bblr ling fix

38
BAB 1 PENDAHULUAN Periode neonatal merupakan waktu yang sangat peka bagi bayi karena akan melengkapi penyesuaian fisiologis agar dapat bidup secara ekstrauterin. Angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi memperlihatkan adanya ketidakmampuan untuk hidup selama periode ini. Kematian yang terjadi pada tahun pertama dua pertiganya merupakan kematian bayi baru lahir. 1 Peralihan bayi intrauterin menjadi ekstrauterin menimbulkan banyak perubahan biokimia dan fisiologis. Karena tidak ada hubungan lagi dengan sirkulasi maternal melalui plasenta fungsi paru bayi baru lahir diaktifkan untuk keperluan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang cukup. Organ-organ bayi akan berfungsi, traktus gastrointestinal untuk penyerapan makanan, fungsi ginjal untuk ekskresi hasil metabolisme dan menjaga keseimbangan asam basa, fungsi hepar untuk mengekskresi zat-zat toksik dan fungsi dari sistem imunologi untuk melindungi tubuh melawan infeksi. Karena tidak melalui sistem plasenta lagi, sistem kardiovaskuler dan endokrin neonatal juga menyesuaikan fungsinya sendiri. 1 Pada lingkungan intrauterin, janin tidak perlu memproduksi panas untuk menjaga temperatur tubuhnya. Janin dikelilingi oleh cairan amnion yang dengan temperatur hanya 0,2°C dari temperatur tubuh. Karena itu, tidak ada 1

Upload: ayu-sri-angling-hudyana

Post on 25-Jul-2015

80 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bblr Ling Fix

BAB 1

PENDAHULUAN

Periode neonatal merupakan waktu yang sangat peka bagi bayi karena akan melengkapi

penyesuaian fisiologis agar dapat bidup secara ekstrauterin. Angka morbiditas dan

mortalitas yang tinggi memperlihatkan adanya ketidakmampuan untuk hidup selama

periode ini. Kematian yang terjadi pada tahun pertama dua pertiganya merupakan

kematian bayi baru lahir.1

Peralihan bayi intrauterin menjadi ekstrauterin menimbulkan banyak perubahan

biokimia dan fisiologis. Karena tidak ada hubungan lagi dengan sirkulasi maternal

melalui plasenta fungsi paru bayi baru lahir diaktifkan untuk keperluan pertukaran

oksigen dan karbondioksida yang cukup. Organ-organ bayi akan berfungsi, traktus

gastrointestinal untuk penyerapan makanan, fungsi ginjal untuk ekskresi hasil

metabolisme dan menjaga keseimbangan asam basa, fungsi hepar untuk mengekskresi

zat-zat toksik dan fungsi dari sistem imunologi untuk melindungi tubuh melawan

infeksi. Karena tidak melalui sistem plasenta lagi, sistem kardiovaskuler dan endokrin

neonatal juga menyesuaikan fungsinya sendiri.1

Pada lingkungan intrauterin, janin tidak perlu memproduksi panas untuk menjaga

temperatur tubuhnya. Janin dikelilingi oleh cairan amnion yang dengan temperatur

hanya 0,2°C dari temperatur tubuh. Karena itu, tidak ada kebilangan panas akibat

radiasi atau evaporasi dan kehilangan panas secara konduksi dan konveksi dari kulit

janin tidak terlalu banyak. Temperatur tubuh janin tidak meningkat karena panas yang

diproduksi akan hilang karena konveksi melalui aliran darah pada plasenta. Penurunan

aliran darah plasenta akan menimbulkan peningkatan temperatur janin. Hal ini terjadi

pada bayi dengan KMK yang memiliki aliran darah plasenta yang kecil, yang biasanya

lahir dengan temperatur rektal sebesar 38-38,5°C. Pada bayi baru lahir terjadi

penurunan temperatur tubuh secara cepat dan signifikan karena kehilangan panas

terjadi dengan mudah sekali dan bayi memiliki keterbatasan untuk memproduksi panas

pada lingkungan yang dingin. Kecepatan kehilangan panas dikaitkan dengan

perbandingan luas permukaan tubuh dengan volume tubuh. Bayi yang lahir dengan

berat badan 3 kg memiliki perbandingan permukaan tubuh terhadap volume tubuh tiga

kali lipat lebih besar daripada orang dewasa dan bayi prematur dengan berat lahir 1500

memiliki rasio empat kali lebih besar. Kulit bayi memiliki konduktasi lebih besar

1

Page 2: Bblr Ling Fix

daripada orang dewasa sehingga konsekuensinya akan lebih banyak kehilangan panas

per unit permukaan tubuhnya. Dari sekian hal di atas, banyak masalah bayi baru lahir

yang dihubungkan dengan ketidakmampuan penyesuaian diri untuk hidup seperti

asfiksia, kelahiran prematur dan anomali kongenital yang mengancam hidup.1

Salah satu tujuan nasional Healthy People 2010 di bidang kesehatan ibu dan anak

adalah untuk menurunkan angka kematian bayi usia 1 sampai 4,5 tahun per 1000

kelahiran hidup di semua kelompok ras/etnik. Determinan penting dari perbedaan

angka kematian anak pada masing-masing ras/etnik adalah jumlah bayi dengan berat

lahir rendah (Low Birth Weight), berat lahir <2500 gram dan bayi dengan berat lahir

sangat rendah (Very Low Birth Weight) berat lahir <1500 gram. Angka kematian yang

tinggi terdapat pada kelompok bayi dengan berat lahir rendah (baik LBW maupun

ELBW). Tujuan Healthy People 2010 termasuk menurunkan angka kelahiran BBLR

menjadi 5% dan VLBW menjadi 0,9% dari kelahiran hidup.2

Setiap tahunnya, sekitar 30 juta bayi dengan berat lahir rendah dilahirkan (sekitar

