7 daya dukung pulau dan kesejahteraan 7.1 faktor … · 7.1 faktor yang mempengaruhi daya dukung...

97
207 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan 7.1.1 Faktor Penyebab Rendahnya Daya Dukung Lingkungan Fakta rendahnya daya dukung ini pertama dilihat dari kondisi terumbu karang meliputi persentase penutupan karang keras, persentase tutupan karang mati, indeks mortalitas, kelimpahan karang keras, kelimpahan ikan karang dan indeks keanekaragaman ikan karang. Tabel 81 Evaluasi Daya Dukung Ekologi Terumbu Karang Kriteria 2004 2005 2004 2005 Persentase tutupan karang keras (%) 33.19 33.91 34.22 24.92 Persentase tutupan karang mati (%) 22.02 16.6 23.7 19.86 Indek mortalitas 0.4 0.33 0.37 0.42 Kelimpahan karang keras (ind/ha) 45,730 45,631 Indek keanekargaman karang (H') 1.80 - 3.27 1.98 - 3.01 Rerata Indeks keanekaragaman ikan karang (H') 2.07 1.87 2 1.5 Jumlah Kelimpahan Jenis ikan karang (jenis) 9-52 14-65 25-52 24-50 Kep. Seribu Kel. P. Panggang Sumber : Terangi (2007) diolah Tabel 81 memperlihatkan bahwa hampir semua indikator daya dukung terumbu karang memperlihatkan penurunan dari tahun 2004 ke 2005. Persentase penutupan karang di Kelurahan P. Panggang pada tahun 2005 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2004 dari 34,22% menjadi 24,92%. Persentase penutupan karang mati juga menunjukkan angka penurunan dari 23.7% tahun 2004 menjadi 19,86% tahun 2005. Indikator rendahnya daya dukung lingkungan Kelurahan Pulau Panggang dapat juga dilakukan dengan memperhatikan hasil perhitungan dengan metode ecological footprint. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa telah terjadi defisit sumberdaya di Kelurahan P. Panggang baik di P. Panggang sendiri maupun di P. Pramuka. Daya dukung lingkungan mencapai 893 orang dan 734 orang di P. Pramuka. Hasil perhitungan footprint juga menunjukkan adanya defisit sumberdaya di Kelurahan P. Panggang diindikasikan denngan adanya nilai BC yang lebih kecil dari EF. Nilai EF P. Panggang dan P. Pramuka masing-masing sebesar 4,46 dan 3,97. Sedangkan daya dukung biologis (biocapacity) di P.

Upload: lamduong

Post on 10-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

207

7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan

7.1.1 Faktor Penyebab Rendahnya Daya Dukung Lingkungan

Fakta rendahnya daya dukung ini pertama dilihat dari kondisi terumbu

karang meliputi persentase penutupan karang keras, persentase tutupan karang

mati, indeks mortalitas, kelimpahan karang keras, kelimpahan ikan karang dan

indeks keanekaragaman ikan karang.

Tabel 81 Evaluasi Daya Dukung Ekologi Terumbu Karang

Kriteria 2004 2005 2004 2005

Persentase tutupan karang keras (%) 33.19 33.91 34.22 24.92Persentase tutupan karang mati (%) 22.02 16.6 23.7 19.86Indek mortalitas 0.4 0.33 0.37 0.42Kelimpahan karang keras (ind/ha) 45,730 45,631 Indek keanekargaman karang (H') 1.80 - 3.27 1.98 - 3.01Rerata Indeks keanekaragaman ikan karang (H') 2.07 1.87 2 1.5Jumlah Kelimpahan Jenis ikan karang (jenis) 9-52 14-65 25-52 24-50

Kep. Seribu Kel. P. Panggang

Sumber : Terangi (2007) diolah

Tabel 81 memperlihatkan bahwa hampir semua indikator daya dukung

terumbu karang memperlihatkan penurunan dari tahun 2004 ke 2005. Persentase

penutupan karang di Kelurahan P. Panggang pada tahun 2005 mengalami

penurunan dibandingkan tahun 2004 dari 34,22% menjadi 24,92%. Persentase

penutupan karang mati juga menunjukkan angka penurunan dari 23.7% tahun

2004 menjadi 19,86% tahun 2005.

Indikator rendahnya daya dukung lingkungan Kelurahan Pulau Panggang

dapat juga dilakukan dengan memperhatikan hasil perhitungan dengan metode

ecological footprint. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa telah terjadi defisit

sumberdaya di Kelurahan P. Panggang baik di P. Panggang sendiri maupun di P.

Pramuka. Daya dukung lingkungan mencapai 893 orang dan 734 orang di P.

Pramuka. Hasil perhitungan footprint juga menunjukkan adanya defisit

sumberdaya di Kelurahan P. Panggang diindikasikan denngan adanya nilai BC

yang lebih kecil dari EF. Nilai EF P. Panggang dan P. Pramuka masing-masing

sebesar 4,46 dan 3,97. Sedangkan daya dukung biologis (biocapacity) di P.

Page 2: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

208

Panggang dan P. Pramuka masing-masing sebesar 1,03 dan 1,82. Artinya

ketersediaan lahan produktif secara ekologis tidak mampu mencukupi kebutuhan

penduduk atau lebih kecil dari kebutuhan penduduk per kapita yang berada di

wilayah tersebut. Ketika daya dukung biologis ini rendah maka sumber daya alam

untuk menjamin keberlanjutan sistem manusia makin menipis (defisit sumber

daya) dan dapat dipastikan tingkat kompetisi untuk mendapatkan akses terhadap

sumber daya pesisir dan ruang ekologis (ecological space) makin tinggi. Biasanya

daerah dengan kondisi seperti ini akan rawan terhadap konflik.

Berangkat dari dua fakta di atas persoalan mendasar yang melatar

belakangi terjadinya penurunan daya dukung ekologis terumbu karang dan daya

dukung lingkungan pulau disebabkan oleh beberapa faktor baik yang bersifat

internal maupun eksternal. Menurut hasil wawancara dengan penduduk, tokoh

masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD, didukung juga

dengan penelitian lain, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan

daya dukung lingkungan P. Panggang dan P. Pramuka antara lain :

1) Keterbatasan lahan dan Kepadatan Penduduk yang tidak dapat diatasi

Fakta keterbatasan lahan menjadi permasalahan tersendiri bagi penduduk

P. Panggang dan P. Pramuka. Data BPS tahun 2006 menunjukkan bahwa luas

Kelurahan P. Panggang sebesar 0,62 Km2 dengan jumlah penduduk sebanyak

4.490 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 7.230. Sampai tahun

2008, jumlah penduduk Kelurahan P. Panggang telah mencapai 5481 jiwa

(Laporan bulanan Kelurahan, 2008). Jumlah penduduk yang demikian besar

dibandingkan lahan yang sangat sempit, tentunya menurunkan porsi rumah yang

layak untuk dibangun. Bukti keterbatasan lahan tersebut akhirnya berakibat

kepada menyempitnya luas rumah, terbukti sekitar 41% luas lantai rumah

mayoritas mencapai 8 x 10 m2, dan 13% diantaranya di bawah < 8 m2.

Jika keterbatasan lahan tidak diiringi dengan pertambahan penduduk

mungkin kondisinya akan lebih baik. Namun, faktanya setiap tahun di Kelurahan

P. Panggang hampir bisa dipastikan terjadi lonjakan penduduk. Jika diasumsikan

P. Panggang dan P. Pramuka mewakili Kelurahan P. Panggang -karena pulau

yang diperuntukkan untuk pemukiman di Kelurahan P. Panggang hanya P.

Page 3: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

209

Panggang dan P. Pramuka- pada tahun 2006 jumlah penduduk sebanyak 4490 dan

tahun 2008 sebanyak 5481 maka pertambahan penduduk selama 2 tahun

mencapai 1351 jiwa.

Tingginya pertumbuhan penduduk yang selama ini terjadi disebabkan

karena tidak efektif program KB, kurangnya sosialisasi dan penyadaran, serta

pandangan tradisional masyarakat tentang banyak anak. Pada aras yang lebih

tinggi, kebijakan pemerintah yang tidak tepat dalam pengendalian pertumbuhan

penduduk menyebabkan padatnya jumlah penduduk dunia.

Sedangkan keterbatasan lahan PPK disebabkan oleh beberapa faktor

seperti faktor alamiah pulau, massifnya pembukaan lahan untuk sarana umum,

alokasi pemanfaatan ruang yang tidak jelas dan keterdesakan masyarakat oleh

intensifnya kegiatan industri. Pada aras yang lebih tinggi, keterbatasan lahan

semakin mempersempit ruang gerak dan akses masyarakat terhadap sumber daya

pesisir dan laut. Pemberian hak akses secara ekslusif kepada kelompok tertentu

memicu terjadinya privatisasi lahan, akibatnya tidak lagi tersedia sumber daya

alam yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat dengan mudah. Keterbatasan akses

dan keterdesakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup memunculkan

pola pemanfaatan SDPL yang destruktif dan memicu kerusakan ekologi.

Industrialisasi dan perdagangan bebas juga memunculkan pola pemanfaatan lahan

untuk memenuhi kebutuhannya. Lahan semakin terbatas akibat maraknya

pengkaplingan-pengkaplingan tanah, air dan sumber daya alam yang berada di

dalamnya atas nama kemajuan industri dan pertumbuhan ekonomi.

Kedekatan wilayah antara Jakarta dan Kepulauan Seribu ternyata tidak

berdampak kemajuan bagi Kepulauan Seribu. Konsentrasi modal keuangan di

Jakarta, kahadiran pasar yang luas dan permintaan terhadap barang dan jasa yang

diikuti oleh gaya hidup ekslusif, pola konsumsi khusus bagi golongan kaya,

menjadikan pola hubungan yang tidak seimbang antara Jakarta dan Kepulauan

Seribu. Investasi yang masuk ke Kepulauan Seribu dalam bentuk pariwisata

bahari, industri perkapalan dan perniagaan di wilayah Teluk Jakarta dan

Kepulauan Seribu, serta industri jasa dan konsumsi yang padat di pesisir Jakarta,

ternyata tidak melahirkan kemajuan bagi Kepulauan Seribu.

Page 4: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

210

Berkebalikan dengan itu, yang terjadi justru kemunduran dan ketimpangan

yang semakin menganga antara kota-kota di Jakarta dan Kepulauan Seribu. Hal

itu terbukti dengan tingginya penduduk miskin, tingginya indek keparahan dan

kedalaman kemiskinan di Kepulauan Seribu. Kemakmuran kumulatif muncul di

Jakarta dan kemiskinan kumulatif diderita masyarakat Kepulauan Seribu dan

Kelurahan P. Panggang khususnya. Hubungan ekonomi antara DKI Jakarta

dengan daerah yang berada di sekelilingnya seperti Kepulauan Seribu telah

menimbulkan ”backwash effect” terhadap Kelurahan P. Panggang.

Kepadatan penduduk yang tinggi, pendapatan perkapita yang rendah,

tingkat tabungan yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah merupakan efek

dari faktor-faktor seperti kehadiran pasar yang luas, kemajuan ilmu dan teknologi,

pesatnya industrialisasi dan terkonsentrasinya modal keuangan di Jakarta. Pola

hubungan seperti ini disebut Gunnar Myrdal sebagai cumulative causation. Untuk

memberantas kemiskinan maka diperlukan campur tangan pemerintah terutama

dalam mempengaruhi kekuatan pasar bebas.

Kepadatan penduduk menurut Gunnar Myrdal merupakan ciri-ciri

keterbelakangan negara/daerah belum maju karena adanya hubungan yang tidak

seimbang antara negara maju dan negara berkembang, daerah kota dan pedesaan,

daerah maju dan daerah kurang berkembang, antara Jakarta dan Kepulauan

Seribu. Populasi penduduk yang berlebihan banyak dituding sebagai penyebab

tunggal terjadinya degradasi lingkungan yang berkibat pada munculnya

kemiskinan. Bagi John Rockefeller (pendukung pengendalian kelahiran selama

40 tahun) menjelaskan bahwa ekspansi penduduk tidak menciptakan masalah-

masalah yang saat ini menimpa banyak negara. Penambahan populasi hanya

memperburuk dan memperbanyak persoalan-persoalan itu. Hal itu juga tidak

disetujui oleh Cina sebagai negara dengan populasi tertinggi dunia. Cina tidak

mengingkari pentingnya kebijakan pembatasan populasi tetapi bagi Cina hal ini

merupakan bentuk ketidaktepatan perencanaan pembangunan nasional dari sebuah

negara. Menekan jumlah penduduk dunia hanya akan membawa kepada skenario

klasik ”the tragedy of the commons” seperti yang terjadi pada perburuan ikan tuna

dan ikan paus sehingga melahirkan kelangkaan bagi kedua komoditas tersebut.

Page 5: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

211

Industrialisasi, kemajuan teknologi dan gaya hidup bangsa-bangsa maju

mempercepat akselerasi kemerosotan lingkungan di seluruh dunia. Pertambahan

penduduk diperkirakan meningkat rata-rata tiga orang per detik atau setara

seperempat juta penduduk per hari. Jika tingkat pertumbuhan penuduk rata-rata

seperti sekarang, populasi bumi pada tahun 2035 akan mencapai lebih dari 12

milyar jiwa dan pada 2070 akan menjadi 27 milyar. Pada kondisi seperti ini dan

kerusakan lingkungan terjadi dimana-mana, bumi sepertinya tidak akan lagi

mampu untuk memberikan makan secara seimbang kepada populasi sebanyak itu

dari waktu ke waktu. Kalaupun sistem dunia yang kolonialistik dan eksploitatif

tidak dianggap sebagai penyebabnya, maka paradigma pembangunan yang ada

saat ini dan pola pemborosan produksi dan konsumsi masyarakat negara-negara

maju yang sesungguhnya bertanggungjawab terhadap sebagian besar kerusakan

yang terjadi.

Peringatan bagi pengendalian jumlah penduduk oleh negara dunia pertama

telah menimbulkan reaksi keras dari negara dunia ketiga. Hal itu menurut Gorz

(2003) tidak mengherankan mengingat penduduk dunia pertama yang jumlahnya

hanya 13% dari total populasi dunia tapi mereka mengkonsumsi 87 % dari total

energi yang dikonsumsi dunia, mengambil 50% dari pasokan ikan dunia dan

hanya meninggalkan seperlima bagian untuk Dunia Ketiga.

Ancaman sesungguhnya adalah anggapan bahwa dengan meningkatnya

populasi dunia maka pertumbuhan tersebut juga akan mempengaruhi tingkat gaya

hidup rata-rata penduduk kaya –khususnya di negara maju/utara- gaya hidup

dalam hal kepemilikan mobil, televisi, kulkas dan sebagainya. Untuk mendukung

gaya hidup kelompok gaya ini maka tidak ada jalan lain kecuali mempertahankan

pertumbuhan industri yang merusak lingkungan. Maka untuk mencegah

kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh populasi industri seperti otomotif,

populasi penduduk (yang tidak bisa mengkonsumsi produk industri) di negara-

negara berkembang harus diturunkan. Dilema bagi industri ketika pertumbuhan

tidak mungkin ditekan, oleh karenanya mereka melimpahkan kesalahan kerusakan

lingkungan pada korbannya yaitu kaum miskin di negara-negara berkembang,

khususnya kaum perempuan yang melahirkan banyak anak.

Page 6: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

212

Populasi penduduk dengan demikian bukan merupakan penyebab

langsung kerusakan lingkungan tapi lebih sebagai strategi dan kedok bagi negara-

negara maju untuk melanggengkan industrialisasi dan gaya hidup kapitalistik serta

bentuk pelarian terhadap tanggungjawab terhadap degradasi lingkungan yang

ditimbulkannya.

2) Perilaku individu masyarakat yang negatif

Kemiskinan nelayan dan masyarakat pesisir umumnya termasuk di

Kepulauan Seribu dan Kelurahan P. Panggang diduga karena budaya malas,

apatis, egois dan beberapa perilaku individu negataif lainnya. Kemiskinan

kultural ini disebabkan karena rendahnya sumber daya manusia seperti tingkat

pendidikan yang rendah. Memang jika dilihat dari hasil survey, sebanyak 11%

pendidikan tertinggi responden di P. Panggang dan P. Pramuka tidak lulus sekolah

dan 54% hanya sampai SD. Rendahnya perilaku individu dan psikologis ini

menurut penganjur teori liberal seperti Mc Clelland dan Colleman menyebabkan

kurangnya dorongan berprestasi pada kaum miskin. Tesis Mc Clelland dan

Colleman mungkin benar jika melihat fakta di lapangan dan hasil penelitian

Baihaqie (2004) menyatakan bahwa perilaku individu menempati permasalahan

tertinggi (31,37%) yang terjadi di P. Panggang. Sikap apatisme dan perilaku

negatif ini mendorong aksi-aksi pengrusakan sumber daya pesisir laut seperti

penangkapan dengan alat tangkap terlarang, penggunaan potasium dalam

menangkap ikan karang dan tidak ada upaya aktif untuk merahabilitasinya.

Akibat kerusakan sumber daya pesisir dan laut ini, produktifitas perikanan

menjadi turun dan kesejahteraan masyarakatpun semakin menurun.

Perilaku negatif masyarakat menurut Baihaqie (2004) bermula dari

ketiadaan pemerintah dalam memberikan pelayanan dan banyaknya program

pembangunan yang dijalankan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Lemahnya pelayanan pemerintah menurut masyarakat P. Panggang

mengakibatkan rendahnya sumber daya manusia karena pemerintah tidak pernah

menggunakan banyaknya jumlah penduduk sebagai salah satu kekuatan. UMR

rendah menyebabkan banyak anak-anak buruh tidak sekolah, ditambah

pemerintah tidak menyediakan sarana pengembangan SDM seperti pelatihan dan

Page 7: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

213

pembangunan sarana pendidikan. Akhirnya masyarakat memanfaatkan sumber

daya pesisir secara optimal bahkan dengan merusaknya.

Pola pemerintahan yang otoriter, selalu mengambil inisiatif dan

memposisikan diri sebagai penyelesai masalah menghilangkan inisiatif, kreatifitas

dan kekompakan warga. Bahkan masyarakat menurut Baihaqie melihat

pemerintah kurang koordinasi, tidak mampu berkomunikasi dan hidup dalam

lingkungan ekslusif sehingga mendorong masyarakat menjadi apatis.

Pelaksanaan pembangunan yang tidak sesuai kebutuhan warga merupakan

bentuk pemborosan biaya pembangunan. Ketidak terlibatan masyarakat

menyebabkan banyaknya sarana tidak terawat sehingga banyak yang rusak dan

tidak berfungsi optimal. Pola pembangunan sarana yang cenderung bersifat

jangka pendek dan berpotensi korupsi, menyebabkan kondisi sosial masyarakat

menjadi tidak sehat. Apatisme dan ketidakpercayaan masyarakat kepada

pemerintah mengakibatkan masyarakat seringkali tidak mengindahkan larangan

hukum dalam pengrusakan sumber daya pesisir dan laut. Kurangnya pelayanan

pemerintah juga mengakibatkan lemahnya penegakan hukum. Bahkan masyarakat

melihat aparat hukum sering melakukan pembiaran terhadap praktek pelanggaran

hukum. Lemahnya aparat hukum membuat masyarakat tidak percaya aparat

hukum dan kerusakan sumber daya dianggap sebagai pemandangan biasa karena

sering terlihat sehari-hari. Pemerintah tidak memberikan keteladanan dalam

mengelola SDPL bahkan sebaliknya, justru pemerintah terlihat ikut merusak

ekosistem pesisir dan laut untuk membangunan sarana umum seperti menjadikan

karang sebagai bahan bangunan. Krisis keteladanan pemerintah baik di tingkat

Kabupaten dan Desa melahirkan perilaku negatif yang berujung pada pengrusakan

ekosistem SDPL.

Melihat keterkaitan permasalahan di atas, maka tesis Mc Clelland (1961)

dalam Hettne (2001) tentang aspek kultural seperti tingkat pendidikan dan

indikator rendahnya SDM lainnya sebagai penyebab kemiskinan perlu diperiksa

kembali. Karena rendahnya SDM bukan semata-mata karena kemalasan

masyarakat tetapi karena pola pendekatan pemerintah yang tidak tepat dalam

pembangunan. Pola pembangunan masih terlihat sentralistik dan top-down

menjadikan setiap program yang dijalankan pemerintah tidak berdasar kepada

Page 8: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

214

kebutuhan masyarakat dan mengakibatkan banyak sarana pembangunan yang

tidak berdaya guna. Disamping itu, faktor kedekatan dengan Jakarta telah

membawa pengaruh cukup besar kepada gaya hidup masyarakat Kelurahan P.

Panggang. Pola hidup konsumtif selain menjadi ciri khas masyarakat pesisir,

semakin kental dengan adanya pengaruh Jakarta dan orang-orang baru yang

masuk ke Pulau Seribu melalui wisata bahari. Pola hidup seperti ini mendorong

masyarakat untuk memenuhinya meskipun terkadang melakukannya dengan cara

instant dan merusak SDPL. Dorongan untuk bergaya hidup sebagaimana orang-

orang kota di Jakarta semakin menguat manakala musim panen ikan datang

dengan membelanjakan uang hasil tangkapan menjadi barang-barang mewah dan

kebutuhan lainnya.

3) Degradasi sumber daya pesisir khususnya terumbu karang

Kerusakan sumber daya pesisir yang paling utama adalah rusaknya

ekosistem terumbu karang di wilayah perairan Kelurahan P. Panggang.

Kerusakan terumbu karang ditandai dengan penurunan tutupan karang dan

berkurangnya produksi ikan sebagai akibat hancurnya habitat. Penangkapan ikan

karang dengan menggunakan potasium dan alat tangkap terlarang lain diduga

sebagai penyebab utama kerusakan. Disamping itu pemanfaatan batu karang

sebagai bahan bangunan juga berkontribusi terhadap kerusakan karang.

Pengrusakan ekosistem terumbu karang memang diakui oleh masyarakat

dan hal itu diakui karena diawali ketiadaan penegakan hukum oleh aparat.

Banyak pihak menggunakan ketidakjelasan hukum termasuk masyarakat dengan

ikut serta secara terang-terangan merusak sumber daya. Bahkan tidak jarang

masyarakat menilai penggunaan batu karang juga dilakukan oleh pemerintah

untuk membangun fasilitas umum. Perilaku pemerintah yang condong ikut

merusak sumber daya alam ini mengakibatkan ketidak percayaan masyarakat

terhadap pemerintah dan aparat hukum. Pengrusakan terhadap sumber daya

pesisir bagi masyarakat menjadi hal biasa dan tidak menjadi kekhawatiran karena

aparat tidak tegas dan pemerintah justru melakukannya untuk membangun sarana

umum.

Degradasi terhadap sumber daya juga didorong oleh tingginya tingkat

permintaan pasar terhadap kebutuhan akan ikan karang. Keterdesakan kebutuhan

Page 9: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

215

hidup dan kecondongan pemenuhan sikap konsumerisme sebagai pengaruh

aktivitas ekonomi yang berjalan di Jakarta, melahirkan orientasi jangka pendek

untuk semata memenuhi kebutuhan. Masyarakat juga tidak banyak memahami

fungsi penting dari ekosistem terumbu karang dan akibatnya jika hancur.

Kerusakan sumber daya pesisir disebabkan juga oleh beroperasinya kapal-

kapal berjenis trawl yang sudah dimodifikasi seperti arad dan dogol. Mata jaring

yang digunakan berukuran kecil sehingga cenderung menangkap semua jenis ikan

termasuk ikan-ikan yang baru tumbuh atau juvenil. Disamping itu, cara kerja

kapal-kapal ini cenderung ekploitatif dengan menggerus dasar perairan. Larangan

trawl jelas terdapat dalam pasal 84 ayat 2 jo 85 UU 31/2004 tentang perikanan

dan Keppres No.39 tahun 1980 tentang pelarangan trawl. Melalui Kepmen nomor

6/2008 Trawl kembali diberlakukan meskipun dengan alasan “terbatas”.

Keputusan ini bukan lagi bersifat inkonsisten, tetapi keputusan ini menjadi cacat

secara hukum karena sampai sekarang, kedua peraturan yang lebih tinggi tersebut

belum pernah direvisi apalagi dibatalkan.

Penggunaan teknologi penangkapan merupakan bentuk dari kebijakan

modernisasi perikanan yang dikeluarkan pemerintah tahun 1969. Dampak

modernisasi mampu meningkatkan produksi perikanan setidaknya sejak 1969-

1990 karena adanya dukungan unit-unit usaha berskala besar dan padar modal.

Modernisasi merupakan bentuk penetrasi kapitalisme di bidang perikanan dan

hanya dapat diakses oleh nelayan berskala besar atau pengusaha kapal.

Modernisasi terbukti telah melahirkan konflik sosial dalam pemanfaatan SDPL

dan menimbulkan jurang yang lebar antara yang mampu dan yang tidak mampu

memanfaatkan teknologi baru tersebut (Mubyarto, dkk, 1984).

Degradasi ekosistem pesisir dan laut juga disebabkan oleh maraknya

aktivitas pariwisata bahari yang salah satunya menawarkan keindahan terumbu

karang. Aktivitas penyelaman yang tidak profesional menyebabkan rusaknya

terumbu karang. Daerah pariwisata merupakan wilayah ekslusif dengan

kepemilikan khusus bagi pengelola/pengusaha. Sumber daya pesisir di wilayah

pariwisata bahari yang dulunya menjadi milik publik, dengan statusnya sebagai

daerah wisata menjadi privat. Nelayan tidak lagi dengan mudah mendapatkan

akses terhadap sumber daya pesisir dan laut di wilayah tersebut. Keterbatasan

Page 10: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

216

akses inilah yang seringkali memicu terjadinya aksi pengrusakan ekosistem oleh

masyarakat karena sumber daya tidak lagi tersedia secara cukup dan tidak

terdistribusi secara adil.

Pada aras yang lebih tinggi, industrialisasi dan kemajuan teknologi serta

gaya hidup negara-negara maju dan masyarakat perkotaan telah mendorong

akselerasi degradasi sumber daya alam. Perkembangan kapitalisme bertumpu

kepada proses pergantian para pekerja oleh mesin-mesin, buruh-buruh digantikan

dengan mesin/buruh yang tidak bernyawa. Mesin-mesin tersebut tentunya

membutuhkan biaya yang tinggi untuk memproduksi. Investasi modal yang

digulirkan haruslah menghasilkan keuntungan. Artinya para investor

mengharapkan pemasukan yang lebh besar daripada biaya yang mereka keluarkan

untuk memasang mesin-mesin tersebut. Dalam perhitungan biaya produksi,

ongkos untuk membayar upah pekerja akan semakin kecil, sementara biaya

kapitalisasi meningkat (jumlah keuntungan yang harus diperoleh untuk dapat

melunasi dan memperharui mesin-mesin menjai semakin meningkat). Dalam

termonilogi Marxis, ”komposisi organik modal” akan semakin meningkat (Gorz,

2003). Industri semakin bersifat modal intensif dengan memakai jumlah kapital

yang lebih besar untuk memproduksi volume komoditi yang sama.

Selain itu, dampak negatif industrialisasi lainnya adalah limbah yang

dihasilkannya. Perairan Teluk Jakarta terindikasi mengalami pencemaran yang

tinggi/buruk. Industri penghasil limbah terdapat di daratan Jakarta maupun

berasal dari aktivitas pengeboran minyak lepas pantai yang ada di Kepulauan

Seribu. Sampah-sampah responden dan sampah industri juga berperan dalam

merusak kualitas perairan.

Gaya hidup mewah, modern dan padatnya aktivitas masyarakat di Jakarta

telah membawa dampak negatif bagi kerusakan ekosistem pesisir di perairan

Kepulauan Seribu dan Kelurahan P. Panggang khususnya. Tingkat konsumsi dan

pola pemborosan produksi masyarakat Jakarta dan pinggiran Jakarta, setidaknya

berkontribusi dalam merusak lingkungan pesisir dan laut. Gaya hidup mewah

negara berkembang seperti Indonesia ini adalah pengaruh dari gaya hidup negara-

negara maju yang bersumsi kemajuan dan modernisasi yang telah mereka alami

dapat ditiru oleh negara-negara berkembang untuk bisa merasakan kemajuan yang

Page 11: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

217

sama. Untuk itu negara-negara majulah tersebut atau masyarakat kota yang

bergaya hidup mewahlah yang bertanggungjawab terhadap sebagian besar

kerusakan yang terjadi. Sebuah badan organisasi PBB United Nation Fund for

Population Action (UNFPA) dalam laporannya menyatakan bahwa ”dengan

semakin tingginya pemanfaatan sumber daya alam dan sampah yang

dihasilkannya, maka sebenarnya yang bertanggungjawab adalah mereka yang

menjadi penduduk ”negara-negara terkaya”, yaitu mereka yang tinggal di

negara-negara maju”. Pengakuan UNFPA ini semakin mempertegas keyakinan

kelompok ecofeminism yang merupakan varian dari marxis untuk mengatakan

bahwa populasi penduduk bukan merupakan penyebab utama kerusakan SDA

sebagaimana yang banyak dituduhkan, tapi proses industrialisasi, kemajuan

teknologi dan gaya hidup masyarakat negara maju/kota besar yang menjadi

penyebabnya.

