klasifikasi batuan beku
DESCRIPTION
Klasifikasi untuk batuan beku.TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") didefinisikan sebagai
batuan kristal atau kaca yang terbentuk langsung dari magma. Magma adalah substansi cair
bersuhu tinggi yang secara kimiawi kompleks dan memiliki bentuk blok molekul untuk mineral.
Saat mendingin dan mengkristal, magma membentuk mineral yang secara kimiawi lebih
sederhana dibanding magma asal. Di setiap batuan beku, mineral-mineral individu (seperti
kuarsa, feldspar, olivin) dapat terbentuk dengan ukuran kecil atau besar. Mineral ditemukan di
semua batuan beku dan karakteristiknya pada umumnya tergantung dari tiga hal, yakni
komposisi magma asal, tingkat pendinginan magma dan keterdapatannya di Bumi. Banyak dan
bermacam-macam produk dari batuan beku, mulai dari glassy obsidians, yang merupakan
produk batuan vulkanik yang mengalami pembekuan yang sangat cepat sehingga tidak ada
kristal yang terbentuk, hingga pegmatit, yang dapat berisi kristal individu dengan ukuran
bermeter atau lebih. (Harvey. et al, 1995)
Klasifikasi batuan beku sudah banyak dilakukan dari dulu hingga sekarang ini. Berbagai
cara telah dilakukan seperti penggabungan jenis-jenis yang sama dalam satu golongan dan
pemisahan dari jenis-jenis yang tidak menunjukkan persamaan. Karena tidak adanya
kesepakatan di antara para ahli petrologi dalam mengklasifikasikan batuan beku
mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat atas dasar yang berbeda-beda. Perbedaan ini sangat
berpengaruh dalam menggunakan klasifikasi pada berbagai lapangan pekerjaan dan menurut
kegunaannya masing-masing. Bila kita dapat memilih salah satu klasifikasi dengan tepat, maka
kita akan mendapat hasil yang tepat dan memuaskan. (Doddy, 1987)
Klasifikasi batuan beku dapat didasarkan kepada tiga patokan utama, yaitu berdasarkan
genesa, berdasarkan kimiawi, berdasarkan mineralogi dan tekstur. Ada beberapa klasifikasi
batuan yang merupakan perpaduan dari patokan-patokan. Klasifikasi ini dilakukan oleh para
ahli seperti Streckeisen, Travis, dan Miyashiro-Kushiro.
Klasifikasi Batuan Beku
BAB II
KLASIFIKASI BATUAN BEKU
2.1 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Genesa
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku,
pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan
batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai berikut :
a. Batuan Beku Intrusif
Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan beku dalam
atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai karakteristik diantaranya,
pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-
kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh batuan
beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi
magma dan batuan di sekitarnya. Batuan beku intrusi selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi
batuan beku intrusi dalam dan batuan beku intrusi permukaan. berdasarkan kedudukannya
terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi
menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
Proses batuan beku sangat berbeda dengan kegiatan batuan vulkanik, karena
perbedaan dari tempat terbentuknya. Tiga prinsip dari tipe bentuk intrusi batuan beku, bentuk
dasar dari geometri adalah :
1. Bentuk tidak beraturan
Pada umumnya berbentuk diskordan dan biasanya memiliki bentuk yang jelas di
permukaan bumi. Penampang melintang dari tubuh pluton memperlihatkan bentuk
yang sangat besar dan kedalaman yang tidak diketahui batasnya. Bentuk yang sangat
besar sebagian besar terdiri dari batuan asam dan intermediet.
2. Bentuk tabular
Terdiri dari dua bentuk yakni dike (diskordan) dan sill (konkordan). Kadang-
kadang kontak hampir sejajar, tapi perbandingan antara panjang dan lebar tidak
Klasifikasi Batuan Beku
sebanding.
