(6) bab ii

49
13 BAB II PROFIL WILAYAH KECAMATAN PRACIMANTORO DAN PARANGGUPITO 2.1 Konteks/Konstelasi Wilayah Konteks atau konstelasi wilayah menggambarkan hubungan atau perbandingan Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito dengan Kabupaten Wonogiri pada beberapa aspek yakni aspek fisik alamiah dan tata guna lahan; kependudukan; ekonomi; infrastruktur dan fasilitas; serta sosial dan kelembagaan. 2.1.1 Lokasi dan Fisik Alamiah Konstelasi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito dalam kedudukannya di Kabupaten Wonogiri terletak di bagian paling selatan di Kabupaten Wonogiri. Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito merupakan dua kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Wonosari DIY dan Kecamatan Donorejo di Pacitan, Jawa Timur. Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito terletak di jalur selatan yang menghubungkan antara Jawa Timur ke DIY melalui Pacitan, Jawa Timur menuju Wonosari, DIY melalui Desa Pracimantoro, Jawa Tengah selaku kota transit bagi kedua provinsi. Peta orientasi konstelasi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito terhadap Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada gambar 3.1. Sedangkan untuk aspek fisik di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito secara konstelasi dapat dirinci sebagai berikut: 2.1.1.1 Topografi Topografi di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito didominasi oleh kelerengan datar yakni 0-8% dan 8-15%. Dibandingkan dengan semua kecamatan di Kabupaten Wonogiri, kedua kecamatan tersebut termasuk kecamatan dengan tingkat kelerangan datar. Peta kelerengan Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito terhadap kelerengan di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada gambar 2.2.

Upload: yustrina-wulandari-ulinpivate

Post on 24-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PRCCC

TRANSCRIPT

Page 1: (6) BAB II

13

BAB II

PROFIL WILAYAH

KECAMATAN PRACIMANTORO

DAN PARANGGUPITO

2.1 Konteks/Konstelasi Wilayah

Konteks atau konstelasi wilayah menggambarkan hubungan atau perbandingan

Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito dengan Kabupaten Wonogiri pada beberapa aspek

yakni aspek fisik alamiah dan tata guna lahan; kependudukan; ekonomi; infrastruktur dan

fasilitas; serta sosial dan kelembagaan.

2.1.1 Lokasi dan Fisik Alamiah

Konstelasi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito dalam kedudukannya di Kabupaten

Wonogiri terletak di bagian paling selatan di Kabupaten Wonogiri. Kecamatan Pracimantoro dan

Paranggupito merupakan dua kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Wonosari

DIY dan Kecamatan Donorejo di Pacitan, Jawa Timur.

Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito terletak di jalur selatan yang

menghubungkan antara Jawa Timur ke DIY melalui Pacitan, Jawa Timur menuju Wonosari, DIY

melalui Desa Pracimantoro, Jawa Tengah selaku kota transit bagi kedua provinsi. Peta orientasi

konstelasi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito terhadap Kabupaten Wonogiri dapat dilihat

pada gambar 3.1.

Sedangkan untuk aspek fisik di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito secara

konstelasi dapat dirinci sebagai berikut:

2.1.1.1 Topografi

Topografi di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito didominasi oleh kelerengan datar yakni

0-8% dan 8-15%. Dibandingkan dengan semua kecamatan di Kabupaten Wonogiri, kedua

kecamatan tersebut termasuk kecamatan dengan tingkat kelerangan datar. Peta kelerengan

Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito terhadap kelerengan di Kabupaten Wonogiri dapat

dilihat pada gambar 2.2.

Page 2: (6) BAB II

14

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.1

Peta Orientasi Konstelasi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

terhadap Kabupaten Wonogiri

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.2

Peta Kelerengan Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

terhadap Kelerengan di Kabupaten Wonogiri

Page 3: (6) BAB II

15

2.1.1.2 Litologi

Litologi di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito didominasi oleh jenis tanah aluvium

dan miosen fases batu gamping. Secara konstelasi di Kabupaten Wonogiri, Kecamatan

Pracimantoro dan Paranggupito mempunyai paling banyak formasi miosen fasies batu gamping

dibandingkan dengan kecamatan yang lain.

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.3

Peta Litologi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

terhadap Litologi di Kabupaten Wonogiri

2.1.1.3 Klimatologi

Intensitas curah hujan di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito sebesar 1500-2000

mm/th atau termasuk kedalam hujan dengan intensitas rendah. Walaupun dengan curah hujan

yang tergolong rendah, namun pertanian di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito dapat

tetap berjalan. Kondisi tersebut disebabkan karena pengairan untuk lahan pertanian juga

berasal dari mata air di Tubokarto. Dibandingkan dengan seluruh kecamatan di Kabupaten

Wonogiri, kedua kecamatan tersebut termasuk daerah dengan curah hujan yang rendah. Peta

klimatologi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito terhadap klimatologi di Kabupaten

Wonogiri dapat dilihat pada gambar 2.4.

Page 4: (6) BAB II

16

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.4

Peta Klimatologi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

terhadap Klimatologi di Kabupaten Wonogiri

2.1.2 Kependudukan

Untuk aspek kependudukan di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito dibandingkan

dengan jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri, hanya menyumbang sedikit dari jumlah total

penduduk di Kabupaten Wonogiri.

Tabel II.1

Jumlah Penduduk Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito dan

Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010

Tahun Jumlah Penduduk

Kecamatan Pracimantoro Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri

2006 69.575 20.951 1.080.112

2007 69.656 20.657 1.181.114

2008 71.955 20.635 1.212.677

2009 73.714 21.162 1.234.880

2010 75.545 21.545 1.245.923

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Page 5: (6) BAB II

17

Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito pada tahun 2010 menyumbang kontribusi

jumlah penduduk sebanyak 8% dari total jumlah penduduk di Kabupaten Wonogiri atau dengan

kata lain 97.090 jiwa penduduk dari total jumlah penduduk 1.245.923 jiwa penduduk se-Kabupaten

Wonogiri.

Grafik II.1

Pertumbuhan Penduduk Alamiah Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito dan

Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk alamiah di

Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito dan Kabupaten Wonogiri pada tahun 2006 hingga 2010

sangat fluktuatif. Pada tahun 2009, pertumbuhan penduduk Kabupaten Wonogiri sangat tinggi

yakni sebesar 1,41%. Terjadinya fenomena pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi ini karena

tingginya fertilitas dan mortalitas akibat proses pembangunan baik di bidang kesehatan,

ekonomi, sosial maupun keluarga berencana. Namun, pada tahun 2010 pertumbuhan penduduk

hanya sebesar 0,08% atau tergolong rendah apabila dibandingkan tahun 2009.

Fenomena pertumbuhan penduduk alamiah yang tinggi di Kabupaten Wonogiri pada tahun

2009 tidak terjadi pada Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito. Pada tahun tersebut,

pertumbuhan penduduk alamiah lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berarti

kedua kecamatan tersebut tidak berperan pada tingginya pertumbuhan penduduk alamiah

Kabupaten Wonogiri pada tahun 2009.

