bblr ling fix
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Periode neonatal merupakan waktu yang sangat peka bagi bayi karena akan melengkapi
penyesuaian fisiologis agar dapat bidup secara ekstrauterin. Angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi memperlihatkan adanya ketidakmampuan untuk hidup selama
periode ini. Kematian yang terjadi pada tahun pertama dua pertiganya merupakan
kematian bayi baru lahir.1
Peralihan bayi intrauterin menjadi ekstrauterin menimbulkan banyak perubahan
biokimia dan fisiologis. Karena tidak ada hubungan lagi dengan sirkulasi maternal
melalui plasenta fungsi paru bayi baru lahir diaktifkan untuk keperluan pertukaran
oksigen dan karbondioksida yang cukup. Organ-organ bayi akan berfungsi, traktus
gastrointestinal untuk penyerapan makanan, fungsi ginjal untuk ekskresi hasil
metabolisme dan menjaga keseimbangan asam basa, fungsi hepar untuk mengekskresi
zat-zat toksik dan fungsi dari sistem imunologi untuk melindungi tubuh melawan
infeksi. Karena tidak melalui sistem plasenta lagi, sistem kardiovaskuler dan endokrin
neonatal juga menyesuaikan fungsinya sendiri.1
Pada lingkungan intrauterin, janin tidak perlu memproduksi panas untuk menjaga
temperatur tubuhnya. Janin dikelilingi oleh cairan amnion yang dengan temperatur
hanya 0,2°C dari temperatur tubuh. Karena itu, tidak ada kebilangan panas akibat
radiasi atau evaporasi dan kehilangan panas secara konduksi dan konveksi dari kulit
janin tidak terlalu banyak. Temperatur tubuh janin tidak meningkat karena panas yang
diproduksi akan hilang karena konveksi melalui aliran darah pada plasenta. Penurunan
aliran darah plasenta akan menimbulkan peningkatan temperatur janin. Hal ini terjadi
pada bayi dengan KMK yang memiliki aliran darah plasenta yang kecil, yang biasanya
lahir dengan temperatur rektal sebesar 38-38,5°C. Pada bayi baru lahir terjadi
penurunan temperatur tubuh secara cepat dan signifikan karena kehilangan panas
terjadi dengan mudah sekali dan bayi memiliki keterbatasan untuk memproduksi panas
pada lingkungan yang dingin. Kecepatan kehilangan panas dikaitkan dengan
perbandingan luas permukaan tubuh dengan volume tubuh. Bayi yang lahir dengan
berat badan 3 kg memiliki perbandingan permukaan tubuh terhadap volume tubuh tiga
kali lipat lebih besar daripada orang dewasa dan bayi prematur dengan berat lahir 1500
memiliki rasio empat kali lebih besar. Kulit bayi memiliki konduktasi lebih besar
1
daripada orang dewasa sehingga konsekuensinya akan lebih banyak kehilangan panas
per unit permukaan tubuhnya. Dari sekian hal di atas, banyak masalah bayi baru lahir
yang dihubungkan dengan ketidakmampuan penyesuaian diri untuk hidup seperti
asfiksia, kelahiran prematur dan anomali kongenital yang mengancam hidup.1
Salah satu tujuan nasional Healthy People 2010 di bidang kesehatan ibu dan anak
adalah untuk menurunkan angka kematian bayi usia 1 sampai 4,5 tahun per 1000
kelahiran hidup di semua kelompok ras/etnik. Determinan penting dari perbedaan
angka kematian anak pada masing-masing ras/etnik adalah jumlah bayi dengan berat
lahir rendah (Low Birth Weight), berat lahir <2500 gram dan bayi dengan berat lahir
sangat rendah (Very Low Birth Weight) berat lahir <1500 gram. Angka kematian yang
tinggi terdapat pada kelompok bayi dengan berat lahir rendah (baik LBW maupun
ELBW). Tujuan Healthy People 2010 termasuk menurunkan angka kelahiran BBLR
menjadi 5% dan VLBW menjadi 0,9% dari kelahiran hidup.2
Setiap tahunnya, sekitar 30 juta bayi dengan berat lahir rendah dilahirkan (sekitar
23,8% dari seluruh kelahiran) dengan segala konsekuensi kesehatan jangka pendek dan
jangka panjangnya. Bayi berat lahir rendah adalah determinan mayor kesakitan,
kematian dan kecacatan pada bayi dan anak-anak, yang juga mempunyai pengaruh
jangka panjang terhadap kehidupan masa dewasa. Salah satu hal yang berpengaruh
terhadap kejadian BBLR ini adalah status nutrisi ibu yang rendah dan intake nutrisi
yang inadekuat selama masa kehamilan. Hal ini tidak hanya akan mempengaruhi
kesehatan ibu, tetapi juga berpengaruh negatif terhadap berat lahir dan perkembangan
awal bayi. BBLR juga akan meningkatkan penggunaan biaya di sektor kesehatan
khususnya di negara-negara berkembang.3
Jumlah bayi berat lahir sangat rendah meningkat sampai hampir 500 kelahiran
selama kurun waktu 2001 hingga 2002. Peningkatan ini terjadi umumnya pada wanita
yang hamil pada usia 20 – 34 tahun dan terjadi pada semua ras/etnik. Kelahiran
multipel juga dapat menyebabkan peningkatan kejadian low birth weight.2
BAB II
LAPORAN KASUS
2
3.1 Identitas Pasien
Nama bayi : Bayi PAUA
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama ibu : PAUA
Alamat : Tubuh Blahbatuh Gianyar
MRS : 11 September 2011
3.2 Anamnesa (Heteroanamnesa)
3.2.1 Keluhan Utama : Lahir dengan berat lahir rendah dan prematur
Penderita lahir di RSUD Sanjiwani Gianyar pukul 05.10 wita pada tanggal 11
September 2011. Penderita lahir spontan APGAR Score 7-8 dengan berat badan
lahir 1700 gram, panjang badan 41 cm, lingkaran dada 27 cm, dan lingkaran
kepala 30 cm Penderita segera menangis, dan tidak diketemukan adanya
kelainan.