3. Bentuk pipa
Relatif memiliki tubuh yang kecil, hanya pluton-pluton diskordan. Bentuk yang
khas dari grup ini adalah intrusi-intrusi silinder atau pipa. Sebagian besar merupakan
sisa dari korok suatu gunungapi tua, biasa disebut vulkanik neck.
(Doddy, 1987)
b. Batuan Beku Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang
memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut.
Kelompok batuan ekstrusif terdiri dari semua material yang dikeluarkan ke permukaan
bumi baik di daratan ataupun di bawah permukaan laut. Material ini mendingin dengan cepat,
ada yang berbentuk padat, debu atau suatu larutan yang kental dan panas, cairan ini biasa
disebut lava. Bentuk dan susunan kimia dari lava mempunyai ciri tersendiri.
Klasifikasi Batuan Beku
Ada dua tipe magma yang pertama memilik kandungan silika (SiO2) yang rendah dan
kekentalan relatif rendah. Sebagai contoh adalah lava basaltik, bersifat basa, yang sampai ke
permukaan melalui celah dan setelah di permukaan mengalami pembekuan yang cepat.
Biasanya lava basaltik memiliki sifat sangat cair, sehingga bila sampai di permukaan akan
menyebar dengan daerah yang sangat luas.
Tipe kedua dari magma ini adalah bersifat asam, yang memiliki kandungan silika (SiO2)
yang tinggi dan kekentalan yang relatif tinggi. Akibat dari kekentalan ini bila sampai ke
permukaan akan menjadi suatu aliran sepanjang lembah. Kekentalan yang tinggi dan
terbentuknya urat-urat pusat, ini akibat letusan gunung api dan berhubungan dengan lava.
(Doddy, 1987)
Klasifikasi Batuan Beku
2.2 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Kimiawi
Selama 150 tahun lebih para ahli petrologi telah melakukan analisis kimia dari batuan
beku dan memperlihatkan beberapa pola dasar. Contohnya, batuan mafik seperti basal
mengandung banyak kalsium, besi, dan magnesium namun sedikit natrium, kalium, dan silikon.
Istilah mafik menuju pada batuan yang kaya akan mineral ferromagnesian (olivine, pyroxene,
amphibole), dan felsik menuju pada batuan dengan warna mineral-mineral terang (kuarsa,
feldspar, feldspathoid). (Harvey. et al, 1995)
Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral penyusun
batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya,
sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O+, P2O5, dari persentase
setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan mineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma asal,
pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan banyak lagi
kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut
mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai pembentukannya. Batuan beku
yang telah mengalaimi ubahan atau pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda.
Karena itu batuan yang akan dianalisa harusla batuan yang sangat segar dan belum mengalami
ubahan. (Doddy, 1987).
Klasifikasi Batuan Beku
Menurut Hulburt (1977) batuan beku dapat dibagi menjadi 4 macam berdasarkan
komposisi kimia yang dikandung batuan tersebut. Penggolongan yang dilakukan Hulburt ini
telah lama digunakan dan menjadi standar dalam geologi. Adapun keempat macam batuan
beku tersebut adalah:
a. Batuan Beku Asam
Batuan beku yang tergolong ke dalam batuan beku asam adalah batuan beku yang
mengandung silika (SiO2) lebih dari 66% sehingga batuan ini memiliki warna terang (cerah).
Pada batuan beku asam terdapat mineral kuarsa dan alkali feldspar. Contoh batuannya adalah
Granit dan Riolit.
b. Batuan Beku Intermediet
Batuan beku yang tergolong ke dalam batuan beku intermediet adalah batuan yang
mengandung silika (SiO2) 52% - 66%. Batuan ini akan berwarna gelap karena tingginya
kandungan mieral feromagnesia. Contoh batuannya adalah Diorit dan Andesit.
Klasifikasi Batuan Beku
c. Batuan Beku Basa
Batuan beku basa memiliki kandungan silika 45% -52%. Batuan ini memilik warna hitam
kehijauan karena memiliki kandungan mineral olivine. Contoh batuannya adalah Gabro dan
Basalt.