0,19

0,57 0,55

0,2 0,18

0,47

0,41 0,41

0,37

0,21

0,61

0,62 0,67

1,41

0,08

0

0,5

1

1,5

2

2,5

2006 2007 2008 2009 2010

Pe

rtu

mb

uh

an P

en

du

du

k A

lam

iah

(

%)

Tahun

Kabupaten Wonogiri

Kecamatan Paranggupito

Kecamatan Pracimantoro

Page 6: (6) BAB II

18

Apabila dibandingkan dengan sub wilayah lain di Kabupaten Wonogiri, Kecamatan

Pracimantoro dan Paranggupito merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk yang tergolong

rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada peta berikut ini:

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Gambar 2.5

Peta Jumlah Kabupaten Wonogiri per Sub Wilayah

2.1.3 Perekonomian

Perbandingan kondisi ekonomi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito terhadap

Kabupaten Wonogiri dapat diketahui dari persentase kontribusi PDRB kecamatan terhadap PDRB

kabupaten. Untuk kontribusi sektor perekonomian di Kabupaten Wonogiri, prosentase terbesar

adalah sektor pertanian dengan prosentase sebesar 49%. Artinya sektor pertanian merupakan

sektor yang paling besar dalam menyumbang kontribusi bagi perkembangan perekonomian di

Kabupaten Wonogiri. Kemudian sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan

restaurant dengan masing-masing kontribusi sebesar 13%. Prosentase PDRB Sektor Kabupaten

Wonogiri dapat dilihat pada diagram II.1.

Untuk kontribusi perekonomian di Kecamatan Pracimantoro sangat didominasi oleh sektor

pertanian dengan sumbangan pada PDRB sebesar 62%. Dapat diartikan bahwa sektor pertanian

merupakan basis utama perekonomian dan mata pencaharian utama penduduk Kecamatan

Pracimantoro. Kemudian sektor perdagangan, hotel dan restaurant merupakan sektor terbesar

Page 7: (6) BAB II

19

kedua dengan prosentase 14%. Hal ini tidak jauh berbeda dengan karakteristik perekonomian

Kabupaten Wonogiri.

Sedangkan, untuk kontribusi perekonomian di Kecamatan Paranggupito didominasi juga

oleh sektor pertanian dengan sumbangan pada PDRB sebesar 75%. Berarti bahwa sektor

pertanian merupakan basis utama perekonomian dan mata pencaharian utama penduduk

Kecamatan Paranggupito. Kemudian sektor perdagangan, hotel dan restaurant merupakan sektor

terbesar kedua dengan prosentase 10%. Hal ini tidak jauh berbeda dengan karakteristik

perekonomian di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Pracimantoro.

Diagram II.1

Prosentase PDRB Sektor Kabupaten Wonogiri

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Diagram II.2

Prosentase PDRB Sektor Kecamatan Pracimantoro

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

49%

1%

5%

1% 5%

13%

9%

4% 13% Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas, dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel, dan Restaurant

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan

Jasa-jasa

62%

0% 4%

1%

2%

14%

7%

3%

7%

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas, dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel, dan Restaurant

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan

Jasa-jasa

Page 8: (6) BAB II

20

Diagram II.3

Prosentase PDRB Sektor Kecamatan Paranggupito

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Berikut tabel perbandingan nilai per sektor PDRB antara Kecamatan Pracimantoro,

Paranggupito dan Kabupaten Wonogiri.

Tabel II.2

Tabel Nilai PDRB ADHK Kec. Pracimantoro, Kec. Paranggupito dan Kab. Wonogiri

No Sektor Pracimantoro Paranggupito Kabupaten

Wonogiri

1 Pertanian 109,880.17 52,303.67 1,472,208.16

2 Pertambangan dan Penggalian 674.52 0.00 25,564.63

3 Industri Pengolahan 7,450.23 4,595.70 144,317.28

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,018.38 242.33 17,730.89

5 Bangunan 3,343.06 1,918.15 133,736.11

6 Perdagangan, Hotel, dan Restaurant 24,450.63 6,787.74 398,224.51

7 Pengangkutan dan Komunikasi 13,490.16 328.10 276,049.78

8 Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan 5,143.70 1,565.75 130,960.76

9 Jasa-jasa 12,919.70 2,289.96 394,002.17

Jumlah 178,370.54 70,031.39 2,992,794.29

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

75%

0% 7%

0% 3% 10%

0% 2% 3%

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas, dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel, dan Restaurant

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan,Persewaan & JasaPerusahaan

Jasa-jasa

Page 9: (6) BAB II

21

Dari data diatas, jika data-data tersebut diolah lagi dapat menghasilkan sebuah

informasi baru, salah satunya adalahsektor basis ekonomi. Sektor basis ekonomi diolah dengan

membandingkan jumlah PDRB Persektor pada tingkat kecamatan dengan PDRB persektor pada

tingkat Kabupaten. Ada atau tidaknya nya sektor basis dapat dilihat dari nilai LQ (Location

Quotient) yang bernilai lebih dari 1. Berikut adalah bilai Location Quotient dan sektor basis tiap

sektor ekonomi di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito.

Tabel II.3

Sektor Basis Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

No Nama Sektor

Kecamatan Pracimantoro Kecamatan Paranggupito

Nilai

LQ Keterangan Nilai LQ Keterangan

1 Pertanian 1,23 Sektor Basis 1,42 Sektor Basis

2 Pertambangan dan Penggalian 0,45 Sektor Non Basis 1,32 Sektor Basis

3 Industri Pengolahan 0,91 Sektor Non Basis 0,82 Sektor Non Basis

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,01 Sektor Basis 0,67 Sektor Non Basis

5 Bangunan 0,44 Sektor Non Basis 0,60 Sektor Non Basis

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,04 Sektor Basis 0,56 Sektor Non Basis

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0,80 Sektor Non Basis 0,32 Sektor Non Basis

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0,68 Sektor Non Basis 0,20 Sektor Non Basis

9 Jasa-jasa 0,56 Sektor Non Basis 0,09 Sektor Non Basis

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sektor pertanian memang menjadi sektor

basis di Kedua Kecamatan. Selain sektor pertanian pun terdapat sektor lain seperti sektor

perdagangan, hotel, dan restoran di Kecamatan Pracimantoro dan sektor pertambangan dan

penggalian di Kecamatan Paranggupito. Dengan sektor-sektor tersebut menjadi sektor basis,

berarti sektor tersebut mempunyai jumlah produksi yang berlebih untuk kepentingan masyarakat

kecamatannya sendiri. Sehingga sektor tersebut mempunyai kemungkinan untuk dilakukan ekspor.

Tabel II.4

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Pracimantoro dan Parnggupito serta Kabupaten Wonogiri

Tahun Kecamatan

Pracimantoro

Kecamatan

Paranggupito

Kabupaten

Wonogiri

2007 0,04 0,03 0,05

2008 0,06 0,04 0,04

2009 0,05 0,05 0,05

Page 10: (6) BAB II

22

Tahun Kecamatan

Pracimantoro

Kecamatan

Paranggupito

Kabupaten

Wonogiri

2010 0,04 0,03 0,03

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Sedangkan kondisi ekonomi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito jika dilihat dari

pertumbuhan ekonomi per tahunnya selalu berubah, kadangkala mengalami kenaikan pertumbuhan

dan kadangkala pertumbuhannya lebih kecil. Namun tidak ada pertumbuhan ke arah negatif. Jika

dibandingkan dengan Kabupaten Wonogiri Kecamatan Pracimantoro seringkali lebih tinggi daripada

Kabupaten Wonogiri. Akan tetapi Kecamatan Paranggupito pertumbuhannya seringkali lebih kecil

dibandingkan dengan Kecamatan Paranggupito maupun Kabupaten Wonogiri.

