77781596-fraktur-tibia.docx

35
FRAKTUR TIBIA I. PENDAHULUAN Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi, sedangkan trauma tumpul dapat menyebabkan fraktur tertutup yaitu apabila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit. 1 II. INSIDEN Tendensi untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-pasien usia lanjut yang terjatuh, dan pada populasi ini sering ditemukan fraktur tipe III, fraktur terbuka dengan fraktur kominutif. Pada pasien-pasien usia muda, mekanisme trauma yang paling sering adalah kecelakaan

Upload: olhan-cdr

Post on 14-Dec-2014

27 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

FRAKTUR TIBIA

I. PENDAHULUAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan

tulang patah dapat berupa trauma langsung, Akibat trauma pada tulang tergantung

pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma

tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke

tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai

sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur

dislokasi, sedangkan trauma tumpul dapat menyebabkan fraktur tertutup yaitu apabila

tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit.1

II. INSIDEN

Tendensi untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-pasien usia lanjut

yang terjatuh, dan pada populasi ini sering ditemukan fraktur tipe III, fraktur terbuka

dengan fraktur kominutif. Pada pasien-pasien usia muda, mekanisme trauma yang

paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor. Fraktur lebih sering terjadi pada

orang laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering

berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada Usia lanjut

prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya

osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon. Di Amerika Serikat, insidens

tahunan fraktur terbuka tulang panjang diperkirakan 11 per 100.000 orang, dengan

40% terjadi di ekstremitas bawah. Fraktur ekstremitas bawah yang paling umum

terjadi pada diafisis tibia.2

III. ETIOLOGI

Fraktur traumatik dapat terjadi karena trauma yang tiba-tiba.

Page 2: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Fraktur stress terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat

yang tertentu.

Fraktur patologis pula terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan

patologis di dalam tulang. Fraktur patologis dapat terjadi secara spontan atau

akibat trauma ringan.

IV. ANATOMI

Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan berfungsi

menyanggah berat badan. Tibia bersendi di atas dengan condylus femoris dan

caputfibulae, di bawah dengan talus dan ujung distal fibula. Tibia mempunyai ujung

atas yang melebar dan ujung bawah yang lebih kecil, serta sebuah corpus. Pada ujung

atas terdapat condyli lateralis dan medialis (kadang-kadang disebutplateau tibia lateral

dan medial), yang bersendi dengan condyli lateralis dan medialis femoris, dan

dipisahkan oleh menisci lateralis dan medialis. Permukaan atas facies articulares

condylorum tibiae terbagi atas area intercondylus anterior dan posterior; di antara

kedua area ini terdapat eminentia intercondylus.

Pada aspek lateral condylus lateralis terdapat facies articularis fibularis

circularis yang kecil, dan bersendi dengan caput fibulae. Pada aspek posterior

condylus medialis terdapat insertio m.semimembranosus.

Corpus tibiae berbentuk segitiga pada potongan melintangnya, dan mempunyai

tiga margines dan tiga facies. Margines anterior dan medial, serta facies medialis

diantaranya terletak subkutan. Margo anterior menonjol dan membentuk tulang kering.

Pada pertemuan antara margo anterior dan ujung atas tibia terdapat tuberositas, yang

merupakan tempat lekat ligamentum patellae. Margo anterior di bawah membulat, dan

melanjutkan diri sebagai malleolus medialis. Margo lateral atau margo interosseus

memberikan tempat perlekatan untuk membrane interossea.

Facies posterior dan corpus tibiae menunjukkan linea oblique, yang disebut linea

musculi solei, untuk tempatnya m.soleus.

Page 3: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Ujung bawah tibia sedikit melebar dan pada aspek inferiornya terdapat

permukaan sendi berbentuk pelana untuk os.talus. ujung bawah memanjang ke bawah

dan medial untuk membentuk malleolus medialis. Facies lateralis dari malleolus

medialis bersendi dengan talus. Pada facies lateral ujung bawahtibia terdapat lekukan

yang lebar dan kasar untuk bersendi dengan fibula. Musculi dan ligamenta penting

yang melekat pada tibia.3

Gambar 2. Anatomi cruris.