Klasifikasi Batuan Beku
d. Batuan Beku Ultrabasa
Batuan beku ultrabasa memiliki kandungan silika lebih kecil dari 45%. Batua ini memiliki
warna hijau kelam karena tidak terdapat silika bebas sebagai kuarsa. Contoh batuan ini adalah
Peridotit dan Dunit.
2.3 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi & Tekstur
Analisa kimia batuan beku itu pada umumnya memakan waktu, maka sebagian besar
klasifikasi batuan beku berdasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-mineral yang
Klasifikasi Batuan Beku
biasanya dipergunakan ialah mineral kuarsa, plagioklas, k-feldspar dan foid untuk mineral felsik.
Sedangkan untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol, piroksen, dan olivine. (Doddy,
1987).
Klasifikasi yang didasarakan atas mineralogi dan tekstur akan lebih dapat mencerminkan
sejarah pembentukan batuan daripada atas dasar komposisi kimia. Tekstur batuan beku adalah
mengambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur
granular memberi arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan
arti bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik mengambarkan
pembekuan yang cepat. (Doddy, 1987). Beberapa klasifikasi berdasarkan mineralogi dan tekstur
yaitu:
a. Klasifikasi dari Streckeisen (1967) memperlihatkan klasifikasi untuk batuan beku baik intrusi
maupun ekstrusi. Di mana dalam klasifikasi ini batuan intrusi dan ekstrusi dipisahkan. Klasifikasi
ini pembagiannya berdasarkan kandungan mineraloginya, yang terbagi dalam empat jenis
mineral, yaitu;
1. Kuarsa (Q)
2. Alkali Feldspar (A)
3. Plagioklas (P)
4. Feldspatoid (F)
Klasifikasi ini berbentuk bipiramida.
Klasifikasi Batuan Beku
b. Klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russell B Travis (1955), dalam klasifikasi ini tekstur
batuan beku yang didasrkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi:
Klasifikasi Batuan Beku
Diagram QAPF untuk Batuan Beku EkstrusifDiagram QAPF untuk Batuan Beku Intrusif
Diagram QAPF untuk Batuan Beku Ultrabasa
1. Batuan Dalam
Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral menyusun batuan tersebut
dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan alat pembesar.
2. Batuan Gang bermasa dasar faneritik
Bertekstur porfiritik dengan masa dasar faneritik.
3. Batuan Gang bermasa dasar afanitik
Bertekstur porfiritik dengan masa dasar afanitik.
4.Batuan Lelehan
Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau
dilihat dengan mata biasa.
BAB III
PENUTUP
Klasifikasi Batuan Beku
3.1 Kesimpulan
Untuk membedakan berbagai jenis batuan beku yang terdapat di Bumi, dilakukan
berbagai cara pengelompokan terhadap batuan beku.
Pengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan jarang dilakukan. Hal ini
disebabkan disamping, prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisis
kimiawi. Dan yang sering digunakan adalah yang didasarkan kepada tekstur dipadukan dengan
susunan mineral, di mana keduanya dapat dilihat dengan kasat mata. Klasifikasi ini contohnya
seperti Streckeisen (1967) dan Travis (1955).
REFERENSI
Noor, Djauhari. 2011. Geologi untuk Perencanaan. Graha Ilmu : Yogyakarta
Klasifikasi Batuan Beku
Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Nova : Bandung
Blatt, Harvey dan Robert J. Tracy. 1995. Petrology : Igneous, Sedimentary, and Metamorphic.
W.H. Freeman and Company : New York
Skinner, Brian. 1979. Rocks and Rock Minerals. Canada: John Wiley and Sons.
http://www.scienceviews.com/geology/rockclassificationchart.html
http://geology.csupomona.edu/alert/igneous/igclass.html
Klasifikasi Batuan Beku