71jipi-2007

6
ISSN 1411 – 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9, No. 1, 2007, Hlm. 71 - 76 71 PENGARUH BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI DALAM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio L.) EFFECT FERMENTED PALM KERNEL CAGE PORTION IN FEED OF IKAN MAS (Cyprinus carpio L) M. Amri Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Jln.Sumatera Ulak Karang, Padang [email protected] ABSTRACT The study effect of Fermented Palm Kernel Cage (FPKC) in feed on growth of Cyprinus carpio L. was done to evaluate the utilization of palm kernel cage increasing the quality by fermentation technology as a feed in ration to Cyprinus carpio L. performance and get a good level in ration. This experiment was set in a Randomized Completely Design with four treatments and four replicates. Treatments were diets with : A (12% PKC), B (15% FPKC), C (18% FPKC), and D (21% FPKC). Results of experiment indicated that the feed consumption body weight gain, feed conversion and income over feed cost was in proved by 18% FPKC in the diet. Key words : fermented palm kernel cage, diet, performance, Cyprinus carpio L. ABSTRAK Penelitian pemakaian bungkil inti sawit fermentasi (BISF) dalam pakan ikan mas, bertujuan untuk melihat penggunaan bungkil inti sawit yang sudah diperbaiki kualitasnya melalui teknologi fermentasi sebagai campuran dalam pakan terhadap performa ikan mas ( Cyprinus carpio L.) dan untuk mendapatkan level penggunaan produk BISF terbaik dalam pakan. Penelitian ini dilakukan dengan metoda eksperimen yang menggunakan Rancangan Acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan yaitu : Perlakuan A (pakan mengandung 12 % BIS), B, C, dan D (pakan yang mengandung 15, 18, dan 21% BISF). Dari hasil analisis data dan pembahasan memperlihatkan bahwa pemakaian bungkil inti sawit fermentasi 18% dalam pakan menunjukkan konsumsi pakan, pertambahan berat badan yang terbaik dan angka konversi terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kata kunci : bungkil inti sawit fermentasi, pakan, performa, Cyprinus carpio L. PENDAHULUAN Ikan mas mempunyai peranan sangat penting sebagai penyedia protein hewani yang memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan karena pemeliharaannya mudah, daya tumbuh kembangnya sangat cepat, harganyapun terjangkau oleh masyarakat serta mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaat kan untuk meningkatkan gizi masyarakat. Menurut data Statistik Sumatera Barat (2002) produksi ikan yang berasal dari ikan mas mengalami peningkatan sebesar 19.3% per tahun, sedangkan usaha budidayanya dengan pemeliharaan di kolam meningkat sebesar 1.4% per tahun dan pemeliharaan di keramba (pada aliran – aliran sungai dan irigasi) meningkat sebesar 33.2% pertahun. Salah satu usaha dalam peningkatan produksi hasil panen ikan adalah penyediaan bahan baku pakan berkualitas, yang sampai saat ini masih mengandalkan impor terutama bungkil kedelai,

Upload: desi-kemala-sari

Post on 08-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jciuhidnkajnad

TRANSCRIPT

  • ISSN 1411 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9, No. 1, 2007, Hlm. 71 - 76 71

    PENGARUH BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI DALAM PAKANTERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio L.)

    EFFECT FERMENTED PALM KERNEL CAGE PORTIONIN FEED OF IKAN MAS (Cyprinus carpio L)

    M. AmriFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta

    Jln.Sumatera Ulak Karang, Padang [email protected]

    ABSTRACT

    The study effect of Fermented Palm Kernel Cage (FPKC) in feed on growth of Cyprinus carpio L. was done toevaluate the utilization of palm kernel cage increasing the quality by fermentation technology as a feed in rationto Cyprinus carpio L. performance and get a good level in ration. This experiment was set in a RandomizedCompletely Design with four treatments and four replicates. Treatments were diets with : A (12% PKC), B (15%FPKC), C (18% FPKC), and D (21% FPKC). Results of experiment indicated that the feed consumption bodyweight gain, feed conversion and income over feed cost was in proved by 18% FPKC in the diet.