3.2.2 Riwayat Penyerta
a. Riwayat Prenatal :
Penderita adalah anak kedua. ANC teratur ke bidan sebanyak 2 kali dan dokter
spesialis kandungan sebanyak 6 kali. USG pernah 5 kali di dokter spesialis
kandungan, kelainan tidak tampak, kehamilan kembar (gemeli) terdeteksi pada
saat pertama kali USG pada umur kehamilan kurang lebih 18 minggu.
HPHT dikatakan tanggal 20 Januari 2010, sehingga dapat dihitung TP (Taksiran
Partus) pada tanggal 27 Oktober 2011.
Perdarahan tidak ada. Keputihan tidak ada.
b. Riwayat Penyakit Ibu
Riwayat penyakit kencing manis, hepatitis B, tuberkulosis (TB), asma, penyakit
jantung, dan tekanan darah tinggi disangkal oleh ibu penderita.
Riwayat alergi obat disangkal oleh ibu penderita.
c. Riwayat Intranatal
Pada tanggal 09 September 2011 ibu penderita memeriksakan diri ke dokter
untuk kontrol rutin. Saat itu, salah satu bayi dalam kandungannya dikatakan
3
telah meninggal. Ibu penderita kemudian diberikan pengantar untuk
memeriksakan diri ke salah satu dokter spesialis kandungan di Denpasar.
Namun pada tanggal 10 September 2011 pagi, ibu penderita mengalami sakit
perut hilang timbul. Pukul 20.00 WITA sakit perut tersebut dirasakan semakin
keras lalu dibawa ke RSUD Gianyar pada pukul 02.00 WITA. Ibu penderita
diberikan suntikan obat dan mengatakan obat tersebut untuk jantung, paru-paru
dan untuk mencegah infeksi. Tetapi ibu penderita tidak mengetahui nama jenis
obat tersebut. Perdarahan tidak ada, gawat janin tidak ada, nyeri BAK satu kali,
demam tidak ada, dan tidak ada keputihan.
d. Diagnosa Ibu
G2P1001, 33-34 minggu, Gemeli H/KJDR, letkep/letkep PK I
3.3 Data Bayi
Tanggal Lahir : 11 September 2011
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan Lahir : 1700 gram
Panjang badan Lahir : 41 cm
Lingkar Kepala : 30 cm
Lingkar Dada : 27 cm
Anus : ada
Kelainan : tidak ada
APGAR Score : 7-8
3.4 Pemeriksaan Fisik
Status Present
Aktifitas, tonus, refleks dan tangis : cukup
HR : 152 kali/menit
RR : 48 kali/menit
Temp. Aksila : 35,90C
Status General
Kepala : normocephali, ubun-ubun datar, caput succadeneum (-)
cephal hematome (-), kepala menghadap ke satu jurusan.
Rambut : hitam, halus, dan teranyam
4
Mata : an-/-, ikt-/-, Rp +/+ isokor, edema -/-
THT : nafas cuping hidung (-), bibir sianosis (-), sekret (-)
pinna memegas tidak sempurna
helix tidak teraba penuh
Leher : JVP (-), pembesaran kelenjar (-)
Thorax : Bentuk simetris pada saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Paru: suara nafas: Bronkovesikular +/+, ronki -/-,
wheezing -/-
Jantung: S1 S2 normal, regular, murmur (-)
Payudara : Areola (+)/(+) datar
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (-),
turgor normal
Hepar/Lien tidak teraba
Genitalia : labia mayora besar, labia minora kecil belum tertutup
oleh labia mayora.
Ekstremitas : hangat (+), sianosis (-), pergerakan kurang dan lemah,
Kedua tungkai dalam keadaan abduksi, sendi lutut fleksi.
Kulit : pengelupasan kulit (-), ruam superfisial (-),
kulit tipis (+),
` Lanugo : (+) tebal
Plantar creast : garis lipatan (+)
Penilaian usia bayi:
New Ballard Score (NBS)
Maturitas Neuromuskular
5
Skor :
Postur (posture) : 3
Jendela pergelangan tangan (square window) : 3
Gerakan tangan membalik (arm recoil) : 2
Sudut Poplitea (popliteal angle) : 2
Tanda selendang (scarf sign) : 3
Lutut ke telinga ( heel to ear) : 3
TOTAL : 16
Maturitas Fisik
6
Skor :
Skin : 1
Lanugo : 2
Breast : 1
Genital female : 1
Plantar surface : 2
Eye and ear : 1
TOTAL : 8
Skor total : maturitas neuromuskular + maturitas fisik
: 16 + 8
: 24
Setelah didapatkan skor total, kemudian cari masa gestasinya sesuai dengan
tabel nilai kematangan di bawah ini. Didapatkan usia penderita adalah 33-34 minggu.
