56_ramlawati unm.doc

Upload: ayu-kusnandini

Post on 05-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 56_Ramlawati unm.doc

    1/11

    1

    KARAKTERISASI ADSORBEN SELEKTIF ZEOLITE-MBT

    CHARACTERIZATION OF SELECTIVE ZEOLITE-MBT

    ADSORBENT

    Ramlawati dan Darminto

    Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Makassar

    e-mail: [email protected]

    Abstrak

    Telah dibuat adsorben selektif zeolit-MBT untuk mengatasi pencemaran

    logam berat dari limbah industri. Permasalahan penelitian adalah : 1) Bagaimanakarakteristik adsorben selektif zeolit-MBT 2) Bagaimana selektivitas adsorben

    zeolit-MBT terhadap ion logam dalam sistem campuran? Tahapan penelitian

    meliputi: 1) preparasi sampel zeolit, 2) proses impregnasi MBT pada zeolit, dan 3)

    karakterisasi zeolit-MBT, dan 4) uji selektivitas zeolit-MBT terhadap ion logam.

    Keberhasilan impregnasi MBT pada zeolit ditinjau dari spektra FTIR zeolit sebelum

    dan setelah impregnasi. Kuantitas ion logam yang teradsorpsi pada zeolit-MBT

    dianalisis dengan AAS, dan analisis komposisi kimia zeolit digunakan XRF, serta

    analisis jenis mineral dalam zeolit digunakan XRD. Selektivitas adsorben zeolit-

    MBT diuji pada sistem campuran ion logam Cd2+, Pb2+, dan Cr3+. Hasil analisis

    spektra FTIR zeolit-MBT menunjukkan adanya spektra serapan C=C aromatik

    lemah pada 1637 cm-1, C-H strec aromatik pada 1596,9 cm-1, C-H aromatik padafrekuensi >3000 cm-1, C-H def pada 850,5 cm-1, C-N pada 1321 cm-1, C-S pada

    605,6 cm-1, dan Aril-SH pada 1955 cm-1. Hasil uji selektivitas serbuk zeolit-MBT

    diperoleh urutan kuantitas ion logam teradsorpsi Cd2+>Pb2+>Cr3+.

    Kata Kunci: karakterisasi, adsorben selectif, zeolit-MBT

    Abstract

    Have been made selective zeolite-MBT adsorbent to adsorb heavy metals

    pollution from industrial waste. Problems of research are: 1) How do the

    characteristics of selective zeolite-MBT adsorbents 2) How selectivity of zeolite-

    MBT adsorbent towards metal ions in mixed systems? The step of our research

    includes: 1) zeolite sample preparation, 2) impregnation process of MBT on the

    zeolite, and 3) characterization of zeolite-MBT, and 4) selectivity test of zeolite-

    MBT towards metal ions. Impregnation success of MBT on zeolites observed from

    FTIR spectra of zeolite before and after impregnation. The quantity of metal ions

    are adsorbed on zeolite-MBT was analyzed by AAS, and analyzes the chemical

    composition of zeolite used XRF, as well as analysis of minerals in the zeolite used

    in XRD. Adsorbent selectivity of zeolite-MBT system was tested on a mixture of

    Cd

    2+,

    , Pb

    2+

    and Cr

    3+.

    metal ions. FTIR spectra analysis results show that spektrum of

  • 8/2/2019 56_Ramlawati unm.doc

    2/11

    2

    C=C weak aromatic at 1637 cm-1, C-H strec aromatic at 1596.9 cm-1, C-H aromatic

    at frequency >3000 cm

    -1

    , C-H def at 850.5 cm

    -1

    , C-N at 1321 cm

    -1

    , C-S at 605.6 cm

    -

    1, and Aril-SH at 1955 cm-1. Result test of zeolit-MBT powder selektivities is Cd2+ >

    Pb2+ >Cr3+.