Di bawah sistem kapitalisme, kelangkaan absolut biasanya terefleksikan

dalam situasi harga yang membubung tinggi sebelum tampak terjadinya

kelangkaan secara fisik (Gorz, 2003). Menurut dogma liberal, naiknya harga-

harga barang yang langka di pasaran akan otomatis meningkatkan produksi

barang-barang yang harganya naik tersebut, karena dipandang sebagai sesuatu

yang menguntungkan. Kenaikan harga produksi memicu kenaikan investasi,

belum lagi dampak produksi yang dihasilkan oleh industri dan teknologi modern

seperti polusi dan limbah, menuntut biaya pemulihan yang tinggi pula. Modal,

dalam situasi seperti ini menghadapi kesulitan-kesulitan yang tak mungkin

dihindari dalam membiaya investasi-investasi lebih lanjut. Penggantian modal

industrial tak lagi dapat dilakukan dengan melakukan transfer dari surplus yang

dipungut dari konsumsi-reproduksi sistem yang membutuhkan biaya yang lebih

besar daripada yang dihasilkan. Industri mengkonsumsi lebih banyak untuk

kebutuhannya sendiri dan mengirimkan lebih sedikit produk-produk kepada

konsumen daripada biasanya. Efisiensi menjadi musnah dan biaya-biaya fisik

meningkat.

Menurut Gorz (2003) peristiwa seperti ini yang sedang terjadi sekarang

dan terjadi dalam dua fase :

Page 12: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

218

• Selama fase pertama, produksi menjadi semakin tidak berguna dan

destruktif dalam upaya untuk menghindari krisis over-akumulasi. Terjadi

percepatan terhadap kerusakan SDA yang tak dapat diperbaharui dan

konsumsi berlebihan terhadap SDA terbarahui (air, tanah, ekosistem

pesisir dan laut, dsb) dalam kecepatan yang membuat mereka juga

akhirnya menjadi langka

• Selama fase kedua, dihadapkan dengan situasi menipisnya sumberdaya

alam yang telah dirampas selama ini dan industri berada dalam

kebingungan untuk mengatasi kelangkaan yang lahir akibat meingkatnya

produksi dengan cara semakin mempertinggi produksi.

Ringkasnya, krisis ekologi yang terjadi saat ini terjadi karena krisis over-

akumulasi klasik yang diperparah oleh suatu krisis reproduksi sehingga

sebagaimana mestinya mengarah kepada semakin meningkatnya kelangkaan

sumber daya alam. Oleh karena itu solusi dari krisis ini tidak dapat ditemukan

dalam pemulihan ekonomi, melainkan di dalam pembalikan logika kapitalisme.

Logika kapitalisme cenderung kepada maksimalisasi yaitu bagaimana

menciptakan kemungkinan terbesar dan mengupayakan pemenuhannya dengan

jumlah terbesar yang mungkin atas barang-barang dan jasa yang dapat dipasarkan

demi memperoleh kemungkinan profit yang paling besar dari aliran energi dan

sumber daya. Hal yang perlu dilakukan adalah menyerang sumber utama

kemiskinan yang tidak terletak pada kurangnya produksi, tetapi dalam

karekteristik batang-barang yang diproduksi, pola konsumsi yang dipromosikan

oleh kapitalisme dan dalam situasi ketidaksamaan yang mendorongnya.

Penghapusan kemiskinan tidak pernah terselesaikan dengan meningkatkan

produksi, tetapi dibutuhkan reorientasi produksi. Langkah tersebut disusun

berdasarkan kriteria : 1) barang-barang yang diproduksi secara sosial harus

tersedia bagi setiap orang; 2) produksi barang-barang tersebut tidak harus merusak

sumberdaya alam yang melimpah jumlahnya; 3) proses produksi harus didesain

sedemikian rupa sehingga tersedia bagi setiap orang, tidak menyebabkan

pencemaran dan kerusakan yang menghancurkan nilai guna.

Pemanfaatan sumber daya alam dengan logika kapitalisme telah

menimbulkan munculnya perilaku rent seeking. Kegiatan mencari rente (rent

Page 13: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

219

seeking) didefinisikan sebagai upaya individual atau kelompok untuk

meningkatkan pendapatan melalui pemanfaatan regulasi pemerintah. Kelompok-

kelompok bisnis dan perseorangan mencari rente ekonomi ketika mereka

menggunakan kekuasaan pemerintah untuk menghambat penawaran atau

peningkatan permintaan sumber daya yang dimiliki (Clark, 1998) dalam Yustika

(2006). Rent-seeking activity dapat ditelusuri dari persekutuan bisnis besar

dengan birokrasi pemerintah. Perusahaan-perusahaan swasta sebagian besar

dikuasai oleh mereka yang memiliki hubungan pribadi khusus dengan elit

pemerintah. Fenomena adanya rent seeking ini terlihat dalam kepemilikan pulau-

pulau kecil di Kepulauan Seribu oleh individu dan kelompok, kegiatan pariwisata

bahari dan penguasaan pulau untuk kegiatan industri tertentu, beroperasinya

kapal-kapal penangkap ikan dengan teknologi tangkap yang modern dan

kolaborasi antara pengusaha pemerintah dalam pembangunan sarana umum. Pada

masa orde baru, gejala rent seeking ini sangat kental sekali dan kepemilikan PPK

di Pulau Seribu adalah contoh nyata hak istimewa yang dimiliki oleh individu,

pengusaha dan perusahaan tertentu yang memiliki kedekatan dengan elite

pemerintah dan dalam banyak kasus dengan Suharto.

Perilaku rent seeker tidak saja membuat alokasi sumber daya ekonomi

melenceng, lebih dari itu, dorongan mendapatkan keuntungan besar dari sebuah

aktivitas produksi akan melahirkan destruktifikasi SDA meskipun mengakibatkan

langkanya SDA dan pada gilirannya mereproduksi kemiskinan. Individu atau

kelompok yang mendapatkan keuntungan dengan cara mengekploitasi SDA di

tengah penderitaan orang lain oleh Chang (2008) disebut sebagai Bad Samaritan.

Bad Samaritan telah menyebabkan kerusakan SDA sekaligus melahirkan

kemiskinan kronis. Untuk mencegah gejala rent seeking Buchanan mengusulkan

agar pemerintah membuat regulasi yang memungkinkan pasar berjalan secara

sempurna melalui peniadaan halangan masuk (no barrier to entry) bagi pelaku

ekonomi dan peningkatan persaingan. Sedangkan menurut Grindle (1991) dan

Krueger (1998) dalam Dasgupta (1998) untuk mengurangi rent seeker melalui

kebijakan yang tepat seperti mengubah kebijakan lisensi impor menjadi kebijakan

tarif, membuka aliran informasi, mengaplikasikan sangsi moral dan menerapkan

kebijakan liberalisasi dan privatisasi yang terukur. Usulan yang berhaluan liberal

Page 14: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

220

ini bisa saja mengurangi perilaku rent seeking, namun liberalisasi ekonomi justru

melahirkan efek lain seperti kemiskinan dan kerusakan sumber daya alam. Rent

seeking akan selalu ada selama tingkat kebutuhan akan barang dan jasa selalu

naik, penegakan hukum tidak berjalan efektif dan persoalan pemenuhan basic

need belum tuntas. Setidaknya solusi tersebut akan mengalami hambatan yang

berarti untuk diterapkan di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya.

Perilaku rent-seeker sangat sulit diberantas di Indonesia karena gejalanya sudah

masuk di hampir semua lini ekonomi. Untuk memberantas gejala rent seeking

activity dibutuhkan perubahan yang progresif dalam kebijakan pemerintah

khususnya kebijakan ekonomi, penegakan hukum, pemberian reward and

punisment dijalankan dengan baik dan penguatan kelembagaan di tingkat elit

birokrasi sampai masyarakat berjalan maksimal. Bahkan bagi sebagian ekonom

rent seeking activity hampir tidak bisa diputus karena birokrasi Inonesia masih

identik dengan perilaku korup. Pemberantasan rent seeking activity harus diawali

dengan penegakan good governance. Bagi Gorz (2003) selama ketidakadilan

akibat kekuasaan dan hak-hak istimewa tidak dihapuskan maka kemiskinan tidak

akan pernah hilang. Dibutuhkan sebuah revolusi kultural untuk secara progresif,

masyarakat negara-negara maju dan perkotaan merubah cara menkonsumsi

terhadap barang dan jasa.

4) Kebijakan pemerintah yang bias (policy bias)

Ketidaktepatan kebijakan dan program pemerintah serta buruknya sistem

pengelolaan terhadap sumber daya pesisir dan laut, menyebabkan kemiskinan

masyarakat Kelurahan P. Panggang. Bentuk policy bias dapat diperhatikan

dengan beroperasinya armada tangkap dengan teknologi canggih dan destruktuf.

Beroperasinya kapal-kapal arat (modifikasi trawl) dan alat tangkap canggih

lainnya seperti mouroami, purse seine, payang dan dogol telah melahirkan

kemerosotan penghasilan nelayan tradisional yang merupakan kelompok terbesar

responden miskin. Akses terhadap teknologi canggih dan armada yang besar

hanya bisa dimanfaatkan oleh para juragan dan nelayan-nelayan besar dan para

bakul yang mempunyai modal besar untuk operasi. Sedangkan buruh nelayan dan

nelayan-nelayan kecil –mayoritas nelayan Kelurahan P. Panggang- tidak bisa

mengakses fasilitas tersebut. Nelayan tradisional terjebak dalam ikatan

Page 15: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

221

ketergantungan yang ekploitatif dan tidak adil bagi nelayan kecil. Sedangkan

pemerintah tidak mampu melakukan intervensi terhadap harga, menfasilitasi

modal dan pasar serta membuat program pemberdayaan masyarakat miskin.

Kebijakan modernisasi perikanan merupakan bentuk ketidaktepatan kebijakan

yang dijalankan pemerintah. Kebijakan modernisasi sejak tahun 1969-1990

memang telah berhasil meningkatkan produksi perikanan tapi menurut Mubyarto

(1984) seperti hasil kajiannya di Jepara menemukan bahwa modernisasi perikanan

bukan hanya melahirkan konflik sosial antara nelayan modern pengguna teknologi

canggih dengan nelayan traisional tetapi juga melahirkan kemiskinan bagi nelayan

tradisional yang sudah miskin. Fakta tersebut terlihat juga dari kondisi nelayan-

nelayan ikan karang yang kebanyakan menggunakan perahu motor tempel, tidak

banyak mengalami perbaikan dalam ekonominya bahkan produktifitas perikanan

diakui semakin menurun. Hal itu terjadi mulai tahun 2000an yang ditandai oleh

maraknya kapal-kapal bermotor dengan alat tangkap purse seine, arad, dogol,

payang dan muoroami. Parahnya kapal-kapal tersebut kebanyakan tidak dimiliki

oleh nelayan Kepulauan Seribu dan hasil tangkapannya didaratkan di Jakarta.

Kebijakan yang tidak tepat juga terlihat dari kurangnya pelayanan

pemerintah dalam menfasilitasi kebutuhan masyarakat serta banyak pemborosan

biaya proyek sebagai akibat tidak berfungsinya sarana yang telah dibangun.

Menurut Baihaqie tingkat permasalahan tertinggi di P. Panggang berasarkan hasil

FGD dengan masyarakat menyatakan bahwa 15,69% pemerintah tidak melayani

dan 15,69% pembangunan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kedua

permasalahan ini menempati urutan kedua dan ketiga dari delapan permasalahan

utama yang ada di P. Panggang.

Kondisi keterbatasan aspek teknis-teknologis ini semakin diperparah

dengan adanya kenaikan BBM pada tahun 2005 yang terjadi dua kali dan tahun

2008 ini. Proporsi BBM mengambil sekitar 40% dari total biaya operasional

nelayan. Meskipun terjadi penurunan BBM saat ini, namun harga di eceran sudah

terpatok tinggi yang disertai dengan masih mahalnya harga-harga bahan pokok.

Akibatnya, biaya operasional nelayan alam melaut semakin tinggi dan parahnya

tidak berimbang dengan hasil tangkapan yang semakin berkurang serta harga ikan

yang stagnan. Jika musim barat datang seperti saat ini (Desember-Januari) yang

Page 16: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

222

ditandai oleh cuaca buruk, banyak nelayan yang tidak melaut dan akibatnya

produksi berhenti. Ketergantungan yang tinggi hanya pada usaha melaut, pada

sebagian masyarakat pesisir, merupakan saat paceklik dan menjebak nelayan

dalam pola patron-klien.

Bias kebijakan terlihat juga dalam pola hubungan ekonomi dan

pembangunan yang berorientasi kepada daerah perkotaan. Bias perkotaan ini

terlihat dari padatnya sarana pembangunan di wilayah kota dan minimnya

aksesibilitas di wilayah pheri-pheri (seperti Kepulauan Seribu). Pembagian

Gunder Frank dengan apa yang disebut ”negara metropolis maju” dan ”satelit

terbelakang” menjadi benar adanya ketika melihat terbatasnya sarana transportasi

antar pulau, adanya sarana kesehatan seperti RS yang tidak dilengkapi dengan

fasilitas dan peralatan kesehatan serta tiadanya fasilitasi terhadap permodalan,

pasar dan teknologi. Sedangkan di Jakarta, kemajuan sangat pesat, aktivitas

industri berkembang cepat dan sarana terpenuhi dengan lengkap. Kondisi ini

melahirkan pola hubungan dominasi-exploitatif antara Jakarta dan Kepulauan

Seribu yang mengakibatkan ketergantungan yang tinggi terhadap pasar Jakarta

dan tergerusnya sumber daya laut dan pesisir Kepulauan Seribu untuk pemenuhan

kebutuhan masyarakat Jakarta.

Dalam aras makro, policy bias ini lahir dalam bentuk ketiadaan kebijakan

yang tepat dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut sehingga seringkali

melahirkan degradasi sumber daya dan tidak optimalnya pemanfaatan terhadap

sumber daya. Policy bias juga ditandai oleh strategi pertumbuhan ekonomi yang

diprediksi dapat meneteskan efek pembangunan ke daerah pedesaan dengan

menjadikan kota sebagai pusat aktivitas ekonomi dan mendorong investasi dan

arus modal ke daerah pedesaan. Asumsi neoklasik ini terbukti gagal dan justru

melahirkan jurang kemiskinan yang makin tinggi di daerah pinggiran (pheri-

pheri) seperti Kepulauan Seribu. Permintaan ekspor yang tinggi terhadap ikan

tertentu mendorong maraknya aktivitas penangkapan dengan menggunakan

teknologi canggih (modernisasi perikanan) yang menggeser nelayan tradisional

semakin ke pinggir dan terdesak. Permintaan ekspor tersebut juga terjadi pada

pola perdagangan karang hidup dan ikan hias yang marak di Kepulauan Seribu.

Masyarakat didorong untuk berkompetisi memenuhi kebutuhan pasar dunia ikan

Page 17: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

223

hias. Penangkapan ikan hias dapat diakses oleh nelayan dan pedagang besar

pemilik modal dan teknologi. Nelayan tradisional dan penangkap ikan hias tetap

terbelit dalam kemiskinan karena terjadinya surplus produksi yang tinggi dari

nelayan ke pedagang kecil-pedagang besar-eksportir. Pola pembagian kerja yang

tidak adil ini menghasilkan keuntungan yang hanya dinikmati oleh pemilik

modal/bakul yang punya akses pasar.

Demikian halnya dengan perdagangan karang hidup. Upaya rehabilitasi

terumbu karang memang dilakukan di P. Panggang dan P. Pramuka. Namun

kegiatan tersebut ternyata hanya tameng bagi berlakunya perdagangan karang.

Terumbu karang pada usia F2 yang seharusnya layak tumbuh, bukan

dikembalikan kepada alam untuk meregenerasi, namun diambil dan

diperdagangkan. Perdagangan karang ini menjadi usaha tersendiri yang

menguntungkan dan hanya dilakukan oleh kelompok kecil dari

nelayan/masyarakat pesisir P. Panggang. Pemerintah sejatinya mengetahui kedua

aktivitas ini, tapi karena ketiadaan kebijakan yang tegas dan menguatnya perilaku

rent-seeking oleh pedagang, mengakibatkan aktivitas ini terus berjalan tanpa

reserve.

Gerak pemerintah juga terkesan lambat dan kurang serius dalam mencari

jalan keluar bagi meningkatnya jumlah penduduk di Kelurahan P. Panggang.

Kalaupun terdapat upaya program KB tetapi masyarakat juga tidak diberikan

alternatif lain bagi terbukanya diversifikasi usaha sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidupnya. Keterbatasan lahan di P. Panggang dan Pramuka ditambah

tidak adanya alternatif usaha bagi masyarakat untuk meningkatkan

produktifitasnya membuat masyarakat tidak ada alternatif untuk melangsungkan

hidupnya di tempat lain. Sedangkan kebutuhan akan barang dan jasa semakin

meningkat seiring dengan naiknya jumlah penduduk. Di sisi lain kegiatan

pariwisata bahari dan banyaknya pulau-pulau wisata, tidak banyak melibatkan

masyarakat dalam pengelolaannya. Tekanan hidup seperti itu mendorong

masyarakat untuk menempuh jalur cepat dan berpikir jangka pendek untuk

memenuhi kebutuhannya. Karena ketergantungannya yang tinggi terhadap

ekosistem laut, maka sumber daya yang berada di dalamnya menjadi sasaran

ekploitasi yang kadang dilakukan dengan cara destruktif.

Page 18: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

224

5) Rendahnya sumber daya manusia

Tingkat pendidikan yang rendah, perilaku boros dan cenderung destruktif

terhadap alam, budaya malas dan perilaku negatif lainnya dituding sebagai akibat

dari rendahnya kualitas SDM masyarakat pesisir. Jika melihat data IPM terlihat

bahwa kondisi SDM di Kepulauan Seribu masih sangat jauh tertinggal dari

Jakarta. Ranking IPM Kepulauan Seribu pada urutan 233 dari 456

Kabupaten/Kota di Indonesia sedangkan Kota-kota di Jakarta rata-rata masuk

dalam urutan 5 besar se Indonesia. Hasil survey juga menunjukkan realitas

tersebut. Sebanyak 64,29% responden rata-rata tidak sekolah dan hanya lulus SD.

Rendahnya kualitas SDM ini juga terungkap dalam penelitian Baihaqie (2004)

meskipun hanya menempati urutan ke empat dan tidak menjadi prioritas bagi

masyarakat P. Panggang.

Realitas rendahnya SDM ini berpengaruh terhadap persepsi dan perilaku

masyarakat terhadap sumber daya pesisir dan laut. Masyarakat tidak banyak

memahami fungsi penting ekosistem pesisir. Akibat pengrusakan sumber daya

pesisir melalui kegiatan penangkan yang destruktif, kerap kali dilakukan. Pola

pembangunan yang top down dan menghilangkan kreatifitas masyarakat,

ditambah dengan tidak adanya pelatihan, penyuluhan dan kurang memberikan

peran serta masyarakat dalam pembuatan keputusan, menambah daftar panjang

ketertinggalan SDM P. Panggang dan Pramuka. Minimnya sarana pendidikan baik

formal maupun informal, aksesibilitas yang terbatas, menghambat laju

peningkatan kapasitas SDM.

Rendahnya kualitas SDM P. Panggang dan Pramuka tidak semata karena

ketidakmaun masyarakat untuk meningkatkan SDM nya tapi lebih karena

permasalahan struktural dan bias kebijakan pemerintah. Pelayanan pemerintah

yang kurang merupakan salah satu bentuk fakta tersebut ditambah banyaknya

sarana fisik yang terbangun dan minimnya pembangunan sosial dan lingkungan,

semakin menyudutkan masyarakat ke dalam jurang kebodohan dan kemiskinan.

6) Lemahnya penegakan hukum

Lemahnya penegakan hukum tercermin dari makin maraknya operasi

armada tangkap dengan menggunakan alat tangkap arad (modifikasi trawl) di

perairan Kepulauan Seribu. Beroperasinya alat tersebut telah mengancam

Page 19: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

225

kehidupan nelayan-nelayan tradisional yang dominan di Kelurahan P. Panggang.

Penggunaan potasium dan pengambilan batu karang terlihat oleh masyarakat

sebagai hal biasa dan bersifat keseharian. Masyarakat melihat ada semacam

pembiaran terhadap praktek tersebut. Penggunaan batu karang untuk pondasi

bangunan bahkan sering digunakan dalam proyek-proyek pembangunan sarana

oleh pemerintah.

Lemahnya penegakan hukum menurut Baihaqie (2004) karena kurangnya

pelayanan pemerintah dalam memberikan fasilitas kepada aparat hukum. Tidak

adanya sarana transportasi untuk beroperasinya aparat, minimnya perlengkapan

dan tidak tegasnya peradilan saat ada pelanggaran, melahirkan kekosongan

hukum. Peluang hukum yang lemah seperti ini yang menjadikan masyarakat

apatis, tidak peduli terhadap kelangsungan sumber daya dan terbiasa dengan

pengrusakan sumber daya.

Akibat tidak adanya ketegasan alam penegakan hukum, masyarakat

cenderung ikut serta melakukan upaya penangkapan dengan cara destruktif.

Dukungan masyarakat akhirnya juga kurang dalam penegakan hukum karena

seringkali tidak banyak dilibatkan dalam proses tersebut. Kondisi ini diperparah

dengan adanya budaya konkalingkong antara aparat keamanan dengan pelaku,

antara birokrasi desa dengan masyarakat pelaku, sehingga masyarakat dihadapkan

pada dilema antara pemenuhan kebutuhan hidup yang makin mendesak dan upa

menjamin kelestarian lingkungan bagi masa depannya.

Pada level permasalahan yang lebih tinggi, budaya korupsi ini menjadi

faktor utama yang menyebabkan tata kelola pemerintahan tidak berjalan dengan

baik. Sistem hukum lebih banyak ”memberikan” jaminan keamanan dan keadilan

bagi kaum kelompok kaya meskipun bersalah dibandingkan kaum miskin yang

menjadi korban. Maraknya rent seeker di lingkungan pemerintah maupun swasta

dan kolaborasi keduanya semakin memburamkan masa depan kesejahteraan

nelayan tradisional.

Gambaran permasalahan yang menyebabkan rendahnya daya dukung

lingkungan dan ekologis PPK dipaparkan dalam Gambar 13 di bawah ini.

Permasalahan ini berasal dari hasil wawancara dan analisis terhadap permasalahan

Page 20: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

226

baik yang muncul saat survey dilakukan maupun sebelumnya. Penelitian atas

permasalahan ini bersifat saling mempengaruhi dan terkait satu dengan lainnya.

Gambar 13 menjelaskan adanya beberapa permasalahan yang

mengakibatkan rendahnya daya dukung lingkungan dan ekologis P. Panggang dan

P. Pramuka. Permasalahan tersebut ada yang berpengaruh secara langsung seperti

Degradasi ekosistem pesisir dan laut, lemahnya penegakan hukum, keterbatasan

lahan pulau dan kebijakan pemerintah yang kurang tepat. Sedangkan perilaku

negatif masyarakat yang selam ini dituding sebagai penyebab utamanya lebih

disebabkan karena tata kelola pemerintah tidak berjalan dengan baik. Demikian

halnya dengan tingginya jumlah penduduk merupakan bentuk pengalihan masalah

oleh negara-negara dan daerah-daerah maju untuk mengalihkan

tanggungjawabnya kepada korban yaitu negara-negara berkembang dan

msayarakat pedesaan/PPK sebagai akibat dari industrialisasi, ekploitasi berlebih

SDA serta gaya hidup konsumtif dan mewah yang telah menimbulkan bencana

sosial dan kerusakan lingkungan. Kepadatan penduduk merupakan penyebab

tidak langsung dan memperburuk kondisi lingkungan yang telah rusak akibat pola

investasi kapitalistik, industrialisasi dan gaya hidup negara-negara maju dan kota-

kota besar.

Pada aras menengah muncul permasalahan-permasalahan pendukung yang

lebih bersifat internal dan memperkuat permasalahan pokok. Pada aras yang

paling tinggi dan bersifat eksternal terlihat beberapa permasalahan yang

membutuhkan intervensi pemerintah dalam membuat kebijakan terkait dengan

pengelolaan SDPL dan pengentasan kemiskinan.

Page 21: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

Gambar 13 Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Daya Dukung Ekologi (TK) dan Lingkungan Pulau

227

DAYA DUKUNG PULAU RENDAH

kepadatan penduduk

Prilaku individu negatif

masyarakat

Degradasi SDPL khususnya

ekosistem TK

Kebijakan tdk tepat

Pembangunan tdk berdasar

kebutuhan masy

Lemahnya penegakan

hukum

Tidak efektifnya

program KB

Minimnya penyuluhan

dan sosialisasi

Pandangan tradisional tentang

banyak anak banyak rejeki

Pengeboman dgn potasium

Pariwisata bahari yg tdk terkelola dgn

baik

Beroperasinya kapal-kapal

arad

Ekonomi lemah

Industrialisasi dan kemajuan

teknologi

Konsentrasi modal di perkotaan

Keterbatasan lahan

Faktor alamiah pulau

Pembukaan lahan unt

sarana umum

Alokasi ruang pemanfaatan

ruang tdk jelas

Pelayanan pemerintah

kurang

Sarana pembangunan

yg tdk terpakai

Miskinnya faktor

keteladanan

Ketidaktegasan aparat hukum

Pelayanan pemerintah

kurang

Terbtasnya sarana dan pelayanan

Tata kelola pemerintahan

yg jelek

Perencanaan pengelolaan

SDPL tdk jelas

Modernisasi perikanan

Keterbatasan sarana

keamanan

Budaya konkaliko

ng

Dukungan pemerintah

daerah kurang

Dukungan masy

kurang

Komprador birokrat

Keterbatasan akses thd

SDPL

Pembangunan bias perkotaan

Prilaku hidup konsumtif

Pola pembangunan

top-down

Gaya hidup mewah dan

modern

Prilaku korupsi

Rent seeking

Kenaikan BBM

Tdk tepatnya kebijakan

pengaturan kepadatan penduduk

Privatisasi lahan

Mode produksi kapitalistik

Masyrakat terdesak oleh

kegiatan industri

KAPITALISME NEGARA

BERKEMBANG

Krisis reproduksi

Page 22: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

228

7.1.2 Faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Kesejahteraan

Untuk melihat faktor penyebab rendahnya kesejahteraan masyarakat

setidaknya perlu meninjau kembali indikator-indikator responden miskin, baik

yang bersumber dari institusi resmi (BPS) maupun yang langsung dari

masyarakat. Peninjauan ini akan bergerak pada aras makro (Kabupaten

Kepulauan Seribu) dan mikro (P. Panggang dan P. Pramuka). Pada aras makro,

beberapa indikator dapat dijadikan sebagai parameter seperti perkembangan IPM,

jumlah masyarakat pra sejahtera dan sejahtera I, tingkat kesenjangan wilayah dan

parameter kemiskinan regional lainnya. Sedangkan pada aras mikro dapat ditinjau

kembali hasil survey dan analisis data primer yang didasarkan pada kriteria BPS

dan kriteria versi masyarakat sendiri.

Tabel 82 Evaluasi Tingkat Kemiskinan Regional Tahun 2006

Uraian DKI Jakarta Kepulauan Seribu

Jumlah penduduk miskin 675,718 3,882 Jumlah rumah tangga miskin 160,480 1,043 Poverty Gap Index (P1) 0.78 2.69Poverty Severity Index(P2) 0.2 0,80IPM 76.3 69.3Pengeluaran perkapita (Rp)**) 669.643 411.303Garis kemiskinan (Rp/kapita/bln) 237,735 270,071

Catatan : *) pengambilan data dilakukan dengan metode berbeda dg PSE 2006 **) data tahun 2007 Sumber : 1) Potret sosial ekonomi Propinsi DKI Jakarta, BPS Jakarta (2006) (diolah) 2) Data dan informasi kemiskinan 2005-2006, BPS jakarta (2006) (diolah)

Evaluasi tingkat kemiskinan regional sebagaimana yang terdapat dalam

Tabel 82, memperlihatkan bahwa Kepulauan Seribu merupakan kantong

kemiskinan yang terdapat di wilayah Propinsi DKI Jakarta. Hal itu tergambar dari

jumlah persentase penduduk miskin yang jauh di atas rata-rata kemiskinan di DKI

Jakarta, demikian juga dengan jumlah penduduk miskin. Jika jumlah penduduk

Kepulauan Seribu tahun 2006 sebanyak 11.920 jiwa (Kecamatan dlm angka,

2007) maka jumlah penduduk miskin di Kepulauan Seribu mencapai sekitar 33%

dari total jumlah penduduk di Kep. Seribu atau sebesar 0.6% dari seluruh total

penduduk miskin di DKI Jakarta. Tingkat kedalaman (P1) dan keparahan (P2)

Page 23: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

229

kemiskinan juga termasuk dalam kategori paling parah dengan tingkat kedalaman

paling tinggi di antara Kabupaten/Kota lain di DKI Jakarta.