Tabel nilai kematangan.
7
Skor Minggu
-10 20
-5 22
0 24
5 26
10 28
15 30
20 32
25 34
30 36
35 38
40 40
45 42
50 44
Selanjutnya dengan menggunakan grafik dari Battaglia F, Lubchenco
diatas, dicari titik perpotongan antara umur kehamilan yang kita dapatkan
dengan berat badan lahir bayi, sehingga didapat interpretasi bahwa bayi tersebut
adalah Sesuai Masa Kehamilan (SMK).
3.5 Faktor Risiko Infeksi
Pada pasien ini ditemukan :
Faktor risiko mayor : Tidak Ada
Faktor risiko minor : - Usia gestasi < 37 minggu
- Kehamilan ganda (Gemili)
3.6 Diagnosis Kerja
Neonatus Kurang Bulan + Bayi Berat Lahir Rendah (Sesuai Masa Kehamilan) +
Gemeli
3.7 Pemeriksaan Penunjang
- Gula darah (blood sugar)
8
Hasil Gula darah (11/09/2011) : 91 mg/dL (70-110)
3.8 Problem List
- BBLR
- Preterm
- Risiko Hipotermia
- Risiko Infeksi
3.9 Assesment
Neonatus kurang bulan (NKB) + Bayi Berat Lahir Rendah (Sesuai Masa Kehamilan) +
Gemeli
3.7 Planning
a. Planning terapi
Rawat Inkubator, jaga kehangatan (suhu 34 ̊C)
Nutrisi: Enteral: puasa
Parenteral: Dextrosa 5%, 6 tetes mikro/menit
Obat-obatan: parenteral cefotaxim 2x100 mg, salep mata gentamicin, dan
dexamethason 3 x 0,2 mg.
Pemberian vitamin K 1 mg i.m
b. Planning Diagnosis
- DL, kadar bilirubin, elektrolit, dan analisis gas darah
c. Monitoring
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Observasi tanda-tanda gagal nafas
Kadar gula darah
Pengukuran berat badan
Balans cairan
Perkembangan Penderita
12/09/2011
S O A P
9
Panas (-)
Sesak (-)
Minum (+)
Kuning (-)
Kebiruan (-)
BAB/BAK (+)
Status Present :
Keadaan umum bayi lemah
Aktifitas, tonus, refleks dan tangis cukup
HR : 133 x/mt
RR : 36 x/mt
Tax : 36oC
Berat badan : 1700 gram
Warna bayi kemerahan
Cairan masuk (CM) : 20 cc
Cairan keluar (CK) : 10 cc
IWL : 42,5 cc
BC : (-) 32,5 cc/kgBB/jam
Pu : 0,25 cc/kgBB/menit
-Instabilitas suhu
-Neonatus kurang bulan
- BBLR (SMK)
- Gemeli
Planning terapi:
Rawat inkubator
(suhu : 35°C)
Jaga kehangatan
Kebutuhan cairan
-IVFD D5% 6 tpm
-Nutrisi : ASI ~ 5-10 cc/3 jam (sonde)
Cefotaxime 2 x 100 mg
Dexamethason 3 x 0,2 mg
Monitoring :
vital sign
kadar BS
berat badan
balans cairan
13/09/2011
S O A P
Panas (-) Status Present : -Neonatus Rawat inkubator
10
muntah (-) minum (+) BAK (+) BAB (+)Kuning (-) kebiruan (-)
Keadaan umum bayi lemah
Aktifitas, tonus, refleks dan tangis cukup
Tanda vital stabil
HR : 136 x/mt
RR : 40 x/mt
Tax : 36,5oC
Status general
Kepala : normochepali , CH (-)
Mata : Konjungtiva pucat (-), konjungtiva kuning (-), RP +/+ isokor
THT : sekret (-), NCH (-)
Thorax : simetris (+), retraksi (-)
Cor : S1S2 N Reg Murmur (-)
Po : bves +/+, Rh -/-, wh -/-
Abdomen : Distensi (-), BU (+)
Extremitas : Hangat pada keempat extremitas. CRT < 2 detik. Cyanosis (-).