    Key words : fermented palm kernel cage, diet, performance, Cyprinus carpio L.

    ABSTRAK

    Penelitian pemakaian bungkil inti sawit fermentasi (BISF) dalam pakan ikan mas, bertujuan untuk melihatpenggunaan bungkil inti sawit yang sudah diperbaiki kualitasnya melalui teknologi fermentasi sebagai campurandalam pakan terhadap performa ikan mas (Cyprinus carpio L.) dan untuk mendapatkan level penggunaanproduk BISF terbaik dalam pakan. Penelitian ini dilakukan dengan metoda eksperimen yang menggunakanRancangan Acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan yaitu : Perlakuan A (pakan mengandung 12 % BIS),B, C, dan D (pakan yang mengandung 15, 18, dan 21% BISF). Dari hasil analisis data dan pembahasanmemperlihatkan bahwa pemakaian bungkil inti sawit fermentasi 18% dalam pakan menunjukkan konsumsi pakan,pertambahan berat badan yang terbaik dan angka konversi terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

    Kata kunci : bungkil inti sawit fermentasi, pakan, performa, Cyprinus carpio L.

    PENDAHULUAN

    Ikan mas mempunyai peranan sangat pentingsebagai penyedia protein hewani yang memilikipotensi yang sangat baik untuk dikembangkankarena pemeliharaannya mudah, daya tumbuhkembangnya sangat cepat, harganyapunterjangkau oleh masyarakat serta mempunyai nilaigizi yang cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan gizi masyarakat. Menurutdata Statistik Sumatera Barat (2002) produksi ikan

    yang berasal dari ikan mas mengalamipeningkatan sebesar 19.3% per tahun, sedangkanusaha budidayanya dengan pemeliharaan di kolammeningkat sebesar 1.4% per tahun danpemeliharaan di keramba (pada aliran aliransungai dan irigasi) meningkat sebesar 33.2%pertahun.

    Salah satu usaha dalam peningkatan produksihasil panen ikan adalah penyediaan bahan bakupakan berkualitas, yang sampai saat ini masihmengandalkan impor terutama bungkil kedelai,

  • Amri A JIPI 72

    tepung ikan, bahkan jagung sekalipun di Indonesiatelah dilakukan swasembada. Usaha untukmengurangi ketergantungan terhadap impor bahanbaku pakan adalah mencari alternatif bahan bakuyang kualitasnya cukup baik, murah, mudahdidapat, dapat menekan biaya pakan sehinggamampu meningkatkan efisiensi usaha.

    Salah satu bahan pakan alternatif sebagaisumber protein nabati yang perlu diteliti adalahbungkil inti sawit (BIS). BIS merupakan hasilikutan (by product) industri pengolahan kelapasawit (Palm Kernel Cake) atau PKC yang belumdimanfaatkan sebagai bahan pakan ikan perluditeliti untuk melihat kemampuan dari BIS yangdipakai dalam susunan pakan ikan mas.

    Melihat kenyataan ini BIS cukup potensialuntuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ikandengan kandungan protein kasar bungkil inti sawit,15.43%, kendala yang dihadapi jikapemanfaatannya secara langsung nilai biologisprotein rendah.

    Untuk mengatasi masalah ini perlu pula dikajitentang pengolahan BIS yang dapat meningkatkandaya guna proteinnya sehingga pemanfaatannyadalam pakan maksimal. Salah satu cara untukmeningkatkan daya guna protein dan nilai manfaatbungkil inti sawit dengan pendekatan bioteknologimelalui fermentasi dengan kapang Rhizopusoligosporus, sehingga bungkil inti sawitfermentasi mempunyai nilai tambah yangprospektif sebagai bahan baku pakan yang bernilaitinggi.