Data di atas secara singkat memberi gambaran bahwa terjadi kesenjangan

yang cukup tinggi antara Kepulauan Seribu dengan Kabupaten/Kota lain di DKI

Jakarta. Lokasi Kepulauan Seribu yang cukup jauh untuk dijangkau, akses

terbatas dan terdiri dari pulau-pulau, dianggap sebagai salah satu kendala

terbatasnya program-program pembangunan masuk ke Kepulauan Seribu. Di

samping itu status Kepulauan Seribu yang baru menjadi Kabupaten baru sejak

tahun 2002, merupakan kendala ketertinggalan pembangunan antara Kepulauan

Seribu dengan Kabupaten/Kota lain di DKI Jakarta. Namun sebagai wilayah yang

sangat dekat dengan kekuasaan dan pusat ibu kota, setidaknya pembangunannya

tidak jauh tertinggal jika pemerintah Propinsi dan Pusat betul-betul

memperhatikan Kepulauan Seribu. Karena faktanya, pulau seribu dijadikan

sebagai salah satu andalan wisata bahari oleh Propinsi DKI Jakarta dan

mempunyai sumber minyak yang memberikan kontribusi cukup besar bagi DKI

Jakarta. Namun, potensi dan investasi tersebut faktanya tidak berkontribusi apa-

apa terhadap kemajuan pembangunan di Kepulauan Seribu. Penyedotan dan

kapitalisasi sumber daya alam dengan nilai investasi yang tinggi diperkirakan

hanya masuk kepada DKI Jakarta tanpa menetes ke masyarakat Kepulauan Seribu.

Banyak pulau-pulau kecil yang dimiliki perorangan, swasta dan kelompok

tertentu, pariwisata bahari yang menawarkan investasi mahal untuk sebuah

panorama pantai, padatnya aktivitas ekonomi, jasa di pesisir Jakarta serta kegiatan

perkapalan, pelayaran di perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu ternyata

tidak berdampak penting bagi Kepulauan Seribu. Terjadi surplus produksi yang

tidak ketahuan alirannya dan seharusnya dinikmati oleh masyarakat Kepulauan

Seribu. Pesatnya pembangunan di DKI Jakarta ternyata tidak diikuti oleh

pembangunan di Kepulauan Seribu.

Kemiskinan di tingkat regional tersebut semakin mendapatkan justifikasi

dengan memperhatikan data kemiskinan responden yang terdapat di salah satu

Kelurahan Kepualaun Seribu yaitu di Kelurahan P. Panggang yang diwakili oleh

P. Panggang dan P. Pramuka. Tabel 82 menunjukkan betapa kemiskinan pada

tingkat regional memberikan imbas kepada responden-responden yang ada di P.

Page 24: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

230

Panggang dan P. Pramuka. Data di bawah memperlihatkan bahwa beberapa

indikator pokok kualitas hidup manusia seperti kepemilikan rumah, pendidikan,

kesehatan dan pendapatan responden masih terlihat tinggi. Artinya untuk

beberapa indikator kualitas hidup yang pokok, responden di P. Panggang dan P.

Pramuka belum bisa memenuhi. Meskipun beberapa indikator sudah

menunjukkan angka yang lebih baik seperti keikutsertaan program KB,

kepemilikan luas lantai < 8 m2, kepemilikan aset seperti televisi, tabungan dan

sarana perikanan juga cukup tinggi. Pada beberapa indikator menunjukkan

perbaikan, tetapi masih lebih banyak indikator yang menunjukkan

ketidakmampuan responden miskin dalam memenuhinya. Indikator-indikator

yang menjadi evaluasi bagi perkembangan responden miskin di P. Panggang dan

P. Pramuka dapat dilihat pada Tabel 83.

Page 25: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

231

Tabel 83 Evaluasi Perkembangan Responden Miskin di P. Panggang dan P. Pramuka, Kelurahan P. Panggang (%)

Uraian

P. Panggang P. Pramuka TotalStatus rumahmenumpang pada rumah saudara/orang tua 6.67 14.81 10.53rumah kontrakan 0 3.70 1.75semi permanen 23.33 45.45 34.00bahan rumah berupa papan/bilik 10.00 13.64 12.00Kondisi rumahrumah tanpa atap 10.00 0.00 5.36lantai berupa tanah 6.67 11.11 8.77luas lantai < 8 m2 10.00 14.81 12.28kepemilikan WC sendiri/umum 51.72 38.46 45.45Sumber penerangan (non-listrik) 100.00jenis bahan bakar untuk memasak minyak tanahPendidikan kepala rumah tangga yang tidak sekolah 17.24 3.70 10.71SD 55.17 51.85 53.57tidak punya kemampuan menyekolahkan anak 10.00 22.22 15.79Kesehatantidak ikut serta dalam program KB 26.67 25.93 26.32tidak mendapatkan akses air bersih 17.24 51.85 33.93Keperluan Air untuk minum air hujan/ledengPendapatanpendapatan <500000 17.24 11.11 14.29pendapatan tidak tetap, musiman 62.07 37.04 50.00pendapatan harian 31.03 62.96 46.43Kepemilikan asetkepemilikan perahu 67.86 81.82 74.00kepemilikan TV/DVD 96.55 85.19 91.07Kepemilikan sepeda motor 3.45 11.11 7.14Kepemilikan tabungan (tidak memiliki) 43.33 51.85 47.37pola pakaiansetahun membeli satu kali pakaian baru 82.14 48.15 65.45tidak punya pakaian untuk acara-acara khusus 32.14 11.11 21.82

Kelurahan P. Panggang

Berangkat dari fakta di atas dapat dilihat persoalan mendasar apa saja yang

melatar belakangi sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat tergolong rendah

meskipun tingkat kesenjangannya juga rendah. Menurut hasil wawancara dengan

penduduk, tokoh masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun

FGD, didukung juga dengan penelitian lain, terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi dan isu yang berkembang terkait tingkat kesejahteraan di P.

Panggang dan P. Pramuka antara lain : 1) rendahnya lingkungan alam; 2)

rendahnya lingkungan ekonomi; 3) rendahnya lingkungan sosial ; 4) Rendahnya

lingkungan politik; 5) rendahnya sarana dan pelayanan;

Page 26: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

232

1) Rendahnya lingkungan alam

Alasan rendahnya kualitas sumber daya dan lingkungan pesisir dan laut

Kerusakan lingkungan pesisir dan laut disebabkan oleh beberapa hal yang

masih terjadi sampai saat ini seperti masih adanya penggunaan potasium dalam

penangkapan ikan hias, penangkapan ikan berlebih dan memburuknya kualitas

perairan. Tabel 85 di bawah ini menunjukkan bahwa dalam penggunaan potasium

sebanyak 17,86 % responden di P. Panggang menyatakan pernah terjadi

kerusakan dengan potasium, 42,86% menyatakan tidak pernah/jarang terjadi dan

39,29% menyatakan pernah terjadi tapi sudah lama sekali dan sekarang sudah

tidak terjadi lagi. Sedangkan menurut penuturan responden di P. Pramuka

kerusakan lingkungan pesisir dan laut karena penggunaan potasium sudah tidak

pernah/jarang terjadi dan sebanyak 46,15% responden menyatakan pernah terjadi

tetapi sudah lama sekali. Penurunan penggunaan potasium dalam penangkapan

ikan khususnya ikan hias menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran

masyarakat terhadap kelestarian ekosistem dan lingkungan laut. Namun

menurunnya penggunaan potasium tersebut bisa juga disebabkan karena

ekosistem terumbu karang khususnya yang rusak sudah sangat tinggi sehingga

ketersediaan sumberdaya ikan juga makin turun dan menipis. Akibatnya nelayan

tidak lagi menggunakan potasium dalam menangkap.

Penyebab kerusakan lain dapat disebabkan karena penangkapan ikan

berlebih sampai mencapai kondisi kritis bagi ketersedia sumber daya ikan.

Namun hampir semua responden di P. Panggang maupun P. Pramuka menyatakan

bahwa aktivitas berlebih sudah tidak pernah terjadi apalagi sampai sumberdaya

ikan habis. Hanya sekitar 3,45% responden di P. Panggang yang menyatakan

bahwa hal itu pernah terjadi. Namun pada sisi lain, masyarakat menyatakan

bahwa hasil tangkapan mereka semakin hari semakin berkurang. Hal itu menurut

mereka karena banyak beroperasinya kapal-kapal nelayan yang menggunakan alat

tangkap mini trawl yang berasal dari luar Kepulauan Seribu. Mungkin nelayan-

nelayan di Kepulauan Seribu tidak menggunakan alat tangkap terlarang tetapi

penyebabnya berasal dari nelayan luar pulau seribu.

Sedangkan ketika ditanyakan tentang kualitas perairan, mayoritas

responden di kedua pulau menyatakan bahwa pencemaran yang menyebabkan

Page 27: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

233

kualitas perairan menurun berada dalam batas sedang. Sebanyak 41,38%

responden di P. Panggang menyatakan bahwa kualitas perairan masih aman dan

belum tercemar. Hanya 24,14% responden di P. Panggang yang menyatakan

kualitas perairan di P. Panggang khususnya dan Kepulauan Seribu umumnya

dalam kondisi buruk dan 34,48% bahkan masih meyatakan kualitas perairannya

dalam kondisi baik. Hal yang tidak jauh berbeda dinyatakan oleh responden di P.

Pramuka bahwa sebanyak 46,43% responden menyatakan kualitas perairan dalam

kondisi sedang, 25,93% menyatakan baik dan 22,22% menyatakan buruk. Secara

umum responden di kedua pulau di Kelurahan P. Panggang tersebut menyetakan

bahwa kualitas perairan dalam kondisi sedang-baik.

Perubahan kualitas perairan di perairan Kelurahan P. Panggang disebabkan

karena masih adanya pembuangan limbah ke laut seperti limbah industri dan

responden. Sedangkan untuk kawasan perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan

Seribu yang dekat dengan Jakarta, kualitas perairannya dalam kondisi buruk. Hal

ini jelas karenan tinggi masukan limbah industri dan responden ke perairan Teluk

Jakarta. Limbah industri berbahaya antara lain seperti logam berat, bahan-bahan

kimia beracun dan air buangan dari kawasan pertambangan di Kepulauan Seribu

dapat menjadi faktor yang mengancam kualitas perairan di Kepulauan Seribu.

Isu dan permasalahan yang muncul

Beberapa isu dan permasalahan masih sering terjadi menyebabkan

lingkungan pesisir dan laut menurun antara lain :

• Degradasi sumber daya pesisir dan laut

Degradasi ekosistem pesisir, khususnya terumbu karang

Mayoritas penduduk P. Panggang menggantungkan hidup ke laut.

Sehingga jika ekosistem pesisir dan laut mengalami kerusakan, maka hal itu akan

berakibat kepada penurunan produktifitas perikanan. Penurunan produksi

berakibat kepada menurunnya jumlah pendapatan masyarakat. Ekosistem laut

yang paling berperan bagi kehidupan masyarakat P. Panggang adalah ekosistem

terumbu karang. Kerusakan terumbu karang di perairan P. Panggang sudah

mencapai hampir 50% dari total ekosistem yang ada. Padahal kebanyakan dari

nelayan P. Panggang merupakan nelayan ikan hias yang habitat utamanya adalah

Page 28: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

234

terumbu karang. Kerusakan terumbu karang tidak hanya terjadi di perairan P.

Panggang, tetapi di hampir seluruh Kepulauan Seribu keberadaannya makin

sedikit dan rentan. Menurut Terangi (2007) tingkat penutupan terumbu karang di

Kepulauan Seribu < 5%. Kerusakan ekosistem TK ditengarai karena masih

adanya nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap

terlarang seperti potasium dan sejenisnya. Disamping itu aktivitas pariwisata

yang makin intensif dan tidak mengindahkan kondisi TK menyebabkan rusaknya

TK. Selain itu aktivitas perdagangan ikan hias yang makin massif yang diikuti

oleh pengambilan ikan dengan cara dan alat yang merusak TK, pengambilan batu

karang untuk bangunan, diduga masih sering terjadi di wilayah perairan P.

Panggang dan Kepulauan Seribu umumnya.

Degradasi ekosistem pesisir lainnya

Ekosistem pesisir dan laut lain yang tidak kalah rusaknya adalah mangrove

dan lamun. Kondisi mangrove di P. Panggang dan P. Pramuka sudah sangat kritis

bahkan keberadaannya sudah tidak ada lagi kecuali sedikit terdapat di P. Pramuka.

Secara umum kondisi mangrove yang tersedia baru berupa bibit dan anakan.

Habitat mangrove telah rusak sehingga saat ini baru memulai kembali untuk

menanam mangrove. Bibit mangrove dapat terlihat di P. Panggang dan P.

Pramuka. Demikian halnya dengan lamun yang berasosiasi dengan terumbu

karang dan mangrove. Lamun biasa menjadi habitat udang dan kerang-kerangan.

Masyarakat P. Panggang biasa melakukan penangkapan udang di ekosistem

lamun. Namun seiring dengan tingginya kerusakan terumbu karang dan

mangrove, maka kondisi lamun juga sangat terbatas. Lamun biasa banyak terlihat

agak lebat pada lokasi yang berdekatan dengan terumbu karang. Habitat lamun di

P. Pramuka terlihat lebih lebat dibandingkan dengan P. Panggang.

• Kualitas ekosistem pesisir dan laut menurun

Kerusakan terumbu karang, akibat penangkapan ikan dengan alat tangkap

terlarang (potasium), pengambilan ikan hias yang tidak diikuti dengan rehabilitasi

terumbu karang, kerusakan lamun akibat kerusakan terumbu karang dan

ekosistem pantai lainnya menyebabkan berkuragnya kualitas ekosistem pesisir

dan laut. Selain itu perdagangan karang yang sejatinya lebih diprioritaskan untuk

Page 29: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

235

rehabilitasi terumbu karang justru lebih dominan pada aktivitas perdagangan

karang. Hal itu menjadikan kualitas ekosistem pesisir dan terumbu karang

khususnya di P. Panggang dan Pramuka penutupannya mayoritas buruk-sedang.

• Eksploitasi sumber daya pesisir dan laut secara berlebihan

Aktivitas penangkapan diluar batas potensi lestari, penggunaan alat

tangkap yang menggerus seperti trawl, pembatasan hasil tangkapan dan tidak

adanya selektifitas dalam menangkap ikan, intensitas yang tinggi alam

menangkap, penggunaan alat tangkap terlarang seperti trawl dan modifikasinya

(arad, jaring hela, dogol) dan alat tangkap destruktif lain seperti muoroami

menjadikan kualitas sumberdaya pesisir menurun dan penurunan produksi hasil

perikanan.

Penurunan produksi disebabkan karena semakin tinggi kerusakan

ekosistem pesisir dan laut seperti terumbu karang, mangrove dan lamun.

Kerusakan ekosistem tersebut mempengaruhi ketersediaan sumber daya ikan

sehingga juga mempengaruhi produktifitas perikanan.

• Kerentanan usaha nelayan

Faktor lain yang menyebabkan turunnya produksi perikanan adalah

beroperasi armada tangkap yang menggunakan alat tangkap terlarang di perairan

Kepulauan Seribu yang berasal dari luar P. Seribu. Alat tangkap tersebut disebut

arad yang merupakan salah bentuk modifikasi dari trawl yang jelas-jelas dilarang

pemerintah. Masyarakat melihat kurangnya ketegasan hukum untuk menindak

pelaku. Bahkan masyarakat melihat seperti terjadi upaya pembiaran terhadap

beroperasinya alat tangkap tersebut dan penuh aroma perselingkuhan antara

pelaku dan aparat keamanan. Disamping faktor-faktor tersebut, usaha nelayan

dan perikanan merupakan usaha yang penuh dengan resiko dan tergantung kepada

musim. Usaha nelayan yang beresiko ditambah naiknya BBM yang berkontribusi

besar pada biaya operasional nelayan, itambah tidak adanya upaya penegakan

hukum terhadap pelaku armada arad, menyebabkan nelayan terjepit dan rentan

terhadap kemiskinan kronis

Page 30: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

236

• Akses terhadap sumberdaya pesisir dan laut semakin terjangkau

Aksesibilitas meningkat baik secara fisik (teknologi, jalur transportasi,

pasar dan permodalan) maupun kelembagaan (birokrasi perijinan, pengakuan atas

hak milik oleh UU). Hal ini dapat menyebabkan perubahan kualitas lingkungan

pesisir dan laut.

Pada aras yang lebih tinggi rendahnya lingkungan alam disebabkan karena

adanya faktor eskternal seperti strategi pengelolaan SDPL yang kurang tepat,

ketergantungan yang tinggi terhadap pasar, aktivitas kompradorisasi dan rent

seeking serta adanya perundang-undangan yang bias kepentingan pemodal dan

tidak berpihak kepada kesejahteraan nelayan tradisional.

Strategi pengelolaan SDPL selama ini lebih banyak menekan pada

pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan pariwisata bahari. Mobilisasi

investasi melalui pariwisata bahari hanya akan melahirkan ekslusifitas bagi

pengelola dan menutup akses masyarakat terhadap SDPL yang dulunya

merupakan barang publik menjadi terbatas dan privat. Pola investasi ini sejalan

dengan anjuran nurske (1952) yang menganggap bahwa kemiskinan dan stagnasi

disebabkan karena rendahnya pendapatan per kapita dan tabungan. Untuk

menghindari dua hal tersebut, dua langkah bisa dilakukan secara serentak yaitu

tindakan untuk merangsang investasi dan memobilisasi dana investasi. Namun,

Robinson (1959) menganggap bahwa kaum Neoklasik dan Keynesian tidak

mempersoalkan kandungan suatu investasi ditinjau dari perspektif sosial.

Akhirnya terjadilah sistem produksi yang banyak memproduksi barang-barang

mewah. Investasi untuk membiayai barang-barang mewah ini akan berpengaruh

negatif terhadap pertumbuhan tingkat persediaan barang modal untuk tujuan

reproduksi dan akumulasi modal.

Sejalan dengan pola investasi yang bersifat kapitalistik, instrumen lain

yang menyebabkan degradasi sumber daya alam. Bagi Singer maupun Robinson,

perdagangan bebas hanya akan mengakibatkan negara-negara

berkembang/pinggiran memproduksi dan mengekspor bahan mentah dan

konsumen, sedangkan negara-negara maju atau negara-negara pusat,

memproduksi produk-produk manufaktur. Dalam ekonomi pasar, pemanfaatan

SDA adalah memaksimalkan keuntungan dan akumulasi kapital. Permintaan

Page 31: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

237

terhadap SDA dipaksakan sesuai dengan kebutuhan pasar. Orientasi pertumbuhan

ekonomi dan pendapatan daerah yang tinggi hanya menghitung aktivitas-aktivitas

yang terjadi melalui mekanisme pasar, tidak peduli apakah aktivitas tersebut

produktif, non-produktif atau justri destruktif. Kerusakan SDA akibat penetrasi

pasar yang tinggi mengakibatkan kelangkaan bagi SDA yang sebetulnya

bermanfaat bagi stabilitas ekologi dan menciptakan bentuk-bentuk kemiskinan

baru. Fenomena perdagangan ikan hias dan karang yang cukup tinggi di

Kepulauan Seribu dapat menerangkan betapa kemiskinan senantiasa melekat pada

nelayan ikan hias namun justru akumulasi kesejahteraan didapatkan oleh

pengusaha ikan hias atau pendagang pengumpul. Demikian halnya yang terjadi

dalam perdagangan terumbu karang. Pengambilan karang dan upaya budidaya

karang yang sejatinya ditujukan untuk menjamin kelestarian lingkungan laut,

justru dialihkan pada pemenuhan kebutuhan pasar internasional. Upaya budidaya

karang tidak berkorelasi positif dengan tingkat pemulihan ekosistem terumbu

karang.

Rendahnya lingkungan alam juga disebabkan karena pola tingkah laku

elite penguasa yang berkolaborasi dengan pemilik modal dalam melakukan

ekploitasi terhadap SDA. Santos (1976) menyebutkan bahwa elit penguasa yang

mengambil keuntungan dari pola kolaborasi dengan pemilik modal harus

bertanggungjawab terhadap timbulnya proses ekploitasi yang luas dan dalam

terhadap masyarakat miskin. Bagi Santos (1976), kemiskinan dan

keterbelakangan negara miskin tidaklah selalu ditentukan karena ”faktor luar”

tetapi juga harus melihat ”faktor dalam” di negara-negara miskin. Cardoso

menyebut kalangan elite yang dominan ini sebagai kelompok komprador.

Komprador birokrat inilah yang menjembatani kepentingan kapitalis, kekuatan

modal dalam mengekploitasi SDA.

Perilaku komprador ataupun maraknya rent seeking activity dalam

pemanfaatan SDA tidak hanya dilakukan dalam pengelolaan SDA secara teknis

baik melalui investasi maupun akses teknologi, tetapi juga masuk melalui

kebijakan dan perundang-undangan. Kekuatan modal yang berkolaborasi dengan

birokrasi komprador berperan dalam mengatur pasal-pasal dan point-point yang

terkait dengan penguasaan SDA. Beberapa perundangan di bidang perikanan

Page 32: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

238

setidaknya menggambarkan fenomena hal itu seperti UU No.31 tahun 2004

tentang perikanan dan UU No.27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir

dan lautan. Sebagai contoh pasal tentang Hak pengelolaan perairan pesisir (HP3)

dalam UU No.27/2007 merupakan bentuk privatisasi sumber daya pesisir dan laut

yang hanya bisa dilakukan oleh pemilik modal. HP3 secara teknis memang

menjelaskan status kepemilikan SDPL sekaligus melahirkan ekslusifitas terhadap

lahan yang tadinya bernilai publik menjadi komoditas. HP3 hanya akan dipenuhi

oleh kekuatan modal dan sebagai konsekwensinya masyarakat tidak bisa secara

leluasa mengakses sumber daya di dalam dan sekitarnya karena statusnya sudah

menjadi privat property. Keterbatasan akses terhadap SDPL dapat mengakibatkan

aksi pengrusakan terhadap SDA sekaligus mengurangi nilai produksi hasil

perikanan. Akibat penurunan produksi, pendapatan dan kesejahteraan nelayan

tradisional khususnya juga menurun.

2) Rendahnya lingkungan ekonomi

Alasan rendahnya lingkungan ekonomi

Masyarakat di P. Panggang dan P. Pramuka sangat menggantungkan

hidupnya pada laut dan sumber daya perikanan yang berada di dalamnya. Kondisi

geografis berupa pulau kecil dan dikelilingi laut menjadikan tidak adanya banyak

pilihan dalam berprofesi. Kalaupun ada diversifikasi usaha, semuanya masih

berkaitan dengan perikanan. Ketergantungan terhadap satu sumber penghasilan

ini dapat menciptakan kerentanan. Hal itulah yang menjadikan masyarakat

Kepulauan Seribu dan Kelurahan P. Panggang khususnya masih terbelit dengan

kemiskinan dan rendahnya kesejahteraan mereka. Selain itu, jika terjadi

kerusakan terhadap ekosistem pesisir dan laut atau adanya degradasi sumber daya

ikan seperti yang belakangan banyak dikeluhkan oleh nelayan karena

beroperasinya kapal-kapal trawl, menyebabkan kerentanan bagi kehidupan

mereka.

Rendahnya lingkungan ekonomi juga dapat disebabkan oleh faktor

eksternal seperti terkonsentrasinya modal keungan, ilmu dan teknologi di Jakarta.

Pola investasi dalam bentuk pariwisata bahari, perdagangan dan jasa yang

berkembang di Kepulauan Seribu hanya menghasilkan hubungan yang tidak

Page 33: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

239

seimbang. Surplus produksi yang harusnya dirasakan oleh masyarakat Kepulauan

Seribu, faktanya justru hampir semuanya masuk ke Jakarta. Permintaan barang

dan pasar yang luas di Jakarta juga mendorong masyarakat untuk memenuhi dan

berperilaku konsumtif. Fakta rendahnya lingkungan ekonomi tersebut tergambar

dari tingginya angka kemiskinan di Kepulauan Seribu, parahnya tingkat

kemiskinan, nilai IPM yang masih jauh tertinggal dari Jakarta dan pendapatan

rata-rata masyarakat yang masih rendah.

Degradasi sumber daya pesisir dan laut pada satu sisi, keterbatasan lahan

pada sisi lain serta padatanya penduduk, mendorong tingkat kebutuhan akan

pangan dan sandang yang tinggi. Kebutuhan akan pangan didapat dengan

mendatangkan dari Jakarta dan Kepulauan Seribu menjadi masyarakat yang net-

importir terhadap barang pokok. Bahkan ironisnya untuk kebutuhan akan ikan-

ikan ekonomi penting, masyarakat Kepulauan Seribu juga harus datang ke Jakarta.

Pasokan ikan dari perairan Kepulauan Seribu mayoritas dimanfaatkan setidaknya

oleh masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Sedangkan masyarakat Kepulauan Seribu

sendiri hanya untuk kebutuhan pangan yang tidak lebih dari separuhnya.

Isu dan permasalahan yang muncul

• Jumlah sumber penghasilan meningkat

Mayoritas responden yang diwawancarai dalam survey mengatakan bahwa

mereka memiliki lebih banyak peluang penghasilan baru dibandingkan 5 tahun

yang lalu. Beberapa pekerjaan baru tercipta seiring dengan pembentukan

Kepulauan Seribu sebagai Kabupaten baru di wilayah DKI Jakarta. Meskipun

sebagian masyarakat juga mengeluhkan bahwa kondisi ekonomi mereka lebih

buruk ketika Kepulauan Seribu menjadi Kabupaten dan tidak jarang penduduk

yang menginginkan kembali kepada kondisi semula yaitu hanya setingkat

kelurahan.

• Lingkungan bisnis meningkat

Seiring dengan terbentuknya Kepulauan Seribu sebagai Kabupaten baru,

pemerintah daerah bergiat untuk mempromosikan Pulau Seribu termasuk

menjadikan Pulau Seribu sebagai kawasan pariwisata bahari. Hal ini mendorong

kemunculan investor di bidang pariwisata. Masuknya jumlah wisatawan yang

Page 34: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

240

memanfaatkan keindahan laut, meningkatnya sarana prasarana umum,

perkantoran dan semakin tingginya kebutuhan akan sektor jasa menjadikan

peluang baru bagi masyarakat Kepulauan Seribu dan Kelurahan P. Panggang

khususnya.

• Pengenalan terhadap pasar meningkat

Dengan semakin banyak alternatif usaha dan bisnis, masuknya investasi

dan tingginya lalu lintas perdagangan, menyebabkan masyarakat lebih intensif

mengenal pasar. Keterlibatan yang besar di pasar telah meningkatkan

ketergantungan mereka terhadap pasar dan mengurangi tingkat swasembada

terhadap hasil perikanan

• Terbatasnya akses pembiayaan

Kedekatan wilayah dengan DKI Jakarta yang dipenuhi oleh berbagai

sarana perbankan dan lembaga keuangan memberikan berbagai skim permodalan

bagi ekonomi mikro. Sektor perikanan yang selama ini jarang mendapatkan akses

perbankan, mulai dilirik oleh perbankan. Ditambah dengan adanya kebijakan

pemerintah melalui program PEMP, dapat memenuhi kebutuhan permodalan

usaha masyarakat. Namun demikian, program PEMP ini belum terasa sampai di

Kelurahan P. Panggang.

Bagi nelayan faktor modal dan pembiayaan usaha merupakan salah satu

kendala pokok bagi keberlanjutan usaha. Keterbatasan terhadap akses

pembiayaan mendorong berlakunya pola hubungan yang tidak seimbang dan

ekplitatif yang sudah tertanam lama di lingkungan masyarakat pesisir yaitu

dengan para tengkulak. Tengkulak memberikan permodalan usaha dan biaya

operasional lain. Tengkulak ini dapat berupa para bakul ikan maupun nelayan

skala besar. Pola hubungan yang biasa terjadi adalah antara buruh nelayan dan

juragan (nelayan pemilik/besar) atau antara nelayan kecil dan bakul ikan.

• Ketergantungan terhadap pasar dan perdagangan bebas

Ketergantungan yang tinggi terhadap pasar terlihat pada kegiatan

perdagangan ikan karang, ikan hias dan perdagangan karang hidup. Ketiga

perdagangan ikan dan karang ini bukan hanya untuk mensuplai daerah Jakarta saja

tetapi juga memenuhi kebutuhan pasar nasional dan bahkan ekspor

Page 35: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

241

(internasional). Perdagangan ikan karang ekonomi berkualitas ekspor seperti

kerapu, kakap, baronang dan ikan karang lainnya. Tujuan ekspor antara lain

negara-negara Eropa, Amerika dan Jepang. Sedangkan untuk ikan hias banyak

diekspor ke Amerika, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya.

Perdagangan lain yang paling membahayakan bagi kelestarian ekosistem

sumber daya pesisir adalah karang hidup. Degradasi ekosistem terumbu karang

mendorong munculnya aktivitas budidaya terumbu karang melalui transplantasi

karang. Namun faktanya kegiatan ini justru sebagian kegiatan disponsori oleh

para pengusaha yang memanfaatkan nelayan sebagai klien nya. Karang yang

mulai hidup sebagian di tebar kembali ke lingkungan laut, namun tidak sedikit

yang diambil untuk dijual kembali, khususnya yang sudah berukuran F2. Namun

nelayan hanya sebagai pemelihara dan pembudidaya, sehingga keuntungan yang

diterimapun tidak terlalu besar. Keuntungan terbesar justru dinikmati oleh

pengusaha yang memberikan modal usaha dan menguasai pasar perdagangan

karang hidup. Transaksi ini bukan hanya mendorong ketergantungan terhadap

pasar, tetapi juga memperlambat kelestarian ekosistem terumbu karang.