(dikutip dari kepustakaan 4) (i)

IV.I Fisiologi tulang

Page 4: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Tulang adalah suatu jaringan dan organ yang terstruktur dengan baik, tulang

terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut dengan korteks dan

bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan dilapisi oleh

periosteum pada bagian luamya sedangkan yang membatasi tulang dari cavitas

medullaris adalah endosteum.

Tibia sendiri termasuk tulang panjang , dimana daerah batas disebut diafisis

dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis disebut metafisis. Tulang tibia turut

membentuk rangka badan, sebagai pengumpil dan tempat melekat otot, berfungsi juga

sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam, dan

menjadi tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium dan garam.

.(ii)

Gambar 3. Struktur tulang dan aktivitas osteoblast serta osteoclast pada tulang.

(dikutip dari kepustakaan 5)

Osteoblast merupakan satu jenis sel hasil diferensiasi sel masenkim yang

sangat penting dalam proses osteogenesis atau osifikasi. Sebagai sel, osteoblast dapat

memproduksi substansi organik intraseluler atau matriks, dimana kalsifikasi terjadi

kemudian hari. Jaringan yang tidak mengandung kalsium disebut osteoid dan apabila

kalsifikasi terjadi pada matriks maka jaringan disebut tulang. Sesaat setelah osteoblast

Page 5: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

dikelilingi oleh substansi organik intraseluller, disebut osteosit dimana keadaan ini

terjadi dalam lakuna.

Sel yang bersifat multinukleus, tidak ditutupi oleh permukaan tulang dengan

sifat dan fungsi reabsorbsi serta mengeluarkan tulang yang disebut osteoclast. Kalsium

hanya dapat dikeluarkan dari tulang melalui proses aktivitas osteoclasis yang

menghilangkan matriks organik dan kalsium bersamaan dan disebut deosifikasi.

I. PATOFISIOLOGI

Jika satu tulang sudah patah, jaringan lunak sekitarnya juga rusak, periosteum

terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan darah terbentuk

pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi didalamnya dengan

dengan sel-sel pembentuk tulang primitif (osteogenik) berdiferensiasi menjadi

chondroblast dan osteoblast. Chondroblast akan mensekresi fosfat, yang merangsang

deposisi kalsium.Terbentuk lapisan tebal (callus) di sekitar lokasi fraktur.Lapisan ini

terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan callus dari fragmen satunya, dan

menyatu. Penyatuan dari kedua fragmen (penyembuhan fraktur) terus berlanjut dengan

terbentuknya trabekula dan osteoblast yang melekat pada tulang dan meluas

menyeberangi lokasi fraktur. Penyatuan tulang provisional ini akan menjalani

transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Callus

tulang akan mengalami remodeling untuk mengambil bentuk tulang yang utuh seperti

bentuk osteoblast tulang baru dan osteoclast akan menyingkirkan bagian yang rusak

dan tulang sementara.6

II. DIAGNOSIS

Fraktur tibia dapat terjadi pada bagian proksimal (kondiler), diafisis atau

persendian pergelangan kaki.

Page 6: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

VI.I Fraktur Kondiler Tibia

Mekanisme trauma

Fraktur kondiler tibia lebih sering mengenai kondiler lateralis daripada

medialis serta fraktur kedua kondiler. Banyak fraktur kondiler tibia terjadi akibat

kecelakaan antara mobil dan pejalan kaki di mana bemper mobil menabrak kaki bagial

lateral dengan gaya kearah medial (valgus). Ini menghasilkan fraktur depresi atau

fraktur split dari kondiler lateralis tibia apabila kondiler femur didorong kearah

tersebut. Kondiler medial memiliki kekuatan yang lebih besar,jadi fraktur pada daerah

ini biasanya terjadi akibat gaya dengan tenaga yang lebih besar(varus). Jatuh dari

ketinggian akan menimbulkan kompresi aksial sehingga bisa menyebabkan fraktur

pada proksimal tibia. Pada golongan lanjut usia, pasien dengan osteoporosis lebih

mudah terkena fraktur kondiler tibia berbanding robekan ligamen atau meniscus

setelah cedera keseleo di lutut. Eminentia intrakondiler dapat fraktur bersama robekan

ligamen krusiatum sebagai akibat hiperekstensi atau gaya memutar.7

Klasifikasi

Klasifikasi yang sering dan meluas dipakai sekarang adalah klasifikasi

Schatzker.