    Fermentasi merupakan suatu proses yangterjadi melalui kerja mikroorganisme atau enzimuntuk mengubah bahan-bahan organik komplekseperti protein, karbohidrat dan lemak menjadimolekul-molekul yang lebih sederhana. Padaprinsipnya fermentasi dapat mengaktifkanpertumbuhan dan metabolisme mikroorganismeyang dibutuhkan sehingga membentuk produkyang berbeda dengan bahan bakunya (Winarnodan Fardiaz, 1980). Hasil fermentasi diantaranyaakan mempunyai nilai gizi yang tinggi, yaitumengubah bahan makanan yang mengandungprotein, lemak dan karbohidrat yang sulit dicernamenjadi mudah dicerna dan menghasilkan aromaserta flavor yang khas (Poesponegoro, 1975).

    Ditambahkan oleh Buckle et al. (1987) bahwaprotein, lemak dan polisakarida dapat dihidrolisissehingga bahan pangan yang telah difermentasimempunyai daya cerna yang lebih tinggi.

    Salah satu kapang yang biasa dimanfaatkanuntuk meningkatkan nilai gizi bahan pakanterutama kandungan proteinnya adalah kapangRhizopus oligosporus. Winarno dan Fardiaz(1980) mengatakan bahwa Rhizopus oligosporusmampu mensintesis protease yang paling banyak,sedangkan amilase dalam jumlah yang sedikit,enzim ini bekerja dalam pemecahan protein danamilum dari substrat. Kemudian ditambahkan olehGandjar (1977) bahwa, enzim protease yangdihasilkan kapang Rhizopus oligosporus akanmerombak rantai polimer yang panjang dari proteinmenjadi asamasam amino sehingga akanmenyebabkan terjadinya peningkatan kadarnitrogen asam amino dan asam total.

    Berdasarkan uraian diatas dilakukanpenelitian untuk melihat tingkat penggunaanproduk bungkil inti sawit yang sudah diperbaikikualitasnya melalui teknologi fermentasi (BISF)sebagai campuran dalam pakan terhadappertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio L.) danuntuk mendapatkan level penggunaan produkBISF terbaik dalam pakan.

    METODE PENELITIAN

    Bahan dan alatPercobaan ini menggunakan 240 ekor ikan

    mas ukuran 64.5 + 5.5 g. Pakan yang diberikanterdiri atas campuran produk BISF denganbeberapa bahan pakan konvensional lainnya,seperti : tepung ikan, bungkil kedelai, dedak padi,jagung, top mix dan tepung kanji sebagai perekat..Penyusunan pakan perlakuan untuk ikan dilakukaniso kalori dan iso protein dengan kandungan energitermetabolis dan protein masing-masing 2600 Kkalkg-1 dan 32% (Tabel 1).

    Peralatan yang digunakan dalam penelitianini adalah ; kukusan, kantong plastik, timbanganO Haus 2610, ayakan stainless-steel, mesinpencetak pellet, dan waring dengan ukuran 1.2 x1 x 1.2 meter sebanyak 20 buah yang ditempatkandalam kolam.

  • Pengaruh bungkil kelapa sawit fermentasi JIPI 73

    Tabel 1. Kandungan zat-zat makanan dan energitermetabolis (ME) pakan perlakuan

    Penelitian dilaksanakan mulai awal Aprilsampai 18 Juli 2004, secara eksperimen,menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan4 perlakuan pakan dan 4 ulangan yaitu ; A = pakanmengandung 12% BIS, B = Pakan mengandung15% BISF, C = Pakan mengandung 18 % BISF,dan D = Pakan mengandung 21% BISF.

    Prosedur kerjaPenelitian dilaksanakan pada kolam ikan

    petani di Kelurahan Lamun Bukit KecamatanKuranji Kodya Padang dengan langkah-langkahsebagai berikut :

    1. Persiapan bahan-bahan pakan percobaan yaitutepung ikan, bungkil kedelai, dedak, jagung,BISF, Top Mix, dan tepung kanji.

