7. pr. kolom 9

9
JURNAL PRAKTIKUM TUGAS 7 FRAKSINASI DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM KELAS : D ARISA SAMHANIAH 201210410311231

Upload: nurul-hidayah

Post on 08-Nov-2015

224 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

JURNAL PRAKTIKUMTUGAS 7FRAKSINASI DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM

KELAS: DARISA SAMHANIAH201210410311231

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2015

1. TUJUAN UMUMMahasiswa mampu melakukan fraksinasi suatu ekstrak menggunakan kromatografi kolom.

2. PRINSIP TEORIA. Tanaman (Psidium guajava)KlasifikasiNama Species: Psidium guajavaFamilia: MyrtaceaeNama Daerah: Jambu biji, Jambu klutukSimplisia: Tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak, asam malatPenggunaan: AntidiareKandunganMengandung Tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak, asam malat(Materia Medica Jilid IV)

B. Kromatografi KolomKromatografi kolom merupakan suatu metode pemisahan preparatif. Metode ini memungkinkan untuk melakukan pemisahan suatu sampel yang berupa campuran dengan berat beberapa gram. Pada prinsipnya kromatografi kolom adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada peristiwa adsorpsi. Sampel yang biasanya berupa larutan pekat diletakkan pada ujung atas kolom. Komponen tunggal yang ada pada sampel dijerap oleh fase diam yang telah dibentuk atau biasa digunakan silica gel yang terdapat pada kolom, namun apabila dialirkan pelarut secara kontinyu maka akan terjadi migrasi senyawa dan senyawa tersebut terbawa oleh pelarut sesuai dengan polaritasnya. Kecepatan eluasi sebaiknya dibuat konstan. Jika kecepatan eluasi terlalu kecil maka senyawa-senyawa akan terdifusi ke dalam eluen dan akan menyebabkan pita makin melebar yang akibatnya pemisahan tidak dapat berlangsung dengan baik. Dan apabila kecepatan eluasi terlalu besar maka pemisahan kurang baik dan tidak berdasarkan tingkat polaritasnya sehingga akan diperoleh fraksi yang sama dan menyebabkan fase diam cepat menjadi kering dan dikhawatirkan terjadi cracking. Permukaan adsorben harus benar-benar horizontal, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya cacat yang dapat terjadi selama proses eluasi berjalan.

C. Jenis-Jenis lempeng KLTFasa diam dapat digunakan silika gel, alumina dan serbuk selulosa.Partikel silika gel mengandung gugus hidroksil pada permukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul polar air.Pada kromatografi lapis tipis, sebuah garis digambarkan dibagian atas dan bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna di tempatkan pada garis yang telah ditentukan. Diberikan penandaan pada garis dilempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika dilakukan dengan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram di bentuk (Roy J. 1991).Alumina (Al2O3) dan silika gel (SiO2). Alumina lebih polar daripada silika gel, dan senyawa ini sering dinyatakan lebih aktif daripada silika gel. Alumina lebih cocok untuk analisis senyawa-senyawa yang nonpolar atau kurang polar (seperti hidrokarbon, eter, aldehida, keton, dan alkil halida) karena senyawa-senyawa polar sangat kuat teradsorbsi pada adsorbent ini. Analisis KLT senyawa-senyawa polar pada alumina umumnya menghasilkan harga Rf yang rendah dan pemisahan yang minimal. Sebaliknya silika gel dipilih sebagai adsorbent untuk senyawa-senyawa polar (asam karbokislat, alkohol, amina) karena senyawa-senyawa non polar teradsorbsi lemah pada silika gel. Analisis KLT senyawa-senyawa nonpolar pada silika gel umumnya memberikan harga Rf yang tinggi dan pemisahan yang maksimal (Firdaus. 2011).

D. Konstanta dielektrik n-heksana= 2.0 kloroform= 4.8 etil asetat= 6.0 methanol= 30.0semakin tinggi nilai konstanta dielektrik suatu pelarut, maka semakin polar senyawa pelarut tersebut.

3. BAHAN DAN ALAT4. 1) Ekstrak jambu biji2) Etanol3) Silica gel G604) n-Heksana5) Etil asetat6) Methanol7) Kiesel gel 254

1) Vial2) Pipet3) Spatula logam4) Beaker glass5) Pipa kapiler6) Chamber7) Aluminium foil

5. PROSEDUR KERJAOPTIMASI PELARUT ISOKRATIK Larutkan sedikit sampel ke dalam etanol ad larut. Siapkan 3 plat KLT, totolkan larutan ekstrak sampel pada masing-masing plat sebanyak 1 kapiler Dan juga totolkan ekstrak dari vial 60 pada masing-masing plat sebanyak 15 kapiler. Siapkan 3 macam eluen.1. n-Heksana : etil asetat4 : 12. n-Heksana : etil asetat1 : 43. etil asetat : methanol4 : 1 Eluasi masing-masing plat pada eluen yang berbeda. Amati noda pada UV. Bandingkan berdasarkan polaritas eluen dan bandingkan posisi ekstrak sampel dengan posisi ekstrak vial 60 pada eluen manakah yang mulai menunjukkan perbedaan eluasi. Kemudian tentukan eluen yang akan digunakan untuk melanjutkan fraksinasi.

