7. modul dtsd kblp untuk kesehatan mas & ling

52
1 KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI Sebagai bagian dari proses belajar mengajar yang berlangsung di Pusdiklat Bea dan Cukai, kebutuhan akan modul yang mudah dan dapat dipelajari oleh para peserta Diklat Teknis Substantif Dasar (DTSD) adalah sangat mendesak diperlukan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas, maka disusunlah Modul Ketentuan Barang Larangan dan Pembatasan (KBLP) untuk Kepentingan Perlindungan Bidang Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup. Rangkuman yang dijadikan dasar pembuatan modul terdiri dari berbagai ketentuan dan peraturan yang sedang dan masih berlaku antara lain diambil dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tanggal 15 Nopember 2006 tentang Perubahan atas Undang Nomor 10 Tahun 1995 tanggal 30 Desember 1995 tentang Kepabeanan, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tanggal 15 Agustus 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tanggal 30 Desember 1995 tentang cukai, dan Peraturan Pemerintah RI, Surat Keputusan Menteri Keuangan RI, Surat Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dan aturan-aturan lain yang berkaitan dengan topik bahasan dalam modul ini. Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berpartisipasi sehingga modul ini dapat disajikan. Kami menyadari akan keterbatasan prasarana dan sarana penunjang dalam pembuatan modul ini, karena itu kami harapkan saran-saran dan kritik dari pihak yang berkepentingan akan modul ini, yang nantinya akan dapat menyempurnakan modul ini. Jakarta, Nopember 2007 Kepala Pusdiklat Bea dan Cukai ttd. Endang Tata NIP 060044462

Upload: gembong-van-beethoven

Post on 02-Jan-2016

45 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

nbmk

TRANSCRIPT

Page 1: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

1

KATA PENGANTAR

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

Sebagai bagian dari proses belajar mengajar yang berlangsung di Pusdiklat Bea dan

Cukai, kebutuhan akan modul yang mudah dan dapat dipelajari oleh para peserta Diklat

Teknis Substantif Dasar (DTSD) adalah sangat mendesak diperlukan.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas, maka disusunlah Modul Ketentuan

Barang Larangan dan Pembatasan (KBLP) untuk Kepentingan Perlindungan Bidang

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup.

Rangkuman yang dijadikan dasar pembuatan modul terdiri dari berbagai ketentuan

dan peraturan yang sedang dan masih berlaku antara lain diambil dari Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2006 tanggal 15 Nopember 2006 tentang Perubahan atas Undang Nomor

10 Tahun 1995 tanggal 30 Desember 1995 tentang Kepabeanan, Undang-Undang Nomor 39

Tahun 2007 tanggal 15 Agustus 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11

Tahun 1995 tanggal 30 Desember 1995 tentang cukai, dan Peraturan Pemerintah RI, Surat

Keputusan Menteri Keuangan RI, Surat Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dan

aturan-aturan lain yang berkaitan dengan topik bahasan dalam modul ini.

Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berpartisipasi

sehingga modul ini dapat disajikan. Kami menyadari akan keterbatasan prasarana dan sarana

penunjang dalam pembuatan modul ini, karena itu kami harapkan saran-saran dan kritik dari

pihak yang berkepentingan akan modul ini, yang nantinya akan dapat menyempurnakan

modul ini.

Jakarta, Nopember 2007

Kepala Pusdiklat Bea dan Cukai

ttd.

Endang Tata NIP 060044462

Page 2: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

2

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ...................................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................................... ii

MODUL

KETENTUAN BARANG LARANGAN DAN PEMBATASAN (KBLP)

UNTUK KEPENTINGAN PERLINDUNGAN BIDANG KESEHATAN

MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN HIDUP

1. Pendahuluan ............................................................................................................... 1

1.1. Deskripsi Singkat ................................................................................................ 1

1.2. Tujuan Pembelajaran Umum .............................................................................. 3

1.3. Tujuan Pembelajaran Khusus ............................................................................ 3

1.4. Petunjuk Pembelajaran ....................................................................................... 3

2. Kegiatan Belajar (KB) 1 .............................................................................................. 4

Narkotika …………………...................................................................................... 4

2.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh ......................................................................... 4

2.2. Latihan ..……………………………………………………………….……… 7

2.3. Rangkuman ..………………………………………………………….……… 8

3. Kegiatan Belajar (KB) 2 ............................................................................................... 9

Psikotropika ….…..………............……....................………………….….……... 9

3.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh ........................................................................ 9

3.2. Latihan …..……………………………………………………………….…… 12

3.3. Rangkuman ……..………………………………………………….………… 12

Page 3: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

3

4. Kegiatan Belajar (KB) 3 .............................................................................................. 13

Prekursor .............…..……..……......……………....................………….……... 13

4.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh ........................................................................ 13

4.2. Latihan ………………………………………………………………………… 15

4.3. Rangkuman …………………………………………………………………… 15

5. Kegiatan Belajar (KB) 4 .............................................................................................. 17

Sediaan Farmasi, Obat Tradisional dan Alat Kesehatan ................................... 17

5.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh ........................................................................ 17

5.2. Latihan ………………………………………………………………………… 21

5.3. Rangkuman …………………………………………………………………… 21

6. Kegiatan Belajar (KB) 5 ........................................................................................... 23

Makanan dan Minuman Beralkohol ................................................................... 23

6.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh ..................................................................... 23

6.2. Latihan ………………………………………………………………………… 27

6.3. Rangkuman …………………………………………………………………… 28

7. Kegiatan Belajar (KB) 6 ............................................................................................. 29

Pencemaran Lingkungan Hidup ............................................................................... 29

7.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh ........................................................................ 29

7.2. Latihan ………………………………………………………………………… 40

7.3. Rangkuman …………………………………………………………………… 40

Page 4: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

4

8. Test Formatif ……………………………………………………………………… 42

9. Kunci Jawaban Test Formatif …………………………………………………….. 45.

10. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……..………………………………………… .. 45

11. Daftar Pustaka ………....………………………………………………..…….....… 46

Page 5: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

5

MODUL

KETENTUAN BARANG LARANGAN DAN PEMBATASAN (KBLP)

UNTUK KEPENTINGAN PERLINDUNGAN BIDANG KESEHATAN

MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN HIDUP

3. Pendahuluan

1.1.Deskripsi Singkat

Maraknya kasus penyelundupan dan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika akhir-

akhir ini merupakan satu indikasi bahwa masalah penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika telah mengancam generai muda kita. Hal demikian ini menuntut kita untuk

selalu waspada terhadap bahaya yang mengancam di lingkungan sekitar kita. Seperti

diketahui bahwa Indonesia telah merativikasi Konvensi PBB tentang pemberantasan

peredaran gelap narkotika dan psikotropika dengan UU NO. 7 tahun 1997. Sejalan

dengan kebijaksanaan pemerintah dalam menangani bahaya narkotika dan psikotropika

DJBC harus berperan aktif melakukan upaya pencegahan sesuai tugas dan fungsinya.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai instasi yang bertugas paling depan baik di

darat, laut maupun udara mempunyai peran yang strategis dalam upaya pencegahan

peredaran gelap narkotika dan psikotropika. Peran DJBC tidak saja terbatas pada upaya

pencegahan peredaran narkotika dan psikotropika secara ilegal, tetapi juga harus

melindungi masyarakat dari bahayanya.

Dengan teknologi yang semakin maju maka dalam mengolah atau menghasilkan suatu

produk akan lebih mudah dan waktu yang digunakan untuk menghasilkan barang itu juga

semakin singkat. Memang perkembangan teknologi mempunyai banyak dampak positif,

namun perkembangan teknologi juga bisa menimbulkan dampak negatif, penyalahgunaan

teknologi modern untuk hal- hal yang merugikan khalayak misalnya pembuatan bom atau

penggunaan bahan- bahan berbahaya yang dapat menimbulkan kerusakan alam maaupun

berbahaya bagi kehidupan manusia. Meningkatnya penggunaan bahan berbahaya sebagai

akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka penggunaan yang

menyimpang dapat berakibat ancaman terhadap kesehatan manusia/hewan/tumbuh-

tumbuhan dan merusak kelestarian lingkungan hidup, bahwa sehubungan dengan hal itu

Page 6: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

6

maka untuk menghindari serta mengurangi resiko akibat tidak sesuainya penggunaan dan

peruntukkan bahan berbahaya maka impornya perlu dikendalikan dengan tetap

memperhatikan kelancaran arus barang. Memasuki era globalisasi dengan akan

dimulainya perdagangan bebas antar negara, tuntutan profesionalitas kinerja Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai semakin meningkat. Fungsi sebagai suatu badan yang

mengumpulkan pungutan untuk keuangan negara mungkin memang berkurang, namun

tugas utama seorang pegawai Bea dan Cukai tidaklah terpaku pada satu titik pokok yang

memang merupakan suatu dasar dibentuknya badan ini. Bea Cukai sebagai suatu lembaga

memiliki peranan yang sangat penting yang mungkin kurang disadari oleh masyarakat,

yaitu untuk melindungi masyarakat itu sendiri dari berbagai hal yang memiliki

kemungkinan untuk menciptakan kerusakan maupun membahayakan bagi lingkungan

masyarakat Indonesia pada khususnya. Sebagai gerbang pertama dari masuknya barang-

barang yang berasal dari luar negeri, pegawai Bea dan Cukai memiliki kewajiban untuk

memberlakukan peraturan dan perundang-undangan yang sesuai terhadap jenis barang

yang akan memasuki daerah pabean Indonesia.

Selain itu, sebagai fasilitator perdagangan internasional, Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai menempatkan posisinya sebagai suatu organisasi yang memegang andil yang

menuntut suatu sikap profesional dalam diri setiap pegawainya. Lancar tidaknya

perdagangan atau arus lalu lintas barang sangat tergantung pada keahlian yang dimiliki

oleh seorang pegawai Bea dan Cukai.

Dalam hubungannya dengan bidang farmasi dan kesehatan, importasi barang-barang

farmasi seperti obat-obatan dan alat kesehatan sangat tinggi. Sekitar 80-90% obat-obatan

yang beredar di Indonesia berasal dari negara-negara asing. Bahkan, berdasarkan sumber

data lainnya, untuk obat-obatan yang diproduksi di dalam negeri sekitar 80% bahan

bakunya diimpor dari luar negeri.

Bekerjasama dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) yang berada

di bawah naungan Departemen Kesehatan, DJBC turut serta melakukan pengawasan

terhadap obat, bahan baku obat dan alat kesehatan yang akan beredar di Indonesia.

Perbedaan mendasar dari tugas Badan POM dengan DJBC itu sendiri adalah pada

perbedaan waktu dan letak di mana obat, bahan obat dan alat kesehatan itu berada. Tugas

utama dari Badan POM adalah mengawasi sediaan farmasi yang telah dan baru akan

Page 7: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

7

beredar di dalam negeri. Sedangkan tugas DJBC adalah mengawasi, dalam hal ini,

sediaan farmasi yang akan memasuki wilayah Indonesia dan menetapkan peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku bagi sediaan farmasi tersebut (diizinkan, dibatasi, atau

dilarang).

1.2. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu melaksanakan dan

menjelaskan Ketentuan Barang Larangan dan Pembatasan (KBLP) untuk Kepentingan

Perlindungan Bidang Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup atas pelaksanaan

penyelesaian pelanggaran Kepabeanan dan Cukai secara optimal.