I : Fraktur split kondiler lateral

II : Fraktur split/depresi lateral

III: Depresi kondiler lateral

IV: Fraktur split kondiler medial

V : Fraktur bikondiler

VI: Fraktur kominutif

Tipe IV-VI biasanya terjadi akibat trauma dengan tekanan yang kuat. Fraktur

tidak bergeser apabila depresi kurang dari 4 mm, sedangkan yang bergeser apabila

depresi melebihi 4 mm.

Page 7: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Gambar 4. Klasifikasi Schatzker.

(dikutip dari kepustakaan 8)(iii)

Gambar 5. Fraktur kondiler tibia.

(dikutip dari kepustakaan 9)

(dikutip dari kepustakaaiv)

Page 8: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Gambar 6. Gambaran radiologis CT potongan coronal menunjukkan fraktur kondiler

tibia dengan depresi terpencil dari kondiler lateral tibia (Schatzker tipe 3)v

(dikutip dari kepustakaan 10)

Gambaran klinis

Pada anamnesis terdapat riwayat trauma pada lutut, pembengkakan dan nyeri

serta hemartrosis.Terdapat gangguan dalam pergerakan sendi lutut. Biasanya pasien

tidak dapat menahan beban. Sewaktu pemeriksaan, mereka merasakan nyeri pada

proksimal tibia dan gerakan flesi dan ekstensi yang terbatas.Dokter perlu menentukan

adanya penyebab cedera itu akibat tenaga yang kuat atau lemah karena cedera

neovaskular, ligamen sindroma kompartmen lebih sering terjadi pada cedera akibat

tenaga kuat. Pulsasi distal dan fungsi saraf peroneal perlu diperiksa. Kulit perlu

diperiksa secara seksama untuk mencari tanda-tanda abrasi atau laserasi yang dapat

menjadi tanda fraktur terbuka.

Penilaian stabilitas lutut adalah penting dalam mengevaluasi kondiler tibia.

Aspirasi dari hemartrosis pada lutut dan anestasi lokal mungkin diperlukan untuk

pemeriksaan yang akurat. Jika dibandingkan dengan bagian yang tidak cedera,

pelebaran sudut sendi pada lutut yang stabil mestilah tidak lebih dari 10o dengan stress

Page 9: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

varus atau valgus pada mana-mana titik dalam aksis gerakan dari ekstensi penuh

hingga fleksi 90o. Integritas ligamen crusiatum anterior perlu dinilai melalui tes

Lachman.

Fraktur kondiler sering disertai cedera jaringan lunak disekeliling lutut.

Robekan ligamen kollateral medial dan meniscus medial sering menyertai fraktur

kondiler lateral. Fraktur kondiler medial disertai robekan ligamen kollateral lateral dan

meniscus medial.Ligamen crusiatum anterior dapat cedera pada fraktur salah satu

kondiler. Fraktur kondiler tibia, terutama yang ekstensi frakturnya sampai ke diafisis,

dapat meyebabkan kepada sindroma kompartmen akut akibat perdarahan dan edema.

Pemeriksaan radiologik

Dengan foto rontgen posisi AP dan lateral dapat diketahui jenis fraktur, tapi

kadang-kadang diperlukan pula foto oblik. Apabila pada foto polos tidak dapat dilihat

dengan jelas, CT atau tomografi dengan proyeksi AP dan lateral sering diperlukan.

Untuk melihat tanda Fat(marrow)-fluid(blood) interface sign (hemarthrosis)

dilakukan cross table lateral view.

