68366262-klasifikasi-batuan-dan-tanah.docx
TRANSCRIPT
1. KLASIFIKASI BATUAN
1.1 Berdasarkan Tingkat Pelapukannya
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada
kulit bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin).
Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi
butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Pelapukan
dibagi dalam tiga macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan
pelapukan biologis. Batuan, dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat
kelapukannya sebagai berikut :
Grade Description Lithology Excavation Foundations
I Soil
Some organic
content, no
original structure
May need
to save and
re-use
Unsuitable
IICompletely
Weathered
Decomposed
soil, some
remnant
structure
ScrapeAssess by
soil testing
IIIHighly
Weathered
Partly change to
soil > rock
Scrape NB
corestones
Variable and
Unreliable
IVModerately
Weathered
Partly change to
soil > rockRip
Good for
most small
structure
VSlightly
Weathered
Increased
fracture and
mineral staining
Blast
Good for
anything
except large
dams
VI Fresh Rock Clean rock Blast Sound
1 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
1.2 Berdasarkan ukuran butir (Grain Size)
Batuan pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan ukuran butir (Grain
size). Sehingga banyak penamaan batuan merupakan implikasi dari ukuran butir
yang dimilikinya. Dalam bidang geologi teknik, pengklasifikasian yang
digunakan adalah yang telah disesuaikan secara umum dengan pengetahuan ilmu
keteknikan lainnya. Dimana biasanya telah disesuaikan antara rock dan soil.
Tidak sespesifik seperti yang sering dijabarkan dalam ilmu Geologi itu sendiri
(misalnya : Klasifikasi Wentworth, 1922).
Term Particle size (mm) Equivalent Soil GradeVery Coarse
Grained> 60 Boulder and Cobble
Coarse
Grained 2 - 60Gravel
Moderately
Grained0.06 - 2 Sand
Fine Grained 0.002 - 0.6 Silt
Very Fine
Grained< 0.002 Clay
1.3 Berdasarkan kekuatan batuan (Rock Strenght)
Kekuatan batuan, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain : waktu
pembentukan, sementasi, ikatan antar kristal, proses alterasi, derajat pelapukan
yang dialami, dan lain sebagainya. Untuk menentukan kekuatan relative batuan,
dapat dilakukan beberapa tes simple di lapangan. Untuk selanjutnya dapat
diperkuat dengan melakukan tes laboratorium. Dapat dijabarkan berdasarkan
metode ISRM (International Society of Rocks Mechanic).
Grade Description Field Identification
Unaxial Compressive
Strenght (Approx)
R0 Extremely weak rocks
Indented by thumbnail 0.04 to 0.15
2 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
ksi
R1 Very weak rocks
Specimen crumbles under
sharp blow with point of
geological hammer, and
can be cut with a pocket
knife.
0.15 to 3.6
ksi
R2 Moderately weak rocks
Shallow cuts or scrapes can
be made in a specimen
with a pocket knife.
Geological hammer point
indents deeply with firm
blow.
3.6 to 7.3 ksi
R3 Moderately strong rocks
Specimen cannot be
scraped or cut with a
pocket knife, shallow
indentation can be made
under firm blows from a
hammer point.
7.3 to 15 ksi
R4 Strong rocks
Specimen breaks with one
firm blow from the
hammer end of a
geological hammer
15 to 29 ksi
R5 Very strong rocks
Specimen requires many
blows of a geological
hammer to break intact
sample.
Greater than 29 ksi
1.4 Berdasarkan Discontinuity spacing
Discontinuity dalam Geologi Teknik adalah sebuah bidang atau permukann
yang menandai perubahan baik secara fisis maupun kimiawi dalam suatu massa
batuan. Sebuah discontinuity dapat berupa : bedding (lapisan), kenampakan skiss,
3 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
belahan (cleveage), foliasi, kekar, rekahan, maupun bidang sesar. Diskontinuitas
menjadikan massa batuan bersifat anisotropic.
Discontinuity spacing, merupakan sebuah ruang yang terbentuk pada massa
batuan pada saat dilakukan pemboran. Terbentuk secara alami, tidak termasuk
akibat aktivitas pemboran atau penanganan lain yang menimbulkan kerusakan
mekanik. Evaluasi dari Discontinuity spacing, selanjutnya dilakukan dengan
rekaman – rekaman data yang telah dirangkum sebelumnya dalam catatan
lapangan. Evaluasi, biasanya didasarkan pada pengklasifikasian berikut.
Spacing of
DiscontinuityDescription
Very widely spaced Greater than 10 ft.