2.2 Kondisi Wilayah

Menggambarkan kondisi wilayah Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito berdasarkan

beberapa aspek, diantaranya adalah aspek fisik alamiah dan tata guna lahan; kependudukan;

ekonomi; infrastruktur dan fasilitas; sosial dan kelembagaan; dan desa tertinggal.

2.2.1 Fisik Alamiah

Aspek fisik alamiah Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito ditinjau berdasarkan

kondisi topografi, klimatologi, litologi, hidrologi, hidrogeologi, bahaya geologi dan tata guna

lahan.

2.2.1.1 Topografi

Kondisi topografi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito sangat mendukung untuk

dijadikan sebagai kawasan permukiman dan lahan pertanian. Hal ini sesuai dengan rata-rata

kelerengan 0-8% dan 8-15% yang tergolong datar dan landai. Terdapat juga daerah dengan

kelerengan 15-25%, namun masih bisa mendukung kegiatan pertanian dan permukiman. Meskipun

begitu, jumlah lahan terbangun di kedua kecamatan terutama di Kecamatan Paranggupito masih

sangat sedikit karena jumlah penduduknya yang memang sedikit. Kondisi lahan di Kecamatan

Paranggupito terutama pada daerah pesisirnya berupa bukit-bukit kecil berbatu sehingga kurang

baik dijadikan sebagai permukiman.

Page 11: (6) BAB II

23

Sumber : BAPPEDA 2008

Gambar 2.6

Peta Kelerengan Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

2.2.1.2 Klimatologi

Sebagian besar masyarakat di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito terutama di

Kecamatan Paranggupito sangat tergantung dengan air hujan. Mereka memanfaatkan air hujan

sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Air hujan tersebut ditampung di bak-

bak pribadi dan telaga-telaga buatan yang digunakan untuk keperluan MCK, pengairan lahan

pertanian serta kebutuhan lainnya. Curah hujan di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

tergolong rendah yakni 1500-2000 mm/tahun. Akibatnya masyarakat sering sulit mendapatkan

air bahkan sejak akhir musim penghujan.

Page 12: (6) BAB II

24

Sumber : BAPPEDA 2008

Gambar 2.7

Peta Klimatologi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

2.2.1.3 Litologi

Tanah di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito didominasi oleh miosen fasies batu

gamping. Sebagian berupa tanah aluvium dan beberapa yang lain adalah campuran keduanya.

Tanah aluvium baik digunakan sebagai lahan pertanian karena sifatnya yang subur. Kesuburan

tanah aluvium dikarenakan tanah aluvium merupakan tanah sedimentasi yang mengandung banyak

unsur hara yang merupakan nutrisi bagi tumbuhan.

Sedangkan, tanah miosen fasies batu gamping merupakan tanah yang mempunyai daya

tembus air sangat tinggi. Akibatnya, air hujan tidak bisa diserap oleh tanah, namun mengalir ke

bawah permukaan tanah dan menjadi air bawah tanah. Oleh karena itu masyarakat sulit

mendapatkan air bersih dengan sumur kedalaman rendah meskipun air langsung mengalir ke

bawah tanah. Air bawah tanah tersebut pun sulit didapatkan karena susah untuk memprediksi

keberadaannya.

Page 13: (6) BAB II

25

Sumber : BAPPEDA 2008

Gambar 2.8

Peta Litologi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

2.2.1.4 Hidrologi dan Hidrogeologi

Meskipun berada di daerah pesisir, Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito tidak

dilalui satu pun sungai. Kedua kecamatan tersebut juga termasuk daerah kering. Salah satu

penyebabnya adalah lahan kars yang mendominasi sehingga tidak banyak air yang dapat diserap.

Di beberapa desa di kedua kecamatan terdapat sumber air atau mata air yang biasanya

disalurkan melalui tangki-tangki. Peta hidrogeologi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

dapat dilihat pada gambar 2.9.

2.2.1.5 Bahaya Geologi

Bahaya geologi di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito berupa gempa bumi yang

terjadi di beberapa tempat. Gempa bumi tersebut merupakan imbas dari gempa yang berasal dari

Yogyakarta. Bencana lain yang ada di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito adalah longsor

di sebagian wilayah. Bencana longsor disebabkan oleh kondisi topografi yang curam. Peta

potensi bencana Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito dapat dilihat pada gambar 2.10.

Page 14: (6) BAB II

26

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Gambar 2.9

Peta Hidrogeologi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Gambar 2.10

Peta Potensi Bencana Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Page 15: (6) BAB II

27

2.2.1.6 Tata Guna Lahan

Tata guna lahan Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito didominasi oleh tegalan. Hal

ini sejalan dengan mata pencaharian masyarakatnya yang sebagian besar sebagai petani. Begitu

juga dengan pendapatan daerah atau PDRB yang terbesar berasal dari sektor pertanian.

Komoditas pertanian yang ada yakni padi sawah, padi gogo, kacang tanah, kacang hijau, jagung,

ubi kayu dan kedelai.

Untuk penggunaan lahan sebagai permukiman hanya sebagian kecil dari luas wilayah,

yaitu sekitar 15-20%. Hal ini disebabkan oleh jumlah penduduk yang sedikit dan kondisi wilayah

yang sebagian besar mempunyai topografi curam sehingga akan berbahaya jika dijadikan sebagai

pemukiman.

Sumber : BAPPEDA 2008

Gambar 2.11

Peta Tata Guna Lahan Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Page 16: (6) BAB II

28

2.2.2 Kependudukan

Gambaran mengenai kondisi kependudukan di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel II.5

Kondisi Kependudukan Kecamatan Paranggupito Tahun 2010

Kelurahan

Jumlah penduduk Jumlah

penduduk

total

Sex

Ratio

Kepadat

an

Pertumb

uhan Laki-

laki

Perempu

an

Paranggupito 1510 1615 3125 93,49 291 16

Gudangharjo 860 890 1750 96,62 225 0

Gunturharjo 1912 1867 3779 102,41 357 12

Gendayakan 1093 1152 2245 94,87 282 6

Sambiharjo 1110 1158 2268 95,85 331 3

Ketos 1353 1392 2745 97,19 92 8

Songbledeg 1538 1665 3203 92,37 92 3

Johonut 1156 1274 2430 90,73 84 14

Jumlah 10532 11013 21545

Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri, 2013

Tabel II.6

Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Paranggupito Tahun 2006-2010