    Key words: characterization, selective adsorbent, zeolite-MBT

    PENDAHULUAN

    Perkembangan industri yang makin pesat memberikan dampak positif dan

    negatif terhadap kehidupan manusia. Salah satu dampak negatifnya adalah

    terjadinya pencemaran akibat dari pelepasan ion-ion logam berat ke lingkungan,

    seperti Cd2+, Cr3+, Cu2+, Pb2+ dan Zn2+. Jika hal itu dibiarkan terus-menerus, maka

    suatu saat akan terjadi akumulasi ion logam hingga melewati nilai ambang batas ionlogam yang dibolehkan. Oleh karena itu, limbah dari industri memerlukan

    penanganan yang serius agar tidak mencemari lingkungan.

    Bahan pencemar dari ion-ion logam berat sering mendapat perhatian karena

    ion-ion ini bersifat toksik meskipun pada konsentrasi yang rendah (ppm) dan

    umumnya sebagai polutan utama bagi lingkungan. Ion-ion logam berat seperti ion

    Cd2+ bila terserap ke dalam tubuh manusia pada paparan akut akan menyebabkan

    gejala nausea (mual), muntah, diare, kram, otot, anemia, dermatitis, pertumbuhan

    lambat, kerusakan ginjal dan hati, gangguan kardiovaskuler, empisema dan

    degenerasi testicular (Ragan & Mast 1990).

    Upaya untuk mengadsorpsi ion logam berat di lingkungan dengan

    menggunakan bahan alam telah banyak dilaporkan. Buasri at.al (2008)menggunakan zeolit alam Clinoptololit untuk menghilangkan Pb(II) dari limbah

    cair. Halimah Husain dan Ramlawati (2007) menggunakan zeolit alam untuk

    mengurangi kadar peroksida dalam minyak jelantah.

    Optimasi proses pemurnian limbah membutuhkan material atau

    pengembangan material baru yang didasarkan pada ketersediaan bahan baku yang

    banyak dan murah serta memiliki efektivitas tinggi dalam menghilangkan logam

    berat. Kompleksitas jenis limbah industri memerlukan teknik penanganan yang

    tepat. Beberapa metode penangan limbah seperti presipitasi, oksidasi, ultrafiltrasi,

    elktrodialisis dan osmosis terbalik, model pertukaran ion nampaknya masih lebih

    menarik.

    Zeolit alam dan aplikasinya dalam menghilangkan sejumlah ion-ion logam

    berat dalam sistem larutan dengan menggunakan fenomena pertukaran ion masih

    tetap digunakan. Hal ini disebabkan karena zeolit memenuhi syarat sebagai

    adsorben yang baik, harganya murah dan mudah didapat. Namun pada beberapa

    kasus, untuk suatu tujuan praktis tertentu misalnya yang ingin dipungut atau

    dipisahkan satu atau beberapa logam tertentu dalam sistem campuran limbah logam,

    terkadang penggunaan zeolit alam kurang selektif karena daya pisahnya relatif

    masih rendah (Tsitsishvili et al, 1992).

    Salah satu metode yang sedang berkembang untuk meningkatkan

    selektivitas zeolit alam adalah memodifikasi permukaan zeolit dengan cara

    impregnasi dengan bahan organik tertentu. Bahan organik yang diimpregnasikan

  • 8/2/2019 56_Ramlawati unm.doc

    3/11

    3

    berkarakter lebih menyukai ikatan dengan satu atau beberapa ion logam tertentu

    saja daripada ion logam lain, sehingga terjadi adsorpsi yang lebih selektif.Beberapa penelitian yang berhubungan dengan proses impregnasi telah

    dirintis. Dapat disimpulkan bahwa bahan-bahan adsorben hasil modifikasi dengan

    teknik impregnasi memiliki kemampuan adsorpsi dan selektivitas lebih baik untuk

    tujuan adsorpsi khusus yang tergantung pada jenis adsorbat logam dan gugus

    fungsional pada zat organik. 2-merkaptobenzotiazol yang disingkat MBT

    (C7H5NS2) merupakan bahan impregnan yang memiliki stabilitas dan selektivitas

    yang tinggi terhadap ion-ion logam tertentu.

