan hasil
penelitian bahwa pemilihan pelayanan kesehatan yang tepat oleh keluarga
dapat menentukan apakah anak dapat bertahan hidup atau meninggal akibat
penyakit yang diderita.
Penilaian individu terhadap status kesehatannya ini merupakan salah satu
faktor yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sehat jika dia menganggap
dirinya sehat, dan perilaku sakit jika merasa dirinya sakit (Sarwono,1997).
Menurut Green yang dikutip oleh Sarwono (1997) mengatakan bahwa
kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu
faktor perilaku dan faktor – faktor di luar perilaku. Faktor perilaku ditentukan
oleh tiga kelompok faktor yaitu faktor – faktor predisposisi, pendukung dan
pendorong.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
a. Faktor predisposisi (Predisposing factors)
Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan
unsur – unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Pada
seseorang dengan pengetahuan rendah dan berdampak pada perilaku
perawatan pada balita pneumonia. Seseorang dengan pengetahuan yang
cukup tentang perilaku perawatan pneumonia dan pencegahan maka
keluarga tersebut akan besikap positif dan menuruti aturan pengobatan
disertai munculnya keyakinan untuk sembuh, tetapi terkadang masih ada
yang percaya dengan pengobatan alternatif bukan medis yang dipengaruhi
oleh kebiasaan masyarakat yang sudah membudaya.
b. Faktor pendukung (Enabling Factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat.
Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam
suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut sarana kesehatan. Upaya
penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada umumnya dibedakan menjadi
tiga yaitu: sarana pemeliharaan kesehatan primer merupakan sarana yang
paling pertama menyentuh masalah kesehatan di masyarakat. Sarana
pemeliharaan kesehatan sekunder merupakan sarana pelayanan kesehatan
yang menangani kasus yang tidak atau belum ditangani oleh sarana
kesehatan primer karena peralatan atau keahlian belum ada dan sarana
pemeliharaan kesehatan tersier merupakan sarana pelayanan kesehatan
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
rujukan bagi kasus – kasus yang tidak ditangani oleh sarana pelayanan
kesehatan primer dan pelayanan kesehatan sekunder (Notoatmodjo, 2003).
c. Faktor pendorong (Reinforcing Factors)
Adalah faktor – faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku antara lain:
1) Keaktifan petugas dalam memotivasi
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif)
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan
dan pembangkit tenaga pada seseorang ataupun sekelompok masyarakat
tersebut mau berbuat dan bekerja sama secara optimal melaksanakan
sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan ( Azwar, 1998).
2) Kedisiplinan petugas klinik
Arti disiplin adalah kepatuhan kepada peraturan (tata tertib),
dalam melaksanakan tugasnya petugas kesehatan harus sesuai dengan
mutu pelayanan. Pengertian mutu pelayanan untuk petugas kesehatan
berarti bebas melakukan segala sesuatu secara profesional untuk
meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan
ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang maju, mutu peralatan yang baik
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
dan memenuhi standar yang baik (state of the art). Komitmen dan
motivasi petugas tergantung dari kemampuan mereka untuk
melaksanakan tugas mereka dengan cara yang optimal.
F. Kerangka Teori
Gambar 2.1.Kerangka Teori
Kerangka Teori menurut Lawrence Green, 1980
Faktor Predisposisi
• Pengetahuan • Sikap • Kepercayaan • Tradisi • Norma sosial
Faktor Pendukung Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
Faktor Pendorong
• Keaktifan petugas dalam memotivasi
• Kedisiplinan petugas klinik
Perilaku keluarga dalam merawat balita
dengan pneumonia
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
G. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat Balita dengan
pneumonia
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: ”Ada hubungan antara faktor
tingkat pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu,
penghasilan keluarga, pengetahuan, sikap, sikap dan dukungan petugas
kesehatan, terhadap kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan
pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten
Banjarnegara”.
Variabel Independent
• Tingkat Pendidikan • Pengetahuan • Pekerjaan • Sikap • Sikap dan Dukungan Petugas
Kesehatan. • Status sosial ekonomi
Variabel Dependent
Kemampuan keluarga dalam merawat balita
dengan pneumonia
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik yang
dilaksanakan dengan survei. Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah
cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-
faktor risiko dengan efek dimana pada waktu pengukuran atau pengumpulan data
variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali dan secara bersama
(Notoatmodjo, 2010).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2012 di Wilayah Kerja
Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi (universe) adalah keseluruhan dari subjek penelitian yang dapat
terdiri dari manusia, benda – benda, hewan, tumbuh – tumbuhan, gejala –
gejala, nilai – nilai, tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Arikunto,2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang menderita
pneumonia pada tahun 2012 bulan Januari sampai April dengan jumlah kasus
38 Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
222 balita pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten
Banjarnegara sebanyak balita yang berkunjung perbulan ke Puskesmas.
2. Sampel
a. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2006). Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga balita dengan usia 1 – 5
tahun yang menderita pneumonia dan yang pernah berkunjung ke
Puskesmas, pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling.
Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan rumus sebagai
berikut: Perhitungan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
Lameshow (2007), adalah:
Rumus :
n = ( )( ) ( )PPZNd
NPPZ−+−
−11
122
2
= ( ) 5,05,096,112221,0
2225,05,096,122
2
××+−⋅×××
= 25,08416,322101,0
5,558416,3×+×
×
= 9604,021,2
2088,213÷
= 1704,3
2088,213
= 67
Jadi jumlah total sampel dalam penelitian ini terdapat 67 sampel.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Keterangan:
N : besar populasi balita pneumonia sebanyak 222
n : besar sampel
Z : penyimpangan dengan dengan kepercayaan sebesar 95% (Z=1,96)
P : proporsi variabel yang dikehendaki
d : derajat ketepatan yang diinginkan
Dalam penelitian ini dipilih sampel yang memiliki kriteria sebagai
berikut:
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada
populasi target dan populasi terjangkau (Sastroasmoro & Ismael, 2011).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
a. Keluarga balita yang terkena pneumonia yang berusia 1 – 5
tahun
b. Keluarga balita yang terkena pneumonia dan bersedia menjadi
responden
c. Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Banjarmangu I
Kabupaten Banjarnegara.
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: karakteristik umum
subyek penelitian pada populasi target dan populasi terjangkau
(Sastroasmoro & Ismael, 2011). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
adalah :
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
a. Keluarga balita yang usia < 1 dan > 5 tahun yang menderita pneumonia.
b. Keluarga balita yang menderita pneumonia di mana bertempat tinggal
di luar wilayah kerja Puskesmas Banjarmangu.
c. Tidak bersedia menjadi responden.
D. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas (Variable Independent)
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependen(terikat). Variabel independen dalam penelitian
ini adalah : Faktor tingkat pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah,
pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, pengetahuan, sikap, sikap dan dukungan
petugas kesehatan terhadap kemampuan perilaku keluarga dalam merawat
balita pneumonia.
2. Variabel terikat (Variable Dependent)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah: kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan
pneumonia.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mengidentifikasi variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang dapat diamati dari variabel yang didefinisikan tersebut.
Definisi operasional penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Dependen Kemampuan perilaku keluarga dalam merawat balita pneumoia. Variabel Independen 1. Pengetahuan 2. Pendidikan
Ayah 3. Pendidikan
Ibu 4. Pekerjaan
Ayah
Tindakan atau aktivitas keluarga dalam mengetahui sifat dan perkembangan sakitnya, memelihara lingkungan tempat tinggal serta merawat balita pneumonia. Pemahaman yang dimiliki responden tentang pneumonia dengan mampu menjawab dengan benar terhadap 10 pernyataan. Pendidikan formal terakhir yang pernah dicapai ayah dengan kepemilikan ijasah. Pendidikan formal terakhir yang pernah dicapai ibu dengan kepemilikan ijasah. Profesi untuk mendapatkan gaji atau upah.
Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara
Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner
1. Mampu: 12 –
20 yang menjawab benar.
0. Tidak mampu: ≤ 11 yang menjawab benar.
2. Tinggi: 7 – 10
yang menjawab benar.
1. Sedang: 5 – 6 yang menjawab benar.
0. Rendah: 1 – 4 yang menjawab benar.
2. Tinggi: Akademi/Perguruan tinggi
1. Sedang: SMP-SMA
0. Rendah: SD
2. Tinggi: Akademi/Perguruan tinggi
1. Sedang: SMP – SMA
0. Rendah: SD 4. PNS 3. Swasta 2. Petani 1. Buruh
Nominal Ordinal Ordinal Ordinal Nominal
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Variabel
Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
5. Pekerjaan Ibu Profesi untuk mendapatkan gaji atau upah.
Wawancara Kuesioner 1. Bekerja 0. Tidak bekerja
Nominal
6. Sikap Ibu
Sikap ibu untuk merawat balita dengan pneumonia, dan mencegah terjadinya pneumonia balita serta melakukan hidup bersih dan sehat dan menyediakan makanan yang bergizi bagi anaknya.
Wawancara Kuesioner 2. Baik: 27 – 32 yang menjawab benar.
1. Cukup: 23 – 26 yang menjawab benar.
0. Kurang: 1 – 22 yang menjawab benar
Ordinal
7. Sikap dan dukungan petugas kesehatan
Tanggapan positif petugas kesehatan dalam memberikan dukungan kepada responden untuk dapat merawat atau mencegah pneumonia yang lebih parah dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan.
Wawancara
Kuesioner
2. Baik: 27- 32 yang menjawab benar.
1. Cukup: 23 – 26 yag menjawab benar.
0. Kurang: 1 – 22 yang menjawab benar.
Ordinal
8. Status Sosial Ekonomi
Tingkat pendapatan yang dimiliki responden di lihat dari penghasilan perbulan berdasarkan upah Minimum Kabupaten (UMK) Banjarnegara.
Wawancara Kuesioner 2. Tinggi(≥ Rp. 785.000
1. Sedang ( Rp. 350.000 – 785.000)
0. Rendah (< Rp.350.000)
Ordinal
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
F. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi langsung
terhadap balita dan wawancara terhadap orang tua atau anggota keluarga lain
yang dapat memberikan informasi yang terkait dengan penelitian. Wawancara
ini menggunakan kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder didapat dari pencatatan dan pelaporan tahun 2012 bulan
Januari sampai April ditingkat desa, Puskesmas, kecamatan, dan kabupaten
yang berhubungan dengan penelitian (geografi, demografi, laporan bulanan,
dan register harian penderita Pneumonia).
Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah bentuk kuesioner. Alat
tersebut digunakan setelah dilakukan uji coba terlebih dahulu. Dari pernyataan
tersebut dibagi menjadi 5 bagian yaitu karakteristik responden, tingkat
pengetahuan, sikap, perilaku, sikap dan dukungan petugas kesehatan.
Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari kuesioner untuk mengukur
pengetahuan, mengukur sikap, mengukur perilaku, mengukur sikap dan
dukungan petugas kesehatan yang terdiri dari item-item pernyataan yang
favourable dan unfavourable ( Machfoedz, 2007) yang tersebar sebagai
berikut:
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Tabel 3.2 Sebaran pernyataan Favourable dan Unfavourable dalam
kuesioner.
Kuesioner Favourable Unfavourable Pengetahuan No item 1,3,5,7,9, No item 2,4,6,8,10, Sikap No item 11,13,15,17, No item 12,14,16,18 Perilaku No item 19,21,23,25,27 No item 20,22,24,26,28 Sikap dan dukungan petugas kesehatan
No item 29,31,33,35 No item 30,32,34,36
G. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Sifat valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu
memberikan nilai yang sesungguhnya dari nilai yang kita inginkan. Uji validitas
instrumen menggunakan uji korelasi product moment person. Uji reabilitas dengan
teknik belah dua (split half), (Notoatmodjo, 2010).
Rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut:
( ) ( )( )( ) ( )( )∑ ∑∑ ∑
∑ ∑∑−−−
−=
2222 YYNXXN
YXXYNr
Keterangan :
r : Korelasi Product Moment
N : jumlah sampel
X : skor variabel X
Y : skor variabel Y
XY : skor variabel X dikalikan skor variabel Y
Uji validitas diuji pada 30 responden yang memiliki karakteristik yang sama
dengan responden penelitian.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Perhitungan dilakukan dengan komputerisasi menggunakan program
komputer. Untuk menentukan validitas dengan nilai r = 5%, keputusan di ambil
atas dasar : jika r hasil positif serta r hasil ≥ r tabel maka valid, jika r hasil
negative serta r hasil < r tabel maka tidak valid.
Hasil uji validitas
1. Pengetahuan
Validitas dengan koefisien (0,534 s/d 0,835) > 0,355 (df=29)
2. Sikap
Validitas dengan koefisien (0,533 s/d 0,809) > 0,355 (df=29)
3. Perilaku
Validitas dengan koefisien (0,546 s/d 0,769) > 0,355 (df=29)
4. Sikap dan dukungan petugas kesehatan
Validitas dengan koefisien (0,547 s/d 0,846) > 0,355 (df=29)
Berdasarkan uji validitas kuesioner pengetahuan dapat disimpulkan bahwa
dari 10 pertanyaan yang diuji validitas hasilnya adalah valid semua. Kuesioner
sikap dari 8 pertanyaan, hasilnya 8 pertanyaan valid. Kuesioner perilaku dari 10
pertanyaan yang diuji validitas hasilnya 10 pertanyaan tersebut valid. Kuesioner
sikap dan dukungan petugas kesehatan yang berisi 8 pertanyaan hasilnya valid
semua setelah dilakukan uji validitas.
Adapun uji reliabilitas yang dipakai oleh peneliti dengan menggunakan
Teknik Belah Dua (split half), (Notoatmodjo, 2010). Dengan menggunakan teknik
ini berarti alat pengukur (kuesioner) yang telah di susun dibelah atau dibagi
menjadi dua. Dalam hal ini peneliti membagi dua berdasarkan belahan atas dan
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
belahan bawah berdasarkan median atau titik tengah, dari total pertanyaan langkah-
langkah yang diperlukan antara lain:
1) Mengajukan kuesioner tersebut kepada 30 responden, kemudian dihitung
validitas masing-masing pertanyaannya. Pertanyaan-pertanyaan yang valid
dihitung sedangkan yang tidak valid di buang.
2) Membagi pertanyaan-pertanyaan yang valid tersebut menjadi dua kelompok.
Separo masuk ke dalam belahan pertama (belahan atas), separonya lagi masuk
kedalam belahan kedua (belahan bawah).
3) Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan di jumlahkan sehingga akan
menghasilkan 2 kelompok skor total, yakni untuk belahan pertama dan belahan
kedua.