Kelurahan 2006 2007 2008 2009 2010

Paranggupito 20 7 5 23 16

Gudangharjo 5 7 8 0 0

Gunturharjo 5 3 6 18 12

Gendayakan 0 5 10 7 6

Sambiharjo 14 11 9 11 3

Ketos 5 12 8 12 8

Songbledeg 9 1 2 4 3

Johonut 3 11 17 6 14

Jumlah

Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri, 2013

Page 17: (6) BAB II

29

Tabel II.7

Kondisi Kependudukan Kecamatan Paranggupito Tahun 2010

Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah

penduduk total Sex ratio Kepadatan Pertumbuhan

Laki-laki Perempuan

Sumberagung 1676 1732 3408 96,77 308 12

Petirsari 1213 1283 2496 94,54 404 -1

Joho 2552 2646 5198 96,44 450 7

Gambirmanis 2987 3091 6078 96,64 441 14

Watangrejo 1922 1950 3872 98,56 408 6

Suci 1922 1950 3872 98,56 408 6

Jimbar 1564 2141 3705 73,05 892 7

Sambiroto 2028 2083 4111 97,36 677 11

Pracimantoro 4260 4177 8437 101,99 1126 7

Gedong 2568 2552 5120 100,63 574 17

Gebangharjo 1350 1335 2685 101,12 373 0

Sedayu 2652 2164 4816 122,55 931 4

Banaran 1474 1544 3018 99,47 420 -3

Trukan 1841 1854 3693 99,3 820 6

Tubokarto 2133 2183 4316 97,71 615 13

Lebak 1521 1538 3059 98,89 632 6

Glinggang 1477 1551 3028 95,23 420 5

Wonodadi 1689 1704 3393 99,12 351 10

Jumlah 36829 37478 74305

Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri, 2013

Tabel II.8

Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Pracimantoro Tahun 2006-2010

Kelurahan 2006 2007 2008 2009 2010

Sumberagung 14 25 28 9 12

Petirsari 17 16 10 4 -1

Joho 17 -4 9 -5 7

Gambirmanis 3 -6 10 7 14

Watangrejo 0 8 -1 20 6

Suci 15 2 0 10 6

Jimbar -3 25 7 19 7

Page 18: (6) BAB II

30

Kelurahan 2006 2007 2008 2009 2010

Sambiroto 24 16 77 9 11

Pracimantoro -4 28 6 35 7

Gedong 17 26 27 27 17

Gebangharjo 4 -1 -2 8 -10

Sedayu -8 27 4 19 27

Banaran 0 -28 3 -11 -37

Trukan 5 5 -15 30 64

Tubokarto 17 13 32 -41 -11

Lebak -1 13 34 71 75

Glinggang 3 9 37 -12 -26

Wonodadi 9 0 36 0 0

Jumlah

Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri, 2013

Berdasarkan data-data diatas, dapat dipetakan kondisi jumlah penduduk di Kecamatan

Pracimantoro dan Kecamatan Paranggupito.

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Gambar 2.12

Peta Jumlah Penduduk Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Page 19: (6) BAB II

31

Berdasarkan tabel dan digram diatas dapat dilihat bahwa rata-rata kepadatan penduduk

di Kecamatan Pracimantoro lebih tinggi daripada di Kecamatan Paranggupito. Demikian juga

dengan jumlah penduduk Kecamatan Pracimantoro yang hampir tiga kali lipat dari jumlah

penduduk Kecamatan Paranggupito. Selain karena wilayahnya yang lebih luas, kondisi tersebut

juga dipengaruhi oleh aksesbilitas di kedua kecamatan. Kecamatan Pracimantoro berada di

daerah persimpangan antara jalur dari Pacitan-DIY dan Pracimantoro-Solo. Sedangkan

Parangggupito tidak dilalui oleh jalur yang penting, sehingga dibandingkan dengan Kecamatan

Pracimantoro aksesibilitas di Kecamatan Paranggupito jauh lebih buruk dan kurang mendukung

sebagai kawasan premukiman.

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Gambar 2.13

Peta Penduduk Menurut Agama Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Untuk mengetahui perkembangan jumlah penduduk di Kecamatan Pracimantoro dan

Paranggupito dari tahun 2006-2010, dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Page 20: (6) BAB II

32

Grafik II.2

Jumlah Penduduk Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito Tahun 2006-2010

Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri,2013

Setelah melihat perkembangan pertumbuhan jumlah penduduk di atas, dapat dilihat

bahwa di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito memiliki perkembangan jumlah penduduk

yang merata. Setiap tahun mengalami kenaikan jumlah penduduk yang tidak begitu signifikan.

Data migrasi atau jumlah penduduk pindah juga memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan jumlah penduduk. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh kondisi wilayah itu sendiri,

seperti faktor ekonomi. Berikut adalah data migrasi di Kecamatan Pracimantoro dan

Paranggupito:

Grafik II.3

Jumlah Migrasi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Tahun 2006-2010

Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri, 2013

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

2006 2007 2008 2009 2010

Jum

lah

pe

nd

ud

uk

(jiw

a)

Tahun

Paranggupito

Pracimantoro

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

2006 2007 2008 2009 2010

Jum

lah

mig

rasi

(jiw

a)

Tahun

Paranggupito

Pracimantoro

Page 21: (6) BAB II

33

Sebagian besar masyarakat di Pracimantoro dan Paranggupto bermigrasi ke kota-kota

besar di Indonesia khususnya kota besar di Pulau Jawa antara lain Jakarta, Semarang, Solo,

Surabaya, DIY dan Pacitan. Hal ini tentu akan sangat mempengaruhi pergerakan penduduk di

Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito. Untuk Mengetahui prgerakan manusia dapat dilihat

pada peta di bawah ini:

Sumber : Analisis Kelompok 4. 2013

Gambar 2.14

Peta Pergerakan Manusia Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Penduduk Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito didominasi oleh penduduk usia tua.

Penduduk usia muda dan penduduk usia produktif lebih sedikit. Jumlah penduduk usia produktif

yang sedikit disebabkan oleh banyaknya penduduk yang merantau. Penduduk yang merantau

bertujuan untuk mencari kerja di luar daerah karena lapangan kerja di desa sangat sedikit dan

penghasilan yang diperoleh dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan.

Struktur penduduk di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito dapat dilihat dari

piramida penduduk di bawah ini:

Page 22: (6) BAB II

34

Grafik II.4

Piramida Penduduk Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Sumber: Analisis Kelompok 4B Studio Proses Perencanaan, 2013

2.2.3 Ekonomi

Kecamatan Pracimantoro mempunyai PDRB sebesar 178.370,54, sedangkan Kecamatan

Paranggupito memiliki PDRB sebesar 70.031,39 pada tahun 2010. Dapat dikatakan bahwa

Kecamatan Paranggupito memiliki sumbangan yang lebih besar. Dalam sumbangan terhadap

kabupaten, Kecamatan Pracimantoro memiliki sumbangan sebesar 6% dan Kecamatan

Paranggupito memiliki sumbangan sebesar 6%.

Dengan angka PDRB yang cukup tinggi, tidak mengherankan jika Kecamatan Pracimantoro

menduduki peringkat ke 3 dalam angka PDRB kecamatan di Kabupaten Wonogiri selama 4 tahun

berturut-turut sejak tahun 2006 sampai 2009. Namun untuk PDRB perkapita, Kecamatan

Pracimantoro tidak termasuk dalam 5 besar tingkat PDRB perkapita tertinggi di Kabupaten

Wonogiri. Namun, Kecamatan Paranggupito yang mempunyai nilai PDRB ADHK lebih rendah,

memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi. Kecamatan Paranggupito sempat menduduki 5 besar

PDRB perkapita tertinggi di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2007.