PEMBUATAN KOLOM Larutkan 50g silica gel G60 dalam eluen H : EA 4 : 1 Masukkan larutan silica gel tersebut sedikit demi sedikit ke dalam kolom secara kontinyu, jangan sampai terjadi pemberhentian terlalu lama yang menyebabkan pecahnya atau rusaknya pembentukan silica pada kolom akibat adanya udara yang terjebak diantara silica tersebut. Jika telah terbentuk fase diam silica yang baik maka eluen dialirkan kurang lebih 10 menit, hingga eluen mencapai posisi 1 cm diatas permukaan silica. Hasil eluen yang ditampung tersebut ditampung dalam enlemeyer

PEMBUATAN EKSTRAK DAN PENAMPUNGAN Larutkan 10% ekstrak dari jumlah silica gel di kolom, larutkan dengan sedikit etanol, kemudian biarkan etanol menguap dan tambahkan silica gel sama banyak dengan jumlah ekstraknya. Aduk ad homogen dan kering. Masukkan ekstrak kering tersebut ke dalam kolom dan tambahkan eluen seperti semula dengan kran kolom tetap dibuka agar eluen keluar dan mengalir. Hentikan pengeluaran eluen / eluasi tersebut bila cairan dibagian atas telah menjadi bening. Setelah itu tambahkan eluen dengan volume cukup, tampung tetesan eluen tersebut dalam vial dengan volume 5 mL dengan kecepatan 1 tetes/2 detik Tampung eluen yang mengandung ekstrak tersebut hingga kurang lebih 60 vial. Kemudian ganti dengan eluen H:EA 1:4 dan tampug eluen tersebut hingga kurang lebih 40 vial.

ANALISA PADA KLT Larutkan sampel dalam vial yang akan diuji, bila eluen telah menguap maka larutkan dengan sedikit eluen yang telah ditampung dalam enlemeyer. Kemudian uji sampel tersebut pada vial 61, 70,80,90,100,107 Amati noda yang mempunyai penampakan yang sama secara visual maupun secara UV 254 Gabungkan fraksi yang sama dalam satu vial Analisa masing-masing fraksi pada plat KLT. Kemudian hitung harga Rf yang terbentuk.

6. PEMBAHASANPolaritas suatu eluen dapat mempengaruhi harga Rf suatu noda pada lempeng KLT. Pada percobaan ini digunakan lempeng KLT silica gel yang bersifat polar dan eluen H:EA 1:1 yang bersifat semi polar sehingga cocok untuk analisa senyawa yang bersifat non polar, karena senyawa tersebut tidak akan terjerap kuat dalam lempeng KLT dan dapat dieluasi untuk menghasilkan harga Rf yang cukup tinggi.Polaritas suatu pelarut yang digunakan pada kromatografi kolom juga berpengaruh dalam proses fraksinasi pada kolom, karena hal tersebut berpengaruh pada tingkat kepolaran fraksi yang dihasilkan.Pada senyawa-senyawa yang telah difraksinasi pada kromatografi kolom tersebut memiliki tingkat kepolaran yang berbeda berdasarkan pelarut yang digunakan. Pada vial 1-60 digunakan pelarut H:EA 4:1 kemudian dilakukan optimasi dan kemudian dilanjutkan penampungan dengan dipilih pelarut H:EA 1:4. Hal tersebut kemudian menunjukkan perbedaan polaritas yang cukup tinggi, karena fraksi yang dihasilkan pada vial 1-60 kurang polar dibandingkan dengan fraksi pada vial 61-107 yang memiliki kepolaran lebih tinggi. Sehingga senyawa yang difraksinasi pada vial 61-107 lebih banyak mengandung campuran senyawa-senyawa karena menggunakan pelarut bersifat lebih polar (dapat menarik senyawa lebih banyak nonpolar-polar).Setelah fraksi-fraksi tersebut ditampung dalam vial 61-107 dianalisa menggunakan KLT untuk mengetahui fraksi manakah yang memiliki kepolaran dan mengandung senyawa yang sama.Namun dikarenakan perbedaan polaritas pelarut yang cukup tinggi maka ketika fraksi tersebut dieluasi pada eluen H:EA 1:4 semua senyawa yang dihasilkan dari fraksi pelarut H:EA 1:4 dapat menunjukkan Rf yang panjang yang artinya semua noda dapat dieluasi sempurna oleh eluen karena memiliki polaritas yang sama. Namun bila fraksi tersebut dieluasi dengan eluen H:EA 4:1 maka noda tidak bergerak sama sekali yang artinya noda lebih kuat afinitasnya terhadap lempeng KLT.Sehingga kemudian dilakukan optimasi eluen dan diperoleh hasil dengan menggunakan eluen H:EA 1:1 dan diperoleh 3 fraksi yang sama. Karena eluen tersebut merupakan eluen yang bersifat semi polar, yang dapat menahan senyawa non polar dengan tetap menarik senyawa yang lebih polar.

Vial 61-67fraksi 1Rf = 0.88Vial 68-105fraksi 2Rf = 0.88 ; 0.76 ; 0.69Vial 106-107fraksi 3Rf = 0.88 ; 0.75 ; 0.68

7. KESIMPULANPelarut yang digunakan pada kromatografi kolom harus dioptimasi terlebih dahulu dan harus dilakukan penggantian pelarut secara bertahap, non polar-semi polar-polar agar terbentuk fraksi yang beragam. harus dipilih pula eluen yang tepat untuk melakukan analisa pada KLT.

8. PUSTAKAhttps://www.academia.edu/7153821/Seminar_Kimia_Yulianti_BAB_I_PENDAHULUAN download pdf ; seminar kimiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pelarut diakses 22 april 2015http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-kolom.html diakses 26 mei 2015