1.3. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Bahan ajar atau Modul Ketentuan Barang Larangan dan Pembatasan (KBLP) untuk

Kepentingan Perlindungan Bidang Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup ini

bermanfaat bagi peserta didik dan/atau peserta Diklat sebagai pedoman dalam mengikuti

ujian, evaluasi pembelajaran dan nantinya berguna bagi peserta DTSS I dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaannya sewaktu bekerja sesuai bidang specialisasinya.

1.4. Petunjuk Pembelajaran

Baca dan pelajari modul ini dengan seksama serta teliti dan pada bagian berupa data,

definisi, pengertian, hal-hal yang dianggap penting agar dihafal dengan baik. Pelajari

terlebih dahulu sistematika penyajian modul, latar belakang, diskripsi singkat, tujuan

pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.

Kerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar, dalam hal ada yang tidak dapat

difahami/dimengerti atas penjelasan, keterangan, data yang ada pada modul agar

dibuatkan catatan untuk ditanyakan kepada pengajar. Setiap akan belajar untuk mata

pembelajaran ini agar modul dibaca dan dipelajari, berdasarkan sistem pembelajaran KBK

(pembelajaran atau kuliah berbasiskan kompetensi), artinya sistem ini memacu peserta

diklat harus lebih aktif belajar, diskusi dan bertanya kepada pengajar, widyaiswara,

diruang pembelajaran untuk memandu diskusi sebagai moderatur atau fasilitator, untuk

memacu peserta diklat lebih maju dan kreatif.

Page 8: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

8

4. Kegiatan Belajar (KB) 1

NARKOTIKA

2.1.Uraian, Contoh dan Non Contoh

Secara geografis Indonesia terletak diantara dua benua, yaitu Asia dan Australia dan

Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia, merupakan negara kepulauan yang terbesar di

dunia dengan 17.508 pulau. Indonesia juga memiliki garis pantai dan perbatasan yang

sangat panjang dan terbuka serta terletak relatif tidak jauh dari daerah penghasil opiun

terbesar di dunia yaitu "Segi Tiga Emas" (Laos, Thailand dan Myanmar) dan daerah

"Bulan Sabit Emas" (Iran, Afganistan dan Pakistan) serta tidak terlalu susah dicapai dari

tiga negara,Amerika Latin yang juga penghasil opium (Peru, Bolivia dan Colombia). Hal

ini merupakan potensi pasar yang besar untuk peredaran gelap narkotika dan psikotropika

dan mendorong timbulnya pengedar- pengedar yang ingin cepat kaya dengan sedikit

susah payah. Derasnya informasi dari negara-negara industri maju dan proses globalisasi

membawa pergeseran nilai-mlai perubahan selera dan gaya hidup kearah yang lebih

berorientasi kepada keangkuhan (egoismei, individualisme, konsumtifisme, dan

hedonisme. Jenis narkotika yang paling dominan dalam penyalahgunaan dan

perdagangan gelapnya di Indonesia adalah ganja disamping heroin,morphine atau putaw.

Peran serta Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam strategi ini adalah dengan

melakukan pengawasan atas jalur masuk/keluamya barang baik melalui laut,darat,udara.

Pengetesan narkotika di lapangan menggunakan intrumen atau peralatan yang disebut

narkotest-kit dengan ampul-ampul berisi cairan Reagent antara lain : reagent marquis,

reagent cobalt Thiocyanate, reagent KN dan reagent Koppanyi. Perlu diketahui bahwa tes

ini merupakan identifikasi awal dan untuk meyakinkan harus dikonfirmasikan dengan uji

laboratorium. Jenis-jenis narakotika adalah Candu (Opium), Morphine, Codeine,

Heroine, Cocain, Marihuana atau Ganj, dan Hashish

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik

sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan.

Page 9: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

9

Penggolongan narkotika :

� Narkotika Golongan I

Narkotika yang hanya dapat dipergunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak

digunakan untuk terapi, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk

mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Opium mentah/masak, tanaman koka, daun

koka, kokain mentah, ganja.

� Narkotika golongan II

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai plihan terakhir dan dapat

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh: Dekstromoramida, metadonia interemdiate, dipipanona.

� Narkotika Golongan III

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi da/atau

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantunagan. Contoh: Dihidrokodenia, etilmorphina.

Peraturan Perundang-undangan tentang Pelarangan Impor dan Ekspor Narkotika:

� Secara Internasional

� Secara Nasional:

- UU no.9 tahun 1976 jo UU no.22 tahun 1997 tentang narkotika.

- PP no.1 tahun 1990 tentang ketentuan penanaman papaver, koka, dan ganja

- Keputusan Menteri Kesehatan no.195/Menkes/SK/VIII/1977 tentang penetapan alat-

alat dan bahan sebagai barang dibawah pengawasan

- Peraturan Menkes no.28/menkes/per/I/1978 tentang penyimpanan narkotika

- Peraturan Menkes no.229/Menkes/Per/VII/1978 tentang jarum suntik, semprit suntik,

pipa pemadatan dan anhidrida asam asetat

Ketentuan Mengimpor Narkotika

Berdasarkan Undang-undang No.22 tahun 1997 disebutkan bahwa untuk tujuan

pengobatan dan/atau tujuan ilmu pengetahuan, narkotika hanya dapat diimpor ke

Indonesia oleh salah satu importir pedagang besar farmasi setelah memperoleh keputusan

Page 10: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

10

Menteri Kesehatan dan mendapat izin impor dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan,

dengan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut, Memiliki Angka Pengenal Impor,

Memiliki surat persetujuan impor untuk setiiap kali impor dari Menteri Kesehatan,

Memiliki persetujuan pemerintah negara eksportir.

Sedangkan berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam ketentuan Undang-undang no.22

tahun 1997 yang boleh mengekspor narkotika hanyalah satu perusahaan pedagang besar

farmasi milik negara yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut, Memiliki Angka

Pengenal Impor, Memiliki surat persetujuan ekspor untuk setiap kali ekspor dari Menteri

Kesehatan, Memiliki persetujuan pemerintah negara pengimpor.

Selain pemenuhan pesyaratan yang digariskan oleh Undang-undang no.22 tahun 1997

pelaksanaan impor dan ekspor tetap harus memenuhi ketentuan Undang-undang

Kepabeanan.Narkotika yang diangkut harus dilengkapi persetujuan ekspor dari

pemerintah negara eksportir.

Narkotika yang diangkut harus dilengkapi persetujuan impor dari Menteri Kesehatan.

Narkotika yang diangkut harus disimpan dalam kemasan khusus serta aman dan disegel

oleh nakhoda, Penyegelan harus disaksikan oleh pengirim dilengkapi dengan Berita

Acara Penyegelan, Nakhoda harus memberitahukan kedatangannya kapada Kepala

Kantor Pelayanan Bea dan Cukai setempat paling lambat 24 jam setelah tiba

Pembongkaran harus dilakukan pada kesempatan pertama dan disaksikan oleh Pejabat

Bea dan Cukai

Pengangkutan Narkotika

Untuk lebih menjaga kepentingan masyarakat, pemerintah juga mengatur perihal

pengangkutan narkotika di dalam bagian kedua (pasal 20-pasal 25) Undang-Undang

Nomor 22 tahun 1997. Syarat yang harus dipenuhi dalam pengangkutan narkotika, baik

melalui laut maupun udara adalah:

� Narkotika yg diangkut harus dilengkapi persetujuan ekspor dari pemerintah eksportir.

� Narkotika yang diangkur harus dilengkapi persetujuan impor dari Menteri Kesehatan

� Narkotika yang diangkut harus disimpan dalam kemasan khusus serta aman dan disegel

oleh Nakhoda

� Penyegelan harus disaksikan oleh pengirim dilengkapi dengan Berita Acara Penyegelan

Page 11: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

11

� Nakhoda harus memberitahukan kedatangannya pada Kepala Kantor Pelayanan Bea

dan Cukai setempat paling lambat 24 jam setelah tiba.

� Pembongkaran harus dilakukan pada kesempatan pertama dan disaksikan oleh pejabat

Bea dan Cukai.

Selain mengatur mengenai pengangkutan, pemerintah jua mengatur perihal transito di

dalam bagian ketiga (pasal 26 sampai dengan 29) Undang-Undang No. 22 Th. 1997.

Syarat yang harus dipenuhi dalam transito adalah narkotika harus dilengkapi dengan

Surat Persetujuan Ekspor dan Surat Persetujuan Impor yang memuat keterangan antara

lain, Nama dan alamat importir dan eksportir, Jenis, bentuk, dan jumlah narkotika,

Negara tujuan ekspor narkotika. Lebih jauh, pemerintah juga mengatur mengenai alat-

alat bantu yang dapat dipergunakan untuk menggunakan narkotika. Objek pengawasan

pemerintah terhadap alat-alat bantu ini meliputi pipa pemadatan, jarum suntik, semprit

suntik dan peng-gunaan anhidrida asam asetat (acetic acid anhydride). Pemerintah

melalui menteri Kesehatan mengeluarkan Peraturan No. 229/Menkes/Per /VII/1978

tanggal 15 Juli 1978. Di dalam keputusan ini, pipa pemadatan dilarang diproduksi,

diedarkan, dijual, dimiliki, disimpan, atau digunakan.

Sedangkan produksi, impor, dan penyaluran jarum suntik, semprit suntik, produksi,

impor, ekspor, penyaluran, pemilikan, penyimpanan dan penggunaan anhidrida asam

asetat (acetic acid anhydride) harus mendapatkan ijin khusus dari Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan.

2.2.Latihan

Pertanyaan: Narkotika digolongkan menjadi berapa golongan, dan jelaskan golongan

Narkotika yang termasuk berasal dari tanaman hayati.!

Jawab: Ada tiga jenis penggolongan Narkotika, yaitu Golongan I, Golongan II, dan

Golongan III. Jenis narkotika seperti Opium mentah/masak, tanaman koka, daun koka,

kokain mentah, ganja yaitu Narkotika Golongan I yang pengertiannya adalah Narkotika

yang hanya dapat dipergunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

untuk terapi, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk mengakibatkan

ketergantungan. Berpotensi menurunkan kesadaran manusia.

Page 12: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

12

2.3.Rangkuman

Peran serta Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam strategi penanggulangan bahaya

narkotika adalah dengan melakukan pengawasan atas jalur masuk/keluarnya barang baik

melalui laut, darat, udara. Pengetesan narkotika di lapangan menggunakan intrumen atau

peralatan yang disebut narkotest-kit dengan ampul-ampul berisi cairan Reagent.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik

sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan.

Untuk tujuan pengobatan dan/atau tujuan ilmu pengetahuan, narkotika hanya dapat

diimpor ke Indonesia oleh salah satu importir pedagang besar farmasi setelah

memperoleh keputusan Menteri Kesehatan dan mendapat izin impor dari Menteri

Perindustrian dan Perdagangan, dengan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut,

memiliki angka pengenal impor (API/T), memiliki surat persetujuan impor untuk setiap

kali impor dari menteri kesehatan, memiliki persetujuan pemerintah negara eksportir,

berdasarkan ketentuan Undang-undang No.22 tahun 1997.