23,8% dari seluruh kelahiran) dengan segala konsekuensi kesehatan jangka pendek dan

jangka panjangnya. Bayi berat lahir rendah adalah determinan mayor kesakitan,

kematian dan kecacatan pada bayi dan anak-anak, yang juga mempunyai pengaruh

jangka panjang terhadap kehidupan masa dewasa. Salah satu hal yang berpengaruh

terhadap kejadian BBLR ini adalah status nutrisi ibu yang rendah dan intake nutrisi

yang inadekuat selama masa kehamilan. Hal ini tidak hanya akan mempengaruhi

kesehatan ibu, tetapi juga berpengaruh negatif terhadap berat lahir dan perkembangan

awal bayi. BBLR juga akan meningkatkan penggunaan biaya di sektor kesehatan

khususnya di negara-negara berkembang.3

Jumlah bayi berat lahir sangat rendah meningkat sampai hampir 500 kelahiran

selama kurun waktu 2001 hingga 2002. Peningkatan ini terjadi umumnya pada wanita

yang hamil pada usia 20 – 34 tahun dan terjadi pada semua ras/etnik. Kelahiran

multipel juga dapat menyebabkan peningkatan kejadian low birth weight.2

BAB II

LAPORAN KASUS

2

Page 3: Bblr Ling Fix

3.1 Identitas Pasien

Nama bayi : Bayi PAUA

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama ibu : PAUA

Alamat : Tubuh Blahbatuh Gianyar

MRS : 11 September 2011

3.2 Anamnesa (Heteroanamnesa)

3.2.1 Keluhan Utama : Lahir dengan berat lahir rendah dan prematur

Penderita lahir di RSUD Sanjiwani Gianyar pukul 05.10 wita pada tanggal 11

September 2011. Penderita lahir spontan APGAR Score 7-8 dengan berat badan

lahir 1700 gram, panjang badan 41 cm, lingkaran dada 27 cm, dan lingkaran

kepala 30 cm Penderita segera menangis, dan tidak diketemukan adanya

kelainan.

3.2.2 Riwayat Penyerta

a. Riwayat Prenatal :

Penderita adalah anak kedua. ANC teratur ke bidan sebanyak 2 kali dan dokter

spesialis kandungan sebanyak 6 kali. USG pernah 5 kali di dokter spesialis

kandungan, kelainan tidak tampak, kehamilan kembar (gemeli) terdeteksi pada

saat pertama kali USG pada umur kehamilan kurang lebih 18 minggu.

HPHT dikatakan tanggal 20 Januari 2010, sehingga dapat dihitung TP (Taksiran

Partus) pada tanggal 27 Oktober 2011.

Perdarahan tidak ada. Keputihan tidak ada.

b. Riwayat Penyakit Ibu

Riwayat penyakit kencing manis, hepatitis B, tuberkulosis (TB), asma, penyakit

jantung, dan tekanan darah tinggi disangkal oleh ibu penderita.

Riwayat alergi obat disangkal oleh ibu penderita.

c. Riwayat Intranatal

Pada tanggal 09 September 2011 ibu penderita memeriksakan diri ke dokter

untuk kontrol rutin. Saat itu, salah satu bayi dalam kandungannya dikatakan

3

Page 4: Bblr Ling Fix

telah meninggal. Ibu penderita kemudian diberikan pengantar untuk

memeriksakan diri ke salah satu dokter spesialis kandungan di Denpasar.

Namun pada tanggal 10 September 2011 pagi, ibu penderita mengalami sakit

perut hilang timbul. Pukul 20.00 WITA sakit perut tersebut dirasakan semakin

keras lalu dibawa ke RSUD Gianyar pada pukul 02.00 WITA. Ibu penderita

diberikan suntikan obat dan mengatakan obat tersebut untuk jantung, paru-paru

dan untuk mencegah infeksi. Tetapi ibu penderita tidak mengetahui nama jenis

obat tersebut. Perdarahan tidak ada, gawat janin tidak ada, nyeri BAK satu kali,

demam tidak ada, dan tidak ada keputihan.

d. Diagnosa Ibu

G2P1001, 33-34 minggu, Gemeli H/KJDR, letkep/letkep PK I

3.3 Data Bayi

Tanggal Lahir : 11 September 2011

Jenis Kelamin : Perempuan

Berat Badan Lahir : 1700 gram

Panjang badan Lahir : 41 cm

Lingkar Kepala : 30 cm

Lingkar Dada : 27 cm

Anus : ada

Kelainan : tidak ada

APGAR Score : 7-8

3.4 Pemeriksaan Fisik

Status Present

Aktifitas, tonus, refleks dan tangis : cukup

HR : 152 kali/menit

RR : 48 kali/menit

Temp. Aksila : 35,90C

Status General

Kepala : normocephali, ubun-ubun datar, caput succadeneum (-)

cephal hematome (-), kepala menghadap ke satu jurusan.