Dalam aras makro, penyebab rendahnya lingkungan ekonomi adalah

karena keterbatasan akses terhadap SDPL, kekurangan gizi sebagai akibat

rendahnya pendapatan, privatisasi lahan akibat previlage pemerintah pada

kekuatan modal dan pola investasi kapitalistik.

Privatisasi lahan dan investasi kapitalistik muncul dalam kegiatan

pariwisata bahari maupun pengelolaan kawasan PPK untuk kegiatan industri dan

lainnya. Privatisasi lahan membatasi ruang akses masyarakat pesisir dan nelayan

tradisional khususnya dalam memanfaatkan SDPL. Keterbatasan akses bukan

hanya menimbulkan perlawanan dari masyarakat yang dapat dilakukan melalui

aktivitas destruktif karena keterdesakannya, namun sekaligus mengurangi tingkat

produktifitas perikanan. Penurunan produktifitas akan berujung pada

berkurangnya pendapatan nelayan tradisional dan pada gilirannya dapat

mengakibatkan menurunnya gizi karena upaya untuk membeli tidak bisa

terjangkau dengan baik.

Page 36: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

242

3) Rendahnya lingkungan sosial

Alasan rendahnya lingkungan sosial

Rendahnya lingkungan sosial ditandai oleh adanya potensi konflik sosial

yang dipicu oleh nelayan dari luar Kepulauan Seribu yang menangkap di wilayah

perairan Kepulauan Seribu dengan menggunakan alat tangkap terlarang berupa

arat yang merupakan modifikasi dari trawl. Beroperasi alat tangkap tersebut

mengakibatkan hasil tangkapan nelayan P. Panggang dan P. Pramuka serta

Kepulauan Seribu umumnya mengalami penurunan khususnya bagi nelayan

tradisional. Akses terhadap teknologi merupakan salah satu alasan yang dapat

membenarkan fakta tersebut.

Kerusakan sumber daya pesisir adalah indikasi yang lain dari penurunan

produktifitas nelayan yang salah satunya disebabkan karena ketidaktahuan

masyarakat akan fungsi ekosistem. Rendahnya SDM diduga karena keterbatasan

akses pendidikan yang ditandai oleh minimnya sarana pendidikan di Kelurahan P.

Panggang. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk Kelurahan P.

Panggang rata-rata hanya sampai SD dan bahkan masih banyak yang tidak

sekolah. Meskipun belakangan kesadaran untuk menyekolahkan anak cukup

tinggi. Rendahnya SDM manusia mempengaruhi juga perilaku masyarakat yang

cenderung apatis, malas, boros dan kurang kreatif. Inisiatif masyarakat juga

rendah dalam pelaksanaan pembangunan. Keterbatasan SDM tersebut

mengakibatkan rendahnya akses terhadap pengambilan keputusan di Desa.

Isu dan permasalahan yang muncul

• Rendahnya sumber daya manusia

Pembangunan yang tidak sesuai dianggap oleh masyarakat sebagai

penyebab terjadinya ketidaksesuaian kapasitas manusia terutama dalam

pembangunan sarana pendidikan. Pemerintah juga kurang menyediakan fasilitas

pendidikan yang memadai dan sarana transportasi untuk memperlancar arus

belajar mengajar di Kepulauan Seribu. Terjadinya kerusakan sumber daya pesisir

juga disebabkan karena kurang pahamnya masyarakat terhadap fungsi ekosistem

serta menimbulkan perilaku negatif karena karakter berpikirnya belum terbangun

dengan baik.

Page 37: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

243

Ketidaktahuan masyarakat akan fungsi ekosistem telah menimbulkan

dampak negatif berupa aktivitas pengrusakan dalam operasi penangkapan

khususnya dalam penangkapan ikan karang. Parahnya pemerintah juga tidak

memberikan penyadaran yang intensif, penyuluhan dan pelatihan bagi masyarakat

sehingga kesadarannya terbangun dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut

(SDPL).

• Pola hubungan ekploitatif di lingkungan nelayan

Hubungan dengan tengkulak merupakan pola lama yang sudah

membudaya di kalangan masyarakat pesisir. Hubungan yang saling

membutuhkan tersebut biasanya banyak terjadi dalam hal pembiayaan usaha,

pemasaran hasil dan pengadaan sarana. Keterbatasan akses yang dimiliki oleh

buruh atau nelayan kecil menjadikan mereka harus berhubungan dengan para

juragan dan baku dalam pola hubungan kerja yang tidak berimbang. Mekanisme

pembagian hasi dalam hubungan antara juragan dan buruh nelayan senantiasa

menempatkan buruh pada bagian terendah dan hasil yang minim. Kelemahan

dalam permodalan, sarana operasional dan pasar menjadi alat bagi juragan untuk

terus mengekploitasi buruh. Demikian juga antara nelayan kecil dengan bakul.

Bakul mempunyai akses pasar dan modal, sedangkan nelayan kecil biasanya

direpotkan oleh kedua hal tersebut. Nelayan yang mendapatkan bantuan modal

dari bakul harus menjual hasil tangkapan ke bakul tersebut yang kadang tidak

sesuai dengan harga pasaran. Lemahnya bargaining position buruh dan nelayan

kecil seperti itu yang terus menjadikan buruh nelayan dan nelayan kecil senantiasa

terjebak dalam jerat kemiskinan.

Pola hubungan tersebut di Kelurahan P. Panggang dapat selain pada kedua

kelompok di atas, juga dapat diperhatikan pada hubungan antara nelayan ikan hias

dengan pedagang ikan hias, antara pembudidaya kerapu dengan pengusaha

pemodal/bakul. Pada kegiatan pengolahan hasil perikanan, interaksi tersebut

cenderung sedikit karena memang pelaku usahanya juga tidak terlalu banyak.

• Perilaku individu masyarakat

Di P. Panggang perilaku masyarakat masih belum menunjukkan sikap

yang konstruktif. Beberapa perilaku negatif yang kerap kali muncul adalah malas,

egois, tidak saling percaya, kurang percaya diri, apatis, konsumtif, kurang

Page 38: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

244

inisiatif, kurang kompak, kurang kesadaran, pragmatis, perbedaan pandangan,

tidak mau tahu dan tidak mandiri. Hal ini menurut Baihaqie (2004) disebabkan

karena pendekatan pemerintan yang sentralistik dan top-down dalam pelaksanaan

pembangunan selama ini. Pola pembangunan yang ada tidak banyak melibatkan

masyarakat dalam pengambilan keputusan dan tidak sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Akibatnya masyarakat tidak memilik tanggung jawab yang besar

dalam memelihara sarana pembangunan yang telah dibangun. Hal ini berakibat

kepada banyaknya sarana pembangunan yang tidak fungsional. Aktivitas

pengrusakan yang dilakukan oleh masyarakat sebagai dampak dari perilaku

negatif ini juga diawali dari apatisme masyarakat terhadap pelaksana pemerintah

dan aparat hukum yang kurang tegas dan keteladanan dalam pengelolaan SDPL.

• Konflik sosial masyarakat

Konflik sosial biasanya terjadi baik dengan sesama warga maupun dengan

warga lain. Namun menurut hasil survey, tingkat konflik dengan sesama warga

sangat kecil terjadi di P. Panggang dan P. Pramuka. Potensi konflik sesama warga

ini kadang-kadang bisa terjadi dengan dipicu oleh pendekatan pemerintah dalam

menjalankan program pembangunan yang kurang tepat. Pemerintah seringkali

hanya melibatkan tokoh masyarakat dan kelompok warga tertentu dalam

pelaksanaan proyek pembangunan. Hal itu kadang mendorong munculnya sikap

iri hati pada kelompok lainnya. Potensi gesekan konfliknya untungnya tidak

sampai menjadi manifest konflik, namun jika dibiarkan terus pola pembangunan

berjalan seperti itu, bukan tidak mungkin akan menjadi konflik sosial sesama

warga.

Konflik yang potensial muncul justru terjadi dengan warga daerah lain

yang melakukan aktivitas penangkapan di Kepulauan Seribu dengan

menggunakan alat tangkap terlarang. Meskipun juga belum pernah menjalar

menjadi konflik fisik, jika aparat tidak mengambil tindakan tegas dan pemerintah

tidak melakukan pengawasan dengan baik, bukan tidak mungkin akan menjalar

menjadi manifest konflik. Konflik yang disebabkan karena modernisasi perikanan

ini terkait dengan terbatasnya akses terhadap pemanfaatan sumber daya oleh

nelayan tradisional dan nelayan kecil lain karena akses teknologi yang lebih

Page 39: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

245

rendah dibandingkan dengan nelayan besar/nelayan pengguna alat tangkap

terlarang tersebut (arad).

• Gotong royong untuk kepentingan umum mulai menurun

Meskipun dalam hasil survey menunjukkan bahwa tingkat tolong

menolong dan saling percaya masih tinggi di P. Panggang dan Pramuka, tetapi

masyarakat merasa sulit menggalang tindakan bersama tanpa imbal-imbal

materi/upah. Kondisi ini bisa jadi dipicu oleh semakin tinggi tingkat kebutuhan

masyarakat dan pola hidup konsumtif yang dipengaruhi oleh kondisi di ibu kota

Jakarta.

Dalam aras makro, rendahnya lingkungan sosial disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain menguatnya budaya negatif dan gaya hidup konsumtif-

individualis, policy bias dan perdagangan bebas. Perilaku negatif masyarakat

dapat disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dan

longgarnya tatanan sosial dalam masyarakat. Rendahnya SDM dalam doktrin

teori liberal merupakan penyebab kemiskinan. Namun dalam kasus P. Panggang

dan P. Pramuka, mereka menganggap bahwa perilaku negatif yang berujung pada

pengrusakan SDPL disebabkan karena kurangnya pelayanan pemerintah,

keterdesakan akibat beroperasinya kapal-kapal modern, lemahnya penegakan

hukum dan tiadanya keteladanan pemerintah dalam pemeliharaan SDPL.

4) Rendahnya Lingkungan Politik

Alasan rendahnya lingkungan politik

Rendahnya lingkungan politik bisa jadi disebabkan oleh beberapa hal

konflik sosial dengan pendatang dalam pemanfaatan sumber daya ikan dan

keterlibatan para pemimpin mereka dalam proyek-proyek pemerintah. Konflik

dengan pendatang berasal dari beroperasinya nelayan luar Kepulauan Seribu yang

melakukan aktivitas penangkapan dengan alat tangkap terlarang (trawl) yang

jelas-jelas dilarang dan merusak lingkungan. Sifat alat tangkap yang menggerus

seluruh ikan di dasar dan permukaan menyebabkan menurunnya hasil tangkapan

nelayan-nelayan kecil/tradisional. Disamping itu keterlibatan para

pemimpin/aparat desa dalam tender-tender pemerintah yang menyebabkan adanya

kecurigaan masyarakat karena ketidak beresan dalam pelaksanaan

Page 40: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

246

pembangunan/program. Kurangnya transparansi di kalangan masyarakat dan

semakin terbukanya akses informasi menjadikan masyarakat lebih peka dan kritis

dalam menghadapai para pemimpin/aparat desa yang melanggar.

Isu dan permasalahan yang muncul

• Konflik pemanfaatan sumber daya alam

Konflik biasanya terjadi terkait dengan sumber daya yang sebelumnya

bebas diakses sebagai milik bersama tetapi sekarang menjadi komoditas (seperti

ekosistem terumbu karang). Lingkungan sosial dan lingkungan alam berkorelasi

positif. Semakin terdegradasi lingkungan alam, tingkat kohesi sosial semakin

rendah dan potensi konflik cukup besar. Hal ini cukup wajar, mengingat banyak

konflik yang dipicu sumber daya alam terjadi di kawasan dengan lingkungan alam

yang kritis.

Konflik perebutan sumber daya PL di Kepulauan Seribu dipicu juga

karena keterbatasan akses pemanfaatan yang disebabkan karena penggunaan

teknologi penangkapan yang tidak berimbang. Itulah yang terjadi umpamanya

antara nelayan tradisional dengan nelayan yang memiliki teknologi tangkap yang

lebih modern seperti kapal arad, mouroami dan jaring payang. Meskipun faktanya

gesekan yang berpotensi konflik itu lebih banyak disebabkan oleh beroperasinya

armada tangakap arad dengan nelayan tradisional. Masyarakat mengaku setalah

armada tangkap tersebut banyak beroperasi, jumlah hasil tangkapan ikan nelayan

P. Panggang dan P. Pramuka makin berkurang. Anehnya meskipun dimasukkan

dalam kategori alat tangkap terlarang, aparat hukum yang mengetahui hal tersebut

tetap tidak bisa berbuat apa-apa dan bahkan ada kesan pembiaran. Tidak jelasnya

definisi trawl dan tegasnya aparat hukum menjadi alasan bagi nelayan-nelayan

arat untuk tetap beroperasi di wilayah Kepulauan Seribu.

• Hubungan dengan pemerintah daerah meningkat

Sejalan dengan perubahan status Kepulauan Seribu sebagai Kabupaten,

mendekatkan masyarakat kepada pelayanan pemerintah. Secara umum menurut

masyarakat, komitmen, kebijakan dan pelayanan informasi dari pemerintah daerah

cukup baik. Akses terhadap pemerintah juga lebih baik mengingat P. Pramuka

merupakan pusat ibu kota Kabupaten Kepulauan Seribu. Sehingga semua aktivitas

Page 41: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

247

pemerintahan Kepulauan Seribu lebih banyak berada di P. Pramuka. Hal ini

sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat P. Pramuka dan P. Panggang

yang mempunyai jarak terdekat dari P. Pramuka, disamping makin meningkatnya

akses terhadap layanan pemerintah.

• Tingkat pengetahuan dan kekritisan masyarakat meningkat

Perubahan status menjadi Kabupaten dengan pusat ibu kota di P. Pramuka,

menjadikan wilayah ini sebagai pusat informasi Kepulauan Seribu. Hal ini

mendorong masyarakat di P. Pramuka khususnya dan Kelurahan P. Panggang

umumnya lebih terbuka terhadap masuknya perubahan dan lebih mudah dalam

mengakses berbagai informasi lebih dari satu sumber. Meskipun masih dirasa

masih minim sumber informasi seperti ketersediaan koran lokal, akses internet

dan telpon rumah, namun masyarakat kelurahan P. Panggang terlihat lebih kritis

dan lebih tinggi kualitas SDM nya di bandingkan dengan masyartakat pulau-pulau

lain di Kepulauan Seribu.

• Akses terhadap sumber daya terbatas

Terbatasnya akses terhadap pemanfaatan sumber daya PL bisa disebabkan

oleh banyak faktor seperti teknologi, modal, pasar dan informasi. Realitas ini

terjadi di P. Panggang dan P. Pramuka dalam bentuk menurunnya produktifitas

nelayan kecil/tradisional karena beroperasinya kapal-kapal dengan teknologi

penangkapan yang lebih maju. Nelayan pengguna jaring payang, muoroami dan

purse seine dengan kecanggihan teknologinya bisa mendapatkan hasil tangkapan

yang lebih besar. Selain itu perahu yang digunakan antara kapal motor dengan

perahu motor tempel, juga berpengaruh terhadap akses pemanfaatan sumber daya

PL.

Keterbatasan akses terhadap SDPL juga bisa dipicu karena ketiadaan

modal dan pasar. Minimnya modal bagi nelayan kecil, tidak mempunyai akses

terhadap pembeli, dan informasi harga ikan yang dimainkan oleh kelompok bakul,

menjadikan ketergantungan yang terus menerus dalam hubungan yang ekploitatif

antara nelayan kecil dengan baku atau antara buruh nelayan dengan juragan.

Page 42: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

248

• Kebijakan pemerintah yang bias (policy bias)

Pemerintah tidak/kurang melayani

Masyarakat P. Panggang merasakan bahwa meskipun telah terjadi

perubahan status Kepulauan Seribu menjadi Kabupaten Administratif, perilaku

pemerintah sebagai abdi masyarakat belum terlihat. Masyarakat melihat

pemerintah kurang memberikan penyuluhan, pemerintah sepertinya tidak mau

tahu kebutuhan masyarakat, pemerintah kurang membantu pembiayaan usaha,

terlihat kurang koordinasi, kurang komunikasi, tidak transparan dalam

pelaksanaan pembangunan dan kurang perhatian. Baihaqie (2004) menyatakan

bahwa hal itu terjadi karena ketertutupan pemerintah terhadap masyarakat dan

tidak adanya keteladanan pemerintah di mata masyarakat. Disamping itu

ekslusifitas pemerintah dan profesinya sebagai PNS menjadikan mereka berjarak

dengan masyarakat dan merasa profesi lebih baik dari masyarakat umumnya.

Pembangunan tidak sesuai

Masyarakat P. Panggang melihat pembangunan sarana dan prasarana yang

selama ini ada tidak bisa dioperasionalkan dengan baik. Sarana yang dibangun

menjadi terbengkalai dan tidak berfungsi untuk pelayanan sebagaimana mestinya.

Pendekatan pembangunan yang selama ini berjalan menurut masyarakat masih

berisfat fisik dan inisiatif dari pemerintah, masyarakat jarang/tidak pernah

dilibatkan. Sehingga seringkali terjadi pembangunan sarana yang sebetulnya

tidak dibutuhkan oleh masyarakat, sedangkan sarana yang dibutuhkan justru tidak

terbangun. Masyarakat menilai banyak terjadi pemborosan biaya pembangunan

karena pelaksanaannya yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tidak

memperhatikan kondisi ekosistem. Baihaqie (2004) menemukan pembangunan

sarana yang menggunakan terumbu karang sebagai pondasi dan konversi lahan

terbuka menjadi lahan bangunan, banyak sarana rusak dan tidak terawat karena

tidak memperhatikan perilaku masyarakat setempat.

Kepadatan jumlah penduduk

Kepadatan penduduk menyebabkan tingkat kenyamanan dan kualitas

hidup berkurang. Luas P. Panggang yang hanya ± 9 Ha dengan jumlah penduduk

saat ini mencapai 5481 jiwa, menjadikan kondisi bangunan rumah berdesak-

desakan, sempit dan rapat. Keterbatasan lahan pada satu sisi dan jumlah

Page 43: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

249

penduduk yang tinggi pada sisi lain, menjadikan daya tampung P. Panggang

sudah tidak layak lagi untuk dijadikan sebagai tempat tinggal. Harusnya

pemerintah peka terhadap masalah ini dengan mengoptimalkan padatnya

penduduk dengan program-program pemberdayaan masyarakat, pelibatan

masyarakat dalam pembangunan sarana (padat karya), fasilitasi pengembangan

usaha, pelatihan bagi generasi mudanya dan mengupayakan relokasi penduduk ke

pulau lain yang sejenis. Namun pemerintah terlihat kurang berupaya maksimal

dalam menyikapi permasalahan kepadatan penduduk di P. Panggang.

Penegakan hukum yang lemah

Lemahnya penegakan hukum menurut masyarakat karena ketidaktegasan

aparat dalam menindak setiap pelanggaran. Bahkan menurut Baihaqie (2004) ada

upaya menutupi karena banyak terjadi pelanggaran hukum oleh berbagai pihak

terutama dalam pemanfaatan ekosistem pesisir seperti pemanfaatan terumbu

karang sebagai bahan bangunan, penggunaan alat tangkap terlarang dalam

menangkap dan penuh dengan aroma korupsi pada setiap pelanggar yang ditindak.

Akhirnya tidak muncul rasa takut apalagi bertanggungjawab terhadap kelestarian

ekosistem bagi masyarakat karena mereka menganggap setiap pelanggaran pasti

akan selesai dengan cara ”damai” asal dengan persediaan materi (uang) yang

cukup. Bahkan masyarakat melihat bahwa setiap pelanggaran yang dilakukan

oleh pihak-pihak tertentu dilindungi oleh aparat keamanan. Kondisi seperti inilah

menyebabkan terjadinya apatisme di lingkungan masyarakat dan akhirnya

masyarakatpun ikut serta dalam melakukan kerusakan terhadap sumber daya

pesisir dan laut.

Modernisasi perikanan

Modernisasi perikanan tercermin dalam bentuk kemajuan teknologi alat

tangkap dan armada tangkap yang dimiliki oleh nelayan. Merebaknya operasi

armada arat adalah salah satu contoh nyata modernisasi perikanan yang

berdampak kepada semakin turunnya hasil tangkapan ikan nelayan-nelayan kecil.

Begitupun antara nelayan-nelayan armada besar seperti muoroami, payang, purse

seine, lampara dasar dengan nelayan pancing, bubu dan pengguna armada motor

tempel, telah mengakibatkan kesenjangan dalam produktifitas perikanan.

Modernisasi perikanan yang tidak diikuti oleh kebijakan pengelolaan perikanan

Page 44: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

250

yang tegas seperti zonasi penangkapan, pemberlakuan kuota hasil tangkap dan

perlindungan akses bagi nelayan kecil, berpotensi menimbulkan konflik sosial

dalam pemanfaatan sumber daya.

Kebijakan bias perkotaan

Kebijakan yang bias perkotaan tercermin dari pengadaan sarana prasarana

yang sangat terbatas di P. Panggang dan P. Pramuka. Keterbatasan tersebut masih

terlihat dari minimnya fasilitas pendidikan, kesehatan, pembiayaan usaha, sarana

transportasi antar pulau dan mobilitas barang dan jasa. Fakta tersebut terlihat dari

ketimpangan dari sisi SDM antara Kota-kota di DKI Jakarta dengan Kepulauan

Seribu, angka melek huruf, angka harapan hidup dan pendapatan rata-rata.

Terbukti dari parahnya tingkat kemiskinan di kepulauan Seribu dan tingginya

proporsi responden miskin di Kepulauan Seribu. Kondisi geografis yang terpencil

dan berupa pulau-pulau diduga sebagai penyebab terhambatnya akses

pembangunan ke Kepulauan Seribu.

Pola investasi wisata bahari yang ekslusif

Pemerintah DKI Jakarta telah menjadikan Kabupaten Kepulauan Seribu

sebagai Kabupaten wisata yang mengandalkan keindahan laut sebagai modal

investasi. Banyaknya pulau-pulau kecil sebagai tempat wisata dan pulau-pulau

yang dimiliki oleh perorangan maupun swasta, mendorong pola kepemilikan

terhadap pulau berubah dari state property menjadi private property. Apalagi

setelah UU No. 27 tahun 2008 diundangkan maka kepemilikan terhadap pulau

beserta sumber daya yang berada di dalamnya akan semakin dijamin. Masyarakat

Kelurahan P. Panggang tidak banyak bisa mendapatkan manfaat dari adanya

pariwisata tersebut karena upaya melibatkan warga dalam pengelolaan tempat

wisata tersebut sangat minim. Hasil investasi kegiatan wisata maupun penyewaan

bagi pulau-pulau tersebut tidak ada sama sekali yang mengalir untuk masyarakat

Kepulauan Seribu. Sebaliknya mobilitas jasa dan keuntungan investasi tersebut

banyak lari ke Jakarta dan elit birokrasi yang berkolaborasi dengan para

pengusaha.

Dalam aras makro, rendahnya lingkungan politik karena disebabkan pola

pembangunan masih bersifat top-down, bias perkotaan dan konsentrasi modal di

perkotaan. Pola pembangunan top-down belum mengakomodasi sepenuhnya

Page 45: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

251

kebutuhan masyarakat dan pemerintah senantiasa bertindak sebagai inisiatif.

Banyak sarana umum yang dibangun namun pada akhirnya tidak terawat dan

mudah rusak karena sarana yang ada tidak sesuai kebutuhan masyarakat.

Akibatnya tidak ada pertanggungjawaban dari masyarakat dan apatisme muncul

berbarengan dengan kerusakan sarana tersebut.

Bias perkotaan terlihat jelas dalam tingkat pendidikan dan ketersediaan

fasilitas pendidikan maupun kesehatan antara Jakarta dan Kepulauan Seribu atau

antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Akumulasi kemakmuran terlihat di kota

dan akumulasi kemiskinan dengan jelas nampak di pedesaan. Demikian yang

terlihat antara Jakarta dan Kepulauan Seribu. Kebijakan bias perkotaan tersebut

berdampak posisif bagi pertumbuhan ekonomi wilayah karena padatnya aktivitas

produksi di perkotaan. Hal itu menyebabkan terjadinya konsentrasi modal di

Jakarta dan menarik daerah-daerah di sekelilingnya termasuk Kepulauan Seribu

untuk memenuhi kebutuhan pasar dan masyarakat Jakarta. Indutrialisasi dan gaya

hidup masyarakat Jakarta mendorong munculnya pemanfaatan SDA yang

ekploitatif dan destruktif. Sistem produksi ekploitatif melahirkan konflik sosial

antar masyarakat pesisir dalam memanfaatkan SDA.

5) Rendahnya prasarana dan sarana

Alasan rendahnya prasarana, sarana dan pelayanan

Keterbatasan sarana terlihat dari minimnya gedung sekolah khususnya

pada tingkat SLTP dan SMU. Disamping itu adanya sarana kesehatan juga tidak

dibarengi dengan kelengkapan fasilitas dan peralatan kesehatan. Kondisi

Kepulauan Seribu berupa pulau menuntut adanya sarana transportasi antar pulau.

Minimnya sarana transportasi mengakibatkan jarak tempuh yang cukup jauh

sekitar 60 km antar pulau dan dari P. Panggang/P. Pramuka ke pusat ibu Kota

menjadi semakin sulit dijangkau.

Isu dan permasalahan yang berkembang

• Keterbatasan sarana transportasi laut antar pulau

Kondisi geografis Pulau Seribu yang berupa pulau-pulau kecil

membutuhkan sarana transportasi bagi setiap warganya untuk saling berhubungan

Page 46: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

252

dengan penduduk lain di pulau yang lain. Namun, keterbatasan sarana

transportasi antar pulau menjadikan hal itu tidak dapat dinikmati masyarakat.

Akibatnya kepentingan masyarakat sering terhambat, usaha tidak lancar,

pendidikan tidak berjalan efektif karena lokasi sarana pendidikan yang jauh dan

akses terbatas, dan seringkali menyebabkan kematian bagi penduduk yang sakit

parah dan tidak bisa berobat karena keterbatasan sarana transportasi.

Keterbatasan sarana transportasi ini harusnya bisa diatasi oleh pemerintah dengan

penyediaan sarana, namun yang ada lagi-lagi justru sarana yang terbangun tidak

banyak dibutuhkan masyarakat. Sarana- sarana transportasi yang ada banyak

dimiliki oleh swasta dan perorangan dengan biaya sewa/ongkos yang bervariasi

tergantung tujuan.

• Pemeliharaan fasilitas umum menurun

Banyak sarana-sarana umum setalah dibangun tidak terawat dengan baik.

Contohnya WC umum yang terdapat di P. Panggang, TPI yang hanya melayani

transaksi ikan-ikan skala kecil dan sarana umum lainnya. Meskipun harus diakui

bahwa pemerintah telah membangun banyak sarana umum yang sangat

bermanfaat bagi masyarakat. Perubahan status menjadi Kabupaten telah

mendorong munculnya berbagai pembangunan sarana umum di P. Panggang dan

P. Pramuka.

• Jumlah guru dan murid meningkat, tapi tidak dibarengi dengan sarana memadai

Kenaikan jumlah guru dan murid makin meningkat, tercatat jumlah murid

SD mencapai sekitar 741 orang, SMP sebanyak 336 orang, SMU sebanyak 437

orang. Jumlah guru juga lumayan banyak, SD/MI sebanyak 61 orang, SMP

sebanyak 27 orang, SMU sebanyak 22 orang. Namun, gedung SD hanya ada 3

unit dan 1 unit MI, SMP 1 unit dan SMU juga 1 unit. Kenaikan jumlah anak yang

sekolah makin tinggi setiap tahunnya.

• Pelayanan kesehatan meningkat

Pelayanan terhadap kesehatan meningkat jika dilihat dari sarana yang

tersedia. RS 1 unit yang terdapat di P. Pramuka, puskesmas hanya 1 unit,

posyandi/BKIA sebanyak 5 unit di seluruh Kelurahan P. Panggang, merupakan

Page 47: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

253

bentuk peningkatan program pelayanan kesehatan oleh pemerintah. Meskipun

sayangnya fasilitas peralatan dan jaminan kesehatan masih sangat terbatas.

Pelayanan kesehatan ini juga tercermin pada angka pengikut program KB makin

besar.

• Akses listrik terbatas

Menurut hasil Podes 2006 dan survei 2008, hampir semua keluarga di P.

Panggang dan P. Pramuka menggunakan listrik tapi tidak bersumber dari PLN

(Non-PLN). Pemakaian listrik dilakukan dengan sistem pergiliran dan tidak bisa

menyala sepanjang waktu. Jarak yang jauh dan dipisahkan dengan laut menjadi

penyebab belum terpasangnya jaringan listrik dari PLN. Akses listrik yang

terbatas mengakibatkan aktivitas masyarakat yang menggunakan listrik hanya

dapat dilaksanakan di malam hari.