Kedua kecamatan tersebut mempunyai nilai PDRB paling tinggi dalam bidang pertanian.

Hal ini sejalan dengan kondisi wilayahnya yang sebagian besar merupakan tegalan. Hasil

pertanian yang mendukung pendapatan daerah ini adalah pertanian padi, jagung, kedelai, kacang

tanah, dan pertanian palawija.

(10000) (5000) 0 5000 10000

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-39

40-49

50-59

60+

Perempuan

Laki-laki

Page 23: (6) BAB II

35

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Gambar 2.15

Peta Desa Miskin di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Berdasarka n peta diatas, masih terdapat desa miskin di Kecamatan Pracimantoro dan

Paranggupito. Desa miskin tersebut adalah Desa Wonodadi, Gambirmanis, Gendayakan dan

Gunturharjo.

Selain desa miskin, di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito juga terdapat

ketimpangan ekonomi dan sosial. Pengklasifikasian tersebut didasarkan pada tingkat pendapatan

masyarakat dan status sosial. Desa yang memiliki ketimpangan ekonomi dan sosial adalah Desa

Tubokarto, Sedayu, Pracimantoro, Ketos dan Paranggupito. Berikut adalah peta ketimpangan

tersebut:

Page 24: (6) BAB II

36

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Gambar 2.16

Peta Ketimpangan Ekonomi dan Sosial di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Pertanian sebagai sektor basis di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito menjadi

perhatian penting. Namun, sebagian besar desa masih menggunakan peralatan tradisional. Hanya

8 desa di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito yang sudah menggunakan peralatan modern.

Peta persebaran cara pengolahan lahan pertanian di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

dapat dilihat pada gambar 2.17.

Page 25: (6) BAB II

37

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Gambar 2.17

Peta Persebaran Cara Pengolahan Lahan Pertanian di

Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

2.2.4 Infrastruktur dan Fasilitas

Di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito terdapat beberapa infrastruktur dan

fasilitas yang mendukung aktivitas masyarakat. Jumlah dan kondisi infrastruktur serta fasilitas

di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito dapat dilihat di bawah ini:

2.2.4.1 Jalan

Kondisi jalan di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito masih memiliki kesenjangaan

antara di perkotaan dan pedesaannya. Jalan yang berada di Kota Pracimantoro memiliki kondisi

yang sudah bagus, sedangkan di beberapa desa seperti Desa Gendayakan, Sambiharjo dan

Gambirmanis masih tergolong buruk. Hal tersebut ditandai dengan kondisinya yang masih berupa

Page 26: (6) BAB II

38

jalan bebatuan dan masih ada yang berupa tanah. Berikut adalah tabel penggolongan jenis jalan

yang ada di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito:

Tabel II.9

Panjang Jalan berdasarkan Jenisnya

di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito (Km)

Jenis Jalan Paranggupito Pracimantoro

Jalan Negara 0 0

Jalan Provinsi 0 0

Jalan Kabupaten/ Kotamadya 17.5 30.5

Jalan Desa/ Kelurahan 23 95.5

Jalan Kelas IIIa 0 12.5

Jalan Kelas IV 21.5 0

Jalan Kelas Desa 91.5 155

Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri,2013

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Gambar 2.18

Peta Kondisi Jalan Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Page 27: (6) BAB II

39

Berdasarkan peta diatas, kondisi jalan di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

mayoritas dalam keadaan rusak. Kondisi tersebut berdampak pada aksesibilitas masyarakat yang

menjadi susah sehingga mereka terhambat untuk mendistribusikan hasil pertanian.

2.2.4.2 Drainase

Kondisi sIstem jaringan drainase yang ada di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

dapat dikatakan belum layak karena sebagian besar belum memiliki saluran drainase, kecuali di

Desa Pracimantoro. Di beberapa desa ada yang menggunakan susunan batu sebagai pembatas

jalan dan sekaligus dijadikan sebagai pembatas antara jalan dengan lahan perkebunan, seperti

terlihat pada gambar berikut:

Sumber: Dokumentasi Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.19

(a) Drainase di Perkotaan (b) Drainase di Pedesaan

2.2.4.3 TPS

Untuk jaringan TPS, Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito memiliki 1 TPS yang

berada di dekat terminal Pasar Pracimantoro. Untuk pengelolaan sampah yang lain, masyarakat

hanya membakarnya di setiap rumah. Selain dibakar, ada juga masyarakat yang menumpuk

sampah di pinggir jalan. Hal tersebut berakibat pada lingkungan yang menjadi tercemar, dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

Sumber: Dokumentasi Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.20

Kondisi Persampahan

(b) Sampah yang Dibakar (b) Sampah yang Dibuang di Pinggir Jalan

Page 28: (6) BAB II

40

2.2.4.4 Jaringan Sanitasi

Sistem sanitasi yang ada di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito sebagian besar

berupa WC pribadi. Namun, ada beberapa WC umum seperti yang berada di Desa Pracimantoro,

dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Sumber: Dokumentasi Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.21

Kondisi Jaringan Sanitasi

(a) WC Pribadi (b) WC Umum

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Gambar 2.22

Peta Sanitasi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Page 29: (6) BAB II

41

Berdasarkan peta tersebut, mayoritas warga di Kecamatan Pracimantoro dan

Paranggupito sudah memiliki kamar mandi pribadi dalam kondisi baik. Walaupun di beberapa desa

masih ada yang menggunakan kamar mandi dalam kondisi buruk dan memprihatinkan.

2.2.4.5 Jaringan air bersih

Sistem jaringan air bersih di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito dengan

menggunakan air tadah hujan, seperti gambar di bawah ini:

Sumber: Dokumentasi Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.23

Air Tadah Hujan

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Gambar 2.24

Peta Daerah Sulit Air Bersih Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Page 30: (6) BAB II

42

Yang menjadi masalah utama di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito adalah

kekurangan air bersih. Masalah kekeringan tersebut terjadi di Kecamatan Pracimantoro bagian

Selatan dan seluruh desa di Kecamatan Paranggupito. Untuk mengatasi masalah kekeringan

tersebut, masyarakat membuat bak penampungan air hujan di depan masing-masing rumah. Air

tersebut akan digunakan saat kekeringan datan. Selain dari bak penampungan, masyarakat juga

membeli air bersih dari tangki-tangki. Satu tangki biasanya dijual seharga Rp 120.000,00.

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Gambar 2.25

Peta Sumber Air Bersih Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

2.2.4.6 Jaringan listrik

Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito sudah terlayani oleh jaringan listrik. Hampir

semua desa sudah terjangkau walaupun terdapat beberapa keluarga yang menyalur aliran listrik

ke tetangganya.