Rambut : hitam, halus, dan teranyam

4

Page 5: Bblr Ling Fix

Mata : an-/-, ikt-/-, Rp +/+ isokor, edema -/-

THT : nafas cuping hidung (-), bibir sianosis (-), sekret (-)

pinna memegas tidak sempurna

helix tidak teraba penuh

Leher : JVP (-), pembesaran kelenjar (-)

Thorax : Bentuk simetris pada saat statis dan dinamis, retraksi (-)

Paru: suara nafas: Bronkovesikular +/+, ronki -/-,

wheezing -/-

Jantung: S1 S2 normal, regular, murmur (-)

Payudara : Areola (+)/(+) datar

Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (-),

turgor normal

Hepar/Lien tidak teraba

Genitalia : labia mayora besar, labia minora kecil belum tertutup

oleh labia mayora.

Ekstremitas : hangat (+), sianosis (-), pergerakan kurang dan lemah,

Kedua tungkai dalam keadaan abduksi, sendi lutut fleksi.

Kulit : pengelupasan kulit (-), ruam superfisial (-),

kulit tipis (+),

` Lanugo : (+) tebal

Plantar creast : garis lipatan (+)

Penilaian usia bayi:

New Ballard Score (NBS)

Maturitas Neuromuskular

5

Page 6: Bblr Ling Fix

Skor :

Postur (posture) : 3

Jendela pergelangan tangan (square window) : 3

Gerakan tangan membalik (arm recoil) : 2

Sudut Poplitea (popliteal angle) : 2

Tanda selendang (scarf sign) : 3

Lutut ke telinga ( heel to ear) : 3

TOTAL : 16

Maturitas Fisik

6

Page 7: Bblr Ling Fix

Skor :

Skin : 1

Lanugo : 2

Breast : 1

Genital female : 1

Plantar surface : 2

Eye and ear : 1

TOTAL : 8

Skor total : maturitas neuromuskular + maturitas fisik

: 16 + 8

: 24

Setelah didapatkan skor total, kemudian cari masa gestasinya sesuai dengan

tabel nilai kematangan di bawah ini. Didapatkan usia penderita adalah 33-34 minggu.

Tabel nilai kematangan.

7

Page 8: Bblr Ling Fix

Skor Minggu

-10 20

-5 22

0 24

5 26

10 28

15 30

20 32

25 34

30 36

35 38

40 40

45 42

50 44

Selanjutnya dengan menggunakan grafik dari Battaglia F, Lubchenco

diatas, dicari titik perpotongan antara umur kehamilan yang kita dapatkan

dengan berat badan lahir bayi, sehingga didapat interpretasi bahwa bayi tersebut

adalah Sesuai Masa Kehamilan (SMK).

3.5 Faktor Risiko Infeksi

Pada pasien ini ditemukan :

Faktor risiko mayor : Tidak Ada

Faktor risiko minor : - Usia gestasi < 37 minggu

- Kehamilan ganda (Gemili)

3.6 Diagnosis Kerja

Neonatus Kurang Bulan + Bayi Berat Lahir Rendah (Sesuai Masa Kehamilan) +

Gemeli

3.7 Pemeriksaan Penunjang

- Gula darah (blood sugar)

8

Page 9: Bblr Ling Fix

Hasil Gula darah (11/09/2011) : 91 mg/dL (70-110)

3.8 Problem List

- BBLR

- Preterm

- Risiko Hipotermia

- Risiko Infeksi

3.9 Assesment

Neonatus kurang bulan (NKB) + Bayi Berat Lahir Rendah (Sesuai Masa Kehamilan) +

Gemeli

3.7 Planning

a. Planning terapi

Rawat Inkubator, jaga kehangatan (suhu 34 ̊C)

Nutrisi: Enteral: puasa

Parenteral: Dextrosa 5%, 6 tetes mikro/menit

Obat-obatan: parenteral cefotaxim 2x100 mg, salep mata gentamicin, dan

dexamethason 3 x 0,2 mg.

Pemberian vitamin K 1 mg i.m

b. Planning Diagnosis

- DL, kadar bilirubin, elektrolit, dan analisis gas darah

c. Monitoring

Pemeriksaan tanda-tanda vital

Observasi tanda-tanda gagal nafas

Kadar gula darah

Pengukuran berat badan

Balans cairan

Perkembangan Penderita

12/09/2011

S O A P

9

Page 10: Bblr Ling Fix

Panas (-)

Sesak (-)

Minum (+)

Kuning (-)

Kebiruan (-)

BAB/BAK (+)

Status Present :

Keadaan umum bayi lemah

Aktifitas, tonus, refleks dan tangis cukup

HR : 133 x/mt

RR : 36 x/mt

Tax : 36oC

Berat badan : 1700 gram

Warna bayi kemerahan

Cairan masuk (CM) : 20 cc

Cairan keluar (CK) : 10 cc

IWL : 42,5 cc

BC : (-) 32,5 cc/kgBB/jam

Pu : 0,25 cc/kgBB/menit

-Instabilitas suhu

-Neonatus kurang bulan

- BBLR (SMK)

- Gemeli

Planning terapi:

Rawat inkubator

(suhu : 35°C)

Jaga kehangatan

Kebutuhan cairan

-IVFD D5% 6 tpm

-Nutrisi : ASI ~ 5-10 cc/3 jam (sonde)

Cefotaxime 2 x 100 mg

Dexamethason 3 x 0,2 mg

Monitoring :

vital sign

kadar BS

berat badan

balans cairan

13/09/2011

S O A P

Panas (-) Status Present : -Neonatus Rawat inkubator

10

Page 11: Bblr Ling Fix

muntah (-) minum (+) BAK (+) BAB (+)Kuning (-) kebiruan (-)

Keadaan umum bayi lemah

Aktifitas, tonus, refleks dan tangis cukup

Tanda vital stabil

HR : 136 x/mt

RR : 40 x/mt

Tax : 36,5oC

Status general

Kepala : normochepali , CH (-)