kurang bulan
- BBLR (SMK)
- Gemeli
(suhu : 35°C)
Jaga kehangatan
Kebutuhan cairan
-IVFD D5% 6 tpm
-Nutrisi : ASI 8 x 10 cc (sonde)
Cefotaxime 2 x 100 mg
Dexamethason 3 x 0,2 mg
Monitoring :
vital sign
kadar BS
berat badan
balans cairan
14/09/2011
S O A P
Panas (-) Status Present : -Neonatus Rawat inkubator
11
muntah (-) minum (+) BAK (+) BAB (+)Kuning (-) kebiruan (-)
Keadaan umum bayi lemah
Aktifitas, tonus, refleks dan tangis cukup
Tanda vital stabil
HR : 152 x/mt
RR : 44 x/mt
Tax : 36,6oC
Status general
Kepala : normochepali , CH (-)
Mata : Konjungtiva pucat (-), konjungtiva kuning (-), RP +/+ isokor
THT : sekret (-), NCH (-)
Thorax : simetris (+), retraksi (-)
Cor : S1S2 N Reg Murmur (-)
Po : bves +/+, Rh -/-, wh -/-
Abdomen : Distensi (-), BU (+)
Extremitas : Hangat pada keempat extremitas. CRT < 2 detik. Cyanosis (-).
kurang bulan
- BBLR (SMK)
- Gemeli
(suhu : 35°C)
Jaga kehangatan
Kebutuhan cairan
-IVFD D5% 6 tpm
-Nutrisi : ASI 12 cc/3 jam (sonde)
Cefotaxime 2 x 100 mg
Dexamethason 3 x 0,2 mg
Monitoring :
vital sign
kadar BS
berat badan
balans cairan
15/09/2011
S O A P
Panas (-) Status Present : -Neonatus Rawat inkubator
12
muntah (-) minum (+) BAK (+) BAB (+)Kuning (-) kebiruan (-)
Keadaan umum bayi lemah
Aktifitas, tonus, refleks dan tangis cukup
Tanda vital stabil
HR : 127 x/mt
RR : 50 x/mt
Tax : 37oC
Status general
Kepala : normochepali , CH (-)
Mata : Konjungtiva pucat (-), konjungtiva kuning (-), RP +/+ isokor
THT : sekret (-), NCH (-)
Thorax : simetris (+), retraksi (-)
Cor : S1S2 N Reg Murmur (-)
Po : bves +/+, Rh -/-, wh -/-
Abdomen : Distensi (-), BU (+)
Extremitas : Hangat pada keempat extremitas. CRT < 2 detik. Cyanosis (-).
kurang bulan
- BBLR (SMK)
- Gemeli
(suhu : 35°C)
Jaga kehangatan
Kebutuhan cairan
-IVFD D5% 6 tpm
-Nutrisi : ASI 12 cc/3jam (sonde)
Cefotaxime 2 x 100 mg
Dexamethason 3 x 0,2 mg
Monitoring :
vital sign
kadar BS
berat badan
balans cairan
16/09/2011
S O A P
Panas (-) Status Present : -Neonatus kurang Rawat inkubator
13
muntah (-) minum (+) BAK (+) BAB (+)Kuning (+) kebiruan (-)
Keadaan umum bayi lemah
Aktifitas, tonus, refleks dan tangis cukup
Tanda vital stabil
HR : 124 x/mt
RR : 48 x/mt
Tax : 37,1oC
Berat badan : 1400 gram
Status general
Kepala : normochepali , CH (-)
Mata : Konjungtiva pucat (-), konjungtiva kuning (+/+), RP +/+ isokor
THT : sekret (-), NCH (-)
Thorax : simetris (+), retraksi (-)
Cor : S1S2 N Reg Murmur (-)
Po : bves +/+, Rh -/-, wh -/-
Abdomen : Distensi (-), BU (+)
Extremitas : Hangat pada keempat extremitas. CRT < 2 detik. Cyanosis (-), kuning (+) Kremer V
bulan
- BBLR (SMK)
- Gemeli
- Hiperbilirubinemia
(suhu : 35°C)
Jaga kehangatan
Kebutuhan cairan
-IVFD D5% 6 tpm
-Nutrisi : ASI 12 cc/3jam (sonde)
Cefotaxime 2 x 100 mg
Dexamethason 3 x 0,2 mg
Fototherapy 2 x 24 jam
Pdx : Cek bilirubin
Monitoring :
vital sign
kadar BS
berat badan
balans cairan
17/09/2011
S O A P
Panas (-) Status Present : -Neonatus kurang Rawat inkubator
14
muntah (-) minum (+) BAK (+) BAB (+)Kuning (+)
09.00WITA
(saturasi oksigen: 90%)
Keadaan umum bayi lemah
Aktifitas, tonus, refleks dan tangis cukup
Tanda vital
HR : 136 x/mt
RR : 40 x/mt
Tax : 36,5oC
Status general
Kepala : normochepali , CH (-)
Mata : Konjungtiva pucat (-), konjungtiva kuning (+), RP +/+ isokor
THT : sekret (-), NCH (-)
Thorax : simetris (+), retraksi (-)
Cor : S1S2 N Reg Murmur (-)
Po : bves +/+, Rh -/-, wh -/-
Abdomen : Distensi (-), BU (+)
Extremitas : Hangat pada keempat extremitas. CRT < 2 detik. Cyanosis (-).