Page 31: (6) BAB II

43

Sumber: Dokumentasi Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.26

Tiang Listrik di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Gambar 2.27

Peta Persebaran Pelayanan Litrik Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Page 32: (6) BAB II

44

2.2.4.7 Sarana

Sarana yang ada di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito berupa sarana

peribadatan, pendidikan perekonomian, kesehatan dan pariwisata. Berikut adalah data sarana di

Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito:

Tabel II.10

Sarana di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Wilayah Sarana Peribadatan

Sarana

Pendidikan Sarana Perekonomian Sarana Kesehatan

Jenis Jumlah Jenis Jumlah Jenis Jumlah Jenis Jumlah

Keca

mata

n P

racimanto

ro

Masjid 149 TK 36 Pasar Umum 1 Poliklinik 4

Surau/Langgar 16 SD 55 Pasar Hewan 1 Puskesmas 2

Gereja

4

SMP 7 Pasar Desa 5 Pustu 9

SMA 1 Kios/Toko

707

Rumah Bersalin 2

SMK 2 Praktek Dokter 6

Posyandu 168

Keca

mata

n

Para

nggupito Masjid 40 TK 8 Pasar 2 Puskesmas 1

Surau/Langgar 42 SD 19 Koperasi

89

Pustu 3

Gereja

2

SMP 2 Praktek Dokter 2

SMA 1 Posyandu 50

Sumber : Kecamatan Pracimantoro Dalam Angka 2011, 2013

Apabila dibandingkan dari sisi kuantitas, jumlah sarana di Kecamatan Pracimantoro lebih

banyak daripada Kecamatan Paranggupito. Keberadaan sarana-sarana tersebut sangat

mendukung penduduk di kedua kecamatan untuk melakukan kegiatan/aktivitasnya.

Apabila dilihat dari sarana pariwisata, di Kecamatan Paranggupito terdapat wisata

berupa Pantai Sembukan, Pantai Nampu, Pantai Waru dan Goa Tembus (Desa Gudangharjo).

Kondisi pantai tersebut sudah bisa dikatakan baik, namun di Pantai Nampu masih banyak sampah

yang berserakan. Aksesibilitas untuk menuju tempat wisata tersebut masih sulit. Kontribusi

tempat wisata terhadap kehidupan masyarakat dirasa masih kurang. Hal tersebut disebabkan

karena pengelolaan pantai yang masih dilakukan oleh masyarakat sehingga kurang profesional.

Sedangkan di Kecamatan Pracimantoro terdapat tempat wisata berupa Museum Karst yang

memberikan kontribusi besar terhadap pemasukan di Kecamatan Pracimantoro.

Page 33: (6) BAB II

45

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.28

Peta Buffer Pasar Ketos Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.29

Peta Buffer Fasilitas Perekonomian Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Page 34: (6) BAB II

46

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.30

Peta Buffer Pasar Hewan Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.31

Peta Buffer Pasar Pracimantoro Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Page 35: (6) BAB II

47

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.32

Peta Wisata Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito, layanan trayek angkutan umum terpusat

di Terminal Pracimantoro dan Pasar Ketos. Terminal Pracimantoro melayani angkutan umum bus

AKDP dan AKAP serta carry yang \melayani antar pasar di kedua kecamatan. Sedangkan untuk

pasar Ketos hanya melayani angkutan umum menuju ke pasar Pracimantoro.

Untuk trayek angkutan bus dari terminal Pracimantoro melyani jurusan ke Pacitan ke

Bandung dan Jabodetabek. Sedangkan untuk jam operasionalnya rata-rata dari pagi jam 07.00 –

17.00 baik itu untuk bus di terminal Pracimantoro dan carry, jam operasionalnya rata-rata 01.00

-07.00 menyesuaikan aktivitas perdagangan di kedua pasar.

Page 36: (6) BAB II

48

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.33

Peta Trayek Angkutan Umum Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

2.2.5 Sosial dan Kelembagaan

Ada berbagai jenis organisasi kemasyarakatan yang ada di Kecamatan Pracimantoro dan

Paranggupito, contohnnya adalah organisasi perempuan, keagamaan, organisasi pemuda, profesi

dan lain-lain. Contoh organisasi perempuan yang ada di kedua kecamatan tersebut adalah PKK,

dan Dasa Wisma. Organisasi perempuan tersebut berperan dalam pembangunan dengan program-

programnya seperti pemeliharaan lingkungan, pengembangan sumber daya manusia serta

pelatihan-pelatihan.

Dalam pengembangan suatu wilayah, kelembagaan memiliki peran penting. Masing-masing

lembaga memiliki status dan perannya. Seperti pemerintah kecamatan memiliki status sebagai

kelembagaan formal dan memiliki peran sebagai fasilitator. Dasa wisma berstatus sebagai

kelembagaan non formal dan memiliki peran sebagai implementer. Berikut tabel lengkap tentang

status atau kedudukan lembaga dan peran masing-masing lembaga:

Page 37: (6) BAB II

49

Tabel II.11

Tabel Status Kelembagaan dan Peranannya

Nama Organisasi Status Peran

Pemerintah Kecamatan Formal Fasilitator

Bapepam Formal Perencana

PNPM Formal Implementer

PKK Formal Fasilitator

Dasa Wisma Non formal Implementer

Koperasi Non formal Fasilitator

Majelis Taklim Non formal Fasilitator

BKAM Non formal Fasilitator

BKL Non formal Implementer

Gapoktan Non formal Fasilitator

Pamsimas Non formal Fasilitator

Paguyuban Ojek Non formal Implementer

Sumber: Data Monografi Kecamatan, 2013

Masing-masing lembaga memiliki koordinator untuk mengkoordinasi tercapainya suatu

program yang ditargetkan. Berikut adalah koordinator dari masing-masing lembaga tersebut:

Tabel II.12

Tabel Koordinator berdasarkan Jenis Organisasi

Nama Organisasi Koordinator

Pemerintah Kecamatan Camat

Bapepam Koord Bapepam Desa

PNPM Koord PNPM Kabupaten

PKK Ibu Camat dan Wakil Camat

Dasa Wisma Ibu Kepala Desa dan Dusun

Koperasi Kepala Koperasi Desa

Majelis Taklim Ketua ta'mir masjid

BKAM Pimpinan Ta'mir Masjid Raya

BKL PKK Kecamatan

Gapoktan Ketua Gapoktan

Pamsimas Dinas Cipta Karya Kabupaten

Paguyuban Ojek Ketua Paguyuban Ojek

Sumber: Data Monografi Kecamatan, 2013

Page 38: (6) BAB II

50

Selain itu, organisasi keagamaan yang ada di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

adalah Nahdlatul Ulama, Majelis Taklim dan BKAM (Badan Koordinasi Antar Masjid). Organisasi-

organisasi keagamaan tersebut berperan dalam pengembangan sumber daya manusia serta

pemeliharaan dan pembangunan sarana peribadatan. Sedangkan organisasi pemuda yang ada di

Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito adalah Karang Taruna. Karang Taruna banyak

berperan dalam penyelenggaraan program-program pemerintah yang berbasis masyarakat seperti

pengadaan air bersih (Pamsimas), pengembangan sumber daya manusia, dan penyelenggaraan

kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

Karena sebagian masyarakatnya bekerja di sektor pertanian, organisasi profesi yang

ada di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito adalah organisasi petani yang disebut

GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani). Organisasi ini banyak berperan terutama dalam

peningkatan perekonomian dan kesejahteraan petani. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh

kelompok tani ini adalah penyebaran informasi dan pengetahuan pertanian, peningkatan kualitas

petani, simpan pinjam (peminjaman modal) serta peningkatan kualitas hasil tani. Dengan kegiatan-

kegiatan tersebut, para petani memperoleh informasi mengenai perkembangan pertanian,

pemanfaatan teknologi pertanian, dan program-program lainnya. Meningkatnya kualitas petani

dan hasil pertaniannya, akan menjadikan kondisi perekonomian petani yang semakin membaik dan

mempengaruhi kesejahteraannya. Peningkatan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah sedikit

banyak mempengaruhi laju pembangunan dan perkembangan wilayah.