Mata : Konjungtiva pucat (-), konjungtiva kuning (-), RP +/+ isokor

THT : sekret (-), NCH (-)

Thorax : simetris (+), retraksi (-)

Cor : S1S2 N Reg Murmur (-)

Po : bves +/+, Rh -/-, wh -/-

Abdomen : Distensi (-), BU (+)

Extremitas : Hangat pada keempat extremitas. CRT < 2 detik. Cyanosis (-).

kurang bulan

- BBLR (SMK)

- Gemeli

(suhu : 35°C)

Jaga kehangatan

Kebutuhan cairan

-IVFD D5% 6 tpm

-Nutrisi : ASI 8 x 10 cc (sonde)

Cefotaxime 2 x 100 mg

Dexamethason 3 x 0,2 mg

Monitoring :

vital sign

kadar BS

berat badan

balans cairan

14/09/2011

S O A P

Panas (-) Status Present : -Neonatus Rawat inkubator

11

Page 12: Bblr Ling Fix

muntah (-) minum (+) BAK (+) BAB (+)Kuning (-) kebiruan (-)

Keadaan umum bayi lemah

Aktifitas, tonus, refleks dan tangis cukup

Tanda vital stabil

HR : 152 x/mt

RR : 44 x/mt

Tax : 36,6oC

Status general

Kepala : normochepali , CH (-)

Mata : Konjungtiva pucat (-), konjungtiva kuning (-), RP +/+ isokor

THT : sekret (-), NCH (-)

Thorax : simetris (+), retraksi (-)

Cor : S1S2 N Reg Murmur (-)

Po : bves +/+, Rh -/-, wh -/-

Abdomen : Distensi (-), BU (+)

Extremitas : Hangat pada keempat extremitas. CRT < 2 detik. Cyanosis (-).

kurang bulan

- BBLR (SMK)

- Gemeli

(suhu : 35°C)

Jaga kehangatan

Kebutuhan cairan

-IVFD D5% 6 tpm

-Nutrisi : ASI 12 cc/3 jam (sonde)

Cefotaxime 2 x 100 mg

Dexamethason 3 x 0,2 mg

Monitoring :

vital sign

kadar BS

berat badan

balans cairan

15/09/2011

S O A P

Panas (-) Status Present : -Neonatus Rawat inkubator

12

Page 13: Bblr Ling Fix

muntah (-) minum (+) BAK (+) BAB (+)Kuning (-) kebiruan (-)

Keadaan umum bayi lemah

Aktifitas, tonus, refleks dan tangis cukup

Tanda vital stabil

HR : 127 x/mt

RR : 50 x/mt

Tax : 37oC

Status general

Kepala : normochepali , CH (-)

Mata : Konjungtiva pucat (-), konjungtiva kuning (-), RP +/+ isokor

THT : sekret (-), NCH (-)

Thorax : simetris (+), retraksi (-)

Cor : S1S2 N Reg Murmur (-)

Po : bves +/+, Rh -/-, wh -/-

Abdomen : Distensi (-), BU (+)

Extremitas : Hangat pada keempat extremitas. CRT < 2 detik. Cyanosis (-).

kurang bulan

- BBLR (SMK)

- Gemeli

(suhu : 35°C)

Jaga kehangatan

Kebutuhan cairan

-IVFD D5% 6 tpm

-Nutrisi : ASI 12 cc/3jam (sonde)

Cefotaxime 2 x 100 mg

Dexamethason 3 x 0,2 mg

Monitoring :

vital sign

kadar BS

berat badan

balans cairan

16/09/2011

S O A P

Panas (-) Status Present : -Neonatus kurang Rawat inkubator

13

Page 14: Bblr Ling Fix

muntah (-) minum (+) BAK (+) BAB (+)Kuning (+) kebiruan (-)

Keadaan umum bayi lemah

Aktifitas, tonus, refleks dan tangis cukup

Tanda vital stabil

HR : 124 x/mt

RR : 48 x/mt

Tax : 37,1oC

Berat badan : 1400 gram

Status general

Kepala : normochepali , CH (-)

Mata : Konjungtiva pucat (-), konjungtiva kuning (+/+), RP +/+ isokor

THT : sekret (-), NCH (-)

Thorax : simetris (+), retraksi (-)

Cor : S1S2 N Reg Murmur (-)

Po : bves +/+, Rh -/-, wh -/-

Abdomen : Distensi (-), BU (+)

Extremitas : Hangat pada keempat extremitas. CRT < 2 detik. Cyanosis (-), kuning (+) Kremer V

bulan

- BBLR (SMK)

- Gemeli

- Hiperbilirubinemia

(suhu : 35°C)

Jaga kehangatan

Kebutuhan cairan

-IVFD D5% 6 tpm

-Nutrisi : ASI 12 cc/3jam (sonde)

Cefotaxime 2 x 100 mg

Dexamethason 3 x 0,2 mg

Fototherapy 2 x 24 jam

Pdx : Cek bilirubin

Monitoring :

vital sign

kadar BS

berat badan

balans cairan

17/09/2011

S O A P

Panas (-) Status Present : -Neonatus kurang Rawat inkubator

14

Page 15: Bblr Ling Fix

muntah (-) minum (+) BAK (+) BAB (+)Kuning (+)

09.00WITA

(saturasi oksigen: 90%)

Keadaan umum bayi lemah

Aktifitas, tonus, refleks dan tangis cukup

Tanda vital

HR : 136 x/mt

RR : 40 x/mt

Tax : 36,5oC

Status general

Kepala : normochepali , CH (-)

Mata : Konjungtiva pucat (-), konjungtiva kuning (+), RP +/+ isokor

THT : sekret (-), NCH (-)

Thorax : simetris (+), retraksi (-)

Cor : S1S2 N Reg Murmur (-)

Po : bves +/+, Rh -/-, wh -/-

Abdomen : Distensi (-), BU (+)

Extremitas : Hangat pada keempat extremitas. CRT < 2 detik. Cyanosis (-).