4) Melakukan uji korelasi dengan rumus korelasi product moment tersebut, antara
belahan pertama dengan belahan kedua.
5) Selanjutnya dengan daftar seperti uji korelasi sebelumnya, dapat diketahui
reliabilitas kuesioner tersebut dengan cara terdapat hubungan atau korelasi
antara belahan atas dengan belahan bawah.
Kesimpulan hasil perhitungan reliabilitas yang dilakukan oleh peneliti
terdiri dari kuesioner pengetahuan, sikap, perilaku, sikap dan dukungan petugas
kesehatan semuanya reliabel (terdapat hubungan yang signifikan antara belahan
atas dengan belahan bawah) diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Pengetahuan (0,862 > 0,355 (tabel))
b. Sikap (0,758 > 0,355 (tabel))
c. Perilaku (0,825 > 0,355 (tabel))
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
d. Sikap dan dukungan petugas kesehatan (0,829 > 0,355(tabel))
Hasil perhitungannya bisa dilihat pada lampiran 3.
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Adapun tahap-tahap dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Editing
Editing adalah : memeriksa kembali semua data yang telah
dikumpulkan melalui kuesioner. Hal ini dilakukan untuk mengecek kembali
apakah semua kuesioner telah diisi dan bila ada yang tidak lengkap, meminta
responden yang sama untuk mengisi kembali data yang kosong.
Hal-hal yang dilakukan dalam editing :
1) Kelengkapan dan kesempurnaan data yaitu dengan mengecek nama dan
kelengkapan identitas pengisi.
2) Kejelasan tulisan atau tulisan mudah dibaca.
3) Responden sesuai
b. Coding
Coding adalah : memberikan kode jawaban secara angka atau kode
tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana. Adapun penggunaan kode
dalam penelitian ini adalah tanda check untuk jawaban yang sesuai untuk
yang tidak sesuai dikosongi.
c. Tabulating
1). Transfering
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Memindahkan jawaban atau tertentu ke dalam suatu media misalnya
master table.
2). Skoring
Skoring untuk variabel independen dan dependen masing – masing diberi
skoring sesuai dengan kategori data dan jumlah item pertanyaan dari
setiap variabel sehingga setiap responden mempunyai skor tersendiri
sesuai dengan item pertanyaan dari setiap variabel.
d.Entri Data
Memasukan data yang telah diperoleh ke dalam perangkat komputer.
2. Analisis data
Analisis data dalam hal ini menggunakan teknik sebagai berikut :
a) Analisis univariat
Pada analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Pada umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan prosentase
dari setiap variabel.
b) Analisis bivariat
Analisis ini untuk mengetahui adanya hubungan yang bermakna
antara variabel bebas dan terikat dengan uji Chi-Kuadrat (Chi Square).
Rumus Chi kuadrat sbb :
X2 = ∑( )
EEO 2−
Keterangan:
χ2 : chi kuadrat
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
O : frekuensi observasi
E : frekuensi ekspektasi / harapan
Sesuai dengan taraf signifikansi yang telah ditetapkan, untuk melihat
hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05,
berarti jika p value < 0,05 maka hasilnya bermakna yang artinya Ha
diterima dan jika p value > 0,05 maka hasilnya tidak bermakna yang artinya
Ha ditolak.
c) Analisis multivariat
Analisa multivariat adalah analisa untuk menguji hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen secara bersama-sama menggunakan
analisa Regresi Logistik (logistic Regression), dengan tingkat kemaknaan p ≤
0,05. Untuk mengetahui variabel atau faktor yang dominan mempengaruhi
variabel terikat dilihat dari nilai koefisien regresi (β), sedangkan nilai cox dan
Snell R Square dilihat untuk mengetahui besarnya pengaruh semua variabel
bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Menurut Hastono
(2004), analisa Regresi Logistic berganda dihitung dengan rumus:
Z = α + β1x1+ β2x2+……….+ βixi
Bila nilai Z di masukan pada fungsi Z maka rumus fungsi Z adalah :
)....2211(11)( xiixxe
ZF +++++−+= βββα
Keterangan :
F(Z) : Probabilitas kejadian suatu penyakit berdasarkan faktor resiko
Z : Nilai indeks variabel independen. Nilai Z bervariasi antara - 00
sampai +00
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
α : Konstanta
x1 : Variabel independen ke 1
x2 : Variabel independen ke 2
xi : Variabel independen ke i
β : Koefisien
I. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting, karena berhubungan dengan manusia secara langsung. Etika yang perlu
dan harus diterapkan adalah :
1. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Setelah menemukan responden, peneliti menerangkan tujuan dan maksud
penelitian dan menanyakan secara lisan kesediaannya untuk menjadi responden
penelitian. Setelah responden bersedia, peneliti memberikan lembar
persetujuan yang harus ditandatangani oleh responden tersebut.
2. Tanpa nama (Anonym)
Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara
tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menandakan kode pada lembar pengumpulan data.
3. Kerahasiaan (Confidientiality)
Menjaga kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Banjarmangu
I Kabupaten Banjarnegara dengan jumlah sampel sebanyak 67 responden.
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu – ibu yang
mempunyai balita terkena pneumonia dengan usia 1-5 tahun. Dari penelitian
tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat untuk menganalisis variabel – variabel yang ada
secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya
untuk mengetahui karakteristik dan subjek penelitian.
Berdasarkan tabel 4.1 dibawah diketahui bahwa responden dalam
penelitian ini sebagian besar pendidikan ayah adalah SD sebesar 32 (47,76%),
pekerjaan ayah sebagai petani sebesar 26 (38,81%), pendidikan ibu adalah SD
yaitu 33 (49,25%), tidak bekerja sebesar 50 (74,63%), tingkat penghasilan <
Rp.350.000,- yaitu 35 (52,23%), kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia sebagian besar responden mampu merawat sebesar 39 (58,21%),
pengetahuan ibu sebagian besar rendah sebesar 28 (41,79%), Sikap ibu
sebagian besar memiliki sikap kurang dalam merawat balita pneumonia
sebesar 26 (38,81%), sikap dan dukungan petugas kesehatan sebagian besar
memberikan sikap yang cukup sebesar 28 (41,79%),
52
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
a. Karakteristik responden
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden di Wilayah Kecamatan
Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara.
No Karakteristik Responden N % 1. Pendidikan Ayah
SD SMP – SMA Perguruan Tinggi
32 30 5
47,76 44,78 7,46
2. Pendidikan Ibu SD SMP – SMA Perguruan Tinggi
33 28 6
49,25 41,79 8,96
3. Pekerjaan Ayah Buruh Petani Swasta PNS
15 26 25 1
22,39 38,81 37,31 1,49
4. Pekerjaan Ibu Tidak bekerja Bekerja
50 17
74,63 25,37
5. Tingkat penghasilan < Rp. 350.000,- Rp. 350.000 – 785.000,- ≥ Rp. 785.000,-
35 18 14
52,24 26,87 20,89
6. Kemampuan keluarga merawat balita pneumonia Tidak mampu Mampu
28 39
41,79 58,21
7. Pengetahuan Rendah Sedang Tinggi
28 27 12
41,79 40,30 17,91
8. Sikap Kurang Cukup Baik
26 20 21
38,81 29,85 31,34
9. Sikap dan dukungan petugas kesehatan Kurang Cukup Baik
23 28 16
34,33 41,79 23,88
Total 67 100,00
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
2. Analisis Bivariat
Tabel 4.2 Analisa Bivariat
Variabel Kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia
Total (%) X² (df) OR(95%CI) P
Tidak Mampu n (%)
Mampu n (%)
Pendidikan Ayah SD SMP – SMA Perguruan Tinggi
14 (43,8) 13 (43,3) 1 (20,0)
18 (56,3) 17 (56,7) 4 (80,0)
32 (100) 20 (100) 5 (100)
1,056 (1)
0,590
Pendidikan Ibu SD SMP – SMA Perguruan Tinggi
19 (57,6) 8 (28,6) 1 (16,7)
14 (42,4) 20 (71,4) 5 (83,3)
33(100) 28 (100) 6 (100)
6,948 (1)
0,031*
Pekerjaan Ayah Buruh Petani Swasta PNS
7 (46,7) 11 (42,3) 10 (40,0) 0 (0)
8 (53,3) 15(57,7) 15 (60,0) 1 (100)
15 (100) 26 (100) 25 (100) 1 (100)
0,900 (1)
0,825
Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja Bekerja
25 (50,0) 3 (17,6)
25 (50,0) 14 (82,4
50 (100) 17 (100)
5,459 (1)
4,667 (1,192 – 18,266)
0,019*
Penghasilan Keluarga Rendah Sedang Tinggi
20 (57,1) 5 (27,8) 3 (21,4)
15 (42,9) 13 (72,2) 11 (78,6)
35 (100) 18 (100) 14 (100)
7,230 (1)
0,027*
Pengetahuan Rendah Sedang Tinggi
7 (25,0) 16(59,3) 5 (41,7)
21 (75,0) 11 (40,7) 7 (58,3)
28 (100) 27 (100) 12 (100)
6,632 (2)
0,036*
Sikap Kurang Cukup Baik
16 (61,5) 5 (25,0) 7 (33,3)
10 (38,5) 15 (75,0) 14 (66,7)
26 (100) 20 (100) 16 (100)
7,103 (2)
0,029*
Sikap dan dukungan petugas kesehatan Kurang Cukup Baik
7 (30,4) 10 (35,7) 11(68,8)
16 (69,6) 18 (64,3) 5 (31,3)
23 (100) 28 (100) 16 (100)
6,425 (2)
0,040*
Total 28 (100) 39 (100) 67 (100) Ket : Hasil berdasarkan data dari 67 responden n = 67
*Signifikan pada p ≤ 0,05
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
a. Hubungan antara pendidikan ayah dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia
Bahwa proporsi pendidikan ayah sebagian besar yaitu SD 32 (47,76%), dan
yang mampu merawat balita pneumonia yaitu 18 (56,3%), sedangkan yang tidak
mampu yaitu 14 (43,8%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara pendidikan ayah dengan kemampuan keluarga dalam
merawat balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I, dengan p value 0,590
(p≤0,05).
b. Hubungan antara pendidikan ibu dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia
Bahwa proporsi pendidikan ibu yaitu SD dengan kemampuan keluarga dalam
merawat balita pneumonia sebagian besar tidak mampu merawat balita pneumonia
yaitu 19 (57,6%), sedangkan perilaku ibu dalam merawat balita yang mampu yaitu 14
(42,4%) . Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara pendidikan ibu dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia
di Puskesmas Banjarmangu I, dengan p value 0,031 (p≤0,05).
c. Hubungan antara pekerjaan ayah dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia
Bahwa proporsi pekerjaan ayah yaitu petani dengan kemampuan dalam
merawat balita pneumonia sebagian besar tidak mampu merawat balita pneumonia
yaitu 11 (42,3%), sedangkan perilaku ayah dalam merawat balita pneumonia yang
mampu yaitu 15 (57,7%) . Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
hubungan yang signifikan antara pekerjaan ayah dengan kemampuan dalam merawat
balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I, dengan p value 0,825 (p≤0,05).
d. Hubungan antara pekerjaan ibu dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia
Bahwa proporsi pekerjaan ibu yang tidak bekerja dengan kemampuan keluarga
dalam merawat balita pneumonia sebagian besar tidak mampu merawat balita
pneumonia yaitu 25 (50%), sedangkan perilaku ibu yang bekerja dalam merawat balita
pneumonia yang tidak mampu yaitu 3 (17,6%) . Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan kemampuan keluarga
dalam merawat balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I, dengan p value 0,019
(p≤0,05). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai (OR= 4,667 (CI 95%= 1,192 –
18,266) artinya balita dengan ibu yang tidak bekerja memiliki risiko 4,67 kali lebih
besar untuk mampu dalam merawat balita dengan pneumonia dibandingkan balita
yang ibunya bekerja.
e. Hubungan antara tingkat penghasilan keluarga dengan kemampuan keluarga dalam
merawat balita pneumonia
Bahwa proporsi penghasilan keluarga yaitu rendah dengan kemampuan
perilaku dalam merawat balita pneumonia sebagian besar tidak mampu merawat balita
pneumonia yaitu 20 (57,1%), sedangkan perilaku dalam merawat balita pneumonia
yang mampu yaitu 15 (42,9%) . Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara penghasilan keluarga dengan kemampuan keluarga
dalam merawat balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I, dengan p value 0,027
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(p≤0,05).
f. Hubungan antara pengetahuan dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa responden dengan pengetahuan rendah
menunjukan tidak mampu merawat balita pneumonia sebanyak 7 (25,0%), yang
mampu merawat balita pneumonia sebanyak 21 (75,0%). Hasil uji statistik
menunjukan ada hubungan antara pengetahuan dengan kemampuan perilaku keluarga
dalam merawat balita pneumonia (p = 0,036), hal ini menunjukan bahwa Ho ditolak,
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia.
g. Hubungan antara sikap dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa responden dengan sikap yang kurang
menunjukan tidak mampu merawat balita pneumonia sebesar 16 (61,5%), sedangkan
sikap keluarga mampu merawat balita pneumonia sebanyak 10 (38,5%). Hasil uji
statistik menunjukan ada hubungan antara sikap dengan kemampuan keluarga dalam
merawat balita pneumonia (p = 0,029), hal ini menunjukan bahwa Ho ditolak, maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan
kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
h. Hubungan antara sikap dan dukungan petugas kesehatan dengan kemampuan keluarga
dalam merawat balita pneumonia.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sikap dan dukungan petugas kesehatan
yang paling banyak memberikan sikap yang cukup menunjukan tidak mampu merawat
balita pneumonia sebesar 10 (35,7%), sikap dan dukungan petugas kesehatan yang
menunjukan mampu merawat balita pneumonia sebesar 18 (64,3%). Hasil uji statistik
menunjukan ada hubungan antara sikap dan dukungan petugas kesehatan dengan
kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia (p = 0,040), hal ini
menunjukan bahwa Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara sikap dan dukungan petugas kesehatan dengan kemampuan keluarga
dalam merawat balita pneumonia.
3 Analisis Multivariat
Untuk memperoleh jawaban faktor mana yang paling dominan dengan
kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia dilakukan dengan dua tahap
yaitu pemilihan variabel penting yang dapat masuk ke dalam uji regresi logistik yang
berasal hasil uji chi square dengan nilai p≤ 0,25.(Dahlan, 2008).
a. Variabel Penting
Variabel penting hasil analisis bivariat yang masuk dalam uji regresi logistik
ditampilkan dalam tabel berikut:
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Tabel 4.3. Variabel penting yang masuk dalam uji regresi logistik ganda.