Objek pengawasan pemerintah terhadap alat-alat bantu ini meliputi pipa pemadatan,

jarum suntik, semprit suntik dan peng-gunaan anhidrida asam asetat (acetic acid

anhydride). Pemerintah melalui menteri Kesehatan mengeluarkan Peraturan No.

229/Menkes/Per /VII/1978 tanggal 15 Juli 1978.

Di dalam keputusan ini, pipa pemadatan dilarang diproduksi, diedarkan, dijual, dimiliki,

disimpan, atau digunakan. Sedangkan produksi, impor, dan penyaluran jarum suntik,

semprit suntik, produksi, impor, ekspor, penyaluran, pemilikan, penyimpanan dan

penggunaan anhidrida asam asetat (acetic acid anhydride) harus mendapatkan ijin khusus

dari Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Page 13: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

13

3. Kegiatan Belajar (KB) 2

PSIKOTROPIKA

3.1.Uraian, Contoh dan Non Contoh

Maraknya penyalahgunaan narkotika dan psikotropika merupakan suatu indikasi

mengancam generasi yang akan datang. Permasalahan penyalahgunaan dan

pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika beserta prekursor narkotika

dan prekursor psikotropika merupakan permasalahan yang demikian kompleks, sehingga

memerlukan penanggulangan secara komperehensif dan terpadu antara berbagai disiplin

ilmu dan profesi, agama dan social budaya, antara berbagai sektor terkait baik pemerintah

maupun masyarakat dan kerjasama luar negeri secara terarah,berencana dan

berkelanjutan. Dalam modul ini akan dibahas secara lebih khusus mengenai psikotropika.

Oleh karena itu pengenalan terhadap psikotropika tersebut sangat diperlukan dalam upaya

mencegah dan melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan psikotropika. Melalui

tulisan ini diharapkan para pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai khususnya dan

masyarakat umumnya dapat lebih mengenal tentang jenis-jenis psikotropika, sehingga

memiliki pengetahuan untuk menangkal bahaya yang ditimbulkannya.

Melalui tulisan ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan pegawai DJBC tentang

beberapa modus operandi yang selalu berkembang dan kadang berulang, sehingga dapat

melakukan pencegahan dengan lebih baik. Melalui tulisan ini pula dimaksudkan untuk

membekali pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan beberapa

peraturan yang terkait dengan psikotropika beserta prekursornya, sehingga dengan

demikian memiliki landasan yang jelas dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap

perdagangan gelap psikotropika

Pengertian Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang

berkhasiat psikotropika aktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Dari pengertian

psikotropika bisa berasal dari bahan-bahan alami maupun non alami. Psikotropika ada

yang mengakibatkan sindroma ketergantungan ada juga yang tidak.

Page 14: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

14

Penggolongan Psikotropika

Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika menggolongkan Psikotropika

yang mengakibatkan sindroma ketergantungan sebagai berikut:

Psikotropika Golongan I

Psikotropika yang termasuk golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Golongan ini terdiri dari 27 macam.

Psikotropika Golongan II

Psikotropika yang termasuk golongan II yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan

dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Golongan II ini terdiri dari 14 macam.

Psikotropika Golongan III

Psikotropika yang termasuk golongan III ialah yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Golongan III ini terdiri dari 11 macam.

Psikotropika Golongan IV

Psikotropika yang termasuk golongan IV ini adalah psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Golongan IV ini terdiri dari 60 macam.

Secara lebih detail jenis-jenis psikotropika dan penggolongannya dirinci dalam lampiran

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tanggal 11 Maret 1997. Perubahan jumlah dari

setiap golongan psikotropika ini diatur lebih lanjut oleh Menteri Kesehatan dan

disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan.

Transito Psikotropika

Seperti layaknya dalam transito narkotika, untuk transito psikotropika juga memiliki

persyaratan khusus, antara lain:

� Persetujuan ekspor dari negara pengekspor

Page 15: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

15

� Persetujuan impor dari negara tujuan

� Perubahan persetujuan impor dapat diberikan, Negara Pengekspor, Negara pengimpor

semula, Negara pengimpor terakhir

Tidak hanya psikotropika, akan tetapi zat atau bahan pemula atau bahan kimia (disebut

juga prekursor psikotropika) yang dapat digunakan dalam pembuatan psikotropika juga

termasuk kedalam objek pelarangan ekspor dan impor. Hal ini dipandang perlu

mengingat penyalahgunaan psikotropika yang semakin meluas dan berdimensi

internasional dan untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyalahgunaan bahan

tersebut untuk pembuatan dan produksi psikotropika.

Secara lebih detail jenis-jenis prekursor psikotropika dan penggolongan pos tarifnya

dirinci dalam lampiran Keputusan Menteri Kesehatan No. 917/MENKES/VIII/1997

tanggal 25 Agustus 1997 tentang Jenis-jenis prekursor Psikotropika. Penambahan dan

perubahan jenis prekursor psikotropika ini ditetapkan oleh badan internasional di bidang

psikotropika.

Sesuai dengan undang-undang Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika,yang dimaksud

dengan psikotropika adalah Zat atau Obat,baik alamiah atau sintetis bukan narkotika yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Dalam Undang-undang

tersebut psikotropika digolongkan menjadi 4 (empat) golongan sesuai dengan akibat yang

dapat ditimbulkannya. Golongan I ada 26 jenis, golongan II ada 14 jenis, golongan III

ada 9 jenis dan golongan IV sebanyak ada 60 jenis. Berikut ini adalah beberapa jenis

psikotropika dengan penyebutan berdasarkan nama di dalam perdagangannya,

Benzedrine, Biphethamine, Dexedrine, Desoxyn, Preludin, Ritalin, Tranxene, Valium,

Morphine Sulfate, Ecstasy / XTC. Salah satu fungsi Direktorat Bea dan Cukai sebagai

"border enforcement agency", adalah mencegah lalu-lintas ilegal barang-barang larangan

yang dapat membahayakan masyarakat,diantaranya pencegahan impor atau ekspor ilegal

psikotropika.

Page 16: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

16

3.2.Latihan

Pertanyaan: Jelaskan apa yang dimaksud dengan Psikotropika dan bagaimana ketentuan

impor Psikotropika!

Jawab: Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,

yang berkhasiat psikotropika aktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat

yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Dari pengertian

psikotropika bisa berasal dari bahan-bahan alami maupun non alami. Psikotropika ada

yang mengakibatkan sindroma ketergantungan ada juga yang tidak. Impor dan ekspor

Psikotropika hanya untuk tujuan pengobatan dan/atau tujuan ilmu pengetahuan, hanya

dapat diimpor oleh salah satu importir pedagang besar farmasi setelah memperoleh

keputusan Menteri Kesehatan dan izin impor dari Menteri Perdagangan, dengan

memenuhi syarat-syarat : memiliki angka pengenal impor (API/T), memiliki surat

persetujuan impor untuk setiap kali impor dari menteri kesehatan, memiliki persetujuan

pemerintah negara eksportir, berdasarkan ketentuan UU No.22 tahun 1997.

3.3.Rangkuman

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika, yang

dimaksud dengan psikotropika adalah Zat atau Obat, baik alamiah atau sintetis bukan

narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat

yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Dalam UnU tersebut psikotropika digolongkan menjadi 4 (empat) golongan sesuai

dengan akibat yang dapat ditimbulkannya, yaitu Psikotropika Golongan I, II, III dan IV.

Tidak hanya psikotropika, akan tetapi zat atau bahan pemula atau bahan kimia (disebut

juga prekursor psikotropika) yang dapat digunakan dalam pembuatan psikotropika juga

termasuk kedalam objek pelarangan ekspor dan impor. Hal ini dipandang perlu

mengingat penyalahgunaan psikotropika yang semakin meluas dan berdimensi

internasional dan untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyalahgunaan bahan

tersebut untuk pembuatan dan produksi psikotropika.Salah satu fungsi Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai sebagai "border enforcement agency", adalah mencegah lalu-

lintas ilegal barang-barang larangan yang dapat membahayakan masyarakat, diantaranya

pencegahan impor atau ekspor ilegal psikotropika.

Page 17: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

17

4. Kegiatan Belajar (KB) 3

PREKURSOR

4.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh

Peraturan larangan dan pembatasan yang melindungi kepentingan kesehatan masyarakat,

dilatarbelakangi sifatnya yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat serta

lingkungan hidup. Beberapa komoditi yang termasuk dalam objek larangan dan

pembatasan ini dapat mempengaruhi perilaku pemakai kearah negatif dan memiliki

kecenderungan addiktif. Sebagai contoh, narkotika yang dapat mempengaruhi

pemakainya kearah perbuatan negatif dan destruktif.

Lebih jauh, pelarangan dan pembatasan terhadap narkotika ini bertujuan untuk

menyelamatkan masyarakat dari kehancuran kesehatan, kahancuran kehidupan,

kehancuran moral dan akhlak serta menurunkan kejahatan, bahka lebih jauh lagi dapat

pula menghancurkan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat

melemahkan ketahanan nasional.

Mengingat pentingnya hal tersebut, prekursor sebagai bahan-bahan pembuat narkotika

dan psikotropika diatur tersendiri dalam peraturan hukum, baik dalam keputusan

setingkat menteri maupun yang lebih rendah. Hal ini dimaksudkan agar nantinya tidak

terjadi penyalahgunaan prekursor untuk hal-hal yang negatif dan merusak, misalnya

untuk membuat narkoba sehingga nantinya akan dikonsumsi oleh masyarakat umum dan

akan berakibat kepada hancurnya moral dan kepribadian bangsa, khususnya generasi

muda. Dalam Modul ini akan dikemukakan mengenai prekursor dan peraturan-peraturan

yang mengaturnya. Hal ini dimaksudkan agar nantinya pengertian dan pemahaman

tentang prekursor, baik mengenai prekursor narkotika maupun prekursor psikotropika

dapat dipahami dengan tepat dan lebih mendalam.

Page 18: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

18

Pengertian Prekursor

Prekursor dalam hal ini diartikan sebagai zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang

dapat digunakan dalam pembuatan narkotika (Prekursor Narkotika) atau yang dapat

digunakan dalam pembuatan Psikotropika (Prekursor Psikotropika).

Prekursor Narkotika, ialah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan

dalam pembuatan narkotika. Prekursor Psikotropika, ialah zat atau bahan pemula atau

bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan psikotropika.

Prekursor, baik prekursor narkotika maupun prekursor psikotropika merupakan salah satu

objek pelarangan dan pembatasan impor dan ekspor. Prekursor Psikotropika adalah zat

atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan

Psikotropika. Prekursor perlu dilakukan pemantauan untuk mencegah penyalahgunaan

pembuatan Psikotropika. Penambahan dan perubahan jenis prekursor mengacu kepada

jenis prekursor yang ditetapkan oleh internasional di bidang psikotropika. Keputusan

Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. HK.00.06.6.03181 tanggal 18

Desember 1997 Tentang Pemantauan Prekursor Psikotropika. Berdasarkan Keputusan

Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan tentang

Pemantauan Prekursor Psikotropika.

Daftar Jenis Prekursor

Kelompok I

Anhidrida asetat, Asam Fenil asetat, Asam Lisergat, Asam N asetil antranilat, Ephedrin,

Ergometrin, Ergotamin, 1-fenil 2-propanon, Isosafrol,Kalium Permanganat,

3,4-Metilon dioksi fenil-2 propanon, Norefedrin, Piperonal, Pseudoefedrin, Safrol.