Widely spaced 3 ft to 10 ft.
Moderately spaced 1 ft to 3 ft.
Closely spaced 2 inches to 12 inches
Very closely spaced Less than 2 inches
4 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
1.5 Berdasarkan Discontinuity Condition
Didasarkan kepada : Roughness, Wall Hardness, gouge thickness. Rekaman
data untuk setiap diskontinuitas harus di buat per pengeboran. Yang kemudian
akan dianalisa kondisinya berdasarkan tablel berikut.
Condition Description
Excellent Condition
Very rough surfaces,
no separation, hard
discontinuity wall.
Good Condition
Slightly rough
surfaces, separation
less than 0.05 inches,
hard discontinuity
wall.
Fair Condition
Slightly rough
surface, separation
greater than 0.05
inches, soft
discontinuity wall.
Poor Condition
Slightly rough
surface, separation
greater than 0.05
inches, soft
discontinuity wall.
Very poor condition
Soft gouge greater
than 0.2 inches, or
open discontinuities
greater than 0.2
inches.
5 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
1.6 Berdasarkan Core Recovery
Dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Core Recovery (%) = 100 X Length of Core Recovered
Length of Core Run
1.7 Berdasarkan RQD (Rock Quality Designation)
Dikembangkan oleh Deere (Deere et al 1967) untuk memberikan perkiraan
kuantitatif dari kualitas massa batuan dari inti bor log. Merupakan persentase dari
hasil pemboran yang lebih panjang dari 100 mm (4 inchi). Per panjang total hasil
pemboran.
Core setidaknya harus memiliki diameter sekitar 54,7 mm atau 2,15 inchi
dalam proses penentuan RQD. Secara grafis, prosedur pengukuran dan
kalkulasinya sebagai berikut :
6 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
Indeks RQD :
RQD (Percent) Rock Mass Quality
< 25 Very poor
25-50 Poor
50-75 Fair
75-90 Good
90-100 Excellent
1.8 Berdasarkan Fracture Frequency
Fracture Frequency mengarah pada jumlah rekahan per unit dari total
seluruh hasil pemboran. Data mengenai hal ini, harus dicatat di lapangan .
Rekahan yang terbentuk harus secara alami. Tidak termasuk yang dihasilkan
secara mekanik pada saat pemboran dan penanganan. Dan rekahan yang
berbentuk vertical tidak disertakan dalam determinasi pada indeks.
2. KLASIFIKASI TANAH
2.1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Ukuran Butir
Tanah terutama diklasifikasikan berdasarkan distribusi dan sifat dari
butirannya. Klasifikasi tanah yang terdapat dalam kegiatan ekslorasi log di
lapangan, didasarkan kepada prosedur yang telah dimodifikasi dalam ASTM
2488. Bahkan secara lengkap telah membahas beberapa aspek dimulai dari
angularity , consistency / density, moisture, structure, dan lain sebagainya.
Secara umum, tanah dibedakan menjadi 4 bagian. Diantaranya :
Coarse Grained Soil : Mengandung ≤ 50 % partikel
berukuran 0,075 mm.
Fine Grained Inorganic Soil : Mengandung > 50% partikel
berukuran 0,075 mm.
Fine Grained Organic Soil : Mengandung material organic yang
cukup, yang akan mempengaruhi nama batuan.
Pet : Merupakan jaringan tumbuhan
dengan tingkat dekomposisi yang berbeda. Bertekstur serat – serat
sampai amorf. Biasanya memiliki warna cokelat gelap – hitam, serta
7 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
terdapat material – material organic terbusukkan dalam kandungan
yang tinggi. Dalam bentuk pet, tanah selanjutnya tidak dapat
dilakukan pengklasifikasian sesuai dengan prosedur.identifikasi.
Soil
Constituen
t
Description
Boulder Particles of rock that will not pass through a 12 in.
opening.
Cobble Particles of rock that will pass through a 12 in. opening,
but will not pass through a 3 in. opening.
GravelParticles of rock that will pass through a 0.19 in. (4.75 mm)
opening, but will not pass a 0.003 in. (0.075 mm) opening.
Sand
Soil that will pass through a 0.003 in. (0.075 mm) opening
that is nonplastic or very slightly plastic and exhibits little
or no strength when airdried.
Silt
Soil that will pass through a 0.003 in. (0.075 mm) opening
that is nonplastic or very slightly plastic and exhibits little
or no strength when airdried.
Clay
Soil that will pass through a 0.003 in. (0.075 mm) opening
that is nonplastic or very slightly plastic and exhibits little
or no strength when airdried.