No Variabel OR CI(95%) p value
1. Pendidikan Ibu - - 0,031 6,948
2. Pekerjaan Ibu 4,667 1,192 – 18,266 0,040 5,459
3. Penghasilan Keluarga - - 0,027 7,230
4. Pengetahuan - - 0,036 6,632
5. Sikap - - 0,029 7,103
6. Sikap dan dukungan petugas - - 0,040 6,425
Dari hasil analisis bivariat di atas didapatkan hasil variabel pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, pengetahuan, sikap, sikap dan dukungan petugas
kesehatan kesehatan memiliki p value ≤ 0,25 dengan demikian variabel ini dimasukan
ke dalam model analisis multivariat.
b. Variabel Utama
Setelah dilakukan uji regresi logistik ganda menunjukan bahwa variabel yang
mempunyai faktor utama kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia
yang memiliki nilai p ≤ 0,05 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik
Variabel B P wald OR CI(95%) P value Lower Upper Pendidikan Ibu 0,873 2,866 2,394 0,871 6,579 0,090 Pekerjaan Ibu 1,275 2,685 3,579 0,779 16,445 0,101 Penghasilan Pengetahuan Sikap Sikap dan dukungan petugas kesehatan
0,845 -0,620 0,377 -0,892
3,406 1,853 0,654 3,709
2,327 0,538 1,459 0,410
0,949 0,220 0,584 0,165
5,707 1,314 3,642 1,016
0,065 0,173 0,419 0,054
Constant 0,006 0,000 1,006 0,994
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Dari keseluruhan proses analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa dari 6 variabel independen yang diduga menjadi faktor dominan penyebab
kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia terdapat satu variabel dengan
OR = 3,579 dengan CI 95% (0,779 – 16,445) yang menjadi faktor dominan yaitu
pekerjaan ibu.
Hasil Output Nagelkerke R Square menunjukan bahwa faktor ibu yang tidak
bekerja mengontribusi sebesar 41,1% untuk terjadi kemampuan keluarga dalam
merawat balita pneumonia.
B. Pembahasan
Dalam sub bab ini akan dilakukan pembahasan dari hasil penelitian
terkait dengan karakteristik responden, distribusi masing – masing variabel
penelitian, hubungan antara masing – masing variabel independen dengan
variabel dependen (kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia),
dan hubungan antara variabel – variabel independen yang bersama – sama
mempengaruhi variabel dependen ( kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia).
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ayah yaitu SD
sebanyak 32 (47,76%), SMP – SMA 30 (44,78%), dan perguruan tinggi 5
(7,46%), sedangkan karakteristik pendidikan ibu yaitu SD sebanyak 33
(49,25%), SMP – SMA 28 (41,79%), perguruan tinggi 6 (8,96%), karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan ayah yaitu buruh 15(22,39%), petani 26
(38,81%), swasta 25 (37,31%), PNS 1 (1,49%), pekerjaan ibu yaitu ibu tidak
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
bekerja 50 (74,63%) dan ibu bekerja 17(25,37%), penghasilan keluarga,
sebagian besar berpenghasilan rendah < Rp. 350.000,- sebanyak 35 (52,24%),
proporsi kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia
memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku tidak
mampu dalam merawat balita pneumonia sebesar 28 responden (41,79%),
sedangkan responden yang memiliki perilaku mampu 39 (58,21%). Proporsi
pengetahuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa dari jumlah total
responden yang menderita pneumonia terdapat 28 (41,79%) responden
mempunyai pengetahuan rendah, 27 (40,30%) responden mempunyai
pengetahuan sedang, dan 12 (17,91%) responden mempunyai pengetahuan
tinggi. Proporsi sikap dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian
besar responden memiliki sikap yang kurang yaitu sebesar 26 (38,81%), lebih
besar dibandingkan responden yang memiliki sikap cukup sebesar 20 (29,85%)
dan responden yang memiliki sikap baik sebesar 21 (31,34%), sedangkan
proporsi sikap dan dukungan petugas kesehatan dalam penelitian ini
menunjukan bahwa sebagian besar sikap petugas kesehatan memberikan sikap
yang kurang sebesar 23 (34,33%), sedangkan sikap petugas kesehatan
memberikan sikap yang cukup sebesar 28 responden (41,79%) dan sikap
petugas kesehatan memberikan sikap yang baik sebesar 16 (23,88%).
2. Hubungan antara pendidikan ayah dengan kemampuan keluarga dalam
merawat balita pneumonia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar SD 32
(47,76%), dan perilaku keluarga yang tidak mampu merawat balita 14 (43,8%),
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
sedangkan perilaku keluarga yang mampu merawat balita pneumonia 18
(56,3%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan ayah dengan kemampuan keluarga dalam
merawat balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I, dengan p value 0,590
(p≥0,05).
Hal tersebut karena didalam hubungan ayah dan anak tidak sedekat
hubungan anak dan ibunya, sehingga ayah kurang didalam merawat balita yang
sakit. Peran ayah disini sebagai seorang pencari nafkah, memberikan
kenyamanan bagi keluarganya. Menurut Feldstein, bahwa tingkat pendidikan
dipercaya mempengaruhi permintaan akan pelayanan kesehatan. Pendidikan
yang tinggi akan memungkinkan seseorang untuk mengetahui atau mengenal
gejala – gejala awal.
Namun tidak semua orang dengan pendidikan yang tinggi akan mampu
merawat balita sakit. Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau
surat kabar, maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
Hersey dan Blanchard mengungkapkan bahwa pendidikan baik formal mapun
non formal dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan dan
berperilaku (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan seseorang dapat meningkatkan
kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak.
Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah baginya untuk
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi (Notoatmodjo,
2003).
3. Hubungan antara pendidikan ibu dengan kemampuan keluarga dalam
merawat balita pneumonia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar SD 33
(49,25%), dan perilaku keluarga yang tidak mampu merawat balita pneumonia
19 (57,6%) sedangkan perilaku keluarga yang mampu merawat balita
pneumonia 14 (42,4%). Hasil Uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan ibu dengan kemampuan keluarga dalam
merawat balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I (p value = 0,031).
Tingkat pendidikan ibu yang rendah merupakan faktor resiko yang
meningkatkan angka kematian pneumonia. Tingkat pendidikan ibu akan
berpengaruh terhadap tindakan perawatan oleh ibu kepada anak yang
menderita pneumonia ( Depkes RI, 2002).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Notosiswoyo (2003), yang menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan
akan berpengaruh terhadap tindakan perawatan oleh ibu kepada anak yang
menderita pneumonia, selain itu juga rendahnya pengetahuan masyarakat,
terutama ibu balita tentang pneumonia yang menimpa anaknya, dan mereka
terlambat membawa anak balitanya berobat ke puskesmas.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
4. Hubungan antara pekerjaan ayah dengan kemampuan keluarga dalam
merawat balita pneumonia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
pekerjaan ayah petani 26 (38,81%), dan perilaku keluarga yang tidak mampu
dalam merawat balita pneumonia 11 (42,3%), sedangkan perilaku keluarga
yang mampu merawat balita pneumonia 15 (57,7%). Hasil Uji statistik
menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ayah
dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia di Puskesmas
Banjarmangu I (p value = 0,825).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Suliha (1991) yang
mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan
dengan tidak patuh berobat. Sejalan pula dengan hasil penelitian Rahmat
Jumawan (2003), mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan
dengan kepatuhan followup penderita pneumonia balita.
Penghasilan keluarga adalah pendapatan keluarga dari hasil pekerjaan
utama maupun tambahan. Tingkat penghasilan yang rendah menyebabkan
orang tua sulit menyediakan fasilitas perumahan yang baik, perawatan
kesehatan, dan daya tahan tubuh berkurang dan mudah terkena penyakit infeksi
termasuk penyakit pneumonia.
Status sosial ekonomi dan pendidikan dianggap sebagai faktor resiko
penting untuk pneumonia. Hasil penelitian oleh Kartasasmita (1993) prevalensi
pneumonia ringan dan sedang pada balita yang berasal dari kelompok
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
berpenghasilan rendah lebih tinggi secara bermakna, dibandingkan dengan
yang berasal dari kelompok keluarga yang berpenghasilan lebih tinggi.
Menurut hasil penelitian Heriyana, dkk (2005) dikatakan bahwa bayi
yang mengalami pneumonia kemungkinan 1,3 kali lebih besar pada bayi yang
memiliki keluarga yang berpenghasilan kurang ( dibawah Upah Minimum
Propinsi < Rp. 510.000,00) dibandingkan bayi yang memiliki keluarga yang
berpenghasilan cukup ( Rp. 510.000,00).
5. Hubungan antara pekerjaan ibu dengan kemampuan keluarga dalam
merawat balita pneumonia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden adalah ibu tidak bekerja 50 (74,63%), dan yang bekerja 17
(25,37%). Hasil analisis statistik menunjukkan OR= 4,667 (CI 95%= 1,192 –
18,266), dapat dikatakan bahwa balita dengan ibu yang tidak bekerja memiliki
risiko 4,67 kali lebih besar untuk mampu dalam merawat balita dengan
pneumonia dibandingkan balita yang ibunya bekerja.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh
Yulita Riza, yang membagi pekerjaan ibu menjadi dua yaitu ibu bekerja dan
ibu tidak bekerja. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar ibu
tidak bekerja yaitu sebesar 93,5%, dan jumlah ibu yang bekerja yaitu 6,7%.
Pada dasarnya, ibu - ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang
lebih banyak untuk mengurus anak dan merawat bila anak sakit. Selain itu ibu
yang tidak bekerja memungkinkan untuk berperilaku lebih baik dalam hal
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
pencegahan penyakit pneumonia dengan cara menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan rumah karena kegiatan bersih – bersih rumah dapat
dilakukan setiap hari tanpa ada kendala karena harus bekerja ke luar rumah.
Pneumonia ini memerlukan perawatan dan penanganan yang tepat agar
tidak menjadi pneumonia yang berat sehingga saat di bawa ke rumah sakit
keadaannya sudah semakin memburuk dan dapat menyebabkan kematian
balita. Untuk mewujudkan perawatan secara optimal bagi balita diperlukan
peranan ibu sebagai mekanisme untuk menurunkan dampak masalah kesehatan
pada anak dan keluarganya (Nelson, 2002).
Jika dilihat dari konsep keluarga, sebenarnya tugas pokok seorang ibu
adalah mengurus rumah dan tugas ayah adalah mencari nafkah, pilihan ibu
untuk bekerja merupakan suatu cara untuk meringankan tugas suami tetapi ibu
juga harus tetap ingat dengan tugas pokoknya agar kesehatan keluarga dapat
terjaga dan tidak mengurangi perhatian terhadap anak dan keluarga.
6. Hubungan antara penghasilan keluarga dengan kemampuan keluarga dalam
merawat balita pneumonia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden adalah rendah 35 (52,24%), dan yang tidak mampu merawat balita
pneumonia 20 (57,1%). Tingkat penghasilan merupakan penghasilan diperoleh
bapak dan ibu digunakan untuk kehidupan sehari – hari, sehingga semakin
besar jumlah pendapatannya, maka taraf kehidupan akan semakin baik. Status
sosial ekonomi dianggap sebagai salah satu faktor risiko penting untuk
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
pneumonia, karena penderita pneumonia pada balita banyak ditemukan pada
kelompok keluarga dengan sosial ekonomi rendah ( Kartasasmita, 1993).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Machmud, 2009), menyatakan bahwa sosio ekonomi rumah tangga bermakna
terhadap kejadian pneumonia balita, yang berarti rumah tangga miskin akan
lebih besar terkena pneumonia.
7. Hubungan antara pengetahuan dengan kemampuan keluarga dalam
merawat balita pneumonia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu
rendah sebanyak 28 (41,79%). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kemampuan
keluarga dalam merawat balita pneumonia. Dari hasil uji statistik Chi Square
didapatkan nilai p= 0,036 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa
pendidikan ayah terakhir sebagian besar SD yaitu 47,76%. Pendidikan adalah
suatu upaya peningkatan sumber daya manusia dalam meningkatkan
pengetahuan, sehingga diharapkan pendidikan yang tinggi akan meningkat
pula wawasan pengetahuannya dan semakin mudah menerima pengembangan
pengetahuan, pendidikan akan menghasilkan banyak perubahan seperti
pengetahuan, sikap, dan perbuatan (Soekanto, 2002).
Hasil analisis bivariat menunjukan adanya hubungan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia, nilai Chi Kuadrat hitung sebesar 6,632 dengan nilai probabilitas
(p) sebesar 0,036 lebih kecil bila dibandingkan dengan α = 0,05.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Pada responden yang berpengetahuan dalam kategori tinggi prosentase
terbesar mempunyai perilaku tidak mampu merawat balita pneumonia dalam
kategori tinggi yaitu 41,7%. Pada responden dengan pengetahuan sedang,
prosentase tertinggi mempunyai perilaku merawat balita pneumonia dalam
kategori mampu yaitu 40,7%. Sedangkan pada responden dengan pengetahuan
dalam kategori rendah sebagian responden memiliki perilaku merawat balita
pneumonia dalam kategori mampu 25,0%
Dari uraian tersebut di atas bahwa responden yang berpengetahuan baik
juga mempunyai perilaku yang mampu dalam merawat balita pneumonia yang
baik pula. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartini (2002),
yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang akan penyakit
pneumonia maka angka kejadian pneumonia yang terjadi akan semakin rendah,
begitu pula sebaliknya apabila seseorang memiliki pengetahuan yang rendah
tentang pneumonia, maka angka kejadian pneumonia yang terjadi akan
semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa
penerimaan perilaku yang didasari oleh pengetahuan maka akan bersifat
langgeng. Notosiswoyo (2003) menjelaskan bahwa penyebab tingginya angka
kesakitan dan kematian balita dengan pneumonia di karenakan oleh rendahnya
pengetahuan ibu. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pengetahuan yang rendah
akan berdampak pada angka kesakitan dan kematian akibat pneumonia.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan mempengaruhi perilaku
dalam merawat balita pneumonia, semakin tinggi pengetahuan, maka perilaku
merawat pun semakin baik. Pengetahuan adalah domain yang sangat penting
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
untuk terbentuknya perilaku seseorang ( oven behavior) yang dalam penelitian
ini adalah perilaku merawat balita pneumonia.