Gambaran fraktur:

Tipe fraktur: split, depresi

Lokasi: medial, lateral

Jumlah fragmen

Pergeseran fragmen

Derajat depresi

Page 10: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Gambar 7. (A) Fraktur kondiler tibia dengan split dan terpisah di lateral. (B) Fraktur

kondiler tibia direduksi dengan menggunakan buttress plate dan screw untuk

mengembalikan kongruensi sendi.

(dikutip dari kepustakaan 11)(vi)

Pengobatan

1. Konservatif

Pada fraktur yang tidak bergeser dimana depresi kurang dari 4 mm dapat

dilakukan beberapa pilihan pengobatan, antara lain verban elastik, traksi, atau gips

sirkuler. Prinsip pengobatan adalah mencegah bertambahnya depresi, tidak

Page 11: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

menahan beban dan segera mobilisasi pada sendi lutut agar tidak segera terjadi

kekakuan sendi.

2. Operatif

Depresi yang lebih dari 4 mm dilakukan operasi dengan mengangkat bagian

depresi dan ditopang dengan bone graft.Pada fraktur split dapat dilakukan

pemasangan screw atau kombinasi screw dan plate untuk menahan bagian fragmen

terhadap tibia.

Komplikasi

1. Genu valgum; terjadi oleh karena depresi yang tidak direduksi dengan baik

2. Kekakuan lutut; terjadi karena tidak dilakukan latihan yang lebih awal

3. Osteoartritis; terjadi karena adanya kerusakan pada permukaan sendi sehingga

bersifat irrreguler yang menyebabkan inkonkruensi sendi lutut.

4. Malunion

5. Cedera ligamen dan meniskus (misal: ligamen medial kollateral)

6. Cedera saraf peroneal.12

VI.II Fraktur Diafisis Tibia

Mekanisme trauma

Fraktur diafisis tibia terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan

menimbulkan fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan

menimbulkan fraktur tipe spiral. Fraktur tibia biasanya terjadi pada batas antara 1/3

bagian tengah dan 1/3 bagian distal. Tungkai bawah bagian depan sangat sedikit

ditutupi otot sehingga fraktur pada daerah tibia sering bersifat terbuka. Penyebab

utama terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas.

Page 12: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Gambar 8. Fraktur diafisis tibia.

(dikutip dari kepustakaan 10)

Klasifikasi fraktur

Klasifikasi dari fraktur diafisis tibia bermanfaat untuk kepentingan para dokter

yang menggunakannya untuk memperkirakan kemungkinan penyembuhan dari fraktur

dalam menjalankan penatalaksanaannya.

Orthopaedic Trauma Association (OTA) membagi fraktur diafisis tibia

berdasarkan pemeriksaan radiografi, terbagi 3 grup, yaitu: simple, wedge dan

kompleks. Masing–masing grup terbagi lagi menjadi 3 yaitu:

A. Tipe simple, terbagi 3: spiral, oblik, tranversal.

B. Tipe wedge, terbagi 3: spiral, bending, dan fragmen.

C. Tipe kompleks, terbagi 3: spiral, segmen, dan iregular.

Page 13: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Gambar 9. Klasifikasi fraktur diafisis tibia mengikut Orthopaedic Trauma Association

(OTA). (dikutip dari kepustakaan 8)

Sistem klasifikasi yang sering digunakan pada fraktur terbuka adalah sistem

Gustilo sebagai berikut:

Tipe I: lukanya bersih dan panjangnya kurang dari 1 cm.

Tipe II: panjang luka lebih dari 1 cm dan tanpa kerusakan jaringan lunak yang

luas.

Tipe IIIa: luka dengan kerusakan jaringan yang luas, biasanya lebih dari 10 cm dan

mengenai periosteum. Fraktur tipe ini dapat disertai kemungkinan komplikasi,

contohnya: luka tembak.

Tipe IIIb: luka dengan tulang yang periosteumnya terangkat.

Tipe IIIc: fraktur dengan gangguan vaskular dan memerlukan penanganan

terhadap vaskularnya agar vaskularisasi tungkai dapat normal kembali.