• Pelaksanaan proyek sering terganggu karena korupsi

Masyarakat melihat adanya indikasi korupsi dan pemborosan anggaran

negara dalam proyek-proyek pemerintah. Seperti pembangunan rumah sakit yang

terdapat di P. Pramuka, meskipun bangunan fisik sudah terbangun tetap kurang

berfungsi optimal bagi pelayanan kesehatan karena tidak tersedianya peralatan

yang memadai. Masyarakat melihat terdapat kesalahan dalam pembangunan

sarana umum yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau dilaksanakan

tapi tidak optimal. Pemborosan biaya juga terlihat pada sarana-sarana umum lain

seperti WC umum yang terbangun tapi kurang terawat dan tidak terpakai lagi.

Masyarakat menduga biaya yang seharusnya digunakan untuk pembangunan tidak

terealisasi secara maksimal sehingga kualitas bangunan rendah dan mudah rusak.

• Akses terhadap informasi meningkat

Salah satu kemajuan yang dicapai pemerintah adalah fasilitasi akses

informasi. Menurut hasil survei hampir 97% masyarakat di P. Panggang dan P.

Pramuka, mempunya televisi dan bisa mengakses informasi. Bahkan terdapat

sekiatr 16% responden yang dapat mengakses lebih dari satu sumber informasi.

Disamping penggunaan HP yang masif di kalangan masyarakat menjadi jalan

keluar bagi terbukanya akses informasi dari pulau seribu ke luar. Namun

demikian, hal itu mendorong pola konsumtif dan perubahan kebudayaan. Perilaku

Page 48: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

254

individualis, konsumtif, materialis mulai menyerang masyarakat Kelurahan P.

Panggang karena dorongan untuk tampil trendy sesuai mode menjadi ukuran

pergaulan.

Kurangnya pelayanan dan keterbatasan sarana tersebut disebabkan karena

tata kelola pemerintahan yang jelak, perilaku korup birokrasi dalam pelaksanaan

proyek-proyek pembangunan serta faktor geografis dan lingkungan PPK yang

terpencil dan berjauhan satu sama lain.

Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir Kelurahan P.

Panggang tidak semata disebabkan karena kerusakan sumber daya pesisir dan laut

meskipun hal itu mendempati proporsi masalah terbesar. Namun, kebijakan

pemerintah yang kurang tepat dan faktor eksternal seperti perdagangan bebas,

pola investasi kapitalistik, pemberian hak istiewa yang melahirkan privatisasi

lahan PPK, merupakan penyebab-penyebab lain rendahnya kesejahteraan

masyarakat pesisir. Masalah utamanya menurut pengakuan masyarakat pesisir

adalah karena kurangnya pelayanan pemerintah atau bisa disebut karena

banyaknya kebijakan dalam pengelolaan SDPL dan penanggulangan kemiskinan,

kurang tepat dijalankan. Hal itu mendorong masyarakat berperilaku negatif

dengan merusak ekosistem pesisir dan laut yang berujung pada penurunan daya

dukung ekologis dan lingkungan PPK. Penurunan daya dukung lingkungan dan

ekologis PPK menyebabkan turunnya produktifitas nelayan yang pada gilirannya

menurunkan kesejahteraan. Gambar 14 di bawah ini menjelaskan kausalitas

penurunan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kelurahan P. Panggang. Potret

permasalahan dilihat dari aras mikro (permasalahan pokok), permasalahan

pendukung dan aras makro yang merupakan permasalahan yang lebih berisifat

eksternal.

Page 49: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

Gambar 14 Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Tingkat Kesejahteraan

255

TINGKAT KESEJAHTERAAN

RENDAH

Rendahnya lingkungan

alam

Rendahnya lingkungan

ekonomi

Rendahnya lingkungan

sosial

Rendahnya lingkungan

politik

Kurangnya sarana dan pelayanan

Degradasi SDPL

(TK, dll)

Kualitas pesisir laut & SDPL

menurun

Akses terhadap sumber daya

terbatas

Konflik pemanfaatan SDPL akibat modernisasi perikanan

Fragmentasi politik

Policy bias

Ketergantungan thd pasar

Konsentrasi modal di perkotaan

Ketergantungan thd pasar tinggi

Kurangnya diversifikasi

usaha

Hilangnya sebagian

pendapatan krn korupsi

SDM rendah krn fasilitas

pendidikan tdk memadai

Pola hubungan (patron-klien) yg eksploitatif

Interaksi sosial antar warga

menurun

Konflik pemanfaatan

SDPL

Sarana transportasi antar pulau

terbatas

Fasilitas & tng pengjar

pendidikan terbatas

Tata kelola pemerintahan

yg jelek

Minimnya perawatan

sarana umum

Fasilitas kesehatan & tng medis terbatas

Kompradorisasi

Keterbatasan akses

Pembangunan bias perkotaan Kekurangan

gizi

Pola pembangunan

top-down

Perdagangan bebas

Prilaku negatif individu

Pola investasi kapitalistik

Strategi pengelolaan

SDPL tidak tepat

Privatisasi lahan

Mode produksi kapitalistik

Terbatasnya akses

pembiayaan

KAPITALISME NEGARA

BERKEMBANG

Eksploitasi SPL

berlebihan

Kerentanan usaha nelayan

Akses thd pemanfaatan

SDPL terbatas

Rendahnya produktifitas masyarakat

Keterpencilan & faktor

geografis lain Menguatnya

budaya negative & pola hidup individualis

Policy bias

Perundang-undangan yg

bias

Gagalnya program

kemiskinan

Prilaku korup birokrasi & pemborosan

biaya

Page 50: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

256

Gambar 14 menjelaskan hirarki permasalahan dari tingkatan terendah

sampai yang tertinggi. Permasalahan terendah merupakan permasalahan pokok

yang lebih bersifat teknis dan internal. Permasalahan pokok ini dijelaskan dengan

melihat rendahnya lingkungan kontekstual yang dapat menjadi jalan keluar dari

kemiskinan. Perbaikan lingkungan kontekstual setidaknya menjadi pintu masuk

bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat pesisir dan nelayan tradisional

khususnya. Perbaikan lingkungan alam menjadi prioritas mengingat

ketergantungan penduduk Kelurahan P. Panggang yang sangat tinggi terhadap

kelestarian SDPL. Perbaikan lingkungan alam dapat dilakukan dengan

memperbaiki kebijakan pengelolaan SDPL dan pengentasan kemiskinan.

Kemiskinan juga dapat dipotong apabila ketidakadilan akibat kekuasaan dan hak-

hak istimewa juga dihapuskan atau setidaknya akses terhadap SDPL dapat

terdistribusi secara adil. Upaya monopolisasi harus dikurangi, elit birokrasi

bekerja sesuai tugas dan peranannya, perundang-undangan dievaluasi kembali dan

masyarakat diberi ruang dan hak dalam kepemilikan lahan PPK. Dengan

perluasan akses bagi masyarakat dalam memanfaatkan SDPL, maka kemiskinan

yang menjerat nelayan tradisional mempunyai harapan untuk dientaskan.

7.2 Katerkaitan Daya Dukung dan Kesejahteraan

Daya dukung suatu wilayah sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan

masyarakat dimana terdapat ketergantungan tinggi masyarakat tersebut terhadap

sumber daya ekosistem yang berada di lingkungannya. Garret Hardin (1991)

mengatakan bahwa daya dukung lingkungan penting diketahui karena berkaitan

dengan kualitas hidup manusia. Hardin menambahkan bahwa carrying capacity

merupakan dasar bagi perhitungan populasi penduduk. Mc Call (1995)

menambahkan bahwa daya dukung merupakan alat untuk analisis penggunaan

tanah dan data populasi yang sistematis.

Bagi sebagian kelompok pendukung konservasi (deep ecology) daya

dukung dijadikan sebagai mekanisme untuk melindungi sumber daya alam tanpa

boleh ada intervensi manusia dalam pemanfaatannya. Kelompok ini tidak jarang

menggunakan kekerasan untuk menghalau upaya-upaya yang mengganggu

kelestarian sumber daya alam. Kelompok environmentalis ini sering disebut

Page 51: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

257

sebagai kelompok totaliter. Pendekatan lingkungan hidup yang otoriter atau

ekototaliter adalah konsep bahwa skala dan mendesaknya masalah lingkungan

saat ini sudah sedemikian mendesak sehingga kepemimpinan otoriter dan

teknokratis dibutuhkan. Kelompok ini sering juga disebut sebagai ecofasisme.

Ecofasisme menganggap konservasi lingkungan sebagai jauh lebih penting

daripada kehidupan rakyat, khususnya kehidupan rakyat miskin.

Sebaliknya, sebagian kelompok memandang tetap perlu memperhatikan

kelembagaan lokal dan manusia yang berada di lingkungan sumber daya tersebut.

Lingkungan bukan harus diproteksi penuh tanpa ada aktivitas pemanfaatan.

Kelompok ini menekankan perlunya pengetahuan lama, kearifan lokal dan

warisan budaya dalam pengelolaan sumber daya. Kelompok ini sering disebut

ecopopulisme. Kelompok ini terbagi menjadi dua kekuatan besar yaitu

ecopopulisme garis keras dan garis lunak. Bagi pengusung ecopopulisme garis

lunak, pengetahuan rakyat sama pentingnya dengan pengetahuan ilmiah.

Berdasarkan hasil diskusi dengan masyarakat, tokoh masyarakat, aparat

desa melalui wawancara dan FGD, dapat digambarkan beberapa faktor yang dapat

menyebabkan rendahnya daya dukung lingkungan. Kausalitas daya dukung dan

tingkat kesejahteraan dapat dilihat pada Gambar 16. Kepadatan penduduk,

keterbatasan lahan, degradasi ekosistem sumber daya pesisir dan laut, perilaku

negatif individu, lemahnya penegakan hukum dan kebijakan yang tidak tepat/bias.

Pangkal dari semua permaasalahan di atas adalah karena kebijakan yang ada telah

mengalami disorientasi dan bias. Penurunan kesejahteraan ada yang secara

langsung disebabkan karena rendahnya daya dukung lingkungan pulau, namun

dapat juga disebabkan karena faktor lain. Strategi keluar dari kemiskinan dapat

memanfaatkan lingkungan pendukung yang melingkupinya seperti lingkungan

alam, sosial, ekonomi dan politik. Faktor lain yang mempengaruhui kesejahteraan

secara langsung adalah kurangnya sarana dan pelayanan. Rendahnya nilai

lingkungan dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup yang berakibat pada

penurunan kesejahteraan.

Rendahnya daya dukung lingkungan menimbulkan banyak faktor

kelemahan. Daya dukung lingkungan pulau menyebabkan ketersediaan lahan

terbatas, khususnya bagi pemukiman penduduk. Keterbatasan lahan tersebut

Page 52: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

258

menyebabkan pemanfaatan ruang untuk sarana umum juga terbatas. Akibatnya

kepentingan publik akan terabaikan karena tidak didukung oleh sarana yang

memadai. Ketika sarana umum terbatas, kebutuhan rakyat untuk memenuhi

hajatnya juga akan terkurangi. Hal itu dapat mengakibatkan kualitas hidup

masyarakat berkurang yang pada gilirannya mendorong peningkatan kemiskinan

bagi masyarakat.

Degradasi ekosistem sumber daya alam yang menyebabkan daya dukung

ekologi turun menyebabkan fungsi ekosistem menurun. Penurunan fungsi

ekosistem mengakibatkan rendahnya produktifitas masyarakat pesisir yang

ketergantungannya sangat tinggi terhadap sumber daya pesisir dan lautan.

Penurunan produktifitas menurunkan pendapatan dan penghasilan masyarakat

disamping kebutuhan akan pangan dan sandang akan mengalami kesulitan.

Kepadatan penduduk yang tinggi dan tidak didukung oleh lahan yang memadai

menyebabkan kenyamanan berkurang. Hal itulah yang tergambar di Pulau

Panggang khususnya dan P. Pramuka. Survey membuktikan bahwa 46%

responden di P. Panggang luas lantainya berukuran sekitar 80 m2 dan hanya 13%

yang berukuran lebih dari 100 m2. Dengan lahan hanya sekitar 0,62 km2 dan

jumlah penduduk tahun 2008 mencapai sekitar 5481 jiwa, dapat diperkirakan

bahwa kenyamanan hidup masih jauh dari harapan. Berkurangnya kenyamanan

hidup tentu berpengaruh kepada penurunan kualitas hidup yang berujung pada

turunnya kondisi kesejahteraan.

Penetrasi modal melalui pola-pola investasi dan permintaan eksport yang

tinggi memicu terjadinya ketergantungan terhadap pasar. Strategi pertumbuhan

yang diterapkan oleh birokrasi kapitalistik membuka pelebaran pasar dan akses

terhadap perdagangan bebas makin tinggi dan meluas. Masyarakat semakin

terbuka berkomunikasi dengan pasar melalui pola-pola hubungan pengusaha lokal

dan masyarakat pesisir. Permintaan pasar mendorong ekstraksi besar-besaran

terhadap sumber daya pesisir dan laut. Modernisasi perikanan dan akses

tehnologi menjadi ukuran keberhasilan dalam meraih keuntungan di laut dalam

bentuk produksi ikan. Pola ekstraksi berlebihan tersebut mengakibatkan kerusakan

ekosistem sumber daya pesisir dan laut yang pada gilirannya menurunkan kualitas

sumber daya. Globalisasi dan perdagangan bebas yang semakin intensif dapat

Page 53: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

259

mengakibatkan kerentanan baik terhadap alam, ekonomi, sosial dan politik.

Kerentanan sumber daya ini berakibat kepada kerentanan tingkat kesejahteraan

masyarakat. Kerusakan sumber daya pesisir dan laut, kemiskinan, kelaparan,

pemanasan global dan keterbelakangan, merupakan dampak dari sistem ekonomi

yang dijalankan akibat mode produksi kapitalistik.

Secara historis ekploitasi terhadap sumber daya alam ini sudah dimulai era

kolonialisme. Menurut Sukarno, era penjajahan gaya baru ini ditandai oleh moda

produksi yang mengerikan. Hal itu ditandai dengan kasus maraknya praktek

illegal fishing, jutaan tanah yang dirubah menjadi perkebunan raksasa, masifnya

hutan yang dibabat dan semakin gencarnya pembangunan gedung-gedung

pencakar langit. Di banyak negara sedang berkembang, ketidaksesuaian nilai dan

ketidak puasan atas mekanisme produksi (ala kapitalisme) tersebut telah

memperkuat keyakinan tentang struktur ketergantungan sebagai hasil

pembangunan berciri kapitalistik. Pola ekonomi yang mendorong Gunder Frank,

Cardoso dan Santos menolak model ekonomi seperti ini menekankan kepada

ekspansi kapital yang sangat sensitif melalui agensi korporasi transnasional

(TNC), terbukti telah merusak tatanan sosial budaya serta sistem ekologi yang

menyisakan kerusakan memprihatinkan.

Ekspolitasi dan penghisapan sumber daya alam termasuk SDPL dalam

mode produksi kapitalistik semata-mata dijalankan guna mendorong pertumbuhan

ekonomi negara kapitalis yang dipersentasikan oleh negara maju dan industri.

Mekanisme ekploitatif via proses pertukaran antar kawasan yang timpang,

menurut Dharmawan (2005) diperlukan bagi tumbuhnya negara-negara pusat.

Namun, ketersedian bahan mentah yang terbatas, keterbatasan akses pemanfaatan

sumber daya bagi masyarakat di daerah pedesaan dan negara berkembang hanya

menimbulkan kesengsaraan dan kemiskinan. Ketimpangan IPM antara Kota-Kota

di DKI Jakarta dengan Kepulauan Seribu merupakan bukti ketertinggalan

tersebut. Akumulasi modal yang terkonsentrasi di Jakarta sebagai pusat industri,

pusat jasa dan perdagangan mengakibatkan Kepulaun Seribu terus tertinggal

dibandingkan kota-kota lain di DKI Jakarta. Intensifnya perdagangan ikan hias,

maraknya penangkapan ikan dengan alat tangkap terlarang, pariwisata bahari,

kepemilikan pulau oleh swasta dan pribadi untuk pemenuhan kepentingan

Page 54: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

260

industri, rekreasi dan hiburan, tidak mengakibatkan bertambahnya kesejahteraan

masyarakat pesisir Pulau Seribu. Tetapi sebaliknya, hal itu mendorong

masyarakat Kepulauan Seribu termasuk P. Panggang dan P. Pramuka, berada

dalam kondisi kemiskinan. Letak geografis yang terpencil dan jauh, aksesbilitas

yang terbatas dan rendahnya tingkat penduduk, semakin memiskinkan responden-

responden Kepulauan Seribu.

Fakta itu salah satunya dapat dibuktikan dengan melihat jumlah

perdagangan ikan hias laut. Nilai perdagangan ikan hias dunia sekitar US$ 1

miliar, dengan 10-20% merupakan ikan hias air laut. Pemasok dunia saat ini

dipegang oleh sejumlah negara Asia termasuk Indonesia dan Filipina. Indonesia

sendiri memasok sekitar 60% kebutuhan ikan hias dunia. Sedangkan importir

terbesar adalah Amerika Serikat mencapai 25% dari total import dunia, diikuti

Jepang (12%) dan Jerman (9%) (Poernomo, 2005) dalam Terangi (2007).

Penangkapan ikan di Kepulauan Seribu sendiri dimulai sejak 1960-an. Total

tangkapan dari Maret-September 2005 untuk seluruh jenis ikan sebesar 47.653

ekor. Tercatat sebanyak 155 jenis ikan hias telah ditangkap dalam selang waktu

Maret-September 2005. Namun jika dilihat dari fakta ekologis, persentase

penutupan pada tahun ini di Kepulauan Seribu mencapai rata-rata antara 3.36-

71.83%, dengan nilai rata-rata persentase penutupan karang sebesar 31.36%

(kategori sedang). Disamping itu, jika melihat tingkat kesejahteraan responden di

Kepulauan Seribu pada tahun 2006 tercatat sebanyak 1043 responden dari

160.480 responden di DKI Jakarta. Dilihat dari kondisi fisik rumah dan parameter

kemiskinan lainnya, kebanyakan dari responden nelayan ikan hias masuk dalam

kategori miskin-cukup. Perdagangan ikan hias merupakan contoh nyata aliran

modal dari sumber daya Kepulauan Seribu melalui agen-agen kapitalis nasional

yang banyak berpusat di Jakarta untuk memenuhi permintaan pasar Amerika.

Nelayan ikan hias di Kepulauan Seribu harusnya bertambah sejahtera, tetapi

faktanya para pengusaha yang mengeksport ikan hias justru yang mendapatkan

banyak keuntungan.

Penetrasi kapital oleh negara maju menuju negara berkembang, dari kota

menuju desa, dari Jakarta menuju Kepulauan Seribu, bagi Larrain, 1989

merupakan bentuk kolonialisme baru terhadap sumber daya alam, dalam konteks

Page 55: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

261

interaksi antar daerah maju dan daerah berkembang. Larrain, 1989 dalam

Dharmawan (2004) menyebutkan dua faktor utama yang mendorong negara maju

perlu melakukan eksploitasi sumber daya alam via kolonialisme yaitu :

• Underconsumptionism ; disebabkan prinsip akumulasi yang dianutnya

sehingga masyarakat akan terus terpenjara oleh perasaan kekurangan.

• Search for super-profits; disebabkan oleh utopia tentang the glory of

economic and political power yang selalu diidamkan. Dua dampak

penting dalam penyedotan surplus-ekonomi dari Negara/daerah pinggiran

oleh Negara penjajah adalah rusaknya sendi-sendi struktur sosial

masyarakat terjajah dan hancurnya lingkungan (natural capital).

Tesis Larrian ini mendapatkan pembenaran jika melihat tingkat kerusakan

sumber daya pesisir dan laut di kepulauan Seribu. Persentase penutupan di

Kepulauan Seribu yang mencapai < 5 % adalah bukti kerusakan lingkungan

tersebut. Demikian juga jika diperhatikan dari persentase penutupan karang keras

di wilayah pengamatan Kelurahan P. Panggang yang mencapai 14,81-71,83%

(2004) dan 10,84-67,56% (2005). Nilai ini menunjukkan bahwa kondisi terumbu

karang Kelurahan P. Panggang berada dalam kategori buruk-sedang. Persentase

penutupan karang keras di P. Pramuka sendiri pada tahun 2005 hanya mencapai

16% (buruk). Data ini meneguhkan analisis Larrain (1989) tentang konsekwansi

bagi berlangsungnya pola hubungan produksi kapitalistik ini yaitu munculnya

natural resources are let underdeveloped, akibat pemanfaatan tanpa konservasi.

Akibat lainnya menurut Larrain (1989) dapat mengakibatkan keterbelakangan

komunitas dan bahkan dalam kondisi tertentu bisa memicu munculnya revolusi.

Pengalaman perebutan kemerdekaan Indonesia merupakan contoh yang paling

baik untuk menggambarkan semangat melawan kolonialisme tersebut.

Moda produksi kapitalistik yang bergerak mengikuti arus jalan neo-

liberalisme ini juga ditandai oleh munculnya praktek privatisasi, deregulasi dan

liberalisasi pasar. Fenomena berkembangnya wisata bahari dan kepemilikan

pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu oleh swasta maupun per orangan adalah

contoh nyata adanya praktek privatisasi sumber daya alam tersebut. Dari sekian

banyak pulau kecil yang digunakan untuk pariwisata bahari, masyarakat di sekitar

pulau tidak banyak dilibatkan dalam pengelolaan. Nelayan di sekitar tempat

Page 56: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

262

wisata tersebut hanya dilibatkan paling-paling sebagai pengantar dengan perahu

wisata atau hanya sekedar menjadi penjaga tempat wisata. Daya serap kegiatan

wisata bahari terhadap masyarakat lokal relative kecil. Masyarakat sekitar tempat

wisata menjadi terbatas aksesnya untuk menangkap sedangkan masyarakat sendiri

tidak banyak dilibatkan dalam pengelolaan tempat wisata. Penetrasi modal

melalui investasi di bidang wisata bahari biasanya menegasikan hukum-hukum

adat lokal, kebudayaan setempat dan peran serta masyarakat. Dengan alasan

kenyamanan dan privasi wisatawan, maka tempat-tempat wisata tersebut harus

dijauhkan dari keterlibatan masyarakat. Demikian logika kapitalistik

meminggirkan nelayan lokal dan mempersilahkan investor asing untuk masuk ke

Kepulauan Seribu.

Pariwisata bahari yang berkembang tanpa pelibatan masyarakat di

dalamnya, merupakan sebuah akses yang ekslusif. Akses ekslusif merupakan

salah satu penyebab kemiskinan. Kaum minoritas dominan merintangi orang lain

untuk mengakses sumber daya yang ada, entah karena keterbatasan atau karakter-

karakter intrinsik sumber daya-sumber daya tersebut sehingga tidak dapat

didistribsikan secara adil. Akses dan kontrol terhadap sumber daya pesisir dan

laut merupakan intensif terbesar bagi masyarakat pesisir. Selama pengelolaan

wisata bahari yang ada di Kepulauan Seribu tidak memberi ruang bagi ikut

sertanya masyarakat dalam mengelola, maka selama itu pula ketimpangan akan

terjadi dan kemiskinan adalah keniscayaan. Masyarakat Kelurahan P. Panggang

khususnya yang terdapat di P. Panggang dan P. Pramuka harus berdesak-desakan

dengan tingkat kepadatan penduduk yang setiap tahunnya makin tinggi,

sedangkan di sisi lain, banyak pulau-pulau wisata dan pulau-pulau dengan

pemanfaatan lain yang tidak bisa ikut dinikmati oleh nelayan.

Akses yang ekslusif ini terkait juga dengan kepemilikan terhadap sumber

daya alam. Pulau-pulau kecil dan sumber daya alam yang berada di dalamnya di

kepulauan Seribu sudah banyak beralih kepemilikan dari state property menjadi

private property. Pulau-pulau yang harusnya dikelola oleh negara untuk

kemakmuran rakyat justru dimiliki oleh segelintir orang dan kelompok yang

mendapatkan akses melalui kompradorisasi birokrasi. Kepemilikan tersebut telah

berlangsung sejak pemerintahan orde baru yang kental dengan perilaku

Page 57: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

263

kompradorisasi birokrasi. Kebanyakan dari pulau-pulau tersebut sudah menjadi

hak milik dan mempunyai sertifikat. Kepemilikan terhadap pulau disertai juga

dengan kepemilikan terhadap sumber daya yang berada di dalamnya. Laut yang

tadinya merupakan common property menjadi semakin sulit diakses khususnya

yang berada di wilayah sekitar pulau milik pribadi atau kelompok tersebut.

Akibatnya akses masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut

tentunya makin terbatas. Keterdesakan dan tiadanya pilihan tersebut menimbulkan

sikap-sikap destruktif dari masyarakat yang dilampiaskan dengan merusak sumber

daya pesiri dan laut. Perilaku negatif masyarakat tersebut tidak timbul karena

semata culture yang selama ini dituduhkan tapi lebih karena permasalahan

struktural akibat ketiadaan dalam mendapatkan akses terhadap SDPL.

Pembatasan akses dalam pemanfaatan SDPL merupakan wujud dari ketidakadilan

ekonomi dan sosial yang melahirkan kemiskinan.

Marshall Sahlins (1972) meyakinkan bahwa kemiskinan dan ketidakadilan

saling berhubungan. Keterbatasan fisik seperti yang terdapat dalam apa yang

disebut masyarakat primitif, menurutnya mungkin menciptakan sebuah kerapuhan

atau bahkan melahirkan kemiskinan, tapi hal itu tidak meyebabkan kemiskinan

sepanjang sumber daya-sumber daya yang ada dapat diakses dan didistribusikan

kepada orang-orang secara adil. Peruntukan pulau di Kelurahan P. Panggang saja

dari 12 pulau yang masuk di dalamnya hanya 2 pulau yang dijadikan sebagai

lokasi pemukiman yaitu P. Panggang dan P. Pramuka. Pulau-pulau lain seperti P.

Kotok besar, P. Kotok kecil, P. Semak daun, P. Opak kecil dan pulau lainnya

sebagian besar diperuntukkan bagi penghijauan dan pariwisata. Untuk pulau yang

diperuntukkan bagi penghijauan dan cagar alam, pengelolaannya ditangan Taman

Nasional Laut Kepulauan Seribu, sedangkan untuk pariwisata biasanya dikelola

oleh swasta. Dari beberapa pulau yang ada, sebagian merupakan pulau yang

termasuk dalam zona pemanfaatan tradisional seperti P. Karya, P. Kotok besar, P.

Kotok kecil, P. Opak kecil, P. Karang Bongkok, P. Karang Congkak dan P.

Semak Daun. Zona pemanfaatan tradisional artinya pemanfaatan SDPL hanya

bisa dilakukan oleh nelayan yang menggunakan alat tangkap tradisional dan tidak

merusak sumber daya, mengingat keberadaan SDPL dalam perlindungan. Namun

faktanya, menurut penuturan masyarakat seringkali kesulitan dan mendapatkan

Page 58: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

264

hambatan saat melakukan penangkapan ikan. Pembatasan akses bukan hanya

datang dari pihak swasta dengan sumber daya PL yang sudah menjadi privat

property nya, tetapi juga seringkali bersinggungan dengan pihak taman nasional

laut yang mengelola ekosistem sumber daya PL.

Fenomena kepemilikan lahan-lahan pulau oleh segelintir orang dan

kelompok ini merupakan bentuk monopoli orang kaya terhadap sumber daya-

sumber daya yang sebenarnya tersedia dalam jumlah yang cukup bagi setiap

orang. Hal ini merupakan penyebab kemiskinan yang paling jelas. Monopoli

sumber daya-sumber daya oleh beberapa orang tidak dapat dihitung akibat fakta

kelangkaan -justru sebaliknya, mereka menjadi langka karena dimonopoli- tapi

hanya melalui dominasi dari suatu kelas atau kasta terhadap kelas atau kasta lain.

Keterbatasan akses terhadap sumber daya tersebut harusnya dapat

diselesaikan oleh negara melalui kebijakan-kebijakan yang berpihak dan program

penanggulangan kemiskinan yang tepat. Namun, alih-alih mengeluarkan

kebijakan yang berpihak kepada masyarakat pesisir yang mayoritas miskin, yang

terjadi justru upaya memiskinkan masyarakat pesisir secara bertahap melalui

pemberlakuan undang-undang pengelolaan pesisir No.27 tahun 2007 yang

berpotensi semakin memperburuk akses nelayan terhadap SDPL khususnya pasal

tentang hak pengelolaan perairan pesisir (HP-3). Kebijakan dan program

pemerintah yang terkait dengan pengelolaan sumber daya PL serta

penanggulangan kemiskinan belum terlaksana dengan baik. Bahkan menurut

pengakuan masyarakat, meskipun mereka cukup senang dengan program-program

pemerintah tersebut tetapi mereka kurang puas karena banyak proyek-proyek yang

terbangun tetapi tidak terawat dan bahkan cenderung mudah rusak. Masyarakat

menilai pembangunan sarana yang mudah disebabkan karena adanya indikasi

korupsi dalam pelaksanaan proyek. Setiap program juga seringkali dilaksanakan

tanpa melihat tingkat kebutuhan masyarakat. Masyarakat merasa tidak

bertanggung jawab terhadap sarana yang ada, akibatnya kerusakan sarana banyak

terjadi pasca pembangunan dilakukan.