Kelompok II

Asam antranilat, Asam klorida, Asam sulfat, Aseton, Etil eter, Metil etil keton,

Piperidin, Toluen. Termasuk garam-garam dan sediaan-sediaannya yang mengandung

satu atau lebih bahan tersebut kecuali asam klorida dan asam sulfat.

Page 19: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

19

4.2.Latihan

Pertanyaan: Prekursor, baik prekursor narkotika maupun prekursor psikotropika

merupakan salah satu objek pelarangan dan pembatasan impor dan ekspor. Terhadap

prekursor jenis apakah yang harus dilakukan pemantauan dan pengawasan? Jelaskan.

Bagaimanakah wujud pengawasan dan pemantauan terhadap impor dan ekspor

prekursor? Dan sebutkan jenis prekursor yang apabila diimpor atau diekspor wajib

dilaporkan kepada Kepala Kantor?

Jawab: Pemantauan dan Pengawasan precursor dilakukan terhadap semua jenis

precursor. Hal ini dipandang perlu mengingat penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

yang semakin meluas dan berdimensi internasional dan untuk mencegah kemungkinan

terjadinya penyalahgunaan bahan tersebut untuk pembuatan dan produksi psikotropika

dan narkotika. Pemantauan dan Pengawasan terhadap impor dan ekspor prekursor

diwujudkan dengan jalan pemberian Surat Persetujuan Impor setiap kali mengimpor;

pemberian Surat Persetujuan Ekspor setiap kali mengekspor; pem-beritahuan ekspor dari

pemerintah negara pengekspor (pre ekspor notifikasi), kewajiban menyampaikan catatan

dan laporan bagi sarana pengelola precursor; Jenis prekursor yang apabila diimpor atau

diekspor wajib dilaporkan kepada Kepala Kantor adalah Asam N-Asetil Antranilat,

Efedrin, Ergometrin, Ergotamin, Isosafrol, Asam Lisergat, 3,4-metilen dioksifenil 2-

propanon, 1-Fenil–2 Propanon, Piperonal, Pseudoefedrine, Safrol,Anhidrida Asam

Asetat, Asam Fenil Asetat,Kalium Permanganat, Metil etil keton.

4.3.Rangkuman

Peraturan larangan dan pembatasan yang melindungi kepentingan kesehatan masyarakat,

dilatarbelakangi sifatnya yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat serta

lingkungan hidup. Beberapa komoditi yang termasuk dalam objek larangan dan

pembatasan ini dapat mempengaruhi perilaku pemakai kearah negatif dan memiliki

kecenderungan addiktif. Sebagai contoh, narkotika yang dapat mempengaruhi

pemakanya kearah perbuatan negatif dan destruktif. Lebih jauh, pelarangan dan

pembatasan terhadap narkotika ini bertujuan untuk menyelamatkan masyarakat dari

kehancuran kesehatan, kahancuran kehidupan, kehancuran moral dan akhlak serta

menurunkan kejahatan, bahka lebih jauh lagi dapat pula menghancurkan nilai-nilai

Page 20: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

20

budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan nasional. Tidak

kalah pentingnya ialah pengawasan terhadap pentingnya ialah pengawasan terhadap

prekursor yaitu bahan-bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan

narkotika dan psikotropika. Terhadap impor dan ekspor precursor dilakukan pengawasan

lebih lanjut setelah mendapat persetujuan impor atau ekspor dari Pejabat Bea dan Cukai.

Pengawasan sebagaimana dimaksud dilakukan secara tertutup/ surveillance dan

dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan dan Kantor Wilayah. Ada 15 jenis Prekursor yang

diimpor atau diekspor yang wajib dilaporkan kepada Kepala Kantor Pabean. Laporan

sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya memuat tentang, Nama, NPWP dan alamat

perusahaan, yang mengimpor atau mengekspor, Jenis dan jumlah dari tiap jenis

precursor, Nomor dan tanggal dokumen Impor (PIB)/ dokumen ekspor (PEB), Nomor

dan tanggal Surat Persetujuan Impor (SPI)/ Surat Persetujuan Ekspor(SPE), Negara Asal/

Negara Tujuan.

Page 21: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

21

5. Kegiatan Belajar (KB) 4

SEDIAAN FARMASI, OBAT TRADISIONAL

DAN ALAT KESEHATAN

5.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai suatu lembaga memiliki peranan yang sangat

penting yang mungkin kurang disadari oleh masyarakat, yaitu untuk melindungi

masyarakat itu sendiri dari berbagai hal yang memiliki kemungkinan untuk menciptakan

kerusakan maupun membahayakan bagi lingkungan masyarakat Indonesia pada

khususnya.

Sebagai gerbang pertama dari masuknya barang-barang yang berasal dari luar negeri,

pegawai Bea dan Cukai memiliki kewajiban untuk memberlakukan peraturan dan

perundang-undangan yang sesuai terhadap jenis barang yang akan memasuki daerah

pabean Indonesia.

Selain itu, sebagai fasilitator perdagangan internasional, Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai menempatkan posisinya sebagai suatu organisasi yang memegang andil yang

menuntut suatu sikap profesional dalam diri setiap pegawainya. Lancar tidaknya

perdagangan atau arus lalu lintas barang sangat tergantung pada keahlian yang dimiliki

oleh seorang pegawai Bea dan Cukai.

Bekerjasama dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) yang berada

di bawah naungan Departemen Kesehatan, DJBC turut serta melakukan pengawasan

terhadap obat, bahan baku obat dan alat kesehatan yang akan beredar di Indonesia.

Perbedaan mendasar dari tugas Badan POM dengan DJBC itu sendiri adalah pada

perbedaan waktu dan letak di mana obat, bahan obat dan alat kesehatan itu berada. Tugas

utama dari Badan POM adalah mengawasi sediaan farmasi yang telah dan baru akan

beredar di dalam negeri.

Sedangkan tugas DJBC adalah mengawasi, dalam hal ini, sediaan farmasi yang akan

memasuki wilayah Indonesia dan menetapkan peraturan dan perundang-undangan yang

berlaku bagi sediaan farmasi tersebut (diizinkan, dibatasi, atau dilarang).

Page 22: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

22

Pengertian

Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Alat Kesehatan

adalah instrumen, aparatus, mesin, atau implan yang tidak mengandung obat yang

digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,

merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau untuk

membentuk struktur dan mampu memperbaiki fungsi tubuh.

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan

hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang

secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan kosmetika serta alat kesehatan harus

memenuhi standar dan/atau persyaratan yang ditentukan.

Standar-standar yang berlaku:

� Standar untuk obat adalah buku farmakope Indonesia. Apabila belum ditetapkan,

digunakan standar dari buku farmakope lain atau buku standar lain.

� Standar untuk obat tradisional adalah buku Materia Medika.

� Standar untuk kosmetika adalah buku Kodeks Kosmetika Indonesia.

� Untuk alat kesehatan ditetapkan berdasarkan persyaratan yang berlaku.

Standardisasi obat tradisional hanya diberlakukan bagi industri obat tradisional yang

diproduksi dalam skala besar. Bagi industri rumah tangga seperti jamu racik dan jamu

gendong masih dalam tahap pembinaan dan belum diberlakukan ketentuan pidana

sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Ketentuan Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Lainnya Menurut PP No.

72/1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diproduksi oleh badan usaha yang telah

memenuhi izin usaha industri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Page 23: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

23

Ketentuan dimaksud tidak berlaku bagi sediaan farmasi yang berupa obat tradisional

yang diproduksi oleh perorangan. Peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan terdiri

dari penyaluran dan penyerahan.

Ketentuan Pemasukan dan Pengeluaran Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan ke Dalam

dan Dari Wilayah Indonesia

Ketentuan-ketentuan yang sekarang ini berlaku di Indonesia mengenai pemasukan dan

pengeluaran sediaan farmasi dan alat kesehatan ke dalam dan dari wilayah Indonesia,

antara lain:

� Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dimasukkan ke dalam dan dikeluarkan dari

wilayah Indonesia untuk diedarkan harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan

kemanfaatan.

� Pemasukan dan pengeluaran sediaan farmasi dan alat kesehatan ke dalam dan dari

wilayah Indonesia harus dapat dilakukan oleh badan usaha yang telah memiliki izin

sebagai importir dan/atau eksportir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

� Lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan dapat memasukkan sediaan farmasi

dan alat kesehatan ke dalam wilayah Indonesia untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

� Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia

untuk diedarkan harus memiliki izin edar dari Menteri. Terhadap sediaan farmasi

yang berupa obat yang sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan serta belum

diproduksi di Indonesia, dapat dilakukan pemasukan ke dalam wilayah Indonesia

selain oleh importir tersebut.

Ketentuan Impor Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

Dilakukan oleh badan usaha dan lembaga pendidikan atau lembaga penelitian. Memiliki

Angka Pengenal Impor (API). Dilindungi oleh Certificate of Analysis dari instansi yang

berwenang di negara pengekspor (pabrik yang memproduksi).

Bila tidak memiliki ‘Certificate of Analysis’, maka Pejabat Bea dan Cukai dapat

mengambil contoh untuk obat jadi masing-masing 5 bungkus, dan untuk bahan obat

masing-masing 50 sampai dengan 100 gram. Mengirim contoh ke Badan POM, paling

lambat 3 x 24 jam setelah pengambilan contoh tersebut.

Page 24: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

24

Badan POM akan meneliti contoh barang dan kemudian memberikan keputusan yang

dituangkan dalam surat. Surat dikirimkan ke petugas Bea dan Cukai yang digunakan

untuk melindungi pengeluaran barang ke peredaran bebas.

Impor atau Ekspor Obat Tradisional

Berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 tahun 1990

serta disempurnakan dengan Peraturan Menteri kesehatan No1297/Menkes/ Per/XI/1998

tanggal 23 Nopember 1998 tentang peredaran obat tradisional impor bahwasanya badan

usaha yang dapat melakukan kegiatan ekspor dan impor adalah produsen obat tradisional

atau badan usaha yang ditunjuk oleh produsen luar negeri. Permohonan impor dan

ekspor ditujukan kepada Badan POM yang dilengkapi Certificate OF Free Sale, sertifikat

uji keamanan, dan surat penunjukan dari produsen luar negeri.

Ketentuan-ketentuan untuk mengimpor/mengekspor obat-obatan tradisional, a.l:

� Dilakukan oleh produsen obat tradisional.

� memiliki izin impor atau ekspor dari Kepala Badan POM.

� Harus dibungkus atau memiliki wadah pengemas yang memuat informasi yang

lengkap di dalamnya mengenai:

- nama obat;

- komposisi;

- bobot, isi atau jumlah tiap kemasan;

- dosis pemakaian;

- khasiat,kegunaan dan kontradiksi;

- masa kadaluwarsa;

- nomor pendaftaran;

- nama dan alamat pabrik yang bertanggung jawab di Indonesia, dan

- dibuat dalam Bahasa Indonesia

Tindak Pidana Pelanggaran Ketentuan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

Tindak pidana yang dapat terjadi berkenaan dengan sediaan farmasi dan alat kesehatan

dapat dibedakan berdasarkan dua peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan bila tindak

Page 25: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

25

pidana itu terjadi dalam hal peristiwa terjadinya tindak pidana berlangsung di dalam

wilayah Indonesia, dan Undang-undang Kepabeanan bila tindak pidana itu terjadi dalam

hal peristiwa terjadinya tindak pidana itu pada saat memasuki atau keluar dari Daerah

Pabean Indonesia (sediaan farmasi dan alat kesehatan merupakan barang impor atau

ekspor).