    Pada prinsipnya, impregnasi adalah proses memasukkan material tertentu ke

    dalam pori-pori pelet yang melibatkan interaksi fisika antara pori dengan material

    impregnan. Interaksi yang terjadi dalam proses adsorpsi ion logam oleh adsorben

    hasil impregnasi MBT pada zeolit-MBT, diharapkan akan melibatkan gugus tiolat(RS-) dari MBT. Gugus tiolat yang bermuatan negatif memiliki afinitas yang besar

    dalam berinteraksi dengan ion logam yang bermuatan positif. Dengan demikian,

    interaksi antara MBT dengan adsorbat ion logam dipandang sebagai interaksi asam-

    basa Lewis yang membentuk kompleks pada permukaan padatan (Amri, A dkk.,

    2004).

    Berdasarkan klasifikasi asam-basa Pearson, situs aktif pada permukaan

    padatan dapat dianggap sebagai ligan yang dapat mengikat logam secara selektif.

    Logam dan ligan dikelompokkan menurut sifat kuat dan lemahnya berdasarkan

    pada polarisabilitas unsur. Pearson (1963) mengemukakan suatu prinsip yang

    disebut Hard and Soft Acid Bases (HSAB). Ligan-ligan dengan atom yang sangat

    elektronegatif dan berukuran kecil merupakan basa kuat, sedangkan ligan-ligandengan atom yang elektron terluarnya mudah terpolarisasi akibat pengaruh ion dari

    luar merupakan basa lemah. Sedangkan ion-ion logam yang berukuran kecil namun

    bermuatan positif besar, elektron terluarnya tidak mudah terpengaruh oleh ion dari

    luar, ini dikelompokkan ke dalam asam kuat, sedangkan ion-ion logam yang

    berukuran besar dan bermuatan kecil atau nol, elektron terluarnya mudah

    terpengaruh oleh ion lain, dikelompokkan ke dalam asam lemah.

    Pengelompokan asam-basa Lewis menurut prinsip HSAB Pearson, asam

    keras akan berinteraksi dengan basa keras untuk membentuk komplek, demikian

    pula asam lunak dengan basa lunak. Interaksi asam keras dengan basa keras

    merupakan interaksi ionik, sedangkan interaksi asam lunak dengan basa lunak,

    interaksinya lebih bersifat kovalen. Pada penelitian ini, MBT yang terimpregnasi

    pada zeolit mengandung gugus basa lemah tiolat (R-SH). Interaksi gugus tiolat

    dengan logam diharapkan terjadi sesuai dengan prinsip HSAB dari Pearson.

    Berdasarkan prinsip tersebut, maka impregnan 2-merkaptobenzotiazol

    diharapkan dapat berinteraksi kuat dengan ion logam yang bersifat asam lunak

    membentuk ikatan kovalen dibandingkan dengan ion logam yang berkarakter asam

    keras. Menurut Terada et al, (1983) ikatan kimia yang terjadi antara gugus aktif

    pada zat organik dengan molekul dapat dijelaskan sebagai perilaku interaksi asam-

    basa Lewis yang menghasilkan kompleks pada permukaan padatan. Pada sistem

    adsorpsi larutan ion logam, interaksi tersebut dalam bentuk umum ditulis:

    [GH] + MZ+ [GM(Z-1)]++ H+

  • 8/2/2019 56_Ramlawati unm.doc

    4/11

    4

    2[GH] + MZ+ [G2M(Z-2)]++ 2H+

    dengan GH adalah gugus fungsional yang terdapat pada zat organik, dan M adalah

    ion logam bervalensi Z.