Dalam teori Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia
dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarkat dipengaruhi oleh 2
faktor pokok yaitu faktor perilaku ( behavior causes) dan faktor di luar
perilaku ( non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan
atau terbentuk dari 3 faktor yaitu pertama, faktor – faktor predisposisi
( predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya, kedua faktor – faktor pendukung
( enabling factor), yeng terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau tidaknya
fasilitas – fasilitas atau sarana – sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat –
obatan, alat – alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. Dan yang ketiga adalah
faktor – faktor pendorong ( reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat ( Alan, 2003).
8. Hubungan antara sikap dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar sikap
ibu kurang dalam merawat balita pneumonia sebanyak 26 (38,81%), dan sikap
ibu yang tidak mampu merawat balita pneumonia 16 (61,5%), sedangkan sikap
ibu yang mampu merawat balita pneumonia 10 (38,5%). Hasil analisis bivariat
diperoleh data bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia dengan P Value 0,029
( p<0,05).
Gibson mengatakan, bahwa sikap merupakan faktor penentu perilaku
karena sikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi, dengan
demikian sikap merupakan faktor predisposisi yang memungkinkan terjadinya
perubahan perilaku (Gibson, 1998).
Sikap yang buruk dalam penelitian ini bahwa responden kurang
mendapatkan pendidikan dan pengetahuan yang akan mempengaruhi, kurang
memperolehnya stimulus untuk menentukan bagaimana cara bersikap dalam
merawat balita pneumonia. Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat)
seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah
kesehatan, termasuk perilaku merawat balita pneumonia). Sikap adalah suatu
pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai
dengan sikap yang objek tadi. Jadi sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal,
suatu objek tidak ada sikap yang tanpa objek dan manusia dapat mempunyai
sikap terhadap bermacam – macam hal (Purwanto, 1998).
9. Hubungan antara sikap dan dukungan petugas kesehatan dengan
kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar sikap
dan dukungan petugas kesehatan cukup sebanyak 28 (41,79%), dan sikap
dukungan petugas kesehatan yang tidak mampu merawat balita pneumonia 10
(35,7%), sedangkan sikap dan dukungan petugas kesehatan yang mampu
merawat balita pneumonia 18 (64,3%). Hasil analisis Chi Square diperoleh
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
data bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan dukungan
petugas kesehatan dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia dengan P Value 0,040 ( p<0,05) Bagi kalangan orang yang
berpendidikan rendah sikap petugas yang memberikan pelayanan dasar dapat
diartikan bahwa sikap petugas sudah baik dalam melayani pasien. Bagi
kalangan orang yang berpendidikan tinggi pelayanan dapat dianggap sebagai
pelayanan yang kurang memuaskan dan dapat pula mempersepsikan sikap
petugas dalam melayani pasien kurang baik. Tingkat pendidikan seseorang
berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar.
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memberikan
respon lebih rasional daripada mereka yang berpendidikan rendah (
Notoatmodjo, 2003).
Menurut Nur (2004) kerjasama dan penyuluhan dari petugas kesehatan
sangat diperlukan sebagai contoh atau acuan dalam melakukan tindakan
kesehatan. Peran petugas kesehatan mempunyai pengaruh terhadap perilaku
ibu dalam kaitannya dengan pencegahan penyakit pneumonia.
Menurut Sarfino dalam Smet (1994), dukungan petugas kesehatan
merupakan dukungan sosial dalam bentuk dukungan informatif, dimana
perasaan subjek bahwa lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas
mengenai hal – hal yang diketahui. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan ( Kepmenkes RI,
2005).
10. Variabel yang paling dominan
Variabel pekerjaan ibu merupakan yang paling dominan berpengaruh
terhadap kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia Exp (B) =
3,579. Menurut Hastono (2001) untuk mengetahui variabel mana yang paling
besar pengaruhnya terhadap variabel dependen, dilihat dari nilai Exp(B),
semakin besar nilai Exp(B) berarti semakin besar pengaruhnya terhadap
variabel dependen yang dianalisis. Dan dalam penelitian ini faktor prediktor
yang paling dominan adalah pekerjaan ibu merupakan faktor yang paling
dominan mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia, dimana ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang lebih
banyak untuk mengurus anak dan merawat bila anak sakit. Selain itu, ibu yang
tidak bekerja memungkinkan untuk berperilaku lebih baik dalam hal
pencegahan penyakit pneumonia dengan cara menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan rumah karena kegiatan bersih – bersih rumah dapat
dilakukan setiap hari tanpa ada kendala karena harus bekerja ke luar rumah.
Kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia dipengaruhi
oleh pengetahuan yang rendah dan sikap yang buruk terhadap cara merawat
balita pneumonia dan menunjang untuk bertambah parah penyakit pneumonia
pada balita. Perilaku merawat balita pneumonia ini menurut Becker dalam
Notoatmodjo (2003), termasuk dalam perilaku kesehatan ( health behavior)
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
yaitu hal – hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya.
Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat
dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena
ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah yang
mereka hadapi. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga mereka terhadap
gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat, pendidikan dan kebutuhan –
kebutuhan lainnya, jelas kesemua itu akan dengan mudah dapat menimbulkan
penyakit ( Effendy, 1998).
C. Kelemahan Penelitian
1. Sampel dalam penelitian ini masih sedikit hanya 67 responden dan
mencakup area yang terbatas sehingga hasil kesimpulannya tidak dapat
digeneralisasikan, penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan mengambil
jumlah sampel yang lebih besar dengan area yang lebih luas dan heterogen.
2. Cara mengumpulkan data menggunakan kuesioner untuk menilai sikap,
sehingga kurang objektif, dalam menilai sikap tidak hanya menggunakan
kuesioner tetapi bisa dengan diobservasi.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari wilayah kerja
Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara bulan Juni – Juli 2012
dapat diambil kesimpulan :
1. Dalam penelitian ini distribusi responden pendidikan ayah sebagian besar
berpendidikan SD sebesar 47,76%, pendidikan ibu SD sebesar 49,25%,
pekerjaan ayah petani sebesar 38,81%, ibu yang tidak bekerja sebesar
74,63%, penghasilan keluarga sebagian besar rendah atau < Rp. 350.000,-
sebesar 52,24%, perilaku keluarga yang tidak mampu merawat balita
pneumonia sebesar 41,79%, perilaku keluarga yang mampu merawat balita
pneumonia sebesar 58,21%, pengetahuan yang rendah sebesar 41,79%,
pengetahuan yang sedang sebesar 40,30 %, pengetahuan yang tinggi sebesar
17,91%, sikap keluarga yang kurang dalam merawat balita pneumonia
sebesar 38,81 %, sikap keluarga yang cukup dalam merawat balita pneumonia
sebesar 29,85 %, sikap keluarga yang baik dalam merawat balita pneumonia
sebesar 31,34%, sikap dan dukungan petugas kesehatan yang kurang sebesar
34,33 %, sikap dan dukungan petugas kesehatan yang cukup sebesar 41,79 %,
sedangkan sikap dan dukungan petugas kesehatan yang baik sebesar 23,88%.
2. Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
penghasilan keluarga, pengetahuan, sikap, sikap dan dukungan petugas
74 Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
kesehatan dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia di
Puskesmas Banjarmangu I.
3. Variabel pekerjaan ibu paling dominan berpengaruh terhadap kemampuan
keluarga dalam merawat balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I.
B. Saran
1.Bagi Puskesmas
a. Menggiatkan kembali program Perkesmas yang berfokus pada
asuhan keperawatan keluarga
b. Dilakukan peningkatan penyuluhan tentang penyakit pneumonia,
informasi tentang perawatan pneumonia pada balita, serta
pencegahannya terutama di keluarga secara rutin dan
berkesinambungan.
c. Meningkatkan jaminan pelayanan kesehatan pada masyarakat agar
pelayanan kesehatan terjangkau oleh orang – orang yang tidak
mempunyai kemampuan secara ekonomi.
2.Bagi responden
Orang tua harus lebih memperhatikan kesehatan anak – anaknya
salah satu caranya adalah dengan aktif dalam mengikuti kegiatan
posyandu anak, sehingga tumbuh kembang anak dan imunisasi anak
dapat terpantau.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
3.Bagi peneliti selanjutnya
a. Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat di jadikan bahan
acuan dan pembelajaran untuk peneliti selanjutnya yang akan
mengambil judul atau jenis yang sama dapat dilakukan dengan
menambah jumlah sampel, variabel, menggunakan metode yang
lain dan memperluas daerah penelitian untuk mengetahui faktor
yang berpengaruh terhadap kemampuan keluarga dalam merawat
balita pneumonia.
b. Untuk penelitian yang selanjutnya dapat diperdalam dalam hal alat
ukur yang untuk mengukur sikap, selain dengan kuesioner tetapi
harus di observasi.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, A., & Djaja. (2001). Determinan Perilaku Pencarian Pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, FKM UI. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. 29 No. 1. Diakses 15 April 2012.
Alan, S. (2003). Anthropologi Kesehatan: CARA PENDEKATAN SOSBUD,
SH., M.Kes. Jurusan Kebidanan Poltekkes Banjarmasin. Alimin, I. (2003). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan poliklinik
atau Puskesmas Pada Mahasiswa FKM USU Tahun 2003.Skripsi FKM USU, Medan.
Anneahira. (2010). Demam. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2012 dari
http://www.anneahira.com/pencegahan.penyakit/demam.htm. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. Asiandi. (2012). Panduan penulisan skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto: Purwokerto. Azwar, A. (2002). Pengantar Epidemiologi.Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara.
Azwar, A. (1998). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bailon, G.,& Maglaya, A. (1978). Family health nursing. Philiphines: UP.
College of Nursing. Dahlan, Z. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. Departemen Kesehatan RI. (2002). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita. Jakarta.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Direktorat Jenderal P2PL, (2009) ;Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Jakarta. Depkes RI.
__________________, (2006) ; Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional
Penanggulangan Pneumonia Balita tahun 2005- 2009, Jakarta. Depkes RI. Dinas kesehatan Propinsi Jawa Tengah, (2008). Profil Kesehatan Propinsi Jawa
Tengah tahun 2008: Semarang. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. (2011). Profil Kesehatan Kabupaten
Banjarnegara. Banjarnegara: Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Dinsosnakertrans. (2011). Daftar UMR Kabupaten Banjarnegara.
Dinsosnakertrans. Djojodibroto, D. (2009). Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC. D’ Souza RM. (2003). Role of health seeking behavior in child mortality in slums
of Karachi, Pakistan. J Biosocial Science (2003), 35:pp 131- 144. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses 25 Maret 2012.
Effendy, N. (1998). Dasar – dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Friedman, M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek ( Terjemahan T. Estu).Jakarta: EGC.
Gibson, J. L. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : CV Mandiri Buana.
Hastono, S. P. (2001). Modul analisa data. Jakarta: Balai penerbit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Heriyana, dkk. (2005). Analisis Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Pada Anak Umur 1 Tahun Di RSUD Labuang Baji Kota Makassar, http://digilib.litbang.depkes.go.id.
Jumawan, R. (2003). Faktor – faktor yang berhubungan dengan kepatuhan follow up penderita pneumonia di Puskesmas Pamarican Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya. Skripsi Program SI FKM Unsil.
Kartasasmita, C.R. (1993). Morbiditas Dan FaktorResiko ISPA PadaBalita Di CikutraSuatu Daerah Urban Di Daerah Bandung. Majalah Kesehatan Bandung,No. 4.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Kartini.(2002). Hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam memberikan perawatan penunjang di rumah pada balita pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Wonoayu Sidoarjo. http://www.google.com. Diakses 30 Juli 2012.
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Jakarta: DIPA Kementerian Kesehatan RI. Available at: http://www.gizikiadepkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/01/Buku-Kader-Seri-Kesehatan-Anak.pdf.
Lameshow, H. (2007). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: UGM.
Machfoedz. (2007). Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Mahmud, R. (2009). Pengaruh Kemiskinan Keluarga pada Kejadian Pneumonia Balita di Indonesia.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Volume 4, No.1.
Mansjoer, A., dkk. (2008). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Mardeyanti. (2007). Hubungan status pekerjaan dengan kepatuhan ibu memberikan ASI eksklusif di RSUD Dr. Sarjito Yogyakarta. Abstrak Skripsi. http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=1626
Misnadiarly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Notoatmodjo, S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
__________________, (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip – prinsip Dasar). Jakarta: Rineka Cipta.
__________________, (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta. __________________, (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notosiswoyo, M.,Martomijoyo, R., &Suipardi, S. (2003).Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Ibu Bayi/ Anak Balita serta Persepsi Masyarakat dam Kaitannya dengan Penyakit ISPA dan Pneumonia.Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 31, No.2.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Nur, H. (2004). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit ISPA pada Balita di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Skripsi. FKM USU.
Nurhidayah, I., Fatimah, S., & Rakhmawati, W. (2008). Upaya Keluarga dalam pencegahan dan perawatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di rumah pada Balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.Skripsi. Diakses27Maret2012. http://pustaka.unpad.ac.id/wp.content/uploads/2010/03/pdf.
Purwanto, H. (1998). Pengantar Perilaku Manusia Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran.
Puskesmas Banjarmangu I. (2011). Profil Kesehatan Puskesmas. Banjarnegara: Puskesmas Banjarmangu I.
Riwidikdo, H. (2009). Statistik kesehatan; belajar mudah teknik analisis data dalam penelitian kesehatan (plus aplikasi software SPSS). Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Roesli, U. (2004). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agri Widya.
Rudianto, S. (2010). Demam Pada Anak. Jakarta: Gramedia.
Said, M. (2008). Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: IDAI.
Sarwono, S. (1997). Sosiologi Kesehatan (Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya). Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sarwono, S. (2004). Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. UGM Press. Yogyakarta.
Sabri.,& Hastono. (2004). Statistik kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sastroasmoro, S dan Ismael, S. (2011). Dasar- Dasar Metodologi Penelitian
Klinis, Jakarta: Sagung Seto. Sibarani, D. (1996).Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam Pencegahan
Penyakit ISPA pada Balita di Desa Pangombusan Kecamatan Porsea.Skripsi.FKM USU.
Soerjono, S. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Suliha. (1999). Faktor – faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan penderita TB Paru di Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi Program SI FKM Unsil.
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
UNICEF. (2006). Pneumonia: The forgotten killer of children. New York.Available at:http://www.unicef.org. Diakses 27 Maret 2012.
WHO, (2003). Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Negara Berkembang. Pedoman Untuk Dokter dan Petugas Kesehatan Senior. Jakarta: EGC.