S : bayi terlihat kebiruan
O :
HR : 110 x/menit
RR : 72 x/menit
Tax : 36,5 ̊C
Bibir : Cyanosis (+)
bulan
- BBLR (SMK)
- Gemeli
-Hiperbilirubinemia
-Neonatus kurang bulan
- BBLR (SMK)
- Gemeli
-Hiperbilirubinemia
-susp.Pneumonia
(suhu : 35°C)
Jaga kehangatan
Kebutuhan cairan
-IVFD D5% 6 tpm
-Nutrisi : ASI 12 cc/3jam (sonde)
Cefotaxime 2 x 100 mg
Fototherapy 2x24 jam
Pdx : Cek bilirubin
Monitoring :
vital sign
kadar BS
berat badan
balans cairan
-oksigen 0,5 liter
-pasang saturasi
-stop nutrisi enteral lewat sonde
Pdx : AGD
15
Thoraks : Simetris (+), retraksi (-)
aspirasi dd/ RDS
18/09/2011
S O A P
Panas (-) muntah (-) minum (+) BAK (+) BAB (+)Kuning (+) kebiruan (-)
Status Present :
Keadaan umum bayi lemah
Aktifitas, tonus, refleks dan tangis cukup
Tanda vital stabil
HR : 136 x/mt
RR : 40 x/mt
Tax : 36,7oC
Status general
Kepala : normochepali , CH (-)
Mata : Konjungtiva pucat (-), konjungtiva kuning (+), RP +/+ isokor
THT : sekret (-), NCH (-)
Thorax : simetris (+), retraksi (-)
Cor : S1S2 N Reg Murmur (-)
Po : bves +/+, Rh -/-, wh -/-
Abdomen : Distensi (-), BU (+)
Extremitas : Hangat pada keempat extremitas. CRT < 2 detik. Cyanosis (-).
-Neonatus kurang bulan
- BBLR (SMK)
- Gemeli
-Hiperbilirubinemia
-susp.Pneumonia aspirasi dd/ RDS
Oksigen 1/2 lpm (terpasang saturasi)
Rawat inkubator
(suhu : 35°C)
Jaga kehangatan
Kebutuhan cairan
-IVFD D5% 6 tpm
-Nutrisi : ASI lewat sonde sementara di stop
Cefotaxime 2 x 100 mg
Pdx : cek bilirubin, AGD
Monitoring :
vital sign
kadar BS
berat badan
balans cairan
BAB III
PEMBAHASAN
16
Pada kasus ini, penderita dikeluhkan dengan berat badan lahir rendah dan
prematur. Penderita lahir spontan APGAR Score 7-8 dengan berat badan lahir
1700 gram, panjang badan 41 cm, lingkaran dada 27 cm, dan lingkaran kepala
30 cm. Penderita segera menangis, dan tidak diketemukan adanya kelainan.
Batasan bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. Dari data tersebut didapatkan berat
badan penderita kurang dari 2500 yang sesuai dengan batasan BBLR.
Diagnosa ibu adalah G2P1001, 33-34 minggu, Gemeli H/KJDR, letkep/letkep.
Kehamilan ganda (gemeli) terdeteksi pada saat pertama kali USG pada umur
kehamilan kurang lebih 18 minggu. HPHT dikatakan tanggal 20 Januari 2010,
sehingga dapat dihitung TP (Taksiran Partus) pada tanggal 27 Oktober 2011.
Perdarahan tidak ada. Keputihan tidak ada. Tidak ditemukan faktor resiko
infeksi mayor infeksi dan ditemukan faktor resiko minor infeksi; usia kehamilan
kurang dari 37 minggu dan kehamilan ganda. Menurut literatur penyebab utama
dari BBLR adalah kelahiran prematur (lahir dengan masa gestasi kurang dari 37
minggu). Usia kehamilan menurut perhitungan HPHT pada ibu adalah 33-34
minggu yang sesuai dengan definisi prematur. Sedangkan faktor yang berperan
pada kelahiran prematur salah satunya adalah kehamilan ganda (multiple).
Pada pemeriksaan fisik tanda vital didapatkan dalam batas normal. Aktifitas,
tonus, refleks dan tangis cukup. Heart Rate 152 kali/menit. Respiratory rate 48
kali/menit. Temperatur Aksila 35,90C. Panjang badan Lahir 41 cm. Lingkar
kepala 30 cm. Lingkar dada 27 cm.
Pada pemeriksaan status general didapatkan kepala normocephali dengan ubun-
ubun datar dan kepala menghadap ke satu jurusan. Rambut hitam, halus, dan
teranyam. Mata, hidung, dan tenggorok tidak didapatkan kelainan. Pada telinga
ditemukan pinna memegas tidak sempurna dan helix tidak teraba penuh. Leher
tidak ditemukan kelainan. Thorax bentuk simetris pada saat statis dan dinamis
dan tidak didapakkan adanya retraksi. Jantung dan paru dalam batas normal.
Payudara didapatkan areola pada kedua payudara datar. Abdomen dalam batas
normal. Genitalia labia mayora besar dan labia minora kecil belum tertutup oleh
labia mayora. Ekstremitas hangat, tidak didapatkan adanya sianosis, pergerakan
17
kurang, lemah, kedua tungkai dalam abduksi, dan sendi lutut fleksi. Kulit tipis,
lanugo tebal dan didapatkan adanya garis lipatan plantar creast.