Organic
Soil
Soil that contains enough organic particles to influence the
soil properties
Peat
Soil that is composed primarily of vegetable tissue in
various stages of decomposition usually with an organic
odor, a dark brown to black color, a spongy consistency,
and a texture ranging from fibrous to amorphous.
8 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
2.1.1 Klasifikasi Coarse Grained Soil
Gambar 2.1 Klasifikasi Coarse Grained Soil
2.1.2 Klasifikasi Fine Grained Inorganic Soils.
9 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
Gambar 2.2 Klasifikasi Fine Grained Inorganic Soil
2.1.3 Klasifikasi Organic Fine Grained Soils
10 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
11 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
12 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
Gambar 2.3a,b,c,d,e Klasifikasi Organic Fine Grained Soil
2.1.4 Angularitas
Merupakan derajat kebundaran. Klasifikasi dan deskripsinya, pada
gambar berikut :
Gambar 2.4 Derajat Kebundaran (Angularity)
13 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
2.1.5 Berdasarkan Consistency dan Relative Dencity
Sifat terpenting yang mempengaruhi tingkat kekompakan batuan
adalah konsistensinya. Dibagi menjadi dua kategori utama. Yakni :
Cohesive (bersifat plastis), serta Cohesionless (bersifat non plastis). Di
setiap kategori, setiap tingkat diberikan indeks klasifikasi yang berbeda
pula. Tes yang digunakan sebagai indicator, adalah The Standard
Penetration Tess (ASTM 1586). Yang kemudian secara luas digunakan
untuk menetapkan ketahanan tanah yang bersifat plastis, serta densitas
(kepadatan) tanah yang bersifat non plastis, sebagai berikut :
14 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
Gambar 2.5a,b Klasifikasi ketahanan tanah yang bersifat plastis, serta densitas
tanah yang bersifat non plastis
2.1.6 Berdasarkan Warna Batuan
Warna tanah bukanlah merupakan sifat yang terlalu dapat dijadikan
sebagai patokan dalam pengklasifikasian. Namun, lebih menekankan
kepada rekam proses – proses geologi yang telah dialami oleh sebuah
massa tanah. Selain itu, warna juga dapat dijadikan sebagai alat bantu
korelasi dari unit – unit tanah di bawah permukaan. Warna tanah
sebaiknya ditentukan berdasarkan tingkat kelembapan yang natural di
lapangan. Pengelompokan, banyak menggunakan Munsell Soil Color
Charts.
Gambar 2.6 Munson Soil Color Chart
15 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
Gambar 2.7 Pengaplikasian di Lapangan
2.1.7 Berdasarkan Moisture (Kelembapan)
Perkiraan terhadap tingkat kelembapan batuan, biasanya dilakukan
secara visual dengan parameter relative di lapangan. Kriteria kelembapan,
selanjutnya diklasifikasikan seperti gambar berikut :
Gambar 2.8 Kriteria kelembapan tanah
2.1.8 Berdasarkan Struktur
Tanah pada umumnya memiliki beberapa sifat fisis yang
berpengaruh terhadap klasifikasi strukturnya, sebagai berikut.
Gambar 2. 9 Kriteria – criteria dalam menentukan struktur tanah
16 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
2.1.9 Berdasarkan Reaksi Terhadap HCL
Kalsium karbonat, merupakan unsure pembentuk semen utama pada
batuan / tanah. Identifikasinya adalah dengan menggunakan indicator
berupa Asam Klorida (HCL). Hasil pengamatan, selanjutnya dapat
diklasifikasikan sesuai gambar berikut.
Gambar 2.10 Kriteria untuk penentuan derajat kereaktifan tanah dengan HCL
17 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”
DAFTAR PUSTAKA
Munsell Soil Color Charts, 2000, GretagMacbeth, New Windsor, NY.
Geological Society of America, 1991, Rock Color Charts, Boulder, CO.
http://karangsambung.lipi.go.id/archives/152 (diakses 28 September 2011)
pcwww.liv.ac.uk/rockdef/lectures/.../5%20Rock%20quality (diakses 28 September 2011)
http://en.wikipedia.org/wiki/Discontinuity_%28geotechnical_engineering%29 (Diakses 28
September 2011)
zbecton.blogspot.com (diakses 29 September 2011)
jaimetreadwell.com (diakses 29 September 2011)
18 Paper Matakuliah Geologi Teknik “Klasifikasi Batuan dan Tanah dalam Geologi Teknik”