Page 14: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Gambar 10. (A)Fraktur OTA tipe B.Ini adalah fraktur terbuka Gustilo tipe IIIb. (B)

Fraktur ini dipasang dengan locked intramedullary nail. Foto lateral menunjukkan

OTA tipe II dengan hilangnya tulang. Fraktur tidak menyatu, dan pertukaran nailing

dilakukan 5 bulan setelah kecederaan.(C) 4 bulan setelah pertukanran nailing, fraktur

menyatu dan area yang hilang tulang telah terisi tanpa bone grafting.

(dikutip dari kepustakaan 8)

Page 15: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Gambaran klinis

Ditemukan gejala fraktur berupa pembengkakan, nyeri dan sering ditemukan

deformitas misalnya penonjolan tulang keluar kulit. Sindroma kompartemen bisa

muncul di awal cedera maupun kemudian. Sehingga perlu pemeriksaan serial dan

perhatian pada ekstremitas yang mengalami cidera.Sindroma kompartemen terdiri

dari: pain, pallor, paralysis, paresthesia, pulselessness.

Pemeriksaan radiologis

Foto rontgen harus mencakup bagian distal dari femur dan ankle. Dengan

pemeriksaan radiologis, dapat ditentukan lokalisasi fraktur, jenis fraktur, sama ada

transversal, spiral oblik atau rotasi/angulasi. Dapat ditentukan apakah fraktur pada

tibia dan fibula atau tibia saja atau fibula saja. Juga dapat ditentukan apakah fraktur

bersifat segmental. Foto yang digunakan adalah foto polos AP dan lateral. CT tidak

diperlukan.

Gambar 11. Fraktur diafisis tibia dan fibula dengan pergeseran lateral 100%.

(dikutip dari kepustakaan 13)(vii)

Page 16: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Gambar 12. (A) Fraktur stress pada seorang atlit muda.(B) Perhatikan sklerosis

and pelebaran cortical berikut penyembuhan tulang.

(dikutip dari kepustakaan 8)

Pengobatan

1. Konservatif

Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reduksi fraktur dengan

manipulasi tertutup dengan pembiusan umum. Pemasangan gips sirkuler untuk

immobilisasi, dipasang sampai diatas lutut.

Prinsip reposisi adalah fraktur tertutup, ada kontak 70% atau lebih, tidak ada

angulasi dan tidak ada rotasi. Apabila ada angulasi, dapat dilakukan koreksi

setelah 3 minggu (union secara fibrosa). Pada fraktur oblik atau spiral, imobilisasi

dengan gips biasanya sulit dipertahankan, sehingga mungkin diperlukan tindakan

operasi.

Cast bracing adalah teknik pemasangan gips sirkuler dengan tumpuan pada

tendo patella (gips Sarmiento) yang biasanya dipergunakan setelah pembengkakan

mereda atau terjadi union secara fibrosa.

2. Operatif

Page 17: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka, kegagalan dalam terapi konservatif,

fraktur tidak stabil dan adanya nonunion.Metode pengobatan operatif adalah sama ada

pemasangan plate dan screw, atau nail intrameduler, atau pemasangan screw semata-

mata atau pemasangan fiksasi eksterna. Indikasi pemasangan fiksasi eksterna pada

fraktur tibia:

Fraktur tibia terbuka grade II dan III terutama apabila terdapat kerusakan

jaringan yang hebat atau hilangnya fragmen tulang

Pseudoartrosis yang mengalami infeksi (infected pseudoarthrosis)

Gambar 13. (A) Fraktur OTA tipe A. Ini adalah fraktur bifokal, di mana terdapat

fraktur bimaleolus pergelangan kaki selain fraktur diafisis; 5% dari fraktur tibia

adalah bifokal, dan kombinasi dari pergelangan kaki dan fraktur diafisis yang paling

biasa terjadi. (B) Fraktur diafisis ditangani dengan pemasangan locked intramedullary

nail, dan fraktur pergelangan kaki ditangani dengan teknik AO konvensional.