WHO, (2009). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota (alih bahasa Tim Adaptasi Indonesia). Jakarta: WHO. Indonesia. http://ww.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/09/Buku-Saku-Pelayanan-Kesehatan-Anak-di-RS.pdf.
Wilson, L., M. (2006). Penyakit Pernafasan Restriktif. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Yamin, A., Susanti, D.R.,& Sulastri, W. (2009). Kebiasaan Ibu dalam Pencegahan
Primer Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) pada Balita Keluarga Non Gakin di Desa Nanjung Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Nanjung Mekar Kabupaten Bandung.Diakses 20 Juni 2012. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/07/kebiasaan_ibu.pdf.
Yerikho. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.
Yulita, R. (2003). Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Kabupaten Bekasi. Skripsi. FKM Undip.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARMANGU I KABUPATEN BANJARNEGARA
Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana S1
Program Studi Keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan
Diajukan oleh : Sri Suparni 0811020021
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2012
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARMANGU I KABUPATEN BANJARNEGARA
yang dipersiapkan dan disusun
Sri Suparni
0811020021
Telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Ns. Dedy Purwito, S. Kep., M.. Sc Tanggal 13 Agustus 2012
Pembimbing Pendamping
Ns. Rakhmat Susilo, S. Kep Tanggal 13 Agustus 2012
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BANJARMANGU I KABUPATEN BANJARNEGARA
Sri Suparni1, Dedy Purwito2, Rakhmat Susilo3
ABSTRACT
Background: Number of illness and mortality because of pneumonia in children still high enough, especially in Indonesia. Many of sufferers are the children around 1-5 years old. One of the causes is the family ability to treat the children who got pneumonia, with knowledge, behavior and good action from mother is hoped the prevention of the pneumonia disease can be hold in a good way. Objective: To know the dominant factor which influence family’s ability when threat the children who got pneumonia in Banjarmangu health center community, Banjarnegara. Research methodology: This research uses analytic-descriptive methodology with cross sectional approach. Purposive sampling, the sample of this research is 67 respondents such as mother who has the children around 1-5 years old who live in Banjarmangu health center community, Banjarnegara. Statistic experiment which is used is Chi square and to know the dominant factor use regresi logistik berganda. Result: Showing the significant relationship between mother’s education (p:0,031), mother’s job(0,019) and family income (p:0,027) knowledge (p:0,036), behavior (p:0,029). Behavior and support from medic p(0,040). From statistic result showing that there is no relationship between father’s job and father’s knowledge. Mother’s job is dominant variable to the family ability when treating children who got pneumonia. Conclusion: Education, job knowledge, behavior, behavior and support from medic show that there is a relationship among family ability in treating children who got pneumonia in Banjarmangu health center community, Banjarnegara. Mother’s job is the dominant factor which influence with the family ability in treating children who got pneumonia in Banjarmangu health center community, Banjarnegara. Keyword: Knowledge, behavior, behavior and support from medic, ability in treating children who got pneumonia. 1 Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2 Dekan FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto 3 Staf Akademik FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang serius
terutama pada anak usia 1- 5 tahun dan merupakan penyebab kematian anak di negara
berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan yang baik akan
menjadi infeksi saluran pernafasan bawah atau pneumonia sering terjadi pada anak kecil
terutama apabila terdapat gizi kurang dan kombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak
higiene dan merupakan penyebab kematian paling sering pada anak.1
Pneumonia merupakan salah satu bentuk infeksi saluran nafas bagian bawah akut
(ISNBA) yang tersering. Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran udara setempat.2
Berdasarkan data WHO proporsi penyebab kematian anak-balita di Negara berkembang
adalah pneumonia 19%, diare 17%, malaria 8% dan campak 4%. Jika digabungkan, di
seluruh dunia pneumonia menyebabkan hampir satu pertiga atau 29% kematian anak
dibawah usia 5 tahun.3
Di Indonesia menurut laporan survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi
diketahui bahwa 22,3% dari seluruh kematian bayi diakibatkan oleh pneumonia (P2PL, 2008).
Sedangkan menurut studi mortalitas pada Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) pada tahun 2007,
diketahui bahwa proporsi kematian akibat pneumonia pada neonatus sebesar 23,8% dan pada anak
balita sebesar 15,5%. Kedua data tersebut menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab
kematian balita utama di Indonesia.1a
Pada tahun 2006, cakupan penemuan pneumonia balita di Jawa Tengah mencapai
26,62%. Angka tersebut mengalami penurunan pada tahun 2007 yaitu menjadi 24, 29% dan
pada tahun 2008 juga mengalami penurunan menjadi 23,63%. Angka ini sangat jauh dari
target SPM tahun 2010 sebesar 100%.4
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 jumlah kasus
pneumonia mencapai 14,40%, sementara pada tahun 2011 jumlah kasus pneumonia
mencapai 10,67% (Dinkes Banjarnegara, 2011). Data tersebut diantaranya 35 Puskesmas
yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Tercatat di Puskesmas Banjarmangu I tahun 2010
menyebutkan bahwa sebanyak 17,24% kasus pneumonia balita, tahun 2011 mencapai
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
18,57% kasus pneumonia balita dan tahun 2012 pada bulan Januari sampai bulan April
mencapai 9,22% kasus balita pneumonia.5
Berdasarkan Lokakarya Nasional III tahun 1990, Program Pengendalian Penyakit ISPA
telah memfokuskan diri pada penanganan pneumonia pada anak dan membagi
penatalaksanaan penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan bukan pneumonia.
Salah satu jenis ISPA yang menjadi pembunuh utama balita di dunia adalah pneumonia.6
Untuk mewujudkan perawatan secara optimal bagi penderita juga diperlukan peranan ibu
sebagai mekanisme untuk menurunkan dampak masalah kesehatan pada anak dan
keluarganya (Nelson, 2002). Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi, sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap perubahan hidup sehat
(Notoatmodjo, 2005), sedangkan menurut Effendy (2002) dalam hal ini bila semakin tinggi
tingkat pengetahuan, maka ibu akan dapat memilih alternatif yang terbaik bagi anaknya dan
cenderung memperhatikan hal-hal yang penting tentang perawatan anaknya.
Dampak bila ibu tidak memberikan perawatan yang baik pada balitanya akan
memperberat penyakitnya yaitu menjadi pneumonia berat sehingga saat di bawa ke rumah
sakit keadaannya sudah semakin memburuk. Dampak lainnya yaitu berat badan balita
menurun, demam tidak berkurang dan nafsu makan berkurang. Salah satu kriteria
keberhasilan perawatan di rumah adalah bila saat 2 hari kemudian pernafasannya membaik
(melambat), demam berkurang dan nafsu makan membaik dan pemberian antibiotik selama
5 hari.7
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 ibu yang
berkunjung ke puskesmas tentang cara perawatan balita sakit, 4 ibu menjawab tidak
memberikan kompres air hangat unuk menurunkan demam, 10 ibu tidak tahu balita harus
diberikan banyak minum, 2 ibu tidak tahu bahwa penyakit pneumonia menular sehingga
tidak melakukan upaya pencegahan.
Penanganan penyakit pneumonia yang tepat di rumah oleh orang tua dapat mengurangi
tingkat keparahan dan mengurangi kematian balita akibat pneumonia. Beberapa upaya
perawatan yang dapat dilakukan oleh ibu di rumah dengan memberikan makanan bergizi,
pemberian cairan, kompres saat demam dan membersihkan jalan nafas.8
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
BAHAN DAN CARA
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif analitik yang dilaksanakan dengan survei.
Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu penelitian untuk
mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor risiko dengan efek dimana pada waktu
pengukuran atau pengumpulan data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali
dan secara bersama.
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling, sampel dalam
penelitian ini adalah keluarga balita dengan usia 1 – 5 tahun yang menderita pneumonia dan
yang pernah berkunjung ke Puskesmas.
Pengambilan data primer dilakukan melalui observasi langsung terhadap balita dan
wawancara terhadap orang tua atau anggota keluarga lain yang dapat memberikan informasi
yang terkait dengan penelitian, wawancara ini menggunakan Kuesioner. Untuk menganalisis ada
tidaknya hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji statistik regresi
logistik dan dari hasil pengujian statistik akan ditarik suatu kesimpulan.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) yang
telah disusun secara sistematis. Sebelum penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu dilakukan
uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui tingkat kesahihan (keandalan) dari daftar
pertanyaan yang akan digunakan dalam penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai balita usia 1 – 5 tahun yang
menderita pneumonia yang berkunjung ke Puskesmas Banjarmangu I. Sampel yang dibutuhkan
dalam penelitian ini sebanyak 67 responden. Sampel dalam penelitian ini menggunakan
Purposive sampling yaitu subjek yang mempunyai ciri – ciri yang terdapat pada populasi.
Analisis hasil penelitian menggunakan analisis univariat, digunakan untuk melihat gambaran
distribusi frekuensi. Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen dengan membuat tabel tabulasi silang 3X2.
Selanjutnya dilakukan uji statistik regresi logistik. Uji kemaknaan menggunakan tingkat
kepercayaan (tingkat kemaknaan) 95%, dimana p-value (tingkat kepercayaan) = 0,05. Bila p-
value > 0,05 hal ini menunjukan hasil penelitian didapat hubungan tidak bermakna (tidak ada
hubungan yang signifikan), sedangkan bila p-value ≤ 0,05 menunjukan hasil yang diperoleh
bermakna (ada hubungan yang signifikan).
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner terhadap 67
responden yang menderita pneumonia, menghasilkan data sebagian berikut:
Tabel 4.1. Analisa Univariat (n tot = 67)
No Karakteristik Responden N % 1. Pendidikan Ayah
SD SMP – SMA Perguruan Tinggi
32 30 5
47,76 44,78 7,46
2. Pendidikan Ibu SD SMP – SMA Perguruan Tinggi
33 28 6
49,25 41,79 8,96
3. Pekerjaan Ayah Buruh Petani Swasta PNS
15 26 25 1
22,39 38,81 37,31 1,49
4. Pekerjaan Ibu Tidak bekerja Bekerja
50 17
74,63 25,37
5. Tingkat penghasilan < Rp. 350.000,- Rp. 350.000 – 785.000,- ≥ Rp. 785.000,-
35 18 14
52,24 26,87 20,89
6. Kemampuan keluarga merawat balita pneumonia Tidak mampu Mampu
28 39
41,79 58,21
7. Pengetahuan Rendah Sedang Tinggi
28 27 12
41,79 40,30 17,91
8. Sikap Kurang Cukup Baik
26 20 21
38,81 29,85 31,34
9. Sikap dan dukungan petugas kesehatan Kurang Cukup Baik
23 28 16
34,33 41,79 23,88
Total 67 100,00
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
2. Analisa bivariat
Tabel 4.2 Analisa Bivariat
Variabel Kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia
Total (%) X² (df) OR(95%CI) P
Tidak Mampu n (%)
Mampu n (%)
Pendidikan Ayah SD SMP – SMA Perguruan Tinggi
14 (43,8) 13 (43,3) 1 (20,0)
18 (56,3) 17 (56,7) 4 (80,0)
32 (100) 20 (100) 5 (100)
1,056 (1)
0,590
Pendidikan Ibu SD SMP – SMA Perguruan Tinggi
19 (57,6) 8 (28,6) 1 (16,7)
14 (42,4) 20 (71,4) 5 (83,3)
33(100) 28 (100) 6 (100)
6,948 (1)
0,031*
Pekerjaan Ayah Buruh Petani Swasta PNS
7 (46,7) 11 (42,3) 10 (40,0) 0 (0)
8 (53,3) 15(57,7) 15 (60,0) 1 (100)
15 (100) 26 (100) 25 (100) 1 (100)
0,900 (1)
0,825
Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja Bekerja
25 (50,0) 3 (17,6)
25 (50,0) 14 (82,4
50 (100) 17 (100)
5,459 (1)
4,667 (1,192 – 18,266)
0,019*
Penghasilan Keluarga Rendah Sedang Tinggi
20 (57,1) 5 (27,8) 3 (21,4)
15 (42,9) 13 (72,2) 11 (78,6)
35 (100) 18 (100) 14 (100)
7,230 (1)
0,027*
Pengetahuan Rendah Sedang Tinggi
7 (25,0) 16(59,3) 5 (41,7)
21 (75,0) 11 (40,7) 7 (58,3)
28 (100) 27 (100) 12 (100)
6,632 (2)
0,036*
Sikap Kurang Cukup Baik
16 (61,5) 5 (25,0) 7 (33,3)
10 (38,5) 15 (75,0) 14 (66,7)
26 (100) 20 (100) 16 (100)
7,103 (2)
0,029*
Sikap dan dukungan petugas kesehatan Kurang Cukup Baik
7 (30,4) 10 (35,7) 11(68,8)
16 (69,6) 18 (64,3) 5 (31,3)
23 (100) 28 (100) 16 (100)
6,425 (2)
0,040*
28 (100) 39 (100) 67 (100) Ket : Hasil berdasarkan data dari 67 responden n = 67
*Signifikan pada p ≤ 0,05
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
3. Analisa Multivariat
Analisa ini dilakukan dengan dua tahap yaitu pemilihan variabel penting yang
dapat masuk ke dalam uji regresi logistik yang berasal hasil uji chi square dengan nilai p
< 0,25 dan variabel utama yaitu variabel yang paling dominan terhadap kemampuan
keluarga dalam merawat balita dengan pneumonia.
Tabel 4.3. Variabel penting yang masuk dalam uji regresi logistik ganda.
No Variabel OR CI(95%) p value
1. Pendidikan Ibu - - 0,031 6,948
2. Pekerjaan Ibu 4,667 1,192 – 18,266 0,040 5,459
3. Penghasilan Keluarga
- - 0,027 7,230
4. Pengetahuan - - 0,036 6,632
5. Sikap - - 0,029 7,103
6. Sikap dan dukungan petugas kesehatan
- - 0,040 6,425
Tabel 4.4. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik
Variabel B P wald OR CI(95%) P value Lower Upper Pendidikan Ibu
0,873 2,866 2,394 0,871 6,579 0,090
Pekerjaan Ibu
1,275 2,685 3,579 0,779 16,445 0,101
Penghasilan Sikap Sikap dan dukungan petugas kesehatan
0,845 0,377 -0,892
3,406 0,654 3,709
2,327 1,459 0,410
0,949 0,584 0,165
5,707 3,642 1,016
0,065 0,419 0,054
Constant 0,006 0,000 1,006 0,994
Dari keseluruhan proses analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
dari 6 variabel independen yang diduga menjadi faktor dominan penyebab kemampuan
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
keluarga dalam merawat balita pneumonia terdapat satu variabel dengan OR = 3,579
dengan CI 95% (0,779 – 16,445) yang menjadi faktor dominan yaitu pekerjaan ibu.