5.2.Latihan

Pertanyaan: Jelaskan apa yang dimaksud dengan sediaan farmasi, obat tradisional, dan

alat kesehatan!

Jawab: Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Obat

Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,

bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara

turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Alat

Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, atau implan yang tidak mengandung obat

yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan

penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau untuk

membentuk struktur dan mampu memperbaiki fungsi tubuh.

5.3.Rangkuman

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menempatkan posisinya sebagai suatu organisasi yang

memegang andil yang menuntut suatu sikap profesional dalam diri setiap pegawainya.

Lancar tidaknya perdagangan atau arus lalu lintas barang sangat tergantung pada keahlian

yang dimiliki oleh seorang pegawai Bea dan Cukai.

Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen POM)

yang berada di bawah naungan Departemen Kesehatan, DJBC turut serta melakukan

pengawasan terhadap obat, bahan baku obat dan alat kesehatan yang akan beredar di

Indonesia. Perbedaan mendasar dari tugas Ditjen POM dengan DJBC itu sendiri adalah

pada perbedaan waktu dan letak di mana obat, bahan obat dan alat kesehatan itu berada.

Tugas utama dari Ditjen POM adalah mengawasi sediaan farmasi yang telah dan baru

akan beredar di dalam negeri.

Page 26: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

26

Tindak pidana yang dapat terjadi berkenaan dengan sediaan farmasi dan alat kesehatan

dapat dibedakan berdasarkan dua peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan bila tindak

pidana itu terjadi dalam hal peristiwa terjadinya tindak pidana berlangsung di dalam

wilayah Indonesia, dan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan bila tindak pidana itu

terjadi dalam hal peristiwa terjadinya tindak pidana itu pada saat memasuki atau keluar

dari Daerah Pabean Indonesia (sediaan farmasi dan alat kesehatan merupakan barang

impor atau ekspor).

Page 27: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

27

6. Kegiatan Belajar (KB) 5

MAKANAN DAN MINUMAN BERALKOHOL

6.1.Uraian, Contoh dan Non Contoh

Berdasarkan Undang-Undang R.I. Nomor 7 Tahun 1996 tanggal 04 Nopember 1996

Tentang Pangan, menyatakan Pembangunan nasional merupakan pencerminan

kehendak untuk terus-menerus meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat

Indonesia secara adil dan merata dalam segala aspek kehidupan serta diselenggarakan

secara terpadu, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur, baik material maupun spiritual, berdasarkan Pancasila

dan Undang- Undang Dasar 1945.

Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak

diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,

termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan

dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman

disebut Pangan. Minuman yang beralkohol, yang lazim disebut sebagai minuman keras

atau khamr adalah produk yang dihasilkan melalui proses fermentasi dengan

menggunakan khamir (ragi sacharomyces cereviciae), pada bahan yang mengandung pati

atau mengandung gula tinggi.

Proses fermentasi adalah proses yang sudah dikenal sejak berabad tahun yang lalu. Pada

zaman kehidupan Rasulullah saw, beliau melarang para sahabat untuk mengkonsumsi jus

buah yang umurnya lebih dari tiga hari, atau ketika saribuah tersebut dalam kondisi

menggelegak (berbuih). Berdasarkan fakta inilah kemudian komisi Fatwa MUI

menetapkan batas maksimal kandungan alkohol (sebagai senyawa tunggal, ethanol) yang

digunakan sebagai pelarut dalam produk pangan yaitu satu persen. Bagi konsumen

muslim, minuman yang merupakan hasil fermentasi yang menghasilkan minuman

beralkohol adalah haram untuk dikonsumsi.

Page 28: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

28

Berkaitan dengan hal itu maka Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sesuai dengan

komitmennya, sebagai “Community Protector”, memasukkan alkohol sebagai salah satu

barang kena cukai. Karena sifatnya, maka alkohol dimasukkan dalam barang yang

dibatasi dan diawasi. Berkaitan dengan hal itu maka pemerintah juga menetapkan

beberapa peraturan tentang hal tersebut.

Menurut peraturan Menteri Kesehatan No 86 tahun 1997, minuman beralkohol dibedakan

menjadi tiga golongan. Proses produksi fermentasi karbohidrat mencakup tiga tahapan

yaitu tahapan pertama pembuatan larutan nutrien, tahapan kedua proses fermentasi, dan

tahapan ketiga destilasi etanol.

Pengertian

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah

maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang

digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau

minuman. Kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau

membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak.

Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari

bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi

atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu

atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara

mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman dengan

ethanol. Importir Minuman Beralkohol adalah perusahaan Importir Toko Bebas Bea

(Duty Free Shop) adalah perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1996 tentang Tempat Penimbunan Berikat dan

Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 109/KMK.00/1993

tentang Toko Bebas Bea (Duty Free Shop), yang menjual Minuman Beralkohol secara

eceran dalam kemasan. Pengecer adalah perusahaan yang menjual secara eceran

Minuman Beralkohol khusus dalam kemasan.

Page 29: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

29

Dalam pengawasan dan pengendalian makanan dan minumam mengandung etil alkohol,

minuman mengandung alkohol di bedakan menjadi 3 golongan :

� Minuman Beralkohol golongan A adalah Minuman Beralkohol dengan kadar ethanol

(C2H5OH) 1% (satu perseratus) sampai dengan 5% (lima perseratus); misalnya Bir

� Minuman Beralkohol golongan B adalah Minuman Beralkohol dengan kadar ethanol

(C2H5OH) lebih dari 5% (lima perseratus) dengan 20% (dua puluh perseratus);

misalnya anggur.

� Minuman Beralkohol golongan C adalah Minuman Beralkohol dengan kadar ethanol

(C2H5OH) lebih dari 20 % (dua puluh perseratus) sampai dengan 55% (lima puluh

lima perseratus); misalnya whisky dan brandy.

� Dalam melaksanakan produksinya, industri minuman mengandung alkohol hanya

diperbolehkan menggunakan proses fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa

destilasi dalam produksinya untuk memperoleh kadar alkohol yang diinginkan.

Pada setiap kemasan atau botol Minuman Beralkohol golongan A, B dan C yang

diproduksi untuk konsumsi di dalam negeri wajib dilengkapi label, lebel wajib

menggunakan bahasa Indonesia, angka Arab dan huruf Latin dan sekurang-kurangnya

memuat keterangan mengenai, nama produk; kadar alkohol; daftar bahan yang

digunakan; berat bersih atau isi bersih; nama dan alamat pihak yang memproduksi;

tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa; pencantuman tulisan "Minuman Beralkohol".

Pada label Minuman Beralkohol golongan A, B dan C yang diproduksi di dalam negeri

dilarang mencantumkan kata "halal".

Larangan dalam importasi minuman beralkohol antara lain:

� Mengimpor Minuman Beralkohol yang isi kemasannya kurang dari 180 (seratus

delapan puluh) ml, kecuali untuk keperluan penjualan dikamar hotel.

� Bahan baku Minuman Beralkohol dalam bentuk konsentrat dilarang diimpor.

� Minuman Beralkohol yang tidak termasuk Minuman Beralkohol golongan A, B dan

C dilarang diimpor.

Page 30: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

30

� Siapapun dilarang membawa Minuman Beralkohol golongan A, B dan C dari luar

negeri sebagai barang bawaan, kecuali untuk dikonsumsi sendiri sebanyak-

banyaknya 1000 (seribu) ml per orang dengan isi kemasan tidak kurang dari 180

(seratus delapan puluh) ml.

Pengecer atau Penjual Langsung Untuk Diminum dilarang menjual Minuman Beralkohol

golongan A, B dan C, kecuali kepada Warga Negara Indonesia yang telah berusia 21

(dua puluh satu) tahun yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk dan Warga

Negara Asing yang telah dewasa.

Toko Bebas Bea dilarang menjual Minuman Beralkohol golongan B dan C, kecuali

secara eceran kepada Anggota Korps Diplomatik sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1957; Tenaga (Ahli) Bangsa Asing yang

bekerja pada Lembaga-lembaga Internasional sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1955; Mereka yang akan bepergian ke

luar negeri; dan Mereka yang baru tiba dari luar negeri.

Larangan

� Melakukan pengemasan ulang (repacking), atau melakukan proses produksi dengan

cara pengenceran dan atau pencampuran dengan ethanol (C2H5OH).

� Memproduksi Minuman Beralkohol yang isi kemasannya kurang dari 180 (seratus

delapan puluh) ml, kecuali untuk memenuhi kebutuhan penjualan langsung untuk

diminum dikamar hotel

� Menyimpan dan menggunakan ethanol (C2H5OH) sebagai bahan baku dalam

pembuatan Minuman Beralkohol.

� Minuman Beralkohol yang tidak termasuk Minuman Beralkohol golongan A, B dan

C diproduksi di dalam negeri.

� Bahan baku Minuman Beralkohol dalam bentuk konsentrat dilarang diimpor.

� Minuman Beralkohol yang tidak termasuk Minuman Beralkohol golongan A, B dan

C dilarang diimpor.

Page 31: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

31

� Siapapun dilarang membawa Minuman Beralkohol golongan A, B dan C dari luar

negeri sebagai barang bawaan, kecuali untuk dikonsumsi sendiri sebanyak-

banyaknya 1000 (seribu) ml per orang dengan isi kemasan tidak kurang dari 180

(seratus delapan puluh) ml.

� Mencantumkan label halal pada kemasan minuman mengandung alkohol.

6.2.Latihan

Pertanyaan: Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pangan, dan jelaskan ketentuan impor

dan ekspor untuk Toko Bebas Bea di Indonesia.

Jawab: Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang

diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan

lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan

atau minuman. Toko Bebas Bea dilarang menjual Minuman Beralkohol golongan B dan

C, kecuali secara eceran kepada Anggota Korps Diplomatik sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1957; Tenaga (Ahli)

Bangsa Asing yang bekerja pada Lembaga-lembaga Internasional sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1955; Mereka yang

akan bepergian ke luar negeri; dan Mereka yang baru tiba dari luar negeri. Toko Bebas

Bea (Duty Free Shop) adalah perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1996 tentang Tempat Penimbunan

Berikat dan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

109/KMK.00/1993 tentang Toko Bebas Bea (Duty Free Shop), yang menjual Minuman

Beralkohol secara eceran dalam kemasan

Page 32: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

32

6.3.Rangkuman

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus-menerus

meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil dan merata

dalam segala aspek kehidupan serta diselenggarakan secara terpadu, terarah, dan

berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan

makmur, baik material maupun spiritual. Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati

dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan,

dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan

makanan atau minuman disebut Pangan.