Pada pemeriksaan fisik bayi berat lahir rendah biasanya didapatkan gambaran
klinis memiliki berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau
sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, dan lingkaran kepala
kurang dari 33 cm. Dengan masa gestasi yang kurang dari 37 minggu. Pada
kasus sesuai dengan teori. Kepala relatif lebih besar daripada badannya,
memiliki kulit yang tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan yang
kurang. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun datar dan sutura lebar, dan
genitalia yang imatur. Labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Rambut
biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu-persatu. Tulang
rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih
kurang. Jaringan mama belum sempurna, demikian pula puting susu belum
terbentuk dengan baik. Ukuran bayi kecil, dengan posisinya masih posisi fetal,
yaitu posisi dekubitus lateral, pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi
lebih banyak tidur daripada bangun. Tangisnya lemah, pernafasan belum teratur
dan sering terdapat serangan apnu. Otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu
dalam keadaan kedua tungkai dalam abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam
fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan. Pada kasus didapatkan sesuai
dengan teori. Gambaran klinis ini ditemukan pada bayi prematur dengan berat
lahir rendah karena kematangan atau maturitas pada bayi belum sempurna.
Pada beberapa literatur disampaikan bahwa penampakan luar bayi tergantung
dari maturitas atau lamanya masa gestasi itu.
Pada pemeriksaan New Ballard Score didapatkan jumlah 24 saat dimasukkan
dalam tabel didapatkan usia maturitas 33-34 minggu dan jika dimasukkan
dalam grafik Lubchenco didapatkan sesuai masa kehamilan.
Penjabaran diatas mengarahkan penderita pada diagnosis Neonatus Kurang
Bulan + Bayi Berat Lahir Rendah (Sesuai Masa Kehamilan) + Gemeli
Permasalahan yang mungkin ditemukan antara lain adanya bayi berat lahir
rendah, preterm, risiko hipotermia, dan risiko infeksi. Untuk mengatasinya
diperlukan adanya penatalaksanaan dan perawatan yang menyeluruh pada bayi.
Rencana terapi yang diberikan adalah dilakukan perawatan dalam inkubator
dengan suhu bayi 340C pada pemantauan perkembangan kondisi penderita
18
didapatkan adanya instabilisasi suhu sehingga dinaikkan menjadi 350C dan
menjaga kehangatan penderita. Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan
panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan
belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan
relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator
sehingga panas badannya mendekati panas badan dalam rahim. Bila bayi
dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan 1 – 2 kg adalah
350C dan untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 33 – 340C. Bila
inkubator tidak tersedia, bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya
ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat
dipertahankan.
Pada saat lahir penderita dipuasakan sembari mengajarkan penderita untuk
menetek pada ibunya. Lalu dilanjutkan dengan pemberian ASI lewat sonde
karena refleks menghisap bayi belum kuat. ASI per sonde pada awalnya
diberikan 5-10 cc/3jam, kemudian dilanjutkan dengan 8 x 10 cc pada hari ke-3,
12 cc/3jam pada hari ke-4 yang dilanjutkan sampai hari ketujuh. Pemberian
yang tidak ditingkatkan pada hari ke-4 sampai ke-7 adalah karena setelah
dicobakan peningkatan menjadi 17 cc, penderita tidak merespon baik, diketahui
dari dalam 3 kali percobaan pemberian residu setiap kali pemberian adalah 1-
2cc, sehingga jumlah pemberian kembali menjadi 12 cc. Untuk nutrisi
parenteral diberikan Dextrosa 5% 6 tetes mikro/menit dengan perhitungan
kebutuhan cairan keseluruhan adalah 1,7 x 60 cc, yaitu sekitar 102 cc/kgbb/hari.
Pemberian cairan ini sesuai dengan literatur yang mana disebutkan bahwa
akibat alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 – 5gr/kgBB
dan kalori 110 kal/kgBB untuk meningkat pertumbuhan maka pemberian
minum bayi diberikan sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan
menghisap cairan lambung. Pada kondisi tertentu misalnya kondisi bayi yang
belum stabil pemberian nutrisi enteral dapat ditunda dan dipenuhi dengan
pemberian parenteral. Refleks menghisap masih lemah, sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekuensinya yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI lah yang paling
dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
19
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde
menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kgBB/hari
kemudian ditingkatkan.
Cefotaxim 2x100 mg dan salep mata gentamicin diberikan pada penderita untuk
pencegahan terhadap infeksi. Pada literatur disebutkan bayi prematuritas mudah
sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan
leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena
itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas (dengan berat badan lahir rendah). Dengan
demikian diperlukan perawatan dan pengawasan secara khusus dan terisolasi
dengan baik. Pada umumnya, terapi first-line yang diberikan pada bayi dengan
early sepsis adalah ampisilin dan gentamisin atau generasi ketiga dari
sepalosporin.
Pada penderita diberikan dexamethason 3 x 0,2 mg. Pada literatur disebutkan
dexamethason dapat diberikan untuk pematangan paru pada bayi. Namun, pada
beberapa literatur dikatakan masih kontroversial karena mekanisme kerjanya
pada bayi yang sudah lahir belum jelas dan efeknya tidak terlalu signifikan.