    Dari uraian tersebut di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1)

    Bagaimana karakteristik adsorben selektif zeolit-MBT?, dan 2) Seberapa besar

    selektivitas adsorben zeolit-MBT terhadap ion logam tertentu dalam sistem

    campuran?.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) karakteristik adsorben

    selektif zeolit-MBT, dan 2) Efektivitas adsorben zeolit-MBT dalam menyerap ion

    logam dalam sistem campuran.

    Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah diperoleh adsorben

    alternatif yang memiliki selektivitas tinggi terhadap ion logam tertentu.

    METODE PENELITIAN

    Variabel penelitian

    Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu karakterisasi

    adsoben selektif zeolit-MBT.

    Bahan dan Alat

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    sampel zeolit asal Sangkaropi Kec. Saddang Balusu Kab. Toraja Utara Sulawesi

    Selatan, 2-mercaptobenzothiazol, buffer sitrat-natrium hidrogen posfat, Cd(NO3)2. 4

    H2O, Pb(NO3)2, Cr(NO3).9 H2O.Alat yang digunakan adalah: Shaker,Ball mill, oven, Water bath, hot plate,

    AAS, FTIR, XRD, XRF.

    Teknik Pengumpulan Data

    Sebelum dilakukan proses impregnasi, sampel zeolit alam yang diperoleh

    dari Dinas Pertambangan Sulawesi Selatan dikarakterisasi dengan menggunakan

    XRD, XRF dan FTIR.

    a. Proses impregnasi

    1). Dealuminasi

    Zeolit ukuran tertentu dicuci dengan aquades berulang-ulang sampai air

    pencucinya jernih, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC selama 6 jam.Selanjutnya, diambil 60 gram zeolit tersebut dan ditambah 100 ml H2SO4 6 M dan

    100 ml KMnO4 0,5 M, dipanaskan selama 4 jam pada suhu 80C dengan

    pengadukan perlahan di atas hot plat. Selanjutnya, zeolit dicuci hingga netral,

    kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 80C selama 12 jam. Zeolit yang

    diperoleh kemudian ditambah dengan 100 ml H2SO4 6 M dan dipanaskan pada suhu

    80C selama 5 jam dengan pengadukan perlahan. Kemudian dicuci dengan aquades

    sampai netral. Selanjutnya ditambahkan 150 ml HCl 6 M dan dipanaskan pada suhu

    80C selama 3 jam dengan pengadukan perlahan, dan selanjtnya dicuci lagi sampai

    pH netral dan dikeringkan dalam oven pada suhu 80C selama 12 jam (Amri, A

    dkk, 2004).

    2). Proses Impregnasi

  • 8/2/2019 56_Ramlawati unm.doc

    5/11

    5

    50 gram zeolit alam dicelupkan ke dalam 150 ml larutan kloroform berisi

    polistirena (0,25 w/v) sambil diaduk rata. Selanjutnya solven diuapkan di dalamvakum pada temperatur ruang. Hasil yang diperoleh, kemudian dicelupkan kedalam

    75 ml larutan aseton berisi MBT (12 w/v) sambil diaduk rata pada temperatur

    80oC , ratio (0,12 w/v) dan pH 8 yang diatur dengan penambahan buffer sitrat-

    natrium hidrogen posfat. Kemudian solven diuapkan di dalam vakum pada

    temperatur kamar. Selanjutnya segera dicuci, sampai air pencucinya kelihatan

    jernih; dan dikeringkan pada temperatur 80oC. Hasil yang diperoleh dinamakan

    sebagai zeolit-MBT.

    b. Karakterisasi zeolit-MBT

    Karakterisasi zeolit-MBT meliputi analisis FTIR, XRD dan XRF.

    c. Uji selektivitas adsorpsi zeolit-MBT

    Zeolit-MBT yang diperoleh diaplikasikan pada sistem campuran ion logamCd2+, Pb2+ dan Cr3+. Proses adsorpsi dilakukan dengan cara mencampurkan 1,5 gram

    zeolit-MBT ke dalam 150 mL campuran masing-masing 50 mL ion logam Cd 2+,

    Pb2+ dan Cr3+ konsentrasi 100 mg/L. Selanjutnya, analisis kuantitas ion logam yang

    teradsorpsi dianalisis dengan menggunakan AAS.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    a. Karakterisasi sampel zeolit