(dikutip dari kepustakan 8)

Page 18: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Komplikasi

Di antara komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur diafisis tibia adalah

infeksi, delayed union atau nonunion, malunion, kerusakan pembuluh darah

(sindroma kompartmen anterior), trauma saraf terutama pada vervus peroneal

komunis dan gangguan pergerakan sendi pergelangan kaki. Gangguan pergerakan

sendi ini biasanya disebabkan adanya adhesi pada otot-otot tungkai bawah.

VI.III Fraktur Distal Tibia

Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks dan penopang badan

dimana talus duduk dan dilindungi oleh maleolus lateralis dan medialis yang diikat

dengan ligamen.Dahulu,fraktur disekitar pergelangan kaki disebut fraktur Pott.

Mekanisme trauma

Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi dalam

beberapa macam trauma.

1. Trauma abduksi

Trauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis yang bersifat

oblik, fraktur pada maleolus medialis bersifat avulsi atau robekan pada ligamen

bagian medial.

2. Trauma adduksi

Trauma adduksi akan menimbulkan fraktur maleolus medialis yang bersifat oblik

atau avulsi maleolus lateralis atau keduanya. Trauma adduksi juga bisa hanya

menyebabkan strain atau robekan pada ligamen lateral, tergantung dari beratnya

trauma.

3. Trauma rotasi eksterna

Trauma rotasi eksterna biasanya disertai dengan trauma abduksi dan terjadi fraktur

pada fibula di atas sindesmosis yang disertai dengan robekan ligamen medial atau

fraktur avulsi pada maleolus medialis. Apabila trauma lebih hebat dapat disertai

dengan dislokasi talus.

4. Trauma kompresi vertikal

Page 19: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Pada kompresi vertikal dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan disertai

dengan dislokasi talus ke depan atau terjadi fraktur kominutif disertai dengan

robekan diastesis.

Klasifikasi

Lauge-Hansen(1950) mengklasifikasikan menurut patogenesis terjadinya

pergeseran dari fraktur, yang merupakan pedoman penting untuk tindakan pengobatan

atau manipulasi yang dilakukan. Klasifikasi lain yang lebih sederhana, menurut Danis

& Weber (1991), dimana fibula merupakan tulang yang penting dalam stabilitas dari

kedudukan sendi berdasarkan atas lokalisasi fraktur terhadap sindesmosis tibiofibular.

(dikutip dari kepustakaan 14)

Klasifikasi terdiri atas (gambar 14.121):

• Tipe A; fraktur maleolus di bawah sindesmosis

• Tipe B; fraktur maleolus lateralis yang bersifat oblik disertai avulsi maleolus

medialis dimana sering disertai dengan robekan dari ligamen tibiofibular bagian

depan

• Tipe C; fraktur fibula di atas sindesmosis dan atau disertai avulsi dari tibia disertai

fraktur atau robekan pada maleolus medialis. Pada tipe C terjadi robekan pada

sindesmosis. Jenis tipe C ini juga dikenal sebagai fraktur Duyuptren.

Page 20: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Klasifikasi ini penting artinya dalam tindakan pengobatan oleh karena selain

fraktur juga perlu dilakukan tindakan pada ligamen.

(dikutip dari kepustakaan 14)

Gambaran klinis

Ditemukan adanya pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruaan atau

deformitas. Yang penting diperhatikan adalah lokalisasi dari nyeri tekan apakah pada

daerah tulang atau pada ligamen.

Pemeriksaan radiologis

Dengan pemeriksaan radiologis dapat ditentukan jenis-jenis fraktur dan

mekanisme terjadinya trauma(gambar 14.122).Foto rontgen perlu dibuat sekurang-

kurangnya tiga proyeksi, yaitu antero-posterior, lateral dan setengah oblik dari

gambaran posisi pergelangan kaki. Sering fraktur terjadi pada fibula proksimal,

sehingga secara klinis harus diperhatikan.

Page 21: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

(dikutip dari kepustakaan 14)

Pengobatan

Fraktur dislokasi pada sendi pergelangan kaki merupakan fraktur intra-

artikuler sehingga diperlukan reduksi secara anatomis dan akurat serta mobilisasi

sendi yang sesegera mungkin.