S : bayi terlihat kebiruan

O :

HR : 110 x/menit

RR : 72 x/menit

Tax : 36,5 ̊C

Bibir : Cyanosis (+)

bulan

- BBLR (SMK)

- Gemeli

-Hiperbilirubinemia

-Neonatus kurang bulan

- BBLR (SMK)

- Gemeli

-Hiperbilirubinemia

-susp.Pneumonia

(suhu : 35°C)

Jaga kehangatan

Kebutuhan cairan

-IVFD D5% 6 tpm

-Nutrisi : ASI 12 cc/3jam (sonde)

Cefotaxime 2 x 100 mg

Fototherapy 2x24 jam

Pdx : Cek bilirubin

Monitoring :

vital sign

kadar BS

berat badan

balans cairan

-oksigen 0,5 liter

-pasang saturasi

-stop nutrisi enteral lewat sonde

Pdx : AGD

15

Page 16: Bblr Ling Fix

Thoraks : Simetris (+), retraksi (-)

aspirasi dd/ RDS

18/09/2011

S O A P

Panas (-) muntah (-) minum (+) BAK (+) BAB (+)Kuning (+) kebiruan (-)

Status Present :

Keadaan umum bayi lemah

Aktifitas, tonus, refleks dan tangis cukup

Tanda vital stabil

HR : 136 x/mt

RR : 40 x/mt

Tax : 36,7oC

Status general

Kepala : normochepali , CH (-)

Mata : Konjungtiva pucat (-), konjungtiva kuning (+), RP +/+ isokor

THT : sekret (-), NCH (-)

Thorax : simetris (+), retraksi (-)

Cor : S1S2 N Reg Murmur (-)

Po : bves +/+, Rh -/-, wh -/-

Abdomen : Distensi (-), BU (+)

Extremitas : Hangat pada keempat extremitas. CRT < 2 detik. Cyanosis (-).

-Neonatus kurang bulan

- BBLR (SMK)

- Gemeli

-Hiperbilirubinemia

-susp.Pneumonia aspirasi dd/ RDS

Oksigen 1/2 lpm (terpasang saturasi)

Rawat inkubator

(suhu : 35°C)

Jaga kehangatan

Kebutuhan cairan

-IVFD D5% 6 tpm

-Nutrisi : ASI lewat sonde sementara di stop

Cefotaxime 2 x 100 mg

Pdx : cek bilirubin, AGD

Monitoring :

vital sign

kadar BS

berat badan

balans cairan

BAB III

PEMBAHASAN

16

Page 17: Bblr Ling Fix

Pada kasus ini, penderita dikeluhkan dengan berat badan lahir rendah dan

prematur. Penderita lahir spontan APGAR Score 7-8 dengan berat badan lahir

1700 gram, panjang badan 41 cm, lingkaran dada 27 cm, dan lingkaran kepala

30 cm. Penderita segera menangis, dan tidak diketemukan adanya kelainan.

Batasan bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang

dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi

yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. Dari data tersebut didapatkan berat

badan penderita kurang dari 2500 yang sesuai dengan batasan BBLR.

Diagnosa ibu adalah G2P1001, 33-34 minggu, Gemeli H/KJDR, letkep/letkep.

Kehamilan ganda (gemeli) terdeteksi pada saat pertama kali USG pada umur

kehamilan kurang lebih 18 minggu. HPHT dikatakan tanggal 20 Januari 2010,

sehingga dapat dihitung TP (Taksiran Partus) pada tanggal 27 Oktober 2011.

Perdarahan tidak ada. Keputihan tidak ada. Tidak ditemukan faktor resiko

infeksi mayor infeksi dan ditemukan faktor resiko minor infeksi; usia kehamilan

kurang dari 37 minggu dan kehamilan ganda. Menurut literatur penyebab utama

dari BBLR adalah kelahiran prematur (lahir dengan masa gestasi kurang dari 37

minggu). Usia kehamilan menurut perhitungan HPHT pada ibu adalah 33-34

minggu yang sesuai dengan definisi prematur. Sedangkan faktor yang berperan

pada kelahiran prematur salah satunya adalah kehamilan ganda (multiple).

Pada pemeriksaan fisik tanda vital didapatkan dalam batas normal. Aktifitas,

tonus, refleks dan tangis cukup. Heart Rate 152 kali/menit. Respiratory rate 48

kali/menit. Temperatur Aksila 35,90C. Panjang badan Lahir 41 cm. Lingkar

kepala 30 cm. Lingkar dada 27 cm.

Pada pemeriksaan status general didapatkan kepala normocephali dengan ubun-

ubun datar dan kepala menghadap ke satu jurusan. Rambut hitam, halus, dan

teranyam. Mata, hidung, dan tenggorok tidak didapatkan kelainan. Pada telinga

ditemukan pinna memegas tidak sempurna dan helix tidak teraba penuh. Leher

tidak ditemukan kelainan. Thorax bentuk simetris pada saat statis dan dinamis

dan tidak didapakkan adanya retraksi. Jantung dan paru dalam batas normal.