Minuman yang beralkohol, yang lazim disebut sebagai minuman keras atau khamr adalah

produk yang dihasilkan melalui proses fermentasi dengan menggunakan khamir (ragi

sacharomyces cereviciae), pada bahan yang mengandung pati atau mengandung gula

tinggi. Karena sifatnya, maka alkohol dimasukkan dalam barang yang dibatasi dan

diawasi. Pada setiap kemasan atau botol Minuman Beralkohol golongan A, B dan C

yang diproduksi untuk konsumsi di dalam negeri wajib dilengkapi label, lebel wajib

menggunakan bahasa Indonesia, angka Arab dan huruf Latin dan sekurang-kurangnya

memuat keterangan mengenai, nama produk; kadar alkohol; daftar bahan yang

digunakan; berat bersih atau isi bersih; nama dan alamat pihak yang memproduksi;

tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa; pencantuman tulisan "Minuman Beralkohol

Page 33: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

33

7. Kegiatan Belajar (KB) 6

PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP

7.1.Uraian, Contoh dan Non Contoh

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup,bahwa Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerah kan

Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan

rahmat-Nya yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar dapat tetap

menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta makhluk

hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri. Pancasila,

sebagai dasar dan falsafah negara, merupakan kesatuan yang bulat dan utuh yang

memberikan keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan hidup

akan tercapai jika didasarkan atas keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, baik dalam

hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun manusia dengan manusia,

manusia dengan alam, dan manusia sebagai pribadi, dalam rangka mencapai kemajuan

lahir dan kebahagiaan batin.

Antara manusia, masyarakat, dan lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik, yang

selalu harus dibina dan dikembangkan agar dapat tetap dalam keselarasan, keserasian,

dan keseimbangan yang dinamis.

Akan tetapi, lingkungan hidup yang berkaitan dengan pengelolaan harus jelas batas

wilayah wewenang pengelolaannya.

Di antara dampak yang timbul dari kegiatan ini, yang sengat menonjol adalah masalah

pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan menurut pengertian dalam Undang-

Undang Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup, menegaskan bahwa, Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuknya atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan

hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Page 34: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

34

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku ada beberapa barang-barang yang berbahaya bagi

lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3), Limbah, dan Radioaktif.

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 26 November 2001 Tentang

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Dengan meningkatnya kegiatan

pembangunan di berbagai bidang terutama bidang industri dan perdagangan, terdapat

kecenderungan semakin meningkat pula penggunaan bahan berbahaya dan beracun;

Sampai saat ini terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur

pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, akan tetapi masih belum cukup memadai

terutama untuk mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup;

Untuk mencegah terjadinya dampak yang dapat merusak lingkungan hidup, kesehatan

manusia, dan makhluk hidup lainnya diperlukan pengelolaan bahan berbahaya dan

beracun secara terpadu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

Pengaturan pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi risiko

dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Pengelolaan B3 yang tidak termasuk dalam lingkup Peraturan Pemerintah ini adalah

pengelolaan bahan radioaktif, bahan peledak, hasil produksi tambang serta minyak dan

gas bumi dan hasil olahannya, makanan dan minuman serta bahan tambahan makanan

lainnya, perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetika, bahan sediaan farmasi,

narkotika, psikotropika, dan prekursornya serta zat adiktif lainnya, senjata kimia dan

senjata biologi.

Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib mencegah terjadinya

pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup. Setiap orang yang melakukan

kegiatan ekspor B3 yang terbatas dipergunakan, wajib menyampaikan notifikasi ke

otoritas negara tujuan ekspor, otoritas negara transit dan instansi yang bertanggung

jawab. Ekspor B3 hanya dapat dilaksanakan setelah adanya persetujuan dari otoritas

negara tujuan ekspor, otoritas negara transit dan instansi yang bertanggung jawab.

Persetujuan dari instansi yang bertanggung jawab merupakan dasar untuk penerbitan atau

penolakan izin ekspor dari instansi yang berwenang di bidang perdagangan.

Page 35: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

35

Pengertian.

Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang

karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun

tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk

hidup lainnya;

Tata cara notifikasi ditetapkan dengan Keputusan Kepala instansi yang bertanggung

jawab.Setiap orang yang memproduksi B3 wajib membuat Lembar Data Keselamatan

Bahan (Material Safety Data Sheet). Setiap penanggung jawab pengangkutan,

penyimpanan, dan pengedaran B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan

(Material Safety Data Sheet). Pengangkutan B3 wajib menggunakan sarana

pengangkutan yang laik operasi serta pelaksanaannya sesuai dengan tata cara

pengangkutan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Persyaratan sarana pengangkutan dan tata cara pengangkutan ditetapkan oleh instansi

yang berwenang di bidang transportasi.

Setiap B3 yang dihasilkan, diangkut, diedarkan, disimpan wajib dikemas sesuai dengan

klasifikasinya. Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta dilengkapi

dengan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet). Tata cara

pengemasan, pemberian simbol dan label ditetapkan dengan Keputusan Kepala instansi

yang bertanggung jawab.

Wewenang pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan B3 dilakukan oleh instansi yang

bertanggung jawab dan instansi yang berwenang sesuai dengan bidang tugasnya masing-

masing. Dalam hal tertentu, wewenang pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan B3

dapat diserahkan menjadi urusan daerah Propinsi/Kabupaten/Kota. Penyerahan

wewenang pengawasan ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab dan atau

instansi yang berwenang di bidang tugasnya masing-masing. Pengawas dalam

melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan B3 wajib dilengkapi tanda

pengenal dan surat tugas yang dikeluarkan oleh instansi yang bertanggung jawab dan

instansi yang berwenang sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

Page 36: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

36

Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib:

� mengizinkan pengawas untuk memasuki lokasi kerja dan membantu terlaksananya

tugas pengawasan;

� mengizinkan pengawas untuk mengambil contoh B3;

� memberikan keterangan dengan benar baik lisan maupun tertulis;

� mengizinkan pengawas untuk melakukan pemotretan di lokasi kerja dan atau

mengambil gambar.

Bahan Perusak Lapisan Ozon (Ozone Depleting Substances)

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor:

410/Mpp/Kep/9/1998 Tanggal 27 Januari 1998 Tentang Perubahan Keputusan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan No. 110/Mpp/Kep/1/1998 3 September 1998 Tentang

Larangan Memproduksi dan Memperdagangkan Bahan Perusak Lapisan Ozon Serta

Memproduksi dan Memperdagangkan Barang Baru Yang Menggunakan Bahan Perusak

Lapisan Ozon (Ozone Depleting Substances) Menteri Perindustrian Dan Perdagangan

Republik Indonesia. Metil Bromida ditetapkan sebagai salah satu bahan perusak lapisan

ozon yang dilarang diproduksi dan diperdagangkan; mengingat Metil Bromida masih

diperlukan sebagai fumigan untuk karantina, penggunaan di gudang dan pra pengapalan

dan sesuai dengan pengecualian dari Copenhagen Amandemen, penggunaan bahan

tersebut tetap diperkenankan. Khusus Metil Bromida No. HS. 2903.30.000

diperkenankan untuk diperdagangkan, sepanjang penggunaannya sebagai fumigan untuk

karantina, di gudang dan pra pengapalan. Metil Bromida yang diperdagangkan wajib

mencantumkan label dengan tulisan digunakan hanya untuk karantina, di gudang dan pra

pengapalan.

Pasir Laut

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 33 Tahun 2002 tanggal

23 Mei 2002 Tentang Pengendalian Dan Pengawasan Pungusahaan Pasir Laut

Kegiatan penambangan, pengerukan, pengangkutan, dan perdagangan pasir laut,yang

selama ini berlangsung tidak terkendali, telah menyebabkan kerusakan ekosistem pesisir

dan laut, keterpurukan nelayan dan pembudidaya ikan, serta jatuhnya harga pasir laut;

Page 37: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

37

Untuk mencegah dampak negatif dan untuk melindungi dan member-dayakan nelayan,

pembudidaya ikan , dan masyarakat pesisir umumnya, serta memperbaiki nilai jual pasir

laut, perlu dilakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pengusahaan pasir laut;

Pelaksanaan pengendalian dan pengawasan terhadap pengusahaan pasir laut masih

diselenggarakan secara sektoral sehingga penegakan hukum belum terkoordinasi

sebagaimana mestinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Pengertian

Pasir laut adalah bahan galian pasir yang terletak pada wilayah perairan Indonesia yang

tidak mengandung unsur mineral golongan A dan/atau golongan B dalam jumlah yang

berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Perusakan laut adalah tindakan yang

menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau

hayatinya yang melampaui kriteria baku kerusakan laut.

Perdaganan Ekspor Pasir Laut

Ekspor pasir laut ditetapkan menjadi komoditi yang diawasi tata niaga ekspornya. Pasir

laut yang ditetapkan sebagai komoditi yang diawasi tata niaga ekspornya dapat diubah

menjadi komoditi yang dilarang ekspornya setelah mempertimbangkan usulan dari Tim

Pengendali dan Pengawas Pengusahaan Pasir Laut. Ekspor pasir laut hanya dapat

dilakukan oleh perorangan atau badan hukum setelah mendapatkan persetujuan ekspor

dari menteri yang bertanggung jawab dibidang perindustrian dan perdagangan.

Bahan-Bahan Galian

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1980 Tanggal

15 Agustus 1980 Tentang Penggolongan Bahan-Bahan Galian Dengan mencabut

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1964 tentang Penggolongan Bahan-bahan Galian

(Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 57);

Bahan-bahan galian terbagi atas tiga golongan:

a. Golongan bahan galian yang strategis adalah:

- minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam;

- bitumen padat, aspal;

Page 38: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

38

- antrasit, batubara, batubara muda;

- uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktip lainnya;

- nikel, kobalt;

- timah.

b. Golongan bahan galian yang vital adalah:

- besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan;

- bauksit, tembaga, timbal, seng;

- emas, platina, perak, air raksa, intan;

- arsin, antimon, bismut;

- yttrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya;

- berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa;

- kriolit, fluorpar, barit;

- yodium, brom, khlor, belerang;

c. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan a atau b adalah:

- nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite);

- asbes, talk, mika, grafit, magnesit;

- yarosit, leusit, tawas (alum), oker;

- batu permata, batu setengah permata;

- pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit;

- batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth);

- marmer, batu tulis;

- batu kapur, dolomit, kalsit;

- granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-

unsur mineral golongan a amupun golongan b dalam jumlah yang berarti ditinjau dari

segi ekonomi pertambangan.

Pemegang Kuasa Pertambangan wajib memasang alat pantau produksi pada kapal yang

telah didaftarkan. Nakhkoda kapal wajib mengaktifkan dan memelihara alat pantau

produksi agar berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Page 39: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

39

Setiap pelanggaran atas kewajiban dalam pengusahaan pasir laut yang ditemukan dalam

pelaksanaan operasi pengawasan ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Bagi bahan-bahan galian sepanjang terletak di lepas

pantai, izin usaha pertambangannya diberikan oleh Menteri.

Pabrikasi Pelumas dan Pengolahan Pelumas Bekas Serta Penetapan Mutu Pelumas

Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 1693 K/34/Mem/2001

Tanggal 22 Juni 2001 Tentang Pelaksanaan Pabrikasi Pelumas Dan Pengolahan Pelumas

Bekas Serta Penetapan Mutu Pelumas Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral.

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 2001 Tanggal 22 Juni 2001, dan

Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Tentang Pelaksanaan Pabrikasi

Pelumas Dan Pengolahan Pelumas Bekas Serta Penetapan Mutu Pelumas.