Ada beberapa masalah yang dihadapi oleh organisasi/ lembaga yang ada di Kecamatan

Pracimantoro dan Paranggupito. Masalah-masalah kelembagaan tersebut antara lain :

1. Rendahnya kualitas sumber daya manusia

Rendahnya kualitas sumber daya manusia terlihat diorganisasi pemerinyahan seperti

kantor desa. Sebagian besar pegawai kantor desa tersebut adalah lulusan SMP atau SMA.

Rendahnya pendidikan pegawai akan berdampak pada kinerja organisasi pemerintahan

tersebut.

2. Pegawai kantor tidak memahami tugas yang harus dilakukan

Umumnya jam operasi di kantor desa hanya singkat (pukul 08.00-11.00). Jam operasi

yang singkat disebabkan karena pegawai kantor tidak mengerti tugas yang harus

dilakukan dan sedikit orang yang mendatangi kantor desa untuk mengurus berbagai hal.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa para pegawai di kantor desa kurang memahami tugas

dan kurang peka terhadap kondisi wilayah pemerintahannya. Padahal, banyak masalah yang

harus diselesaikan.

Page 39: (6) BAB II

51

3. Kurangnya koordinasi antar lembaga terutama antara lembaga pemerintah dan non

pemerintah

Kurangnya koordinasi tersebut menyebabkan antar lembaga/organisasi tidak dapat

saling mendukung satu sama lain dan menimbulkan potensi terjadinya ketidaksinkronan

antara lembaga satu dengan yang lainnya.

2.2.6 Desa Tertinggal

Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito mempunyai kelemahan dalam bidang

pemerataan ekonomi. Ketidakmerataan ekonomi atau yang disebut kesenjangan ini dapat dilihat

dari adanya desa tertinggal di kedua kecamatan. Penentuan desa tertinggal dilihat dari kondisi

fisik dan non fisik wilayah diantaranya adalah keadaan ekonomi yang rendah, sarana prasarana

belum memadai dan sulit dijangkau. Desa tertinggal yang terdapat di Kecamatan Pracimantoro

adalah Desa Gambirmanis dan Wonodadi. Sedangkan desa tertinggal di Kecamatan Parnggupito

adalah Desa Gendayakan dan Gunturharjo.

Sumber : Analisis Kelompok, 2013

Gambar 2.34

Peta Persebaran Desa Tertinggal Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito

Page 40: (6) BAB II

52

2.3 Kondisi Pusat Permukiman/Perkotaan

Perkotaan di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito terdapat di Desa Pracimantoro.

Kelurahan ini merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk paling tinggi jika dibandingkan

dengan desa lain di kedua kecamatan. Hal ini disebabkan oleh hirarki fasilitas Desa Pracimantoro

yang lebih tinggi daripada desa lain di wilayah Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito.

Misalnya seperti pasar di Desa Pracimantoro yang mempunyai hirarki yang paling tinggi

dibandingkan dengan wilayah lain di kedua kecamatan. Kemudian jika dilihat dari sarana

kesehatan, dari kedua kecamatan hanya ada 1 rumah sakit yang terdapat di Desa Pracimantoro.

Selain itu, sarana lain seperti sarana kesehatan dan sarana peribadatan di Desa Pracimantoro

memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan kelurahan lainnya.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.35

Peta Kawasan Perkotaan Pracimantoro

2.3.1 Tata Guna Lahan

Sistem pusat permukiman yang padat di Desa Pracimantoro memusat di daerah sekitar

Pasar Pracimantoro. Fungsi utama pusat permukiman tersebut adalah sebagai pusat permukiman

dan pusat perdagangan dan jasa yang mampu melayani Kecamatan Pracimantoro dan

Page 41: (6) BAB II

53

Paranggupito dan juga kecamatan lain di sekitarnya. Perdagangan dan jasa menyebar mengikuti

jalan dari perempatan pasar dan melebar keluar secara perlahan. Hal ini tentunya juga

disebabkan oleh bertambahnya penduduk dan semakin banyaknya permukiman di sekitar wilayah

tersebut. Penggunaan lahan di Desa Pracimantoro sebagai pusat permukiman yakni berupa

permukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan, pemakaman, serta ruang terbuka hijau.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.36

Peta Tata Guna Lahan Kawasan Perkotaan Pracimantoro

2.3.2 Fasilitas

Pusat permukiman yang ada di wilayah studi berada di Kelurahan Pracimantoro tepatnya

di sekitar pasar dan stasiun. Fasilitas yang tersedia di pusat pemukiman tersebut cukup

lengkap yaitu meliputi fasilitas pendidikan, peribadatan, kesehatan, perdagangan dan jasa,

transportasi dan rekreasi.

2.3.2.1 Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan yang ada di pusat pemukiman tersebut adalah SD, SMP dan SMA.

Terdapat 2 SD, 2 SMP dan 1 SMA yakni SD Muhammadiyah Program Khusus, SD Negeri 1

Pracimantoro, SMP Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah Program Khusus dan SMA Negeri 1

Page 42: (6) BAB II

54

Pracimantoro. Kondisi fasilitas-fasilitas pendidikan tersebut tergolong baik dan mampu memenuhi

kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Namun, ada SD yang jumlah muridnya sangat sedikit

meskipun letaknya berada di pusat permukiman. Hal ini disebabkan karena terlalu banyaknya

jumlah SD yang ada di desa tempat pusat pemukiman tersebut berada. Persebaran fasilitas

pendidikan masih belum menyebar atau terpusat di kawasan tertentu.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.37

Peta Sebaran Fasilitas Pendidikan Kawasan Perkotaan Pracimantoro

2.3.2.2 Fasilitas Peribadatan

Hampir setiap dusun di pusat permukiman memiliki masjid dan mushola. Namun, gereja

berada agak jauh dari pusat permukiman. Kondisi fasilitas peribadatan tersebut baik dan

terpelihara. Pemeliharaan fasilitas peribadatan tersebut dilakukan oleh masyarakat setempat

dengan sistem gotong royong.

2.3.2.3 Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Sarana perdagangan dan jasa banyak terdapat di pusat permukiman. Sarana

perdagangan dan jasa tersebut berupa pasar, pertokoan, rumah makan, dan lain-lain. Pasar

Page 43: (6) BAB II

55

yang ada di pusat permukiman tersebut buka pada pagi hari dan tutup menjelang sore. Setelah

itu, pasar berubah fungsi sebagai lapak untuk para PKL penjaja berbagai makanan. Di dekat

pasar tersebut terdapat sebuah terminal sebagai tempat pemberhentian bis dari arah Pacitan,

Yogyakarta dan Solo. Sedangkan untuk fasilitas rekreasi yang ada di pusat kegiatan tersebut

hanya berupa stadion mini, tidak ada tempat pariwisata di kawasan tersebut.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.38

Peta Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa Kawasan Perkotaan Pracimantoro

2.3.2.4 Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang tersedia di kawasan perkotaan Pracimantoro adalah sebuah

puskesmas dan sebuah klinik rawat inap yang terletak di Jalan Raya Pracimantoro. Selain itu,

tidak ada umah sakit atau klinik berobat yang melayani penduduk kawasan tersebut. Keberadaan

puskesmas dan rawat inap masih terpusat dan saling berdekatan.