Hasil Output Nagelkerke R Square menunjukan bahwa faktor ibu yang tidak
bekerja mengontribusi sebesar 41,1% untuk terjadi kemampuan keluarga dalam merawat
balita pneumonia.
B. Pembahasan
1. Hubungan antara pendidikan ayah dengan kemampuan keluarga dalam merawat
balita pneumonia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar SD 32
(47,76%), dan perilaku keluarga yang tidak mampu merawat balita 14 (43,8%),
sedangkan perilaku keluarga yang mampu merawat balita pneumonia 18 (56,3%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pendidikan ayah dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia di
Puskesmas Banjarmangu I, dengan p value 0,590 (p≥0,05).
Hal tersebut karena didalam hubungan ayah dan anak tidak sedekat hubungan
anak dan ibunya, sehingga ayah kurang didalam merawat balita yang sakit. Peran
ayah disini sebagai seorang pencari nafkah, memberikan kenyamanan bagi
keluarganya. Menurut Feldstein, bahwa tingkat pendidikan dipercaya mempengaruhi
permintaan akan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang tinggi akan memungkinkan
seseorang untuk mengetahui atau mengenal gejala – gejala awal.
Namun tidak semua orang dengan pendidikan yang tinggi akan mampu merawat
balita sakit. Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan
informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar, maka
hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Hersey dan Blanchard
mengungkapkan bahwa pendidikan baik formal mapun non formal dapat
mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan dan berperilaku.24 Pendidikan
seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat
keputusan dalam bertindak. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin
mudah baginya untuk menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi.9
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
2. Hubungan antara pendidikan ibu dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar SD 33
(49,25%), dan perilaku keluarga yang tidak mampu merawat balita pneumonia 19
(57,6%) sedangkan perilaku keluarga yang mampu merawat balita pneumonia 14
(42,4%). Hasil Uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan ibu dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia di
Puskesmas Banjarmangu I (p value = 0,031).
Tingkat pendidikan ibu yang rendah merupakan faktor resiko yang meningkatkan
angka kematian pneumonia. Tingkat pendidikan ibu akan berpengaruh terhadap
tindakan perawatan oleh ibu kepada anak yang menderita pneumonia.16 Hasil
penelitian ini sesuai dengan yang menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan
akan berpengaruh terhadap tindakan perawatan oleh ibu kepada anak yang menderita
pneumonia, selain itu juga rendahnya pengetahuan masyarakat, terutama ibu balita
tentang pneumonia yang menimpa anaknya, dan mereka terlambat membawa anak
balitanya berobat ke puskesmas.11
3. Hubungan antara pekerjaan ayah dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia
Dapat disimpulkan bahwa proporsi pekerjaan ayah yaitu petani dengan
kemampuan dalam merawat balita pneumonia sebagian besar tidak mampu merawat
balita pneumonia yaitu 11 (42,3%), sedangkan perilaku ayah dalam merawat balita
pneumonia yang mampu yaitu 15 (57,7%). Hasil Uji statistik menunjukan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ayah dengan kemampuan keluarga dalam
merawat balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I (p value = 0,825).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan tidak patuh berobat.12 Sejalan pula
dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan
dengan kepatuhan followup penderita pneumonia balita.13
Penghasilan keluarga adalah pendapatan keluarga dari hasil pekerjaan utama
maupun tambahan. Tingkat penghasilan yang rendah menyebabkan orang tua sulit
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
menyediakan fasilitas perumahan yang baik, perawatan kesehatan, dan daya tahan tubuh
berkurang dan mudah terkena penyakit infeksi termasuk penyakit pneumonia.
Status sosial ekonomi dan pendidikan dianggap sebagai faktor resiko penting
untuk pneumonia. Hasil penelitian menyebutkan bahwa prevalensi pneumonia ringan dan
sedang pada balita yang berasal dari kelompok berpenghasilan rendah lebih tinggi secara
bermakna, dibandingkan dengan yang berasal dari kelompok keluarga yang
berpenghasilan lebih tinggi.14
Menurut hasil penelitian dengan menggunakan desain case control, hasil analisis
statistik menunjukan OR= 1,280 (CI 95% = 0,686 – 3,193), dapat dikatakan bahwa bayi
yang mengalami pneumonia kemungkinan 1,3 kali lebih besar pada bayi yang memiliki
keluarga yang berpenghasilan kurang ( dibawah Upah Minimum Propinsi < Rp.
510.000,00) dibandingkan bayi yang memiliki keluarga yang berpenghasilan cukup ( Rp.
510.000,00).15
4. Hubungan antara pekerjaan ibu dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
adalah ibu tidak bekerja 50 (74,63%), dan yang bekerja 17 (25,37%). Hasil analisis
statistik menunjukkan OR= 4,667 (CI 95%= 1,192 – 18,266), dapat dikatakan bahwa
balita dengan ibu yang tidak bekerja memiliki risiko 4,67 kali lebih besar untuk mampu
dalam merawat balita dengan pneumonia dibandingkan balita yang ibunya bekerja.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan sebelumnya yang
membagi pekerjaan ibu menjadi dua yaitu ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar ibu tidak bekerja yaitu sebesar 93,5%,
dan jumlah ibu yang bekerja yaitu 6,7%.16
Pada dasarnya, ibu - ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang lebih banyak
untuk mengurus anak dan merawat bila anak sakit. Selain itu ibu yang tidak bekerja
memungkinkan untuk berperilaku lebih baik dalam hal pencegahan penyakit pneumonia
dengan cara menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan rumah karena kegiatan bersih
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
– bersih rumah dapat dilakukan setiap hari tanpa ada kendala karena harus bekerja ke luar
rumah.
Pneumonia ini memerlukan perawatan dan penanganan yang tepat agar tidak
menjadi pneumonia yang berat sehingga saat di bawa ke rumah sakit keadaannya sudah
semakin memburuk dan dapat menyebabkan kematian balita. Untuk mewujudkan
perawatan secara optimal bagi balita diperlukan peranan ibu sebagai mekanisme untuk
menurunkan dampak masalah kesehatan pada anak dan keluarganya.
Jika dilihat dari konsep keluarga, sebenarnya tugas pokok seorang ibu adalah
mengurus rumah dan tugas ayah adalah mencari nafkah, pilihan ibu untuk bekerja
merupakan suatu cara untuk meringankan tugas suami tetapi ibu juga harus tetap ingat
dengan tugas pokoknya agar kesehatan keluarga dapat terjaga dan tidak mengurangi
perhatian terhadap anak dan keluarga.
5. Hubungan antara penghasilan keluarga dengan kemampuan keluarga dalam merawat
balita pneumonia
Dapat disimpulkan bahwa proporsi penghasilan keluarga yaitu rendah dengan
kemampuan perilaku dalam merawat balita pneumonia sebagian besar tidak mampu
merawat balita pneumonia yaitu 20 (57,1%), sedangkan perilaku dalam merawat balita
pneumonia yang mampu yaitu 15 (42,9%). Hasil Uji statistik menunjukan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara penghasilan keluarga dengan kemampuan keluarga
dalam merawat balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I (p value = 0,027).
Tingkat penghasilan merupakan penghasilan yang diperoleh bapak dan ibu yang
digunakan untuk kehidupan sehari – hari, sehingga semakin besar jumlah pendapatannya,
maka taraf kehidupan akan semakin baik. Status sosial ekonomi dianggap sebagai salah
satu faktor resiko penting untuk pneumonia, karena penderita pneumonia pada balita
banyak ditemukan pada kelompok keluarga dengan sosial ekonomi rendah.14a
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa sosio
ekonomi rumah tangga berperan bermakna terhadap kejadian pneumonia balita, yang
berarti rumah tangga miskin akan lebih besar terkena pneumonia.17
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
6. Hubungan antara pengetahuan dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia. Dari
hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai p= 0,036 (p<0,05). Hasil penelitian
menunjukan bahwa pendidikan ayah terakhir sebagian besar SD yaitu 47,76%.
Pendidikan adalah suatu upaya peningkatan sumber daya manusia dalam meningkatkan
pengetahuan, sehingga diharapkan pendidikan yang tinggi akan meningkat pula wawasan
pengetahuannya dan semakin mudah menerima pengembangan pengetahuan, pendidikan
akan menghasilkan banyak perubahan seperti pengetahuan, sikap, dan perbuatan.18
Hasil analisis bivariat menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia,
nilai Chi Kuadrat hitung sebesar 6,632 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,036 lebih
kecil bila dibandingkan dengan α -= 0,05.
Pada responden yang berpengetahuan dalam kategori tinggi prosentase terbesar
mempunyai perilaku tidak mampu merawat balita pneumonia dalam kategori tinggi yaitu
41,7%. Pada responden dengan pengetahuan sedang, prosentase tertinggi mempunyai
perilaku merawat balita pneumonia dalam kategori mampu yaitu 40,7%. Sedangkan pada
responden dengan pengetahuan dalam kategori rendah sebagian responden memiliki
perilaku merawat balita pneumonia dalam kategori mampu 25,0%
Dari uraian tersebut di atas bahwa responden yang berpengetahuan baik juga
mempunyai perilaku yang mampu dalam merawat balita pneumonia yang baik pula. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartini (2002), yang menyatakan bahwa
semakin tinggi pengetahuan seseorang akan penyakit pneumonia maka angka kejadian
pneumonia yang terjadi akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya apabila seseorang
memiliki pengetahuan yang rendah tentang pneumonia, maka angka kejadian pneumonia
yang terjadi akan semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2003)
bahwa penerimaan perilaku yang didasari oleh pengetahuan maka akan bersifat langgeng.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan mempengaruhi perilaku dalam
merawat balita pneumonia, semakin tinggi pengetahuan, maka perilaku merawat pun
semakin baik. Pengetahuan adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
perilaku seseorang ( oven behavior) yang dalam penelitian ini adalah perilaku merawat
balita pneumonia.
Dalam teori Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarkat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu
faktor perilaku ( behavior causes) dan faktor di luar perilaku ( non behavior causes).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu pertama,
faktor – faktor predisposisi ( predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya, kedua faktor – faktor
pendukung ( enabling factor), yeng terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau
tidaknya fasilitas – fasilitas atau sarana – sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat –
obatan, alat – alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. Dan yang ketiga adalah faktor –
faktor pendorong ( reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.19
7. Hubungan antara sikap dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa responden dengan sikap yang kurang
menunjukan tidak mampu merawat balita pneumonia sebesar 16 (61,5%), sikap keluarga
yang kurang menunjukan mampu merawat balita pneumonia sebanyak 10 (38,5%). Hasil
analisis bivariat diperoleh data bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap
dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia dengan P Value 0,029 (
p<0,05).
Gibson mengatakan, bahwa sikap merupakan faktor penentu perilaku karena sikap
berhubungan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi, dengan demikian sikap
merupakan faktor predisposisi yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku
(Gibson, 1998).
Sikap yang buruk dalam penelitian ini bahwa responden kurang mendapatkan
pendidikan dan pengetahuan yang akan mempengaruhi, kurang memperolehnya stimulus
untuk menentukan bagaimana cara bersikap dalam merawat balita pneumonia. Sikap
adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam
hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk perilaku merawat balita pneumonia). Sikap
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
adalah suatu pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak
sesuai dengan sikap yang objek tadi. Jadi sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal,
suatu objek tidak ada sikap yang tanpa objek dan manusia dapat mempunyai sikap
terhadap bermacam – macam hal (Purwanto, 1998).
8. Hubungan antara sikap dan dukungan petugas kesehatan dengan kemampuan
keluarga dalam merawat balita pneumonia
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sikap dan dukungan petugas kesehatan
yang paling banyak memberikan sikap yang cukup menunjukan tidak mampu merawat
balita pneumonia sebesar 10 (35,7%), sikap dan dukungan petugas kesehatan yang cukup
menunjukan mampu merawat balita pneumonia sebesar 18 (64,3%). Hasil analisis Chi
Square diperoleh data bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan
dukungan petugas kesehatan dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita
pneumonia dengan P Value 0,040 ( p<0,05) Bagi kalangan orang yang berpendidikan
rendah sikap petugas yang memberikan pelayanan dasar dapat diartikan bahwa sikap
petugas sudah baik dalam melayani pasien. Bagi kalangan orang yang berpendidikan
tinggi pelayanan dapat dianggap sebagai pelayanan yang kurang memuaskan dan dapat
pula mempersepsikan sikap petugas dalam melayani pasien kurang baik. Tingkat
pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang
datang dari luar. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memberikan
respon lebih rasional daripada mereka yang berpendidikan rendah ( Notoatmodjo, 2003).
Menurut Nur (2004) kerjasama dan penyuluhan dari petugas kesehatan sangat
diperlukan sebagai contoh atau acuan dalam melakukan tindakan kesehatan. Peran
petugas kesehatan mempunyai pengaruh terhadap perilaku ibu dalam kaitannya dengan
pencegahan penyakit pneumonia.
Menurut Sarfino dalam Smet (1994), dukungan petugas kesehatan merupakan
dukungan sosial dalam bentuk dukungan informatif, dimana perasaan subjek bahwa
lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal – hal yang diketahui.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
9. Variabel yang paling dominan
Variabel pekerjaan ibu merupakan yang paling dominan berpengaruh terhadap
kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia Exp (B) = 3,579. Menurut
Hastono (2001) untuk mengetahui variabel mana yang paling besar pengaruhnya terhadap
variabel dependen, dilihat dari nilai Exp(B), semakin besar nilai Exp(B) berarti semakin
besar pengaruhnya terhadap variabel dependen yang dianalisis. Dan dalam penelitian ini
faktor prediktor yang paling dominan adalah pekerjaan ibu merupakan faktor yang paling
dominan mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia, dimana
ibu yang tidak bekerja lebih banyak tidak mampu dalam merawat balita pneumonia
dikarenakan ibu yang dengan pendidikan rendah sikap yang tidak baik timbul karena
stimulus yang diterima kurang dan hasilnya perilaku keluarga dalam merawat balita tidak
baik.
Kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia dipengaruhi oleh
pengetahuan yang rendah dan sikap yang buruk terhadap cara merawat balita pneumonia
dan menunjang untuk bertambah parah penyakit pneumonia pada balita. Perilaku
merawat balita pneumonia ini menurut Becker dalam Notoatmodjo (2003), termasuk
dalam perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal – hal yang berkaitan dengan
tindakan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan
berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena ketidakmampuan dan
ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi. Masalah
kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan –
kebutuhan keluarga mereka terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat,
pendidikan dan kebutuhan – kebutuhan lainnya, jelas kesemua itu akan dengan mudah
dapat menimbulkan penyakit ( Effendy, 1998).
KESIMPULAN
Pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan, sikap, sikap dan dukungan petugas
kesehatan menunjukkan ada hubungan dengan kemampuan keluarga dalam merawat
balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I. Pekerjaan ibu merupakan faktor paling
dominan berpengaruh terhadap kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia di
Puskesmas Banjarmangu I.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
SARAN
1. Bagi Puskesmas
a. Menggiatkan kembali program Perkesmas yang berfokus pada asuhan
keperawatan keluarga
b. Dilakukan peningkatan penyuluhan tentang penyakit pneumonia, informasi
tentang perawatan pneumonia pada balita, serta pencegahannya terutama di
keluarga secara rutin dan berkesinambungan.
c. Meningkatkan jaminan pelayanan kesehatan pada masyarakat agar pelayanan
kesehatan terjangkau oleh orang – orang yang tidak mempunyai kemampuan
secara ekonomi.
2. Bagi responden
Orang tua harus lebih memperhatikan kesehatan anak – anaknya salah satu
caranya adalah dengan aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu anak, sehingga
tumbuh kembang anak dan imunisasi anak dapat terpantau.
3. Bagi peneliti selanjutnya
a. Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat di jadikan bahan acuan dan
pembelajaran untuk peneliti selanjutnya yang akan mengambil judul atau
jenis yang sama dapat dilakukan dengan menambah jumlah sampel, variabel,
menggunakan metode yang lain dan memperluas daerah penelitian untuk
mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan keluarga dalam
merawat balita pneumonia.
b. Untuk penelitian yang selanjutnya dapat diperdalam dalam hal alat ukur yang
untuk mengukur sikap, selain dengan kuesioner tetapi harus di observasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jenderal P2PL, (2006) ; Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional Penanggulangan Pneumonia Balita tahun 2005- 2009, Jakarta. Depkes RI.
2. Dahlan, Z. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
3. Said, M. (2008). Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: IDAI.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
4. Dinas kesehatan Propinsi Jawa Tengah, (2008).Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2008: Semarang.
5. Puskesmas Banjarmangu I. (2011). Profil Kesehatan Puskesmas. Banjarnegara:
Puskesmas Banjarmangu I.
6. Direktorat Jenderal P2PL, (2009) ;Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Jakarta. Depkes RI.
7. WHO, (2009). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota (alih bahasa Tim Adaptasi Indonesia). Jakarta: WHO. Indonesia. http://ww.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/09/Buku-Saku-Pelayanan-Kesehatan-Anak-di-RS.pdf.
8. Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Jakarta: DIPA Kementerian Kesehatan RI. Available at: http://www.gizikiadepkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/01/Buku-Kader-Seri-Kesehatan-Anak.pdf.
9. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
10. __________________, (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip – prinsip Dasar). Jakarta: Rineka Cipta.
11. Friedman, M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek ( Terjemahan T.
Estu).Jakarta: EGC.
12. Notosiswoyo, M., Martomijoyo, R., & Suipardi, S. (2003). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bayi/ Anak Balita serta Persepsi Masyarakat dam Kaitannya dengan Penyakit ISPA dan Pneumonia. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 31, No.2.
13. Effendy, N. (1998). Dasar – dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
14. Suliha. (1999). Faktor – faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan
penderita TB Paru di Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi Program SI FKM Unsil.
15. Jumawan, R. (2003). Faktor – faktor yang berhubungan dengan kepatuhan follow up
penderita pneumonia di Puskesmas Pamarican Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya. Skripsi Program SI FKM Unsil.
16. Kartasasmita, C.R. (1993). Morbiditas Dan Faktor Resiko ISPA Pada Balita Di Cikutra
Suatu Daerah Urban Di Daerah Bandung. Majalah Kesehatan Bandung, No. 4.
17. Heriyana, dkk. (2005). Analisis Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Pada Anak Umur 1 Tahun Di RSUD Labuang Baji Kota Makassar, http://digilib.litbang.depkes.go.id.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
18. Yulita, R. (2003). Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di
Kabupaten Bekasi. Skripsi. FKM Undip.
19. Mahmud, R. (2009). Pengaruh Kemiskinan Keluarga pada Kejadian Pneumonia Balita di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Volume 4, No.1.
20. Soerjono, S. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
21. Alan, S. (2003). Anthropologi Kesehatan: CARA PENDEKATAN SOSBUD, SH.,
M.Kes. Jurusan Kebidanan Poltekkes Banjarmasin.
22. UNICEF. (2006). Pneumonia: The forgotten killer of children. New York.Available at:http://www.unicef.org. Diakses 27 Maret 2012.
23. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
24. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
25. Departemen Kesehatan RI. (2002). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita. Jakarta.
26. Gibson, J. L. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : CV Mandiri Buana.
27. Kartini. (2002). Hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam
memberikan perawatan penunjang di rumah pada balita pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Wonoayu Sidoarjo. http://www.google.com. Diakses 30 Juli 2012.
28. Machfoedz. (2007). Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian Kesehatan, Keperawatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
29. Nur, H. (2004). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit ISPA pada Balita di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Skripsi. FKM USU.
30. Purwanto, H. (1998). Pengantar Perilaku Manusia Keperawatan. Jakarta: Buku
Kedokteran.
31. Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan, Jakarta: Penerbit PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Lampiran 5. Analisis Bivariat
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pekerjaan Ayah * Perilaku Keluarga 67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
Pekerjaan Ayah * Perilaku Keluarga Crosstabulation
Perilaku Keluarga
Total Tidak
Mampu Mampu
Pekerjaan Ayah Buruh Count 7 8 15
Expected Count 6.3 8.7 15.0
% within Pekerjaan Ayah 46.7% 53.3% 100.0%
% of Total 10.4% 11.9% 22.4%
Petani Count 11 15 26
Expected Count 10.9 15.1 26.0
% within Pekerjaan Ayah 42.3% 57.7% 100.0%
% of Total 16.4% 22.4% 38.8%
Swasta Count 10 15 25
Expected Count 10.4 14.6 25.0
% within Pekerjaan Ayah 40.0% 60.0% 100.0%
% of Total 14.9% 22.4% 37.3%
PNS Count 0 1 1
Expected Count .4 .6 1.0
% within Pekerjaan Ayah .0% 100.0% 100.0%
% of Total .0% 1.5% 1.5% Total Count 28 39 67
Expected Count 28.0 39.0 67.0 % within Pekerjaan Ayah 41.8% 58.2% 100.0% % of Total 41.8% 58.2% 100.0%
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .900a 3 .825 Likelihood Ratio 1.263 3 .738 Linear-by-Linear Association .393 1 .531 N of Valid Cases 67 a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .42.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .115 .825
N of Valid Cases 67
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pekerjaan Ibu * Perilaku Keluarga 67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
Pekerjaan Ibu * Perilaku Keluarga Crosstabulation
Perilaku Keluarga
Total Tidak Mampu Mampu
Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja Count 25 25 50
Expected Count 20.9 29.1 50.0
% within Pekerjaan Ibu 50.0% 50.0% 100.0%
% of Total 37.3% 37.3% 74.6%
Bekerja Count 3 14 17
Expected Count 7.1 9.9 17.0
% within Pekerjaan Ibu 17.6% 82.4% 100.0%
% of Total 4.5% 20.9% 25.4% Total Count 28 39 67
Expected Count 28.0 39.0 67.0 % within Pekerjaan Ibu 41.8% 58.2% 100.0% % of Total 41.8% 58.2% 100.0%
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.459a 1 .019 Continuity Correctionb 4.210 1 .040 Likelihood Ratio 5.909 1 .015 Fisher's Exact Test .024 .018
Linear-by-Linear Association 5.377 1 .020 N of Valid Casesb 67 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.10. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .274 .019
N of Valid Cases 67
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pekerjaan Ibu
(Tidak Bekerja / Bekerja) 4.667 1.192 18.266
For cohort Perilaku Keluarga =
Tidak Mampu 2.833 .978 8.208
For cohort Perilaku Keluarga =
Mampu .607 .426 .865
N of Valid Cases 67
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendidikan Ayah * Perilaku Keluarga 67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
Pendidikan Ayah * Perilaku Keluarga Crosstabulation
Perilaku Keluarga
Total Tidak
Mampu Mampu
Pendidikan Ayah SD Count 14 18 32
Expected Count 13.4 18.6 32.0
% within Pendidikan Ayah 43.8% 56.2% 100.0%
% of Total 20.9% 26.9% 47.8%
SMP - SMA Count 13 17 30
Expected Count 12.5 17.5 30.0
% within Pendidikan Ayah 43.3% 56.7% 100.0%
% of Total 19.4% 25.4% 44.8%
Perguruan Tinggi
Count 1 4 5
Expected Count 2.1 2.9 5.0
% within Pendidikan Ayah 20.0% 80.0% 100.0%
% of Total 1.5% 6.0% 7.5% Total Count 28 39 67
Expected Count 28.0 39.0 67.0 % within Pendidikan Ayah 41.8% 58.2% 100.0%
% of Total 41.8% 58.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.056a 2 .590 Likelihood Ratio 1.150 2 .563 Linear-by-Linear Association .457 1 .499 N of Valid Cases 67 a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.09.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .125 .590
N of Valid Cases 67
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendidikan Ibu * Perilaku Keluarga 67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
Pendidikan Ibu * Perilaku Keluarga Crosstabulation
Perilaku Keluarga
Total Tidak Mampu Mampu
Pendidikan Ibu SD Count 19 14 33
Expected Count 13.8 19.2 33.0
% within Pendidikan Ibu 57.6% 42.4% 100.0%
% of Total 28.4% 20.9% 49.3%
SMP – SMA Count 8 20 28
Expected Count 11.7 16.3 28.0
% within Pendidikan Ibu 28.6% 71.4% 100.0%
% of Total 11.9% 29.9% 41.8%
Perguruan Tinggi Count 1 5 6
Expected Count 2.5 3.5 6.0
% within Pendidikan Ibu 16.7% 83.3% 100.0%
% of Total 1.5% 7.5% 9.0% Total Count 28 39 67
Expected Count 28.0 39.0 67.0 % within Pendidikan Ibu 41.8% 58.2% 100.0%
% of Total 41.8% 58.2% 100.0%
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 6.948a 2 .031 Likelihood Ratio 7.171 2 .028 Linear-by-Linear Association 6.496 1 .011 N of Valid Cases 67 a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.51.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .307 .031
N of Valid Cases 67
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Penghasilan Keluarga * Perilaku Keluarga 67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
Penghasilan Keluarga * Perilaku Keluarga Crosstabulation
Perilaku Keluarga
Total Tidak Mampu Mampu
Penghasilan Keluarga <350.000 Count 20 15 35
Expected Count 14.6 20.4 35.0
% within Penghasilan Keluarga
57.1% 42.9% 100.0%
% of Total 29.9% 22.4% 52.2%
350.000 - 785.000 Count 5 13 18
Expected Count 7.5 10.5 18.0
% within Penghasilan Keluarga
27.8% 72.2% 100.0%
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
% of Total 7.5% 19.4% 26.9%
>785.000 Count 3 11 14
Expected Count 5.9 8.1 14.0
% within Penghasilan Keluarga
21.4% 78.6% 100.0%
% of Total 4.5% 16.4% 20.9% Total Count 28 39 67
Expected Count 28.0 39.0 67.0 % within Penghasilan Keluarga
41.8% 58.2% 100.0%
% of Total 41.8% 58.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 7.230a 2 .027 Likelihood Ratio 7.445 2 .024 Linear-by-Linear Association 6.457 1 .011 N of Valid Cases 67 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.85.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .312 .027
N of Valid Cases 67
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * Perilaku 67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Pengetahuan * Perilaku Crosstabulation
Perilaku
Total Tidak Mampu Mampu
Pengetahuan Rendah Count 7 21 28
Expected Count 11.7 16.3 28.0
% within Pengetahuan 25.0% 75.0% 100.0%
% of Total 10.4% 31.3% 41.8%
Sedang Count 16 11 27
Expected Count 11.3 15.7 27.0
% within Pengetahuan 59.3% 40.7% 100.0%
% of Total 23.9% 16.4% 40.3%
Tinggi Count 5 7 12
Expected Count 5.0 7.0 12.0
% within Pengetahuan 41.7% 58.3% 100.0%
% of Total 7.5% 10.4% 17.9% Total Count 28 39 67
Expected Count 28.0 39.0 67.0 % within Pengetahuan 41.8% 58.2% 100.0% % of Total 41.8% 58.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 6.632a 2 .036 Likelihood Ratio 6.777 2 .034 Linear-by-Linear Association 2.458 1 .117 N of Valid Cases 67 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.01.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .300 .036
N of Valid Cases 67
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sikap * Perilaku Keluarga 67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
Sikap * Perilaku Keluarga Crosstabulation
Perilaku Keluarga
Total Tidak Mampu Mampu
Sikap Kurang Count 16 10 26
Expected Count 10.9 15.1 26.0
% within Sikap 61.5% 38.5% 100.0%
% of Total 23.9% 14.9% 38.8%
Cukup Count 5 15 20
Expected Count 8.4 11.6 20.0
% within Sikap 25.0% 75.0% 100.0%
% of Total 7.5% 22.4% 29.9%
Baik Count 7 14 21
Expected Count 8.8 12.2 21.0
% within Sikap 33.3% 66.7% 100.0%
% of Total 10.4% 20.9% 31.3% Total Count 28 39 67
Expected Count 28.0 39.0 67.0 % within Sikap 41.8% 58.2% 100.0% % of Total 41.8% 58.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 7.103a 2 .029
Likelihood Ratio 7.194 2 .027
Linear-by-Linear Association 4.147 1 .042
N of Valid Cases 67
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 7.103a 2 .029
Likelihood Ratio 7.194 2 .027
Linear-by-Linear Association 4.147 1 .042
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
8.36.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .310 .029
N of Valid Cases 67
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sikap dan Dukungan Petugas Kesehatan * Perilaku Keluarga
67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
Sikap dan Dukungan Petugas Kesehatan * Perilaku Keluarga Crosstabulation
Perilaku Keluarga Total
Tidak Mampu Mampu
Sikap dan Dukungan Petugas Kesehatan
Kurang Count 7 16 23
Expected Count 9.6 13.4 23.0
% within Sikap dan Dukungan Petugas Kesehatan
30.4% 69.6% 100.0%
% of Total 10.4% 23.9% 34.3%
Cukup Count 10 18 28
Expected Count 11.7 16.3 28.0
% within Sikap dan Dukungan Petugas Kesehatan
35.7% 64.3% 100.0%
% of Total 14.9% 26.9% 41.8%
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Baik Count 11 5 16
Expected Count 6.7 9.3 16.0
% within Sikap dan Dukungan Petugas Kesehatan
68.8% 31.2% 100.0%
% of Total 16.4% 7.5% 23.9% Total Count 28 39 67
Expected Count 28.0 39.0 67.0 % within Sikap dan Dukungan Petugas Kesehatan
41.8% 58.2% 100.0%
% of Total 41.8% 58.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 6.425a 2 .040
Likelihood Ratio 6.427 2 .040
Linear-by-Linear Association 5.075 1 .024
N of Valid Cases 67
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
6.69.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .296 .040
N of Valid Cases 67
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 67 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 67 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 67 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Mampu 0
Mampu 1
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 24.384 6 .000
Block 24.384 6 .000
Model 24.384 6 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 66.683a .305 .411
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Classification Tablea
Observed
Predicted
Perilaku Keluarga Percentage
Correct Tidak Mampu Mampu
Step 1 Perilaku Keluarga Tidak Mampu 16 12 57.1
Mampu 8 31 79.5
Overall Percentage 70.1
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Pendidikan2 .873 .516 2.866 1 .090 2.394 .871 6.579
Pekerjaan2 1.275 .778 2.685 1 .101 3.579 .779 16.445
Penghasilan .845 .458 3.406 1 .065 2.327 .949 5.707
Pengetahuan -.620 .455 1.853 1 .173 .538 .220 1.314
Sikap .377 .467 .654 1 .419 1.459 .584 3.642
Petugas -.892 .463 3.709 1 .054 .410 .165 1.016
Constant .006 .718 .000 1 .994 1.006
a. Variable(s) entered on step 1: Pendidikan2, Pekerjaan2, Penghasilan, Pengetahuan, Sikap,
Petugas.