Pemberian vitamin K 1 mg i.m juga telah diberikan pada penderita. Vitamin K
disini diberikan sebagai suplement tambahan karena sistem liver dari bayi
prematur maupun bayi secara keseluruhan belum bekerja sempurna. Untuk
perencanaan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan DL, kadar bilirubin,
elektrolit, dan analisis gas darah. Sesuai dengan literatur yang menyebutkan
perlunya pemeriksaan tersebut pada bayi prematur untuk mengetahui:
a. Jumlah sel darah putih 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000 –
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b. Hematokrit 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemorrhagic prenatal-
perinatal)
c. Hemoglobin 15-20 gram/dl ( kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia
atau hemolisis berlebihan)
d. Bilirubin total 6mg/dl hari pertama kehidupan, 8mg/dl 1 – 2 hari, dan 12mg/dl
pada 3 – 5 hari
20
e. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) dimana biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
f. Pemeriksaan Analisa Gas Darah untuk mengetahui oksigenasi pada bayi
adekuat atau tidak dan adanya imbalance.
Yang perlu dimonitor pada penderita adalah tanda-tanda vital, tanda-tanda gagal
nafas, kadar gula darah, pengukuran berat badan, balans cairan. Menimbang
banyaknya komplikasi dan risiko morbiditas pada bayi dengan lahir prematur
dan berat badan rendah.
Pada riwayat perkembangan penderita didapatkan pula beberapa masalah yaitu
pada hari ke-2 pasien mengalami instabiltas suhu, hari ke-6 penderita
dikeluhkan kuning oleh ibunya dan adanya penurunan berat badan. Pada hari
ke-7 dari hasil pemeriksaan didapatkan adanya kebiruan pada bibir (cyanosis).
Gangguan termoregulasi pada penderita kemungkinan sebagai akibat dari bayi
dengan berat lahir rendah memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih luas
dibandingkan dengan berat badannya (rasio antara luas permukaan tubuh
dengan berat badan yang tinggi), kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang
disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat kurangnya jaringan lemak di
bawah kulit (cadangan brown fat rendah), kulit yang tidak terkeratinisasi, suplai
glikogen yang rendah, otot yang tidak aktif dan pusat pengaturan suhu tubuh
yang belum berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk menanganinya penderita
dirawat dalam inkubator dengan suhu inkubator yang dinaikkan dari 34 menjadi
35. Setelah penanganan tersebut suhu penderita bertahan dalam batas normal
pada hari-hari berikutnya evaluasi terakhir didapatkan suhu 37,4 ̊C.
Kuning pada penderita adalah hiperbilirubinemia yang fisiologis karena muncul
pada 3-5 hari setelah lahir. Penatalaksanaan untuk kuning pada penderita ini
adalah dilakukan fototherapy selama 2 x 24 jam. Rencana diagnosis yang
dianjurkan adalah pemeriksaan bilirubin. Imatur hepar memudahkan terjadinya
hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K. Kernikterus terjadi pada 2,20%
dari otopsi bayi prematur. Bayi prematur lebih sering mengalami
hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan disebabkan karena
faktor kematangan hepar sehingga konjugasi bilirubin indirect menjadi biluribin
direct belum sempurna. Hiperbilirubinemia indirek (unconjugated), disebabkan
oleh perdarahan atau kerusakan akibat dari fungsi liver yang imatur sehingga
21
mengalami gangguan dalam mengkonjugasikan dan mengeleminasi bilirubin.
Selain itu juga karena terjadi penurunan kelangsungan hidup sel darah merah
(RBC), enteric feeding yang tertunda dan penurunan motalitas dari usus. Dan
bila disertai IUGR, faktor resiko hiperbilirubinemia berupa adanya infeksi dan
atau polisitemia. Pada hiperbilirubinemia direk (conjugated), terjadi sebagai
akibat komplikasi dari nutrisi parenteral.
Pada bayi prematur juga akan terjadi penurunan berat badan sebesar 1 – 2%
setiap harinya. Dimana, total penurunan berat badan adalah sebesar 10%. Berat
badan akan kemabli normal setelah hari ke 10 – 14. Selanjutnya akan terjadi
peningkatan berat badan 1 – 1,5% dari berat badan lahir setiap hari. Kehilangan
berat badan yang berlebihan atau peningkatan berat badan yang tidak adekuat
terjadi pada bayi yang mengalami stress dingin, anemia, intake yang kurang,
dan sepsis. Penurunan berat badan tidak terjadi pada bayi yang kecil masa
kehamilan. Hal ini dibuktikan dengan adanya penurunan berat badan penderita
pada hari ke-6.
Penderita mengalami cyanosis kemungkinan penyebabnya adalah adanya
Respiratory distress syndrome atau pneumonia aspirasi atau keduanya.
Respiratory distress syndrome (RDS) ini terjadi setelah onset pernafasan bayi
dengan paru yang yang imatur dan akibat dari defisiensi surfaktan pulmoner.
RDS disebut juga dengan penyakit membran hialin (hyaline membrane
disease/HMD) karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin
yang melapisi alveolus paru. Tanda klinis dari RDS meliputi; (1) takipnue
(>60x/menit), (2) sianosis, (3) retraksi dada, (4) nasal flaring, dan (5) grunting.