    2. Masing-masing bahan terlebih dahulu diayakdan ditimbang menurut komposisi perlakuan,kemudian diaduk dan dicetak untuk jadi pellet.

    3. Waring ditempatkan dalam kolam denganketinggian air 0.75 m, untuk menjagakedudukan waring dalam air dibuat

    kedudukannya terlebih dahulu dari bahan kayu.Masing-masing waring di isi dengan 15 ekorikan mas. Sebelum pelaksanaan percobaanikan diadaptasikan terhadap lingkungan danpakan selama lebih kurang satu minggu.

    4. Sebelum ikan dimasukkan kedalam waringuntuk mengetahui berat awal ikan terlebihdahulu dilakukan penimbangan denganmenggunakan timbangan OHAUS 2610 g.

    5. Pakan diberikan sebanyak 5% dari beratbiomassa ikan dalam waring dengan frekuensipemberian tiga kali sehari yaitu pagi jam 07.00,siang jam 12.00, dan sore hari jam 17.00.Penyesuaian jumlah pakan yang diberikanterhadap pertambahan bobot badan ikandilakukan dua minggu sekali.

    6. Setelah ikan percobaan dipelihara selama duabulan dilakukan pemanenan dan ditimbangbobot akhir ikan.

    7. Parameter yang diamati adalah : konsumsipakan, pertambahan berat badan ikan,konversi pakan, dan Income Over Feed Cost.Data dianalisis dengan analisis varian (Steeland Torrie, 1980).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengaruh bungkil inti sawit fermentasiterhadap konsumsi, pertambahan berat badan,dan konversi pakan ikan mas (Cyprinus carpioL.)

    Rataan konsumsi ransum, pertambahan beratbadan, dan konversi pakan ikan Mas (Cyprinuscarpio L.) di sajikan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Rataan Konsumsi pakan, pertambahan berat badan (PBB), dan konversi pakan ikan mas (Cyprinuscarpio L.) serta Income Over Feed Cost selama 60 hari penelitian

    A huruf yang berbeda menurut kolom menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P < 0.01); a huruf yang berbeda menurutkolom menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0.05)

  • Amri A JIPI 74

    Pengaruh bungkil inti sawit fermentasiterhadap konsumsi pakan ikan mas (Cyprinuscarpio L.)

    Tingkat pemberian bungkil inti sawitfermentasi (BISF) sangat nyata berpengaruh (P< 0.01) terhadap konsumsi pakan ikan mas (Tabel1). Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkanbahwa perlakuan sangat nyata berpengaruhi (P 0.05). Ini berartibahwa ransum yang mengandung BISF 18%mampu merangsang nafsu makan ikan bahkanlebih baik dibanding dengan ikan yang memperolehransum mengandung 12% bungkil inti sawit tanpafermentasi.

    Shurtleff dan Aoyagi (1979) menyatakanbahwa fermentasi dapat menyebabkan rasa danaroma yang tidak disukai menjadi disukai. Sejalandengan penelitian ini juga memperlihatkan rataankonsumsi ransum ikan mas selama 60 haripengamatan berturut-turut dengan pemakaian BIS12%, BISF 15%, 18% dan pemakaian 21% BISFdalam ransum adalah 281.29, 295.41, 304.66, dan271.54 g ekor-1 60 hari-1 (Tabel 2). Semakin tinggipemakaian BISF semakin meningkat konsumsiransum sampai pada pemakaian 18% BISFkemudian konsumsi menurun dengan pemakaianBISF 21%, hal ini mungkin disebabkan denganpemakaian BISF 21% kandungan serat kasarransum 8.63%. Mudjiman (2004) menyatakanbahwa penggunaan serat kasar dalam ransumtidak boleh lebih dari 8% karena akanmengganggu proses pencernaan dan penyerapanzat makanan serta menurunkan kualitas pellet.