Fakta dan uraian di atas sepertinya semakin meneguhkan bahwa kerusakan

ekosistem pesisir dan laut yang berakibat kepada menurunnya daya dukung

lingkungan sesungguhnya terjadi karena ketidakseimbangan kekuasaan di

Page 59: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

265

kalangan para pihak yang terlibat. Para pengusaha, pemilik modal pada satu sisi

dan masyarakat pesisir, nelayan, pembudidaya, pedagang kecil dan pengolah kecil

pada sisi lainnya. Pengelolaan SDPL dengan demikian tidak lebih merupakan

ajang pertarungan kepentingan berbagai pihak untuk mendapatkan akses dan

kontrol terhadap SDPL. Perdagangan bebas, mode produksi kapitalis yang

diusung melalui strategi pertumbuhan ekonomi dengan neo-liberalisme sebagai

payung ideologi terbukti banyak menyisakan kehancuran bagi lingkungan dan

SDPL khususnya. Lemahnya tata kelola pemeritah (weak governance), tidak

jelasnya rezim penguasaan sumber daya alam publik (unclear common property

regimes), ketidakpastian hak-hak property (insecure property right), policy bias

yang melahirkan lemahnya penegakan hukum, merupakan beberapa penyebab

yang melanggengkan ketidakadilan ekologi yang berujung pada kemiskinan

masyarakat pesisir. Paradigma pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

masih bias pada otoritas kelembagaan pemerintah ketimbang pada kemampuan

rakyat, bias pada otoritas ilmu pengetahuan modern ketimbang pada ilmu

pengetahuan lokal, bias kepada kepentingan pemodal ketimbang kepentingan

rakyat miskin, bias kepada perkotaan ketimbang pedesaan dan bias kepada daratan

ketimbang lautan.

Daya dukung lingkungan menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat

pesisir menurun. Penurunan daya dukung berakibat pada ketersediaan rumah

yang layak terbatas serta sarana umum tidak berjalan sesuai dengan fungsinya.

Keterbatasan akses sarana umum mengakibatkan kepentingan publik tidak

terpenuhi dengan baik dan itu artinya tingkat kesejahteraan masyarakat berkurang.

Daya dukung lingkungan PPK juga mengakibatkan produktifitas masyarakat

menurun. Penurunan kualitas SDPL akan mengganggu produksi sumber daya

ikan di ekosistem laut tersebut. Penurunan produksi berpotensi menurunkan

pendapatan nelayan tradisional dan masyarakat pesisir umumnya yang sangat

menggantungkan hidupnya dari keberadaan ekosistem SDPL. Pendapatan rendah

merupakan ciri utama dari rendahnya kesejahteraan.

Rendahnya daya dukung lingkungan mengakibatkan kenyamanan hidup

berkurang dan kualitas hidup berkurang. Selain itu rendahnya daya dukung

lingkungan PPK mengakibatkan keterbatasan PPK dalam memenuhi kebutuhan

Page 60: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

266

pokok masyarakat pesisir kelurahan P. Panggang. Keterbatasan tersebut

mendorong ketergantungan yang tinggi terhadap pasar. Pasar bebas senantiasa

menekankan pada akumulasi modal dan maksimalisasi keuntungan. Logika

ekonomi tersebut tidak mengindahkan pola investasi yang masuk, apakah

produktif, non produktif atau destruktif. Kecenderungan untuk memaksimalkan

keuntungan memicu terjadinya pemanfaatan SDPL secara destruktif dengan

bantuan modal yang intensif dan padat teknologi. Pemanfaatan lahan secara

destruktif mengakibatkan kualitas SDPL menurun dan pada gilirannya

menjadikan kondisi ekologi, ekonomi dan sosial mengalami kerentanan yang

tinggi. Rentannya kondisi ekologi, ekonomi dan sosial memicu terjadinya

penurunan tingkat kesejahteraan karena SDPL sudah tidak bisa lagi berfungsi

dengan baik dan dimanfaatkan secara optimal.

Rendahnya daya dukung ekologi dan lingkungan PPK menyebabkan

tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir rendah. Kausalitas daya dukung

lingkungan dan tingkat kesejahteraan dijelaskan pada Gambar 15.

7.3 Analisis Kebijakan

Kebijakan merupakan cara dan tindakan pemerintah untuk mengatasi

masalah pembangunan tertentu atau untuk mencapai tujuan pembangunan tertentu

dengan mengeluarkan keputusan, strategi, perencanaan maupun implementasinya

dengan mneggunakan instrument tertentu (ICRAF, 2003). Kebijakan dapat

dinyatakan dalam berbagai hal antara lain : 1) instrumen legal (hukum) seperti

peraturan perundangan; 2) instrumen ekonomi seperti kebijakan fiskal, pajak,

subsidi, harga, kebijakan keuangan, moneter, finansial; 3) petunjuk, arahan atau

instruksi dan perintah; 4) pernyataan politik semata dan 5) kebijakan dapat

dituangkan dalam garis-garis besar arah pembangunan, strategi, rencana, program

dan diterjemahkan dalam proyek pembangunan serta rencana anggaran tertentu.

Page 61: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

267

GAMBAR 15

Page 62: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

268

Tujuan utama dibuatnya sebuah kebijakan pada dasarnya adalah untuk

menyelesaikan permasalahan yang ada, tehnik atau cara mengatasinya, tujuan

yang akan dicapai, kepentingan yang diinginkan, aktor yang terlibat, instrumen

serta aturan yang akan dipakai untuk menjalankan instrumen. Kebijakan dibuat

untuk mengatasi masalah. Hubungan sebab akibat antara masalah dan penyebab

masalah serta apa pengaruh dan dampak akibatnya jika suatu masalah diatasi atau

suatu tindakan diambil pemerintah untuk mengatasi suatu masalah, perlu

dianalisis dengan seksama.

Kebijakan yang akan diamati dalam kasus ini adalah untuk melihat

bagaimana pemerintah menyelesaikan permasalahan terkait dengan pengelolaan

sumber daya pesisir dan laut. Rendahnya daya dukung lingkungan dan ekologis

pulau sangat terkait dengan kebijakan pengelolaan sumber daya pesisir dan

lautnya. Demikian juga perkembangan tingkat kesejahteraan, akan dibahas

kebijakan yang dijalankan pemerintah dalam mengatasi permasalahan kemiskinan

di Kepulauan Seribu dan kelurahan Panggang khususnya. Analisis kebijakan

akan berbasis kepada hasil survey dan studi literatur terhadap kebijakan terkait

yang dibahas secara deskriptif. Analisis akan dilihat kesesuaiannya dengan aliran

ideologi bawaannya sehingga dapat dianalisis letak keberhasilan dan kegagalan

dari kebijakan tersebut.

7.3.1 Kebijakan Pengelolaan SDPL dan Pengentasan Kemiskinan

Persepsi Responden Terhadap Kebijakan Pemerintah

Mengukur keberhasilan kebijakan, menarik untuk melihat bagaimana

persepsi masyarakat terhadap perhatian pemerintah, kebijakan yang telah

dilaksanakan, bentuk program dan pihak yang mengeluarkan kebijakan.

Page 63: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

269

Tabel 84 Persentase Responden Menurut Perhatian, Peraturan dan Pihak yang Membantu Usaha Perikanan (%)

Karekteristik kebijakan P. Panggang P. Pramuka Total

Perhatian pemerintah tinggi, sangat perhatian 30.00 11.11 21.05cukup perhatian 36.67 59.26 47.37kurang perhatian 33.33 29.63 31.58

Total 100.00 100.00 100.00Peraturan pemerintah dalam pengelolaan SDPL ada 68.00 75.00 71.43tidak ada 20.00 12.50 16.33tidak tahu 12.00 12.50 12.24

Total 100.00 100.00 100.00 Sumber : Data Primer

Tabel 84 menggambarkan bahwa pemerintah cukup berhasil dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dari total responden di P. Panggang

dan P. Pramuka, sekitar 47.37% responden menyatakan bahwa perhatian

pemerintah cukup tinggi, 31.58% menyatakan kurang/tidak perhatian dan hanya

sekitar 21.05% yang menyatakan sangat perhatian. Angka tersebut menunjukkan

kecenderungan yang sama jika diperhatikan persepsi masyarakat terhadap

perhatian pemerintah baik di P. Panggang maupun P. Pramuka. Perhatian

pemerintah yang dimaksud adalah bentuk-bentuk program pemerintah baik berupa

sarana pelayanan, fasilitasi modal, pasar, pelatihan dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Data ini cukup relevan jika dibandingkan dengan hasil penelitian Baihaqie (2004)

di P. Panggang yang menyatakan bahwa akar permasalahan dari sekian banyak

permasalahan di P. Panggang disebabkan karena kurangnya pelayanan

pemerintah.

Baihaqie (2004) mencatat beberapa permasalahan di P. Panggang

berdasarkan derajat keparahannya antara lain : 1) perilaku individu (31,37%) ; 2)

pemerintah tidak melayani (15,69%); pembangunan tidak sesuai (15,96%); 4)

SDM manusia rendah (9,80%); 5) Rendahnya ekonomi (9,80%) ; 6) sosial

semakin turun (9,80%); 7) kerusakan alam (3,92%) dan 8) hukum kurang

ditegakkan (3,92%). Dari hasil tersebut terlihat bahwa permasalahan terparah

kedua dan ketiga disebabkan karena kebijakan pemerintah yang tidak tepat dan

Page 64: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

270

kurang memberikan pelayanan yang baik. Bahkan masyarakat menganggap

bahwa perilaku individu negatif masyarakat seperti apatis, malas, kurang kreatif,

tidak bertanggung jawab dan lainnya terjadi karena disebabkan kurangnya

pelayanan pemerintah dan kebijakan yang kurang tepat (policy bias).

Dengan menggunakan metode Logic Frame Analysis (LFA), Baihaqie

(2004) bersama masyarakat menyatakan bahwa akar permasalahan dari sekian

masalah yang ada bersumber dari kurangnya pelayanan pemerintah dan

banyaknya pembangunan yang tidak sesuai. Pola pembangunan masih dijalankan

dengan pola top-down dengan menegasikan peran masyarakat, pemerintah

seringkali mengambil inisiatif sendiri tanpa melihat kebutuhan masyarakat.

Akibatnya banyak program yang tidak jalan, sarana umum tidak terawat dan

akhirnya masyarakat apatis terhadap pembangunan yang ada. Masyarakat juga

mengatakan bahwa kurangnya koordinasi dan komunikasi antar pemerintah dalam

berbagai lapisan menjadi penyebab ketidaksinergisan program pembangunan yang

ada. Masyarakat juga melihat adanya indikasi korupsi pada banyak proyek yang

dijalankan sehingga sikap masyarakat menjadi semakin cuek dan tidak percaya

kepada pemerintah.

Persepsi masyarakat tersebut patut menjadi perhatian karena ternyata

responden responden menyatakan bahwa kebijakan tentang pengelolaan SDPL itu

memang ada. Sekitar 71.43% mengakui bahwa terdapat peraturan pemerintah

dalam pengelolaan SDPL, 16,33% menyatakan tidak ada dan sekitar 12,24%

menyatakan tidak tahu. Masyarakat mengetahui kebijakan tentang pengelolaan

yang dimaksudkan adalah aturan tentang larangan pengrusakan dan pemanfaatan

secara tidak benar sumber daya pesisir dan laut. Peraturan tersebut terpampang

jelas di pintu masuk pulau dan hampir semua masyarakat dan tamu yang masuk

mengetahui hal tersebut. Namun, jika ditanyakan tentang kebijakan pengelolaan

SDPL yang lain selain larangan tersebut, masyarakat tidak mengetahuinya.

Menurut masyarakat, pemerintah kurang menanggapi permasalahan yang

berkembang, tidak memberikan penyuluhan walaupun ada kebutuhan masyarakat

membuat peraturan desa dan masyarakat kurang mengetahui berbagai aturan

perundangan terkait dengan pengelolaan SDPL.

Page 65: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

271

Satu-satunya peraturan yang banyak dikenal masyarakat adalah larangan

melakukan pengrusakan terhadap SDPL yang akan dikenakan sangsi bagi yang

melanggarnya. Beberapa aturan tersebut adalah :

Tabel 85 Jenis Larangan, Dasar Hukum dan Sanksi dalam Pengelolaan SDPL Kepulauan Seribu

Jenis Larangan Dasar Hukum Sanksi

Menangkap ikan dengan menggunakan potasium, bahan peledak dan jaring trawl

Pasal 6 Yo pasal 24 UU No.9 Th 1985

Penjara max 10 tahun atau denda max 100 juta

Mengambil pasir laut dan terumbu karang tanpa ijin

Pasal 41 Yo pasal 23 UU No.9 Th 1997

Penjara max 10 tahun atau denda max 500 juta

Mendirikan/menempatkan bagan

Perda no.11 th 1988 Pembongkaran secara paksa

Melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam

Pasal 40 UU No.5 Th 1990

Penjara max 10 tahun atau denda max 200 juta

Membajak/merompak kendaraan air

Pasal 438;439;440 dan 441 KUHP

Penjara max 10 tahun atau denda maz 100 juta

Sumber : TNKS, 2008

Peraturan di atas harusnya bisa membuat jera masyarakat yang

melanggarnya. Namun, karena penegakan terhadap hukum dan setiap pelanggaran

tidak pernah dikenakan sanksi sesuai aturan yang berlaku, maka masyarakat

menjadi apatis dan tidak percaya kepada aparat hukum. Parahnya apatisme

masyarakat tersebut berakibat kepada semakin maraknya aksi-aksi pengrusakan

dilakukan oleh masyarakat. Karena kosongnya penegakan hukum, masyarakat

memanfaatkan celah kekosongan tersebut untuk berbuat kerusakan. Aksi negatif

masyarakat tersebut juga didasarkan atas fakta menurut masyarakat bahwa

pemerintah dan aparat hukum cenderung melakukan pembiaran terhadap aksi-aksi

pengrusakan yang ada dan bahkan masyarakat menemukan bahwa sarana

pembangunan yang dibuat oleh pemerintah, pondasinya dibuat dari batu karang.

Bukannya menegakkan atau mematuhi aturan yang ada, justru pemerintah kadang

melakukan aksi pengrusakan serupa, dan hal itu jelas diketahui oleh aparat

hukum. Ketidakjelas penegakan aturan dan penegakan hukum tersebut membuat

perilaku destruktif dan negatif masyarakat muncul di P. Panggang.

Page 66: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

272

Ketidakjelasan aturan tersebut membuat masyarakat tidak banyak mau tahu

dengan program yang ada dan buktinya banyak sarana yang tidak terawat.

Masyarakat mengakui bahwa pemerintah telah banyak memberikan

bantuan terhadap usaha perikanan khususnya. Beberapa instansi pemerintah dan

lembaga lain yang memberikan bantuan baik berupa bantuan fisik, pelatihan

maupun pelayanan masing-masing adalah : (1) Pemerintah daerah Kabupaten

Administrasi kepulauan Seribu (70%); (2) Pemerintah daerah Propinsi DKI

Jakarta (30%); (3) perorangan (21%); (4) DKP pusat (14%); (5) organisasi

masyarakat/paguyuban (9 %); (6) LSM dan swasta masing-masing (7%) dan (7)

perguruan tinggi (2%).

Data di atas menyebutkan bahwa peran pemerintah daerah Kepulauan

Seribu sangat besar diikuti oleh pemerintah propinsi DKI Jakarta, DKP pusat dan

perorangan. Sedangkan peran LSM, ormas, dan perguruan tinggi masih sangat

rendah. Fakta membenarkan fungsi dan peran pemerintah khususnya pemerintah

Kabupaten Administrasi kepulauan Seribu sebagai yang paling bertanggung jawab

terhadap sumber daya pesisir dan laut serta masyarakat Kepulauan Seribu. Data

ini juga menggambarkan bahwa peran perorangan juga cukup besar dalam

memberikan bantuan. Hal ini ternyata banyak dilakukan oleh para calon kepala

desa/calon Bupati/Calon legislatif yang banyak turun ke lapangan menjelang

pemilihan, disamping terdapat beberapa anggota masyarakat yang secara

perorangan melakukan pendampingan.

Peran LSM dan ormas cukup besar dalam pembangunan di P. Panggang

dan P. Panggang. Salah satu LSM yang secara intensif melakukan pendampingan

khususnya dalam hal pengelolaan terumbu karang adalah yayasan terumbu karang

Indonesia (TERANGI). Yayasan ini banyak memberikan penyadaran kepada

masyarakat tentang arti penting terumbu karang dan mengajarkan kepada

masyarakat tentang cara budidaya terumbu karang. Yayasan ini juga rutin

melakukan pengamatan tentang status dan kondisi terumbu karang di seluruh

Kepulauan Seribu secara rutin dan berkala. Dengan pendampingan yang

dilakukan Terangi, masyarakat mengakui bahwa kesadaran masyarakat semakin

tinggi untuk memelihara ekosistem TK dan kegiatan pengrusakan semakin

menunjukkan penurunan. Sedangkan perguruan tinggi yang aktif memberikan

Page 67: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

273

bantuan kepada masyarakat Kepulauan Seribu dan kelurahan P. Panggang

khususnya adalah Pusat kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut (PKSPL) IPB.

Beberapa program yang pernah dijalankan PKSPL antara lain menggalakkan

budidaya kerapu dengan sistem Sea farming (saat ini masih berjalan),

pendampingan sosial, penyadaran lingkungan dan bantuan sosial lainnya.

Implementasi kebijakan dapat diperhatikan dari program kerja. Masyarakat

mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap program kerja yang ada di

Kepulauan Seribu.

Selain yayasan Terangi dan PKSPL, beberapa organisasi nelayan ikan hias

dan LSM juga pernah melakukan program-program pemberdayaan dan penguatan

kelembagaan. Setiap lembaga mempunyai misi dan bentuk gerakan yang

berbeda-beda sesuai dengan kepentingan masing-masing. Secara umum pemataan

terhadap para aktor yang melakukan kerja-kerja sosial dan ekonomi di Kelurahan

P. Panggang digambarkan dalam Tabel 86 berikut.

Tabel 86 Profil LSM/Lembaga/Organisasi Masyarakat

Nama LSM/Org/Lembaga

Orientasi Gerakan

Wilayah kerja

Pendanaan Bentuk program

Waktu Pendampi-

ngan Terangi Perlindungan

ekosistem terumbu karang, riset dan penguatan kelembagaan masyarakat

Kepulauan Seribu

Donatur luar negeri Pemerintah pusat, daerah

Pendampingan, penelitian terumbu karang, avdokasi

Jangka panjang

Pernitas (Perhimpunan nelayan karang ikan hias)

Perlindungan terumbu karang dan ikan hias

Kepulauan Seribu

TNKS Rehabilitasi, penyadaran

Jangka panjang

TNKS Perlindungan ekosistem pesisir dan laut Konservasi SDA Penegakan hukum

Kep. Seribu Pemerintah pusat dan daerah

Pengembangan manajemen, Pemberdayaan masyarakat, konservasi, penyuluhan konservasi, penegakan hukum

Jangka panjang

Page 68: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

274

Nama LSM/Org/Lembaga

Orientasi Gerakan

Wilayah kerja

Pendanaan Bentuk program

Waktu Pendampi-

ngan PKSPL Pengelolaan

wilayah pesisir dan PPK Pengembangan ekonomi produktif Pengembangan kapasitas kelembagaan dan SDM

P. Panggang dan P. Pramuka Kep. Seribu

Pemerintah daerah

Pemberdayaan masyarakat, pendampingan, pengembagan manajemen

Jangka panjang

Kolompis Perlindungan terumbu karang dan ikan hias

P. Panggang TNKsP dan swadaya

Rehabilitasi, penyadaran, advokasi

Jangka panjang

SALAM Penguatan kapasitas kelembagaan Membangun tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan

P. Panggang dan Kep. Seribu

Pemerintah dan Swadaya

Pendampingan, penguatan kapasitas kelembagaan

Jangka pendek

WALHI Pengelolaan lingkungan laut

P. Panggang dan Kep. Seribu

Swadaya/Donatur asing

Penyadaran lingkungan, advokasi

Jangka pendek

Berbagai lembaga dan organisasi baik formal maupun informal datang ke

Kelurahan P. Panggang masing-masing dengan orientasi gerakan dan tujuan yang

berbeda-beda sesuai lingkup wilayah organisasi dan program yang dibawa.

Namun bagi masyarakat Kelurahan P. Panggang, peran pemerintah baik pusat

maupun daerah tetap yang paling utama diharapkan dapat banyak membantu

meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat. Melalui berbagai bentuk

program, pemerintah membantu masyarakat.

Tabel 87 menggambarkan bentuk program atau proyek yang pernah ada di

P. Panggang dan P. Pramuka. Bentuk proyek yang paling sering diterima oleh

responden P. Panggang dan P. Pramuka adalah pelatihan. Sebanyak 55.32%

responden di kedua pulau tersebut menyatakan bahwa mereka sering menerima

pelatihan terkait dengan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut (rehabilitasi

terumbu karang, mangrove dan ekosistem lain), pemberdayaan ekonomi pesisir

dan beberapa pelatihan lainnya. Bentuk proyek terbanyak kedua yang diterima

oleh responden di P. Panggang dan P. Pramuka adalah bantuan modal yang

Page 69: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

275

dinyatakan oleh sekitar 48.94% responden. Selanjutnya sekitar 19.15% menerima

bantuan fisik, sekitar 8.51% berupa pendampingan dan sisanya yaitu sekitar

19.5% adalah program-program lainnya.

Tabel 87 Persentase Responden Menurut Bentuk dan Kebijakan yang Memberatkan (%)

Karakteristik Kebijakan P. Panggang

P. Pramuka Total

Bentuk program bantuan fisik 29.17 8.70 19.15 bantuan modal 41.67 56.52 48.94 pelatihan 50.00 60.87 55.32 pendampingan (penyadaran) 12.50 4.35 8.51 lainnya 20.83 17.39 19.15 Kebijakan yang memberatkan BBM naik 33.33 0 16.67 Larangan alat tangkap terlarang 33.33 0 16.67 Penempatan lokasi kapal 33.33 0 16.67 Larangan Potasium 0 33.33 16.67 Peraturan penangkapan 0 33.33 16.67 Perda 0 33.33 16.67

Sumber : Data Primer

Bagi masyarakat tidak semua kebijakan meringankan bagi kehidupan

mereka. Sebagian anggota masyarakat merasa berat untuk melaksanakan

kebijakan yang ada. Beberapa kebijakan yang bagi masyarakat cukup berat

menjalankannya antara lain Kenaikan BBM, larangan menggunakan alat tangkap

terlarang, larangan menggunakan potasium, penempatan lokasi kapal, peraturan

tentang penangkapan dan beberapa peraturan daerah yang mengatur tentang

pengelolaan sumber daya pesisir dan laut. Sebagian besar kebijakan yang

memberatkan berupa peraturan yang melarang melakukan aktivitas yang dapat

merusak lingkungan laut. Hanya kebijakan kenaikan BBM yang berasal dari

faktor eksternal dan tidak berupa larangan.

Kenaikan BBM sangat wajar jika memberatkan masyarakat. Sekitar 40%

biaya operasional untuk melaut adalah berasal dari BBM. Kenaikan harga BBM

memicunya tinggi biaya operasional, sedangkan kenaikannya seringkali tidak

dibarengi dengan nilai jual ikan hasil tangkapan. Sehingga seringkali nelayan

khususnya mengalami banyak kerugian. Akibat kenaikan BBM banyak nelayan

Page 70: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

276

yang tidak melaut karena merugi. Jika musim sedang tidak bersahabat, contohnya

ketika masuk musim Barat seperti kenaikan BBM tahun 2008 kemaren bersamaan

dengan musim Barat yang biasanya karean angin besar, banyak nelayan yang

tidak melaut. Maka kenaikan BBM diiringi oleh kondisi alam yang tidak

bersahabat tersebut menambah panjang penderitaan nelayan. Belum lagi kenaikan

harga pokok akibat kenaikan BBM, semakin memperburuk kualitas hidup nelayan

dan masyarakat pesisir umumnya. Parahnya, pemerintah seringkali tidak

mengimbanginya dengan kebijakan lain yang meringankan beban hidup

masyarakat pesisir.

Beberapa program pernah digulirkan dalam rangka mengatasi kenaikan

BBM antara lain pemberian subsidi bagi harga solar sekitar Rp 100.000,- per liter,

program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) dan terakhir

pemberian BLT. Pemberian subsidi BBM ternyata tidak sampai di harga eceran

yang berlaku di P. Panggang dan P. Pramuka. Pedagang pengecer tetap saja

menaikkan harga solar di atas harga sebelum kenaikan BBM karena bagi

pedagang, biaya transportasi dan biaya lainnya mengalami kenaikan. Tetap saja

nelayan yang sudah miskin tidak bisa mendapatkan harga solar yang rendah.

Program PEMP yang dijalankan DKP sejak tahun 1999 ternyata sampai tahun

2008 ini belum menyentuh masyarakat pesisir P. Panggang dan P. Pramuka.

Faktanya ketika ditanyakan tentang program PEMP, hampir semuah responden

menyatakan tidak mengetahui program tersebut, apalagi mendapatkannya.

Sedangkan program terbaru yang digulirkan pemerintah dalam rangka

menanggulangi kenaikan BBM adalah pemberian BLT. BLT ternyata banyak

mengalami bias sasaran karena yang dipergunakan adalah data tahun 2005,

sehingga banyak masyarakat yang sebetulnya tidak berhak karena kehidupannya

sudah membaik, masih mendapatkannya. Sebaliknya masyarakat yang seharusnya

berhak, ternyata tidak bisa mendapatkannya.

Sedangkan kebijakan lain yang memberatkan rata-rata berupa pelarangan

melakukan aktivitas destruktif yang dapat merusak lingkungan laut. Peraturan

seperti penangkapan ikan dengan potasium, alat tangkap terlarang dan

pemasangan alat tangkap, memang terpampang jelas di pintu masuk P. Panggang

dan P. Pramuka. Masyarakat merasa bahwa peraturan yang memberikan sanksi

Page 71: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

277

berat terhadap pelanggarnya tersebut tidak efektif dan tidak ditegakkan dengan

baik oleh pemerintah dan aparat hukum. Jika aturan tersebt ditegakkan dengan

baik, harusnya tidak ada lagi aksi-aksi kerusakan sumber daya laut dan pesisir.

Tapi faktanya, masih sering ditemukan aksi-aksi pengrusakan tersebut.

Masyarakat mengakui bahwa pemerintah pernah menjatuhkan sanksi penjara bagi

nelayan pengguna potasium, namun hal itu tidak berjalan lama. Masyarakat

kemudian menjadi apatis terhadap aturan pelarangan tersebut dan menganggap

bahwa peraturan tersebut hanya sebatas papan nama dan tidak lebih. Bahkan

masyarakat melihat bahwa aparat hukum dan pemerintah sepertinya melakukan

pembiaran terhadap praktek negatif di laut. Sebagian masyarakat lainnya justru

melihat pemerintah kadangkala menggunakan terumbu karang untuk pondasi bagi

sarana umum yang dibangun di Pulau Seribu. Padahal dalam aturan sangat jelas

bahwa dilarang menggunakan pasir dan terumbu karang tanpa ijin, bagi pelanggar

akan dikenakan sanksi 500 juta atau kurungan penjara 10 tahun. Kekosongan

penegakan hukum, perilaku pemerintah yang ikut merusak sumber daya alam,

mengakibatkan masyarakat merasa keberatan dengan pemberlakuan larangan

tersebut.

Keberatan masyarakat juga didasari oleh kondisi keterdesakan akibat

menurunnya produktifitas perikanan. Sebagian masyarakat menggunakan

potasium, selain karena faktor kebiasaan, mereka juga terdesak oleh kondisi alam

yang fluktuatif sehingga produktifitasnya juga tidak menentu. Beroperasinya

kapal-kapal arad (trawl) menyebabkan kerusakan lingkungan laut dan penurunan

produksi ikan Kepulauan Seribu. Kebutuhan hidup yang makin tinggi dan

banyak, barang-barang konsumsi mahal, kenaikan BBM, kenaikan harga pokok

dan pola hidup yang berubah, menyebabkan responden nelayan untuk menempuh

jalan singkat agar mendapatkan ikan tangkapan. Menangkap dengan

menggunakan alat tangkap terlarang seperti potasium dan aksi-aksi pengrusakan

ekosistem lain, adalah pilihan terakhir bagi masyarakat pesisir. Kebijakan yang

berupa larangan tersebut terbukti tidak efektif menjerat pelaku pengrusakan

SDPL. Karena faktornya bukan semata culture atau karena pendidikan rendah

tetapi lebih bersifat struktural dan keterbatasan akses pemanfaatan terhadap

SDPL.