    XRD bertujuan untuk mengetahui jenis mineral yang terkandung dalam

    zeolit. Spektra XRD sampel zeolit dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Spektrum XRD zeolit alam Sangkaropi

    Hasil analisis XRD terhadap zeolit alam asal Sangkaropi diperoleh bahwa

    komponen utama penyusun zeolit Quartz (SiO2). Komposisi mineral-mineral dalam

    sampel zeolit yaitu: nontronite (Montmorilonite) 6%, quartz 74%, albite, calcian,

    Ordered 11%, dan alunogen sebesar 9%.

    Analisis XRF bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur dan oksida-oksida

    penyusun zeolit. Hasil uji XRF tuf terhadap sampel zeolit asal Sangkaropi

    didominasi oleh SiO2 (62,69%-81,03%), Al2O3 (9,90%-19,82%), Na2O (0,12%-

    4,32%), K2O (0,63%-6,88%), CaO (0,10%-0,22%), dan LOI (1,26%-12,62%),

    Position[2Theta]

    10 20 30 40 50 60 70

    Counts

    0

    100

    400

    900

    1600

    Zeolit sebelumdealuminasi

  • 8/2/2019 56_Ramlawati unm.doc

    6/11

    6

    sisanya disusun oleh oksida-oksida unsur utama lainnya. Persentase kandungan

    Na2O yang relatif lebih besar dari kandungan CaO menggambarkan bahwa zeolit didaerah ini didominasi oleh jenis Na-zeolit (mordenit). Hasil analisis ini sesuai

    dengan hasil analisis SEM zeolit Sangkaropi yang termasuk jenis mordenit dan

    heulandit. Zeolit ini memiliki Koefisien Tukar Kation/KTK (Cathion Exchange

    Capacity/CEC) antara 16,91 meq/100 mg sampai dengan 108,43 meq/100 g

    (Kartawa dan Kusumah: 2009).

    Karakterisasi zeolit-MBT diperjelas dengan mengamati spektra FTIR zeolit

    sebelum dan setelah impregnasi. Sebelum dilakukan proses impregnasi terlebih

    dahulu dilakukan proses dealuminasi. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan

    rasio Si/Al zeolit. Perbandingan komposisi kimia dalam sampel zeolit alam sebelum

    dan setelah dealuminasi disajikan pada Tabel 1.

    Tabel 1. Komposisi kimia zeolit alam sebelum dan setelah dealuminasi

    No.Oksida

    Komposisi Kimia

    zeolit alam*

    Komposisi kimia zeolit

    setelah dealuminasi

    1. SiO2 62.69%-81.03% 79.57 %

    2. Al2O3 9.90%-19.82% 8.63 %

    3. Na2O 0.12%-4.32% 1.39 %

    4. K2O 0.63%-6.88% 1.54 %

    5. CaO 0.10%-0.22% 1.08 %

    6. LOI 1.26%-12.62% 4.93 %

    *Pusat Survey Geologi, Bandung (2009)

    Pada Tabel di atas tampak terjadi penurunan komposisi aluminium setelah

    mengalami proses dealuminasi. Berkurangnya persentase aluminium akan

    meningkatkan rasio Si/Al dalam zeolit, yang berarti akan akan meningkatkankan

    jumlah situs-situs aktif pada permukaan zeolit sebagai adsorben.

    Analisis terhadap spektra FTIR digunakan untuk mengidentifikasi gugus

    fungsi dalam zeolit. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam zeolit alam terdapat

    gugus siloksan Si-O-Si yang muncul pada frekuensi 1033 cm -1 dan gugus silanol Si-

    OH muncul pada frekuensi 3435 cm-1.