Payudara didapatkan areola pada kedua payudara datar. Abdomen dalam batas

normal. Genitalia labia mayora besar dan labia minora kecil belum tertutup oleh

labia mayora. Ekstremitas hangat, tidak didapatkan adanya sianosis, pergerakan

17

Page 18: Bblr Ling Fix

kurang, lemah, kedua tungkai dalam abduksi, dan sendi lutut fleksi. Kulit tipis,

lanugo tebal dan didapatkan adanya garis lipatan plantar creast.

Pada pemeriksaan fisik bayi berat lahir rendah biasanya didapatkan gambaran

klinis memiliki berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau

sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, dan lingkaran kepala

kurang dari 33 cm. Dengan masa gestasi yang kurang dari 37 minggu. Pada

kasus sesuai dengan teori. Kepala relatif lebih besar daripada badannya,

memiliki kulit yang tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan yang

kurang. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun datar dan sutura lebar, dan

genitalia yang imatur. Labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Rambut

biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu-persatu. Tulang

rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih

kurang. Jaringan mama belum sempurna, demikian pula puting susu belum

terbentuk dengan baik. Ukuran bayi kecil, dengan posisinya masih posisi fetal,

yaitu posisi dekubitus lateral, pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi

lebih banyak tidur daripada bangun. Tangisnya lemah, pernafasan belum teratur

dan sering terdapat serangan apnu. Otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu

dalam keadaan kedua tungkai dalam abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam

fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan. Pada kasus didapatkan sesuai

dengan teori. Gambaran klinis ini ditemukan pada bayi prematur dengan berat

lahir rendah karena kematangan atau maturitas pada bayi belum sempurna.

Pada beberapa literatur disampaikan bahwa penampakan luar bayi tergantung

dari maturitas atau lamanya masa gestasi itu.

Pada pemeriksaan New Ballard Score didapatkan jumlah 24 saat dimasukkan

dalam tabel didapatkan usia maturitas 33-34 minggu dan jika dimasukkan

dalam grafik Lubchenco didapatkan sesuai masa kehamilan.

Penjabaran diatas mengarahkan penderita pada diagnosis Neonatus Kurang

Bulan + Bayi Berat Lahir Rendah (Sesuai Masa Kehamilan) + Gemeli

Permasalahan yang mungkin ditemukan antara lain adanya bayi berat lahir

rendah, preterm, risiko hipotermia, dan risiko infeksi. Untuk mengatasinya

diperlukan adanya penatalaksanaan dan perawatan yang menyeluruh pada bayi.

Rencana terapi yang diberikan adalah dilakukan perawatan dalam inkubator

dengan suhu bayi 340C pada pemantauan perkembangan kondisi penderita

18

Page 19: Bblr Ling Fix

didapatkan adanya instabilisasi suhu sehingga dinaikkan menjadi 350C dan

menjaga kehangatan penderita. Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan

panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan

belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan

relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator

sehingga panas badannya mendekati panas badan dalam rahim. Bila bayi

dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan 1 – 2 kg adalah

350C dan untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 33 – 340C. Bila

inkubator tidak tersedia, bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya

ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat

dipertahankan.

Pada saat lahir penderita dipuasakan sembari mengajarkan penderita untuk

menetek pada ibunya. Lalu dilanjutkan dengan pemberian ASI lewat sonde

karena refleks menghisap bayi belum kuat. ASI per sonde pada awalnya

diberikan 5-10 cc/3jam, kemudian dilanjutkan dengan 8 x 10 cc pada hari ke-3,

12 cc/3jam pada hari ke-4 yang dilanjutkan sampai hari ketujuh. Pemberian

yang tidak ditingkatkan pada hari ke-4 sampai ke-7 adalah karena setelah

dicobakan peningkatan menjadi 17 cc, penderita tidak merespon baik, diketahui

dari dalam 3 kali percobaan pemberian residu setiap kali pemberian adalah 1-

2cc, sehingga jumlah pemberian kembali menjadi 12 cc. Untuk nutrisi

parenteral diberikan Dextrosa 5% 6 tetes mikro/menit dengan perhitungan

kebutuhan cairan keseluruhan adalah 1,7 x 60 cc, yaitu sekitar 102 cc/kgbb/hari.

Pemberian cairan ini sesuai dengan literatur yang mana disebutkan bahwa

akibat alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil,

enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 – 5gr/kgBB

dan kalori 110 kal/kgBB untuk meningkat pertumbuhan maka pemberian

minum bayi diberikan sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan

menghisap cairan lambung. Pada kondisi tertentu misalnya kondisi bayi yang

belum stabil pemberian nutrisi enteral dapat ditunda dan dipenuhi dengan

pemberian parenteral. Refleks menghisap masih lemah, sehingga pemberian

minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekuensinya yang lebih sering.

ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI lah yang paling

dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan

19

Page 20: Bblr Ling Fix

diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde

menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kgBB/hari

kemudian ditingkatkan.

Cefotaxim 2x100 mg dan salep mata gentamicin diberikan pada penderita untuk

pencegahan terhadap infeksi. Pada literatur disebutkan bayi prematuritas mudah

sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan

leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena

itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak

terjadi persalinan prematuritas (dengan berat badan lahir rendah). Dengan

demikian diperlukan perawatan dan pengawasan secara khusus dan terisolasi

dengan baik. Pada umumnya, terapi first-line yang diberikan pada bayi dengan

early sepsis adalah ampisilin dan gentamisin atau generasi ketiga dari

sepalosporin.