Tindakan pengobatan terdiri atas:

1. Konservatif

Dilakukan pada fraktur yang tidak bergeser, berupa pemasangan gips sirkuler di

bawah lutut.

2. Operatif

Terapi operatif dilakukan berdasarkan kelainan-kelainan yang ditemukan apakah

hanya fraktur semata-mata, apakah ada robekan pada ligamen atau diastasis pada

tibiofibula serta adanya dislokasi talus( gambar 14.123).

Beberapa hal yang penting diperhatikan pada reduksi, yaitu:

• Panjang fibula harus direstorasi sesuai panjang anatomis

• Talus harus duduk sesuai sendi dimana talus dan permukaan tibia duduk

paralel

• Ruang sendi bagian medial harus terkoreksi sampai normal(4 mm)

Page 22: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

• Pada foto oblik tidak nampak adanya diastasis tibiofibula

Tindakan operasi terdiri atas:

• Pemasangan screw( maleolar)

• Pemasangan tension band wiring

• Pemasangan plate dan screw

(dikutip dari kepustakaan 14)

Komplikasi

1. Vaskuler

Apabila terjadi fraktur subluksasi yang hebat maka dapat terjadi gangguan

pembuluh darah yang segera, sehingga harus dilakukan reposisi secepatnya.

2. Malunion

Reduksi yang tidak komplit akan menyebabkan posisi persendian yang tidak

akurat yang akan menimbulkan osteoartritis.

3. Osteoartritis

4. Algodistrofi

Page 23: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

Algodistrofi adalah komplikasi dimana penderita mengeluh nyeri, terdapat

pembengkakan dan nyeri tekan di sekitar pergelangan kaki. Dapat terjadi

perubahan trofik dan osteoporosis yang hebat.

5. Kekakuan yang hebat pada sendi.

III. PROGNOSIS

Prognosis dari fraktur tibia untuk kehidupan adalah bonam. Pada sisi fungsi

dari kaki yang cedera, kebanyakan pasien kembali ke perfoma semula,namun hal ini

sangat tergantung dari gambaran frakturnya, macam terapi yang dipilih, dan

bagaimana respon tubuh terhadap pengobatan.

IV. KESIMPULAN

Fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi adalah fraktur pada tibia.

Pada fraktur tibia, dapat terjadi fraktur pada bagian kondiler, diafisis dan pergelangan

kaki. Fraktur pada tibia termasuk luka kompleks, sehingga tentunya penanganannya

juga tidak sederhana.Sebagai dokter umum, anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

lengkap diperlukan jika terjadi fraktur. Selain itu, pemeriksaan radiologis juga penting.

Penatalaksanaan dari fraktur tergantung dari kondisi frakturnya, bisa dengan operatif

maupun non operatif.

Page 24: 77781596-Fraktur-Tibia.docx
Page 25: 77781596-Fraktur-Tibia.docx
Page 26: 77781596-Fraktur-Tibia.docx

i Torsten B. Moeller MD, Emil Reif MD. Pocket atlas of radiographic anatomy. Second edition. New York: Thieme; 2000. p. 164-7.

ii Arthur C. Guyton, John E. Hall. Textbook of medical physiology.11th ed. Philadelphia, Pennsylvania: Elsevier Inc; 2006. p. 982-3.

iii Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown C, et al., eds. Rockwood and Green. Fractures in adults. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p. 2081-93.

iv Jon C. Thompson. Netter’s concise orthopaedic anatomy. 2nd edition. Philadelphia: Saunders; 2010. p. 293-4.

v Borut Marincek, Robert F. Dondelinger . Emergency radiology imaging and intervention . 1st Edition. Verlag Berlin Heidelberg : Springer; 2007. p.278.

vi Berquist, Thomas H. Musculoskeletal imaging companion. 2nd Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p. 222-3.

vii Robert R. Simon, Scott C. Sherman, Steven J. Koenigsknecht. Emergency orthopedics: the extremities. 5th Edition. United States: The McGraw-Hill Companies; 2006.