Page 72: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

278

Keterlibatan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan

Tingkat partisipasi masyarakat sangat menentukan baik buruknya

pengelolaan SDPL dan keberhasilan pembangunan. Hasil survey menunjukkan

bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan masih sangat

rendah.

Tabel 88 Persentase Responden Menurut Partisipasinya dalam Pengambilan Keputusan (%)

Faktor kelembagaan P. Panggang P. Pramuka Total

Pengambilan keputusan/partisipasitidak pernah 40.00 55.56 47.37kadang-kadang ikut 46.67 44.44 45.61selalu ikut serta 13.33 0 7.02

Total 100.00 100.00 100.000 Sumber : Data Primer

Tabel 88 menunjukkan bahwa 47% penduduk merasa tidak pernah

dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang terkait dengan pengelolaan SDPL

maupun kegiatan lainnya. Hanya sekitar 7% responden yang merasa selalu ikut

serta dan diajak oleh pemerintah baik di tingkat Kabupaten ataupun aparat desa

dalam pengambilan keputusan. Kelompok masyarakat tersebut diduga adalah

para tokoh masyarakat dan kaum elit desa. Masyarakat mengakui bahwa

kesalahan pembangunan terletak kepada kurangnya pelayanan pemerintah akibat

kurangnya mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan masyarakat dalam setiap

pelaksanaan program. Selain pemerintah dalam pelaksanaan program/proyek

seringkali hanya menghubungi tokoh masyarakat tertentu dan kelompok

masyarakat tertentu, hal ini menimbulkan iri hati dan ketidaksenangan kelompok

lain. Akhirnya perilaku seperti ini seringkali menimbulkan friksi dan

terbentuknya kelompok-kelompok kecil yang potensial besar menjadi konflik

sosial. Konflik sosial antar warga adalah pemicu mengendornya kohesitas

masyarakat dan interaksi antar warga menjadi beku dan rusak. Konflik antar

warga akan mempengaruhi setiap program yang berjalan di wilayah ini sekaligus

menjadi potensi kerusakan bagi SDPL.

Minimnya partisipasi masyarakat ini pula menunjukkan bahwa pemerintah

dalam menjalankan program pembangunan tidak menyesuaikan diri dengan

Page 73: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

279

kebutuhan masyarakat. Hal itu terbukti dari banyaknya sarana pembangunan yang

kemudian tidak terawat setelah terbangun dan mengalami kerusakan. Mekanisme

konsultasi publik dan musyawarah sebelum pelaksanaan kegiatan atau

perencanaan pembangunan semestinya dilakukan terlebih dahulu dengan

melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan sampai pengawasan. Keterlibatan

masyarakat akan mendorong pertanggungjawaban oleh masyarakat yang

berdampak kepada keberlanjutan program atau proyek. Contoh seperti adanya

banyak sarana umum rusak seperti WC umum, dermaga, TPI dan sarana lainnya

merupakan bukti dari kurang pekanya pemerintah terhadap kebutuhan masyarakat.

Pemerintah seringkali menjadi pihak yang selalu mengambil inisiatif dan

cenderung menegasikan masyarakat serta selalu menganggap masyarakat bodoh,

tidak berpendidikan, tidak informatif dan perilaku negatif lain. Fakta bahwa

banyak responden dengan pendidikan tertinggi SD dan SMP bukan berarti mereka

bodoh karena pada setiap masyarakat mempunyai pengalaman hidup sendiri-

sendiri dan masyarakat biasanya mempunyai tingkat kearifan tertentu yang

dimiliki oleh setiap orang dan setiap komunitas.

Renstra dan Program

Kebijakan dibuat untuk menjawab kepentingan umum dan mengatasi

permasalahan yang ada. Kebijakan merupakan bentuk intervensi pemerintah dan

publik untuk mencari cara pemecahan masalah dalam pembangunan dan

mendukung proses pembangunan yang lebih baik. Mengamati sebab akibat

sebuah masalah penting dalam penyusunan kebijakan. Karena bisa jadi kebijakan

dibuat untuk mengatasi masalah tetapi tujuannya untuk kepentingan sekelompok

orang, partai atau untuk kepentingan pemerintah sendiri. Untuk melihat kadar

keberhasilan kebijakan, setidaknya bisa melihat bagaimana visi, misi, tujuan dan

strategi dari pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu dibuat.

Visi kepulauan seribu adalah ”Kepulauan Seribu sebagai ladang dan taman

kehidupan bahari yang berkelanjutan. Misi : 1) Mewujudkan wilayah Kepulauan

Seribu sebagai kawasan wisata bahari yang lestari ; 2) Menegakkan hukum yang

terkait dengan pelestarian lingkungan kebaharian dan segala aspek kehidupan.

Sedangkan tujuannya adalah :

Page 74: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

280

1) Kelestarian Kepulauan Seribu sebagai satu kesatuan gugus ekosistem.

2) Terwujudnya kelestarian dan berkembangnya fungsi sumber daya

kelautan.

3) Berkembangnya pariwisata Kepulauan yang berkualitas dan berkelanjutan.

4) Terkendalinya pertumbuhan dan meningkatnya kualitas kehidupan SDM.

5) Terciptanya kenyamanan dan kemudahan melalui pengadaan prasarana

dan sarana Kepulauan.

Untuk perwujudan visi, misi dan tujuan dibuat skenario rencana strategi

pencapaian selama periode 2008-2012. Skenario rencana strategi ini diturunkan

lagi menjadi program-program kerja yang diselenggarakan oleh dinas-dinas

terkait. Point dari rencana strategi tersebut antara lain :

1) Menjadikan Kepulauan Seribu Sebagai Destinasi wisata bahari yang

berskala nasional/internasional.

2) Pemanfaatan dan Pengelolaan Perairan guna pengembangan ekonomi

berbasis masyarakat melalui budidaya perikanan.

3) Meningkatkan nilai tambah ekonomi yang berdaya saing (Competitive)

dan berkelanjutan dengan membangun sektor unggulan di masing-masing

wilayah (One Product One Village).

4) Penegakan supremasi hukum yang terkait dengan pelestarian lingkungan

dan segala aspek kehidupan.

5) Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas aparatur melalui

penguasaan IPTEK.

6) Pengembangan sistem manajemen kepegawaian, struktur organisasi dan

administrasi publik yang efisien, efektif, transparan, akuntabel dan

profesional.

7) Mencegah dan meminimalisir dampak negatif pembangunan infrastruktur

terhadap daya dukung lingkungan dan Sumber Daya Alam.

8) Meningkatkan pembangunan sarana / prasarana fisik guna mengatasi

masalah-masalah antara lain : Pemukiman kumuh, abrasi, air bersih,

pencemaran laut, mitigasi bencana, transportasi, sampah, pengambilan

karang, dsb.

Page 75: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

281

9) Pemanfaatan dan pengelolaan potensi sumber daya alam guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Gas / Air Strip).

10) Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat dengan

membangun sarana / pra sarana yang dibutuhkan serta tenaga SDM yang

berkualitas.

11) Pemerataan pendidikan dengan membuka kesempatan pendidikan seluas-

luasnya kepada masyarakat baik di tingkat SD, SMP mupun SMU /

Kejuruan.

12) Penataan dan pembangunan pranata sosial dengan mengoptimalkan peran

serta masyarakat

13) Meningkatkan dan membangun infrastruktur ekonomi yang baik

(termasuk pelayanan investasi guna menarik investor yang simple,

kebijakan pro pasar dan bermitra dengan dunia usaha / Public Private

Partnership).

14) Meningkatkan kualitas ekosistem pulau dan perairan serta melakukan

konservasi lingkungan fisik, perairan dan keanekragaman hayati.

15) Menjadikan Kepulauan Seribu sebagai basis / Pilot Project penataan dan

pemanfaatan perairan dalam skala nasional / internasional.

Program Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu

• Bidang Ekonomi

1. Rehabilitasi ekosistem Kepulauan Seribu (mangrove, terumbu karang,

padang lamun, pohon produktif)

2. Pengembangan Sea Farming Right, teknis sosial ekonomis, sumber daya

dan lingkungan

3. The Attraction Of Tourism 2008 (Enjoy Jakarta Marine & Island)

4. Pendampingan UKM di Kepulauan Seribu

5. Pengembangan produk unggul Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

6. Pemanfaatan Pujasera di Pulau Untung Jawa

7. Pengembangan fasilitas Docking kapal nelayan di Pulau Untung Jawa

8. Peningkatan menara pengawas / pengintai di P. Untung Jawa

Page 76: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

282

• Bidang Kesejahteraan Masyarakat

1. Pembangunan Puskesmas di Pulau Lancang

2. Kegiatan wisata bahari oleh pelajar

3. Magang pemuda Kepulauan Seribu

4. Pendataan ketenagakerjaan Kepulauan Seribu

5. Penyediaan lahan pemakaman

6. Pembangunan tribun lapangan sepakbola Pulau Pramuka

7. Pembangunan lapangan tenis dan futsal di Pulau Karya

8. Peningkatan kualitas SDM Kepulauan Seribu melalui penguatan

kelembagaan

9. Rehap rumah dinas guru di Pulau Pari dan Pulau Panggang

Program Prioritas Wilayah Tahun 2008

1. Menjadikan Pulau Lancang sebagai kawasan wisata andalan kedua setelah

Pulau Untung Jawa

2. Menjadikan Pulau Tidung Kecil sebagai kawasan wisataagro dan edukasi

3. Meningkatkan kualitas lingkungan Pulau Pramuka sebagai kawasan

percontohan (Ibukota Kabupaten)

4. Penyediaan pemukiman bagi masyarakat di Pulau Panggang dan Pulau

Kelapa serta melakukan kajian penyediaan sumber tenaga listrik di Pulau

Damar.

7.3.2 Analisis Program Pengelolaan SDPL dan Kesejahteraan

Program Pengelolaan SDPL

Untuk menilai kebijakan program yang terkait dengan pengelolaan SDPL

dapat ditinjau dari tiga hal yaitu melihat ketepatan sasarannya, dampak program

dan kedalaman penyelesaian permasalahan.

Menilik program yang terkait dengan pengelolaan SDPL yang bisa

menjadi jalan bagi peningkatan daya dukung lingkungan, dapat ditemukan pada

bidang ekonomi. Dari delapan program yang dicanangkan, hanya satu program

yang berorientasi kepada pengelolaan SDPL yaitu Rehabilitasi ekosistem

Kepulauan Seribu (mangrove, terumbu karang, padang lamun, pohon produktif).

Program yang sudah dilaksanakan adalah : 1) pengembangan dan pemanfaatan

Page 77: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

283

sumber daya laut antara lain melalui perbaikan ekosistem laut/Pembuatan Fish

Shelter di Kepulauan Seribu; 2) Perlindungan dan pelestarian sumber daya alam

hayati antara lain melalui rehabilitasi hutan mangrove di Kepulauan Seribu.

Dari kedua program tersebut, yang berkaitan secara langsung dengan

masyarakat pesisir di P. Panggang dan P. Pramuka hanya program rehabilitasi

mangrove yang ada di P. Pramuka. Melihat tingkat kerusakan SDPL yang

diderita oleh Kepulauan Seribu dan P. Panggang serta P. Pramuka khususnyanya

maka antara upaya untuk memulihkan dengan tingkat kerusakan sangat tidak

sebanding. Dari proporsi jumlah program yang dijalankan saja, sangat jelas

bahwa pemerintahan daerah Kepulauan Seribu sepertinya tidak mengetahui

karekteristik wilayahnya yang terdiri dari laut dengan ekosistem yang berada di

dalamnya. Kondisi fisik berupa pulau menjadikan masyarakat Kepulauan Seribu

sangat tergantung dari kualitas lingkungan dan ekologi pesisir dan laut beserta

SDPL yang berada di dalamnya. Namun, rupanya pemerintah daerah tidak peka

terhadap hal itu dan justru banyak mengalokasikan program untuk kegiatan wisata

dan pemenuhan kebutuhan sekunder lainnya.

Dari tingkat proporsi program yang dialokasikan terlihat bahwa kebijakan

yang dijalankan mengalami bias dan tidak mengatasi permasalahan utama.

Pemerintah daerah sepertinya belum melihat bahwa pemulihan SDPL merupakan

program yang penting dan tingkat kerusakan SDPL masih dianggap berada di

ambang yang masih bisa ditolerir. Permasalahan kerusakan SDPL di Kepulauan

Seribu sudah sangat parah khususnya terumbu karang dan mangrove. Program

rehabilitasi mangrove yang dijalankan, termasuk yang berada di P. Pramuka,

jumlahnya tidak terlalu besar. Masyarakat menilai, bahwa perhatian pemerintah

dalam mengalokasikan program untuk pemulihan ekosistem pesisir dan laut

sangat kurang.

Biasnya kebijakan dan sedikitnya program pengelolaan SDPL oleh

pemerintah daerah Kepulauan Seribu dapat disebabkan oleh banyak faktor :

• Pemerintah belum menyadari dengan baik bahwa kondisi geografis berupa

pulau dan laut, menuntut adanya kelestarian SDPL dimana masyarakat

sangat tergantung di dalamnya. Ketika SDPL rusak maka akan berdampak

kepada penurunan kesejahteraan masyarakat

Page 78: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

284

• Kebanyakan mind set aparatur pemerintah Kepulauan Seribu masih

berpikir kedarat-daratan. Perubahan status menjadi Kabupaten baru terjadi

tahun 2002 dan perubahan status pastinya membutuhkan banyak aparatur

pemerintah seiring dengan terbangunnya instansi-instansi baru. Dinas-

dinas tersebut kebanyakan diisi oleh orang-orang yang mind set

berorientasi kedaratan. Sedangkan masyarakat Kepulauan Seribu sendiri

yang menjadi aparatur pemerintah masih sangat sedikit dan jarang.

Ketiadaan mind set yang berorientasi ke laut tersebut menjadikan pola

pelaksanaan program masih berbau kedarat-daratan seperti pembangunan

sarana fisik yang memboroskan banyak biaya. Alokasi untuk

pembangunan SDM dan SDA masih sangat sedikit.

• Aparatur birokrasi pemerintah daerah Kepulauan Seribu mayoritas bukan

warga Kepulauan Seribu sehingga mereka kurang merasakan tingkat

permasalahan mendasar masyarakat dan sumber daya alam.

• Pola interaksi pemerintah-masyarakat tidak terbangun dengan baik.

Pelaksanaan pembangunan yang biasa diterapkan dengan model top-down

sangat mempengaruhi gejala ini. Keterbatasan akses dan lokasi pulau-

pulau yang dipisah oleh jarak yang cukup jauh semakin mengurangi akses

pemerintah daerah ke pulau-pulau tersebut. Ketiadaan akses terhadap

masalah dan minimnya interaksi mengakibatkan input terhadap

permasalahan utama juga sedikit.

• Minimnya pengetahuan aparatur pemerintah termasuk pembuat kebijakan

utama terhadap fungsi dan peran SDPL termasuk ekosistem yang berada di

dalamnya serta dampkanya jika terjadi kerusakan.

• Tidak adanya visi pemimpin yang berpihak kepada kelestarian sumber

daya pesisir dan laut.

Karakteristik Kepulauan Seribu yang berupa pulau-pulau kecil dengan laut

yang mengelilinginya beserta ekosistem yang berada di dalamnya, menuntut

perhatian lebih pemerintah untuk melihat keterkaitan antara kelestarian SDPL

dengan kesejahteraan masyarakat. Baik buruknya SDPL untuk daerah seperti

Kepulauan Seribu akan sangat berdampak kepada kesejahteraan masyarakat dan

Page 79: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

285

pada gilirannya berdampak kepada meningkatknya ekonomi wilayah Kepulauan

Seribu.

Program Peningkatan Ekonomi dan Kesejahteraan

Alokasi program untuk peningkatan kesejahteraan terlihat lebih besar

proporsinya dibandingkan dengan program pemulihan SDPL. Setidaknya hal itu

dapat terlihat dari dua bidang yang ada yaitu bidang ekonomi dan kesejahteraan

masyarakat. Beberapa program yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan

yang terdapat di bidang ekonomi antara lain : Pengembangan Sea Farming, teknis

sosial ekonomis, sumber daya dan lingkungan, The Attraction Of Tourism 2008

(Enjoy Jakarta Marine & Island), Pendampingan UKM di Kepulauan Seribu,

Pengembangan produk unggul Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu,

Pengembangan fasilitas Docking kapal nelayan di Pulau Untung Jawa.

Dari sekian program yang ada, yang berkenaan langsung dengan

masyarakat pesisir di P. Panggang dan P. Pramuka adalah program pengembangan

Sea farming right. Program ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten

kepulauan Seribu dengan bekerjasama dengan PKSPL IPB. Program sea farming

merupakan upaya diversifikasi usaha melalui pengembangan budidaya laut

(budidaya kerapu). Program ini telah memberi alternatif usaha bagi nelayan dan

masyarakat pesisir lainnya yang biasanya sangat tergantung dari usaha nelayan.

Masyarakat menyatakan bahwa program ini sangat membantu masyarakat karena

menjadi alternatif usaha, kesulitan permodalan untuk membuat usaha budidaya

teratasi dengan metode pembentukan kelompok dan pembayaran secara cicil

dalam kelompok ini. Masyarakat bisa mendapatkan benih kerapu dengan cara

mencicil biaya yang dikoordinir dalam sebuah kelompok. Model tersebut

menurut masyarakat sangat membantu kesulitan modal yang selama ini menajdi

permasalahan usaha. Namun, memang sebagian masyarakat khususnya

pembudidaya ikan kerapu yang tidak mengikuti program menganggap bahwa

sebaiknya program pendampingan tidak hanya dilakukan kepada para anggota

kelompok, tetapi juga pembudidaya kerapu lain yang tidak menjadi kelompok.

Sedangkan program yang bertujuan langsung untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat tertampung dalam satu bidang yang secara khusus

Page 80: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

286

dibuat yaitu bidang kesejahteraan masyarakat. Klasifikasi bidang kesejahteraan

masyarakat dilaksanakan untuk menjawab permasalahan di bidang pendidikan,

kesehatan, olahraga dan kesenian. Klasifikasi program di bidang kesejahteraan

masyarakat dapat dilihat pada Tabel 89.

Tabel 89 Program Umum Bidang Kesejahteraan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Bidang Program Pendidikan Peningkatan kualitas SDM Kepulauan Seribu melalui

penguatan kelembagaan Rehap rumah dinas guru di Pulau Pari dan Pulau Panggang

Kesehatan Pembangunan Puskesmas di Pulau Lancang Ketenagakerjaan Magang pemuda Kepulauan Seribu

Pendataan ketenagakerjaan Kepulauan Seribu Olahraga Pembangunan tribun lapangan sepakbola Pulau

Pramuka Pembangunan lapangan tenis dan futsal di Pulau Karya

Kebudayaan Kegiatan wisata bahari oleh pelajar Umum Penyediaan lahan pemakaman

Sumber : Skenario Renstra Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Seribu (2008) diolah

Melihat program di bidang kesejahteraan masyarakat yang dialokasikan,

ternyata secara umum masih belum menyentuh kebutuhan dasar masyarakat.

Program yang ada justru hanya bersifat sekunder dan bukan kebutuhan pokok.

Sedangkan untuk menjawab permasalahan pendidikan, program yang ada berupa

peningkatan kualitas SDM dan rehab rumah guru. Program peningkatan kualitas

tidak dijelaskan secara detail programnya. Sedangkan untuk rehab perumahan

guru, hal ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup guru. Program ini sangat

penting untuk menjaga kualitas belajar mengajar. Karena kesejahteraan guru akan

berpengaruh kepada pola mengajarnya. Secara umum program-program ini masih

belum menyentuh persoalan yang sebenarnya. Program ini hanya akan

menyelesaikan persoalan penunjang dan bukan persoalan pokok. Peningkatan

kualitas SDM dapat berupa fasilitasi pendidikan, pengadaan buku dan kebutuhan

sekolah, pelatihan-pelatihan dan kegiatan lainnya. Permasalahan ini untuk

menjawab permasalahan kultural yaitu rendahnya SDM. Sedangkan penyebab

utama kemiskinan masyarakat pesisir lebih disebabkan karena kondisi struktural

seperti ketiadaan akses dan kontrol terhadap sumber daya pesisir dan laut.

Page 81: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

287

Kebijakan lainnya bisa dilihat dari program prioritas yang dijalankan di

Kepulauan Seribu. Terdapat empat program kerja yang menjadi prioritas antara

lain dua program di bidang pariwisata, dua bidang lainnya lebih ke pengadaan

sarana dan pemukiman. Dua program di bidang pariwisata dilakukan di Pulau

Lancang dan pulau Tidung kecil. Sedangkan dua bidang lainnya berkaitan

langsung dengan P. Pramuka yaitu peningkatan kualitas lingkungan dan

pemukiman di P. Panggang. Program peningkatan kualitas lingkungan di P.

Pramuka terdiri dari beberapa proyek antara lain : 1) Penyediaan IPAL di Pulau

Pramuka; 2) Penyelesaian jalan lingkar (keliling) Pulau Pramuka; 3) Pembuatan

taman interaktif di lingkungan pemukiman; 4) Mempercantik dermaga kolam

labuh depan Kantor Kabupaten; 5) Pembuatan restoran apung di Pulau Pramuka;

6) Pembuatan tribun VIP lapangan olah raga Pulau Pramuka.

Program peningkatan lingkungan yang dilaksanakan di P. Pramuka masih

terlihat tidak sesuai dengan permasalahan lingkungan yang ada. Penyusunan

program ini mungkin terkait dengan status P. Pramuka sebagai ibu kota

Kabupaten Kepulauan Seribu. Sehingga yang lebih diutamakan mendorong P.

Pramuka sebagai pusat jasa dan pelayanan. Program-program ini menurut

penuturan masyarakat tidak menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.

Beberapa proyek memang bermanfaat seperti pembangunan jalan lingkar P.

Pramuka, namun program lainnya lebih bersifat sekunder dan pemborosan biaya.

Karena taman yang sejatinya ramai, tidak dilengkapi dengan fasilitas dan

acara/kegiatan. Sedangkan rekreasi/tempat bermain bagi masyarakat P. Pramuka

khususnya sudah tersedia laut dengan panoramnya yang indah. Proyek-proyek

yang dijalankan pemerintah dirasakan kurang memberikan manfaat, sehingga

terkesan pemborosan biaya. Saran yang telah dibangun dan tidak diiringi dengan

perawatan yang baik dan pemeliharaan yang tepat menyebabkan banyak sarana

yang telah dibangun tidak terawat. Sedangkan kebutuhan masyarakat seperti

usaha-usaha alternatif, pelibatan aktif masayarakat dalam kegiatan pariwisata,

kurangnya sarana pendidikan dan permasalahan kesehatan belum dilayani dengan

baik. Pelaksanaan program pembangunan seperti inilah yang membuat masyarakat

menjadi apatis, tidak peduli dan tidak mau tahu dengan lingkungannya.

Page 82: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

288

Sedangkan program nasional yang diterima oleh masyarakat Kepulauan

Seribu termasuk masyarakat di P. Panggang dan P. Pramuka adalah program

pengembangan kecamatan dan program P2KP. Program ini berbasiskan kepada

pengadaan sarana dan prasarana serta permodalan bagi usaha kecil.

Tinjauan Kebijakan

Tinjauan kebijakan ini akan mengacu pada kategorisasi dari Damanhuri

(1997) yang membagi teori pembangunan ke dalam tiga besar teori yaitu teori

liberal, teori kritis (radikal) dan teori heterodox. Kebijakan pemerintah daerah

Kepulauan Seribu akan coba ditelusuri dengan mencari basis pijakan teori yang

melatarbelakangi. Dari pijakan ini setidaknya setiap proses akan diketahui latar

belakang dan tujuan akhirnya. Identifikasi program didasarkan atas kriteria-

kriteria yang mencirikan teori ekonomi tertentu. Matrik penciri utama dari setiap

program ekonomi dan kesejahteraan dijelaskan dalam Tabel 90.

Tabel 90 Matrik Penciri Utama Berdasarkan Teori Ekonomi

No Ciri-Ciri Liberal – Kapitalis Struktural – Kritis

Heterodox

1 Pendekatan Individual – kapitalis dan orientasi profit yang dominan

Anti individu-kapitalis Kolektivitas (komunis), Koperasi modern (sosial) dan Nasionalisasi

Kekuatan Ekonomi lokal

2 Basis analisa Mentalitas, perilaku individu

Individu, Negara, pasar, central-pheriphery

Nilai tradisional dan modern

3 Alat analisa Tehnokratis : dalam pengambilan keputusan (demokrasi berbasis kekuatan kapital)

Elit sentral communis : demokrasi perwakilan (buruh, tani, nelayan)

Partisipatory decision making process (gotong royong) Konsensus (Negara, swasta, legislatif)

4 Tujuan pembangunan

Growth oleh individu, privat sektor yang dominan

Growth oleh sentral komunis/Negara Keseimbangan swasta, Negara dan koperasi (sosial demokratis)

Kesejahteraan masyarakat lokal

5 Nilai Nilai luar (modern) menguat

Nilai luar (sentral komunis/sosial) menguat

Nilai lokal menguat

Sumber : Hasil Wawancara dgn Prof. Didin S. Damanhuri, 2009 (Dimodifikasi)

Page 83: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

289

Kebijakan yang akan ditinjau lebih kepada beberapa bidang yang dianggap

penting dan berkenaan secara langsung dengan pengembangan ekonomi wilayah

dan kesejahteraan masyarakat. Bidang-bidang antara lain bidang ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat serta program prioritas wilayah di tahun 2008 ini

ditinjau dari tiga teori ekonomi. Setiap program dicari relevansinya dengan ciri-

ciri yang dimiliki oleh tiga teori ekonomi (liberal-kapitalis, struktural-kritis dan

heterodox). Chek list dilakukan pada setiap nomor yang menunjukkan ciri khusus

dari masing-masing teori. Program yang mendapatkan chek list terbanyak

menunjukkan platform ideologi dari masing-masing program.

Program Ekonomi

Tabel 91 menunjukkan beberapa program ekonomi yang dijalankan oleh

pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu. Pemerintah Kabupaten Kepulauan

Seribu memiliki enam program utama di bidang ekonomi yang berkaitan langsung

dengan masyarakat pesisir.

Tabel 91 Program Bidang Ekonomi

No Program Frek Frek Frek

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 51 Rehabilitasi ekosistem Kepulauan

Seribu (mangrove, terumbu karang,padang lamun, pohon produktif)

√ √ 2 √ √ √ 3

2 Pengembangan Sea Farming Right , teknis sosial ekonomis, sumber dayadan lingkungan

√ 1 √ √ √ √ √ 4

3 The Attraction Of Tourism 2008(Enjoy Jakarta Marine & Island)

√ √ √ √ 4 √ 1

4 Pendampingan UKM di KepulauanSeribu

√ √ √ √ 4 √ 1

5 Pengembangan produk unggulKabupaten Administrasi KepulauanSeribu

√ 1 √ 1 √ √ √ 3

Teori Liberal Teori Radikal

Teori Heterodox

Page 84: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

290

Tabel 92 Platform Ideologi Program Bidang Ekonomi

No Program Teori Liberal Teori Radikal

Teori Heterodox

1 Rehabilitasi ekosistem Kepulauan Seribu (mangrove, terumbu karang, padang lamun, pohon produktif)

2 Pengembangan Sea Farming Right, teknis sosial ekonomis, sumber daya dan lingkungan

3 The Attraction Of Tourism 2008 (Enjoy Jakarta Marine & Island)

4 Pendampingan UKM di Kepulauan Seribu

5 Pengembangan produk unggul Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Tabel 92 memperlihatkan bahwa lima program kerja yang ada di bidang

ekonomi menunjukkan bahwa tiga program berhaluan heterodox, dua program

berhaluan liberal dan satu program berhaluan radikal.

Beberapa program yang berhaluan heterodox antara lain : 1) Rehabilitasi

ekosistem Kepulauan Seribu (mangrove, terumbu karang, padang lamun, pohon

produktif) ; 2) Pengembangan Sea Farming, teknis sosial ekonomis, sumber daya

dan lingkungan ; 3) Pengembangan produk unggul Kabupaten Administrasi

Kepulauan Seribu. Program-program tersebut mendorong terjadinya transformasi

dalam struktur ekonomi, sosial dan kultural. Partisipasi masyarakat dalam

pembuatan keputusan nampak terlihat dalam program rehabilitasi ekosistem

Kepulauan Seribu. Masyarakat diminta partisipasinya dalam menentukan lokasi

rehabilitasi ekosistem dan pertanggungjawaban akan keberlanjutan program.

Namun tingkat partisipasi tersebut kurang berjalan dengan baik karena faktanya

pemerintah masih sering menggunakan pola pendekatan top-down dan hanya

menghubungi beberapa elite desa yang diklaim sebagai representasi seluruh warga

masyarakat.

Sedangkan program pengembangan sea farming dimasukkan dalam

pendekatan heterodox karena keunggulannya terletak pada aspke kemandirian

yang terbangun di kalangan masyarakat pembudidaya ikan. Sea farming adalah

sistem pemanfaatan ekosistem perairan laut angkal berbasis marikultur dengan

Page 85: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

291

tujuan akhir untuk meningkatkan sumberdaya ikan bagi keberlanjutan perikanan

tangkap dan aktivitas berbasis kelautan lainnya seperti ekowisata bahari. Sea

farming tidak sama dengan marikultur. Marikultur dan kegiatan ekonomi berbasis

sumberdaya laut lainnya adalah sub-sistem dalam sea farming (PKSPL, 2008).