    Keberhasilan proses impregnasi pada zeolit ditinjau dengan cara

    membandingkan spektra FTIR zeolit sebelum dan setelah impregnasi. Spektra FTIR

    sebelum impregnasi dapat dilihat pada Gambar 2.

  • 8/2/2019 56_Ramlawati unm.doc

    7/11

    7

    Gambar 2. Spektra FTIR zeolit alam sebelum impregnasi

    Munculnya spektra dari gugus khas MBT pada zeolit yang telah

    diimpregnasi menunjukkan bahwa impregnasi MBT pada zeolit sudah terjadi.

    Sebagai rujukan spektra FTIR MBT standar disajikan pada Gambar 3 dan spektra

    zeolit-MBT disajikan pada Gambar 4.

    Gambar 3. Spektra FTIR dari MBT standar

    Pada zeolit alam, spektra serapan khas Si-O-Si pada frekuensi 1033 cm-1, Si-

    OH pada 3435 cm-1, Quartz pada 2860 cm-1. Spektra serapan khas MBT yaitu C=C

    aromatik lemah pada panjang gelombang 1639 cm-1, C=C aromatik kuat pada 1595

    cm-1, C-H strec aromatik 3000 cm-1, C-H def pada 848 dan 866 cm-1, C-N pada

    1319 cm-1, C-S pada 603,7 cm-1, Aril SH pada 2505,4 cm-1. Keberhasilan proses

    impregnasi MBT pada zeolit diamati dengan munculnya spektra serapan C=C

    aromatik lemah pada 1637 cm-1, C-H stec aromatik pada 1596,9 cm-1, C-H aromatik

    pada frekuensi >3000 cm-1, C-H def pada 850,5 cm-1, C-N pada 1321 cm-1, C-S pada

    605,6 cm-1, Aril-SH pada 1955 cm-1.

  • 8/2/2019 56_Ramlawati unm.doc

    8/11

    8

    .

    Gambar 4. Spektra FTIR zeolit-MBT

    Interaksi antara MBT dengan zeolit merupakan interaksi yang lemah. MBT

    pada zeolit berfungsi untuk menambah situs-situs aktif zeolit sekaligus sebagai

    adsorben selektif. Hal ini disebabkan oleh adanya gugus-thiolat RSH pada MBT

    yang bersifat sebagai basa lunak sebagaimana konsep asam basa HSAB (Hard and

    Soft Acid Bases) Pearson. Menurut Pearson basa lunak cenderung akan berinteraksi

    dengan ion-ion yang berkarakter asam lunak seperti ion Cd2+ membentuk ikatan

    kovalen (Sugiyarto, 2000).

    b. Uji selektivitas zeolit-MBT

    Zeolit-MBT yang dibuat pada kondisi optimum yaitu pada pH 8, temperatur

    80oC dan rasio 0,12 diuji selektivitasnya terhadap campuran ion logam Cd2+, Pb2+

    dan Cr3+. Data hasil uji selektivitas zeolit-MBT terhadap campuran ion logam

    disajikan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Uji selektivitas zeolit-MBT

    Ion logam Konsentrasi ion

    logam

    yang tersisa (mg/L)

    Kons. Ion logam yang teradsorpsi

    mg/L mg mmol x

    10-2

    %

    Cd2+ 16,735 16,595 2,489 2,212 49,79

    Pb2+ 16,888 16,422 2,463 1,189 49,27

    Cr3+ 20,395 12,935 1,940 3,733 38,81

    Uji selektivitas zeolit-MBT terhadap campuran ion logam, diperoleh data

    jumlah ion-ion logam yang teradsorpsi pada adsorben serbuk zeolit-MBT adalah

    Cd2+>Pb2+>Cr3+. Berdasarkan karakteristik kekuatan asam-basa Person, R-SH

    termasuk basa lunak. Gugus ini akan berinteraksi kuat dengan Cd2+ yang bersifat

    asam lunak, kemudian disusul Pb2+ yang bersifat asam intermedit, dan Cr3+ yang

    bersifat asam keras.