Pada penderita diberikan dexamethason 3 x 0,2 mg. Pada literatur disebutkan

dexamethason dapat diberikan untuk pematangan paru pada bayi. Namun, pada

beberapa literatur dikatakan masih kontroversial karena mekanisme kerjanya

pada bayi yang sudah lahir belum jelas dan efeknya tidak terlalu signifikan.

Pemberian vitamin K 1 mg i.m juga telah diberikan pada penderita. Vitamin K

disini diberikan sebagai suplement tambahan karena sistem liver dari bayi

prematur maupun bayi secara keseluruhan belum bekerja sempurna. Untuk

perencanaan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan DL, kadar bilirubin,

elektrolit, dan analisis gas darah. Sesuai dengan literatur yang menyebutkan

perlunya pemeriksaan tersebut pada bayi prematur untuk mengetahui:

a. Jumlah sel darah putih 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000 –

24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).

b. Hematokrit 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan

polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemorrhagic prenatal-

perinatal)

c. Hemoglobin 15-20 gram/dl ( kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia

atau hemolisis berlebihan)

d. Bilirubin total 6mg/dl hari pertama kehidupan, 8mg/dl 1 – 2 hari, dan 12mg/dl

pada 3 – 5 hari

20

Page 21: Bblr Ling Fix

e. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) dimana biasanya dalam batas normal pada

awalnya.

f. Pemeriksaan Analisa Gas Darah untuk mengetahui oksigenasi pada bayi

adekuat atau tidak dan adanya imbalance.

Yang perlu dimonitor pada penderita adalah tanda-tanda vital, tanda-tanda gagal

nafas, kadar gula darah, pengukuran berat badan, balans cairan. Menimbang

banyaknya komplikasi dan risiko morbiditas pada bayi dengan lahir prematur

dan berat badan rendah.

Pada riwayat perkembangan penderita didapatkan pula beberapa masalah yaitu

pada hari ke-2 pasien mengalami instabiltas suhu, hari ke-6 penderita

dikeluhkan kuning oleh ibunya dan adanya penurunan berat badan. Pada hari

ke-7 dari hasil pemeriksaan didapatkan adanya kebiruan pada bibir (cyanosis).

Gangguan termoregulasi pada penderita kemungkinan sebagai akibat dari bayi

dengan berat lahir rendah memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih luas

dibandingkan dengan berat badannya (rasio antara luas permukaan tubuh

dengan berat badan yang tinggi), kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang

disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat kurangnya jaringan lemak di

bawah kulit (cadangan brown fat rendah), kulit yang tidak terkeratinisasi, suplai

glikogen yang rendah, otot yang tidak aktif dan pusat pengaturan suhu tubuh

yang belum berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk menanganinya penderita

dirawat dalam inkubator dengan suhu inkubator yang dinaikkan dari 34 menjadi

35. Setelah penanganan tersebut suhu penderita bertahan dalam batas normal

pada hari-hari berikutnya evaluasi terakhir didapatkan suhu 37,4 ̊C.

Kuning pada penderita adalah hiperbilirubinemia yang fisiologis karena muncul

pada 3-5 hari setelah lahir. Penatalaksanaan untuk kuning pada penderita ini

adalah dilakukan fototherapy selama 2 x 24 jam. Rencana diagnosis yang

dianjurkan adalah pemeriksaan bilirubin. Imatur hepar memudahkan terjadinya

hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K. Kernikterus terjadi pada 2,20%

dari otopsi bayi prematur. Bayi prematur lebih sering mengalami

hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan disebabkan karena

faktor kematangan hepar sehingga konjugasi bilirubin indirect menjadi biluribin

direct belum sempurna. Hiperbilirubinemia indirek (unconjugated), disebabkan

oleh perdarahan atau kerusakan akibat dari fungsi liver yang imatur sehingga

21

Page 22: Bblr Ling Fix

mengalami gangguan dalam mengkonjugasikan dan mengeleminasi bilirubin.

Selain itu juga karena terjadi penurunan kelangsungan hidup sel darah merah

(RBC), enteric feeding yang tertunda dan penurunan motalitas dari usus. Dan

bila disertai IUGR, faktor resiko hiperbilirubinemia berupa adanya infeksi dan

atau polisitemia. Pada hiperbilirubinemia direk (conjugated), terjadi sebagai

akibat komplikasi dari nutrisi parenteral.

Pada bayi prematur juga akan terjadi penurunan berat badan sebesar 1 – 2%

setiap harinya. Dimana, total penurunan berat badan adalah sebesar 10%. Berat

badan akan kemabli normal setelah hari ke 10 – 14. Selanjutnya akan terjadi

peningkatan berat badan 1 – 1,5% dari berat badan lahir setiap hari. Kehilangan

berat badan yang berlebihan atau peningkatan berat badan yang tidak adekuat

terjadi pada bayi yang mengalami stress dingin, anemia, intake yang kurang,

dan sepsis. Penurunan berat badan tidak terjadi pada bayi yang kecil masa

kehamilan. Hal ini dibuktikan dengan adanya penurunan berat badan penderita

pada hari ke-6.

Penderita mengalami cyanosis kemungkinan penyebabnya adalah adanya

Respiratory distress syndrome atau pneumonia aspirasi atau keduanya.

Respiratory distress syndrome (RDS) ini terjadi setelah onset pernafasan bayi

dengan paru yang yang imatur dan akibat dari defisiensi surfaktan pulmoner.

RDS disebut juga dengan penyakit membran hialin (hyaline membrane

disease/HMD) karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin

yang melapisi alveolus paru. Tanda klinis dari RDS meliputi; (1) takipnue

(>60x/menit), (2) sianosis, (3) retraksi dada, (4) nasal flaring, dan (5) grunting.