Pengertian

Pelumas Bekas adalah pelumas yang pernah dipakai dan atau tidak memenuhi spesifikasi

dan/atau mutu pelumas yang ditetapkan. Nomor Pelumas Terdaftar (NPT) adalah nomor

yang diberikan oleh Direktur Jenderal terhadap Pelumas dengan Nama Dagang Pelumas

yang didaftarkan setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Nama Dagang Pelumas

adalah merek dari suatu Pelumas disertai identitas klasifikasi mutu dan ketentuan yang

dicantumkan pada Kemasan Pelumas dan atau sertifikat mutu atau dokumen pelumas.

Daftar Umum Pelumas adalah daftar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal mengenai

NPT, memuat Nama Dagang Pelumas yang dapat diedarkan dan dipasarkan di dalam

negeri serta keterangan penggunaan dan klasifikasinya. Pengemasan Pelumas, adalah

kegiatan atau usaha menempatkan Pelumas yang diperoleh bukan dari hasil Pabrikasi

Pelumas (Blending) milik sendiri ke dalam Kemasan Pelumas. Kemasan Pelumas adalah

wadah atau tempat berukuran tertentu untuk menempatkan

Pelumas disertai identitas Pelumas antara lain tentang klasifikasi mutu dan kekentalan,

nama Perusahaan, Nomor Batch, NPT dan tujuan penggunaan yang ditempelkan dan/atau

dituliskan pada kemasan tersebut. Laboratorium Uji adalah laboratorium yang

mempunyai kemampuan teknis dan tenaga ahli untuk melaksanakan pengujian mutu

Pelumas dan telah mendapatkan akreditasi dari instansi yang berwenang.

Page 40: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

40

Sebelum mendapatkan izin usaha untuk mendirikan pabrik dan melaksanakan Pabrikasi

Pelumas (Blending) dan atau Pengolahan Pelumas Bekas dari Menteri yang

bertanggungjawab di bidang perindustrian, Perusahaan terlebih dahulu wajib mendapat

pertimbangan tertulis dari Menteri.

Limbah

Kegiatan pembangunan bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat yang

dilaksanakan melalui rencana pembangunan jangka panjang yang bertumpu pada

pembangunan di bidang industri. Pembangunan di bidang industri tersebut di satu pihak

akan menghasilkan barang yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidup rakyat, dan di lain

pihak industri itu juga akan menghasilkan limbah.

Untuk mengindentifikasi limbah sebagai limbah bahan beracun dan berbahaya (B3)

diperlukan uji karakteristik dan uji toksikologi atas limbah tersebut. Pengujian ini

meliputi karakterisasi limbah atas sifat-sifat mudah meledak dan atau mudah terbakar dan

atau bersifat reaktif, dan atau beracun dan atau menyebabkan infeksi, dan atau bersifat

korosif.

Sedangkan uji toksikologi digunakan untuk mengetahui nilai akut dan atau kronik

limbah. Penentuan sifat akut limbah dilakukan dengan uji hayati untuk mengetahui

hubungan dosis-respon antara limbah dengan kematian hewan uji untuk menetapkan nilai

LD50. Apabila suatu limbah tidak tercantum dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah ini,

lolos uji karakteristik limbah bahan beracun dan berbahaya (B3), lolos uji LD50, dan

tidak bersifat kronis maka limbah tersebut bukan limbah bahan beracun dan berbahaya

(B3), namun pengelolaannya harus memenuhi ketentuan. Limbah bahan beracun dan

berbahaya (B3) yang dibuang langsung ke dalam lingkungan dapat menimbulkan bahaya

terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Mengingat resiko tersebut, perlu diupayakan agar setiap kegiatan industri dapat

meminimalkan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) yang dihasilkan dan

mencegah masuknya limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) dari luar Wilayah

Indonesia. Pemerintah Indonesia dalam pengawasan perpindahan lintas batas limbah B3

telah meratifikasi Konvesi Basel pada tanggal 12 Juli 1993 dengan Keputusan Presiden

Nomor 61 Tahun 1993.

Page 41: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

41

Untuk menghilangkan atau mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan dari limbah B3

yang dihasilkan maka limbah B3 yang telah dihasilkan perlu dikelola secara khusus.

Dalam rangkaian kegiatan tersebut terkait beberapa pihak yang masing-masing

merupakan mata rantai dalam pengelolaan limbah B3, yaitu Penghasil Limbah B3;

Pengumpul Limbah B3; Pengangkut Limbah B3; Pemanfaat Limbah B3; Pengolah

Limbah B3; Penimbun Limbah B3.

Pengertian

Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan; Limbah bahan berbahaya dan beracun,

disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan

berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau

jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau

merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,

kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain;

Sedangkan ketentuan nasional ada beberapa yang mengatur tentang limbah yakni :

� Undang undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan tentang lingkungan hidup

tanggal 19 september 1997 sbg. pengganyi undang undang No 4 tahun 1982

� Peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 tanggal 7 oktober 1999 tentang

pengelolaan limbah bahan beracun dan berbahaya sebagai pengganti peraturan

pemerintah nomor 18 tahun 1999.

� Surat keputusan menteri perdagangan dan perindustrian Nomor 230/MPP/Kep/7/

1997 tanggal 4 juli 1997 tentang barang yang diatur tata niaga impornya .

� Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Nomor 231/MPP/KEP/7/

1997 tanggal 4 juli 1997 tentang Prosedure Impor Limbah.

Dari berbagai ketentuan di atas limbah dapat diartikan sebagai bahan sisa pada suatu

kegiatan dan atau proses produksi, sedangkan limbah bahan beracun dan berbahaya

adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena

sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak

langsung dapat merusak dan atau dapat membahayakan kesehatan umat manusia. Limbah

bahan beracun dan berbahaya mengandung beberapa karakteristik yaitu Mudah Meledak,

dan Mudah Terbakar.

Page 42: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

42

Limbah Beracun

Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia

dan lingkungan . limbah bahan beracun dan berbahaya ini dapat menyebabkan kematian

dan yang serius pada semua organisme hidup, apabila masuk ke dalam tubuh melalui

pernafasan, kulit, atau mulut . Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah ini dapat

menggunakan baku mutu konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching

Prosedure). Pencemar organic dan an organic dalam limbah.

Limbah jenis lainnya

Limbah jenis lainnya adalah limbah lain yang apabila diujii dengan metode toksilogi

dapat diketahui termasuk dalam jenis limbah B3, misalnya dengan metode LD 50(Lethal

Dose Fifty), yaitu perhitungan dosis (Gram pencemar per kilogram berat bahan) yang

dapat menyebabkan kematian 50% populasi mahluk hidup yang dijadikan percobaan.

Menteri Perindustrian dan Perdagangan atas persetujuan Kepala Badan Pengendalian

dampak lingkungan telah menyepakati tentang limbah bahan beracun dan berbahaya yang

masih dimungkinkan untuk diimpor, yaitu:

� Sisa dan skrap timah hitam (HS 7802.00.0000)

� Sisa dan skrap dari sel primer, baterei primer, dan akumulator listrik, sel primer habis

pakai, baterai primer habis pakai dan akimulator listrik habis pakai (HS 8548.10.000)

Dari sisi status perusahaan dikenal tiga macam importir limbah:

� Importir umum limbah adalah importir umum yang diakui dan disetujui oleh

direktorat Jenderal Perdagangan Internasional untuk mengimpor limbah ada sejumlah

18 (delapan belas )tarip pos yang diizinkan untuk diimpor

� Importir Produsen Limbah Bahan beracun dan berbahaya adalah produsen yg diakui

dan disetujui oleh menteri perindustrian dan perdagangan untuk mengimpor sendiri

limbah bahan beracun dan berbahaya diperlukan hanya untuk semata mata keperluan

proses produksinya ada 2 macam tarip pos yang diizinkan untuk diimpor.

Page 43: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

43

� Importir produsen limbah non bahan beracun dan berbahaya,adalah produsen yang

diakui dan disetujui oleh direktorat jenderal perdagangan internasional untuk

mengimpor sendiri limbah bahan beracun dan berbahaya yang diperlukan hanya untuk

semata mata keperluan proses produksinya.ada 2 macam tarip pos yang diizinkan

untuk diimpor.

Ketentuan larangan dan pembatasan untuk mengimpor limbah beracun dan berbahaya

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 yakni:

� Setiap orang dilarang melakukan impor limbah bahan beracun dan berbahaya

� Pengangkutan limbah bahan beracun dan berbahaya dari luar negeri melalui wilayah

negara RI dengan transit wajib memiliki persetujuan tertulis dari kepala badan

pengendalian dampak lingkungan.

� Pengangkutan limbah bahan beracun dan berbahaya dari luar negeri melalui wilayah

negara RI wajib diberitahukan terlebih dulu.

� Pengiriman limbah bahan beracun dan berbahaya ke luar negeri dapat dilakukan

setelah mendapat persetujuan tertulis dari pemerintah negara pengimpor dan juga dari

kepala badan pengendalian lingkungan.

� Ketentuan lebih lanjut mengenai tata niaga impr limbah ditetapkan oleh menteri

perindustrian dan perdagangan setelah mendapat persetujuan dari kepala badan

pengendalian dampak lingkungan.

Ketentuan Pidana

Setiap orang yang melanggar ketentuan yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan

atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana berdasarkan Undang-undang

Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam hal terdapat B3

yang telah beredar tetapi belum diregistrasikan maka wajib diregistrasikan oleh

penyimpan, pengedar dan atau pengguna menurut ketentuan.

Page 44: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

44

7.2.Latihan

Pertanyaan: Jelaskan barang atau benda apa saja yang dapat mengakibatkan pencemaran

lingkungan hidup. Jelaskan ketentuan pengawasan atau penegakan hukumnya atas salah

satu barang atau benda yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup, dan

merugikan manusia.

Jawab:Yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup, adalah Bahan-bahan

berbahaya bagi kesehatan masyarakat (meliputi: bahan berbahaya dan beracun/B3; Bahan

perusak lapisan ozon; pasir laut, pelumas, dan pupuk); Limbah; dan Radio Aktif.

Pengawasan atau penegakan hukumnya dengan cara menetapkan ketentuan larangan dan

pembatasan untuk mengimpor limbah beracun dan berbahaya berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 yakni setiap orang dilarang melakukan impor limbah

bahan beracun dan berbahaya; pengangkutan limbah bahan beracun dan berbahaya dari

luar negeri melalui wilayah negara RI dengan transit wajib memiliki persetujuan tertulis

dari kepala badan pengendalian dampak lingkungan.; pengangkutan limbah bahan

beracun dan berbahaya dari luar negeri melalui wilayah negara RI wajib diberitahukan

terlebih dulu.; pengiriman limbah bahan beracun dan berbahaya ke luar negeri dapat

dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis dari pemerintah negara pengimpor dan

juga dari kepala badan pengendalian lingkungan.; dan ketentuan lebih lanjut mengenai

tata niaga impr limbah ditetapkan oleh menteri perindustrian dan perdagangan setelah

mendapat persetujuan dari kepala badan pengendalian dampak lingkungan.