  • 8/2/2019 56_Ramlawati unm.doc

    9/11

    9

    SIMPULAN DAN SARAN

    1. SimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan sebagai

    berikut:

    a. Kondisi optimum impregnasi MBT pada zeolit tercapai pada pH 8,

    temperatur 80oC dan rasio 0,12.

    b. Selektivitas adsorben zeolit-MBT lebih efektif apabila dalam sistem

    campuran ada perbedaan karakteristik sifat asam Pearson dari ion logam.

    c. Zeolit-MBT akan lebih kuat berinteraksi dengan ion logam yang tergolong

    asam lunak yaitu ion Cd2+.

    2. Saran

    a. Selektivitas adsorben zeolit-MBT lebih baik diterapkan pada sistem

    campuran ion logam yang memiliki karakteristik sifat asam Pearson yangsangat berbeda.

    b. Untuk penelitian lanjutan, sebaiknya dicobakan pada adsorbat organik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Amri, A., Supranto, dan M Fahrurozi. 2004. Kesetimbangan Adsorpsi Optional

    Campuran Biner Cd(II) dan Cr(III) dengan Zeolit Alam Terimpregnasi 2-

    merkaptobenzotiazol.Jurnal Natur Indonesia 6(2): 111-117. ISSN 1410-

    9379.

    Buasri, A., Nattawut Chaiyut, Kittiya Phattarasirichot, Phetcharat Yongbut and

    Lalita Nammueng. 2008. Use of Natural Clinoptilolite for the Removal of

    Lead (II) from Wastewater in Batch Experiment. Chiang Mai J. Sci.,

    (online); 35(3) : 447-456. (www.science.cmu.ac.th/journal-science/josci ,

    Diakses 09 N0v 2009).

    Filho, N.L.D., Gushikem, Y. & Polito, W.L. 1995. MBT-Clay as matrix for

    sorption and preconcentration of some heavy metals from aquaeous

    solution.Analytica Chimica Acta 306:167-172.

    Halimah Husain dan Ramlawati, 2007. Pengaruh Aktivasi Fisika Dan Kimia

    Terhadap Kemampuan Zeolit Menurunkan Kadar Peroksida Minyak

    Jelantah, Lapen UNM

    Kartawa, W. dan Kusumah, K.D. (2009). Potensi Zeolit di Daerah Sangkaropi-

    Mendila, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Bandung: Pusat Survei Geologi.

    Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

    Setyawan D. 2002. Pengaruh Perlakuan Asam, Hidrotermal dan Impregnasi Logam

    Kromium Pada Zeolit Alam dalam Preparasi Katalis dalam Jurnal Ilmu

    Dasar Vol. 3 No. 2, FMIPA UNEJ, Jember.

    http://www.unej.ac.id/fakultas/mipa/jid/vol4no2/iwan.pdf.

    http://www.science.cmu.ac.th/journal-science/josci)http://www.science.cmu.ac.th/journal-science/josci)http://www.unej.ac.id/fakultas/mipa/jid/vol4no2/iwan.pdfhttp://www.science.cmu.ac.th/journal-science/josci)http://www.unej.ac.id/fakultas/mipa/jid/vol4no2/iwan.pdf
  • 8/2/2019 56_Ramlawati unm.doc

    10/11

    10

    Sugiyarto, K.H. (2000).Kimia Anorganik I. Yogyakarta: FMIPA UNY.

    Huheey, J.E. (1983). Inorganic Chemistry. Third Edition. Cambridge: Harper

    International SI Edition.

    Terada K., Matsumoto, K. & Kimura, H. 1983. Sorption of Copper (II) by some

    complexing agents loaded on various support. Anal. Chim. Acta 153: 273-

    247.

    Tsitsishvili, G.V. et al. (1992).Natural Zeolite. New York: Ellis Horwood.

  • 8/2/2019 56_Ramlawati unm.doc

    11/11

    11