    Pengaruh bungkil inti sawit fermentasiTerhadap Pertambahan Berat Badan Ikan MasSelama 60 hari Penelitian

    Berdasarkan hasil pengamatan selama 60 haridiperoleh rataan pertambahan berat badan ikan

    mas (Tabel 2). Pemakaian bungkil inti sawitfermentasi dalam ransum sangat nyata (P < 0.01)meningkatkan pertambahan berat badan ikan mas(Tabel 2). Analisis Uji Jarak Berganda Duncantterlihat pemakaian BISF 18% nyata perbedaannya(P < 0.05) dengan perlakuan pemberianBISF15%, BISF 21%, dan dengan pemakaian 12%bungkil inti sawit tanpa fermentasi.

    Rataan pertambahan berat badan ikan masuntuk setiap perlakuan mengalami kenaikan padasetiap pengamatan sampai pada pemakaian BISF18% kemudian menurun pada pemakaian BISF21%. Kenaikan tersebut dimungkinkan kondisilingkungan dan ransum yang diberikan sudahcukup baik serta keseimbangan zat-zat makananyang ada dalam ransum sudah memenuhikebutuhan ikan. Hal ini sesuai dengan pendapatHalver (1989), zat-zat makanan yang dibutuhkanikan bila berada pada keadaan yang seimbang danlengkap di samping meningkatkan kecepatanpertumbuhan ikan, juga berperan mengimbangiefek tekanan (fisiologis) dari terbatasnya ruanggerak ikan. Kemudian ditambahkan olehDjajasewaka (1995) pemberian ransum yangsesuai dengan kebutuhan ikan, selain dapatmenjamin kehidupan ikan juga akan mempercepatpertumbuhannya.

    Dari data pertambahan berat badan angkatertinggi di capai pada pemakaian bungkil inti sawitfermentasi 18% ( Tabel 2). Penambahan beratbadan tersebut disebabkan oleh konsumsi ransumyang tinggi (304.66 g ekor-1 60 hari-1) dibandingkandengan perlakuan lain, konsumsi yang tinggi inimengakibatkan tingginya intake protein yaitu 97.92(Tabel 2). Walaupun konsumsi tinggi bila dilihatdari angka konversi ransum ternyata lebih rendahdari perlakuan lain (2.14) ini menunjukkan bahwatingkat efisiensi ransum pada perlakuanpemakaian BISF 18% lebih baik dibanding denganpemakaian bungkil inti sawit (12%) tanpafermentasi.

    Pertambahan berat badan terendah terlihatpada perlakuan pemakaian bungkil inti sawitfermentasi 21% dalam ransum (Tabel 2) yaitu114.18 g ekor-1 60 hari-1, pertambahan berat badanterendah ini juga diikuti oleh konsumsi ransum yangrendah. Bila konsumsi ransum rendah

  • y = -1.1115x2 + 36.821x - 166.67

    R2 = 0.6663

    020

    406080

    100120

    140160

    0 5 10 15 20 25

    Pemakaian Bungkil Inti Sawir Fermentasi (%)

    Perta

    mba

    han

    Ber

    at B

    adan

    Ikan

    M

    as (g

    eko

    r-1)

    mengakibatkan intake protein juga rendah hal inidapat menyebakan pertumbuhan menurun. Berartipemakaian bungkil inti sawit fermentasi 21% tidaklagi efisien digunakan sebagai bahan ransum ikanmas.