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Perilaku Keluarga Percentage
Correct Tidak Mampu Mampu
Step 0 Perilaku Keluarga Tidak Mampu 0 28 .0
Mampu 0 39 100.0
Overall Percentage 58.2
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .331 .248 1.790 1 .181 1.393
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Pendidikan2 6.595 1 .010
Pekerjaan2 5.459 1 .019
Penghasilan 6.554 1 .010
Pengetahuan 2.496 1 .114
Sikap 4.210 1 .040
Petugas 5.152 1 .023
Overall Statistics 20.590 6 .002
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Frequencies Statistics
Pendidikan Ayah
Pendidikan Ibu
Pekerjaan
Ayah Pekerjaan
Ibu
Penghasilan
Keluarga Perilaku Keluarga
Pengetahuan Sikap
Sikap dan Dukungan
Petugas Kesehatan
N Valid 67 67 67 67 67 67 67 67 67 Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean .60 .60 2.18 .25 .69 .58 .76 .93 .90 Median 1.00 1.00 2.00 .00 .00 1.00 1.00 1.00 1.00 Mode 0 0 2 0 0 1 0 0 1
Std. Deviation .629 .653 .796 .438 .802 .497 .740 .841 .761 Variance .396 .426 .634 .192 .643 .247 .548 .706 .580
Range 2 2 3 1 2 1 2 2 2 Minimum 0 0 1 0 0 0 0 0 0 Maximum 2 2 4 1 2 1 2 2 2
Sum 40 40 146 17 46 39 51 62 60
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Frequency Table Pendidikan Ayah
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Valid SD 32 47.8 47.8 47.8
SMP - SMA 30 44.8 44.8 92.5
Perguruan Tinggi 5 7.5 7.5 100.0
Total 67 100.0 100.0
Pendidikan Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid SD 33 49.3 49.3 49.3
SMP - SMA 28 41.8 41.8 91.0
Perguruan Tinggi 6 9.0 9.0 100.0
Total 67 100.0 100.0
Pekerjaan Ayah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Buruh 15 22.4 22.4 22.4
Petani 26 38.8 38.8 61.2
Swasta 25 37.3 37.3 98.5
PNS 1 1.5 1.5 100.0
Total 67 100.0 100.0
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Pekerjaan Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak Bekerja 50 74.6 74.6 74.6
Bekerja 17 25.4 25.4 100.0
Total 67 100.0 100.0
Penghasilan Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid <350.000 35 52.2 52.2 52.2
350.000 - 785.000 18 26.9 26.9 79.1
>785.000 14 20.9 20.9 100.0
Total 67 100.0 100.0
Perilaku Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak Mampu 28 41.8 41.8 41.8
Mampu 39 58.2 58.2 100.0
Total 67 100.0 100.0
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Rendah 28 41.8 41.8 41.8
Sedang 27 40.3 40.3 82.1
Tinggi 12 17.9 17.9 100.0
Total 67 100.0 100.0
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Kurang 26 38.8 38.8 38.8
Cukup 20 29.9 29.9 68.7
Baik 21 31.3 31.3 100.0
Total 67 100.0 100.0
Sikap dan Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Kurang 23 34.3 34.3 34.3
Cukup 28 41.8 41.8 76.1
Baik 16 23.9 23.9 100.0
Total 67 100.0 100.0
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
KUESIONER PENELITIAN
” FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM
MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BANJARMANGU I KABUPATEN BANJARNEGARA 2012 ”
Nomor Responden :
Kecamatan :
Desa :
Puskesmas :
Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada pertanyaan di bawah ini, sesuai dengan pilihan
jawaban anda
A. DATA SOSIAL EKONOMI
1. Pendidikan Ayah :
a) Tamat SD
b) Tamat SMP
c) Tamat SMA
d) Perguruan Tinggi
2. Pendidikan Ibu :
a) Tamat SD
b) Tamat SMP
c) Tamat SMA
d) Perguruan Tinggi
3. Pekerjaan Ayah :
a) Buruh
b) Petani
c) Swasta
d) PNS
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
4. Pekerjaan Ibu :
a) Bekerja
b) Tidak bekerja/ IRT
5. Penghasilan keluarga tiap bulan :
a) ≥ Rp. 785.000,-
b) Rp. 350.000 – 785.000,-
c) < Rp. 350.000,-
B. PENGETAHUAN
Berilah tanda check (√) sesuai dengan pilihan jawaban anda pada kotak
benar- salah terhadap pernyataan – pernyataan berikut :
No Pernyataan Jawaban Benar Salah 1. Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan
bagian bawah yang ditandai dengan gejala batuk – pilek, demam, sesak nafas.
2. Gejala penyakit pneumonia biasanya tidak didahului dengan infeksi saluran nafas akut bagian atas selama beberapa hari.
3. Kondisi kekurangan gizi, tidak diberi ASI secara Eksklusif, tidak dapat imunisasi campak dapat menyebabkan pneumonia pada balita.
4. Bakteri atau virus bukan penyebab penyakit pneumonia pada balita.
5. Imunisasi DPT dan campak untuk mencegah penyakit pneumonia pada balita.
6. Penyakit pneumonia hanya menyerang pada balita saja.
7. Tanda yang sering muncul pada penyakit pneumonia seperti panas, batuk, pilek.
8. Pneumonia merupakan penyakit tidak menular melalui udara.
9. Memperhatikan perkembangan anak saya selama mengalami sakit.
10. Pada anak dengan berat badan lahir rendah resiko lebih kecil untuk terkena penyakit pneumonia.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
C. SIKAP
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda check (√) sesuai dengan pilihan jawaban anda pada kotak
sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju terhadap pernyataan
– pernyataan berikut :
No Pernyataan Jawaban 11.
Saya sangat khawatir jika balita saya terkena pneumonia.
SS S TS STS
12. Saya menyadari bahwa penyakit pneumonia hanya menyerang pada balita.
13. Saya sangat peduli dengan lingkungan di sekitar rumah saya yang mungkin bisa menjadi penyebab pneumonia.
14. Peran serta keluarga sedikit diperlukan untuk mencegah dan memberantas penyakit pneumonia pada balita.
15. Saya sangat peduli dengan pencegahan pneumonia pada balita.
16. Rajin membersihkan lingkungan rumah bisa menyebabkan balita terkena pneumonia.
17. Saya menyadari bahwa untuk mencegah pneumonia yang paling baik melakukan hidup bersih dan sehat.
18. Pada saat masih bayi, anak saya tidak perlu diberikan ASI eksklusif (ASI saja sampai 6 bulan).
D. PERILAKU KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA
PNEUMONIA
Petunjuk pengisian
Berilah tanda check (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara,
pada kotak sering, kadang – kadang, tidak pernah terhadap pernyataan –
pernyataan berikut ini :
No Pernyataan Jawaban Sering Kadang – kadang Tidak pernah 19. Memberikan makanan yang bergizi
pada balita yang terkena pneumonia.
20. Selalu membiarkan jendela rumah saya tertutup.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
No Pernyataan Jawaban Sering Kadang - kadang Tidak pernah
21. Mencuci tangan setelah beraktifitas di luar ruangan.
22. Memberikan kompres dengan air dingin untuk mengatasi demam.
23. Membersihkan lingkungan rumah dan menciptakan kenyamanan agar anak dapat beristirahat dengan tenang.
24. Memberikan jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan kecap atau madu setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari untuk mengatasi batuk.
25. Bertanya kepada petugas kesehatan tentang pencegahan pneumonia balita.
26. Membawa anak saya ke puskesmas jika sudah kondisi agak parah.
27. Menghindarkan bayi atau anak dari paparan asap rokok, polusi udara, dan tempat keramaian yang berpotensi penularan penyakit pneumonia.
28. Melakukan pembersihan lingkungan rumah tempat tinggal 1 minggu sekali.
E. SIKAP DAN DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN
Petunjuk pengisian
Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda check (√) pada
jawaban yang sesuai menurut saudara :
No Pernyataan Jawaban SS S TS STS
29. Pemberian informasi dan bimbingan kepada keluarga balita tentang perawatan pneumonia harus dilakukan oleh petugas kesehatan.
30. Petugas kesehatan jarang mengajak keluarga untuk bekerja sama dalam penemuan dini kasus pneumonia pada balita.
31. Pada saat saya memeriksaan anak petugas kesehatan memberikan pengertian tentang penyakit pneumonia.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
No Pernyataan Jawaban SS S TS STS
32. Petugas kesehatan kurang mendukung dengan adanya penyuluhan tentang penyakit pneumonia pada balita.
33. Di puskesmas tersebut harus banyak tertempel poster – poster dalam mengatasi dan mencegah balita dengan pneumonia.
34. Petugas kesehatan kurang mendukung untuk menerapkan ASI Eksklusif untuk mencegah balita agar terhindar dari penyakit infeksi.
35. Petugas kesehatan mengajak keluarga untuk melakukan pencegahan pneumonia.
36. Petugas kesehatan tidak harus menganjurkan keluarga untuk hidup bersih dan sehat.
Responden,
( . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . )
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
33. Apakah petugas kesehatan memberikan informasi
dan bimbingan kepada keluarga terutama ibu balita
tentang pentingnya pencegahan pneumonia?
34. Apakah petugas kesehatan mengajak keluarga untuk
bekerja sama dalam penemuan dini kasus pneumonia
pada balita?
35. Apakah petugas kesehatan memberi pengertian
tentang pneumonia?
36. Apakah petugas kesehatan memberikan penyuluhan
tentang penyakit pneumonia?
37. Apakah petugas kesehatan menjelaskan berbagai
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
faktor penyebab terjadinya pneumonia balita?
38. Apakah petugas kesehatan memberikan penjelasan
tentang cara perawatan pneumonia balita di rumah?
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
39. Apakah di puskesmas tersebut banyak tertempel
poster – poster dalam mengatasi dan mencegah balita
dengan pneumonia?
40. Apakah petugas kesehatan menerapkan /
menganjurkan untuk hidup bersih dan sehat?
41. Apakah petugas kesehatan menjelaskan menu / porsi
makanan bergizi yang harus dipenuhi oleh balita?
42. Apakah petugas kesehatan menganjurkan untuk
menerapkan ASI Eksklusif untuk mencegah balita
agar terhindar dari penyakit infeksi?
43. Apakah petugas kesehatan membiarkan kasus
pneumonia pada balita semakin parah?
44. Apakah petugas kesehatan mengajak keluarga untuk
melakukan pencegahan pneumonia?
Kunci Jawaban
A. Pengetahuan
1. B
2. S
3. B
4. S
5. B
6. S
7. B
8. S
9. B
10. S
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
11. B
12. S
B. Sikap
1. Favourable : 1, 3, 5, 7, 9
2. Unfavourable : 2, 4, 6, 8, 10
C. Perilaku
1. Favourable : 1, 3, 5, 7, 9
2. Unfavourable : 2, 4, 6, 8, 10
D. Sikap dan Dukungan Petugas Kesehatan
Saya menyadari bahwa untuk mencegah
pneumonia balita yang paling baik membiasakan
pemberian ASI Eksklusif, imunisasi DPT dan
melakukan hidup bersih dan sehat.
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BANJARMANGU I KABUPATEN BANJARNEGARA
LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Orang tua / Wali : ......................
Umur : ......................
Alamat : ......................
Nama balita : ..…………….
Umur : ……………...
Dengan ini saya menyatakan bersedia dengan ikhlas (tanpa paksaan), untuk menjadi
responden seperti penelitian tersebut di atas. Saya menyadari dengan memberikan (mengisi)
kuisioner ini bisa bermanfaat untuk hasil penelitian ini. Segala jawaban yang saya isi
dijamin kerahasiaannya.
Purwokerto,..............2012
Responden,
(..............................)
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BANJARMANGU I KABUPATEN BANJARNEGARA
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sri Suparni
NIM : 0811020021
Adalah mahasiswa program keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto yang akan melakukan penelitian berjudul “ Faktor Yang
Mempengaruhi Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Balita Dengan Pneumonia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara”.
Dengan ini saya memohon kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian
ini dengan menandatangani lembar persetujuan dan bersedia di wawancarai oleh peneliti,
identitas akan dirahasiakan dan hasil wawancara hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Atas kerjasamanya peneliti mengucapkan terima kasih.
Purwokerto, Juni 2012
Peneliti,
SRI SUPARNI
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Faktor yang Mempengaruhi..., Sri Suparni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012