Pada penyakit ini bayi yang prematur akan mengalami sesak nafas karena

kurang matangnya organ paru dan terjadi peningkatan kebutuhan oksigen

melebihi 24-72 jam pertama kehidupan. Paru seharusnya berfungsi saat bayi

pertama kali menangis, sebab saat bayi menangis, saat itu pulalah bayi mulai

bernafas. Tetapi, pada bayi yang lahir prematur, karena pada saat itu organ

parunya tidak siap, misalnya alveolus tidak bisa membuka, sehingga udara tidak

bisa masuk. Ini menyebabkan bayi tidak menangis. Tidak membukanya alveolus

paru tersebut karena ada suatu zat, surfaktan, yang tidak cukup sehingga

alveolus paru tidak membuka atau kolaps. Alveolus yang kolaps ini

menyebabkan terjadinya atelektasis yang berat, edema dan penurunan kapasitas

22

Page 23: Bblr Ling Fix

total paru-paru. Sedangkan pneumonia aspirasi yang sering ditemukan pada

bayi prematur adalah karena refleks menelan dan batuk belum sempurna.

Penyakit ini dapat dicegah dengan perawatan yang baik. Pada penderita

kemungkinan adalah mengalami pneumonia aspirasi karena onset cyanosisnya

pada hari ke-7. Atas dasar kemungkinan tersebut penatalaksanaan pada

penderita adalah diberikan oksigen setengah liter per menit, pemantauan

saturasi, dan penghentian pemberian nutrisi enteral (ASI lewat sonde). Planning

diagnosis yang diperlukan adalah pengecekan analisis gas darah untuk

memantau kadar oksigen dalam darah dan juga memantau terjadinya asidosis

ataupun alkalosis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar

Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.

2. Hasan R Alatas H. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan Infomedika

Jakarta. 1985. Jakarta.

3. Sitohang NA. Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah. Medan:

Universitas Sumatera Utara. 2004. Available: http://72.14.235.104/search?

q=cache:arBhxFzszfQJ:library.Dindex%26req%%3Fop%3Dmodload%26name

%3DDownloads%26file%3Dindex%26req%Dgetit%26lid

23

Page 24: Bblr Ling Fix

%3D1040+bayi+berat+badan+lahir+rendah&hl=id&gl+id&ct=clnk&cd=3&lr=lang

_id . (Accessed: 2008, Desember 18)

4. World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting

optimal fetal growth. Avaliable from :

http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Last update : January

2007 (Accessed: 2008, Desember 18)

5. Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan

Rendah (Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan. 1996 Available:

http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=ikpbppk-gdl-res-1996-titiek-1137-

bayi&q=buletin . Last Update: 2003. (Accessed: 2008, Desember 18).

6. Anonim, Available: http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=917 (Accessed:

2008, December 18)

7. Djaja S. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir (Neonatal) dan Sistem

Pelayanan kesehatan Yang Berkaitan di Indonesia. Available:

http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?node=225 (Accessed: 2008, December,

18).

8. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FKUI. Jakarta 1985;3:1048-1065.

9. Barton AM, Montazami S. Extremely Low Birth Weight Infant. Available from :

http//www.google.com. Last update : 18 Juni 2009.

10. Gowen CW. Nelson Essentials of Pediatrics 5E. Fetal and Neonatal Medicine.

Section XI. Pages : 274-296.

11. Saili A. Essensial Care of Low Birth Weight Neonates. Indian Pediatric 2008; 45

(2): 13-14.

12. Intensive Care Nursery House Staff Manual. Very low and Extremely Low Birth

Weight Infants. UCSF Childrens Hospital. UCSF Medical Center 2004; 65-8.

13. Health and Medical Information. Very Low Birth Weigth. The Children Hospital of

Philadelphia. Available from : http//www.google.com. Posted on 2009.

14. Tekolste K. Low Birth Weight/Prematurity. Pediatrics 2001; 108 (6): 1241-45.

15. Badshah S, Mason l, McKelvie K, Payne R, Lisboa PJG. Risk Factor for Low Birth

Weight in The Public Hospital at Peshawar. BMC Public Health 2008; 8: 197.

24

Page 25: Bblr Ling Fix

16. Edward J, Bott N, Svension LW, White D. Where and to What Extent is Prevention

of Low Birth weight Possible? Western Journal of Nursering Research 2002;24 (8):

887-904.

17. Amiruddin R, Lestari H. Analisis Faktor Resiko Kejadian Bayi Berat Badan Lahir

Rendah di Kota Kendari 2007. Available from : http//www.google.com. Poste don

June 5, 2007.

18. Avery ME, Taeusch HW. Schaffer’s Diseases of The Newborn. W. B Saunders

Company. 1984; 5:83-145.

19. Shah VA, Yeo CL, Ling YLF, Ho Ly. Incidence, Risk Factor of Retinopathy of

Prematurity Among Very Low Birth Weigth Infants in singapore. Ann Acad Med

Singapore 2005; 34: 169-78.

20. Ehrenkranz RA. Early, Aggressive Nutritional Management for Very Low Birth

Weight Infants : What is The Evidence? American Academic of Pediatrics. 2007; 31

(2): 48-55.

21. Eichenwald EC, Stark AR. Management and Outcomes of Very Low Birth Weight.

N Eng J Med 2008; 358: 1700-11.

22. Retayasa IW. Bahan Kuliah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Lab/SMF Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 2006. Denpasar.15.

25

Page 26: Bblr Ling Fix

26