Bagi Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito, puskesmas ini adalah fasilitas

kesehatan dengan hierarki paling tinggi di kedua kecamatan karena tidak ada rumah sakit, klinik

atau puskesmas yang mempunyai alat pelayanan kesehatan yang lebih baik dari yang lainnya.

Page 44: (6) BAB II

56

Kondisi sarana kesehatan di pusat permukiman tersebut tergolong cukup baik. Namun,

masih belum berfungsi secara optimal karena banyak penduduk yang memilih ke kota untuk

berobat.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.39

Peta Sebaran Fasilitas Kesehatan Kawasan Perkotaan Pracimantoro

2.3.2.5 Fasilitas Rekreasi Dan Olah Raga

Perkotaan Pracimantoro didominasi oleh kawasan permukiman serta perdagangan dan

jasa. Tidak ada tempat rekreasi seperti taman atau tempat wisata bagi penduduknya. Sarana

rekreasi yang terdapat di Perkotaan Pracimantoro hanya lapangan berupa lapangan sepakbola di

tengah kawasan yang sering dimanfaatkan oleh penduduknya untuk bermain sepak bola setiap

sore hari.

2.3.3 Jaringan Infrastruktur

Kondisi jaringan infrastruktur yang ada di pusat permukiman/perkotaan yang berada di

Kecamatan Pracimantoro tergolong cukup baik ditinjau dari kondisi jaringan air bersih, listrik,

telekomunikasi, persampahan, drainase, sanitasi dan transportasi.

Page 45: (6) BAB II

57

2.3.3.1 Jaringan Air Bersih

Semua wilayah di Kecamatan Pracimantoro ini sudah terlayani oleh jaringan air bersih

dari PDAM. Namun, ada yang masih menggunakan air bersih air bersih dari sumber mata air lain

seperti sumur. Kondisi air bersih cukup baik dan cukup jernih tetapi seringkali aliran air dari

PDAM mati pada waktu malam atau pagi hari. Pipa PDAM di Perkotaan Pracimantoro terbagi

menjadi pipa PDAM primer dan pipa PDAM sekunder. Pipa PDAM primer berada di jalan utama

sedangkan pipa PDAM sekunder berada di jalan yang menghubungkan antar dusun.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.40

Peta Jaringan Air Bersih Kawasan Perkotaan Pracimantoro

2.3.3.2 Jaringan Listrik

Terkait dengan jaringan listrik, semua wilayah sudah teraliri listrik. Kondisi pelayanan

listrik pun cukup baik, jarang terjadi pemadaman listrik. Pemadaman listrik biasanya terjadi

karena ada hujan deras, untuk mengantisipasi terjadinya konslet. Apabila terjadi kerusakan pada

jaringan listrik, petugas PLN cepat tanggap dalam memperbaikinya.

Page 46: (6) BAB II

58

2.3.3.3 Jaringan Telekomunikasi

Penduduk Perkotaan Pracimantoro tidak memanfaatkan jaringan telekomunikasi berupa

telepon kabel. Jaringan komunikasi yang dimanfaatkan oleh penduduk adalah telepon genggam

atau selluler. Meskipun sudah mengikuti perkembangan teknologi, namun pemanfaatan telepon

selluler belum dapat maksimal karena tower yang ada belum mencukupi kebutuhan warga.

Akibatnya sinyal yang ada pada saat menggunakan telepon kabel terbatas.

2.3.3.4 Jaringan Jalan

Perkotaan Pracimantoro dilalui oleh jalan arteri primer yang menghubungkan Pacitan-

Yogyakarta, dan jalan lokal primer yang menghubungkan Kecamatan Wonogiri dan Pracimantoro

yang juga menjadi jalur utama bagi bus jurusan Pracimantoro-Solo. Keberadaan persimpangan dua

jalur utama tersebut yang menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pemukiman. Selain dua

jalan utama, kawasan perkotaan tersebut juga dilalui jalan kolektor sekunder yang

menghubungkan Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito, dan jalan lokal yang menghubungkan

antar perumahan warga. Kondisinya kedua jalan utama tersebut sudah baik. Sedangkan jalan

kolektor dan lokal banyak yang mengalami kerusakan dari kerusakan ringan sampai berat.

2.3.3.5 Jaringan Persampahan

Jaringan persampahan di Perkotaan Pracimantoro berupa satu tempat pembuangan

sampah (TPS) yang terletak di Terminal Pracimantoro. Lokasinya yang berada di dekat terminal,

terkadang mengganggu masyarakat dan kegiatan yang ada di terminal. Peta sebaran TPS

kawasan Perkotaan Pracimantoro dapat dilihat pada gambar 2.

2.3.3.6 Jaringan Drainase

Saluran drainase di Perkotaan Pracimantoro terbagi menjadi drainase primer dan

drainase sekunder. Drainase primer berada di jalan utama dan drainase sekunder berada di

sekitar jalan lingkungan dan jalan lokal. Kondisi saluran drainase di Perkotaan Pracimantoro

sudah cukup baik. Semua wilayah memiliki saluran drainase yang lancar sehingga tidak ada

bencana banjir yang terjadi.

2.3.3.7 Sistem Sanitasi

Sistem sanitasi bagi penduduk Perkotaan Pracimantoro didukung oleh kakus pribadi di

rumah-rumah warga. Tidak terdapat toilet umum di kawasan ini karena dianggap bahwa penduduk

sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan akan kakus masing-masing. Oleh karena itu, sistem

pembuangan kakus atau septictank di Perkotaan Pracimantoro tersedia pada masing-masing

rumah.

Page 47: (6) BAB II

59

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.41

Peta Persebaran TPS Kawasan Perkotaan Pracimantoro

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.42

Peta Jaringan Drainase Kawasan Perkotaan Pracimantoro

Page 48: (6) BAB II

60

2.3.3.8 Jaringan Transportasi

Jaringan transportasi Perkotaan Pracimantoro didukung dengan kondisinya sebagai kota

transit mempunyai jaringan transportasi dari Jawa Timur menuju Provinsi Yogyakarta, Kota Solo

dan sekitarnya. Untuk jaringan transportasi di dalam perkotaan hanya berupa mobil carry dan

elf milik pribadi yang digunakan untuk pengangkutan masyarakat menuju Pasar Pracimantoro.

Frekuensi angkutan umum yang lewat di Perkotaan Pracimantoro setiap 15 menit sekali.

Angkutan umum tersebut beroperasi dari jam 5 pagi hingga jam 7 malam.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.43

Peta Agen dan Trayek Bus Kawasan Perkotaan Pracimantoro

Page 49: (6) BAB II

61

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4B, 2013

Gambar 2.44

Peta Trayek Angkutan Umum Kawasan Perkotaan Pracimantoro