    Mokoginta (1997) menyatakan bahwaperbedaan komposisi bahan dan zat makanandalam ransum dapat mempengaruhi kecernaanprotein dan kecernaan total ransum. Berdasarkankandungan zat-zat makanan ransum penelitian(Tabel 1), diketahui kandungan serat kasar ransummemang semakin meningkat dengan besarnyaprosentase jumlah bungkil inti sawit fermentasidalam ransum, sedangkan serat kasar tersebutsukar dicerna ikan. Bila dilihat dari kandunganzat-zat makanan ransum penelitian (Tabel 1)dengan pemakaian bungkil inti sawit fermentasi21% kandungan serat kasar ransum adalah 8.63%.Halver (1989) menyatakan ikan kurang mampumencerna serat kasar (karbohidrat) karena ususikan tidak terdapat mikroba yang dapatmemproduksi enzim amilase atau sellulose.Meskipun enzim sellulose dapat dijumpai padabeberapa jenis ikan, namun nampaknya serat kasarsering tidak dicerna oleh ikan, mungkin hal inidisebabkan kenyataan bahwa sebagian besar jenis-jenis ikan memakan ransum alami yangmengandung sedikit karbohidrat dan kecernaankarbohidrat pada ikan relati rendah (Halver, 1989).

    Djajasewaka (1995) menyatakan bahwakandungan serat kasar yang tinggi di dalam ransumikan akan mempengaruhi daya cerna danpenyerapan zat-zat makanan di dalam alatpencernaan ikan. Kandungan serat kasar kurangdari 8% akan menambah baik struktur pellet ikan,bila melebihi 8% serat kasar akan mengurangikualitas pellet ikan.

    Terlihat bahwa pertambahan berat badan ikanmas sangat nyata dipengaruhi oleh pemakaianbungkil inti sawit fermentasi (P < 0.01) menurutgaris persamaan kuadrat (Tabel 2): Y = - 1.1115x2 + 36.821 x 166.67, dengan R2 = 0.6663 )(Gambar 1).

    Adanya hubungan yang erat (67%) antarapemakaian bungkil inti sawit fermentasi danpertambahan berat badan ikan mas (Gambar 1).Adanya hubungan erat yang bersifat kuadratik

    Pengaruh bungkil kelapa sawit fermentasi JIPI 75

    antara pertambahan berat badan ikan mas denganpemakaian bungkil inti sawit fermentasi.

    Gambar 1. Hubungan antara pemakaian bungkilinti sawit fermentasi dan pertambahanberat badan ikan mas selama 60 haripenelitian.

    Akibat kenaikan serat kasar pada pemakaianbungkil inti sawit fermentasi 21% dalam ransumkurang mampu untuk mendukung pertambahanberat badan ikan mas.

    Pengaruh bungkil inti sawit fermentasiterhadap konversi ransum ikan mas selama60 hari penelitian

    Konversi ransum selama 60 hari penelitian,yang merupakan suatu penilaian secara teknisusaha pemberian ransum bagi ikan mas (Tabel 2).Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidakadanya pengaruh perlakuan terhadap konversiransum (P > 0.05).

    Walaupun konversi ransum tidak nyata,terlihat kecendrungan konversi ransum menurundengan meningkatnya pemakaian bungkil inti sawitfermentasi dalam ransum sampai 18%, kecualipemakaian bungkil inti sawit fermentasi 21%konversi ransum meningkat kembali. Bila dibandingkan antara pemakaian bungkil inti sawittanpa fermentasi dengan bungkil inti sawitfermentasi dalam ransum terlihat denganpemakaian bungkil inti sawit fermentasimenurunkan konversi ransum sampai batas 18%.Pemakaian bungkil inti sawit 12% memperlihatkanangka konversi 2.40, sedangkan angka konversi

  • pemakaian bungkil inti sawit fermentasi 18%dalam ransum adalah 2.14. Menurut Mudjiman(1989) makin rendah faktor konversi ransum,makin efisien ikan memanfaatkan ransum yang dikonsumsi.

    Tingginya angka konversi pada ikan yangmemperoleh ransum dengan pemakaian bungkilinti sawit fermentasi 21% mungkin disebabkanoleh serat kasar yang tinggi yaitu 8.63%.Penggunaan serat kasar dalam ransum tidak bolehmelebihi dari 8% karena akan mengganggu prosespencernaan dan penyerapan zat-zat makanan sertaakan mengurangi kualitas pellet ikan (Mudjiman,2004).