Pada penyakit ini bayi yang prematur akan mengalami sesak nafas karena
kurang matangnya organ paru dan terjadi peningkatan kebutuhan oksigen
melebihi 24-72 jam pertama kehidupan. Paru seharusnya berfungsi saat bayi
pertama kali menangis, sebab saat bayi menangis, saat itu pulalah bayi mulai
bernafas. Tetapi, pada bayi yang lahir prematur, karena pada saat itu organ
parunya tidak siap, misalnya alveolus tidak bisa membuka, sehingga udara tidak
bisa masuk. Ini menyebabkan bayi tidak menangis. Tidak membukanya alveolus
paru tersebut karena ada suatu zat, surfaktan, yang tidak cukup sehingga
alveolus paru tidak membuka atau kolaps. Alveolus yang kolaps ini
menyebabkan terjadinya atelektasis yang berat, edema dan penurunan kapasitas
22
total paru-paru. Sedangkan pneumonia aspirasi yang sering ditemukan pada
bayi prematur adalah karena refleks menelan dan batuk belum sempurna.
Penyakit ini dapat dicegah dengan perawatan yang baik. Pada penderita
kemungkinan adalah mengalami pneumonia aspirasi karena onset cyanosisnya
pada hari ke-7. Atas dasar kemungkinan tersebut penatalaksanaan pada
penderita adalah diberikan oksigen setengah liter per menit, pemantauan
saturasi, dan penghentian pemberian nutrisi enteral (ASI lewat sonde). Planning
diagnosis yang diperlukan adalah pengecekan analisis gas darah untuk
memantau kadar oksigen dalam darah dan juga memantau terjadinya asidosis
ataupun alkalosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.
2. Hasan R Alatas H. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan Infomedika
Jakarta. 1985. Jakarta.
3. Sitohang NA. Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah. Medan:
Universitas Sumatera Utara. 2004. Available: http://72.14.235.104/search?
q=cache:arBhxFzszfQJ:library.Dindex%26req%%3Fop%3Dmodload%26name
%3DDownloads%26file%3Dindex%26req%Dgetit%26lid
23
%3D1040+bayi+berat+badan+lahir+rendah&hl=id&gl+id&ct=clnk&cd=3&lr=lang
_id . (Accessed: 2008, Desember 18)
4. World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting
optimal fetal growth. Avaliable from :
http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Last update : January
2007 (Accessed: 2008, Desember 18)
5. Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan
Rendah (Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan. 1996 Available:
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=ikpbppk-gdl-res-1996-titiek-1137-
bayi&q=buletin . Last Update: 2003. (Accessed: 2008, Desember 18).
6. Anonim, Available: http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=917 (Accessed:
2008, December 18)
7. Djaja S. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir (Neonatal) dan Sistem
Pelayanan kesehatan Yang Berkaitan di Indonesia. Available:
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?node=225 (Accessed: 2008, December,
18).
8. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI. Jakarta 1985;3:1048-1065.
9. Barton AM, Montazami S. Extremely Low Birth Weight Infant. Available from :
http//www.google.com. Last update : 18 Juni 2009.
10. Gowen CW. Nelson Essentials of Pediatrics 5E. Fetal and Neonatal Medicine.
Section XI. Pages : 274-296.
11. Saili A. Essensial Care of Low Birth Weight Neonates. Indian Pediatric 2008; 45
(2): 13-14.
12. Intensive Care Nursery House Staff Manual. Very low and Extremely Low Birth
Weight Infants. UCSF Childrens Hospital. UCSF Medical Center 2004; 65-8.
13. Health and Medical Information. Very Low Birth Weigth. The Children Hospital of
Philadelphia. Available from : http//www.google.com. Posted on 2009.
14. Tekolste K. Low Birth Weight/Prematurity. Pediatrics 2001; 108 (6): 1241-45.
15. Badshah S, Mason l, McKelvie K, Payne R, Lisboa PJG. Risk Factor for Low Birth
Weight in The Public Hospital at Peshawar. BMC Public Health 2008; 8: 197.
24
16. Edward J, Bott N, Svension LW, White D. Where and to What Extent is Prevention
of Low Birth weight Possible? Western Journal of Nursering Research 2002;24 (8):
887-904.
17. Amiruddin R, Lestari H. Analisis Faktor Resiko Kejadian Bayi Berat Badan Lahir
Rendah di Kota Kendari 2007. Available from : http//www.google.com. Poste don
June 5, 2007.
18. Avery ME, Taeusch HW. Schaffer’s Diseases of The Newborn. W. B Saunders
Company. 1984; 5:83-145.
19. Shah VA, Yeo CL, Ling YLF, Ho Ly. Incidence, Risk Factor of Retinopathy of
Prematurity Among Very Low Birth Weigth Infants in singapore. Ann Acad Med
Singapore 2005; 34: 169-78.
20. Ehrenkranz RA. Early, Aggressive Nutritional Management for Very Low Birth
Weight Infants : What is The Evidence? American Academic of Pediatrics. 2007; 31
(2): 48-55.
21. Eichenwald EC, Stark AR. Management and Outcomes of Very Low Birth Weight.
N Eng J Med 2008; 358: 1700-11.
22. Retayasa IW. Bahan Kuliah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Lab/SMF Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 2006. Denpasar.15.
25
26