7.3.Rangkuman

Untuk mencegah terjadinya dampak yang dapat merusak lingkungan hidup, kesehatan

manusia, dan makhluk hidup lainnya diperlukan pengelolaan bahan berbahaya dan

beracun secara terpadu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

Pengaturan pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi risiko

dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya;

Metil Bromida ditetapkan sebagai salah satu bahan perusak lapisan ozon yang dilarang

diproduksi dan diperdagangkan; mengingat Metil Bromida masih diperlukan sebagai

fumigan untuk karantina, penggunaan di gudang dan pra pengapalan dan sesuai dengan

Page 45: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

45

pengecualian dari Copenhagen Amandemen, penggunaan bahan tersebut tetap

diperkenankan. Khusus Metil Bromida No. HS. 2903.30.000 diperkenankan untuk

diperdagangkan, sepanjang penggunaannya sebagai fumigan untuk karantina, di gudang

dan pra pengapalan. Metil Bromida yang diperdagangkan wajib mencantumkan label

dengan tulisan digunakan hanya untuk karantina, di gudang dan pra pengapalan. Ekspor

pasir laut ditetapkan menjadi komoditi yang diawasi tata niaga ekspornya. Pasir laut yang

ditetapkan sebagai komoditi yang diawasi tata niaga ekspornya dapat diubah menjadi

komoditi yang dilarang ekspornya setelah mempertimbangkan usulan dari Tim

Pengendali dan Pengawas Pengusahaan Pasir Laut. Ekspor pasir laut hanya dapat

dilakukan oleh perorangan atau badan hukum setelah mendapatkan persetujuan ekspor

dari menteri yang bertanggung jawab dibidang perindustrian dan perdagangan. Setiap

pelanggaran atas kewajiban dalam pengusahaan pasir laut yang ditemukan dalam

pelaksanaan operasi pengawasan ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Bagi bahan-bahan galian sepanjang terletak di lepas

pantai, izin usaha pertambangannya diberikan oleh Menteri.

Pelumas disertai identitas Pelumas antara lain tentang klasifikasi mutu dan kekentalan,

nama Perusahaan, Nomor Batch, NPT dan tujuan penggunaan yang ditempelkan dan/atau

dituliskan pada kemasan tersebut. Laboratorium Uji adalah laboratorium yang

mempunyai kemampuan teknis dan tenaga ahli untuk melaksanakan pengujian mutu

Pelumas dan telah mendapatkan akreditasi dari instansi yang berwenang.

Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan; Limbah bahan berbahaya dan beracun,

disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan

berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau

jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau

merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,

kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain;

Selain itu, bahan nuklir harus dimiliki dan dikuasai oleh negara, sedangkan jual beli

bahan tersebut sudah dilakukan secara internasional sehingga persyaratan yang harus

dimiliki oleh negara akan menghambat perkembangan pemanfaatan tenaga nuklir.

Page 46: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

46

8. Test Formatif

Pilihlah jawaban yang saudara anggap paling benar, dengan cara memberi tanda bulatan

atau lingkaran pada salah satu huruf yang tersedia didepan kalimat soal pilihan ganda.

1. Narkotika golongan I yaitu golongan narkotika yang mempunyai potensi sangat

tinggi yang mengakibatkan ketergantungan, dan ...

a hanya dapat dipergunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

untuk terapi

b berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan

dalam terapi

c berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi, mempunyai potensi

tinggi mengakibatkan ketergantungan

d berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

2. Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat aktif

melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan

khas pada aktivitas mental dan perilaku adalah ...

a prekusor

b narkotika

c psikotropika

d obat tradisional

3. Zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam memproses

pembuatan narkotika atau psikotropika adalah ...

a bahan narkotik

b bahan psikotropika

c bahan obat narkotika dan psikotropika

d prekursor

Page 47: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

47

4. Berdasarkan undang-undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, dan peraturan

pemerintah no. 72 tahun 1998 tentang penanganan sediaan farmasi dan alat

kesehatan, yang dimaksud dengan sediaan farmasi adalah ...

a obat, alat mendiagnosa

b bahan obat, instrumen

c kosmetika, dan obat tradisionil

d obat tradisionil, alat meringankan penyakit

5. Salah satu ketentuan impor sediaan farmasi dan alat kesehatan dilindungi oleh

certificate of analysis dari instansi yang berwenang di negara pengekspor (pabrik

yang memproduksi), mengirim contoh ke badan pengawas obat dan makanan (pom),

bila tidak memiliki ‘certificate of analysis’ maka pejabat bea dan cukai dapat

mengambil contoh ...

a obat jadi masing-masing 5 bungkus, bahan obat masing-masing 50 sampai

dengan 100 gram

b obat jadi masing-masing 5 bungkus, bahan obat masing-masing 50 gram

c obat jadi masing-masing 5 bungkus, bahan obat masing-masing 100 gram

d obat jadi masing-masing 10 bungkus, bahan obat masing-masing 100 gram

6. Golongan minuman beralkohol, untuk golongan B adalah minuman beralkohol

dengan kadar ethanol ...

a. dari 5% sampai dengan 20%

b. lebih dari 5% sampai dengan 20%

c. dari 10% sampai dengan 20%

d. lebih dari 10% sampai dengan 20%

7. Barang-barang berbahaya bagi lingkungan hidup, meliputi ...

a B3, limbah, dan radio aktif

b Non B3, B3, dan radio aktif

c Bahan-bahan berbahaya, Non B3, dan B3

d Bahan-bahan berbahaya, limbah, dan radio aktif

Page 48: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

48

8. Ada tiga macam importir limbah melakukan kegiatan impor di Indonesia, yaitu ...

a Importir umum limbah, importir produsen limbah B3, importir produsen limbah

non B3

b Importir umum limbah, importir produsen limbah, importir produsen non limbah

c Importir limbah, importir produsen limbah , importir produsen non limbah

d Importir umum limbah, importir produsen limbah B3, importir limbah radio aktif

9. Berdasarkan Undang-undang no. 7 tahun 1996 tanggal 4 Nopember 1996 tentang

pangan, Undang-undang no.23 th 1992 tentang kesehatan, dan peraturan pemerintah

No. 329/Menkes/Per/1985 tentang makanan kadaluarsa, ketentuan impor makanan

dan minuman sebelum impor harus didaftarkan dahulu pada badan POM, impor harus

mendapatkan izin impor dari badan POM, dilampiri sertifikat kesehatan, dan

dilampiri...

a. nama perusahaan yang memproduksi

b. negara asal barang yang di impor

c. label dengan memuat keterangan yang jelas tentang obat tersebut

d. nama perusahaan yang mengimpor

10. Ketentuan larangan dan pembatasan untuk mengimpor limbah beracun dan berbahaya

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 yakni:

a. Setiap orang dilarang melakukan impor limbah bahan beracun dan berbahaya

b. Setiap orang dilarang melakukan impor limbah bahan berbahaya dan beracun.

c. Setiap orang dilarang melakukan impor bahan berbahaya dan beracun.

d. Setiap orang dilarang melakukan impor bahan beracun dan berbahaya

Page 49: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

49

9. Kunci Jawaban Test Formatif

1. a 6. b

2. c 7. d

3. d 8. a

4. c 9. c

5. a 10. a

10. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban dengan kunci jawaban yang disediakan pada modul ini. Hitung

jawaban Anda yang kedapatan benar. Kemudian gunakan rumus untuk mengetahui

tingkat pemahaman terhadap materi. Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan

hasil perhitungan sesuai rumus dengan hasil pencapaian prestasi belajar sebagaimana data

pada kolom dibawa ini.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%

Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari

mencapai

91 % s.d 100 % : Amat Baik

81 % s.d. 90,00 % : Baik

71 % s.d. 80,99 % : Cukup

61 % s.d. 70,99 % : Kurang

Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori “Baik”), maka

disarankan mengulangi materi.

Page 50: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

50

11. Daftar Pustaka

1. Undang-undang Nomor 17 tahun 2006 Tanggal 15 Nopember 2006 tentang

Perubahan Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 Tanggal 30 Desember 1995

tentang Kepabeanan.

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Tahun 1997

Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3698);

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara

Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3671);

4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang Pengesahan United Nations

Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychothropic Substances,

1998 (Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Pemberantasan Peredaran

Gelap Narkotika dan Psikotropika, 1998) (Lembaran Negara Tahun 1997 No.17,

Tambahan Lembar Negara No. 3673);

5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;

6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan

7. Undang undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup,

tanggal 19 september 1997 sebagai pengganti undang– undang no. 4 tahun 1982.

8. Undang Undang Nomor 10 Tahun 1997, Tentang Ketenaga nukliran

9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/MENKES/SK/VIII/1997 tanggal 25

Agustus 1997 tentang Jenis Prekursor Psikotropika.

10. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No.

HK.00.06.6.03181 tanggal 18 Desember 1997 tentang pemantauan Prekursor

Psikotropika.

11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 890/MENKES/SK/VIII/199824 Agustus

1998 tentang Jenis Prekursor Narkotika.

12. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: KEP–32/BC/2001 Tentang

Pengawasan Impor dan Ekspor Prekursor

13. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor :

HK.00.05.35.02771 Tentang Pemantauan dan Pengawasan Prekursor

Page 51: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

51

14. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

HK.00.05.350.02770 tentang Penambahan Jenis Prekursor Tahun 2002.

15. Keputusan Menteri Peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 tanggal 7 oktober

1999 tentang pengelolaan limbah bahan beracun dan berbahaya sebagai pengganti

peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1999.

16. Surat keputusan menteri perdagangan dan perindustrian Nomor 230/MPP/Kep

/7/1997 tanggal 4 juli 1997 tentang barang yang diatur tata niaga impornya .

17. Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Nomor 231/MPP/KEP

/7/1997 tanggal 4 juli 1997 tentang Prosedur Impor Limbah.

18. Perindustrian dan Perdagangan RI No.254/MPP/KEP/7/2000 tanggal 4 Juli 2000 ttg

Tata Niaga Impor dan Peredaran Bahan Berbahaya Tertentu Tgl.4 Juli 2000

19. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi

dan Alat Kesehatan;

20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan

Pendaftaran Obat Jadi Impor, dan

21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1297/Menkes/Per/XI/1998 tentang Peredaran

Obat Tradisional Impor.

22. Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengawasan Dan Pengendalian

Minuman Beralkohol

23. Peraturan Pemerintah No. 5 Th 1998 Tentang Nomor Pokok Pengusaha Kena Cukai

24. Keputusan Menkes Nomor 282/Menkes/SK/1998 Tentang Standar Mutu Produksi

Minuman Beralkohol

25. Peraturan Menkes Nomor 86/Menkes/SK/1997 Tentang Penggolongan Minuman

Beralkohol

26. Keputusan Memperindag Nomor 359/MPP/KEP/10/1997 Tentang Pengawasan dan

Pengendalian Produksi, Impor, Pengedaran, Penjualan Minuman Beralkohol

27. Keputusan Memperindag Nomor 360/MPP/KEP10/1997 Tentang Tata Cara

Pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol.

28. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun1 999 Tentang Label

Dan Iklan Pangan

Page 52: 7. Modul Dtsd Kblp Untuk Kesehatan Mas & Ling

52

29. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 711/Kpts/TP.270/7/1997 tentang

Perpanjangan dan Pemberian Izin Pestisida Berbahan Aktif Metil Bromida;

30. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 110/MPP/Kep/1/1998

tentang Larangan Memproduksi dan Memperdagangkan Bahan Perusak Lapisan

Ozon Serta Memproduksi dan Memperdagangkan Barang Baru Yang Menggunakan

Bahan Perusak Lapisan Ozon (Ozone Depleting Substances)