    Pengaruh perlakuan terhadap Income OverFeed Cost

    Income Over Feed Cost (IOFC)merupakan pendapatan dengan cara mengurangipenerimaan dengan biaya produksi untuk pakan(Tabel 2).

    Pemberian pakan dengan pemakaian bungkilinti sawit fermentasi 18% memberikan IOFCtertinggi dibanding dengan pakan lainnya (Tabel2). Tingginya IOFC yang dicapai pada pemakaianBISF 18% yaitu Rp. 558.93,- per ekor disebabkanoleh tingginya pertam-bahan berat badan ikan masyang dicapai. Hal ini erat kaitannya dengan jumlahpakan yang dikonsumsi dan konversi pakan yanglebih baik. IOFC yang terendah dicapai padaperlakuan pemakaian BIS tanpa fermentasi yaituRp. 344,87,- per ekor. Rendahnya IOFC padaperlakuan kontrol juga erat kaitannya denganpertambahan berat badan yang rendah, konsumsidan konversi pakan jelek. Tabel 2 memperlihatkanbahwa, pemakaian BISF 18% dalam pakan biladibandingkan dengan perlakuan pemakaian BISsaja maka diperoleh perbedaan IOFC sebesarRp. 214.06,- per ekor bila ditinjau dari segiekonomis maka pemakaian BISF sebanyak 18%jauh lebih menguntungkan.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil analisis dan pembahasandapat disimpulkan bahwa penggunaan bungkil intisawit fermentasi18% dalam pakan memperlihat

    Amri A JIPI 76

    kan jumlah konsumsi pakan , pertambahan beratbadan tertinggi, dan menurunkan konversipakan,serta income over feed cost tertinggi yaitu :304.66 g ekor-1 60 hari-1, 142.60 g ekor-1 60 hari-1,2.14, dan 558.93.

    DAFTAR PUSTAKA

    Biro Statistik Dinas Perikanan. 2002. LaporanTahunan Dinas Kelautan dan PerikananPropinsi Sumatera Barat.

    Buckle, A.K., R. Aedward, Fleet and W. Wooton.1987. A Course Manual in food Science.Australian Vice Chacellous Comite.Brisbane. P : 218 224.

    .Djajasewaka, H. 1995. Pakan Ikan. CV.Yasaguna, Jakarta.

    Gandjar, I. 19977. Fermentasi Biji Mucunapruriens Dc. Pengaruhnya terhadap kualitasprotein, Institut Teknologi Bandung,Bandung.

    Halver, J.E. 1989.. Fish Nutrition. AcademicPress, Inc. University of Washington Seatle,Washington J.E. Halver (ed)

    Mokoginta, I. 1997. Kebutuhan nutrisi ikanGurame (Osphronemus gouramy Lac) untukpertumbuhan dan reproduksi. Laporanpenelitian Hibah Bersaing II/4. FakultasPerikanan IPB, Bogor.

    Mudjiman, A. 1989. Makanan Ikan. PT. PenerbitSwadaya, Jakarta.

    Mudjiman, A. 2004. Makanan ikan. Ed. Revisi.Seri Agriwawasan. Penerbit PenebarSwadaya, Jakarta.

    Poesponegoro, M. 1975. Makanan hasilfermentasi. Ceramah Ilmiah LKN LIPI Bandung. 4 : 1 9.

    Shurtleff, W., and A. Aoyagi. 1979. A. SuperSoy Food from Indonesia. In Book ofTempeh. Harper and Row New York.

    Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1981. Principlesand Procedures of Statistics. A. BiometricalApproach. International Student End Mc.Graw Hill Kogakusha Limited, Tokyo.

    Winarno, F.G., dan S. Fardiaz. 1980.Biofermentasi dan Biosintesa Protein.Angkasa, Bandung.