Pengembangan sea farming merupakan model inovasi pengembangan usaha

perikanan melalui keramba jaring apung (KJA), keramba jaring tancap (KJT),

penculture, rumput laut, hatchery skala responden dan pengolahan ikan. Program

ini bertempat di P. Semak Daun dan anggotanya kebanyakan dari P. Panggang.

Program sea farming dibuat sebagai bentuk diversifikasi usaha bagi

masyarakat pesisir khususnya nelayan. Selama ini nelayan hanya mengandalkan

usaha penangkapan yang sangat tergantung dari kondisi alam dan musim.

Kebanyakan nelayan tidak mempunyai usaha alternatif atau mempunyai usaha

lain, sehingga ketika musim paceklik datang, petani banyak terjebak dalam

keberhutangan dan terciptalah pengangguran. Melalui pengembangan usaha baru,

menciptakan harapan lain selain usaha penangkapan yang selama ini banyak

terjadi di kalangan nelayan. Program sea farming dijalankan dengan

menggunakan tiga pilar utama yaitu : 1) fishing right ; 2) insentif teknis dan sosial

ekonomi; 3) pengelolaan sumberdaya. Dalam pilar kedua, menekankan pada

pengembangan skill teknis, skill bisnis dan social capitalizing (trust building).

Sedangkan dalam pilar ketiga lebih menekankan pada pengelolaan lingkungan

perairan, pengaturan pemanfaatan sumberdaya dan natural capitalizing.

Sedangkan program ketiga yang masuk dalam kategori berhaluan

heterodox adalah program pengembangan produk unggulan Kabupaten

Administrasi Kepulauan Seribu. Pada program ini lebih menekankan pada

kekuatan ekonomi lokal sebagai basis pengembangan produk. Program dijalankan

dengan memadukan antara nilai tradisional dan modern.

Program yang lebih berhalauan liberal tercermin dalam program The

Attraction Of Tourism 2008 (Enjoy Jakarta Marine & Island). Program ini lebih

memberi ruang bagi sektor privat dalam bentuk investasi di bidang pariwisata.

Pengambilan keputusan lebih didasarkan atas kekuatan kapital dan pasar

mempunyai peranan penting dalam kesuksesan program. Ciri-ciri program yang

Page 86: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

292

seperti ini lebih dekat kepada pendekatan liberal yang lebih menekan pada

pertumbuhan ekonomi dan kekuatan individu.

Beberapa ciri dari pendekatan liberal dalam program bidang ekonomi

tersebut adalah : 1) Tujuan program berorientasi PAD, pertumbuhan, distribusi

dan nilai kompetitif barang; 2) pasar mempunyai peranan besar dalam kesuksesan

program yang diindikasikan dengan promosi; 3) investor dalam hal ini pemilik

kapital mempunyai peranan dominan; 4) menguatnya nilai-nilai kemodernan

karena adanya banyak atraksi wisata.

Hanya terdapat satu program yang berhalauan struktural yaitu

Pendampingan UKM di Kepulauan Seribu. Dalam proses pendampingan tujuan

akhirnya adalah membangun kemandirian usaha bagi UKM. Pemerintah dalam

hal ini mempunyai peranan dominan khususnya dalam menfasilitasi UKM baik

dalam bidang permodalan, pemasaran dan pengembangan kelembagaan usaha.

Pendampingan UKM mendorong agar UKM tidak terjebak pada pola patronase

akibat ketiadaan akses terhadap sumber-sumber permodalan maupun pemasaran.

Kondisi ini seringkali membawa UKM kepada ketergantungan yang tinggi kepada

pemilik modal dan pengusaha besar.

Program Kesejahteraan masyarakat

Sedangkan dalam bidang kesejahteraan masyarakat mayoritas program

juga lebih banyak berhalauan liberal. Dari empat program yang berkenaan

langsung dengan masyarakat pesisir di Kelurahan P. Panggang, tiga diantaranya

berhalauan liberal yaitu 1) Magang pemuda Kepulauan Seribu ; 2) Pendataan

ketenagakerjaan Kepulauan Seribu; 3) Kegiatan wisata bahari oleh pelajar.

Pencirian program lebih dekat kepada halauan liberal diindikasikan oleh

beberapa hal yang merujuk kepada ciri-ciri pendekatan liberal. Pada program

magang pemuda Kepulauan seribu, aspek mental dan perilaku individu menjadi

salah satu ciri khas pendekatan liberal. Pendekatan dalam program ini adalah

meningkat skill individu agar bersikap terampil, perilaku positif dan modern

sesuai dengan kebutuhan kerja. Orientasi dari program ini diperkirakan untuk

membangun individu yang kompetitif dalam dunia kerja atau setidaknya dapat

berwiraswasta. Sebagai konsekwensinya maka indiviu yang magang harus

Page 87: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

293

mengenal nilai-nilai modern agar bisa maju dan terampil dalam mengoperasikan

tehnologi tertentu. Ciri pendekatan liberal lainnya adalah terserapnya tenaga kerja

dan mengurangi pengangguran.

Program ini mempunyai kemiripan dengan program pendataan

ketenagakerjaan Kepulauan Seribu. Tujuan dari program ini diduga adalah untuk

mengurangi pengangguran dengan melakukan pendataan awal ketenagakerjaan.

Basis analisa dari program ini adalah lebih menekankan pada perubahan perilaku

individu dan mental yang siap kerja.

Satu-satunya program yang bercirikan pendekatan non liberal adalah

program peningkatan kualitas SDM Kepulauan Seribu melalui penguatan

kelembagaan. Program ini lebih dekat kepada pendekatan heterodox karena

beberapa ciri antara lain : pertama, pengembangan kualitas SDM didasarkan atas

faktor kelembagaan. Penguatan faktor kelembagaan merupakan upaya untuk

membangkitkan kekuatan lokal seperti jaringan sosial, organisasi masyarakat dan

aturan yang berkembang di masyarakat. Ciri kedua, penekanan pada aspek

partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program. Jenis-jenis kegiatan

disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Program bidang kesejahteraan

masyarakat dan platform ideologinya dapat dilihat pada tabel 93 dan 94 di bawah

ini.

Tabel 93 Program Bidang Kesejahteraan Masyarakat

No Program Frek Frek Frek

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 51 Peningkatan kualitas SDM

Kepulauan Seribu melaluipenguatan kelembagaan

√ √ 2 √ √ √ 3

2 Magang pemuda KepulauanSeribu

√ √ √ 3 √ √ 2

3 Pendataan ketenagakerjaanKepulauan Seribu

√ √ √ √ √ 5

4 Kegiatan wisata bahari olehpelajar

√ √ √ √ 4 √ 1

Teori Liberal Teori Radikal

Teori Heterodox

Page 88: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

294

Tabel 94 Platform Ideologi Program Bidang Kesejahteraan Masyarakat

No Program Teori Liberal Teori Radikal

Teori Heterodox

1 Peningkatan kualitas SDM Kepulauan Seribu melalui penguatan kelembagaan

2 Magang pemuda Kepulauan Seribu

3 Pendataan ketenagakerjaan Kepulauan Seribu

4 Kegiatan wisata bahari oleh pelajar

Selain dua bidang penting di atas, yang perlu mendapatkan perhatian juga

adalah program kerja yang menjadi prioritas pengembangan wilayah Kepulauan

Seribu di Tahun 2008. Prioritas program lagi-lagi lebih banyak didominasi oleh

program yang berbasiskan kepada pendekatan liberal. Investasi pariwisata bahari

menjadi pilihan utama bagi pemerintah Kepulauan Seribu guna meningkatkan

pembangunnya. Kebijakan pembangunan pariwisata bahari tidak memiliki nilai

adaptabilitas dan keadilan karena kurangnya memberikan manfaat bagi nelayan

dan masyarakat pulau. Kawasan pariwisata bahari akan menjadi kawasan khusus

dan ekslusif dengan kepemilikan usaha dan pengelolaan biasanya diserahkan

kepada investor/swasta. Pola seperti ini jelas dilakukan dengan tujuan untuk

mengejar pertumbuhan ekonomi, PAD dan PDRB.

Banyaknya pulau-pulau kecil yang disulap menjadi pulau wisata tanpa

pelibatan masyarakat di dalam pengelolaan hanya akan menyingkirkan

masyarakat ke jurang kemiskinan dan ketiadaan aset. Nelayan akan semakin

kehilangan akses terhadap sumber daya pesisir dan laut, apalgi undang-undang

No.27 Th 2007 tentang pengelolaan pesisir dan laut tentang HP3 semakin

membuka ruang lebar bagi masuknya para investor dalam menguasai pulau-pulau

kecil. Kepadatan penduduk semakin tinggi, sedangkan lahan untuk tinggal seperti

di P. Panggang dan Pramuka semakin terbatas. Sedangkan pulau-pulau lain yang

seharusnya bisa menjadi lokasi baru pemukiman, justru disewakan kepada

investor untuk kegiatan wisata bahari.

Keterdesakan masyarakat sebagai akibat melonjaknya populasi dan tidak

adanya ruang untuk tinggal akan berdampak kepada munculnya perilaku-perilaku

Page 89: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

295

negatif masyarakat seperti merusak sumber daya alam yang ada. Degradasi

sumber daya pesisir dan laut khususnya ekosistem terumbu karang bukan semata

karena permasalahan teknis semata akibat pengeboman atau ketidaktahuan

masyarakat, tapi lebih karena terbatasnya akses masyarakat terhadap SDPL akibat

pola kepemilikan lahan yang sudah berubah dari bersifat common menjadi

komoditas. Pola investasi seperti ini terjadi karena adanya perselingkuhan antara

kaum pengusaha yang merepresentasikan kelompok kapitalis/borjuis dengan elit

birokrat yang memberikan ijin usaha. Elit penguasa dan yang menopang elit

pengusaha sebetulnya adalah yang paling bertanggungjawab terhadap proses

ekploitasi yang luas dan dalam di negara miskin. Dalam definisi penganut

marxian, kelompok ini biasa disebut sebagai kelas ”komprador” (compradore

class). Klas otoriter birokratis inilah yang menjembatani kepentingan kapitalis

dengan kekuatan modalnya, mengekploitasi rakyat miskin. Kolaborasi pemilik

modal dalam program-program pembangunan melahirkan inefisiensi dalam

pembangunan. Akibatnya banyak program yang tidak bisa berjalan efektif.

Pola investasi pariwisata bahari merupakan bentuk lain dari kebijakan

yang pro pasar. Memang hal itu menjadi salah satu strategi dari pemerintah

daerah Kabupaten Kepulauan Seribu seperti tertera dengan jelas paa butir 13 dari

skenario rencana strategis Kepulauan Seribu yang berbunyi ” Meningkatkan dan

membangun infrastruktur ekonomi yang baik (termasuk pelayanan investasi guna

menarik investor yang simple, kebijakan pro pasar dan bermitra dengan dunia

usaha / Public Private Partnership)”. Kebijakan sangat jelas menunjukkan

bahwa kebijakan pemerintah daerah Kepulauan Seribu didominasi oleh haluan

liberal.

Namun masih ada program yang sebetulnya dapat menjadi penyemangat

hidup masyarakat P. Panggang dan P. Kelapa yaitu penyediaan pemukiman.

Program ini terkesan aneh dan susah untuk dicapai maksimal mengingat luas

lahan kosong di P. Panggang dan P. Kelapa sudah sangat terbatas. Luas P.

Panggang saja hanya 9 Ha dan saat ini jumlah penduduk mencapai 5.481 jiwa.

Kondisi perumahan yang ada di P. Panggang sangat padat dan berdempetan.

Bahkan dalam sebuah sumber, tingkat kepadatan P. Panggang lebih tinggi

dibandingkan Jakarta. Kondisi rumah berdempetan menyebabkan kualitas

Page 90: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

296

pemukiman tidak nyaman. Begitu halnya dengan P. Kelapa merupakan pulau

yang sangat padat penduduknya. Program penyediaan pemukiman pada satu sisi

penting dilakukan karena memenuhi kebutuhan dasar penduduk, namun jika

dilaksanakan di lokasi yang tidak sesuai hanya akan mengakibatkan penambahan

penduduk, pengurangan daya dukung lingkungan dan pemborosan biaya.

Demikian halnya dengan program kualitas lingkungan pulau Pramuka.

Beberapa kegiatan dalam program ini antara lain : 1) Penyediaan IPAL di Pulau

Pramuka; 2) Penyelesaian jalan lingkar (keliling) Pulau Pramuka; 3) Pembuatan

taman interaktif di lingkungan pemukiman; 4) Mempercantik dermaga kolam

labuh depan Kantor Kabupaten ; 5) Pembuatan restoran apung di Pulau Pramuka ;

6) Pembuatan tribun VIP lapangan olah raga Pulau Pramuka. Dari enam sub

program yang ada, hanya penyediaan IPAL dan kegiatan jalan lingkar keliling

yang dapat diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan hidup masyarakat. Pola

kegiatan ini sebetulnya lebih condong kepada pendekatan liberal karena lebih

banyak pendekatannya biasanya dilakukan melalui proyek-proyek jangka pendek.

Tujuan membangun harmoni dan kenyamanan memang dapat dilakukan melalui

pemenuhan kebutuhan psikologis melalui rekreasi dan wisata. Tapi membangun

tempat wisata di daerah wisata, apakah merupakan kebijakan yang tepat,

mengingat Kepulauan Seribu merupakan tujuan wisata. Tabel 94 memperlihatkan

program prioritas wilayah tahun 2008 Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

ditinjau dari teori ekonomi.

Page 91: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

297

Tabel 95 Program Prioritas Wilayah Tahun 2008

No Program Frek Frek Frek

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 51 Menjadikan Pulau Lancang

sebagai kawasan wisata andalankedua setelah Pulau UntungJawa

√ √ √ √ 4 √ 1

2 Penyediaan pemukiman bagimasyarakat di Pulau Panggangdan Pulau Kelapa sertamelakukan kajian penyediaansumber tenaga listrik di PulauDamar

√ √ √ 3 √ 1 √ 1

3 Menjadikan Pulau Tidung Kecilsebagai kawasan wisataagro danedukasi

√ √ √ √ 4 √ 1

4 Meningkatkan kualitaslingkungan Pulau Pramukasebagai kawasan percontohan(Ibukota Kabupaten)

√ √ √ 3 √ 1 √ 1

Teori Liberal Teori Radikal Teori Heterodox

Tabel 96 Platform Ideologi Program Prioritas Wilayah Tahun 2008

No Program Teori Liberal

Teori Radikal

Teori Heterodox

1 Menjadikan Pulau Lancang sebagai kawasan wisata andalan kedua setelah Pulau Untung Jawa

2 Penyediaan pemukiman bagi masyarakat di Pulau Panggang dan Pulau Kelapa serta melakukan kajian penyediaan sumber tenaga listrik di Pulau Damar

3 Menjadikan Pulau Tidung Kecil sebagai kawasan wisataagro dan edukasi

4 Meningkatkan kualitas lingkungan Pulau Pramuka sebagai kawasan percontohan (Ibukota Kabupaten)

Melihat kebijakan yang ada melalui program kerja di bidang ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat serta program-program prioritas terlihat bahwa

kebijakan yang dijalankan pemerintah Kepulauan Seribu lebih berhalauan liberal.

Strategi pengembangan ekonomi ditekankan kepada pertumbuhan ekonomi

dengan tujuan pembangunan ditekankan pada tingginya PAD dan PDRB. Pola

Page 92: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

298

pendekatan pembangunan seperti ini merupakan cerminan dari kebijakan

pemerintah pusat. Kepulauan Seribu yang masih berada dalam wilayah DKI

Jakarta tentunya sangat dipengaruhi oleh kebijakan yang ada di atasnya.

Pendekatan liberal memberi ruang sebesar-besarnya kepada mekanisme pasar

dengan strategi mendatangkan investor dalam mengelola pulau-pulau kecil di

Kepulauan Seribu untuk berbagai pemanfaatan khususnya sebagai lokasi wisata

bahari.

Investasi pariwisata bahari terbukti hanya akan membatasi akses nelayan

dan masyarakat pesisir untuk memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut.

Mekanisme pengelolaan yang cenderung ekslusif hanya akan menjadikan nelayan

semakin tersudut dan terpojok pada lingkungan hidup yang kumuh, padat, sesak

dengan kondisi sumber daya alam yang semakin rusak. Faktor alam dan pola

pendapatan yang sangat ditentukan musim, ditambah akses yang terbatas, pola

hubungan ekploitatif di lingkungan nelayan dan lemahnya faktor kelembagaan

dan kebijakan, semakin memperburuk masa depan kehidupan nelayan dan

masyarakat pesisir serta memperjelas kemiskinan kronis yang akan dideritanya.

7.3.3 Peran Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKS)

Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu tersusun oleh Ekosistem Pulau-

Pulau Sangat Kecil dan Perairan Laut Dangkal, yang terdiri dari Gugus Kepulauan

dengan 78 pulau sangat kecil, 86 Gosong Pulau dan hamparan laut dangkal pasir

karang pulau sekitar 2.136 hektar (Reef flat 1.994 ha, Laguna 119 ha, Selat 18 ha

dan Teluk 5 ha), terumbu karang tipe fringing reef, Mangrove dan Lamun

bermedia tumbuh sangat miskin hara/lumpur, dan kedalaman laut dangkal sekitar

20-40 m.

Dari jumlah pulau yang berada di dalam kawasan TNKS yang berjumlah

78 pulau, diantaranya 20 pulau sebagai pulau wisata, 6 pulau sebagai hunian

penduduk dan sisanya dikelola perorangan atau badan usaha.

Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

Departemen Kehutanan Nomor SK.05/IV-KK/2004 tanggal 27 Januari 2004

tentang Zonasi Pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, membagi

zonasi pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu sebagai berikut :

Page 93: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

299

• Zona Inti Taman Nasional (4.449 Hektar) adalah bagian kawasan taman

nasional yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya

perubahan apapun oleh aktivitas manusia

• Zona Perlindungan Taman Nasional (26.284, 50 Hektar) adalah bagian

kawasan taman nasional yang berfungsi sebagai penyangga zona inti

taman nasional.

• Zona Pemanfaatan Wisata Taman Nasional (59.634,50 Hektar) adalah

bagian kawasan taman nasional yang dijadikan sebagai pusat rekreasi dan

kunjungan wisata.

• Zona Pemukiman Taman Nasional (17.121 Hektar) adalah bagian kawasan

taman nasional yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan perumahan

penduduk masyarakat.

• Zona Pemukiman meliputi perairan sekitar Pulau Pemagaran, Panjang

Kecil, Panjang, Rakit Tiang, Kelapa, Harapan, Kaliage Besar, Kaliage

Kecil, Semut, Opak Kecil, Opak Besar, Karang Bongkok, Karang

Congkak, Karang Pandan, Semak Daun, Layar, Sempit, Karya, Panggang,

dan Pramuka, pada posisi geografis 5°38'00"-5°45'00" LS dan 106°33'00"-

106°40'00" BT

Kelurahan P. Panggang termasuk dalam wilayah TNKS, sehingga setiap

aktivitas pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut di wilayah ini senantiasa

bersinggungan dengan pihak TNKS. Keberadaan TNKS bagi sebagian

masyarakat telah banyak membantu khususnya dalam upaya pemulihan terumbu

karang, mangrove dan ekosistem pesisir lainnya. Beberapa program yang pernah

dijalankan dengan mendorong partisipasi masyarakat di dalamnya, antara lain :

a. Program Rehabilitasi Karang dan Perlindungan Kawasan Konservasi

Mandiri

Program ini merupakan salah satu bentuk dari pemberdayaan masyarakat

yang dilakukan oleh TNKS. Program ini diinisiasi dengan pertimbangan kondisi

Kepulauan Seribu tersusun dari ekosistem pulau-pulau sangat kecil dan perairan

laut dangkal yang unik, khas dan berpotensi sebagai daerah reproduksi biota laut

namun sangat rentan dan mudah rusak. Adanya program ini juga didorong oleh

fakta masyarakat Kepulauan Seribu yang mayoritas nelayan dan mempunyai

Page 94: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

300

ketergantungan yang tinggi terhadap ekosistem terumbu karang, mangrove dan

ekosistem pesisir lainnya. Di sisi lain, kerusakan ekosistem pesisir dan laut

semakin tinggi yang mengancam kualitas ekosistem SDPL tersebut dan pada

gilirannya mempengaruhi kesejahteraan masyarakat pesisir Kepulauan Seribu.

Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Rehabilitasi Karang

dan Perlindungan Kawasan Konservasi Mandiri telah di mulai sejak Tahun 2003

dengan kegiatan penyuluhan penyadaran dan pembangunan percontohan

penangkaran. Tahun 2005 program pemberdayaan masyarakat berjalan dengan

Surat Dirjen PHKA Nomor : S.684/IV-KKH/2005 tanggal 11 Nopember 2005

perihal transplantasi koral di TNKS.

Program ini dilaksanakan dengan rehabilitasi karang secara mandiri oleh

nelayan dan sebagai insentif adalah usaha ekonomi budidaya karang hias di

sekitar pulau pemukiman di zona pemukiman TN Kepulauan Seribu. Peserta

program adalah nelayan yang tergabung dalam PERNITAS (Perhimpunan

Nelayan Karang Hias) dan dilakukan dengan sistem "Bapak Angkat" dengan

bekerjasama dengan Pengusaha sebagai bapak angkat.

Sampai Tahun 2008 sebanyak 17 kelompok nelayan yang ikut serta atau

mampu menyerap tenaga kerja kurang lebih sebanyak 110 orang. Perusahaan

(bapak angkat) yang iku serta mendukung program ini sebanyak 24 buah.

Diperkirakan program ini mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 200 - 300

orang. Secara finansial, kegiatan pemberdayaan masyarakat ini mampu

mengangkat perekonomian nelayan dengan peningkatan pendapatan 1-3 juta/

bulan. secara ekologi juga mampu mendukung penyelamatan terumbu karang,

dengan menurunnya pencurian dan pengeboman terumbu karang sehingga tutupan

karang menjadi naik, nelayan berkewajiban melakukan restoking karang ke alam.

Berdasarkan hasil survey lapangan, keberadaan organisasi Pernitas tidak

terlalu aktif, bahkan dipenuhi konflik internal sehingga memicu terbentuknya

kelompok nelayan ikan hias lain yaitu Klompis (organisasi nelayan pencinta ikan

hias). Usaha budidaya karang hias secara kasat mata dapat menjadi mata

pencaharian alternatif bagi masyarakat nelayan. Namun, jika diperhatikan pola

kemitraan yang terjalin yaitu dengan sistem ”bapak angkat” dimana pengusaha

karang hias sebagai bapak angkatnya, maka yang keuntungan terbesar cenderung

Page 95: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

301

dinikmati oleh pengusaha sebagai bapak angkat. Nelayan ikan hias hanya

diposisikan sebagai buruh dan akses terhadap pasar tetap dipegang oleh

pengusaha sebagai Bapak angkat. Pola hubungan seperti ini merupakan bentuk

ketergantungan ekonomi yang lazim terjadi di lingkungan masyarakat pesisir,

seperti dalam pola hubungan antara nelayan buruh dengan pemilik kapal atau

nelayan kecil dengan bakul ikan. Keterbatasan akses modal dan pasar seringkali

menjadi hambatan meskipun pelaksanaan program ini dalam bentuk kelompok.

Hambatan yang sering terjadi adalah konflik internal dalam kelompok akibat

sikap-sikap individu dan pragmatisme masing-masing anggota. Hal itu yang

dapat dilihat dalam Kelmpok Pernitas yang saat ini mulai kurang aktif dan

nelayan mendirikan organisasi baru yaitu Klompis.

b. Model Desa Konservasi

Model Desa Konservasi (MDK) merupakan desa yang dijadikan model

dalam upaya memberdayakan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan

konservasi, dengan memperhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, budaya dan

aspek lainnya. Tujuan pembentukan MDK adalah untuk pelestarian kawasan

Taman Nasional Kepulauan Seribu dan mewujudkan kesejahteraan Masyarakat.

Ujung tombak dari MDK adalah SPKP (Sentra Penyuluhan Konservasi

Pedesaan). Ada 3 (tiga) SPKP yaitu SPKP Bintang laut di kelurahan Pulau

Kelapa, SPKP Elang Bondol di Kelurahan P. Harapan, SPKP Samo-samo di

Kelurahan P. Pramuka. Sebagai ujung tombak, SPKP akan berperan sebagai

kordinator, fasilitator dan atau pelaksana.

Model Desa Konservasi (MDK) diluncurkan secara resmi pada tanggal 19

Agustus 2008, bertempat di Kantor Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, BTN

Kepulauan Seribu secara resmi meluncurkan. Pembentukan sampai peluncuran

MDK memerlukan waktu yang panjang dan berbagai langkah. Perjalanan MDK

dimulai Desember 2005 dengan kegiatan identifikasi dan penetapan desa terpilih

sekaligus penyusunan master plan MDK. Bulan November 2006 dilakukan

pembentukan SPKP di kelurahan Panggang, Bulan Desember 2006 pembentukan

SPKP Kelurahan Pulau Harapan dan Bulan Nopember 2007, pembentukan SPKP

Page 96: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

302

kelurahan Pulau kelapa. Untuk memperkuat kelembagaan SPKP dilakukan

kegiatan penguatan kelembagaan antara lain workshop MDK dan rembug warga.

Proses pembentukan MDK dilakukan secara bertahap mulai dari proses

identifikasi, pembuatan master plan, pembentukan Sentra Penyuluhan Kehutanan

Pedesaan (SPKP) dan penguatan kelembagaan melalui workhsop dan rembug

desa. Dalam program ini pelibatan masyarakat berperan penting dalam

pelestarian kawasan TNKS. Upaya pihak TNKS dengan melibatkan masyarakat

merupakan langkah yang tepat karena aktivitas-aktivitas pengrusakan ekosistem

pesisir dan laut di kawasan konservasi ini seringkali dilakukan oleh masyarakat.

Tindakakan ini dilakukan guna mendorong masyarakat agar ikut

bertanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan kawasan taman nasional.

Pendekatan keamanan yang cenderung represif selama ini terbukti kurang ampuh

dalam menghalau upaya-upaya pengrusakan. Masyarakat selama ini kurang

dilibatkan dalam proses pengelolaan kawasan. Akibatnya seringkali terjadi

pengrusakan ekosistem di kawasan taman nasional.

Namun demikian, idealnya masyarakat di lingkungan kawasan taman

nasional ini juga merasakan dampak positif dari keberadaan taman nasional.

Berdasarkan hasil wawancara 47% penduduk merasakan cukup diperhatikan oleh

pemerintah daerah termasuk pihak taman nasional, khususnya dalam peningkatan

kesejahteraan melalui program pemberdayaan masyarakat. Meskipun sebagian

masyarakat masih merasakan bahwa sangsi dan peraturan yang diterapkan oleh

pihak TNKS seringkali memberatkan sehingga tidak jarang di beberapa tempat

terjadi konflik sosial antara nelayan dengan pihak taman nasional. Namun

intensitas konflik ini sangat minim. Hal ini menunjukkan pola pendekatan yang

dilakukan pihak TNKS cukup baik.

Pelibatan masyarakat dalam membangun MDK idealnya mampu

mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Faktanya, penduduk di

kawasan TNKS masih berada dalam kemiskinan. Masyarakat dilibatkan dalam

pengelolaan sumber daya pesisir dan laut namun aktivitas-aktivitas penangkapan

dengan alat tangkap terlarang dan teknologi modern seperti mouroami seringkali

luput dari perhatian aparat TNKS. Hal ini mendorong ketidakpercayaan

masyarakat terhadap aparat yang terkesan melakukan pembiaran terhadap

Page 97: 7 DAYA DUKUNG PULAU DAN KESEJAHTERAAN 7.1 Faktor … · 7.1 Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung dan Kesejahteraan ... masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner maupun FGD,

303

aktivitas penangkapan yang merusak. Ketidakpercayaan ini melahirkan tindakan

pengrusakan serupa terhadap ekosistem pesisir dan laut oleh nelayan tradisional

dengan menggunakan potasium. Saat ini kecenderungan pemakaian potasium

mengalami penurunan yang sangat signifikan. Kesadaran untuk menjaga kualitas

ekosistem pesisir dan laut khususnya terumbu karang makin tinggi. Terbukti

aktivitas pengeboman menurut Yayasan Terangi menurun dan upaya rehabilitasi

terumbu karang mulai terbangun di kalangan masyarakat Keluarahan P.

Panggang. Perubahan sikap ini terbentuk karena upaya massif dan pendampingan

yang dilakukan oleh TNKS dan beberapa LSM termasuk Yayasan Terangi tentang

pentingnya memelihara eksosistem terumbu karang dan SDPL lainnya.

Perubahan main set dan paradigma masyarakat dalam hal ini terbentuk sebagai

akibat adanya pengaruh dari pihak luar dan tidak terbangun dari masyarakat

sendiri.